Anda di halaman 1dari 23

Sosiologi

kajiah ilmiah mengenai masyarakat


manusia dan asalnya, perkembangan,
aturan, dan institusinya

Sosiologi adalah ilmu yang membahas tentang berbagai aspek dalam masyarakat serta
pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Istilah sosiologi pertama kali digunakan oleh Auguste
Comte dan kemudian diperluas menjadi suatu disiplin ilmiah oleh Émile Durkheim.[1]
Perkembangan sosiologi sebagai ilmu dibagi menjadi empat tahap, yaitu masa abad
pertengahan, masa abad renaisans, masa sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat
dengan menggunakan metode ilmiah dari keilmuan lain (abad ke-18 M), dan masa sosiologi
sebagai ilmu dengan metode ilmiah yang mandiri (abad ke-19 M).[2] Sosiologi memiliki objek
kajian yang jelas dan dapat diselidiki melalui metode-metode ilmiah serta dapat disusun
menjadi suatu sistem yang masuk akal dan saling berhubungan. Objek kajian utama dalam
sosiologi ialah struktur masyarakat, unsur sosial, sosialisasi dan perubahan sosial.[3]
Cabang-cabang ilmu sosiologi bersifat gabungan antara ilmu tentang gejala sosial yang
terjadi dalam masyarakat dengan ilmu-ilmu lainnya.[4]

Penggunaan istilah Sosiologi

Pada awalnya, manusia menyatukan segala bidang pengetahuan sebagai bagian dari filsafat
alam. Kemudian filsafat alam berkembang menjadi berbagai cabang ilmu, salah satunya
ialah filsafat sosial. Filsafat sosial membahas tentang etika yang perlu ada dan diiterapkan di
dalam masyarakat. Tokoh-tokohnya yaitu Plato (429–347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM).
Plato membahas tentang unsur sosiologi dalam bernegara, sedangkan Aristoteles
membahas tentang etika sosial. Dalam perkembangannya, sosiologi menjadi pengetahuan
yang berbeda dengan filsafat sosial. Sosiologi lebih mengutamakan pengetahuan tentang
realitas sosial di dalam masyarakat, dibandingkan dengan pengetahuan tentang cara
masyarakat dalam menerapkan etika.[5] Konsep sosiologi kemudian dikembangkan oleh
Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean Jaques Rousseau melalui pemikiran tentang kontak
sosial. Konsep pemikiran sosiologi ini belum dianggap sebagai ilmu hingga awal tahun 1800-
an.[6]

Istilah sosiologi digunakan pertama kali oleh Auguste Comte dalam bukunya yang berjudul
“Cours De Philosophie Positive” yang diterbitkan pada tahun 1838 M dan kemudian
dipopulerkan oleh Herbert Spencer pada tahun 1876 melalui penerbitan bukunya yang
berjudul Principles of Sociology.[7] Istilah sosiologi diperoleh dari dua kata dalam bahasa
Latin yaitu Socius dan Logos. Kata Socius berarti kawan, sedangkan kata Logos berarti ilmu
pengetahuan.[8]

Definisi

Masyarakat Eropa merupakan pencetus sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmiah. Sosiologi
sebagai ilmu tentang masyarakat memiliki batasan-batasan yang membedakannya dengan
disiplin ilmiah lainnya.[9] Berikut beberapa definisi sosiologi menurut para ahli:

1. Pitirim Sorokin : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal
balik antara beragam gejala sosial, gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan ciri-ciri
umum dari semua jenis gejala-gejala sosial lain.[10]

2. Albert J. Reiss, Jr : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kelompok-kelompok
sosial yang membentuk organisasi sosial atau lembaga sosial, dan pranata sosial serta
dampak yang ditimbulkannya.

3. Meta Spencer dan Alex Inkeles : Sosiologi adalah ilmu tentang kelompok hidup
manusia.

4. David Popenoe : Sosiologi adalah ilmu tentang interaksi manusia dalam masyarakat
sebagai suatu keseluruhan.

5. Roucek dan Warren : sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam kelompok sosial.[3]

. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf : sosiologi adalah penelitian ilmiah tentang
interaksi sosial yang menghasilkan organisasi sosial.[3]

7. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers : sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-
struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.[11]
. Max Weber : Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan
sosial.[12]

9. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi : Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang
mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.[13]

10. Paul B. Horton : sosiologi adalah ilmu yang memusatkan pemahaman mengenai
kehidupan kelompok dan produk kehidupan yang dihasilkannya.[14]

11. Soerjono Soekanto : sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi
kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola
umum kehidupan masyarakat.[15]

12. William Kornblum : sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat
dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam
berbagai kelompok dan kondisi.

13. Allan Jhonson : sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku sosial
serta pengaruh individu terhadap individu lain dan terhadap sistem sosial.[14]

14. Émile Durkheim : Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni
fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar
individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan
individu.[16]

15. Nursid Sumaatmadja : Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang hubungan sosial,
artinya bahwa manusia adalah makhluk aktif yang mengadakan kontak sosial dengan
interaksi sosial yang berupa tingkah laku dan dapat saling mempengaruhi.

1 . Hassan Shadily : Sosiologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang cara individu-individu
di dalam masyarakat agar dapat hidup bersama dengan membentuk ikatan-ikatan antar
individu serta cara untuk memaknai dan mengendalikan tujuan hidup bersama dengan
membentuk perserikatan-perserikatan hidup serta kepercayaan.[17]

17. P.J. Bouman: Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan sosial
antarmanusia dalam hubungan antar individu dengan kelompok, sifat dan perubahan-
perubahan, lembaga-lembaga serta ide-ide sosial.[18]

1 . Georg Simmel: Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dalam konteks
individu secara khusus dan tidak terikat, namun menghasilkan interaksi sosial sebagai
realitas sosial.[19]

Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan Sosial[20]

Ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang disusun secara
sistematis, diperoleh dari aktivitas berpikir manuia melalui metode tertentu. Kebenaran ilmu
pengetahuan dapat diuji secara kritis oleh orang lain. Secara garis besar, ilmu pengetahuan
terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut.

a. Ilmu pengetahuan alam (natural sciences), yaitu ilmu yang mengkaji gejala-gejala alam,
baik hayati maupun nonhayati. Ilmu pengetahuan alam antara lain matematika, biologi, fisika,
dan kimia.

b. Ilmu pengetahuan sosial (social sciences), yaitu ilmu yang mengkaji kehidupan bersama
manusia dengan sesamanya, ilmu pengetahuan sosial antara lain sosiologi, politik, hukum,
dan ekonomi.

c. Ilmu pengetahuan budaya (humanistic study), yaitu ilmu yang mempelajari manifestasi
atau perwujudan spiritual dari kehidupan bersama manusia. Ilmu pengetahuan budaya antara
lain kesastraan, bahasa, agama, filsafat dan kesenian.

