Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi :
Ditulis Oleh :
IWAN BUDI LAKSONO
I 0302621
Mengetahui,
Judul Skripsi :
Ditulis Oleh :
IWAN BUDI LAKSONO
I 0302621
Dosen Penguji
1. Bambang Suhardi, ST, MT
NIP. 19740520 200012 1001
Dosen Pembimbing
1. Taufiq Rochman, STP, MT
NIP. 19701030 199802 1001
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merancang ulang
meja dan kursi belajar sehingga didapatkan fasilitas belajar SLTP yang ergonomis
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan
masalah, asumsi serta sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Misi Sekolah
1. Mewujudkan pendidikan yang berkualitas, kreatif, inivatif, beriorentasi
kecakapan hidup yang berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada tuhan
yang maha Esa
2. Memberdyakan tenaga pendidik dan tenaga pendidikan secra optimal, penuh
keteladanan dengan etos kerja yang tinggi
3. Menyelengarakan dan mengembangkan olah raga prestasi di sekolah
4. Menyelengarakan seni budaya yang unggul di sekolah
5. Mewujudkan kegiatan pembinaan kesiswaan dan ketahanan sekolah
6. Mewujudkan budaya sekolah yang dapat membentuk sikap-sikap terpuji bagi
seluruh warga sekolah
7. Menyelengarakan kegiatan ketrampilan TIK yang kompetitif
8. menciptakan kondisi kebersihan, keindahan, keamanan, ketertiban, kerapian,
kerindangan dan kekeluargaan yang mantap
9. Mewujudkan keterbukaan dengan semua pihak dalam membawa sekolah ke
arah kemajuan
Gambar 2.1 Struktur Organisasi SLTP N 6 Wonogiri periode 2008 /2009
Dalam bab ini selain latar belakang dari tempat studi kasus juga di bahas
teori pendukung antara lain tentang konsep ergonomi, antropometri, dinamika
posisi duduk dan sikap duduk yang benar.
2.2 ERGONOMI
Istilah “ergonomi“ berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan
nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek
manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan
pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia
di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan
studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling
berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan
manusianya. Ergonomi disebut juga “Human Factors”. Ergonomi juga digunakan
oleh berbagai macam ahli profesional pada bidangnya misalnya: ahli anatomi,
arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan,
psikologi dan teknik industri. (Definisi diatas adalah berdasar pada International
Ergonomics Association). Selain itu ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang
fisiologi, psikologi, perancangan, analisis, sintesis, evaluasi proses kerja dan
produk bagi wiraswastawan, manajer, pemerintahan, militer, dosen dan
mahasiswa (Nurmianto, 1991)
Definisi atau pengertian penting sebagai wawasan kita dalam
menggunakan istilah. McCormick (1987) mendefinisikan pengertian ergonomi ini
dalam 3 tahap sebagai berikut :
a) Fokus ustama dari ergonomi berkaitan dengan pemikiran manusia dalam
mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia, yang
digunakan dalam berbagai aspek kehidupannya.
b) Tujuan dari ergonomi dalam mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan
yang dibuat oleh manusia ada 2 hal :
1. Untuk meningkatkan efektifitas fungsional penggunanya
2. Untuk mempertahankan atau meningkatkan human value tertentu misalnya
kesehatan, keselamatan dan kepuasan.
c) Pendekatan utama dari ergonomi adalah penerapan yang sistematik dari
informasi yang relevan mengenai karakteristik dan tingkah laku manusia
untuk mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia
Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang
bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi
perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches),
platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali (controls),
alat peraga (displays), jalan/lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (windows),
dan lain-lain. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan
faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain suatu sistem kerja untuk
mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain
stasiun kerja untuk alat peraga (visual display unit station).
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi (Tarwaka, 2004), yaitu:
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera
dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Secara ringkas ergonomi dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang
secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan
dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem dengan baik, yaitu
mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan
nyaman.
Menurut Sutalaksana (1996) Untuk mempermudah proses mempelajari
ergonomi, di bagi menjadi hal-hal sebagai berikut :
a. Penyelidikan mengenai display
Yang dimaksud dengan display disini adalah bagian dari lingkungan yang
mengkomunikasikan keadaannya kepada manusia, misalnya: speedometer
untuk menunjukkan kecepatan kendaraan yang sedang kita kemudikan.
b. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalinya
Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja dan
kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut, dimana
penyelidikan ini banyak berhubungan dengan biomekanik.
c. Penyelidikan mengenai tempat kerja
Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia. Hal-hal yang bersangkutan dengan
tubuh manusia dalam hal ini dipelajari dalam antropometri.
d. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik disini meliputi ruangan dan fasilitas-
fasilitas yang digunakan oleh manusia, serta kondisi-kondisi lingkungan kerja
yang keduanya banyak dipengaruhi oleh tingkah laku manusia.
Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasar sekedar “common
sense” (dianggap suatu hal yang sudah biasa terjadi), dan hal itu benar, jika
sekirannya suatu keuntungan yang besar bisa didapat hanya sekedar dengan
penerapan suatu prinsip sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus dimana
ergonomi belum dapat diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses desain, akan
tetapi masih banyak aspek ergonomi yang jauh dari kesadaran manusia. Penerapan
ergonomi harus diikuti dengan pendekatan ilmiah, hal tersebut berguna untuk
mendapatkan perancangan produk yang optimum tanpa harus mengalami “trial
and error”. Suatu hal yang vital pada penerapan ilmiah untuk ergonomi adalah
“Antropometri” (kalibrasi tubuh manusia). Dalam hal ini terjadi penggabungan
dan pemakaian data antropometri dengan ilmu-ilmu statistik yang menjadi
prasyarat utamanya.
2.3 ANTROPOMETRI
N( x ,X) 95%
2.5%
2.5%
1.96 X 1.96 X
2.5-th percentile X 97.5-th percentile
Tabel 2.1 Jenis Precentile dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal
Percentile Perhitungan
1 – st x 2.325 x
2.5 – th x 1.96 x
5 – th x 1.645 x
10 – th x 1.28 x
50 – th x
90 – th x 1.28 x
95 – th x 1.645 x
97.5 – th x 1.96 x
99 – th x 2.325 x
Sumber: Wignjosoebroto S., 2000
1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung
kepala)
5 = tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan)
6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk pantat
sampai dengan kepala)
11 = panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut
12 = panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan. bagian belakang dari
lutut atau betis
13 = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk
14 = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha
15 = lebar dari bahu (bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk)
17 = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam
gambar)
18 = lebar perut
19 = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus
20 = lebar kepala
24 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai
dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal)
25 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya
nomor 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar)
26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung
jari tangan
persegi dari tulang duduk ini. Data lain menunjukkan bahwa gaya tekan
(kompresi) yang terjadi pada daerah-daerah kulit pantat dan landasan kursi yang
keras besarnya sekitar 40 sampai 60 psi, sedangkan tekanan pada jarak beberapa
inci besarnya hanya 4 psi. Tekanan-tekanan ini menimbulkan perasaan lelah dan
tidak nyaman, serta menyebabkan subyek mengubah posisi duduknya agar
mencapai kondisi yang nyaman. Bertahan pada posisi duduk dalam jangka waktu
yang lama tanpa mengubah-ubah posisinya, di bawah tekanan kompresi yang
terjadi, dapat menyebabkan kurangnya aliran darah pada suatu daerah (ischemia),
gangguan pada sirkulasi darah, menyebabkan nyeri, sakit dan rasa kebal (mati
rasa).
Pengamatan Branton yang kedua menunjukkan bahwa secara struktural,
tulang duduk membentuk sistem penopang atas dua titik yang pada dasarnya tidak
stabil. Oleh karenanya, landasan tempat duduk saja tidak cukup untuk
menciptakan kestabilan. Secara teoritis, kaki, telapak kaki dan punggung, yang
juga bersinggungan dengan bagian lain dari tempat duduk selain dari bagian
landasannya, seharusnya juga dapat turut menciptakan kestabilan yang dimaksud.
Sebenarnya titik pusat gaya berat dari tubuh pada posisi duduk tegak
lurus terletak sekitar 1 inci atau 2,5 cm di depan pusar, seperti ditunjukkan pada
gambar 2.5. Branton mengungkapkan bahwa sistem massa pada keberadaannya
memang tidak stabil di atas tempat duduk (Panero J dan Zelnik M., 2003)
Gambar 2.5 Pusat Gaya Berat Manusia Pada Posisi Duduk
Sumber : Panero J dan Zelnik M., 2003
Sikap duduk yang benar sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan
bahu berada di belakang serta pantat menyentuh belakang kursi. Seluruh lengkung
tulang belakang harus terdapat selama duduk. Duduklah dengan lutut tetap
setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki bila perlu) dan
sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang dan jaga agar kedua kaki tidak
menggantung. Hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit.
Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi atau meja, juga bahu tetap
rileks.
Berkaitan dengan adanya pengaruh sikap duduk yang salah terhadap
tulang punggung, berikut digambarkan bentuk tulang punggung dilihat dari sikap
duduk terlihat pada gambar 2.6 dibawah.
Gambar 2.6 Bentuk Tulang Punggung Dilihat Dari Sikap Duduk
Sumber : http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/
Tempat duduk yang nyaman untuk digunakan untuk jangka waktu yang
lama adalah tempat duduk yang memperhatikan juga faktor kepuasan psikologis.
