Anda di halaman 1dari 29

JOURNAL READING

THE IMPLEMENTATION OF CLINICAL PROCEDURES IN THE


VERTICAL REFERRAL SYSTEM IN A PRIMARY HEALTHCARE
CENTER

Disusun oleh :

Kelompok 4

Putu Ayu Winda Sari (018.06.0013)

Arya Adhi Yoga Wikrama Jaya (018.06.0031)

Metha Luktiana (018.06.0051)

Rachma Meilinda (018.06.0067)

Dewi Sopiana (018.06.0083)

Tutor : dr Irsandi Rizki F., S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya penyusun dapat melaksanakan dan menyusun makalah yang berjudul
“Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan” tepat pada waktunya.

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi prasyarat sebagai syarat nilai Journal
Reading. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

 dr Irsandi Rizki F., S.Ked selaku tutor Journal Reading kelompok penulis.

 Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan masukan


terkait makalah yang penulis buat.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Mataram, 31 Mei 2021

1
DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR............................................................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................................................2

PRINT OUT JURNAL.........................................................................................................3

ABSTRAK...........................................................................................................................11

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................12

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................14

BAB III PENUTUP.............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................28

2
3
4
5
6
7
8
9
10
ABSTRAK

Latar Belakang: Pelaksanaan sistem rujukan yang diselenggarakan pada era jaminan
kesehatan nasional dilakukan secara berjenjang yang dimulai dari FKTP (Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama / Primer). Tingginya proporsi angka rujukan di salah satu
puskesmas di Surabaya memberi indikasi bahwa implementasi sistem rujukan vertikal
belum berjalan dengan baik.

Tujuan Penelitian: Untuk melihat kesesuaian pelaksanaan prosedur klinis sistem rujukan
vertikal di poli umum puskesmas tersebut berdasarkan Pedoman Sistem Rujukan Nasional.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini merupakan deskriptif observasional dan


menggunakan metode implementasi implementasi yang dilakukan pada Agustus 2018.
Penelitian ini dilakukan di salah satu puskesmas di Surabaya. Penelitian yang melakukan
triangulasi data yaitu telaah dokumen rujukan, wawancara dengan petugas rujukan, dan
observasi langsung.

Hasil Penelitian: Berdasarkan 7 ketentuan pada prosedur klinis sistem rujukan vertikal
Pedoman Sistem Rujukan Nasional, hanya 2 ketentuan yang tidak sesuai dengan yang baru
di poli umum puskesmas. Misalnya pasien yang dirujuk tidak datang ke puskesmas,
melainkan pihak keluarga yang meminta maaf untuk dilakukan rujukan / perpanjang
rujukan. Selain itu, para dokter di puskesmas tersebut merawat pasien dengan sendiri.
Namun menurut peraturan baru, sebelum perawatan kesehatan pasien, dokter harus
menghubungi dirujuk.

Kesimpulan: Pelaksanaan prosedur klinis rujukan vertikal di poli umum puskesmas secara
garis besar telah sesuai dengan baru, namun ada beberapa hal yang harus turun.
Rekomendasi adalah petugas menghubungi kembali faskes tujuan rujukan sebelum merujuk
pada pasien dan memberi edukasi lebih banyak kepada keluarga pasien agar membawa
pasien untuk dapat memberikan saat rujukan.

Kata Kunci: Prosedur klinis, Puskesmas, Sistem rujukan vertikal

11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengantar

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


Pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Selain itu, Pasal 30 ayat (1)
menyebutkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan menurut jenis pelayanannya terdiri
dari 2 jenis yaitu Pelayanan Kesehatan Perorangan dan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat. Pasal 30 ayat (2) menyebutkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan terdiri
atas pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua, dan ketiga.

Pusat Kesehatan Dasar (Puskesmas) sebagai salah satu fasilitas kesehatan primer
tingkat pertama atau Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang
menyelenggarakan 2 jenis pelayanan kesehatan. Upaya kesehatan perseorangan yang
dikenal dengan upaya kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat
sebagai upaya kesehatan masyarakat. Puskesmas memiliki peran penting dalam sistem
kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan di puskesmas perlu disesuaikan kembali dengan regulasi yang telah
ditetapkan di era Jaminan Kesehatan Nasional karena pelayanan kesehatan di Indonesia
saat ini telah beralih ke pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional melalui Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS Kesehatan).

Upaya kesehatan perorangan didukung oleh sistem rujukan yang dilakukan dengan
meningkatkan upaya pencegahan, pengobatan, pemulihan, dan paliatif kesehatan dari
individu secara komprehensif, terintegrasi, dan berkelanjutan. Sistem rujukan upaya
kesehatan perorangan berupa sistem rujukan medis yang berkaitan dengan pengobatan
dan pemulihan kesehatan pasien. Tenaga kesehatan yang berwenang akan membuat

12
rujukan medis sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kebutuhan penentuan
diagnosis pasien.

Sistem rujukan medis dapat berupa pasien, spesimen, penunjang diagnostik, dan
pengetahuan rujukan tentang penyakit yang dikirim ke fasilitas kesehatan lain. Rujukan
medis bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dapat menerima layanan kesehatan
pribadi yang berkualitas dan memuaskan sesuai dengan indikasi medis. Pelayanan
kesehatan harus sesuai dengan kompetensi dan regulasi di fasilitas kesehatan agar
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, sistem rujukan yang
melibatkan berbagai pihak seperti faskes tingkat pertama harus dilaksanakan secara
optimal, dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Puskesmas berperan
penting sebagai gatekeeper atau penyaring diagnosis pasien yang akan menentukan
apakah pasien perlu dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Lanjutan (FKTL) atau tidak.

1.2 Identitas Jurnal

The Implementation Of Clinical Procedures In The Vertical Referral System In A


Primary Healthcare Center (dalam Bahasa Indonesia “Pelaksanaan Prosedur Klinis
dalam Sistem Rujukan Vertikal di Puskesmas”) merupakan jurnal penelitian yang
ditulis oleh Nadia Damayanti Soeripto yang diterbitkan oleh Universitas Airlangga dan
dipublikasikan pada 26 April 2019.

13
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pelaksanaan Prosedur Klinis dalam Sistem Rujukan Vertikal di Puskesmas

Berdasarkan ketentuan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional,


masyarakat yang memiliki asuransi dan berobat ke rumah sakit harus memiliki
indikasi medis untuk dirujuk ke puskesmas. Diagnosis pasien rujukan dibuat
melebihi 195 diagnosis yang ditangani oleh puskesmas. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan, sistem rujukan adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur tugas dan tanggung jawab timbal balik
pelayanan kesehatan baik secara vertikal maupun horizontal. Pelayanan kesehatan
dilakukan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan atau indikasi medis di
puskesmas.

Sistem rujukan diperlukan bagi pasien sebagai peserta jaminan kesehatan


atau jaminan kesehatan sosial di penyedia layanan kesehatan (Kementerian
Kesehatan, 2012). Era Jaminan Kesehatan Nasional melahirkan sistem rujukan
berjenjang, dimana pelayanan kesehatan dimulai di fasilitas kesehatan dasar tingkat
pertama, seperti puskesmas (BPJS Kesehatan, 2014). Sistem rujukan berjenjang
mengharuskan pasien yang memiliki asuransi kesehatan untuk memprioritaskan
pengobatan di puskesmas. Jika pasien tidak dirawat di puskesmas, mereka dapat
dirujuk ke fasilitas kesehatan sekunder seperti rumah sakit.

Badan Jaminan Sosial Kesehatan menganut sistem pembayaran kapitasi.


Besaran kapitasi adalah besarnya kapita per orang di setiap bulannya. Jika fasilitas
kesehatan primer tingkat pertama berlebihan dan tidak proporsional, maka instansi
tersebut akan dirugikan karena membayar banyak kasus rujukan di fasilitas
kesehatan sekunder dan tersier. Dalam kurun waktu 2 tahun pada tahun 2014 dan

14
2015 terjadi defisit pada laporan kegiatan dana jaminan sosial kesehatan (Mas'udin,
2017).

Untuk mengatasi defisit tersebut diperlukan strategi pengendalian biaya


pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan, salah satunya dengan penataan sistem
rujukan berjenjang, sehingga diharapkan terjadi penurunan jumlah fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi di kasus yang dapat menurunkan tingkat / jenis fasilitas
kesehatan sesuai kompetensi dan kemampuannya, terutama pada fasilitas kesehatan
tingkat pertama karena berperan sebagai penjaga pintu. Hal ini juga didukung oleh
data hasil evaluasi kinerja fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menunjukkan
masih rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan di tingkat fasilitas kesehatan
tingkat pertama dan masih tingginya angka rujukan ke rumah sakit (BPJS
Kesehatan, 2016). Oleh karena itu, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
memastikan benar atau tidaknya kasus yang dimaksud. Sejalan dengan hasil
penelitian sebelumnya, ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara jumlah
kunjungan pasien rawat jalan sebelum dan sesudah diterapkan kebijakan rujukan
dari BPJS Kesehatan. Dianggap penting untuk tetap pada jalur dengan mengikuti
peraturan (Mustofa, Dewi dan Yogyakarta, 2017).

Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Tahun 2014


menjelaskan bahwa jumlah rujukan pasien di faskes tingkat pertama tidak boleh
melebihi 15% dari total kunjungan setiap bulannya. Jumlah rujukan vertikal pasien
jaminan kesehatan di salah satu puskesmas di Surabaya pada bulan Juni lebih besar
dari 15% dibandingkan bulan April dan Mei 2018 sebesar 20,62%. Tingginya angka
rujukan vertikal menunjukkan bahwa puskesmas belum mampu melaksanakan
pelayanan kesehatannya secara optimal sebagai gatekeeper pelayanan kesehatan di
masyarakat. Tingginya persentase rujukan merupakan indikasi bahwa sistem
rujukan di puskesmas belum terlaksana dengan baik, sehingga penting dilakukan
rujukan.

15
Studi sistem dengan membandingkan sistem rujukan yang dilaksanakan di
puskesmas dengan pedoman sistem rujukan dari Sistem Rujukan Nasional sebagai
pedoman teknis dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 2012.
Berdasarkan itu, perlu ditentukan apakah Sistem rujukan yang diterapkan di
puskesmas sesuai dengan ketentuan di puskesmas terutama di puskesmas rawat
jalan umum yang memiliki jumlah rujukan tertinggi. Manfaat dari penelitian ini
adalah untuk menambah wawasan dan meningkatkan sistem rujukan di era Jaminan
Kesehatan Nasional yang dilaksanakan oleh Puskesmas bagi pasien yang memiliki
jaminan kesehatan.

2.2. Metodelogi Penelitian

Dalam jurnal ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif


observasional dengan metode triangulasi. Metode ini bertujuan untuk memperoleh
informasi mendalam dengan melakukan telaah dokumen, wawancara, dan observasi
langsung terhadap pelayanan rujukan medik tanpa mengintervensi sistem rujukan
vertikal yang diterapkan. Penelitian ini dilakukan di salah satu Puskesmas di
Surabaya pada bulan Agustus 2018. Informan yang terlibat dalam penelitian ini
adalah 8 petugas rujukan di puskesmas rawat jalan umum sebagai dokter umum dan
perawat terdaftar. Pemilihan informan menggunakan metode purposive sampling
dengan mempertimbangkan partisipasi petugas dalam sistem rujukan yang
dilaksanakan oleh salah satu puskesmas di Surabaya.

Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara mendalam tentang


prosedur klinis penatalaksanaan rujukan vertikal di Puskesmas yang diadaptasi dari
Pedoman Sistem Rujukan Nasional sebagai petunjuk teknis berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 2012. Pedoman tersebut ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Kementerian Kesehatan pada tahun 2012.
Penelitian ini membandingkan penerapan prosedur klinis sistem rujukan vertikal di

16
puskesmas rawat jalan umum dengan pedoman.

