Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN
KESELAMATAN
Di Ruang Cendana 3 RSUP Dr. Sardjito

Disusun Oleh:
Dhetya Khoirunnisa Kusumastuti
20/458060/KU/22334

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
I. KONSEP KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN
A. PENGERTIAN
Keamanan (safety) adalah status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang
terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan,
psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau
berbagai keadaan yang tidak diinginkan. Keamanan tidak hanya mencegah rasa
sakit dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya.
Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.
Keamanan fisik (biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman terbebas
dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis, thermis, elektris
maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk
melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik, yang pada
pembahasan ini akan difokuskan pada providing for safety atau memberikan
lingkungan yang aman.
Sedangkan keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang
terhindar dari ancaman bahaya/ kecelakaan. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak
dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian (Asmadi,
2008).

a) Karakteristik Keamanan dan Keselamatan :


1. Pervasiveness (insidensi)
Keamanan bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi semua hal. Artinya
klien membutuhkan keamanan pada seluruh aktifitasnya seperti makan,
bernafas, tidur, kerja, dan bermain.
2. Perception (persepsi)
Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya mempengaruhi aplikasi
keamanan dalam aktifitas sehari-harinya. Tindakan penjagaan keamanan dapat
efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya secara akurat.
3. Management (pengaturan)
Ketika individu mengenali bahaya pada lingkungan klien akan melakukan
tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah praktek keamanan.
Pencegahan adalah karakteristik mayor dari keamanan.
b). Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan:
1. Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui
pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk
mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia
dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.
2. Gaya hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan
tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya
akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.
3. Status mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
4. Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting
bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba,
cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi
tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang
mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien
tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-
obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
6. Status emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima
bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan
konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan
depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
7. Kemampuan komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan
informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan
bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol
tanda bahaya.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien
yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi
keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang
dapat mencegah terjadinya cedera.
9. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi
penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.
10. Informasi / komunikasi
Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
11. Penggunaan antibiotic yang tidak rasional
Antibiotic dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik.
12. Keadaan imunitas
Gangguan imunitas akan mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh
sehingga mudah terserang penyakit.
13. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.
14. Status nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
terserang penyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi berresiko terhadap
penyakit tertentu.
15. Tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya.

c). Penatalaksanaan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan:


1. Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia
Memastikan keamanan klien pada semua usia berfokus pada obsevasi atau
prediksi situasi yang mungkin membahayakan sehingga dapat dihindari dan
memberikan pendidikan kesehatan yang memberikan kekuatan bagi klien
untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari cedera secara mandiri.
2. Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan perawat adalah memastikan bahwa
elemen tersebut dapat dihilangkan. Jika kebakaran sudah terjadi ada dua
tujuan yang harus dicapai yaitu: melindungi klien dari cedera dan membatasi
serta memadakan api.
3. Mencegah kejadian jatuh pada klien:
 Orientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem
komunikasi yang ada
 Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
 Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari
 Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
 Berikan alas kaki yang tidak licin
 Berikan pencahayaan yang adekuat
 Pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan penurunan
kesadaran dan gangguan mobilitas
 Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin
4. Melakukan tindakan pengamanan pada klien kejang:
Pasang pengaman tempat tidur dengan dilapisi kain tebal (mencegah nyeri
saat terbentur)
Pasang spatel lidah untuk mencegah terhambatnya aliran udara
Longgarkan baju dan ikatan leher (kerah baju)
Kolaborasi pemberian obat antikonvulsi.
Berikan masker oksigen jika diperlukan.
5. Memberikan pertolongan bila terjadi keracunan
Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat bila terjadi
keracunan melalui identifikasi adanya zat-zat beracun dirumah yang
terkonsumsi, segera laporkan ke institusi kesehatan terdekat serta
menyebutkan nama dan gejala yang dialami klien, jaga klien pada posisi
tenang ke satu sisi atau dengan kepala ditempatkan diantara kedua kaki untuk
mencegah aspirasi.
6. Memberikan pertolongan bagi klien yang terkena sengatan listrik
Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup besar) jangan
sentuh klien tersebut sampai pusat listrik dimatikan dan klien aman dari arus
listrik. Macroshock sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka bakar,
kontraksi otot, dan henti nafas serta henti jantung. Untuk mencegah
macroshock gunakan mesin/alat listrik yang berfungsi dengan baik, pakai
sepatu dengan alas karet, berdirilah diatas lantai nonkonduktif, dan gunakan
sarung tangan non konduktif.
7. Melakukan penanganan bagi klien yang terpapar kebisingan
Kebisingan memiliki efek psikososial dan efek fisiologis. Efek psikososial
seperti rasa jengkel, tidur dan istirahat terganggu, serta gangguan konsentrasi
dan pola komunikasi. Efek fisiologis meliputi peningkatan nadi dan respirasi,
peningkatan aktifitas otot, mual, dan kehilangan pendengaran jika intensitas
suara tepat. Kebisingan dapat diminimalisir dengan memasang genting,
dinding, dan lantai yang kedap suara; memasang gorden; memasang karpet;
atau memutar background music.
8. Melakukan Heimlich maneuver pada klien yang mengalami tersedak.
9. Melakukan perlindungan terhadap radiasi
Tingkat bahaya radiasi tergantung dari: lamanya, kedekatan dengan sumber
radioaktif, dan pelindung yang digunakan selama terpapar radiasi. Upaya yang
harus dilakukan oleh perawat dalam hal ini adalah memakai baju khusus,
memakai sarung tangan, mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai
sarung tangan, dan membuang semua benda yang terkontaminasi.
10. Melakukan pemasangan restrain pada klien
Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi
gerakan/aktifitas fisik klien atau bagian tubuh klien. Restrain diklasifikasikan
menjadi fisikal (physical) dan kemikal (chemical) restrain. Fisikal restrain
adalah restrain dengan metode manual atau alat bantu mekanik, atau lat-alat
yang dipasang pada tubuh klien sehingga klien tidak dapat bergerak dengan
mudah dan terbatas gerakannya. Kemikal restrain adalah restrain dalam
bentuk zat kimia neuroleptics, anxioulytics, sedatif, dan psikotropika yang
digunakan untuk mengontrol tingkahlaku sosial yang merusak.
Restrain sebaiknya dihindari sebab berbagai komplikasi sering dikeluhkan
akibat pemasangan restrain. Komplikasi fisik diantaranya luka tekan, retensi
urin, inkontinensia, dan sulit BAB, bahkan kematian pun dilaporkan.
Komplikasi psikologisnya adalah penurunan harga diri, bingung, pelupa,
depresi, takut, dan marah.
Restrain sebaiknya digunakan sebagai alternatif terakhir dengan ketentuan:
a. dibawah pengawasan dokter dengan perintah tertulis, apa penyebabnya,
dan untuk berapa lama
b. klien setuju dengan tindakan tersebut.