Jika suatu landasan tempat duduk terlalu tinggi letaknya, bagian bawah paha
akan tertekan dan menghambat peredaran darah, seperti yang ditunjukkan
gambar 2.7. Telapak kaki yang tidak dapat menapak dengan baik di atas
permukaan lantai akan mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh,
Ketebalan sol sepatu dapat di tambah dalam hal ini dengan memberikan suatu
tinggi tempat duduk yang maksimum. Untuk menghindari kompresi paha
diharapkan tinggi tempat duduk adalah 5 th persentil wanita dan 95th persentil
pria. Untuk tinggi tempat duduk yang tetap dapat menyebabkan kesalahan
pada ketinggian yang rendah.
Sebuah gambaran dari susunan dasar kursi yang menjamin bahwa penyangga
lumbar yang baik akan tersedia dan hal ini memberikan variasi yang mudah
dari sikap duduk dengan permukaan tempat duduk yang horisontal dan
tingginya dapat dengan mudah disetel, seperti terlihat pada gambar 2.9
dibawah.
Gambar 2.9 Perancangan Kursi Duncan
Sumber : Nurmianto, 1991
Uji kecukupan data diperlukan untuk memastikan bahwa data yang telah
dikumpulkan adalah cukup secara objektif. Idealnya pengukuran harus dilakukan
dalam jumlah yang banyak, bahkan sampai jumlah yang tak terhingga agar data
hasil pengukuran layak untuk digunakan. Namun pengukuran dalam jumlah yang
tak terhingga sulit dilakukan mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada, baik
segi tenaga, biaya, waktu, dan sebagainya. Pengumpulan data dalam jumlah yang
sekadarnya juga kurang baik karena tidak dapat mewakili keadaan yang
sebenarnya. Untuk itu, pengujian kecukupan data dilakukan dengan berpedoman
pada konsep statistik, yaitu tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan. Tingkat
ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu
penyelesaian sebenarnya, sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya
keyakinan pengukur akan ketelitian data waktu yang telah diamati dan
dikumpulkan. Pengaruh tingkat ketelitian dan keyakinan adalah bahwa semakin
tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat keyakinan, semakin banyak
pengukuran yang diperlukan.
SD
xi x
2
……………………………………... (2.4)
N 1
c. Uji Normalitas
2 Perhitungan Manual
Pengujian normalitas yang paling umum digunakan adalah uji Kolmogorov-
Smirnov Normality Test yang sudah dikembangkan lebih lanjut oleh Lilliefors.
Konsep dasar pengujian ini adalah menentukan selisih terbesar antara peluang
kemunculan data sesungguhnya (berdasarkan observasi) dengan peluang
kemunculan data yang diharapkan yaitu apabila berdistribusi normal.
Nilai statistik uji yang digunakan adalah D yang dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
D maks( D1 , D2 )
sedangkan
i 1
11 n
D1 max t i t
n
........................................... (2.6)
i t t
D 2 max i ...........................................
(2.7)
11 n n n
dimana
i = 1, 2, 3, ......, n
n = jumlah data
xi = data ke i
x = rata-rata seluruh data
S = standar deviasi data
i 1
n = nilai standar dari data apabila berdistribusi normal (Z)
ti t
= peluang data apabila berdistribusi normal (p(Z)),
n
Nilai ini dapat dicari pada tabel distribusi kumulatif normal baku.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai statistik uji hasil
perhitungan dengan nilai statistik uji tabel yaitu nilai D kritis dengan tingkat
ketelitian α dan ukuran sampel n. Apabila nilai hasil perhitungan lebih kecil dari
pada nilai tabel maka disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Langkah-langkah perhitungan uji kolomogorov smirnov sebagai berikut :
1. Mengurutkan data dari terkecil hingga terbesar
2. Menghitung rata-rata ( X ) dan simpangan baku (s)
a. Rata-rata data sampel
n
i 1
X i
X
n
b. Standart deviasi
n
X
2
i X
i 1
s
n 1
3. Data X1, X2, X3,...... Xn Dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,....Zn menggunakan
rumus sebagai berikut :
Xi X
Zi dan untuk ( X dan s masing-masing merupakan rata-rata dan
s
simpangan baku sampel )
4. Untuk setiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang (F(zi) = P (z zi) atau dengan menggunakan
fungsi normsdist pada program office excel.
5. Menghitung proporsi Z1, Z2, Z3,....Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi
6. menghitung D1 dan D2 dalam menentukan hasil akhir dari uji kenormalan
i 1 i t t
D1 = max ti t
n
D2= max i
11 n n
n
11 n
n
t t
2
n
ti
t= s2 i 1
.
i 1 n n 1
7. Mengambil harga yang paling besar diantara D2 tersebut. Untuk harga terbesar
disebut sebagai Dn.
8. Menganalisa Hipotesis
Setelah dilakukan perhitungan, langkah selanjutnya adalah menganalisa
hipotesis yang ada untuk diambil suatu kesimpulan apakah data sampel yang
diuji normal atau tidak. Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan
membandingkan Dn dengan nilai kritis D tabel.
Hipotesis pada pengujian data sampel sebagai berikut :
a. H0 = data berdistribusi secara normal
b. H1 = data tidak berdistribusi secara normal
c. Taraf nyata ( ) = 0.05
Wilayah kritik Dn < D tabel pada uji kolmogorof smirnov.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.3.3.UJI NORMALITAS
Banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian normalitas
sampel, salah satunya dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov. Terlebih
dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
H0 : Data berdistribusi secara normal
H1 : Data tidak berdistribusi secara normal
Penentuan uji normalitas dengan melihat nilai signifikansinya yang
dibandingkan dengan tingkat ketelitian yang digunakan (α). Disini α yang
digunakan adalah 0,05. Bila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima yang berarti bahwa data berdistribusi secara normal dan bila lebih kecil
dari 0,05 maka H0 ditolak yang berarti bahwa data tidak berdistribusi secara
normal.
3.3.4.PERHITUNGAN PERSENTIL
Pada penentuan dimensi rancangan meja dan kursi belajar dibutuhkan
beberapa persamaan berdasarkan pendekatan antropometri, ini berkaitan dengan
penentuan penggunaan persentil 5, 50 dan 95 (Panero, 2003).
Perhitungan nilai persentil 5, 50 dan 95 dari setiap jenis data yang
diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan
pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Menurut Sritomo
Wignjosoebroto (1995), untuk menghitung persentil 5, 50 dan 95 menggunakan
rumus perhitungan yang terdapat pada tabel 2.1.
a. Persentil 5 = x 1.645 x
b. Persentil 50 = x
c. Persentil 95 = x 1.645 x
BAB V
Pada bab ini akan dilakukan analisa serta interpretasi terhadap data-data
yang diperoleh dari hasil pengolahan data yang didapatkan pada bab sebelumnya.
Pada bab ini akan membahas kesimpulan yang diperoleh dari bab
sebelumnya dan saran untuk pengembangan penelitian lebih lanjut, dijelaskan
pada sub bab berikut ini.
6.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian serta analisa yang ada maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dimensi kursi hasil rancangan sebagai berikut:
Tinggi alas kursi : 40 cm
Panjang alas kursi : 45 cm
Lebar alas kursi : 40 cm
Tinggi sandaran kursi : 54 cm
Lebar sandaran kursi : 39 cm
2. Dimensi meja hasil rancangan sebagai berikut:
Tinggi alas meja : 75 cm
Panjang alas meja : 72 cm
Lebar alas meja : 68 cm
Tinggi laci meja : 55 cm
Panjang laci meja : 64 cm
Lebar laci meja : 64 cm
tinggi pijakan kaki meja : 16 cm
panjang pijakan kaki meja : 72 cm
Lebar pijakan kaki meja : 23 cm
3. Bentuk sandaran kursi pada perancangan mengikuti profil dari tulang belakang
0
4. bentuk dari alas meja di buat datar dan miring. Posisi kemiringan sebesar 12
6.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau
penelitian selanjutnya yaitu:
1. Adanya ketidaksesuaian antara dimensi meja kursi sekolah dengan dimensi
tubuh siswa, bagi pihak SLTP N 6 Wonogiri sekiranya dapat
mempertimbangkan rancangan jika ada pengadaan meja dan kursi baru
2. Pada pembuatan produk khususnya yang berhubungan tubuh manusia
sebaiknya memperhatikan rentang umur dari konsumen
3. Jarak antar meja kursi perlu diperlebar dengan mempertimbangkan lay out
dan jumlah meja kursi yang secukupnya agar diperoleh fasilitas belajar yang
nyaman
DAFTAR PUSTAKA
Mc. Cormick, Ernest J, 1987, Human Factor in Engineering and Design. New
Delhi , Mc Graw-Hill Publishing Company Ltd.
Nurmianto, Eko. 2001, Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Surabaya:
Guna Widya.
Panero, Julius, dan Zelnik, Martin. 2003, Dimensi Manusia dan Ruang Interior.
Jakarta: Erlangga.
Pilihanto, Teguh. 2007, perancangan ulang kursi bus ac patas ditinjau dari aspek
ergonomi, skripsi Surakarta.
Priyono, Ari. 2007, Perancangan Ulang Meja Dan Kursi Belajar Ditinjau Dari
Aspek Ergonomi, skripsi Surakarta.