Hakikat

Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.[21]

Sosiologi adalah ilmu sosial, bukan ilmu pengetahuan alam atau ilmu pasti karena yang
dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.

Sosiologi termasuk disiplin ilmiah kategori, bukan merupakan disiplin ilmiah normatif
karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.

Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni dan dalam perkembangannya sosiologi


menjadi ilmu pengetahuan terapan.

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret.
Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat
secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.

Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-
prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan
struktur masyarakat manusia.

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut
metode yang digunakan.

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala


umum yang ada pada interaksi antara manusia.

Ciri-Ciri
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari tentang masyarakat.
Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Ciri utama dari
sosiologi sebagai ilmu ialah empiris, teoretis, kumulatif dan nonetis. Empiris, yaitu
didasarkan pada pengamatan dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat perkiraan. Teoretis,
yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil pengamatan yang nyata dan abstraksi
tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan
menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori. Kumulatif, yaitu disusun atas
dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-
teori yang lama. Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau
buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara
mendalam.[22]

Sudut pandang

Sosiologi merupakan ilmu yang dapat diamati dalam sudut pandang yang beragam, karena
manusia merupakan makhluk yang perilakunya berubah-ubah.[23] Hal utama yang dijadikan
acuan dalam menyusun sudut pandang sosiologi adalah persoalan utama dalam dunia
sosial. Sosiologi memunculkan banyak sudut pandang yang beragam yang saling berkaitan
sekaligus saling bersaing satu sama lainnya. Pada awalnya, sudut pandang dalam sosiologi
dapat dibedakan menjadi sudut pandang fakta sosial, sudut pandang definisi sosial, sudut
pandang perilaku sosial. Pada perkembangan selanjutnya, muncul sudut pandang baru yaitu
sudut pandang positivistik, sudut pandang konstruksi sosial, dan sudut pandang kritis.[24]

Sudut pandang fakta sosial

Sosiologi dapat dipandang melalui fakta sosial berupa realitas sosial mengenai adanya
struktur sosial dalam masyarakat. Realitas sosial ini terbentuk secara mandiri tanpa ada
kaitannya dengan individu-individu yang ada dalam suatu masyarakat. Fakta sosial ini
berbentuk seperangkat aturan dalam masyarakat yang terpisah dari masyarakat tetapi tetap
mempengaruhi perilaku sosial dari masyarakat tersebut.[24]

Sudut pandang definisi sosial

Sosiologi dapat dipandang dari cara dan proses berpikir manusia sebagai individu yang
melakukan suatu tindakan secara bertanggung jawab untuk menemukan nilai sosial melalui
interaksi sosial. Di dalam masyarakat, manusia sebagai individu tetap patuh terhadap
struktur sosial dan pranat sosial yang telah ada. Sosiologi dipandang sebagai proses perilaku
sosial dan interaksi sosial yang berasal dari kehendak individu. Dalam sudut pandang definisi
sosial, hakikat dari realitas sosial berbentuk keinginan dan tindakan individu yang sifatnya
subjektif. Sosiologi dalam sudut pandan definisi sosial mengacu pada makna yang
dihasilkan oleh individu bagi masyarakatnya.[25]

Sudut pandang perilaku sosial

Sosiologi yang dipandang melalui perilaku sosial lebih mengutamakan sifat yang dapat
diamati melalui panca indera serta bersifat objektif. Acuan utama dalam sudut pandang
perilaku sosial adalah interaksi sosial yang berbentuk perilaku sosial yang dapat dipelajari
melalui pengamatan secara langsung. Sosiologi dalam sudut pandang perilaku sosial tidak
mementingkan makna dari perilaku sosial, melainkan pengamatan dari perilaku itu sendiri
secara berulang-ulang. Interaksi sosial dipandang sebagai suatu proses tanggapan dan
rangsangan yang memiliki hubungan timbal balik.[26]

Sudut pandang positivistik

Sudut pandang positivistik diperoleh dari filsafat positivistik Rene Descartes dan didukung
oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimulai sejak abad pencerahan.
Sebelum adanya sudut pandang positivistik, masyarakat sepenuhnya diatur oleh negara dan
agama yang mengendalikan pemikiran yang bersifat metafisika dan teologis.[27] Memasuki
abad ke-14 Masehi, masyarakat Eropa khususnya Skotlandia, memulai menunjukkan
ketidaksesuaian antara nalar dan agama dan memilih mencari kebenaran pengetahuan
melalui pembuktian secara empiris. Pemikiran ini kemudian berkembang di Inggris dan
menyebar ke Eropa Daratan.[28]

Sudut pandang konstruktivistik

Sudut pandang konstuktivistik dihasilkan melalui proses dari perdebatan teoretik dalam
sejarah perkembangan sosiologi itu sendiri. Teori-teori sosial yang bersifat umum mulai
diperdebatkan sehingga menghasilkan berbagai teori sosial yang bersifat khusus dan
terperinci pada suatu kajian tertentu. Selain itu, sudut pandang konstruktivistik juga muncul
akibat adanya perdebatan antara penggunaan metode yang subjektif atau objektif dalam
ilmu sosial serta perdebatan mengenai penggunaan metode ilmiah atau pengamatan
simbolik.[29]

