Disusun oleh :
Kelompok 4
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya penyusun dapat melaksanakan dan menyusun makalah yang berjudul
“Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan” tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi prasyarat sebagai syarat nilai Journal
Reading. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
dr Irsandi Rizki F., S.Ked selaku tutor Journal Reading kelompok penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
1
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
ABSTRAK...........................................................................................................................11
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................12
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................28
2
3
4
5
6
7
8
9
10
ABSTRAK
Latar Belakang: Pelaksanaan sistem rujukan yang diselenggarakan pada era jaminan
kesehatan nasional dilakukan secara berjenjang yang dimulai dari FKTP (Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama / Primer). Tingginya proporsi angka rujukan di salah satu
puskesmas di Surabaya memberi indikasi bahwa implementasi sistem rujukan vertikal
belum berjalan dengan baik.
Tujuan Penelitian: Untuk melihat kesesuaian pelaksanaan prosedur klinis sistem rujukan
vertikal di poli umum puskesmas tersebut berdasarkan Pedoman Sistem Rujukan Nasional.
Hasil Penelitian: Berdasarkan 7 ketentuan pada prosedur klinis sistem rujukan vertikal
Pedoman Sistem Rujukan Nasional, hanya 2 ketentuan yang tidak sesuai dengan yang baru
di poli umum puskesmas. Misalnya pasien yang dirujuk tidak datang ke puskesmas,
melainkan pihak keluarga yang meminta maaf untuk dilakukan rujukan / perpanjang
rujukan. Selain itu, para dokter di puskesmas tersebut merawat pasien dengan sendiri.
Namun menurut peraturan baru, sebelum perawatan kesehatan pasien, dokter harus
menghubungi dirujuk.
Kesimpulan: Pelaksanaan prosedur klinis rujukan vertikal di poli umum puskesmas secara
garis besar telah sesuai dengan baru, namun ada beberapa hal yang harus turun.
Rekomendasi adalah petugas menghubungi kembali faskes tujuan rujukan sebelum merujuk
pada pasien dan memberi edukasi lebih banyak kepada keluarga pasien agar membawa
pasien untuk dapat memberikan saat rujukan.
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Pusat Kesehatan Dasar (Puskesmas) sebagai salah satu fasilitas kesehatan primer
tingkat pertama atau Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang
menyelenggarakan 2 jenis pelayanan kesehatan. Upaya kesehatan perseorangan yang
dikenal dengan upaya kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat
sebagai upaya kesehatan masyarakat. Puskesmas memiliki peran penting dalam sistem
kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan di puskesmas perlu disesuaikan kembali dengan regulasi yang telah
ditetapkan di era Jaminan Kesehatan Nasional karena pelayanan kesehatan di Indonesia
saat ini telah beralih ke pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional melalui Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS Kesehatan).
Upaya kesehatan perorangan didukung oleh sistem rujukan yang dilakukan dengan
meningkatkan upaya pencegahan, pengobatan, pemulihan, dan paliatif kesehatan dari
individu secara komprehensif, terintegrasi, dan berkelanjutan. Sistem rujukan upaya
kesehatan perorangan berupa sistem rujukan medis yang berkaitan dengan pengobatan
dan pemulihan kesehatan pasien. Tenaga kesehatan yang berwenang akan membuat
12
rujukan medis sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kebutuhan penentuan
diagnosis pasien.
Sistem rujukan medis dapat berupa pasien, spesimen, penunjang diagnostik, dan
pengetahuan rujukan tentang penyakit yang dikirim ke fasilitas kesehatan lain. Rujukan
medis bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dapat menerima layanan kesehatan
pribadi yang berkualitas dan memuaskan sesuai dengan indikasi medis. Pelayanan
kesehatan harus sesuai dengan kompetensi dan regulasi di fasilitas kesehatan agar
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, sistem rujukan yang
melibatkan berbagai pihak seperti faskes tingkat pertama harus dilaksanakan secara
optimal, dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Puskesmas berperan
penting sebagai gatekeeper atau penyaring diagnosis pasien yang akan menentukan
apakah pasien perlu dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Lanjutan (FKTL) atau tidak.
13
BAB II
PEMBAHASAN
14
2015 terjadi defisit pada laporan kegiatan dana jaminan sosial kesehatan (Mas'udin,
2017).
15
Studi sistem dengan membandingkan sistem rujukan yang dilaksanakan di
puskesmas dengan pedoman sistem rujukan dari Sistem Rujukan Nasional sebagai
pedoman teknis dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 2012.
Berdasarkan itu, perlu ditentukan apakah Sistem rujukan yang diterapkan di
puskesmas sesuai dengan ketentuan di puskesmas terutama di puskesmas rawat
jalan umum yang memiliki jumlah rujukan tertinggi. Manfaat dari penelitian ini
adalah untuk menambah wawasan dan meningkatkan sistem rujukan di era Jaminan
Kesehatan Nasional yang dilaksanakan oleh Puskesmas bagi pasien yang memiliki
jaminan kesehatan.
16
puskesmas rawat jalan umum dengan pedoman.
17
2012. Adapun alasan umum merujuk pasien, yaitu mendapatkan pendapat para ahli
untuk pasien. kondisi kesehatan, dan mencari layanan tambahan untuk pasien yang
didiagnosis atau dirawat dan perawatan yang lebih baik berdasarkan indikasi medis
pasien. Juga, untuk menggunakan alat diagnostik dan terapeutik yang tidak
tersedia.
Proses rujukan pasien dimulai ketika seorang dokter di fasilitas kesehatan primer
tingkat pertama menjalankan tugas, seperti melakukan pemeriksaan klinis kepada
pasien berdasarkan SOP (Standard Operating Procedures) dan hanya menangani
kasus kompetensi non spesialis. Jika pasien memerlukan penanganan spesialis atau
bahkan subspesialisasi maka dokter akan merujuk pasien. Sesuai pedoman Sistem
Rujukan Nasional, pemeriksaan pertama dipastikan tidak dapat diselesaikan secara
tuntas di fasilitas kesehatan primer.
18
Dari wawancara mendalam dengan Kepala dan dokter Puskesmas, mereka
memahami fungsinya sebagai gatekeeper atau dengan kata lain sebagai filter
rujukan saat pasien meminta rujukan. Hal ini untuk mempertimbangkan risiko.
malpraktek dan persetujuan prosedur rujukan. Hasil observasi dan wawancara
dengan petugas rujukan di Puskesmas di Surabaya menunjukkan setelah prosedur
pra rujukan dilakukan dan dijelaskan kepada pasien dan keluarga dalam bahasa
Indonesia atau bahasa Jawa dalam menyampaikan kondisi medis pasien, tujuan
rujukan, dimana pasien akan dirujuk dengan meminta pasien atau keluarganya
untuk memilih fasilitas kesehatan lanjutan sesuai dengan aksesibilitas pasien ke
fasilitas kesehatan rujukan.
19
tidak. Berdasarkan hasil wawancara, banyak pasien yang dirujuk sehingga tidak
memiliki waktu yang cukup untuk menghubungi rumah sakit yang dirujuk untuk
menginformasikan data pasien. Permasalahan yang akan timbul apabila poliklinik
puskesmas tidak menghubungi rumah sakit rujukan adalah ketidakpastian
penerimaan dan penanganan pasien, sehingga akan memperpanjang waktu
penanganan pasien, pasien akan dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih mampu
menangani kasus pasien. Hal ini dapat menyebabkan kondisi kesehatan pasien
menjadi lebih buruk. Saat observasi, ada kasus serupa yang dialami salah satu
keluarga pasien.
20
Berdasrkan penelitian yang dilakukan oleh senitan dkk (2017), ada beberapa
factor terkait dengan rujukan, seperti keamanan, ketepatan waktu, keadilan, kualitas,
kompetensi dan sejauh mana rujukan berpusat pada pasien seperti yang disajikan
oleh WHO dan Program Pendidikan Diabetes Nasional (NDEP). Studi tersebut juga
merekomendasikan bahwa dokter membutuhkan pedoman untuk memperbaiki
sistem rujukan. Kualitas rujukan pasien akan mempengaruhi sistem perawatan
kesehatan. Banyak pasien geriatri yang dirujuk dari puskesmas dengan diagnosis
21
Diabetes Mellitus, sehingga rujukan harus tepat waktu dan mudah diakses seperti
juga ditemukan dalam penelitian Senitan (Senitan et al., 2017).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kamau et al. (2017), beberapa tantangan
dalam sistem rujukan kesehatan yang dihadapi oleh negara berkembang adalah
ketidak patuhan terhadap rujukan, keterlambatan dalam menyelesaikan rujukan,
tingginya jumlah fasilitas rujukan yang lebih tinggi, sistem informasi kesehatan
yang lemah untuk menangkap data rujukan, dan sumber daya yang tidak memadai
untuk rujukan fasilitas. Komunikasi antara petugas puskesmas dengan dokter
spesialis di rumah sakit yang mengacu pada kondisi medis pasien merupakan hal
yang penting dan penting dilakukan demi keselamatan pasien. Oleh karena itu
pengobatan yang diberikan di fasilitas kesehatan tingkat lanjut lebih efektif dan
efisien karena komunikasi yang jelas sebelumnya (Kamau, Osuga dan Njuguna,
2017).
