OSTEOPOROSIS
DISUSUN OLEH:
Aulia Putri Salsabila Burhan
111 2020 2118
PEMBIMBING:
2021
HALAMAN PENGESAHAN
S , FINSDV
KATA PENGANTAR
laporan kasus ini dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat
kasus ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut penulis
semoga laporan kasus ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan
ABSTRAK
Presentasi kasus: Sebuah kasus klinis dari seorang pria 46 tahun dengan
nyeri hebat di paha anterior kiri disajikan. Setelah pendekatan klinis dan
radiologis yang komprehensif, TOH didiagnosis. Selain itu, penilaian
biokimia menunjukkan adanya hipotiroidisme subklinis. Setelah 3 bulan
pengobatan dengan clodronate, terapi fisik dan terapi penggantian
hormon (HRT), perbaikan yang signifikan dari hasil klinis dan radiologis
diamati.
PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS
Umur : 46 tahun
Suku : Kaukasia
1.2 Anamnesis
Keluhan Utama
rehabilitasi rawat jalan kami pada Januari 2019 untuk nyeri spontan di
paha kiri. Dia melaporkan gaya hidup yang ditandai dengan asupan
alkohol sesekali (kurang dari satu unit alkohol per hari) dan pekerjaan
kaki kanan yang dirawat dengan reduksi terbuka dan fiksasi internal pada
Oktober 2011. Selain itu, pada Juli 2018 ia mempraktikkan kultur feses,
tes darah samar feses, skrining penyakit celiac, urinalisis, dan USG perut,
TD : Tidak dilampirkan
7. Status lokalis : rentang gerak pasif dan aktif (ROM) pinggul kiri
(rotasi internal dan eksternal 15°, fleksi 95°) terbatas dan pasien
1.5 Diagnosis
Tidak dilampirkan
1.7 Penatalaksanaan
klodronat (200 mg im selama 10 hari dan kemudian 200 mg im
setiap hari selama 20 hari) , kalsium sitrat oral (1 batang 500mg per hari
selama 1 bulan).
Stimulation (NMES) dari paha depan kiri (1 sesi per hari selama 3 minggu;
elektroda ditempatkan di sekitar paha selama 30 menit setiap sesi,
menghasilkan frekuensi 50 Hz, durasi denyut 250 ms, dan 10 detik aktif
kelainan tiroid.
peningkatan kadar TSH (3,67). μΙ U /ml) dan kadar normal tiroksin bebas,
gratis, (T3, 3,67 pg / ml, kisaran normal 2,57 - 4,43 pg / ml). Spesialis
1.8 Follow-up
DISKUSI
tau inversion recovery (STIR) dengan atau tanpa intensitas sinyal rendah
dengan baik. Pasien kami adalah pekerja kantoran yang melakukan gaya
HRT. Baru-baru ini, McLean dan Podel melaporkan kasus seorang pria
berusia 25 tahun dengan hipotiroidisme parah dan nyeri pinggul dan lutut
kanan saat menahan beban dan efusi pinggul kanan saat evaluasi MRI,
femoral di MRI membaik pada 3 bulan dan 1 tahun setelah HRT. Namun,
kasus yang disebutkan berbagi kejadian nyeri tulang spontan akibat lesi di
Di sisi lain, kasus kami unik karena kejadian TOH pada pasien
perbaikan klinis dan radiologis . Peran BPs dalam meredakan nyeri tulang
nyeri tulang. Dalam model tikus cedera saraf skiatik, telah dihipotesiskan
p diproduksi oleh makrofag RAW 264) yang bekerja pada sitokin dan
P2X atau P2Y dan P1) pada saraf sensorik perifer yang terlibat dalam
purinergic.
strategi yang layak untuk dikelola BMES dan beberapa penelitian telah
sama digunakan pada tiga pasien dengan TOH diikuti dengan terapi fisik
(latihan fleksibilitas 3 minggu) dengan pemulihan klinis dan peningkatan
BMD pada 3 pasien 4 bulan . Hasil serupa dilaporkan pada wanita berusia
turut dan diikuti oleh 200 mg setiap hari selama 20 hari mencapai dosis
hati pada pasien dengan ALP serum rendah, biasanya terlihat pada
pasien dengan hipotiroidisme berat, karena risiko lebih tinggi dari fraktur
Pasien kami memiliki ALP serum serum normal (68,3 U / L, kisaran normal
strategi pengobatan yang sesuai untuk kasus TOH kami. HRT tiroid
berat Hipotiroidisme.
klodronat yang lebih tinggi (4000 mg dalam 1 bulan). Hanya ahli endokrin
penggunaan clodronate dan terapi fisik bisa memperbaiki hasil klinis pada
Kesimpulan
A. Definisi
Osteoporosis adalah kelainan skeletal sistemik yang ditandai
oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah fraktur.
Osteoporosis merupakan penyakit metabolic tulang yang tersering
didapatkan, ditandai oleh densitas massa tulang yang menurun
sampai melewati ambang fraktur. Berbagai fraktur yang
berhubungan dengan osteoporosis adalah kompresi vertebral,
fraktur colles dan fraktur femoris.2
B. Epidemiologi
Menurut WHO (2012), osteoporosis menduduki peringkat
kedua, di bawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan
utama dunia. Di Indonesia, prevalensi osteoporosis untuk umur
kurang dari 70 tahun pada wanita sebanyak 18-30%. Prevalensi
wanita yang menderita osteoporosis di Indonesia pada golongan
umur 50-59 tahun yaitu 24% sedang pada pria usia 60-70 tahun
sebesar 62%.3
C. Etiologi
Penyebab osteoporosis diantaranya, yaitu rendahnya
hormon estrogen pada wanita, rendahnya aktivitas fisik, kurangnya
paparan sinar matahari, kekurangan vitamin D, usia lanjut dan
rendahnya asupan kalsium. Hal ini terbukti dengan rendahnya
konsumsi kalsium rata-rata masyarakat Indonesia yaitu sebesar
254 mg per hari, hanya seperempat dari standar internasional, yaitu
1000-1200 mg per hari untuk orang dewasa. 4
D. Klasifikasi
1. Osteoporosis primer tipe 1 yaitu kehilangan massa tulang yang
terjadi karena proses penuaan yaitu akibat kekurangan estrogen
pada wanita pasca menopause dan kekurangan testosterone
yakni androgen pada pria.
2. Osteoporosis primer tipe 2 disebut osteoporosis senil yang
dapat terjadi pada pria dan wanita di atas usia 75 tahun.
3. Osteoporosis sekunder, disebabakan oleh adanya penyakit
yang mendasari dan pengaruh obat-obatan yang
mengakibatkan adanya penurunan densitas tulang tang patah .2
E. Patofisiologi
Osteoimunologi
F. Gejala Klinis
Biasanya tidak ada manifestasi klinis dari osteoporosis
sampai pasien benar-benar mengalami patah tulang. Tanda dan
gejala yang terkait dengan osteoporosis berhubungan dengan
manifestasi langsung atau tidak langsung dari patah tulang ini.
Pasien mungkin mengalami penurunan tinggi badan, nyeri
punggung, dan kifosis toraks setelah mengalami patah tulang
belakang.6
G. Diagnosis
1. Anamnesis
a. keluahan utama : seringkali pasien tidak disertai keluahn
sampai timbul fraktur. Apabila sudah terjadi fraktur maka
akan memberikan gejala sesuai lokasi fraktur misalnya nyeri
pinggang bawah, penurunan tinggi badan, kifosis.
b. Pemeriksaan fisik:
Tinggi badan dan berat badan harus diukur setiap
penderita osteoporosis. Demikian juga gaya berjalan
penderita,deformitas tulang, leng length inequality, nyeri
spinal.
C. Pemeriksaan Penunjang:
Radiologi : Gambaran radiologi yang khas pada
osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler
yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang
vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
H. Tatalaksana
Tujuan pengobatan termasuk mengurangi risiko patah tulang
dengan menstabilkan atau meningkatkan massa tulang dan
mempertahankan atau meningkatkan kualitas dan kekuatan tulang.
1. Bisfosfonat : Mempunyai efek menghambat kerja osteoklas.
Secara farmakodinamik, absorpsi bisfosfonat sangat buruk,
sehingga harus diberikan dalam keadaan perut ksong dengan
dibarengi 2 gelas ari putih dan setelah itu penderita harus
dalam posisi tegak selama 30 menit. Contohnya alendronate
dosis 10 mg/hari secara kontinyu dan risedronat dosis 5
mg/hari secara kontinyu.Ibandronat dengan dosis 2,5 mg/hari
atau 150 mg sebulan sekali. Zoledronate sediaan intravena
yang harus diberikan perdrip selama 15 menit untuk dosis 5
mg. untuk pengobatan osteoporosis cukup diberikan dosis 5 mg
setahun sekali.
2. Raloksifen merupakan anti estrogen yang mempunyai efek
seperti estrogen ditulang dan lipid tetapi tidak menyebabkan
perangsangan endometrium dan payudara. Golongan ini
disebut juga selective estrogen receptor modulator
(SERM).dosisnya 60 mg/hari.
3. Terapi pengganti hormonal
5. Strontium ranelate
8. Kalsium
Terapi bedah
Tindakan bedah dilakukan bila terjadi fraktur, terutama fraktur panggul.
Pada lansia dengan patah tulang pinggul, perawatan bedah harus segera
direncanakan untuk mencegah imobilisasi jangka panjang dan komplikasi
lebih lanjut.2
BAB IV
KESIMPULAN
1. Paoletta, M., Moretti, A., Liguori, S., Bertone, M., Toro, G., &
Iolascon, G. (2020). Transient osteoporosis of the hip and
subclinical hypothyroidism: an unusual dangerous duet? Case
report and pathogenetic hypothesis. BMC Musculoskeletal
Disorders, 21(1).
2. Bambang Setyohadi. Pendekatan Diagnosis Osteoporosis. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Interna publishing. 2014
3. Nopi Sani, etal, Level of Secondary Osteoporosis Knowledge and
Preventive Behavior Students of University Malahayati,jiksh Vol.11
No.1 Juni 2020.
4. Ira Syafira,Razia Begum Suroyo, Tri Niswati Utami. Analisi Faktor
yang Memengaruhi Osteoporosis pada Ibu Menopouse di
Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat. urnal JUMANTIK Vol. 5 No.
1 Des 2019 – Mei 2020.
5. Ursula Foger Samwald, et al. Review article: Osteoporosis :
Pathophysiology and Therapeutic Option. EXCLI Journal
2020;19:1017-1037.