Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN ANALISIS JURNAL IPE

(INTERPROFESSIONAL EDUCATION)
Caring Moments within an Interprofessional Healthcare Team: Children and
Adolescent Perspectives

Disusun oleh:
Kelompok Ruang Melati 3 RSUP Dr. Sardjito
Alya Maharani 21/487628/KU/23440
Lia Puspitasari 21/487514/KU/23410
Khairunnisa Haryatillah 21/488236/KU/23488
Wahida Yuyun Suciati 21/488410/KU/23522

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN,
KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
I. Abstract
Latar belakang: Saat ini pasien diakui sebagai mitra kunci untuk meningkatkan
hasil perawatan kesehatan. Beberapa organisasi seperti World Health Organization
(WHO) atau Canadian Interprofessional Health Collaborative (CIHC) mendorong
untuk mempertimbangkan pasien sebagai mitra dalam tim perawatan kesehatan
interprofesional. Namun, pengetahuan pada perspektif pasien tentang
interprofessional colaboration (IPC) dan peran mereka dalam proses kolaboratif,
khususnya dalam pediatric settings masih terbatas. Pengalaman dan perspektif
pasien tentang IPC harus dipertimbangkan untuk memahami sepenuhnya konsep
IPC dan mengintegrasikannya ke dalam praktik.
Tujuan: Studi kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang perspektif anak-anak terhadap IPC, bagaimana hal itu mempengaruhi
pengalaman perawatan mereka dan bagaimana mereka memahami peran mereka
sendiri dalam tim interprofesional.
Metode: Wawancara semi-terstruktur digunakan dalam pelayanan pediatrik di
Swiss University Hospital, dengan sepuluh anak dan remaja berusia antara 11-17
tahun. Para peserta menggambarkan interaksi yang mereka amati antara perawat dan
dokter dan memberikan wawasan dan pengetahuan mereka tentang bagaimana
mereka memandang kualitas hubungan itu.
Hasil: Hubungan yang saling menghormati antara perawat dan dokter mungkin
telah meningkatkan pengalaman kepedulian lingkungan para peserta. Para peserta
tidak merasakan peran mereka menjadi penting dalam hubungan interprofesional.
Kesimpulan: Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi antara
profesional kesehatan memiliki pengaruh pada perspektif dan pengalaman peserta
rawat inap dan berpengaruh juga terhadap IPC. Namun, mengintegrasikan anak-
anak dan remaja ke dalam proses kolaboratif dengan memberikan keterlibatan akan
membutuhkan perubahan paradigma dan keyakinan tentang IPC.
Keyword: perceptions, perspectives, relationship, interaction, pediatric,
interprofessional collaboration
II. Introduction
Strategi utama untuk meningkatkan kualitas perawatan dan keselamatan terdiri
dari mengoptimalkan pelatihan tim interprofesional, dan mempertimbangkan pasien
sebagai mitra (WHO, 2013). The Canadian Interprofessional Health Collaborative
(CIHC) mendefinisikan kolaborasi interprofesional (IPC) sebagai proses yang
melibatkan pasien, keluarga mereka, dan seluruh komunitas untuk meningkatkan
hasil perawatan kesehatan (CIHC, 2010). Menurut CIHC terdapat dua aspek yang
dapat mengoptimalisasi perawatan yaitu: kolaborasi interprofesional dan
keterlibatan pasien, serta melibatkan keluarga dan masyarakat sebagai mitra baru
dalam proses kolaborasi interprofesional (CIHC, 2010). Dalam pengaturan
pediatrik, IPC dikaitkan dengan peningkatan informasi pasien, mengurangi
kesalahan pengobatan saat keluar dari RS (Cunningham et al., 2008), lebih sedikit
efek samping setelah discharge (Johnson et al., 2000), pengurangan lama tinggal,
dan peningkatan kepatuhan terhadap praktik terbaik dalam pengaturan pediatrik
(Cunningham et al., 2008).
CIHC berpendapat bahwa berkolaborasi dengan pasien, keluarga dan
masyarakat sebagai mitra akan menghasilkan hasil yang lebih baik dalam proses
perawatan pasien (CHIC, 2010). Namun, IPC juga dapat menimbulkan masalah
yang kompleks seperti pembagian kewenangan, saling ketergantungan, pendidikan
atau latar belakang budaya (D’ Amour et al., 2008). Beberapa penulis berpendapat
bahwa kemitraan pasien adalah retorika akademis daripada kenyataan (Garth et al.,
2009). Dalam sebuah studi baru-baru ini, yang dilakukan dalam pengaturan
perawatan kesehatan dewasa, disonansi dijelaskan antara praktik profesional
kesehatan dan wacana mereka (Bilodiau et al., 2015). Meskipun profesional
kesehatan menyambut pasien sebagai anggota tim dan mitra, tidak ada kesempatan
nyata yang diberikan untuk mendukung peran ini (Bilodiau et al., 2015). Namun
demikian, penulis lain melaporkan bahwa mengintegrasikan perspektif pasien ke
dalam pengaturan pediatrik akan meningkatkan kualitas perawatan (Bonztepe et al.,
2017). Oleh karena itu, sangat penting untuk mengeksplorasi perspektif anak-anak
dan remaja selama perawatan terhadap adanya IPC. Beberapa penulis telah
mengeksplorasi perspektif anak-anak tentang hubungan antara profesional kesehatan
(Odegard, 2006) atau praktik kolaboratif seperti ronde yang berpusat pada keluarga
(Berkwitt et al., 2015).
Dalam praktiknya menerapkan IPC cukup kompleks dalam pengaturan pediatrik
karena kurangnya pemahaman umum atau peran yang jelas, serta cara yang tidak
memadai untuk berbagi informasi antara para profesional (Robinson, 2005). Anak-
anak dan remaja ditemukan untuk mengidentifikasi hubungan kekuasaan antara
profesional kesehatan. Karena interaksi dengan sejumlah besar profesional
kesehatan atau karena pemahaman yang terbatas dari diskusi yang diadakan di
samping tempat bed RS, anak-anak dan remaja merasa kurang leluasa (Berkwitt et
al., 2015). Partisipasi dalam IPC mungkin juga dibatasi karena preferensi peserta
untuk tidak terlibat dalam pengambilan keputusan (Coyne et al., 2011). Hal ini
menimbulkan pertanyaan sejauh mana pendekatan yang berpusat pada pasien
terhadap IPC, seperti yang dipromosikan oleh definisi CIHC, dapat diterapkan
dalam pengaturan pediatrik. Memahami sudut pandang pasien dianggap
"meningkatkan kesadaran profesional bahwa tindakan mereka memiliki konsekuensi
nyata". ' perasaan dan pikiran dipertimbangkan dan diintegrasikan (Risjord, 2009).
Oleh karena itu, mengeksplorasi perspektif anak-anak penting untuk memberikan
pandangan eksternal kepada profesional kesehatan tentang IPC. Dengan demikian,
hambatan sosial, profesional atau pribadi yang masih menghambat IPC dapat
diatasi. Hanya pengetahuan terbatas tentang perspektif anak-anak tentang IPC dan
relevansinya dalam pengaturan pediatrik yang masih ada (Ruch et al., 2011).
Dampak Pelaksanaan Interprofessional Collaboration:
- Keselamatan Pasien
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih et al. (2019) menunjukkan bahwa
interprofessional collaboration memberikan pengaruh yang baik terhadap
pelaksanaan sasaran keselamatan pasien yang ada di rumah sakit karena
melalui kolaborasi dan kerjasama yang baik maka keselamatan pasien
meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Andriani, et al. (2019) yang menjelaskan bahwa kolaborasi memberikan
dampak positif terhadap tingkat keselamatan pasien.
- Kepuasan pasien
Penelitian yang dilakukan oleh Anggorowati, (2017) menjelaskan bahwa
kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit cenderung dilihat atau
dievaluasi oleh pasien dalam bentuk pelayanan yang diberikan oleh dokter
dan perawat terutama dalam konteks pelayanan rumah sakit. Pasien akan
merasa puas bila perawat dan dokter membangun hubungan atau kemitraan
yang baik. Semakin baik pelayanan dan pelayanan yang diberikan maka
kepuasan pasien semakin meningkat.
- Kualitas Pelayanan Rumah Sakit
Penelitian yang dilakukan oleh Ariyani, (2017) menjelaskan bahwa
Kerjasama merupakan strategi efektif untuk mencapai kualitas hasil yang
diharapkan, karena melalui kerjasama yang baik kualitas dan mutu
pelayanan rumah sakit juga akan meningkat. Hal ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ellys (2019) yang menyebutkan bahwa
kerjasama merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit.

Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Interprofessional Collaboration:


- Komunikasi
Komunikasi merupakan hal penting yang harus dilaksanakan dalam
pelaksanaan kolaborasi, karena melalui komunikasi proses penyampaian
informasi antar satu dengan yang lain akan lebih jelas dan dapat
meningkatkan kerjasama serta kolaborasi yang baik. Tenaga kesehatan harus
bekerja sama dengan baik dan tidak melakukan pelayanan kesehatan sendiri,
yang akan mendatangkan keuntungan tersendiri. Salah satu faktor yang
menghambat terselenggaranya kerjasama antar tenaga kesehatan adalah
komunikasi yang kurang baik. Hal ini di dukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Lestari, et al (2018) yang menyatakan bahwa faktor
penghambat dalam pelaksanaan Interprofessional collaboration adalah
buruknya komunikasi antar tenaga kesehatan karena komunikasi yang buruk
maka akan terjadi kesalahpahaman dan akan menyebabkan perawatan yang
kurang baik pada pasien sehingga dapat menyebabkan dampak yang buruk
pada keselamatan dan kesehatan klien.
- Latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih et al.(2019) menjelaskan bahwa
penghambat dalam upaya penyelamatan pasien yang sering terjadi karena
kesalahan yang dapat disebabkan oleh pelaksana kesehatan seperti perawat
dan dokter yang dimana dokter merasa bahwa pengetahuan dan perannya
lebih tinggi di bandingkan dengan perawat sehingga kolaborasi dan
kerjasama yang dilakukan menjadi kurang baik. Latar belakang tingkat
pendidikan dari masing masing tenaga kesehatan akan mempengaruhi
perilaku seseorang dalam menjalankan peran dan tanggungjawabnya saat
melakukan tindakan kolaborasi yang dapat di artikan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin besar keinginannya dalam
memanfaatkan ketrampilan dan pengetahuannya.
- Keterbatasan pemahaman tentang peran masing-masing profesi
Penelitian yang dilakukan oleh Hardin, (2019) menjelaskan bahwa
keterbatasan pemahaman akan peran masing-masing jabatan akan
mempengaruhi pelaksanaan kerjasama, diantaranya pelaksanaan kerjasama
antara perawat dan dokter sering menimbulkan kesalahpahaman yaitu masih
banyak dokter yang kurang memahami ruang lingkup praktek. Perawat,
sehingga tanggung jawab perawat dan dokter sering tumpang tindih,
sehingga dokter kurang yakin dengan kemampuan perawat dalam
mengambil keputusan tentang perawatan pasien.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman anak-anak
dirawat oleh tim interprofesional, dan untuk memperoleh pemahaman dan harapan
mereka mengenai hubungan interprofesional antara perawat dan dokter agar
kesadaran profesional kesehatan akan pentingnya IPC akan meningkat. Ini dapat
memungkinkan untuk penyesuaian hubungan interprofesional yang sesuai. Tujuan
kedua adalah untuk mendapatkan pandangan anak-anak dan remaja tentang peran
yang mereka rasakan dalam tim perawatan interprofesional. Pertanyaan penelitian
adalah sebagai berikut; (1) Apa pengalaman anak-anak dan remaja dalam tim
kesehatan interprofesional?; (2) Apa arti IPC bagi anak-anak dan remaja?; (3) Apa
pengaruh IPC terhadap pengasuhan mereka, dari perspektif anak-anak dan remaja?;
(4) Apa persepsi anak-anak dan remaja tentang peran mereka sendiri dalam proses
kolaboratif interprofesional? 
III. Material and Methods
1. Search Strategy
Proses pencarian artikel dilakukan berdasarkan PICO yang disesuaikan dengan
tema yang dipilih yaitu interprofesional team work dan perspektif anak-anak
yang dirawat di rumah sakit. Pencarian dilakukan pada Google Schoolar.
Keyword yang digunakan antara lain “Children in the hospital” AND
“Interpofessional healthcare team work” AND “Children perspectives”.
Seluruh artikel yang ditemukan merupakan artikel dengan Bahasa Inggris. PICO
yang disusun adalah sebagai berikut:
Population : Children in the hospital
Intervention : Interpofessional healthcare team work
Comparation : -
Outcome : Children perspectives
Time : Last five years
Setelah dilakukan pencarian, artikel akan dikaji dengan tahapan pada
diagram PRISMA (Moher et al, 2009) sebagai berikut:
a. Skrining duplikasi, melakukan identifikasi dan mengeliminasi artikel yang
terduplikasi atau sama
b. Skrining judul dan abstrak, menyaring penelitian yang membahas topik
sesuai dengan keywords dan dapat dimasukkan pada tahapan selanjutnya.
c. Skrining full text, artikel yang didapat setelah skrining abstrak akan
dilakukan skrining full text. Hanya artikel yang membahas sesuai dengan
topik yang akan masuk dalam analisis.
2. Inclusion Criteria
Kriteria inklusi dari artikel yang dianalisis adalah (1) artikel dari tahun 2016-
2021; (2) subjek merupakan pasien anak dengan yang dirawat di rumah sakit;
(3) artikel dapat berupa original search, review, atau research article; (4) dapat
diakses secara penuh atau full text
3. Exclusion Criteria
Kriteria eksklusi dari artikel yang dianalisis adalah; (1) artikel merupakan buku,
tesis, disertasi, hasil seminar, maupun konferensi.
4. Search Outcome
Hasil pencarian pada tiap database akan disaring dengan tahapan sesuai dengan
diagram PRISMA (Moher, Liberati, Tetzlaff, & Altman, 2009). Setelah
dilakukan penyaringan dengan menggunakan keyword yang sudah ditetapkan
didapatkan total 70 artikel dari Google Schoolar. Skrining duplikasi judul
didapatkan 22 artikel. Skrining dengan kesesuaian judul dan abstrak didapatkan
3 artikel sesuai dengan PICO lalu dilakukan skrining terakhir yakni full text dan
open acess didapatkan 1 artikel sesuai dengan PICO yang telah dibuat. Hasil
pencarian dan skrining dapat dijelaskan dalam gambar diagram berikut:

Identifikasi artikel dari Skrining Skrining full


Skrining
database Google judul dan text dan open
judul (22)
schoolar (70) abstrak (3) acess (1)

5. Identitas Jurnal
Judul: Caring Moments within an Interprofessional Healthcare Team: Children
and Adolescent Perspectives
Penulis: Amélia Didier, David Gachoud, Gabriela von Niederhäusern, Lazare
Benaroyo, Maya Zumstein-Shaha
Tahun: 2018
Penerbit: Patient Experience Journal (PXJ) Volume: 5 Nomor: 7
6. Data Extraction and Analysis
Ekstraksi artikel dimasukkan ke dalam bentuk tabel agar mempermudah
proses analisis. Tabel berisi nama peneliti dan tahun publikasi, tujuan penelitian,
populasi atau sampel penelitian, metode atau desain penelitian, intervensi, dan
hasil penelitian.
IV. Results

Judul Caring Moments within an Interprofessional Healthcare Team: Children and Adolescent Perspectives

Penulis Amélia Didier, David Gachoud, Gabriela von Niederhäusern, Lazare Benaroyo, Maya Zumstein-Shaha

Tahun 2018
Tujuan  Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang perspektif anak-anak terhadap IPC,
bagaimana hal itu mempengaruhi pengalaman perawatan mereka dan bagaimana mereka memahami
peran mereka sendiri dalam tim interprofesional.
 Untuk mendapatkan pandangan anak-anak dan remaja tentang peran yang mereka rasakan dalam tim
perawatan interprofesional
Responden/Sampel Sampel penelitian terdiri dari 10 anak dengan rentang usia 11-17 tahun. Para anak telah dirawat di rumah
sakit selama 1-3 minggu dengan kondisi penyakit kronis. Ada 3 tema yang diambil dalam wawancara
penelitian dengan anak dan orang tua yaitu pengalaman merawat dan peduli, kehadiran dan berbagi
informasi, dan interaksi antar profesional kesehatan.
Metode/Desain Wawancara semi-terstruktur digunakan dalam pelayanan pediatrik di Swiss University Hospital, dengan
sepuluh anak dan remaja berusia antara 11-17 tahun. Para peserta menggambarkan interaksi yang mereka
amati antara perawat dan dokter dan memberikan wawasan dan pengetahuan mereka tentang bagaimana
mereka memandang kualitas hubungan IPC dalam praktik perawatan.
Hasil 1. Pengalaman merawat dan kepedulian
Meskiupun sakit adalah pengalaman yang tidak menyenangkan, setiap anak menggambarkan bahwa
kepedulian sangat terasa terutama oleh perawat dan dokter. Anak-anak menggambarkan bahwa para
profesional kesehatan memperhatikan mereka dan kebutuhan mereka. Para profesional kesehatan
menunjukkan sikap peduli. Selain itu, para perawat juga selalu mendengarkan keluhan mereka secara
terus menerus yang membuat anak merasa sangat dihargai. Menurut anak-anak, tingkat kepedulian perlu
ditingkatkan dan dipertahankan yang sudah baik secara terus menerus dari para profesional kesehatan.
2. Kehadiran dan berbagi informasi
Anak-anak mengatakan dari semua profesional kesehatan, kehadiran perawat yang paling disorot.
Kehadiran perawat sangat dinantikan oleh anak-anak terutama yang sudah dirawat dalam jangka waktu
lama. Para perawat selalu menanyakan apakah anak-anak butuh sesuatu, mengajak bermain, dan
mengajak mengobrol. Anak-anak juga mengatakan bahwa perawat selalu ada untuk mereka
dibandingkan profesional kesehatan lain.
Tenaga profesional kesehatan selalu memberikan informasi kepada anak dan keluarga mengenai
kondisi mereka saat ini. Anak-anak mengatakan senang jika mengetahui kondisi sebenarnya dari sakit
yang mereka derita. Anak-anak mengatakan bahwa profesional kesehatan teratur memberikan informasi
tentang kondisi mereka, dan menanyakan bagaimana perasaan mereka. Anak-anak mengatakan dokter
memberikan informasi mengenai kondisi mereka, namun mereka tidak mengerti apa yang dijelaskan
oleh dokter. Anak-anak mengatakan perawatlah yang menjelaskan kepada mereka sehingga mereka
paham. Anak-anak sering bertemu dengan dokter, tapi mereka memiliki hubungan yang lebih dekat
dengan para perawat. Sebagian besar anak-anak mengatakan dokter memberikan informasi sesuai
pekerjaan mereka sehingga tidak begitu memiliki kedekatan dengan anak-anak dan tidak terlihat peduli,
para dokter hanya menjalankan pekerjaan mereka. Sementara para perawatlah yang selalu ada untuk
anak-anak dan mereka menantikan kehadiran perawat di dalam ruangan.
Menurut seorang anak, peran perawat lebih cocok untuk membangun hubungan pribadi dengan
pasien dari pada dokter, dokter dianggap hanya berpusat pada pemeriksaan dan pelaksanaan ujian
mereka dan hanya peduli pada hasil, bukan kami.
3. Interaksi antar profesional kesehatan
Anak-anak diminta untuk menjelaskan bagaimana interaksi/hubungan antar tenaga kesehatan yang
merawat mereka. Anak-anak mengatakan bahawa cara perawat dan dokter berbicara satu sama lain dan
bertukar informasi ramah dan saling menghormati satu sama lain. Salah satu anak juga mengatakan
bahwa interaksi dokter dan perawat juga menarik untuk dilihat karena mereka juga bercanda satu sama
lain dan tertawa bersama sehingga menimbulkan aura positif. Tenaga profesional kesehatan selalu
memutari bangsal dan mengecek anak-anak. Perawat selalu mengecek anak-anak dan membagikan
informasi kepada dokter, hubungan dokter dan perawat sangat baik dan informasi tersampaikan dengan
sangat baik, sehingga mereka bisa mengambil keputusan yang tepat untuk pengobatan dan perawatan
anak-anak.
Sementara itu beberapa anak mengatakan bahwa dokter menempati hierarki tertinggi di bangsal.
Anak-anak mengatakan ingin agar dokter tidak mengambil keuntungan dari peran superior mereka
kepada tenaga kesehatan lain dan menghormati perawat. Anak-anak mengatakan bahwa beberapa dokter
berbicara dengan serius kepada perawat dan kadang terkesan pamer kepada perawat. Anak-anak ingin
agar dokter menghormati dan menghargai perawat karena perawat selalu ada untuk mereka dan
menjalankan banyak tugas. Salah satu anak juga mengatakan melihat dokter menegur perawat, dan itu
membuatnya tidak nyaman karena dokter terlihat superior. Anak-anak ingin para tenaga kesehatan
khususnya dokter dan perawat bisa bekerja sama dengan baik. Anak-anak mengatakan jika tanpa
perawat, dokter juga tidak bisa bekerja, apalagi informasi dari dokter tidak mudah dipahami oleh anak-
anak dan membutuhkan perantara perawat.
Anak-anak juga ingin dilibatkan dalam proses perawatan mereka, bukan hanya peran mereka sebagai
pasien. Anak-anak mengatakan mereka ikut berperan dalam proses perawatan dengan cara menjawab
semua yang ditanyakan tenaga kesehatan, membantu mereka menulis rekam medis, dll. Sehingga anak-
anak merasa mereka memiliki peran dalam proses perawatan mereka.