Badan jaminan sosial kesehatan telah membuat forum komunikasi rujukan yang
mencakup berbagai fasilitas kesehatan bertingkat untuk meningkatkan hubungan
koordinasi antar fasilitas kesehatan. Dalam proses referral itu sendiri, salah satu
caranya dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam berkomunikasi dan
berkoordinasi adalah membangun jejaring yang kuat antar institusi pelayanan
kesehatan, seperti puskesmas dan rumah sakit. Jejaring dianggap penting untuk
memastikan kecepatan dan ketepatan penanganan pasien yang secara langsung
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Jejaring dalam hal ini terdiri dari
koordinasi dan hubungan antara fasilitas kesehatan primer dan fasilitas kesehatan
sekunder. Dalam sistem rujukan, rujukan ke tingkat yang lebih tinggi hanya akan
mungkin dilakukan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Oleh
karena itu, kasus yang dirujuk dapat dilacak dengan menerima umpan balik dari
dokter umum atau spesialis dari fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Sistem rujukan
mengatur alur kemana harus memeriksa pasien dengan masalah kesehatan tertentu.
22
Sistem tersebut pada akhirnya diharapkan oleh semua pihak untuk memperoleh
keuntungan. Misalnya, pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan (policy
maker) akan mendapatkan keuntungan dari dana tabungan dan klarifikasi sistem
pelayanan kesehatan. Bagi masyarakat sebagai pengguna layanan kesehatan, sistem
tersebut akan menekan biaya pengobatan karena layanan tersebut sangat mudah
didapat. Bagi penyedia layanan kesehatan, ini mempromosikan jalur karir petugas
kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, dan mengurangi
beban kerja (Ali, Kandou dan JML, 2015).
Rujukan adalah proses komunikasi dua arah antara dokter di puskesmas dan
dokter spesialis di rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan sekunder yang merupakan
tanggung jawab dokter untuk menyampaikan pesan yang jelas tentang kebutuhan
dan alasan merujuk pasien, terutama dalam memberikan diagnosis pasien. Para
spesialis di rumah sakit sebagai fasilitas perawatan kesehatan sekunder bertanggung
jawab untuk menyampaikan umpan balik yang jelas tentang evaluasi kesehatan
pasien dan rencana manajemen perawatan terhadap kondisi pasien. Koordinasi ini
membutuhkan sistem kesehatan rujukan yang lebih baik (AlGhamdi et al., 2015).
23
Protokol / pedoman rujukan, seperti Pedoman Sistem Rujukan Nasional, dapat
digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan kepatuhan dokter umum di pusat
layanan kesehatan primer. Dengan diterapkannya sistem rujukan sesuai pedoman
maka akan mengurangi rujukan pasien rawat jalan (Winpenny et al., 2017).
24
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
25
Judul Jurnal The Implementation Of Clinical Procedures In The Vertical Referral
System In A Primary Healthcare Center
Abstrak Dalam jurnal ini abstrak dibuat secara singkat dan jelas dalam bahasa
Jurnal inggris. Abstrak dalam jurnal ini sudah mencakup kompenen latar
belakang, tujuan, isi, dan kesimpulan, yang sesuai dengan kriteria abstrak
karya ilmiah yaitu terdapat latar belakang, tujuan, isi dan kesimpulan, dan
jumlah total absrtak tidak lebih dari 250 kata.
Pendahuluan Pendahuluan jurnal ini dikatakan baik karena menyajikan pendahuluan
Jurnal berdasarkan referensi yang relevan, sehingga dapat digunakan sebagai
acuan.
Isi Jurnal Isi jurnal dikatakan baik karena menyajikan dengan jelas terkait
implementasi sistem rujukan vertikal dalam pelayanan primer untuk pasien.
Kesimpulan Pada jurnal ini telah mengulas kesimpulan secara singkat dan jelas serta
Jurnal telah menjawab permasalah.
Daftar Daftar pustaka yang baik menyajikan kriteria referensi relevan
Pustaka
Jurnal
Kelebihan Memberikan informasi dan penyajian yang jelas
Jurnal
Memiliki refrensi yang relevan
26
Kekurangan Jurnal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut di puskesmas
jurnal lainnya, sebagai pembanding dalam pelaksanaan prosedur klinis
sistem rujukan vertikal di daerah lain.
27
DAFTAR PUSTAKA
Hartveit, M. dkk.2017. Indikator kualitas untuk proses rujukan dari perawatan kesehatan
mental primer ke khusus: studi eksploratif sesuai dengan metode kesesuaian
RAND', Penelitian Layanan Kesehatan BMC. BMC Health Services Research,
17 (4), hlm. 1–13. doi: 10.1186 / s12913-016-1941-1.
28