Anda di halaman 1dari 43

FRAKTUR

Bedah Umum Veteriner

drh. I Putu Cahyadi Putra, M.Sc

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA TENGGARA BARAT
MATARAM
2019
Patah Tulang (Fraktur)

• Patah tulang  kerusakan jaringan


tulang yang berakibat pada kehilangan
kesinambungan tulang/terputusnya
keutuhan tulang.
Etiologi (1)
• Etiologi/penyebab:
• Trauma atau ruda paksa (Fraktura traumatika)
• Tulang  benda keras  Memiliki daya lentur  patah tulang terjadi akibat
terlampauinya batas lentur tulang
• Umur tua lebih berisiko daripada muda
• Penyakit yang ada di dalam tulang dan bersifat lokal
• Osteomielitis (radang tulang lokal)
• Osteoma (tumor jinak)
• Osteosarcoma (tumor ganas)
• Biasanya terjadi pada ujung distal os. femur dan ujung proximal os.tibia, os. radius dan os.
Ulna
• Pada tumor yang metastasis biasanya berasal dari thyroid, kelamin, mamae dll
Etiologi (1)
• Penyakit yang ada di dalam tulang dan bersifat
umum
• Osteogenesis imperfecta  adalah gangguan
kerapuhan tulang terutama disebabkan oleh
mutasi pada gen (genetic)
• Osteoporosis  kekeroposan tulang 
kurangnya kepadatan tulang
• Disebabkan oleh kurangnya kalsium
(Osteoporosis senilitas), penyakit
metabolisme, obat kortikosteroid,
poliomyelitis dll
• Penyakit di luar tulang misalnya tumor yang
mendesak tulang dan dapat merusak tulang.
Klasifikasi fraktur
• Berdasarkan tempat
• Fraktur os humerus, tibia, clavicula, dan femur dst.
• Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
• Fraktur komplit  garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang.
• Fraktur tidak komplit  bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang.
• Berdasarkan posisi fragmen :
• Undisplaced (tidak bergeser)/garis patah komplit tetapi kedua fragmen
tidak bergeser.
• Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
• Berdasarkan bentuk garis patahan fraktur
1. Fraktur Transversal
• Fraktur yang lurus melintasi tulang,
• Fraktur ini mempunyai peluang kesembuhan yang
baik
2. Fraktur Oblique (miring)
• Fraktur yang memiliki arah garis membentuk sudut
melintasi tulang yang bersangkutan.
3. Fraktur Spiral
• Fraktur tulang yang disertai dengan terpilinnya
ekstremitas.
4. Fraktur Impacted
• Patah tulang yang biasanya mengenai ujung tulang,
salah satu ujung tulang masuk ke fragmen yang lain.
5. Fraktur Comminuted
• Fraktur dimana pecahan patahan lebih dari dua
patahan
6. Fraktur Epiphysial
• Fraktur pada daerah epiphisis tulang
7. Fraktur Condyloid
• Fraktur yang terjadi pada condylus tulang dimana
condyles terpisah dari tulangnya
• Fraktur avulsi fraktur
akibat otot atau ligament
menarik tulang,
mematahkannya.
• Greenstick fracture
 fraktur dimana salah
satu sisi patah dan sisi
lainnya melengkung
Klasifikasi fraktur
• Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :
• Tertutup  apabila ujung tulang yang patah masih tertutup oleh otot dan kulit
• Terbuka (compound fracture) fraktur disertai kerusakan kulit  fraktur terbuka
keluar
• Berdasarkan kedudukan tulangnya :
• Tidak adanya dislokasi.
• Adanya dislokasi
• Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :
• Tipe Ekstensi, Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah
dalam posisi supinasi.
• Tipe Fleksi, Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam
posisi pronasi
Diagnosis Fraktur
• X-Ray  gambaran fraktur
• Konsep dasar penanganan patah tulang  Empat R  Rekognisi,
Reduksi, Retensi dan Rehabilitasi.
• Rekognisi  pengenalan dengan melakukan berbagai diagnosa yang benar
• Reduksi/reposisi  tindakan mengembalikan fragmen – fragmen fraktur
semirip mungkin dengan keadaan semula/normal.
• Retensi/fiksasi/imobilisasi  tindakan mempertahankan atau menahan
fragmen – fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan
• Rehabilitasi  tindakan pemeliharaan pasca tindakan fiksasi agar bagian
yang patah tersebut dapat kembali normal.
Rekognisi
• Rekognisi atau pengenalan dapat dilakukan dengan cara
1. Anamnesa  bagaimana sebabnya, kapan terjadinya dll
2. Inspeksi  perhatian ditujukan pada anggota gerak  apakah ada kepincangan,
pembengkakan, perubahan warna, kebiruan, pucat?
3. Pergerakan  apakah ada gerakan palsu atau gerakan pasif, pada patah tulang
biasanya terjadi fungsiolesa (gangguan fungsi) pada bagian yg menderita. Terutama
pada anggota gerak (ekstremitas) terlihat adanya gerakan pasif/gerakan yg tidak wajar.
4. Pengukuran  kaki tidak simetris, terjadi pemendekan jika dibandingkan pada bagian
yg sehat.
5. Palpasi  terasa dan terdengar adanya krepitasi, oedema, rasa sakit.
6. Diagnosa paling tepat X ray  pemotretan harus diambil dari dua posisi yang
saling tegak lurus untuk mendapatkan hasil atau gambaran kedudukan ujung tulang yg
patah secara detail atau jelas.
• Misalnya pada fraktur femur anjing  pemotretan secara dorso-lateral dan dorso ventral
MANIFESTASI KLINIS FRAKTUR
• Nyeri terus menerus dan terus bertambah berat sampai fragmen
tulang diimobilisasi. Spasmus otot yang menyertai fraktur.
• Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan
eksremitas. Deformitas dapat diketahui dengan membandingkan dengan
ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
• Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan
dibawah tempat fraktur.
• Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan
lainnya.
• Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa
jam atau beberapa hari setelah cedera.
Reduksi dan Retensi
• Reduksi tertutup (close reduction),
• Dengan cara manual/manipulasi, dengan tarikan
untuk menggerakkan fragmen tulang/
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
(ujung-ujungnya saling berhubungan).
• Dilanjutkan dengan  fiksasi ekterna
(pembalutan (bandage), gips, bidai, traksi
kontinue, pin dan tehnik gips)
Gips untuk retensi/fiksasi eksternal
• Gips atau gipsum adalah mineral Calcium sulfate CaSO4·2H2O.
• Bahan ini bila dicampur air akan kemabli mengeras
• Bagian tubuh yang dibalut gips tidak dapat bergerak secara bebas  selama menunggu
sembuhnya fraktur
• Gips berdasarkan waktu pengerasan gips
• Fast setting time  3-5 menit
• Slow setting time  5-15 menit
• Pembalutan masih dapat diatur atau disesuaikan pada setting time tersebut
• Memerlukan teknik khusus pemasangan
• Memiliki bahaya tekanan terhadap jaringan lunak atau kulit  nekrosis/komplikasi 
dapat diberi bantalan (kapas) sebagai penahan tekanan langsung.
• Namun bantalan ini tidak boleh terlalu tebal  karena mengurang efek fiksasi
• Pemasangan gips tidak boleh terlalu kuat  menghambat vaskularisasi dan
menimbulkan nekrosis jaringan disebalh distal
Reduksi dan Retensi
• Reduksi terbuka (open reduction and internal
fixation),
• Melakukan teknik pembedahan tertentu
untuk mencapai daerah fraktur 
melakukan pengangkatan jaringan mati
dan hematoma  dan melakukan
reduksi/reposisi tulang ke kedudukan
semula
• Kemudian melakukan pemasangan alat
untuk mempertahankan pergerakan
(fiksasi), yaitu
• fiksasi internal (kawat, sekrup, plat,
nail, pin dll)
Prinsip – prinsip penanganan reparasi tulang
• Suplai darah pada tulang dan fragmen tulang harus selalu diperhatikan
dan dilindungi dari trauma pembedahan.
• Restorasi yang akurat dari bentuk tulang. Khususnya pada daerah
persendian.
• Reposisi secara mekanik harus stabil fiksasinya
• Teknik yang dipakai diusahakan menimbulkan trauma yang minimal
• Rehabilitasi mutlak harus ada dan dimulai sedini mungkin setelah
terapi. Tujuan rehabilitasi  menyelamatkan fungsi
tulang/mengembalikan fungsi normal selama terjadi fraktur.
Kesembuhan patah tulang
• Faktor
1. Umur
2. Keadaan kesehatan umum
3. Sifat fraktur
• Fraktur disertai trauma ke jaringan yg hebat  lama
• Fraktur comminuted/kominutiva  lama
4. Lokas fraktur/tempat terjadinya
• Pada tempat vaskularisasi jelek  lama, contoh fraktur caput femoris.
5. Infeksi
6. Jenis fraktur, jenis garis patahan
Proses penyembuhan tulang
1. Fase hematoma
2. Fase proliferasi
3. Fase pembentukan callus
4. Fase konsolidasi
5. Fase remodelling
1. Fase hematoma
• Setiap fraktur akan terjadi pemutusan pembuluh darah  penimbunan
darah disekitar fraktur.
• Hematoma terjadi disertai pembengkakan jaringan lunak.
• Pada ujung tulang yang patah terjadi iskemia sampai beberapa
milimeter dari garis patahan  mati osteosit.
• Kemudian terjadi organisasi (proliferasi jaringan penyembuhan muda
ke dalam daerah radang)
2. Fase proliferasi
• Proliferasi sel-sel periosteal dan endosteal
• Hematoma terdesak oleh proliferasi ini dan diabsorbsi oleh tubuh.
• Bersamaan dengan aktivitas sel-se subperiostel tersebut terjadi aktivitas sel-
sel dari kanalis medularis dari bagian endosteum sumsum tulang belakang
masing – masing fragmen.
• Proses ini terjadi pada masing – masing fragmen tulang  proses ini terjadi
ke dalam dak keluar dari tulang tersebut
• Sehingga menjembatani permukaan fraktur satu sama lain
• Terdapat bentukan kartilago yang banyak,
• Pada fase ini terjadi pengendapan kalsium
3. Fase pembentukan callus
• Terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi
osteoporotic (rapuh) akibat dari reabsorbsi calsium
untuk penyembuhan.
• Sel – sel osteoblast mengeluarkan matriks
intraseluler (terdiri dari kolagen dan polisakarida)
 matriks ini bersatu dengan kalsium membentuk
tulang yang belum matang (young callus).
• Young callus mengalami maturasi menjadi callus,
• sehingga terbentuk dua jenis kalus yaitu internal
callus dan eksternak kallus.
• Jika X-ray  kalus berbentuk massa seperti tumor
yg dapat dipalpasi dari luar.
• Kalus menandakan tulang sedang mengami
penyambungan  union
Gambaran callus

• FIGURE 2. Example of indirect bone healing in an experimentally created fracture in a research


study: Note the initial sharply marginated fracture ends (A); over time there is slight resorption,
with the beginning of callus formation (periosteal component) (B), and between the fracture ends
there would be some phase of tissue healing. As the fracture continues to heal, the callus
formation becomes larger (C). Courtesy Journal of Bone & Joint Surgery

• https://todaysveterinarypractice.com/a-practitioners-guide-to-fracture-managementpart-2-selection-of-fixation-technique-external-coaptation/
4. Fase Konsolidasi
• Pada fase ini callus yg terbentuk mengalami maturasi lebih lanjut oleh
aktivitas osteoblast, kalus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature)
dengan pembentukan lamella
• Terjadi penggantian fibrous callus menjadi callus primer
• Pada fase ini calsium sudah mulai terletak secara keseluruhan
sehingga tampak radiopaque jika dilakukan X ray
• Terjadi setelah 4 minggu, namun pada umur muda lebih cepat
• Secara berangsur-angsur (perlahan) callus primer direabsorbsi kembali
oleh tubuh dan diganti oleh callus sekunder yang mirip dengan
jaringan tulang normal
5. Fase Remodeling
• Secondary bone callus (callus sekunder) sudah ditimbun oleh calsium
yang banyak dan tulang terbentuk dengan baik
• Terjadi pembentukan kembali medulla tulang
• Tulang baru yang terbentuk umumnya berlebihan (mengelilingi daerah
fraktur) diluar maupun diluar canal, sehingga dapat menymbat canalis
medularis
• Oleh tekanan dan tarikan mekanik (oleh gerakan kontraksi otot) maka
callus yg mature terserap kembali dengan kecepatan yg konstan 
terbentuk tulang sesuai dengan aslinya.
Komplikasi Patah Tulang
Tulang yang sembuh dari tindakan operasi fracture disebut clinical union
Komplikasi fraktur dapat terjadi karena
A. Frakturnya sendiri
1. Infeksi
2. Delayed union (penyambungan yg tertunda)
3. Non-union (tidak tersambung)
4. Avaskular nekrosis
5. Mal-union (kesalahan penyambungan/salh posisi)
6. Pemendekan tulang
B. Akibat dari ikutan dari fraktur/yang penyertai fraktur
1. Kerusakan pada kulit, vaskuler, saraf, tendon, organ dalam
2. Kekakuan sendi
3. Emboli lemak
Komplikasi  Infeksi
• Osteomielitis (radang tulang dan otot)
• Dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tertutup
• Mikroorganisme sangat menyukai jaringan rusak pada daerah yg
mengalami hematoma
Komplikasi delayed union
• Keadaan kesembuhan tulang yg terlambat atau tertunda
• Apabila dalam waktu 4 bulan masih ada pergerakan antar fragmen
tetapi tampak adanya tanda – tanda penyambungan.
• Tidak ada patokan baku terjadinya delayed union
• Lebih dari 6 bulan masih ada tanda-tanda penambungan  non-union
 pembongkaran kembali
• Mengetahuinya  X ray  kesembuhan tulang lebih lama dari
normal
• Mengatasi  observasi dan menanti (prolonged observasi)
Komplikasi  non-union
• Suatu keadaan kesembuhan tulang yg salah dan tidak mungkin tersambung
kembali
• Penyambungan tidak terjadi lebih dari 6 bulan, tidak ada tanda kesmebuhan
• Ujung – ujung tulang yg patah menjadi padat, halus dan sklerotik
• Terbentuk pseudoarthrosis  terbentuk persendian palsu yg diisi oleh
jaringan ikat kolagen (tanpa adanya rasa sakit)
• Penyebab delayed union dan non-union  infeksi, suplai darah yg tidak
cukup, gerakan yg berlebihan, interposisi, aposisi jelek, hematoma antar
fragmen diganti oleh cairan synovial, metal yg memberi reaksi korotif di
daerah fraktur, penyakit tulang
• Penanganan  dibongkar direposisi kembali, bone grafting
Komplikasi  Avaskuler nekrosis

• Suplai darah tidak ada  sel tulang mati


• Kejadian ini dapat terjadi pada fraktur
kolumna femoralis, karena vaskularisasi
di caput femur 10% melalui ligament
teres dan 90% dari capsula

• Keterangan : Fraktur collum femoris merupakan


fraktur yang terjadi antara ujung permukaan articular
caput femur dan regio interthrocanter dimana collum
femur merupakan bagian terlemah dari femur.
Komplikasi Mal-union
• Penyembuhan yg tidak semestinya
• Karena rotasi, angulasi dan lainnya
Komplikasi  pemendekan tulang
• Lebih pendek dari normalnya
• Karena  malunion, fraktur kompresi yg komunitiva, trauma pada
epifisis
Komplikasi pada kulit
• Hilangnya kulit yg luas  adanya gap atau celah  sehingga perlu
skin grafting
• Nekrosis  warna hitam pada daerah fraktur dan berpotensi infeksi
• Tindakan yg dilakukan insisi daerah nekrosis
Komplikasi pada pembuluh darah
• Sangat perlu diperhatikan meskipun kerusakan yg kecil
• Perobekan total atau parsial pada pembuluh darah
• Tandanya  rasa sakit, kulit pucat, paralisis dan dingin
Komplikasi pada otot dan tendon
• Komplikasi ringan  Terjadinya kesembuhan dengan jaringan fibrosis
dan timbulnya kekauan

• Komplikasi berat  myositis ossicicans (penulangan di daerah otot)


• Karena trauma berat di daerah persendian
• Harus dibiongkar kembali
Komplikasi  Kekakuan sendi
• Disebabkan oleh
• perlekatan otot penggerak sendi
• Perlekatan intra-artikuler
• Trauma langsung mengenai sendi
• Perdarahan sendi
• Myosistis ossifikans
• Fraktur yg sembuh namun kelainan pada sendi
Komplikasi  emboli lemak
• Sering terjadi pada trauma tulang belakang
• Terjadi karena perdarahan terbuka dan lemak yang tercecer masuk ke
pembuluh darah  terus bersirkulasi
• Lemak tersebut akan terhenti pada otak, pulmo jantung ginjal dll
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai