Anda di halaman 1dari 23

HEMOROID

Makalah ini dibuat sebagai salah satu persyaratan kelulusan Kepaniteraan

Klinik Senior Bagian Penyakit Bedah

RSU Haji Medan

Pembimbing :

dr. ………….., Sp.B

Disusun Oleh :

Muhamad Marnanda Kahar (21360……)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

SUMATERA UTARA

2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah


mencurahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan tugas paper ini. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad shalallahu
‘alaihiwasallam, yang telah membawa manusia dari zaman jahiliah ke
alam yang penuh ilmu pengetahuan ini.

Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan Allah


subhanahuwata’ala, penulis dapat menyelesaikan tugas paper yang
berjudul “HEMOROID” Dalam penyusunan paper ini, penulis
mendapatkan beberapa hambatan serta kesulitan. Akan tetapi dengan
bantuan dari berbagai pihak hal tersebut dapat teratasi. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan paper ini,
terutama kepada yang terhormat dr. …….., Sp. B selaku pembimbing.
Semoga segala bantuan yang penulis terima akan mendapat balasan
yang setimpal dari Allah subhanahuwata’ala.

Adapun penulisan tugas paper ini dibuat sebagai salah satu


syarat dalam mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik senior bagian
Ilmu Bedah di Rumah Sakit Umum Haji, Medan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan masih banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk
membangun.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Medan, Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................i
KATA PENGANTAR ..........................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................1
1.2 Tujuan ...................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................4
2.1 Hemoroid .............................................................................4
BAB III KESIMPULAN.......................................................................17
3.1 Kesimpulan .......................................................................................17

Daftar pustaka.........................................................................................18

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam

pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah

pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan

membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum

(Nugroho, 2011). Hemoroid sering terjadi pada orang dewasa

dengan umur 45 sampai 65 tahun (Chong dkk.2008).

Penyakit hemoroid yang terjadi di Amerika Serikat merupakan

penyakit yang cukup umum dimana pasien dengan umur 45 tahun

yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per 100.000 jiwa

(Everheart, 2004). Sebuah penelitian yang dilakukan di Iran

menunjukan sebanyak 48 persen dari pasien yang menjalani

sigmoidoskopi dengan keluhan perdarahan pada anosrektal

memperlihatkan adanya hemoroid ( Nikpour dan Asgari, 2008).

Berdasarkan penelitian dari sepuluh juta orang di Indonesia di

laporkan menderita hemoroid dengan prevalensi 4 persen.

Penyakit hemoroid dibagi menjadi 2, yang pertama adalah

hemoroid interna yaitu hemoroid yang berasal dari bagian atas

sfingter anal serta di tandai dengan perdarahan Yang kedua adalah

1
hemoroid eksterna yaitu hemoroid yang cukup besar, sehingga

varises muncul keluar anus dan di sertai nyeri. ( Broker, 2009 )

Penyakit hemoroid ini disebabkan beberapa fakrtor beberapanya

obtipasi (konstipasi/sembelit) yang menahun, penyakit yang sering

membuat penderita mengejan, penyempitan saluran kemih, sering

melahirkan anak, sering duduk, diare yang menahun dan

bendungan pada rongga pinggul karena tumor rahim atau

kehamilan. (Riyadi, 2010) tanda dan gejala penyakit hemoroid

tidak dapat disembuhkan, hemoroid ekstera bias mengalami

thrombosis karena tekanan tinggi pada vena kanalis yang

menyebabkan ditandai adanya implamasi dan edema.nyeri akan

sangat kuat pada saat defekasi. Hemorrhoid dapat dicegah dengan

minum air putih yang cukup, makan sayuran yang banyak, dan

buah-buahan yang banyak, sehingga membuat feces tidak

mengeras. Apabila banyak memakan makanan yang mengandung

serat dan banyak minum air putih yang banyak dapat meperlancar

defekasi, selain itu ginjal menjadi sehat (Gotera, 2006). Selain itu

hemorrhoid dapat dicegah dengan cara olahraga yang cukup, duduk

tidak terlalu lama dan berdiri tidak terlalu lama (Merdikoputro,

2006). Dalam hal ini, peran tenaga kesehatan sangat dibutuhkan

dalam membantu klien yang mengalami hemoroid agar mempu

memaksimalkan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan

aktivitas daily living untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Oleh karena itu, kami sempat tertarik untuk membahas hemoroid.

2
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami konsep pada penderita hemoroid.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi,

klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan

penunjang, dan penatalaksanaan pada klien hemoroid.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan pada penderita

hemoroid.

3. Mahasiswa dapat menambah wawasan baru mengenai angka

kejadian penyakit hemoroid

1.3 Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah wawasan tentang hemoroid.

2. Sebagai bahan referensi dan di jadikan informasi berkaitan

dengan hemoroid

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Rektum panjangnya 15 – 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula –

mula mengikuti cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis,

kemudian membelok kebelakang pada ketinggian tulang ekor dan

melintas melalui dasar panggul pada fleksura perinealis (Sherwood,

2001).

Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus.

Rektum mempunyai sebuah proyeksi ke sisi kiri yang dibentuk oleh

lipatan kohlrausch. Fleksura sakralis terletak di belakang peritoneum

dan bagian anteriornya tertutup oleh paritoneum. Fleksura perinealis

berjalan ektraperitoneal. Haustra (kantong) dan tenia (pita) tidak

terdapat pada rektum, dan lapisan otot longitudinalnya

berkesinambungan.

Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat

cukup banyak meluas yakni ampula rektum bila ini terisi maka

imbullah perasaan ingin buang air besar. Di bawah ampula, tiga buah

lipatan proyeksi seperti sayap – sayap ke dalam lumen rektum, dua

yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat

satu lipatan yang lebih besar pada sisi kanan, yakni lipatan

kohlrausch, pada jarak 5 – 8 cm dari anus.Melalui kontraksi serabut

– serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan pada

kontraksi serabut otot longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi

4
(Sherwood, 2001).

Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan

kulit tipis yang sedikit bertanduk yang mengandung persarafan

sensoris yang bergabung dengan kulit bagian luar, kulit ini mencapai

ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai epidermis

berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan

kelenjar keringat. Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas

kanalis analis. Pada daerah ini, 6– 10 lipatan longitudinal berbentuk

gulungan, kolumna analis melengkung kedalam lumen (Sherwood,

2001).

Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul pembuluh dan tertutup

beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak bertanduk. Pada ujung

bawahnya, kolumna analis saling bergabung dengan perantaraan

lipatan transversal. Alur – alur diantara lipatan longitudinal berakhir

pada kantong dangkal pada akhiran analnya dan tertutup selapis

epitel thorax. Daerah kolumna analis, yang panjangnya kira – kira 1

cm, di sebut daerah hemoroidal, cabang arteri rectalis superior turun

ke kolumna analis terletak di bawah mukosa dan membentuk dasar

hemorhoid interna (Sherwood, 2001).

Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid

interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea

dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid

interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan

submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat

5
pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang

(jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil

terdapat di antara ketiga letak primer tesebut. Hemoroid eksterna

yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior

terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam

jaringan di bawah epitel anus (Sherwood, 2001).

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan

secara longgar dan merupakan awal aliran vena yang kembali

bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid

interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan

selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan

darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha

ke vena iliaka (Sherwood, 2001).

2.2 Definisi

Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau

lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan

sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks

yakni melibatkan beberapa unsure berupa pembuluh darah, jaringan

lunak dan otot disekitar anorektal (Felix, 2006). Hemoroid adalah

Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis

(Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah

vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang

melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Berdasarkan

konsep yang didapat dari kedokteran Barat, hemoroid terjadi

6
karena adanya hambatan aliran balik darah menuju jantung

sehingga terjadilah pelebaran darah di sekitar anus

2.3 Klasifikasi

1. Ambeien Internal

Hemoroid internal adalah pembengkakan terjadi dalam

rektum sehingga tidak bisa dilihat atau diraba. Pembengkakan

jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit

syaraf di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah

pendarahan saat buang air besar. Masalahnya jadi tidak

sederhana lagi, bila ambeien internal ini membesar dan keluar

ke bibir anus yang menyebabkan kesakitan. Ambeien yang

terlihat berwarna pink ini setelah sembuh dapat masuk sendiri,

tetapi bisa juga didorong masuk. Hemoroid interna dibagi

menjadi 4 derajat yaitu (Sjamsuhidajat, 2010) :

1. Derajat I       

a. Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi

b. Tanpa disertai rasa nyeri

c. Tidak terdapat prolaps

d. Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan

hemoroid yang menonjol ke dalam lumen

2. Derajat II  

a. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi

b. Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi


spontan)

7
3. Derajat III  

a. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan  sesudah defekasi

b. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi

harus didorong dengan jari (reposisi manual)

4. Derajat IV  

a. Terdapat perdarahan sesudah defekasi

b. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk

(meskipun sudah direposisi akan keluar lagi)

2. Ambeien / Hemoroid Eksternal

Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan kronik.

Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir

anus dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sangat

nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan

reseptor nyeri (Sjamsuhidajat, 2010).

2.4 Etiologi

Menurut Vill alba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai

saat ini belum diketahui secara pasti, beberapa factor pendukung

yang terlibat diantaranya adalah :

a. Penuaan

b. Kehamilan

c. Hereditas

d. Konstipasi atau diare kronik

e. Penggunaan toilet yang berlama - lama

8
f. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama

g. Obesitas.

Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak

berhubungan dengan kondisi medis atau penyalit, namun ada

beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko

hemoroid seperti berikut:

a. Perubahan hormon (kehamilan)

b. Mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram

c. Berdiri terlalu lama

d. Banyak duduk

e. Sering mengangkat beban berat

f. Sembelit diare menahun (obstipasi)

g. Makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena

(cabe, rempah-rempah)

h. Keturuna penderita wasir(genetik)

2.5 Patofisiologi

Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat

defekasi, konstipasi menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal

diatas menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal lalu di

transmisikan ke derah anorektal dan elevasi yang tekanna yang

berulang-ulang mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami

prolaps. Hasil di atas menimbulkan gejala gatal atau priritus anus

akibat iritasi hemoroid dengan feses, perdarahan akibat tekanan yang

terlalu kuat dan feses yang keras menimbulkan perdarahan,dan ada

9
udema dan peradangan akibat infeksi yang terjadi saat ada luka

akibat perdarahan. Proses di atas menimbulkan diagnosa gangguan

intregritas kulit, nyeri, kekurangan volume cairan, dan kelemahan

Mengedan saat defekasi Konstipasi menahun Kehamilan


Obesitas

Peningkatan tekanan intra abdominal.


Ditransmisi ke daerah anorektal

Elevasi tekanan yang berulang-ulang

Vena heroidalis mengalami prolaps

Hemoroid

2.6 Manifestasi Klinis

Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid

(Vill Alba dan Abbas, 2007 ) yaitu :

a. Hemoroid internal

1. Prolaps dan keluarnya mukus.

2. Perdarahan.

3. Rasa tak nyaman.

10
4. Gatal.

b. Hemoroid eksternal

1. Rasa terbakar.

2. Nyeri (jika mengalami trombosis).

3. Gatal.

Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien

hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti berikut :

a) Perdarahan

Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah

segar menetes setelah buang air besar (BAB), biasanya tanpa

disertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga timbul di

luar wakyu BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran ini

berwarna merah segar.

b) Benjolan

Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi

spontan atau manual merupakan cirri khas/ karakteristik

hemoroid.

c) Nyeri dan rasa tidak nyaman

Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan

komponen darah di bawah anus), benjolan keluar anus, polip

rectum, skin tag.

d) Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus

11
Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai

perdarahan merupakan tanda hemoroid interna, yang sering

mengotori pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan

pembengkakan kulit.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Anamnesa atau riwayat penyakit

2. Pemeriksaan fisik yaitu

a. inspeksi

Pada inspeksi hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi

sudah mengandung trombus. Hemoroid interna yang prolaps

dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa. Untuk

membuat prolaps dapat dengan menyuruh pasien untuk

mengejan.

b. rektaltouche (colok dubur)

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium

awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak

terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba

apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput

lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan

terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur

ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

3. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak

12
menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati

keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan

penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,

penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang.

Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang

menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan

sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan

atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,

letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip,

fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.

4. Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan

keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses

keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan

keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.

5. frontgen (colon inloop) dan kolonoskopi

6. pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan

penunjang diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar

(occult bleeding).

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan

derajat hemoroidnya.

1. Hemoroid Eksterna

13
Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak

sebagai benjolan yang nyeri pada anal verge. Jika pasien

membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian

analgesik, sitz baths, dan pelunak feses. Tetapi jika pasien

mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di bawah anestesi lokal

dianjurkan. Pengobatan secara bedah menawarkan

penyembuhan yang cepat, efektif dan memerlukan waku hanya

beberapa menit dan segera menghilangkan gejala.

Penatalaksanaan secara bedah yaitu pasien berbaring dengan

posisi menghadap ke lateral dan lutut di lipat, dasar hematom

diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian atas bokong didorong

untuk memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong

berbentuk elips menggunakan gunting iris dan forsep diseksi.

hal ini dengan segera memperlihatkan bekuan darah hitam yang

khas di dalam hemoroid yang dapat dikeluarkan dengan tekanan

atau diangkat keluar dengan forsep.

2. Hemoroid Interna

Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat

hemoroidnya.

Hemoroid Interna

Derajat Berdarah Prolaps Reposisi

I + - -

II + + Spontan

III + + Manual

14
IV + Tetap Irreponibel

Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi

hemorroid eksterna selalu dengan operasi. Konservatif indikasi

untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus. Operatif

indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.

1. Hemoroid derajat I dan II

Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong

dengan tindakan lokal yang sederhana disertai nasehat tentang

makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi,

misalnya sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini

membuat gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak,

sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan

mengedan secara berlebihan.

2. Hemoroid Derajat III dan IV

Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika

diputuskan tidak perlu dilakukan hemoroidektomi. Pengobatan

dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid

yang menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga

mengalami nekrosis dan akhirnya fibrosis. Tidak dipakai secara

luas karena mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan

luasnya. Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang

mengalami hemoroid yang menahun dan mengalami prolapsus

besar (derajat III dan IV).

15
Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu

pengangkatan pleksus dan mukosa, pengangkatan pleksus tanpa

mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa pleksus.  Teknik

pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode :

a) Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier

hemoroid interna, mengadakan jahitan jelujur klem dengan

catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi di atas klem.

Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem

diikat, diikuti usaha kontinuitas mukosa. Cara ini banyak

dilakukan karena mudah dan tidak mengandung risiko

pembentukan jaringan parut sirkuler yang biasa menimbulkan

stenosis.

b) Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh hemoroidalis

dengan membebaskan mukosa dari sub mukosa dan

mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu,

sambil mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.

c) Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa

rektum. Metode ini lebih unggul dan lebih banyak dipakai

karena perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang

dibandingkan dengan metode yang lain.

2.9 Komplikasi

Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi yaitu  :

1. Perdarahan, dapat sampai anemia.

2. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)

16
3. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan
suplai darah dihalangi oleh sfingter ani luka dan infeksi.

17
BAB III

KESIMPULAN DAN SAARAN

3.1 Kesimpulan

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam

pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah

pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan

membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum

(Nugroho, 2011). Menurut Mutaqqin (2011) etiologi hemoroid

yaitu : perubahan hormon (kehamilan), mengejan secara

berlebihan hingga menyebabkan kram, berdiri terlalu lama,

banyak duduk, sering mengangkat beban berat, sembelit diare

menahun (obstipasi), makanan yang dapat memicu pelebaran

pembuluh vena (cabe, rempah-rempah), keturuna penderita

wasir(genetik). Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta

(2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti berikut :

Perdarahan, Benjolan, Nyeri dan rasa tidak nyaman, Basah, gatal

dan hygiene yang kurang di anus. Pemeriksaan penunjang

hemoroid yaitu : anamnesa atau riwayat penyakit, pemeriksaan

fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur), pemeriksaan

dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi, Pemeriksaaan

dengan Proktosigmoidoskopi, rontgen (colon inloop) dan

kolonoskopi, pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan

penunjang. Komplikasi dari hemoroid adalah Anemia, jarang

terjadi dan trombosis akut pada prolaps hemorroid.

18
DAFTAR PUSTAKA

Pierce A, Grace & Neil R Borley. 2007. At a Glance : Ilmu Bedah


Ed.3.Jakarta : EMS

R. Syamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2.
beberapa sumber web : Conectique.com, hemorrhoid.net dan
dewabenny.com

Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis


Keperawatan. Alih Bahasa

Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2006.

Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih


Bahasa dr. Vidia

Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006.

Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika,
2011.

Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 2010.

Sjamsuhidayat, Win de Jong. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu


Bedah,

Ed.2.jakarta. EGC, 2004.

Gouda m. ellabban, World Journal of Colorectal Surgery, Stapled


Hemorrhoidectomy versus Traditional Hemorrhoidectomy for the
Treatment of Hemorrhoids, 2010

19

Anda mungkin juga menyukai