2.3. Hasil dan Diskusi

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


upaya kesehatan masyarakat dan perorangan pada tingkat pertama, mengedepankan
upaya promotive dan preventif. Pengertian Puskesmas tersebut dijelaskan pada
peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2012. Puskesmas adalah fasilitas
Kesehatan primer pertama yang berperan dalam mengontrol layanan rujukan pasien.
Tingkat rujukan dimulai dari fasilitas Kesehatan primer, sekunder dan tersier.
seseorang yang sakit ketika ingin berobat, terlebih dahulu diperiksa kondisinya di
fasilitas Kesehatan tingkat pertama, jika tidak dapat ditangani maka dapat dirujuk ke
fasilitas kesehatan tingkat kedua.

Puskesmas di Surabaya merupakan jenis rawat inap persalinan. Pelayanan rawat


jalan dibuka pada hari Senin sampai Kamis pukul 07.30-14.30, Jumat pukul 07.30-
11.30, dan Sabtu pukul 07.30-13.00 WIB. Sedangkan pelayanan rawat inap
persalinan buka 24 jam setiap hari, terdapat beberapa unit/poli di puskesmas di
Surabaya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan, sistem
rujukan adalah pelayanan kesehatan yang melaksanakan, mengatur tugas dan
tanggung jawab timbal balik pelayanan kesehatan baik secara vertikal maupun
horizontal. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dibuat antara berbagai tingkat
fasilitas kesehatan. Bisa dilakukan dari tingkat fasilitas kesehatan yang lebih rendah
ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi atau sebaliknya.

Penerapan prosedur klinis dalam sistem rujukan vertikal di Poliklinik Umum


Puskesmas Surabaya dapat dilihat dari observasi, wawancara, dan telaah dokumen.
Hasilnya menjelaskan apakah sesuai atau tidak dengan Pedoman Sistem Rujukan
Nasional sebagai petunjuk teknis dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun

17
2012. Adapun alasan umum merujuk pasien, yaitu mendapatkan pendapat para ahli
untuk pasien. kondisi kesehatan, dan mencari layanan tambahan untuk pasien yang
didiagnosis atau dirawat dan perawatan yang lebih baik berdasarkan indikasi medis
pasien. Juga, untuk menggunakan alat diagnostik dan terapeutik yang tidak
tersedia.

Proses rujukan pasien dimulai ketika seorang dokter di fasilitas kesehatan primer
tingkat pertama menjalankan tugas, seperti melakukan pemeriksaan klinis kepada
pasien berdasarkan SOP (Standard Operating Procedures) dan hanya menangani
kasus kompetensi non spesialis. Jika pasien memerlukan penanganan spesialis atau
bahkan subspesialisasi maka dokter akan merujuk pasien. Sesuai pedoman Sistem
Rujukan Nasional, pemeriksaan pertama dipastikan tidak dapat diselesaikan secara
tuntas di fasilitas kesehatan primer.

Pelaksanaan rujukan di Poliklinik Umum Puskesmas Surabaya telah memenuhi


persyaratan sesuai dengan pedoman Sistem Rujukan Nasional. Namun beberapa
pasien tidak datang langsung ke puskesmas untuk mendapatkan rujukan, terutama
perpanjangan rujukan. Selanjutnya, hanya keluarga pasien yang menjelaskan
kondisi medis pasien kepada tenaga medis dan meminta rujukan untuk pasien. Oleh
karena itu, kondisi sebenarnya pasien tidak dapat dipantau atau dicek terlebih
dahulu oleh tenaga medis.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan petugas di Puskesmas Surabaya,


ada beberapa hal yang dilakukan sebelum memberikan rujukan. Misalnya, pasien
tidak dapat meminta rujukan tanpa diagnosis kasus yang jelas. Pertama, dokter akan
melakukan pemeriksaan. Jika diagnosis pasien tidak tercantum dalam 195 diagnosis
penyakit tidak tertangani, pasien dapat dirujuk. Sebaliknya, jika diagnosis dapat
ditangani oleh puskesmas, dokter akan menginformasikan kepada pasien untuk
tidak dirujuk ke fasilitas kesehatan lain.

18
Dari wawancara mendalam dengan Kepala dan dokter Puskesmas, mereka
memahami fungsinya sebagai gatekeeper atau dengan kata lain sebagai filter
rujukan saat pasien meminta rujukan. Hal ini untuk mempertimbangkan risiko.
malpraktek dan persetujuan prosedur rujukan. Hasil observasi dan wawancara
dengan petugas rujukan di Puskesmas di Surabaya menunjukkan setelah prosedur
pra rujukan dilakukan dan dijelaskan kepada pasien dan keluarga dalam bahasa
Indonesia atau bahasa Jawa dalam menyampaikan kondisi medis pasien, tujuan
rujukan, dimana pasien akan dirujuk dengan meminta pasien atau keluarganya
untuk memilih fasilitas kesehatan lanjutan sesuai dengan aksesibilitas pasien ke
fasilitas kesehatan rujukan.

Berdasarkan observasi dan wawancara langsung dengan petugas rujukan di


poliklinik rawat jalan umum puskesmas di Surabaya telah merencanakan dan
melaksanakan rujukan dan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan di faskes
rujukan dengan target siapa yang akan dirujuk. Persetujuan rujukan pasien dan
format surat rujukan yang diberikan kepada pasien di puskesmas rawat jalan
puskesmas di Surabaya secara umum telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pembubuhan tanda tangan antara dua pihak merupakan
contoh keterlibatan aktif pasien dan atau keluarga pasien dalam proses pengambilan
keputusan setuju atau tidak setuju dirujuk ke fasilitas kesehatan yang dirujuk. Faktor
yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan rujukan pasien antara lain
faktor predisposisi, faktor penguat, faktor pendukung, dan faktor lingkungan.

Para dokter di puskesmas telah melengkapi formulir rujukan sebelum merujuk


pasien ke fasilitas perawatan kesehatan yang lebih tinggi. Hal ini penting dilakukan
karena pengisian formulir rujukan yang tidak lengkap merupakan salah satu
masalah utama dalam sistem rujukan. Petugas rujukan di poliklinik rawat jalan
puskesmas di Surabaya tidak menghubungi kembali unit pelayanan kesehatan untuk
mengetahui apakah pasien dapat dirawat di fasilitas kesehatan yang dirujuk atau

19
tidak. Berdasarkan hasil wawancara, banyak pasien yang dirujuk sehingga tidak
memiliki waktu yang cukup untuk menghubungi rumah sakit yang dirujuk untuk
menginformasikan data pasien. Permasalahan yang akan timbul apabila poliklinik
puskesmas tidak menghubungi rumah sakit rujukan adalah ketidakpastian
penerimaan dan penanganan pasien, sehingga akan memperpanjang waktu
penanganan pasien, pasien akan dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih mampu
menangani kasus pasien. Hal ini dapat menyebabkan kondisi kesehatan pasien
menjadi lebih buruk. Saat observasi, ada kasus serupa yang dialami salah satu
keluarga pasien.

20
Berdasrkan penelitian yang dilakukan oleh senitan dkk (2017), ada beberapa
factor terkait dengan rujukan, seperti keamanan, ketepatan waktu, keadilan, kualitas,
kompetensi dan sejauh mana rujukan berpusat pada pasien seperti yang disajikan
oleh WHO dan Program Pendidikan Diabetes Nasional (NDEP). Studi tersebut juga
merekomendasikan bahwa dokter membutuhkan pedoman untuk memperbaiki
sistem rujukan. Kualitas rujukan pasien akan mempengaruhi sistem perawatan
kesehatan. Banyak pasien geriatri yang dirujuk dari puskesmas dengan diagnosis

21
Diabetes Mellitus, sehingga rujukan harus tepat waktu dan mudah diakses seperti
juga ditemukan dalam penelitian Senitan (Senitan et al., 2017).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kamau et al. (2017), beberapa tantangan
dalam sistem rujukan kesehatan yang dihadapi oleh negara berkembang adalah
ketidak patuhan terhadap rujukan, keterlambatan dalam menyelesaikan rujukan,
tingginya jumlah fasilitas rujukan yang lebih tinggi, sistem informasi kesehatan
yang lemah untuk menangkap data rujukan, dan sumber daya yang tidak memadai
untuk rujukan fasilitas. Komunikasi antara petugas puskesmas dengan dokter
spesialis di rumah sakit yang mengacu pada kondisi medis pasien merupakan hal
yang penting dan penting dilakukan demi keselamatan pasien. Oleh karena itu
pengobatan yang diberikan di fasilitas kesehatan tingkat lanjut lebih efektif dan
efisien karena komunikasi yang jelas sebelumnya (Kamau, Osuga dan Njuguna,
2017).

Badan jaminan sosial kesehatan telah membuat forum komunikasi rujukan yang
mencakup berbagai fasilitas kesehatan bertingkat untuk meningkatkan hubungan
koordinasi antar fasilitas kesehatan. Dalam proses referral itu sendiri, salah satu
caranya dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam berkomunikasi dan
berkoordinasi adalah membangun jejaring yang kuat antar institusi pelayanan
kesehatan, seperti puskesmas dan rumah sakit. Jejaring dianggap penting untuk
memastikan kecepatan dan ketepatan penanganan pasien yang secara langsung
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Jejaring dalam hal ini terdiri dari
koordinasi dan hubungan antara fasilitas kesehatan primer dan fasilitas kesehatan
sekunder. Dalam sistem rujukan, rujukan ke tingkat yang lebih tinggi hanya akan
mungkin dilakukan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Oleh
karena itu, kasus yang dirujuk dapat dilacak dengan menerima umpan balik dari
dokter umum atau spesialis dari fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Sistem rujukan
mengatur alur kemana harus memeriksa pasien dengan masalah kesehatan tertentu.

22
Sistem tersebut pada akhirnya diharapkan oleh semua pihak untuk memperoleh
keuntungan. Misalnya, pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan (policy
maker) akan mendapatkan keuntungan dari dana tabungan dan klarifikasi sistem
pelayanan kesehatan. Bagi masyarakat sebagai pengguna layanan kesehatan, sistem
tersebut akan menekan biaya pengobatan karena layanan tersebut sangat mudah
didapat. Bagi penyedia layanan kesehatan, ini mempromosikan jalur karir petugas
kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, dan mengurangi
beban kerja (Ali, Kandou dan JML, 2015).

Rujukan adalah proses komunikasi dua arah antara dokter di puskesmas dan
dokter spesialis di rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan sekunder yang merupakan
tanggung jawab dokter untuk menyampaikan pesan yang jelas tentang kebutuhan
dan alasan merujuk pasien, terutama dalam memberikan diagnosis pasien. Para
spesialis di rumah sakit sebagai fasilitas perawatan kesehatan sekunder bertanggung
jawab untuk menyampaikan umpan balik yang jelas tentang evaluasi kesehatan
pasien dan rencana manajemen perawatan terhadap kondisi pasien. Koordinasi ini
membutuhkan sistem kesehatan rujukan yang lebih baik (AlGhamdi et al., 2015).

Sebuah penelitian tinjauan sistematis memberikan banyak contoh hasil yang


dihasilkan dari komunikasi yang buruk antara fasilitas perawatan kesehatan primer
dan sekunder, seperti dampak ekonomi. Pertama, komunikasi yang buruk dapat
menyebabkan masuk rumah sakit yang dapat dihindari dan readmissions.
Pengeluaran perawatan kesehatan lain yang dapat dihindari dapat dilihat dalam
pengujian yang tidak perlu, rujukan polifarmasi yang tidak tepat, dan rujukan
berulang untuk masalah yang tidak ditangani secara memadai selama kunjungan
pertama. Selain dampak ekonomi, komunikasi yang buruk dapat membahayakan
keselamatan pasien yang menjadi pertimbangan dokter (Vermeir et al., 2015).

23
Protokol / pedoman rujukan, seperti Pedoman Sistem Rujukan Nasional, dapat
digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan kepatuhan dokter umum di pusat
layanan kesehatan primer. Dengan diterapkannya sistem rujukan sesuai pedoman
maka akan mengurangi rujukan pasien rawat jalan (Winpenny et al., 2017).

24
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sistem rujukan vertikal di puskesmas untuk pasien yang terdaftar di BPJS


Kesehatan secara garis besar telah memenuhi prosedur klinis dalam pedoman
Sistem Rujukan Nasional sebagai pedoman teknis dari Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
yang diterapkan berdasarkan telaah dokumen dan observasi langsung terhadap
sistem rujukan serta wawancara dengan pejabat rujukan (dokter umum) dan
penanggung jawab rujukan.Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan
diperbaiki. Para dokter perlu memeriksa pasien terlebih dahulu untuk mengetahui
perkembangan kesehatan mereka sebelum referensi dibuat dengan benar pada bukti
klinis. Oleh karena itu, para dokter harus menginformasikan kepada pasien
pentingnya datang sendiri ke puskesmas. Selain itu, Puskesmas juga harus
menghubungi poliklinik dan / atau rumah sakit rujukan bila ingin merujuk pasien
dan memastikan bahwa rumah sakit dapat menerima dan memberikan perawatan
kesehatan yang lebih maju sesuai dengan kebutuhan medis pasien. Hasilnya, mereka
dapat menjalin hubungan dan komunikasi yang efektif dalam memantau kesehatan
pasien.

3.2. Kritisi dan Aprisal Jurnal

Sumber Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 7 No 1 January – June


Jurnal 2019.
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v7i1.2019.73-80
Penulis Nadia Damayanti Soeripto
Jurnal

25
Judul Jurnal The Implementation Of Clinical Procedures In The Vertical Referral
System In A Primary Healthcare Center

(dalam Bahasa Indonesia “Pelaksanaan Prosedur Klinis dalam Sistem


Rujukan Vertikal di Puskesmas”)

Waktu 26 April 2019


Penerbitan
Link Jurnal https://e-journal.unair.ac.id/JAKI/article/view/10447

Abstrak Dalam jurnal ini abstrak dibuat secara singkat dan jelas dalam bahasa
Jurnal inggris. Abstrak dalam jurnal ini sudah mencakup kompenen latar
belakang, tujuan, isi, dan kesimpulan, yang sesuai dengan kriteria abstrak
karya ilmiah yaitu terdapat latar belakang, tujuan, isi dan kesimpulan, dan
jumlah total absrtak tidak lebih dari 250 kata.
Pendahuluan Pendahuluan jurnal ini dikatakan baik karena menyajikan pendahuluan
Jurnal berdasarkan referensi yang relevan, sehingga dapat digunakan sebagai
acuan.
Isi Jurnal Isi jurnal dikatakan baik karena menyajikan dengan jelas terkait
implementasi sistem rujukan vertikal dalam pelayanan primer untuk pasien.

Kesimpulan Pada jurnal ini telah mengulas kesimpulan secara singkat dan jelas serta
Jurnal telah menjawab permasalah.
Daftar Daftar pustaka yang baik menyajikan kriteria referensi relevan
Pustaka
Jurnal
Kelebihan  Memberikan informasi dan penyajian yang jelas
Jurnal
 Memiliki refrensi yang relevan

26
Kekurangan  Jurnal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut di puskesmas
jurnal lainnya, sebagai pembanding dalam pelaksanaan prosedur klinis
sistem rujukan vertikal di daerah lain.

27
DAFTAR PUSTAKA

Hartveit, M. dkk.2017. Indikator kualitas untuk proses rujukan dari perawatan kesehatan
mental primer ke khusus: studi eksploratif sesuai dengan metode kesesuaian
RAND', Penelitian Layanan Kesehatan BMC. BMC Health Services Research,
17 (4), hlm. 1–13. doi: 10.1186 / s12913-016-1941-1.

Soeripto, Nadia D. 2019. The Implementation Of Clinical Procedures In The Vertical


Referral System In A Primary Healthcare Center. Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesia Vol 7 No 1. Universitas Airlangga doi: 10.20473/jaki.v7i1.2019.73-80

28

Anda mungkin juga menyukai