Sudut pandang kritis

Sudut pandang kritis mulai terbentuk ketika sosiologi dianggap tidak mampu menciptakan
perubahan sosial dan perubahan politik yang mampu menciptakan masyarakat yang adil dan
beradab. Selain itu, sosiologi dianggap terlau mengandalkan metode ilmiah sebagai
tujuannya.[30] Para ahli teori kritis menganggap sosiologi hanya berpusat pada kajian
masyarakat secara menyeluruh sehingga tidak mempedulikan peran individu, sehingga
masyarakat yang adil dan beradab sulit diwujudkan melalui perubahan sosial.[31]

Pokok bahasan

Fakta sosial

Fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang tidak dilakukan oleh
individu melainkan oleh hal-hal yang berada di sekitarnya. Sifat dari fakta sosial adalah
mampu memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Segala hal yang berkaitan dengan
interaksi sosial merupakan bagian dari fakta sosial. Fakta-fakta ini bersifat objektif dan tidak
mengandung nilai subjektif yang berasal dari manusia.[32]

Tindakan sosial

Tindakan sosial merupakan tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan pengaruh


dari perilaku orang lain atau dapat memengaruhi orang lain.[32]

Khayalan sosiologis

Khayalan sosiologis merupakan cara untuk memahami apa yang terjadi di dalam individu
maupun di dalam masyarakat. Melalui khayalan sosiologi sejarah tokoh masyarakat, sejarah
masyarakat dan hubungan keduanya satu sama lain, dapat dengan mudah dipahami.
Khayalan sosiologis menggunakan permasalah dan isu sebagai alat untuk memahami
masyarakat dan individu di dalamnya.[33]

Realitas sosial

Realitas sosial merupakan hal-hal yang terjadi di dalam kehidupan sosial. Sifat dari reaitas
sosial adalah memiliki pola tertentu yang dapat dijelaskan serta saling berkaitan satu sama
lain.[34]

Objek
Sosiologi tidak memiliki fokus kajian pada bidang-bidang yang memiliki spesialisasi tertentu,
melainkan mengkaji fenomena sosial secara umum. [35] Objek kajian utama dalam sosiologi
ialah masyarakat.[36] Masyarakat adalah sekelompok individu yang hidup secara bersama-
sama dalam suatu wilayah dan mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan
memiliki budaya.[37] Penyelidikan terhadap masyarakat dilakukan melalui sudut pandang
hubungan antara manusia dan proses yang ditimbulkannya dalam masyarakat. Sosiologi
mengkaji hubungan timbal balik antara manusia dengan manusia lain, hubungan antara
individu dengan kelompok, dan hubungan antara kelompok satu dengan kelompok lain.
Selain itu, sosiologi juga mengkaji sifat-sifat dari kelompok-kelompok sosial yang bermacam-
macam coraknya.[38]

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek, yaitu objek material, objek
formal, objek budaya dan objek agama.[39] Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial,
gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu
sendiri.[40] Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial
atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara
manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.[40] Objek
budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.
Sedangkan objek agama menjadi pemicu dalam hubungan sosial masyarakat, dan banyak
juga hal-hal ataupun dampak yang mempengaruhi hubungan manusia.[39]

Ruang lingkup kajian

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji lebih mendalam pada bidang sosial
dengan cara yang beragam.[41] Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di
kota, dalam individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang sesuai bagi sosiologi,
asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu
sosial lainnya.[42] Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi
sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta
kelompok dengan kelompok di lingkungan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi dapat
dibagi menjadi tiga bidang ilmu utama, yaitu ekonomi, manajemen, dan sejarah. Sosiologi
dalam bidang ekonomi meliputi segala kegiatan usaha yang berhubungan dengan produksi,
distribusi, dan penggunaan sumber daya alam. Masalah manajemen berkaitan dengan pihak-
pihak yang membuat kajian tentang masyarakat, sedangkan persoalan sejarah berhubungan
dengan catatan kronologi.[43]

Dalam sosiologi, informasi untuk keperluan penelitian diperoleh dari penggabungan data dari
berbagai ilmu pengetahuan. Sosiologi dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah yang dapat
memberikan keterangan beserta uraian tentang proses berlangsungnya kehidupan
kelompok-kelompok sosial, atau kelompok manusia. Lingkungan hidup, realitas sosial serta
sensasi yang dirasakan manusia dapat dijelaskan melalui sosiologi. Selama kelompok itu
ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme,
masalah, dan perkembangan sifat kelompok serta prosesnya. Analisis sosiologi dipengaruhi
oleh semua faktor tersebut dalam hubungan antara manusia.[44]

Perkembangan sosiologi

Pada awalnya sosiologi disebut filsafat sosial karena masih dianggap sebagai ilmu yang
bernaung di dalam filsafat, materi yang dibahas pun tidak dapat dikatakan sebagai ilmu
sosiologi seperti yang dikenal sekarang. Sebab, pada saat itu materi filsafat sosial masih
mengandung unsur etika yang membahas tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu,
sedangkan sosiologi yang berkembang saat ini merupakan ilmu yang membicarakan
bagaimana kenyataan yang ada dalam masyarakat.

Perkembangan pada abad pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles
beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah,
masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran. Pendapat itu kemudian ditegaskan
lagi oleh para pemikir pada abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas
Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa
mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan
dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada
masa ini. Berkembangnya ilmu pengetahuan pada abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M),
turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah
mulai tampak pada abad ini. Para ahli pada zaman itu berpendapat bahwa pandangan
mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi pada abad pencerahan

Pada tahun 1839, Auguste Comte menciptakan istilah sosiologi sebagai suatu ilmu
pengetahuan. terhadap keseluruhan pengetahuan manusia mengenai kehidupan
bermasyarakat, hal ini disebut sebagai tahap pemikiran awal sosiologi. Perubahan-perubahan
besar pada abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18
M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini
terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Prancis.
Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia.
Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam
masyarakat.

Gejolak abad revolusi

Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat


yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangsawan dan kaum rohaniwan yang semula
bergelimang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang
semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan.
Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Prancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas

Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan
masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat
yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan
kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi
secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa
perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya:

Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan
dapat diketahui penyebab dan akibatnya.

Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan
perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan
perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat
diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Kelahiran sosiologi modern

Pada awal abad ke-20 Masehi, terjadi imigrasi besar-besaran dari Eropa menuju ke Amerika
Utara. Pertumbuhan penduduk yang pesat menimbulkan berbagai masalah sosial berupa
tindakan kriminal. Selain itu, pertumbuhan penduduk juga membentuk kota-kota baru yang
maju dalam bidang industri, sehingga terjadi perubahan sosial dalam masyarakat. Para
ilmuwan kemudian mulai meneliti perubahan sosial ini, sehingga sosiologi mengalami
perkembangan yang pesat di Amerika Serikat dan Kanada. Teori-teori sosiologi yang
berkembang di Eropa mulai diganti dengan teori-teori baru yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Amerika, sehingga terciptalah sosiologi modern. Pendekatan sosiologi modern
mengutamakan pengetahuan empiris dengan penekanan pada fakta sosial yang dapat
dipelajari dalam perubahan masyarakat. Berdasarkan fakta sosial itu, ditemukan kesimpulan
yang lebih menyeluruh dan cakupannya lebih luas terhadap perubahan masyarakat.[45]

Cabang keilmuan

Sosiologi pengetahuan

Sosiologi pengetahuan merupakan cabang ilmu sosiologi yang mempelajari pengetahuan


dan pemikiran manusia yang berkaitan dengan proses sosial dan faktor yang
mempengaruhinya dalam suatu kondisi sosial.[46] Istilah sosiologi pengetahuan
diperkenalkan pertama kali oleh Max Scheler.[47]

Sosiologi agama

Sosiologi agama merupakan salah satu cabang sosiologi yang mempelajari masyarakat dari
sudut pandang agama secara universal. Dalam sosiologi agama, nilai kebenaran filsafat
serta dogma dalam teologi tidak dijadikan sebagai bahan kajian. Sosiologi agama mengkaji
tentang kehidupan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat sebagai penggambaran dari
keagamaan.[48] Pendekatan sosiologi agama cenderung menggunakan kelebihan dan
kekurangan pada suatu agama sebagai objek kajian.[49] Objek kajian utama dalam sosiologi
agama ialah hubungan antarindividu dan antarkelompok di dalam organisasi keagamaan
serta hubungan antara suatu organisasi keagamaan dengan organisasi keagamaan
lainnya.[50] Dalam sosiologi agama, keyakinan kerohanian merupakan struktur sosial yang
menciptakan integrasi sosial pada individu-individu di dalam masyarakat.[51]
Sosiologi hukum

Sosiologi hukum merupakan cabang ilmu sosiologi yang menjelaskan hukum secara positif
dengan mempertimbangkan ilmu kemasyarakatan. Sosiologi hukum diperkenalkan pertama
kali pada tahun 1882 oleh ilmuwan berkebangsaan Italia yang bernama Anzilotti. Sosiologi
hukum menggabungkan pemikiran filsafat hukum, filsafat ilmu dan ilmu sosial dari berbagai
pemikiran dengan pendapat yang berbeda-beda. Penjelasan ilmiah dalam sosiologi hukum
disampaikan dengan metode deskripsi dan eksplorasi.[52] Dalam sosiologi hukum,
masyarakat dianggap sebagai suatu sistem sosial yang menjadi tempat diterapkannya
proses hukum.[53] Sosiologi hukum memanfaatkan pola-pola perlambangan hukum, prosedur
hukum, dan sanksi, untuk menafsirkan kebiasaan-kebiasaan dan penerapan materi
hukum.[54] Aktivitas penelitian dalam sosiologi hukum menerapkan proses berpikir yang
rasional dan teleologis.[55]

Sosiologi pendidikan

Sosiologi pendidikan merupakan cabang ilmu sosiologi yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam pendidikan melalui pendekatan sosial dan menggunakan metode ilmiah.[56]
Penggunaan istilah sosiologi pendidikan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1899 oleh
John Dewey dalam bukunya yang berjudul School and Society. Konsep awal dari sosiologi
pendidikan yaitu peran lembaga pendidikan sebagai pranata sosial.[57] Konsep ini kemudian
dikembangkan lagi oleh Ilmuwan-ilmuwan di bidang ilmu pendidikan dan ilmu sosial yaitu A.
W. Small, E. A.Kirkpatrick, C. A. Elwood, Alvin Good, dan S. T. Dutton. Pengembangan konsep
berkaitan dengan peranan sosiologi bagi pendidikan, terutama pendidikan anak oleh keluarga
dan masyarakat. Konsep sosiologi pendidikan mengalami perkembangan lebih lanjut setelah
John Dewey kembali menerbitkan buku pada tahun 1916 yang berjudul Democracy and
Education.[58]

Sosiologi politik

Perumusan batasan sosiologi politik dapat dilakukan melalui dua pendekatan. Pendekatan
pertama, sosiologi politik dijadikan sebagai sebuah hubungan masyarakat yang memiliki
interaksi sosial dalam bentuk politik dan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi
antara politik dan masyarakat.[59] Pendekatan kedua, sosiologi politik dijadikan sebagai
pendekatan bagi konsep, variabel, teori dan metodologi dalam memahami fenomena sosial.
Pada pendekatan kedua, sosiologi politik menjadi penjelas bagi kegiatan politik yang
merupakan bagian dari realitas sosial. Kegiatan ini melliputi pembagian kekuasaan dan
kewenangan, pengambilan keputusan dalam kebijakan kehidupan publik, pemerintahan, dan
negara serta pengambilan keputusan dalam konflik dan resolusi konflik.[60]
Sosiologi kesehatan

Sosiologi kesehatan merupakan salah satu cabang sosiologi yang berawal dari
perkembangan sosiologi kedokteran. Penyebab dibentuknya sosiologi kedokteran adalah
diperlukannya faktor-faktor sosial yang menentukan pola penyebaran penyakit. Setelah
terjadi perubahan sudut pandang dari penyebaran penyakit menjadi pencegahan penyakit,
maka sosiologi kesehatan pun dibentuk dan terpisah dari sosiologi kedokteran.[61] Dalam
sosiologi kesehatan, pengelolaan masalah kesehatan dilakukan dengan pendekatan
sosiologi.[62]

Sosiologi ekonomi

Sosiologi ekonomi merupakan salah satu cabang sosiologi yang membahas tentang cara
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam sosiologi ekonomi, fenomena
ekonomi yang terjadi dijelaskan dengan pendekatan sosiologi. Fenomena ekonomi yang
dikaji berupa proses produksi, distribusi, dan konsumsi sumber daya alam untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan mencapai kesejahteraan. Pendekatan sosiologis yang digunakan guna
mengamati fenomena ekonomi meliputi kerangka acuan, variabel, indikator, serta model
sosiologi dalam menjelaskan fenomena sosial di dalam masyarakat.[63]

Sosiologi pembangunan

Sosiologi pembangunan merupakan salah satu cabang sosiologi yang mempelajari


masyarakat sebagai subjek sekaligus objek pembangunan. Dalam proses pembangunan,
masyarakat menjadi penyebab terjadinya pembangunan sekaligus penerima dampak dari
pembangunan yang dilakukan. Pembangunan dianggap sebagai cara untuk melakukan
humanisasi terhadap masyarakat.[64] Konsep dasar dari sosiologi pembangunan dibentuk
oleh Karl Marx, Max Weber, dan Durkheim.[65]

Sosiologi pedesaan

Sosiologi pedesaan merupakan bagian dari ilmu sosiologi terapan yang ditujukan bagi
masyarakat pedesaan.[1] Pada masa klasik sosiologi pedesaan diartikan sebagai keadaan
sosial dari desa-desa di Eropa yang menggambarkan perbedaannya secara jelas bila
dibandingkan dengan keadaan kota. Pada masa modern, sosiologi pedesaan diartikan
sebagai cara masyarakat pedesaan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan kapitalisme
yang mempengaruhi pertanian.[66] Perkembangan ilmu sosiologi pedesaan berlangsung
pesat di Amerika Serikat melalui karya tulis ilmiah T. Lynn Smith dan Paul E. Zopf pada tahun
1970 serta pada tahun 1972 melalui karya tulis ilmiah Galeski.[67]
Sosiologi perkotaan

Sosiologi perkotaan merupakan salah satu cabang sosiologi yang mempelajari tentang
gejala sosial akibat dari interaksi sosial yang terjadi di dalam kawasan perkotaan. Objek
kajian utama dalam sosiologi perkotaan adalah interaksi yang terjadi pada masyarakat
perkotaan yang dipengaruhi oleh lingkungan kota.[68] Kajian tentang sosiologi perkotaan
mulai dibahas pertama kali oleh Chicago School dalam buku pedoman tentang ekologi
manusia. Pada tahun 1950, Chicago School kemudian menerbitkan buku pedoman tentang
sosiologi urban.[69] Kajian dalam sosiologi perkotaan melingkupi keterangan umum tentang
perkotaan, urbanisasi, pembagian kawasan perkotaan, masyarakat perkotaan, permasalahan
urban, dan struktur sosial.[70]

Kegunaan

Teori-teori dalam ilmu sosiologi dapat digunakan untuk untuk menjadi rangkuman
pengetahuan mengenai hal-hal yang diketahui dan telah teruji kebenarannya dalam ilmu
sosial. Rangkuman pengetahuan ini kemudian dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
melengkapi kekurangan-kekurangan individu terhadap pengetahuan sosial. Pengetahuan
yang lengkap ini kemudian dapat memperjelas fakta sosial serta dapat membentuk susunan
konsep tentang arah perkembangan masyarakat. Teori-teori sosiologi juga dapat
dimanfaatkan dalam rangka pembangunan masyarakat. Perencanaan pembangunan
masyarakat harus diawali dengan pengumpulan informasi berupa data masyarakat yang
akan dikembangkan. Selanjutnya, diperlukan informasi tentang dampak yang dapat
ditimbulkan akibat pengembangan masyarakat melalui pembangunan. Data yang diperlukan
secara lebih rinci berupa pola interaksi sosial, kelompok-kelompok sosial, maupun tokoh
masyarakat yang memiliki peran penting dalam pembangunan. Data tentang kebudayaan
yang dapat memperlambat atau mempercepat proses pembangunan juga diperlukan.[71]

Penerapan teori sosiologi dalam kehidupan nyata untuk meningkatkan kemampuan


beradaptasi dengan lingkungan sosial. Masalah-masalah sosial dan pembangunan juga
menjadi mudah untuk diselesaikan karena adanya data yang akurat yang diperoleh
pemerintah melalui pemeriksaan yang ketat. Tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap
evaluasi dilakukan dengan teliti. Tahap perencanaan data didasarkan pada nilai sosial dan
aspirasi yang ada atau mungkin ada dalam masyarakat jika kebijakan dilaksanakan.
Kekuatan sosial yang penting dan berpengaruh juga harus diketahui keberadaannya pada
saat pelaksanaan pembangunan dan kebijakan. Sedangkan, tahap evaluasi melibatkan
dampak-dampak dari kebijakan terhadap pola interaksi sosial dan kondisi masyarakat yang
ada. Teori sosiologi juga dapat membantu siapa pun yang ingin berperan atau tampil dalam
masyarakat dengan cara memahami nilai-nilai dan kekuatan-kekuatan yang penting yang
dapat digunakan atau dirangkul untuk bersama membangun peran sosial. Selain itu, teori
sosiologi dapat membantu mengenali adanya perbedaan sosial antara kelompok dan
mempermudah terciptanya pluralitas masyarakat yang stabil demi pembangunan dan
kemajuan bersama.[72]

Referensi

1. Murdiyanto 2008, hlm. 1.

2. Elisanti dan Rostini 2009, hlm. 7.

3. Zaitun 2016, hlm. 2.

4. Sukardi dan Rohman 2009, hlm. 9.

5. Suhardi dan Sunarti 2009, hlm. 3.

. Suhardi dan Sunarti 2009, hlm. 3-4.

7. Murdiyanto 2008, hlm. 2.

. "Sosiologi: Pengertian, sejarah, dan Ciri-cirinya" (https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/30/1


30000469/sosiologi--pengertian-sejarah-dan-ciri-cirinya) .

9. Murdiyanto 2008, hlm. 3.

10. Sudarmi dan Indriyanto 2009, hlm. 5.

11. Budiati 2009, hlm. 11.

12. Widianti 2009, hlm. 3.

13. Waluya 2009, hlm. 5.

14. Murdiyanto 2008, hlm. 4.

15. Sudarmi dan Indriyanto 2009, hlm. 6.

1 . Waluya 2009, hlm. 4.