d).Faktor Risiko Infeksi

a. Efek prosedur invasif

b. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.

c. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : Kerusakan


integritas kulit, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum
waktunya,

d. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : Penurunan


hemoglobin, imununosupresi

e). Faktor Penyebab Risiko Infeksi

1. Prosedur invasive

2. Tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan pathogen

3. Trauma

4. Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan

5. Rupture membrane amnionik

6. Agen parmasetikal (misalnya imunosupresan)

7. Malnutrisi

8. Peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen


9. Imunosupresi

10. Imunitas yang tidak adekuat

11. Pertahanan sekunder tidak adekuat (Hb menurun, Leukopenia,


Penekanan respon

inflamasi)

12. Pertahanan respon primer tidak adekuat (kulit tak utuh, trauma
jaringan, penurunan

gerak silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi Ph, perubahan


peristaltik)

13. Penyakit kronis

f). Faktor Predisposisi/Faktor Pencetus

Beberapa faktor yang mencetuskan risiko infeksi pada pasien


menurut Potter & Perry (2005)

adalah:

a. Agen

Agen itu penyebab infeksinya, yaitu mikroorganisme yang masuk


bisa karena agennya sendiri atau karena toksin yang dilepas.

b. Host

Host itu yang terinfeksi, jadi biarpun ada agen, kalau tidak ada
yang bisa dikenai, tidak ada infeksi. Host biasanya orang atau
hewan yang sesuai dengan kebutuhan agen untuk bisa bertahan
hidup atau berkembang biak.

c. Environment (lingkungan)

Environment itu lingkungan di sekitar agen dan host, seperti suhu,


kelembaban, sinar matahari, oksige dan sebagainya.Ada agen
tertentu yang hanya bisa bertahan atau menginfeksi pada keadaan
lingkungan yang tertentu juga.
g). Tanda dan gejala

Tanda dan Gejala yang lazim terjadi, pada infeksi menurut


(Smeltzer, 2002) sebagai berikut :

a. Rubor

Rubor atau kemerahan merupakan hal yang pertama yang terlihat


di daerah yang mengalami peradangan.Saat reaksi peradangan
timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah
peradangan.Sehingga lebih banyak darah mengalir ke
mikrosirkulasi local dan kapiler meregang dengan cepat terisi
penuh dengan darah.Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti,
menyebabkan warna merah local karena peradangan akut.

b. Kalor

Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan


akut.Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang
meningkat.Sebab darah yang memiliki suhu 37 derajat celcius
disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih
banyak daripada ke daerah normal.

c. Dolor

Perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat


merangsang ujung-ujung saraf.Pengeluaran zat seperti histamine
atau bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit
disebabkan pula oleh tekanan meninggi akibat pembengkakan
jaringan yang meradang.

d. Tumor

Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar


ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah
ke jaringan-jaringan interstitial.

e. Functio Laesa

Merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal.Akan tetapi


belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi
jaringan yang meradang.
B. NILAI-NILAI NORMAL
1. Penilaian Risiko Jatuh pada Pasien Anak
Parameter Kriteria Skor
Usia Dibawah 3 tahun 4
3-7 tahun 3
7-13 tahun 2
Diatas 13 tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2
Perempuan 1
Diagnosa Kelainan neurologi 4
Perubahan dalam oksigenasi (masalah saluran nafas, 3
dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop/sakit kepala)
Kelainan psikis perilaku 2
Diagnosa lain 1
Gangguan kognitif Tidak sadar dalam keterbatasan 3
Lupa keterbatasan 2
Mengetahui kemampuan diri 1
Faktor lingkungan Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi atau anak 4
Pasien menggunakan alat bantu atau box atau mebel 3
Pasien berada ditempat tidur 2
Diluar ruang rawat 1
Respon terhadap Dalam 24 jam 3
operasi/obat Dalam 48 jam 2
Penenang/efek Lebih 48 jam 1
anaestesi
Penggunaan Obat Bermacam-macam obat yang digunakan: obat 3
sedatif (kecuali pasien PICU yang menggunakan
sedasi dan paralisis), hipnotik, barbiturat, fenotiazin,
antidepresan, laksansia/diuretik, narkotik
Salah satu dari pengobatan diatas 2
Pengobatan lain 1
Penilaian resiko jatuh anak (scoring humpty dumpty):
 Resiko rendah: skor 7-11
 Resiko tinggi: skor lebih atau sama dengan 12

2. Penilaian Risiko Jatuh pada Pasien Dewasa


Faktor Risiko Faktor Risiko Skor
Riwayat Jatuh Pernah 25

Tidak pernah 0
Diagnosis Penyerta Ada 15
Tidak ada 0
Alat bantu untuk Perabotan (kursi, meja, 30
berpindah dll)
Walker 15
Tidak ada/bed/kursiroda, 0
perawat
Penggunaan Obat IV Menggunakan 20
atau Heparin Tidak menggunakan 0
Cara Berjalan atau Tidak mampu 20
Berpindah Lemah 10
Normal, bedrest, 0
immobilisasi
Keadaan Mental status Mudah lupa 15
Orientasi baik 0
Penilaian risiko jatuh dengan Morse Fall Scale:
 Skor >45 risiko tinggi
 Skor 25–44 risiko sedang
 Skor 0–24 risiko ringan
C. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN
KESELAMATAN
Riwayat keperawatan:
 Riwayat cedera atau jatuh
 Riwayat imunisasi
 Riwayat infeksi akut atau kronik
 Terapi yang sedang dijalani
 Stressor emosional: ekspresi verbal dan non verbal, gaya hidup.
 Proses penyakit yang terlihat pada klien dan keluhan fisik.
 Status nutrisi.
 Tingkat kesadaran, kelemahan fisik, imobilisasi, penggunaan alat bantu.

Pemeriksaan fisik:
 Infeksi lokal, terbatas pada kulit dan membrane mukosa. Tanda-tandanya meliputi
bengkak, kemerahan, nyeri, panas dan gangguan fungsi gerak.
 Infeksi sistemik, tanda-tandanya meliputi demam, peningkatan frekuensi nadi dan
pernafasan, malaise, anoreksia, mual, muntah, sakit kepala, pembesaran kelenjar di area
infeksi.
 Sistem Neurologis: status mental, tingkat kesadaran, fungsi sensori, sistem reflek,
sistem koordinasi, tes pendengaran, penglihatan dan pembauan, sensivitas terhadap
lingkungan.
 Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi: toleransi terhadap aktivitas, nyeri dada,
kesulitan bernafas saat aktivitas, frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi.
 Integritas kulit : inspeksi terhadap keutuhan kulit klien, kaji adanya luka, scar, dan
lesi, kaji tingkat perawatan diri kulit klien.
 Mobilitas: inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien, kaji
range of motion klien, kaji kekuatan otot klien, kaji tingkat ADLs klien.

Pemeriksaan penunjang:
Berupa data laboratorium yang menunjukkan adanya infeksi meliputi peningkatan angka
leukosit, penignkatan laju enap darah, dan kultur urin, darah serta secret menunjukkan
adanya mikroorganisme pathogen
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Risiko infeksi
2. Risiko jatuh
3. Risiko cidera

III. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN


Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Risiko Infeksi Keparahan infeksi Perlindungan Infeksi
Definisi: rentan Definisi: keparahan tanda Definisi: pencegahan dan deteksi
mengalami invasi dan dan gejala infeksi. dini infeksi pada pasien berisiko.
multiplikasi organisme Kriteria hasil: Aktivitas:
patogenik yang dapat  Tidak ada tanda  Memonitor tanda dan gejala
mengganggu kesehatan. kemerahan infeksi lokal maupun
 Demam tidak terjadi sistemik.
 Suhu tubuh stabil  Monitor kerentanan terhadap
 Tidak terjadi infeksi
peningkatan jumlah sel  Membatasi jumlah
darah putih pengunjung
 Tidak letargi  Pertahankan asepsis untuk
pasien berisiko
 Periksa kulit dan selaput
lendir untuk adanya
kemerahan, kehangatan
ekstrem, atau drainase
 Monitor adanya perubahan
tingkat energi atau malaise
 Instruksikan pasien untuk
mematuhi antibiotik yang
telah diresepkan
 Ajarkan pada pasien dan
keluarga bagaimana infeksi
 Ajarkan pasien dan keluarga
tentang cara mengenali tanda
dan gejala infeksi
2. Risiko Jatuh Kejadian jatuh Pencegahan Jatuh
Definisi: peningkatan Definisi: jumlah banyaknya Definisi: melakukan pencegahan
rentan jatuh yang dapat pasien jatuh. khusus pada pasien dengan resiko
menyebabkan bahaya Kriteria hasil: cedera karena jatuh.
fisik dan gangguan  Jatuh saat berjalan Aktivitas:
kesehatan.  Jatuh dari tempat tidur  Identifikasi penurunan kognitif
 Jatuh saat dipindahkan dan fisik yang dapat
meningkatkan resiko jatuh
 Identifikasi perilaku dan faktor
yang mempengaruhi resiko
jatuh
 Kaji riwayat jatuh pasien
 Identifikasi lingkungan yang
meningkatkan resiko jatuh
 Gunakan teknik transfer yang
aman
 Gunakan side rail sesuai
panjang dan tinggi yang dapat
mencegah pasien jatuh dari bed
 Sediakan alat bantu (tongkat
dan walker) untuk
menyeimbangkan gaya
berjalan.
 Intruksikan penggunaan
tongkat atau walker dengan
tepat.
3. Risiko Cedera Keparahan injuri fisik Manajemen Lingkungan:
Definisi: rentan Definisi: keparahan dari Keselamatan
mengalami cedera fisik tanda dan gejala dari cedera Definisi: memonitor dan
akibat kondisi pada tubuh memanipulasi lingkungan fisik
lingkungan yang Aktivitas: untuk meningkatkan keamanan.
berinteraksi dengan  Klien terhindar dari Aktivitas:
sumber adaptif dan luka laserasi dan luka  Mengidentifikasi kebutuhan
sumber defensif bakar keamanan pasien berdasarkan
individu, yang dapat  Klien terhindar dari tingkat fungsi kognitif dan fisik
mengganggu kesehatan. fraktur ekstremitas, dan perilaku sebelumnya
fraktur pelvis, fraktur  Mengidentifikasi bahaya dan
spinal dan fraktur keamanan pada suatu
cranial lingkungan (fisik, kimia dan
 Klien terhindar dari biologi)
cedera kepala terbuka  Memodifikasi lingkungan untuk
maupun cedera kepala meminimalkan bahaya dan
tertutup risiko
 Klien terhindar dari  Menggunakan alat-alat
gangguan mobility dan perlindungan untuk mengatasi
gangguan kognisi keterbatasan fisik dalam
mobilisasi atau akses pada
situasi yang berbahaya
 Sediakan nomor telepon penting
untuk situasi gawat darurat
Menghilangkan lingkungan yang
dapat menyebabkan bahaya jika
memungkinkan
IV. DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Butcher, H. K., Bulechek, G. M., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. 2018. Nursing
Interventions Classification (NIC) 7th Edition. Indonesia: Mocomedia.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. 2018. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition
and Classification 2018-2020. New York: Thieme.
Moorhead, S., Swanson, E., Johnson, M., & Mass, M. L. 2018. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 6th Edition. Indonesia: Mocomedia.
Morse, JM., 2009. Preventing Patient Falls Establishing A Fall Intervention Program, 2nd ed.,
New York: Springer Publishing Company.
Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik ( Fundamentals of Nursing: Concept, Process & Practice) Edisi keempat.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai