OSTEOPOROSIS
DISUSUN OLEH:
Aulia Putri Salsabila Burhan
111 2020 2118
PEMBIMBING:
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Osteporosis
laporan kasus ini dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat
penulisan refarat ini. Terakhir penulis berharap, semoga refarat ini dapat
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
Osteoimunologi
2.7 Diagnosis
a. Anamnesis
keluahan utama : seringkali pasien tidak disertai keluahn sampai
timbul fraktur. Apabila sudah terjadi fraktur maka akan memberikan
gejala sesuai lokasi fraktur misalnya nyeri pinggang bawah,
penurunan tinggi badan, kifosis.
b. Pemeriksaan fisik
1. keadaan umum : tinggi dan berat badan, gaya berjalan ,
deformitas tulang, leg length inequality.
2. Protuberansia abdomen yang dapat disebabkan oleh kifosis dan
kulit yang tipis (tanda McConkey).
3. Nyeri tulang atau deformitas yang disebabkan oleh fraktur.
4. sklera yang biru biasanya terdapat pada penderita osteogenesis
imperfekta. Penderita ini biasanya akan mengalami ketulian,
hiperlaksitas ligament dan hipermobilitas sendi dan kelainan gigi.
Pada rikets, beberapa penemuan fisik sering dapat mengarah
ke diagnosis, seperti perawakan pendek, nyeri tulang, kraniotabes,
parietal pipih, penonjolan sendi kostokonral (rashitic rosary), bowing
deformity tulang-tulang panjang dan kelaianan gigi. 1,10
c. Pemeriksaan penunjang
Radiologi
2.8 Tatalaksana
a. Risiko rendah, jika tidak ada fraktur tulang panggul atau tulang
belakang sebelumnya, skor T BMD tulang panggul dan tulang
belakang > -1,0, dan risiko fraktur tulang panggul 10 tahun <3%
dan risiko fraktur osteoporosis utama 10 tahun <20%.
b. Risiko sedang, jika tidak ada fraktur tulang panggul atau tulang
belakang sebelumnya, skor T BMD tulang panggul dan tulang
belakang > -2,5, atau risiko fraktur tulang panggul 10 tahun <3%
atau risiko fraktur osteoporosis utama 10 tahun <20%.
c. Risiko tinggi, jika ada fraktur tulang panggul atau tulang belakang
sebelumnya, atau skor T BMD tulang panggul dan tulang belakang
≤ -2,5 atau risiko fraktur tulang panggul 10 tahun ≥3% atau risiko
fraktur osteoporosis utama 10 tahun ≥20%.
d. Risiko sangat tinggi, jika ada fraktur tulang belakang multipel dan T-
skor BMD tulang panggul atau tulang belakang≤ -2,5.
Terapi Farmakologi.
a. Biphosphonate
c. Strontium Ranelate
Obat ini menghambat fungsi osteoklas dan memicu
diferensiasi dan proliferasi osteoblas melalui calcium
sensing receptor (CaSR) yang menyebabkan peningkatan
BMD, meskipun tidak terkait erat dengan penurunan
bermakna risiko fraktur.Obat ini telah disetujui di Eropa untuk
terapi pada pria dan perempuan pasca-menopause dengan
osteporosis berat yang tidak bisa mentoleransi obat lain.
Efek samping paling sering adalah kejadian kardiovaskular,
tromboembolisme, infark miokardium, gangguan
gastrointestinal, dan gangguan saraf seperti sakit kepala,
kejang, dan gangguan memori. Karena berisiko tinggi pada
kardiovaskular, strontium ranelate dipertimbangkan sebagai
terapi lini kedua untuk osteoporosis, hanya jika obat lain
tidak cocok dan tidak ada kontraindiaksi.
d. Denosumab
Denosumab merupakan fully human monoclonal antibody
pertama yang secara spesifik mengikat RANKL untuk
menghambat pembentukan dan aktivasi osteoklas, yang
menghambat resorpsi tulang. Denosumab telah disetujui
untuk terapi osteoporosis pada perempuan pasca-
menopause dan pria risiko tinggi fraktur karena memiliki
efikasi tinggi dalam menurunkan fraktur tulang belakang dan
f. Romosuzumab
h. SERM
i. Teriparatide
Terapi bedah
2.9 Prognosis
2.10.Pencegahan
Diet gizi seimbang, cukup zat gizi cukupi kebutuhan nutrisi, seperti
Kebutuhan kalsium 80- 1500 mg/hari dan vitamin D 800-1000 IU/
hari. mineral, dan vitamin serta olahraga dapat memberikan peran
yang signifikan terhadap kesehatan tulang. Edukasi gizi yang
dilakukan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap
peran gizi terhadap pencegahan osteoporosis. 3,12
KESIMPULAN