V. Discussion
Sepengetahuan kami ini adalah salah satu studi pertama yang mengeksplorasi
pengalaman IPC dari perspektif anak-anak/remaja serta peran mereka dalam tim
interpersonal selama perawatan. Secara keseluruhan, para peserta melaporkan
pengalaman positif dan kepedulian, yang diberikan oleh lingkungan yang peduli
dan tim musltidisiplin. Anggota tim kesehatan multidisiplin menyediakan berbagai
kegiatan (permainan, kegiatan kreativitas, kegiatan mengajar, dll) didalam tim
kesehatan profesional, penting bagi perawat dan dokter untuk saling melengkapi dan
memiliki hubungan yang saling menghormati. Perawat melakukan peran yang tidak
sempat dilakukan oleh dokter seperti memberikan sikap yang hangat dan
memberikan kehadiran yang meyakinkan dan berkelanjutan.
Bagi beberapa anak dan remaja, hubungan mereka dengan perawat berbeda
dengan hubungan mereka dengan dokter. Hubungan mereka dengan perawat dekat,
pribadi, dan akrab. Perawat diharapkan memiliki jiwa yang ceria dan memiliki
banyak waktu untuk bermain, pengalaman ini juga dideskripsikan oleh anak-anak
dan remaja lainnya (Boztepe et al, 2017). Perawat dideskripsikan sebagai perantara
dan penerjemah dan dapat mengambil alih peran ketika dokter kehabisan waktu. Hal
ini mungkin menjelaskan bahawa peserta tidak selalu mengharapkan dokter untuk
mengambil peran yang sama sebagai perawat, atau untuk bermain atau memiliki
hubungan yang dekat dengan mereka.
Para dokter sebagian besar bertanggung jawab atas pengobatan, pengambilan
keputusan, dan pemantauan. Dalam momen berbagi informasi dapat terlihat jelas
perawat dan dokter saling melengkapi. Mempertimbangkan kompleksitas informasi,
penggunaan istilah medis, dan potensi ketidakmampuan anak-anaka/remaja dalam
memahami merupakan isu penting (Berkwitt and Grossman, 2015; Zwaanswijk et
al, 2011). Perawat memberikan informasi dengan istillah yang jelas dan mudah
dimengerti oleh para peserta sehingga para partisipan meminta perawat untuk
memberikan informasi tambahan apabila ada sesuatu yang kurang jelas. Kadang-
kadang, para peserta juga akan berkonsultasi dengan perawat ketika mereka tidak
siap untuk mendengar informasi tertentu dari dokter. Para peserta juga tidak merasa
takut atau terintimidasi atau enggan bertanya apabila ada pertanyaan lebih lanjut
seperti yang telah dilaporkan pada penelitian lainnya (Berkwitt and Grossman,
2015).
Interaksi antara perawat dan dokter adalah momen kolaborasi, yang melibatkan
rasa hormat tetapi juga diatur oleh dinamika kekuasaan. Meskipun saling
melengkapi, dokter dianggap berada pada tingkat hierarki yang lebih tinggi. Para
dokter adalah kekuatan utama, sementara perawat digambarkan sebagai kekuatan
cadangan. Anak-anak dan remaja mendasarkan persepsi ini pada status sosial dan
latar belakang pendidikan. Hubungan hierarkis itu nyata bagi peserta ketika dokter
memerintahkan sesuatu untuk dilakukan dan perawat memastikan bahwa tugas ini
dilakukan. Penting bagi anak-anak/remaja untuk mengetahui bahwa ada kekuatan
utama yang mendorong. Temuan Holyoake (1999), melaporkan bahwa anak-
anak/remaja merasakan hierarki antara perawat dan dokter. Tidak seperti temuan
Holyoake (1999), peserta dalam penelitian ini tidak hanya merasakan hubungan
antara perawat dan dokter tetapi juga memiliki harapan mengenai hubungan
interprofesional antara kedua kelompok profesional. Anak-anak dan remaja lega
mengetahui bahwa dokter tidak menyalahgunakan kekuasaan mereka. Interaksi
antara profesional kesehatan adalah dimensi kunci IPC, yang diatur oleh faktor-
faktor seperti otonomi dan dinamika kekuasaan (D’Amour, 2008).
Ditemukan kekuasaan negatif yang mempengaruhi hubungan antara perawat dan
dokter yang memunculkan rasa ketidakpedulian. Seorang remaja (13 tahun)
menganggap sikap salah satu dokter kasar dan tidak sopan terhadap perawat. Dari
sudut pandangnya, dokter menyalahgunanakan kekuasaanya, dokter tidak menerima
keahlian perawat, dan remaja tersebut merasa khawatir, tidak nyaman, tidak
berdaya, dan dalam posisi untuk tidak ikut campur. Menariknya, remaja mengaitkan
hubungan interprofesional negatif yang dirasakan dengan representasi sosial yang
bertahan tentang perawat dan dokter dan latar belakang pendidikan mereka. Peserta
lain juga mengisyaratkan latar belakang pendidikan sebagai alasan kekuatan dokter.
Pengamatan peserta mengenai kualitas hubungan dan perbedaan antara status
dan peran perawat dan dokter menggarisbawahi pentingnya faktor-faktor yang
mempengaruhi seperti interaksi relasional, hierarki, pembagian kekuasaan, dan
representasi sosial (San Martín-Rodríguez et al, 2005; Holyoake, 1999; Widmark et
al, 2016; Price et al, 2013). Interaksi antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi
pengalaman perawatan anak-anak dan remaja selama rawat inap. Interaksi
tampaknya menjadi faktor yang berkontribusi untuk menciptakan lingkungan yang
saling menghormati dan mempromosikan pengalaman yang positif dan penuh
perhatian. Menurut penuturan partisipan, kualitas interaksi interprofessional antara
perawat dan dokter mempengaruhi keterbukaan anak/remaja dan keinginan untuk
mencari informasi. Hubungan ini berkontribusi pada cara anak-anak dan remaja
menyimpan informasi tentang kondisi kesehatan, pengobatan, dan kemajuan
mereka. Oleh karena itu, upaya menciptakan lingkungan peduli melalui penerapan
sikap saling menghormati dan peduli, terutama saat berinteraksi di hadapan anak-
anak dan remaja, dapat menjadi elemen penting bagi tenaga kesehatan untuk
membina IPC. Namun, walaupun konsekuensi dari hubungan interpersonal telah
tertangani oleh anak-anak dan remaja, terdapat satu peserta yang menyoroti efek
interaksi yang tidak efektif, namun pemahaman lebih dalam tidak dapat dilakukan
dalam penelitian ini.
Peran anak-anak dan remaja dalam hubungan antara perawat dan dokter tidak
dapat dijelaskan secara rinci. Sebagian besar peserta lebih nyaman menangani peran
mereka dalam proses perawatan daripada di IPC. Beberapa peserta menyadari peran
mereka dalam proses perawatan penting dan berguna. Dalam kasus ini, sebagian
besar peserta menentukan cara konkret untuk berperilaku dalam peran mereka agar
berpartisipasi dalam perawatan mereka untuk cepat pulih, namun peserta lain
menggambarkan peran yang minor. Seorang gadis (13 tahun) mengomentari
sikapnya terhadap para profesional kesehatan. Keinginannya terbagi untuk menjadi
lebih tegas dan ketidakmampuannya, karena usianya yang masih muda. Gadis ini
menjelaskan bahwa orang tuanya harus mengambil alih ketika dia tidak dapat
berkontribusi dalam diskusi tentang kondisinya, atau dalam interaksi
interprofesional yang dia anggap negatif. Preferensi anak-anak atau remaja tentang
partisipasi dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan, dikaitkan dengan usia,
kematangan kognitif dan kemauan untuk berpartisipasi (Gart et al, 2009;
Zwaanswijk et al, 2011). Terdapat bukti bahwa beberapa anak/remaja lebih memilih
orang dewasa untuk membuat keputusan dalam situasi tertentu, sementara yang lain
ingin terlibat (Coyne and Harder, 2011). Ini mungkin menjelaskan reaksi tertahan
dari anak-anak dan remaja terhadap peran yang mereka rasakan dan peran yang
sebenarnya. Menurut temuan ini, anak-anak/remaja tidak menganggap IPC atau
hubungan interprofesional sebagai suatu proses, di mana mereka mengambil bagian.
Persepsi peserta tentang IPC dipengaruhi oleh representasi sosial perawat dan dokter
dan mencerminkan dominasi medis. Hal ini menunjukkan fakta bahwa melibatkan
pasien di IPC akan membutuhkan perubahan paradigma yang mendalam, terutama
dalam pediatrik. Hal ini melibatkan redefinisi dan pemahaman baru tentang peran
masing-masing, termasuk pasien. Momen interprofessional perlu ditransformasikan
menjadi pengalaman kepedulian, baik bagi anak-anak dan remaja maupun bagi para
profesional. Tanpa perubahan dalam budaya, pasien dapat berpegang pada
pandangan klasik IPC: sebuah proses yang terbatas pada profesional perawatan
kesehatan, diatur oleh dinamika tradisional dan representasi kekuasaan dan hierarki.
Perubahan ini melibatkan perpindahan dari hubungan hierarki dan kekuasaan antara
dokter, perawat, dan pasien (Didier, Gachoud, von Niederhäusern, Benaroyo, &
Zumstein-Shaha, 2018).
VI. Conclusion
Hasil penelitian ini memberikan pandangan yang memungkinkan untuk melihat
kolaborasi interprofesional dari perspektif anak dan remaja. Meskipun kolaborasi
interprofesional bukan menjadi fokus utama dari partisipan, namun lingkungan selama
perawatan menjadi aspek yang penting bagi anak dan remaja. Hasil dalam penelitian ini
membahas isu-isu kritis terkait hubungan kekuasaan dan rasa hormat terkait
pelaksanaan IPC. Secara tidak langsung, partisipan memberikan harapan terkait adanya
interprofesional collaboration selama perawatan. Adanya IPC akan menciptakan
lingkungan yang nyaman selama perawatan pada anak-anak dan remaja. Proses
menciptakan lingkungan yang positif perlu diteliti lebih lanjut terkait adanya pengaruh
IPC terhadap kenyamanan anak dan remaja sehingga dapat dikembangkan terkait model
keperawatan dengan pendekatan IPC dan berfokus pada anak dan remaja.
VII. Limitation
Anak-anak dan remaja dalam penelitian ini memberikan wawasan tentang
pengalaman mereka dalam interprofessional tim dan persepsi mereka tentang
kolaborasi, tetapi pertanyaan difokuskan hanya pada hubungan antara perawat dan
dokter. Fokus pada dua profesi ini saja mungkin menjadi batasan, mencegah pandangan
global tentang realitas IPC dalam dunia klinis yang sebenarnya. Penelitian mengenai
dampak dari kerusakan hubungan interprofesional collaboration terhadap sikap dan
perilaku anak dan remaja selama perawatan sangat diperlukan.

VIII. References
Bilodeau K, Dubois S, Pepin J. Interprofessional patient-centred practice in oncology
teams: utopia or reality? J Interprof Care. 2015;29(2):106–112.
Boztepe H, Çınar S, Ay A. School-age children’s perception of the hospital experience.
J Child Health Care. 2017;21(2):162–170.
Berkwitt A, Grossman M. A qualitative analysis of pediatric patient attitudes regarding
family-centered rounds. Hosp Pediatr. 2015;5(7):357–362.
CIHC. A National Interprofessional Competency Framework. 2010.
http://www.cihc.ca/files/CIHC_IPCompetencies_Feb1210r.pdf.
Cunningham S, Logan C, Lockerbie L, Dunn MJ, McMurray A, Prescott RJ. Effect of
an integrated care pathway on acute asthma/wheeze in children attending hospital:
cluster randomized trial. J Pediatr. 2008;152(3):315–320.
D’Amour D, Goulet L, Labadie J-F, Martín-Rodriguez LS, Pineault R. A model and
typology of collaboration between professionals in healthcare organizations. BMC
Health Serv Res. 2008;8(1):188.doi:10.1186/1472-6963-8-188
Didier, A., Gachoud, D., von Niederhäusern, G., Benaroyo, L., & Zumstein-Shaha, M.
(2018). Caring moments within an interprofessional healthcare team: Children and
adolescent perspectives. Patient Experience Journal, 5(2), 23–31.
https://doi.org/10.35680/2372-0247.1309
Henry BW, McCarthy DM, Nannicelli AP, Seivert NP, Vozenilek JA. Patients’ views
of teamwork in the emergency department offer insights about team performance.
Health Expect. 2013;19(3):702-715.doi:10.1111/hex.12148
Hewitt G, Sims S, Greenwood N, Jones F, Ross F, Harris R. Interprofessional teamwork
in stroke care: is it visible or important to patients and carers? J Interprof Care.
2014;(0):1–9.
Robinson M, Cottrell D. Health professionals in multi-disciplinary and multi-agency
teams: changing professional practice. J Interprof Care. 2005;19(6):547–560.
Ruch G, Murray C. Anxiety, defences and the primary task in integrated children’s
services: Enhancing interprofessional practice. J Soc Work Pract. 2011;25(4):433–
449.
San Martín-Rodríguez L, Beaulieu M-D, D’Amour D, Ferrada-Videla M. The
determinants of successful collaboration: a review of theoretical and empirical
studies. J Interprof Care. 2005;19(sup1):132–147.
WHO. Exploring patient participation in reducing health-care-related safety risks. Cph
World Health Organ. 2013.
Ita, K., Pramana, Y., & Righo, A. IMPLEMENTASI INTERPROFESSIONAL
COLLABORATION ANTAR TENAGA KESEHATAN YANG ADA DI RUMAH SAKIT
INDONESIA; LITERATURE REVIEW. Jurnal ProNers, 6(1).

Anda mungkin juga menyukai