Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Luka bakar merupakan masalah yang sangat signifikan oleh karena itu perlu

penanganan yang spesifik dan membutuhkan tenaga medis yang profesional. Kurang

lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di AS setiap tahunnya. Dari kelompok ini,

200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100 riu pasien di rawat di

rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan

cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar. 1 juta hari hilang setiap

tahunnya karena luka bakar. ( brunner & suddarth, 2002).

Lebih separuh dari kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit seharusnya

dapat di cegah. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang

berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar

yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar dari pada di

tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat

mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan

yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.


BAB II

LAPORAN KASUS

2.1.1 IDENTITAS PASIEN

Nomor RM : 312471

Nama : Asti anafa

Jenis Kelamin : perempuam

Umur : 2 tahun

Tanggal Lahir : 11-11-2018

Alamat :desa seleman semidang aji

Agama : Islam

Tanggal Masuk RS : 29-09-2021

Ruang : anak

2.1.2 ANAMNESIS

● KELUHAN UTAMA

Luka bakar sejak 1 jam SMRS

● RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang dibawa keluarga ke IGD RSUD Ibnu Sutowo dengan keluhan

luka bakar pada paha kanan dan kiri serta di perut dan bagian genital, sejak 1 jam

SMRS, ibu pasien mengatakan luka bakar dikarnakan tersiram air panas ketika

ibu pasien hendak memindahkan air, mual dan muntah (-), kejang (-), batuk (-),

BAB dan BAK tidak ada keluhan.

● RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Tidak ada
● RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama. Riwayat

Diabetes, hipertensi, dan alergi pada keluarga disangkal.

2.1.3 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

Kesadaran : Compos mentis

Kesan sakit : Tampak sakit sedang

Kesan gizi : Gizi Baik

Tanda vital

- Tekanan darah :mmHg

- Nadi : 128 x/menit

- Suhu : 36,7°C

- Pernafasan : 30x/menit

Status generalis

Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata.

o Wajah : dismorfik (-).

o Mata : alis warna hitam, udem palpebra -/-, bulu mata berwarna hitam,

konjunctiva palpebra anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil bulat isokor, refleks

cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+

o Hidung : normosepti, deviasi septum (-), deformitas (-), sekret (-)

o Telinga : normotia, nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik (-), serumen (-)

o Mulut : bibir simetris, sianosis (-), mukosa bibir basah, mukosa lidah merah

muda, tonsil T1-T1, kripta tidak melebar, detritus (-), faring tidak hiperemis,

oral higine baik

Leher : KGB tidak teraba membesar, deviasi trakea (-)

Thorax :

Paru:
o Inspeksi : Gerakan dada simetris kanan dan kiri

o Palpasi : Vocal fremitus simetris pada kedua lapang paru

o Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

o Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-

Jantung:

o Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak terlihat jelas

o Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS IV 1 cm medial dari linea

midclavicularis sinistra, thrill (-)

o Perkusi : Batas atas jantung redup setinggi ICS 3 linea parasternal sinistra,

batas kanan jantung redup setinggi ICS 3-5 linea midclavicularis dextra, batas

kiri jantung redup setinggi ICS V, 1 cm medial linea midclavicularis kiri.

o Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen:

o Inspeksi : datar

o Auskultasi : bising usus (+) normal 3-5x/m

o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), nyeri tekan lepas (-), ballottement (-)

o Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Genitalia:

Tidak dilakukan

Status Lokalis

Tampak hiperemis didaerah paha kiri dan kanan, diperut dan didaerah genital.

Nyeri (+), dan terdapat bula (+), darah (-)

2.1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan
Nama test 29-09-2021 Satuan Nilai normal
Hasil
Hematologi
Leukosit 11,4 /ul 5.000-10.000
Granular 68 % 50-70
Hemoglobin 12,4 g/dl 12-14
Limfosit 23 % 20-40
Monosit 9 % 2-8
Kimia Darah

Gula Darah Sewaktu 110 mg/dl < 120

Masa Pendarahan 3 menit 1,0-3,0


Masa Pembekuan 8 menit <10

1. Foto Thorax :

Jantung dan paru dalam batas normal

2.1.5 DIAGNOSIS KERJA

Combusio grade IIA luas 19%


2.1.6 PENATALAKSANAAN

IVFD RL gtt kocor 1 kolf

Inj. Ceftriaxone 2x400mg

Paracetamol 3x 1 cth/po

2.1.8 Follow Up

Tanggal
Pemeriksaan
23 Maret 2015 26 Maret 2015
Benjolan pada payudara Benjolan di payudara

S Keluhan kanan masih terasa nyeri kanan(-), nyeri pada benjolan

(-)
Keadaan umum Sakit sedang Tidak tampak sakit
Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Tanda vital TD 120/80 mmHg, Nadi 72 TD 139/77 mmHg, Nadi

x/m, RR 20 x/m, Suhu 36,5 72x/m, RR 20x/m, Suhu 36


o o
C C
Kepala Normocephali Normocephali
Mata CA -/-; SI -/-; oedem -/- CA -/-; SI -/- ; oedem -/-
THT Tak ada keluhan Tidak ada keluhan
Paru Suara nafas vesikuler +/+, Suara nafas vesikuler +/+,

wheezing -/-, rhonki -/- wheezing -/-, rhonki -/-


O Jantung S1 S2 reguler, murmur (-), S1 S2 reguler, murmur (-),

gallop (-) gallop (-)


Abdomen Datar, supel, nyeri tekan Datar, supel, nyeri tekan

(-),nyeri tekan lepas (-), (-),nyeri tekan lepas (-),

bising usus (+), shifting bising usus (+), shifting

dullness (-), timpani dullness (-), timpani


Status lokalis Teraba benjolan konsistensi Tidak teraba benjolan,

payudara padat dengan tepi tegas dan terdapat jahitan luka dengan

nyeri tekan drainase.


A Diagnosis Tumor Mammae dekstra Post op
Eksisi tumor Ceftriaxon 1x1
P Terapi
Ketorolak 3x1 amp

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kulit

merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai penahanan penting

dalam sistem fisiologi tubuh. Kulit berfungsi sebagai indra perasa yang menerima

rangsangan panas, dingin rasa sakit, halus dan sebagainya. Kulit yang berfungsi

menjaga stabilitas suhu badan dan mencegah penguapan air yang berlebihan. Dalam

hal pencegahan infeksi, kulit merupakan pelindung yang menghalangi masuknya

mikroba dan bahan-bahan asing lain yang mempunyai sifat patogenik. Kulit sebagai

alat ekskresi kelenjar minyak (anonim, 2008) Combustio adalah suatu trauma yang

disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit,

mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Luka

bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak

dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi

( Moenajat, 2001)

B. Etiologi

Combustio disebabkan oleh 3 golongan yaitu :

1. Panas (thermis)

misalnya : a. Api b. Air panas c. Minyak panas d. Logam panas e. Pasir f. Aliran

listrik g. Suhu yang tinggi 2. Zat kimia (chemist) misalnya : a. Lisol b. Alkohol c.
Kreolin d. Nitrat e. Prostek f. Pepsida g. Asam kuat 3. Sinar (radiasi) misalnya :

a. Sinar matahari b. Sinar leser c. Sinar X (rontgen)

Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara luka :

1. Keluasan luka bakar

2. Kedalaman luka bakar

3. Umur pasien

4. Agen penyebab

5. Fraktur atau luka-luka lain yang menyertai

6. Penyakit yang dialami terdahulu seperti : diabetes, jantung, ginjal, dll.

7. Obesitas

8. Adanya trauma inhalasi Fase luka bakar

a) Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita

akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme

bernafas), dan circulation (sirkulasi). gangguan airway tidak hanya dapat terjadi

segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi

saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera

inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut

sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang

berdampak sistemik.

b) Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah

kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang

terjadi menyebabkan: 1) Proses inflamasi dan infeksi. 2) Problem penutupan luka

dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada
struktur atau organ – organ fungsional. 3) Keadaan hipermetabolisme. c) Fase lanjut.

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan

pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah

penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan

kontraktur. (Brunner & suddarth, 2002)

C. Patofisiologi

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas tinggi. Sel darah

yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat menjadi anemia. Mengingat

permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan serta elektrolit.

Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan

kulit akibat luka bakar menyebakan kehilangan cairan tambahan karena penguapan

yang berlebihan, cairan masuk kebula yang terbentuk pada luka bakar derajat III dan

pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III. Akibat luka bakar, fungsi

kulit yang hilang berakibat terjadi perubahan fisiologi. diantaranya adalah

1. Hilang daya lindung terhadap infeksi.

2. Cairan tubuh terbuang

3. Hilang kemampuan mengendalikan suhu

4. Kelenjat keringat dan uap

5. Banyak kehilangan reseptor sensori Luka bakar mengakibatkan peningkatan

permeabilitas pembuluh darah sehingga air, natrium, klorida dan protein akan keluar

dari sel dan menyebabkan terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan

hipovolemia dan hemo konsentrasi.


Donna (1991) menyatakan bahwa kehilangan cairan tubuh pada pasien luka

bakar dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : a. Peningkatan mineralo

kortikoid 1) Retensi air, natrium dan klorida 2) Ekskresi kalium b. Peningkatan

permeabilitas pembuluh darah ; keluarnya elektrolit dan protein dari pembuluh darah.

c. Perbedaan tekan osmotik intra dan ekstrasel. Kehilangan volume cairan akan

mempengaruhi nilai normal cairan dan elektolit tubuh yang selanjutnya akan terlihat

dari hasil laboratorium. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit

tetapi juga mempengaruhi sistem tubuh pasien. Seluruh sistem tubuh menunjukkan

perubahan reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap luka bakar, yang luas

(mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai

macam komplikasi. Burn shock (syok hipovolemik). Burn shock atau shock luka

bakar merupakan komplikasi yang sering dialami pasien dengan luka bakar luas

karena hipovolemik yang tidak segera diatasi. Manifestasi sistemik tubuh terhadap

kondisi ini (Brunner & suddarth, 2002) adalah berupa :

1.) Respon kardiovaskuler Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler

melalui kebocoran kapiler yang mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma

serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung, hemokonsentrasi

sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor dan edema menyeluruh.

2.) Respon renalis

Dengan menurunnya volume intravaskuler, maka aliran plasma ke ginjal dan

GFR (laju filtrasi glomelular) mengakibatkan haluaran urine akan menurun. Jika

resusitasi cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat atau terlambat

diberikan, maka akan memungkinkan terjadinnya gagal ginjal akut. Dengan resusitasi

cairan yang adekuat, maka cairan interstitial dapat ditarik kembali ke intravaskuler

dan akan terjadi fase diuresis.

3.) Respon gastro intestinal


Respon umum yang biasa terjadi pada pasien luka bakar >20% adalah

penurunan aktifitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon

hipovolenik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan luas.

Pemasangan NGT akan mencegah distensi abdomen, muntah dan potensi aspirasi.

Dengan resusitasi yang adekuat, aktifitas gastrointestinal akan kembali normal pada

24 – 48 jam setelah luka bakar.

4.) Respon imunologi

a.) Respon barier mekanik Kulit berfungsi sebagai mekanisme pertahanan

diri yang penting dari organisme yang mungkin masuk. Terjadi gangguan integritas

kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh.

b.) Respon imun seluler.

E. Manifestasi klinis

Untuk mengetahui gambaran klinik tentang combustio maka perlu mempelajari :

1. Luas luka bakar Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara “role of nine” yaitu

dengan tubuh 9% yaitu yang terjadi antara :

a. Kepala dan leher : 9%

b. Dada dan perut : 18%

c. Punggung hingga pantat : 18%

d. Anggota gerak atas masing-masing : 18%

e. Anggota gerak bawah masing-masing : 18%

f. Perineum : 18%
2. Derajat luka bakar

a) Grade I

Tampak merah dan agak menonjol dari kulit normal disekitarnya, kulit kering, sangat

nyeri dan sering disertai sensasi “menyengat”. Jaringan yang rusak hanya epidermis,

lama sembuh ± 5 hari dan hasil kulit kembali normal.

b) Grade II

a. Grade IIa

Jaringan yang rusak sebagian epidermis, dimana folikel rambut dan kelenjar

keringat utuh disertai rasa nyeri dan warna lesi merah atau kuning, lepuh, luka basah,

lama sembuh ± 7 – 14 hari dan hasil kulit kembali normal atau pucat.

b. Grade IIb

Jaringan yang rusak sampai epidermis, dimana hanya kelenjar keringat saja

yang utuh. Tanda klinis sama dengan derajat Iia, lama sembuh ±14- 21 hari. Hasil

kulit pucat, mengkilap, kadang ada cikatrix atau hipertrofi.

c) Grade III

Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis. Kulit tampak pucat, abu –

abu gelap atau hitam, tampak retak – retak atau kulit tampak terkelupas, avaskuler,

sering dengan bayangan trombosis vena, tidak disertai rasa nyeri. Lama sembuh

>21hari dan hasil kulitnya menjadi cikatrik dan hipertropi.

d) Grade IV

Luka bakar yang mengenai otot bahkan tulang. 3. Pengelolaan luka bakar
a. Luka bakar ringan 1.) Luka bakar grade I dan grade II luasnya 15% pada orang

dewasa 2.) Luka bakar grade I dan grade II luasnya 10% pada anak 3.) Luka bakar

grade III luasnya kurang 2%

b. Luka bakar sedang 1.) Luka bakar grade II luasnya 15-25% pada orang dewasa 2.)

Luka bakar grade II luasnya 15-20% pada anak 3.) Luka kabar grade II luasnya

kurang 10%

c. Luka bakar berat

1.) Luka bakar grade II luasnya lebih dari 25% pada orang dewasa

2.) Luka bakar grade II luasnya lebih dari 20% pada anak

3.) Luka bakar grade III luasnya lebih dari 10%

4.) Luka bakar grade IV mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kulit, genetalia serta

persendian ketiak, semua penderita dengan inhalasi luka bakar dengan komplikasi

berat dan menderita DM.

F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan dignostik

a) Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum,

Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah (bila

diperlukan), dan lain – lain.

b) Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.

c) EKG

d) CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih

dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.


2. Pemeriksaan diagnostik:

a) LED: mengkaji hemokonsentrasi.

b) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama

penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena

peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.

c) Gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya

pada cedera inhalasi asap.

d) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.

e) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan

otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.

f) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.

g) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka

bakar masif.

h) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

3. Obat-obatan :

a) Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.

b) Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur

c) Analgetik : kuat (morfin, petidine)

d) Antasida : kalau perlu

G. Penatalaksanaan

1. Resusitasi A, B, C.
a. Pernafasan:

1) Udara panas, mukosa rusak, oedem dan obstruksi.

2) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin, iritasi, Bronkhokontriksi,

obstruksi, gagal nafas.

b. Sirkulasi:

Gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler à

hipovolemi relatif à syok à ATN à gagal ginjal.

2. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.

3. Resusitasi cairan Baxter.

a. Dewasa : Baxter. RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.

b. Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal: RL : Dextran = 17 : 32 cc x BB x % LB.

c. Kebutuhan faal: (Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt. Anak : Diberi sesuai

kebutuhan faal.

d. Monitor urine dan CVP.

e. Topikal dan tutup luka

1) Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.

a) Tulle.

b) Silver sulfa diazin tebal.

c) Tutup kassa tebal.

d) Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.


f. Obat – obatan: ¬ Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang. (Smeltzer,

Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001).


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2008). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga Universitas Press. Surabaya :

EGC Doenges E, Marilynn, dkk. (1999).

Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian

Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC Long, B C. (1996). Perawatan Medikal

Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan

Alumni Pendidikan Keperawatan Donna, (1991) .

Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC Irna Bebah

RSUD Dr. Soetomo. (2001).

Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta.: Balai Penerbit FKUI Marylin E.

Doenges. (2000).

Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasi

Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC Moenajat, (2007).

Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 2. Jakarta . Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G

Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.

Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai