• Pengeluaran antibiotik terjadi melalui proses eliminasi yang berlangsung lama di dalam tubuh • Megakibatkan masih adanya bahan aktif antibiotik di dalam produk hewan ternak yaitu di daging, hati, ginjal, dan paru-paru saat hewan disembelih • Timbunan dari senyawa atau metabolit dari antibiotik dalam tubuh dapat menyebabkan residu • Faktor” Keberadaan residu antibiotik dalam produk hewani
(1) tidak diperhatikannya waktu henti obat
(2) penggunaan antibiotik melebihi dosis yang dianjurkan dan tidak di bawah pengawasan dokter hewan (3) pengetahuan yang kurang akan dampak pada kesehatan masyarakat akibat mengkonsumsi produk pangan asal hewan yang mengandung residu antibiotik (4) tidak ada penyuluhan dalam penggunaan antibiotik yang baik dan benar di peternakan, dan (5) tipe dari peternakan ada yang intensif atau ekstensif 1. Bahaya Toksikologi: a. Mutagenik dimana residu antibiotik dapat menyebabkan terjadinya perubahan genetik; b. Teratogenik dimana residu antibiotika dapat menyebabkan terjadinya cacat lahir/cacat bawaan c. Karsinogenik dimana residu antibiotika dapat menyebabkan timbulnya sel-sel kanker atau pemicu tumbuhnya kanker 2. Bahaya Mikrobiologis : a. Resistensi pengobatan antibiotika b. Gangguan pertumbuhan flora normal usus 3. Bahaya Imunopatologi : a. Reaksi alergis Jenis Pemeriksaan Residu Antibiotik High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) /Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Thin Layer Chromatography (TLC)/ Hampir semua golongan antibiotika Khromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat dianalisis dengan Metoda ini kurang sensitif mempergunakan alat ini, misalnya dibandingkan dengan KCKT, tetapi pemeriksaan lebih cepat terutama golongan makrolida, ß laktam, dalam uji screening dari beberapa khloramfenikol dan antibiotika macam (golongan) antibiotika yang lainnya. dapat dilakukan dalam satu kali analisis. Gas Chromatography (GC)/Khromatografi Gas (KG), Dapat dipergunakan untuk analisis antibiotika golongan tertentu saja. Prinsip analisis residu antibiotika dengan kromatografi diperlukan 3 tahapan, yaitu: 1. Tahap ekstraksi, pemisahan antibiotika dari matriks lain (lemak, protein dsb) dengan bahan larutan buffer (peptone water) dengan cara pengocokan, biasanya menggunakan alat shaker atau vortex.
3. Tahap deteksi, yaitu hasil
Pemurnian diinjeksikan pada alat KCKT atau KG atau spotting pada plat KLT dan diikuti dengan injeksi larutan standar antibiotika sebagai pembanding antibiotika. 2. Tahap pemurnian, Dilakukan dengan teknik solid phase extraction (SPE) • PRINSIP : Adanya zona hambat yang disebabkan oleh resistensi kuman terhadap anibiotik. Residu antibiotik sampel dapat diukur dengan cara Membendingkan diameter zona hambat dengan kurva baku antibiotik murni • Sampel diuji secara kualitatif dengan metode bioassay (SNI 7424, 2008) 10 gr sampel 20 ml dapar fosfat
Suspensi di Vortex
Kemudian supernatan diambil
Supernatan dibiarkan menyerap pada paper disk Nutrient agar yang sudah ditambah dengan bakteri (Sesuai dengan antibiotik yang akan digunakan)