Anda di halaman 1dari 17

FILSAFAT PENDIDIKAN

LANDASAN AGAMA, FILSAFAT, SOSIOLOGI, HUKUM, DAN LANDASAN MORAL

DOSEN PENGAMPU : YUSRA NASUTION

OLEH

KELOMPOK 11

1. DIANA SIMANUNGKALIT
2. NAILLAH HASIBUAN
3. IMELDA
4. REVELYA MARBUN

KELAS ADP B 2021

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN PEND. ADM PERKANTORAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai mata
kuliah FILSAFAT PENDIDIKAN . Kami berterima kasih kepada Ibu dosen pengampu
matakuliah karena telah memberikan tugas ini sehingga dapat memberikan manfaat yaitu
menambah wawasan.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan pada makalah ini, sehingga kami menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah
kami. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi banyak manfaat baik kepada para
pembaca maupun penulis.

Medan, 8 November 2021

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................. 2
C. TUJUAN ...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3

A. Landasan Agama .......................................................................................................... 3


B. Landasan Filsafat.......................................................................................................... 4
C. Landasan Sosiologi ...................................................................................................... 6
D. Landasan Hukum.......................................................................................................... 7
E. Landasan Moral ............................................................................................................ 9
F. Pengaplikasian Dalam Dunia Pendidikan .................................................................... 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 12

A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 12

B. SARAN.......................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, pendidikan adalah
sebuah warisan budaya dari generasi ke generasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan,
dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup
manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia
tidak terlepas dari unsur sosial budaya.

Memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga tentu akan terjadi banyak
perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era globalisasi. Tak hanya
perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam dunia pendidikan akibat dari
pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan
cara bagaimana mencapai kesejahteraan. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus
perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara
baik dan bijak yang berlandaskan agama, sosiologi, filsafat, hokum dan moral.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah pengertian, jenis, dan fungsi landasan pendidikan?


2. Bagaimakah sejarah dan teori-teori sosiologi, agama ,filsafat, hukum, moral?
3. Apakah pengertian landasan sosiologis, agama, hukum, moral, dan filsafat pendidika?
4. Bagaimanakah perantara dan ruang lingkup landasan sosiologi, filsafat, agama, hokum,
moral pendidikan?

C. TUJUAN

Makalah ini dimaksudkan untuk membahas landasan sosiologis, agama, hukum, moral,
dan filsafat pendidikan, baik dalam segi teori maupun implementasi pada beberapa negara,
khususnya Indonesia. Secara rinci tujuan penulisan makalah ini adalah:

1
1. Menjelaskan pengertian, jenis, dan fungsi landasan pendidikan.
2. Memaparkan sejarah dan teori-teori sosiologi, , agama, hukum, moral, dan filsafat
3. Menjelaskan pengertian landasan sosiologis, , agama, hukum, moral, dan filsafat pendidika?
4. Mendeskribsikan perantara dan ruang lingkup landasan sosiologi, , agama, hukum, moral, dan
filsafat pendidikan

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Landasan Agama

Agama (Religion) berasal dari kata Latin “religio”, berarti “tie-up”. Dalam bahasa
Inggris,Religion dapat diartikan “having engaged ‘God’ atau ‘The Sacred Power’. Secara umum
diIndonesia, Agama dipahami sebagai sistem kepercayaan, tingkah laku, nilai, pengalaman
danyang terinstitusionalisasi, diorientasikan kepada masalah spiritual/ritual yang diterapkandalam
sebuah komunitas dan diwariskan antar generasi dalam tradisi.Pendidikan agama mempunyai dua
aspek penting yaitu :

1.Aspek pertama dari pendidikan agama, adalah ditujukan kepada jiwa atau pembentukan
kepribadian

2. Aspek kedua dari pendidikan agama, adalah ditujukan kepada pikiran atau pengajaranagama
itu sendiri.Peran agama dalam kesehatan mental, antara lain :

1. Dengan agama dapat memberikan bimbingan dalam hidup

2. Aturan agama dapat menentramkan batin.

3. Ajaran agama sebagai penolong dalam kebahagiaan hidup

4. Ajaran agama sebagai pengendali moral

5. Agama dapat menjadi terapi jiwa

6. Agama sebagai pembinaan mental

Untuk menguraikan hasrat dan kemauan manusia itu dapat dilihat dari kultur (dari perspektif
hasrat dan kemauan), nilai dan karakteristiknya. Jika kultur manusianya cenderung mengejar
kekuasaan, nilainya adalah kenegaraan, maka karakteristik manusianya adalah politikus. Jika
kulturnya ekonomi, kemudian nilainya manfaat, maka karakteristik manusianya pembisnis.
Begitu pula dengan budaya pengabdian, nilainya adalah sosial, maka ciri manusianya adalah
organisatoris sosial atau voluntir. Jika kulturnya pengetahuan, nilainya adalah teori, maka ciri

3
manusianya adalah ilmuan. Begitu juga dengan kultur seni, nilainya adalah estetika, maka ciri
manusianya adalah seniman. Terakhir, jika kulturnya agama, kemudian nilainya adalah religi,
maka ciri manusianya menjadi agamawan.

Jadi, seluruh kehidupan ini terbagi ke dalam enam struktur yang berbeda-beda dan keenam nilai
ini ada di dalam diri setiap manusiaBerdasarkan kultur, nilai, dan karakter sebagaimana
digambarkan di atas, maka budi pekerti manusia ada yang lebih dominan pada kekuasaan,
ekonomi, pengabdian, pengetahuan, seni, dan agama manakala tidak mendapat pengendalian dan
pengontrolan dari sisi moral dan etika, maka cenderung jatuh dan terperangkap dalam suatu
karakter yang lebih buruk dari karakter yang sesungguhnya.

Landasan agama merupakan salah satu pilar penting dalam pendidikan karakter. Agama
mengajarkan moral, etika dan budi pekerti. Proporsi agama dianggap paling besar dalam
pendidikan karakter, tidak salah jika guru bidang studi agama menjadi tumpuan besar dalam
mengembangkan pendidikan karakter.

B. Landasan Filsafat

a.Pengertian Tentang Landasan Filsafat

Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan,
yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah bependidikan itu ? Mengapa
pendidikan itu diperlukan ? Apa yang seharusnya menjadi tujuanya, dan sebagainya. Landasan
filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah). Kata filsafat
(philosophy) bersumber dari bahasa Yunani, philien berarti cinta dan sophiaberarti
kebijaksanaan. Cinta berartihasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-
sungguh. Kebijaksanaaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi
filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati (Soetriono dan
Rita Hanafi, 2007: 20).

Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan
citra tentang manusia dan mayarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu.
Rumusan tentang harkat dan martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan

4
dan cara-cara penyelenggaraaan pendidikan, dan dari sisi lain pendidikan merupakan proses
memanusiakan manusia. Filsafat pendidikan merupakan jawaban secara kritis dan mendasar
berbagai pertanyaan pokok sekitar pendidikan, seperti apa mengapa, kemana, dan bagaimana, dan
sebagainya dari pendidikan itu.Kejelasan berbagai hal itu sangat perlu untuk menjadi landasan
berbagai keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam pendidikan. Hal itu sangat penting karena
hasil pendidikan itu akan segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus
diyakinkan kebenaran dan ketepatanya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan.

Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaran ilmu yang sifatnya relative. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari
segi yang biasa diamati hanya sebagian kecil saja. Diibaratkan mengamati gunung es, kita hanya
mampu melihat yang diatas permukaaan laut saja. Sementara itu filsafat mencoba menyelami
sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan
renungan yang kritis.Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu metafisika,
epistimologi, logika, dan etika, dengan kandungan materi masing-masing sebagai berikut :

1)Metafisika ialah filsafat yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat di alam
ini. Dalam kaitanya dengan manusia, ada dua pandangan yaitu :

(1)Manusia pada hakekatnyanya adalah spiritual. Yang ada adalah jiwa atau roh,yang lain adalah
semu. Pendidikan berkewajiban membebaskan jiwa dari ikatan semu. Pendidikan adalah untuk
mengaktualisasi diri. Pandangan ini dianut oleh kaum Idealis,Scholastik,dan bebrapa Realis.

(2)Manusia adalah organism materi. Pandangan ini dianut kaum Naturalis, Materialis,
Eksperimentalis, Pragmatis, dan bebrapa realism. Pendidikan adalah untuk hidup, Pendidikan
berkewajiban membuat kehidupan manusia menjadi menyenangkan.

2)Epistemologi ialah filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan kebenaran, Ada lima
sumber pengetahuan yaitu :

(1)Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedi

(2)Common sense,yang ada pada adat dan tradisi.

5
C. Landasan Sosiologi

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan
yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan
sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan
kebutuhan masyarakat dan negara.

Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857) pada tahun1839,
sosiologi merupakan ilmu pengetahuan positif yang memepelajari masyarakat.Sosiologi
mempelajari berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realitas sosial.Mengingat banyaknya
realitas sosial, maka lahirlah berbagai cabang sosiologi seperti sosiologi kebudayaan, sosiologi
ekonomi, sosiologi agama, sosiologi pengetahuan, sosiologi pendidikan, dan lain-lain.

Ciri-ciri sosiologis pendidikan :

*Empiris adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu, Sebab bersumber dan diciptakan
darikenyataan yang terjadi di lapangan.

*Teoritis adalah peningkatan fase penciptaan yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa
disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.

*Komulatif adalah sebagai akibat dari penciptaan terus – menerus sebagai konsekuensi
dariterjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori – teori itu akan berkomulasi
mengarah kepada teori yang lebih baik.

*Nonetis adalah karena teori ini menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu –
individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.Landasan sosiologis
pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan
masyarakat:

1. Kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat.

2. Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat.

3. Negara melindungi warga anegaranya

4. Selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban.

6
D. Landasan Hukum

1. Pengertian Landasan Yuridis

Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Landasan hukum
seseorang guru boleh mengajar misalnya, adalah surat keputusan tentang pengangkatan sebagai
guru. Yang melandasai atau mendasari ia menjadi guru adalah surat keputusan itu beserta hak-
haknya. Surat keputusan itu merupakan titik tolak untuk ia bias melaksanakan pekerjaan guru.
Begitu pula halnya mengapa anak-anak sekarang diwajibkan belajar paling sedikit sampai dengan
tingkat SLTP, adalah dilandasi belajar atau didasari atau bertitik tolak dari peraturan pemerintah
tentang pendidikan dasar dan ketentuan tentang wajib belajar. Sementara itu kata hukum dapat
dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh
pemerintah ini, bila dilanggar akan mendapat sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula.
Seorang guru yang melanggar disiplin misalnya, bias dikenai sanksi dalam bentuk kenaikan
pangkatnya ditunda. Begitu pula seorang peserta didik yang kehadirannya kurang dari 75 % tidak
diizinkan mengikuti ujian akhir.

Hukum atau aturan baku diatas, tidak selalu dalam bentuk tertulis. Seringkalai aturan itu. dalam
bentuk lisan, tetapi diakui dan ditaati oleh masyarakat. Hukum adat misalnya, banyak yang tidak
tertulis, diturunkan secara lisan turun-temurun di masyarakat. Hokum seperti ini juga dapat
menjadi landasan pendidikan. Dari uraian diatas dapatlah dipahami makna kata landasan hukum
dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berpojak atau titik tolak dalam melaksanakn
kegiat, dalam hal ini kegiatan pendidikan, tetapi tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi oleh
aturan-aturan baku ini. Cukup banyak kegiatan pendidikan yang dilandasi oleh aturan lain, seperti
aturan kurikulum, aturan cara mengajar, cara membuat persiapan, supervise, dsb. Apalagi bila
dikaitkan dengan kiat meng ajar atau seni mendidik, sangat banyak kegiatan pendidikan yang
dikembangkan sendiri oleh para pendidik.

2. Pendidikan Menurut Undang-Undang Dasar 1945

Undang-undang dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Semua peraturan
perundang-undangan yang lain harus tunduk atau tidak boleh bertentangan dengan Undang-

7
undang dasar ini. Pasal-pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam undang-undang dasar 1945
hanya 2 pasal, yaitu, Pasal 31 dan Pasal 32, yang satu menceritak tentang pendidikan dan yang
satu menceritakan tentang kebudayaan.

a) Pasal 31 Ayat 1 berbunyi: Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran, Ayat 2
berbunyi: Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Ayat ini berkaitan dengan wajib belajar 9 tahun di SD dan SMP yang sedang
dilaksanakan. Ayat 3 berbunyi: Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system
pendidikan nasional. Ayat ini mengharuskan pemerintah mengadakan satu system pendidikan
nasional, untuk memberi kesempatan kepada warga Negara mendapatkan pendidikan. Kalau
karena suatu hal seseorang atau sekelompok masyarakat tidak bisa mendapatkan kesempatan
belajar, maka mereka bias menuntut hak itu kepada pemerintah.

Pasal 32 Ayat 1 berbunyi: Memajukan budaya nasional serta memberi kebebasan kepada
masyarakat untuk mengembangkannya.Ayat 2 berbunyi: Negara menghormati dan memelihara
bahasa daerah sebagai bagian dari budaya nasional. Mengapa pada pasal ini juga berhubungan
dengan pendidikan? Sebab pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Seperti kita ketahui bahwa
kebudayaan adalah hasil dari budi daya manusia, kebudayaan akan berkembang bila budi daya
manusia ditingkatkan. Sementara itu sebagian besar budi daya bias dikembangkan
kemampuannya melalui pendidikan, jadi bila pendidikan maju, maka kebudayaanpun akan maju
pula. Kebudayaan dan pendidikan adalah dua unsur yang saling mendukung satu sama lain.
Sudah dikatakan diatas, bila pendidikan maju maka kebudayaan juga akan maju, begitu juga
sebaliknya, karena kebudayaan yang banyak aspeknya akan mendukung program dan
pelaksanaan pendidikan. Dengan demikian upaya memajukan kebudayaan berarti juga sebagai
upaya memajukan pendidikan.

3. Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Diantara peraturan perundang-undangan RI yang paling banyak membicarakan pendidikan adalah


Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Sebaba undang-undang ini bisa disebut sebgaai induk
peraturan perundang-undangan pendidikan. Undang-undang ini mengatur pendidikan pada
umumnya, artinya segala sesuatu bertalian dengan pendidikan, mulai dari prasekolah sampai
dengan pendidikan tinggi ditentukan dalam undang-undang ini.

8
a) Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 5, ayat 2 berbunyi: pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan pancasila dan Undang-undang dasar 45 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman. Undang-
undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan nasional dan nilai-nilai agama
yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Ini berarti teori-teori
pendidikan dan praktik-praktik pendidikan yang diterapkan di Indonesia , tidak boleh tidak
haruslah berakar pada kebudayaan Indonesia dan agama. Tetapi kenyataan menunjukkan kita
belum punya teori-teori pendidikan yang khas yang sesuai dengan budaya bangsa. Kita sedang
mulai membangunnya teori pendidikan kita masih dalam proses pengembangan (Sanusi, 1989).

E. Landasan Moral

Pendidikan kewarganegaraan sebagai perwujudan atau boleh dikatakan sebagai pengganti mata
pelajaran atau kuliah pendidikan moral pancasila seolah-olah kehilangan jati diri pancasila dan
pendidikan moralnya. Konsekuensinya, ditengah derasnya arus globalisasi informasi dan
komunikasi dimana akses informasi dan pengetahuan menjadi semakin mudah, sehingga
penurunan moral pun tidak dapat dihindarkan. Dalam pelaksanakan pendidikan ini, tidak jarang
terjadi praktik-praktik kecurangan yang mengiringi setiap penyelenggaraan ujian nasional, mulai
dari pembocoran soal ujian, penyewaan jasa joki hingga sampai pada penyontekan massal. Untuk
memperdalam pembahasan tentang pendidikan karakter, walaupun tidak terlepas dari pandangan
pro dan kontra, perlu dijabarkan landasan moral pendidikan karakter.

Terdapat perbedaan mendasar antara moral dan etika. Pertama, moral merupakan karakter
individu dari seseorang, sedangkan etika menekankan pada sistem sosial, di mana moral-moral
tersebut diterapkan.

Kedua, ketika moral dan etika dikupas secara terpadu (integrated), maka pembahasan dari kedua
disiplin tersebut menjadi sangat tidak memadai untuk menjadi landasan dalam kajian pendidikan
karakter.

Salah seorang ilmuan psikologi ternama yang dikenal juga dengan bapak konstruktivisme, Jean
Piaget dikenal sebagai ilmuan yang mengkaji persoalan-persoalan moral dalam hubungannya
dengan perkembangan intelektualitas anak. Dia mengkaji bagaimana anak-anak bermain
permainan (game) untuk memelajari keyakinan mereka tentang mana yang benar dan yang salah.

9
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh Piaget terhadap salah satu permainan yaitu, bermain
kelereng yang menunjukkan bahwa perkembangan moral muncul dari tindakan. Hasil observasi
yang dilakukan oleh Piaget, kemudian digunakan dalam mengembangkan teorinya mengenai
moralitas anak-anak. Seperti dikatakan oleh Singer dan Revenson bahwa, jika anda
mengobservasi anak-anak di bawah umur tujuh tahun ketika sedang bermain, anda akan melihat
mereka mengelaborasi aturan-aturan mereka sendiri, mengadaptasikan ke dalam situasi khusus,
kemudian mengubah sesuai kehendak mereka, namun mereka yakin bahwa mereka bermain
sesuai dengan aturan. Aplikasi aturan-aturan yang mengikuti tiga tahap utama tentang
perkembangan moralitas anak-anak, yakni:

· Motorik atau karakter individu, umur 0-2 tahun

Sebelum anak berusia 2 tahun, permainan hanya sekedar aktivitas motorik yang bersifat ritual
semata. Dalam tahap ini, peraturan belum ada.

· Egosentrik, umur 2-7 tahun

Merupakan tahapan transisi antara perilaku individu dan perilaku sosial yang mengikutinya.
Artinya, pada saat yang sama, anak bermain dengan kawan-kawan seusianya, tetapi masing-
masing mereka berbicara dengan mainannya sendiri. Dalam tahap ini, anak-anak
mempertahankan egonya masing-masing untuk memamerkan keunggulan mainannya.

· Kerjasama, umur 7-11 tahun

Tahapan kerja sama, di mana anak-anak mulai umur 7 tahun sudah dapat mengembangkan
pengertian kerjasama.

· Kodifikasi aturan-aturan, umur 11-12 tahun dan hingga dewasa.

Tahap kodifikasi aturan, umur 11-12 tahun, sudah dapat mengikuti kodifikasi aturan yang sesuai
dan tegas. Aturan telah dipahami oleh semua pemain dan dinonton oleh masyarakat luas.
Pemahaman pada aturan yang jelas dan ketat itulah yang sering mengeliminasi mereka untuk
bertengkar atau berselisih paham. Karena ada perbedaan pendapat dan mereka langsung kembali
kepada aturan main.

10
Jika mereka melakukan kesalahan lebih besar dari yang lainnya, mereka juga merasa lebih besar
kesalahannya dibandingkan dengan mereka yang kecil tingkat kesalahannya. Piaget,
mendapatkan anak yang mencuri lebih banyak atau bercerita dengan kebohongan yang lebih
besar, merasa lebih bersalah atau berdosa dari pada anak yang mencuri hanya satu benda atau
bercerita dengan tingkat kebohongan yang relatif kecil.

F.PENGAPLIKASIAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Landasan Agama Dalam dunia pendidikan landasan agama sangat di terapakan. Hal itu dapat
dilihat dimanaagama menjadi salah satu mata pelajaran yang penting di dunia
pendidikan.Pendidikan agama dalam pendidikan masa kini pun memeiliki peranan penting dalam
pembinaan akhlak siswa. Siswa diajarkan untuk berperilaku sesuai dengan syariat yang ada, serta
menunjangaspek moral yang nantinya akan dibawa ke dalam lingkungan masyarakat

Landasan Filsafat Dengan berfilsafat di dalam dunia pendidikan, menjadikan para pengajar dan
peserta didik memiliki pemikiran yang lebih maju dan luas. Jadi berfikir filsafat dalam
pendidikan adalah berfikir mengakar/menuju akar atau intisari pendidikan.

Landasan SosiologiLandasan Sosiologi mampu memberikan rekomendasi mengenai bagaimana


harapan dan tuntutan masyarakat mengenai isi dan proses pendidikan itu, atau bagaimana
sebaiknya pendidikan itu berlangsung menurut kacamata kepentingan masyarakat, baik padalevel
nasional maupun lokal.

Landasan Hukum PendidikanDalam dunia pendidikan Landasan Hukum Pendidikan tentunya


diterapkan. Landasan hukum pendidikan merupakan seperangkat peraturan dan perundang-
undangan yang menjadi panduan pokok dalam pelaksanaan sistem pendidikan di
Indonesia.Landasan Pendidikan Moral ManusiaPendidikan moral bertujuan sangat mulia yaitu
untuk membentuk anak negeri sebagai individu yang beragama, memiliki rasa
kemanusiaan/tenggang rasa demi persatuan menjunjung tinggi nilai-nilai musyawarah untuk
kerakyatan serta keadilan hakiki.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam
rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Landasan agama merupakan salah satu
pilar penting dalam pendidikan karakter. Agama mengajarkan moral, etika dan budi pekerti.
Proporsi agama dianggap paling besar dalam pendidikan karakter, tidak salah jika guru bidang
studi agama menjadi tumpuan besar dalam mengembangkan pendidikan karakter.

Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah). Kata filsafat
(philosophy) bersumber dari bahasa Yunani, philien berarti cinta dan sophiaberarti
kebijaksanaan. Cinta berartihasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-
sungguh. Kebijaksanaaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya.

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan
yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan
sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan
kebutuhan masyarakat dan negara.

Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Landasan hukum
seseorang guru boleh mengajar misalnya, adalah surat keputusan tentang pengangkatan sebagai
guru. Yang melandasai atau mendasari ia menjadi guru adalah surat keputusan itu beserta hak-
haknya.

Terdapat perbedaan mendasar antara moral dan etika. Pertama, moral merupakan karakter
individu dari seseorang, sedangkan etika menekankan pada sistem sosial, di mana moral-moral
tersebut diterapkan.

12
B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis berharap bagi pembaca, penulis menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan – kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Maka dari itu, Penulis
menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam pembuatan makalah ini, yaitu dengan
memberi saran dan kritik demi perbaikan makalah selanjutnya.
Dan semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
menambah cakrawala ilmu pengetahuan yang lebih luas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Rianti, Ida. 2011. Landasan Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Robandi, Babang. 2005. Hang Out Matakuliah Landasan Pendidikan.Bandung: UPI.

Sugianto, Ahmad. 2013. Landasan Sosiologis Pendidikan, (Online), (http://akhmad-


sugianto.blogspot.com/2013/09/landasan-sosiologis-pendidikan.html), diakses 20 Agustus 2015.

https://jdih.cianjurkab.go.id/assets/dokumen/informasi/NA_RAPERDA_OPD.pdf

https://id.scribd.com/document/487568113/Meilani-Sari-l-Ringkasan-Landasan-Agama-Filsafat-
Sosiologi-Hukum-Dan-Landasan-Moral.

14

Anda mungkin juga menyukai