17. Suhardi dan Sunarti 2009, hlm. 9.

1 . Elisanti dan Rostini 2009, hlm. 9.

19. Budiati 2009, hlm. 10.

20. Purwasih, Joan Hesti Gita (2016). Sosiologi Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Klaten: PT Intan Pariwara.
hlm. 4. ISBN 979-28-1442-2 Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan).

21. Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Hlm. 5

22. William D Perdue. 1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto, CA:
Mayfield Publishing Company. Hlm. 20

23. Sukardi dan Rohman 2009, hlm. 8.


24. Wirawan 2012, hlm. 2.

25. Wirawan 2012, hlm. 95.

2 . Wirawan 2012, hlm. 169.

27. Septiarti, dkk. 2017, hlm. 30.

2 . Septiarti, dkk. 2017, hlm. 31.

29. Septiarti, dkk. 2017, hlm. 35-36.

30. Septiarti, dkk. 2017, hlm. 42-43.

31. Septiarti, dkk. 2017, hlm. 43.

32. Soyomukti 2014, hlm. 64.

33. Soyomukti 2014, hlm. 64-65.

34. Soyomukti 2014, hlm. 65.

35. Widianti 2009, hlm. 4.

3 . Zaitun 2016, hlm. 5.

37. "Pengertian Masyarakat: Definisi, Fungsi, Syarat, Unsurnya [LENGKAP]" (https://www.nesabamedia.co


m/pengertian-masyarakat/) . Nesabamedia. 2019-03-31. Diakses tanggal 2020-11-20.

3 . Ruswanto 2009, hlm. 5.

39. James. M. Henslin, 2002. Essential of Sociology: A Down to Earth Approach Fourth Edition. Boston:
Allyn and Bacon. Hlm 10

40. Ruswanto 2009, hlm. 3.

41. Pitirim Sorokin. 1928. Contemporary Sociological Theories. New York: Harper. Hlm. 25

42. Randall Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York: Academic Press.
Hlm. 19

43. George Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hlm. 28

44. Sudarmi dan Indriyanto 2009, hlm. 11.

45. Murdiyanto 2008, hlm. 26.

4 . Pandaleke 2015b, hlm. 3-4.

47. Pandaleke 2015b, hlm. 5.

4 . Pramono 2017, hlm. 2.

49. Pramono 2017, hlm. 5.

50. Haryanto 2015, hlm. 31.

51. Haryanto 2015, hlm. 32.

52. Laksana, dkk. 2017, hlm. 1.


53. Umanailo 2016, hlm. 6.

54. Laksana, dkk. 2017, hlm. 10.

55. Umanailo 2016, hlm. 5.

5 . Zaitun 2016, hlm. 8.

57. Zaitun 2016, hlm. 9-10.

5 . Zaitun 2016, hlm. 10.

59. Damsar 2015, hlm. 12.

0. Damsar 2015, hlm. 13-14.

1. Rosmalia dan Sriani 2017, hlm. 4.

2. Rosmalia dan Sriani 2017, hlm. 5.

3. Mudiarta, K.G. (2011). "Perspektif dan Peran Sosiologi Ekonomi dalam Pembangunan Ekonomi
Masyarakat" (http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/fae/article/download/3906/3248) .
Forum Penelitian Agro Ekonomi. 29 (1): 56. doi:10.21082/fae.v29n1.2011.55-66 (https://doi.org/10.2
1082%2Ffae.v29n1.2011.55-66) . ISSN 2580-2674 (https://www.worldcat.org/issn/2580-2674) .

4. Jamaludin 2016, hlm. 1-2.

5. Jamaludin 2016, hlm. 2.

. Zid dan Alkhudri 2016, hlm. 2.

7. Zid dan Alkhudri 2016, hlm. 3.

. Pandaleke 2015a, hlm. 4.

9. Pandaleke 2015a, hlm. 5.

70. Pandaleke 2015a, hlm. 5-6.

71. Soyomukti 2014, hlm. 104-105.

72. Soyomukti 2014, hlm. 105-106.

Daftar pustaka

1. Budiati, A. C. (2009). Sosiologi Kontekstual: Untuk SMA dan MA Kelas X (https://bsd.pend


idikan.id/data/SMA_10/Sosiologi_Kontekstual_Kelas_10_Atik_Catur_Budiati_2009.pd
f) (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-
068-219-1.

2. Damsar (2015). Pengantar Sosiologi Politik Edisi Revisi (https://iqbalunimed.files.wordpr


ess.com/2019/02/pengantar-sosiologi-politik.pdf) (PDF) (edisi ke-4). Jakarta:
Prenadamedia Group. ISBN 978-602-9413-16-8.
3. Elisanti dan Rostini, T. (2009). Sosiologi 1: untuk SMA / MA Kelas X (https://bsd.pendidik
an.id/data/SMA_10/Sosiologi_1_Kelas_10_Elisanti_Tintin_Rostini_2009.pdf) (PDF).
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-744-8.

4. Haryanto, Sindung (2015). Sosiologi Agama: Dari Klasik hingga Postmodern (https://web.
archive.org/web/20201209084354/https://iqbalunimed.files.wordpress.com/2018/12/
Sosiologi-Agama-Dari-Klasik-Hingga-Postmodern.pdf) (PDF). Sleman: Ar-Ruzz Media.
ISBN 978-602-313-028-3. Diarsipkan dari versi asli (https://iqbalunimed.files.wordpress.
com/2018/12/Sosiologi-Agama-Dari-Klasik-Hingga-Postmodern.pdf) (PDF) tanggal
2020-12-09. Diakses tanggal 2020-11-24.

5. Jamaludin, A. N. (2016). Sosiologi Pembangunan (http://digilib.uinsgd.ac.id/3650/1/SOS


IOLOGI%20PEMBANGUNAN.pdf) (PDF). Bandung: CV. Pustaka Setia. ISBN 978-979-
076-604-4.

. Laksana, dkk. (2017). Buku Ajar Sosiologi Hukum (https://simdos.unud.ac.id/uploads/fil


e_pendidikan_1_dir/9175b128df486a0090485c936b7ce232.pdf) (PDF). Tabanan:
Pustaka Ekspresi. ISBN 978-602-5408-02-1.

7. Murdiyanto, E. (2008). Sosiologi Perdesaan: Pengantar untuk Memahami Masyarakat


Desa (http://repository.upnyk.ac.id/3224/1/Buku_Sosperd-Eko_Murdiyanto.pdf) (PDF).
Yogyakarta: Wimaya Press. ISBN 978-979-8918-88-9.

. Pandaleke, Alfien (2015a). Sosiologi Perkotaan (https://www.academia.edu/21650364/S


osiologi_Perkotaan_Dr_Dra_Alfien_Pandaleke_M_Si) . Bogor: Maxindo Internasional.
ISBN 978-602-72508-0-2.

9. Pandaleke, Alfien (2015b). Sosiologi Pengetahuan (https://archive.org/download/11.BUK


USOSIOLOGIPENGETAHUANDR.Dra.AlfienPandalekeSE.MSI/11.%20BUKU%20SOSIOLO
GI%20PENGETAHUAN_DR.Dra.Alfien%20Pandaleke%2CSE.%20MSI.pdf) (PDF). Malang:
CV. Diaspora Publisher. ISBN 978-602-72371-1-7.

10. Pramono, M. F. (2017). Sosiologi Agama dalam Konteks Indonesia (http://repo.unida.gont


or.ac.id/75/1/SOSIOLOGI%20AGAMA-%20BUKU%20AJAR_compressed%20%282%29.
pdf) (PDF). Ponorogo: Unida Gontor Press. ISBN 978-602-60033-8-6.

11. Rosmalia, D., dan Sriani, Y. (2017). Sosiologi Kesehatan (http://bppsdmk.kemkes.go.id/p


usdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/sosiologi_bab1-3.pdf) (PDF). Jakarta
Selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

12. Ruswanto (2009). Sosiologi: SMA / MA Kelas X (https://bsd.pendidikan.id/data/SMA_1


0/Sosiologi_Kelas_10_Ruswanto_2009.pdf) (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-746-2.
13. Septiarti, dkk. (2017). Sosiologi dan Antropologi Pendidikan (http://staffnew.uny.ac.id/upl
oad/132326892/pendidikan/Sosio%20Antro%20Pend_Buku.pdf) (PDF). Yogyakarta:
UNY Press. ISBN 978-602-6338-47-1.

14. Soyomukti, Nurani (2014). Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori & Pendekatan
Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-Kajian Strategis (http
s://iqbalunimed.files.wordpress.com/2018/12/Pengantar-Sosiologi.pdf) (PDF).
Sleman: Ar-Ruzz Media. ISBN 978-979-25-4801-3.

15. Sudarmi, S., dan Indriyanto, W. (2009). Sosiologi 1: Untuk Kelas X SMA dan MA (https://b
sd.pendidikan.id/data/SMA_10/Sosiologi_1_Kelas_10_Sri_Sudarmi_W_Indriyanto_200
9.pdf) (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-
979-068-209-2.

1 . Suhardi dan Sunarti, S. (2009). Sosiologi 1: Untuk SMA/MA Kelas X Program IPS (https://
bsd.pendidikan.id/data/SMA_10/Sosiologi_1_Kelas_10_Suhardi_Sri_Sunarti_2009.pdf)
(PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-
208-5.

17. Sukardi, J.S., dan Rohman, A. (2009). Sosiologi: Kelas X untuk SMA / MA (https://bsd.pen
didikan.id/data/SMA_10/Sosiologi_Kelas_10_Joko_Sri_Sukardi_Arif_Rohman_2009.pd
f) (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-
068-747-9.

1 . Umanailo, M. C. B. (2016). Sosiologi Hukum (https://osf.io/5ymwh/download) .


Namlea: FAM Publishing. ISBN 978-602-335-213-5.

19. Waluya, B. (2009). Sosiologi 1: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas X
Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah (https://bsd.pendidikan.id/data/SMA_10/Sosi
ologi_1_Menyelami_Fenomena_Sosial_di_Masyarakat_Kelas_10_Bagja_Waluya_2009.
pdf) (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-
979-068-738-7.

20. Widianti, W. (2009). Sosiologi 1 : untuk SMA dan MA Kelas X (https://bsd.pendidikan.id/d
ata/SMA_10/Sosiologi_1_Kelas_10_Wida_Widianti_2009.pdf) (PDF). Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-745-5.

21. Wirawan, I.B. (2012). Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma: Fakta Sosial, Definisi
Sosial, dan Perilaku Sosial (https://books.google.co.id/books/about/Teori_teori_Sosial_d
alam_Tiga_Paradigma.html?id=AP5lnQAACAAJ&redir_esc=y) . Jakarta: Prenadamedia
Group. ISBN 978-602-9413-63-2.

22. Zaitun (2016). Sosiologi Pendidikan (Teori dan Aplikasinya) (http://repository.uin-suska.a


c.id/8620/1/Sosiologi%20Pendidikan%20%28Teori%20dan%20Aplikasinya%29.pdf)
(PDF). Pekanbaru: Kreasi Edukasi.

23. Zid, M., dan Alkhudri, A.T. (2016). Sosiologi Pedesaan: Teoritisasi dan Perkembangan
Kajian Pedesaan di Indonesia (http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Buku_Sosio
logi_Pedesaan_teoretis_dan_perkembangan_kajian_pedesaan_di_indonesia_Muhamma
d_Zid.pdf) (PDF). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Lihat pula

Masyarakat

Organisasi

Kebudayaan

Asimilasi

Konflik

perubahan sosial

Sosialisasi dan Sosialisme

Sosiologi organisasi

Bacaan lebih lanjut

Aby, Stephen H. (2005). Sociology: A Guide to Reference and Information Sources Sociology:
A Guide to Reference and Information Sources (https://archive.org/details/sociologyguideto
00abys) (edisi ke-3). Littleton: Libraries Unlimited Inc. ISBN 1-56308-947-5.
OCLC 57475961 (https://www.worldcat.org/oclc/57475961) .

Babbie, Earl R. (2003). The Practice of Social Research (edisi ke-10). Wadsworth: Thomsin
Learning Inc. ISBN 0-534-62029-9. OCLC 51917727 (https://www.worldcat.org/oclc/5191
7727) .

Collins, Randall (1994). Four Sociological Traditions. Oxford: Oxfor University Press. ISBN 0-
19-508208-7. OCLC 28411490 (https://www.worldcat.org/oclc/28411490) .

Coser, Lewis A. (1971). Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social
Context (https://archive.org/details/mastersofsociolo00cose) . New York: Harcourt Brace
Jovanovich. ISBN 0-15-555128-0.

Giddens, Anthony (2006). Sociology (https://archive.org/details/sociology0005gidd)


(edisi ke-5). Cambridge: Polity. ISBN 0-7456-3378-1. OCLC 63186308 (https://www.worldca
t.org/oclc/63186308) .
Landis, Judson R (1989). Sociology: Concepts and Characteristics (https://archive.org/detail
s/sociologyconcept00land_0) (edisi ke-7). Belmont, California: Wadsworth. ISBN 0-534-
10158-5.

Macionis, John J (1991). Sociology (https://archive.org/details/sociology0003maci)


(edisi ke-3). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. ISBN 0-13-820358-X.

Merton, Robert K. (1959). Social Theory and Social Structure: Toward The Codification of
Theory and Research (edisi ke-3). Glencoe: Free Press. OCLC 4536864 (https://www.worldc
at.org/oclc/4536864) .

Mills, C. Wright (1959). The Sociological Imagination. Oxford: Oxford University Press.
OCLC 165883 (https://www.worldcat.org/oclc/165883) .

Mills, C. Wright. Intellectual Craftsmanship Advices How to Work for Young Sociologist (http
s://web.archive.org/web/20061106060908/http://ddl.uwinnipeg.ca/res_des/files/reading
s/cwmills-intel_craft.pdf) (PDF). Diarsipkan dari versi asli (http://ddl.uwinnipeg.ca/res_de
s/files/readings/cwmills-intel_craft.pdf) (PDF) tanggal 2006-11-06. Diakses tanggal
2011-10-07.

Mitchell, Geoffrey Duncan (2007, originally published in 1968). A Hundred Years of


Sociology: A Concise History of the Major Figures, Ideas, and Schools of Sociological
Thought (https://archive.org/details/hundredyearsofso0000mitc_x2z8) . New Brunswick,
New Jersey: Transaction Publishers. ISBN 978-0-202-36168-0. OCLC 145146341 (https://w
ww.worldcat.org/oclc/145146341) .

NIsbet, Robert A. (1967). The Sociological Tradition. London: Heinemann Educational


Books. ISBN 1-56000-667-6. OCLC 26934810
(https://www.worldcat.org/oclc/26934810) .

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman (2004). Sociological Theory (https://archive.org/de


tails/classicalsociolo00ritz) (edisi ke-9). New York: McGraw Hill. ISBN 0-07-281718-6.
OCLC 52240022 (https://www.worldcat.org/oclc/52240022) .

Scott, John dan Marshall, Gordon (ed) (2005). A Dictionary of Sociology (edisi ke-3). Oxford:
Oxford University Press. ISBN 0-19-860986-8. OCLC 60370982 (https://www.worldcat.org/
oclc/60370982) .

Wallace, Ruth A., dan Alison Wolf (1995). Contemporary Sociological Theory: Continuing the
Classical Tradition (edisi ke-4). Upper Saddle River: Prentice Hall. ISBN 0-13-036245-X.
OCLC 31604842 (https://www.worldcat.org/oclc/31604842) .

White, Harrison C. (2008). Identity and Control: How Social Formations Emerge (edisi ke-2).
Princeton: Princeton University Press. ISBN 978-0-691-13714-8. OCLC 174138884 (https://
www.worldcat.org/oclc/174138884) .
Willis, Evan (1996). The Sociological Quest: An introduction to the Study of Social Life (http
s://archive.org/details/sociologicalques0000will) . New Brunswick: Rutgers University
Press. ISBN 0-8135-2367-2. OCLC 34633406 (https://www.worldcat.org/oclc/34633406) .

Pranala luar

Asosiasi Profesional
African Sociological Association (AfSA) (http://www.afsanet.org/) Diarsipkan (https://web.archive.or
g/web/20070705042046/http://www.afsanet.org/) 2007-07-05 di Wayback Machine.

American Sociological Association (ASA) (http://www.asanet.org/)

Association for Humanist Sociology (AHS) (http://uhaweb.hartford.edu/doane/ahsweb1.htm)

Australian Sociological Association (TASA) (http://www.tasa.org.au/)

Bangladesh Sociological Society (BSS) (http://www.bangladeshsociology.org/)

British Sociological Association (BSA) (http://www.britsoc.co.uk/)

Canadian Sociological Association (CSA) (http://www.csaa.ca/)

Canadian Association of French-speaking Sociologists and Anthropologists (http://www.acsalf.ca/)

European Sociological Association (ESA) (http://www.valt.helsinki.fi/esa/) Diarsipkan (https://web.a


rchive.org/web/20080102040658/http://www.valt.helsinki.fi/esa/) 2008-01-02 di Wayback
Machine.

French Sociological Association (http://www.afs-socio.fr/)

German Sociological Association (DGS) (http://www.soziologie.de/)

Indian Sociological Society (ISS) (http://www.insoso.org/)

International Institute of Sociology (IIS) (http://www.iisoc.org/)

International Sociological Association (ISA) (http://www.ucm.es/info/isa/)

Latin American Sociological Association (ALAS) (http://www.alas.fsoc.uba.ar/index.html)


Diarsipkan (https://web.archive.org/web/20100107083812/http://www.alas.fsoc.uba.ar/index.htm
l) 2010-01-07 di Wayback Machine.

Portuguese Sociological Association (APS) (http://www.aps.pt/)

Sociological Association of Ireland (SAI) (http://www.sociology.ie/)

South African Sociological Association (SASA) (http://www.sasaonline.org.za/)


Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Sosiologi&oldid=18951220"

Terakhir disunting 3 bulan yang lalu oleh InternetArchiveBot

Wikipedia

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali


dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai