PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Luka bakar merupakan masalah yang sangat signifikan oleh karena itu perlu
penanganan yang spesifik dan membutuhkan tenaga medis yang profesional. Kurang
lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di AS setiap tahunnya. Dari kelompok ini,
200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100 riu pasien di rawat di
rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan
cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar. 1 juta hari hilang setiap
Lebih separuh dari kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit seharusnya
dapat di cegah. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang
berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar
yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar dari pada di
tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat
LAPORAN KASUS
Nomor RM : 312471
Umur : 2 tahun
Agama : Islam
Ruang : anak
2.1.2 ANAMNESIS
● KELUHAN UTAMA
Pasien datang dibawa keluarga ke IGD RSUD Ibnu Sutowo dengan keluhan
luka bakar pada paha kanan dan kiri serta di perut dan bagian genital, sejak 1 jam
SMRS, ibu pasien mengatakan luka bakar dikarnakan tersiram air panas ketika
ibu pasien hendak memindahkan air, mual dan muntah (-), kejang (-), batuk (-),
Tidak ada
● RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama. Riwayat
Keadaan Umum
Tanda vital
- Suhu : 36,7°C
- Pernafasan : 30x/menit
Status generalis
o Mata : alis warna hitam, udem palpebra -/-, bulu mata berwarna hitam,
konjunctiva palpebra anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil bulat isokor, refleks
o Telinga : normotia, nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik (-), serumen (-)
o Mulut : bibir simetris, sianosis (-), mukosa bibir basah, mukosa lidah merah
muda, tonsil T1-T1, kripta tidak melebar, detritus (-), faring tidak hiperemis,
Thorax :
Paru:
o Inspeksi : Gerakan dada simetris kanan dan kiri
Jantung:
o Perkusi : Batas atas jantung redup setinggi ICS 3 linea parasternal sinistra,
batas kanan jantung redup setinggi ICS 3-5 linea midclavicularis dextra, batas
Abdomen:
o Inspeksi : datar
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), nyeri tekan lepas (-), ballottement (-)
Genitalia:
Tidak dilakukan
Status Lokalis
Tampak hiperemis didaerah paha kiri dan kanan, diperut dan didaerah genital.
1. Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan
Nama test 29-09-2021 Satuan Nilai normal
Hasil
Hematologi
Leukosit 11,4 /ul 5.000-10.000
Granular 68 % 50-70
Hemoglobin 12,4 g/dl 12-14
Limfosit 23 % 20-40
Monosit 9 % 2-8
Kimia Darah
1. Foto Thorax :
Paracetamol 3x 1 cth/po
2.1.8 Follow Up
Tanggal
Pemeriksaan
23 Maret 2015 26 Maret 2015
Benjolan pada payudara Benjolan di payudara
(-)
Keadaan umum Sakit sedang Tidak tampak sakit
Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Tanda vital TD 120/80 mmHg, Nadi 72 TD 139/77 mmHg, Nadi
payudara padat dengan tepi tegas dan terdapat jahitan luka dengan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kulit
dalam sistem fisiologi tubuh. Kulit berfungsi sebagai indra perasa yang menerima
rangsangan panas, dingin rasa sakit, halus dan sebagainya. Kulit yang berfungsi
menjaga stabilitas suhu badan dan mencegah penguapan air yang berlebihan. Dalam
mikroba dan bahan-bahan asing lain yang mempunyai sifat patogenik. Kulit sebagai
alat ekskresi kelenjar minyak (anonim, 2008) Combustio adalah suatu trauma yang
disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit,
mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Luka
bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi
( Moenajat, 2001)
B. Etiologi
1. Panas (thermis)
misalnya : a. Api b. Air panas c. Minyak panas d. Logam panas e. Pasir f. Aliran
listrik g. Suhu yang tinggi 2. Zat kimia (chemist) misalnya : a. Lisol b. Alkohol c.
Kreolin d. Nitrat e. Prostek f. Pepsida g. Asam kuat 3. Sinar (radiasi) misalnya :
3. Umur pasien
4. Agen penyebab
7. Obesitas
a) Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita
bernafas), dan circulation (sirkulasi). gangguan airway tidak hanya dapat terjadi
segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera
inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang
berdampak sistemik.
b) Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang
dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada
struktur atau organ – organ fungsional. 3) Keadaan hipermetabolisme. c) Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
C. Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas tinggi. Sel darah
yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat menjadi anemia. Mengingat
kulit akibat luka bakar menyebakan kehilangan cairan tambahan karena penguapan
yang berlebihan, cairan masuk kebula yang terbentuk pada luka bakar derajat III dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III. Akibat luka bakar, fungsi
permeabilitas pembuluh darah sehingga air, natrium, klorida dan protein akan keluar
dari sel dan menyebabkan terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan
bakar dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : a. Peningkatan mineralo
permeabilitas pembuluh darah ; keluarnya elektrolit dan protein dari pembuluh darah.
c. Perbedaan tekan osmotik intra dan ekstrasel. Kehilangan volume cairan akan
mempengaruhi nilai normal cairan dan elektolit tubuh yang selanjutnya akan terlihat
dari hasil laboratorium. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit
tetapi juga mempengaruhi sistem tubuh pasien. Seluruh sistem tubuh menunjukkan
perubahan reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap luka bakar, yang luas
(mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai
macam komplikasi. Burn shock (syok hipovolemik). Burn shock atau shock luka
bakar merupakan komplikasi yang sering dialami pasien dengan luka bakar luas
karena hipovolemik yang tidak segera diatasi. Manifestasi sistemik tubuh terhadap
melalui kebocoran kapiler yang mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma
serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung, hemokonsentrasi
sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor dan edema menyeluruh.
GFR (laju filtrasi glomelular) mengakibatkan haluaran urine akan menurun. Jika
diberikan, maka akan memungkinkan terjadinnya gagal ginjal akut. Dengan resusitasi
cairan yang adekuat, maka cairan interstitial dapat ditarik kembali ke intravaskuler
penurunan aktifitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon
hipovolenik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan luas.
Pemasangan NGT akan mencegah distensi abdomen, muntah dan potensi aspirasi.
Dengan resusitasi yang adekuat, aktifitas gastrointestinal akan kembali normal pada
diri yang penting dari organisme yang mungkin masuk. Terjadi gangguan integritas
E. Manifestasi klinis
1. Luas luka bakar Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara “role of nine” yaitu
f. Perineum : 18%
2. Derajat luka bakar
a) Grade I
Tampak merah dan agak menonjol dari kulit normal disekitarnya, kulit kering, sangat
nyeri dan sering disertai sensasi “menyengat”. Jaringan yang rusak hanya epidermis,
b) Grade II
a. Grade IIa
Jaringan yang rusak sebagian epidermis, dimana folikel rambut dan kelenjar
keringat utuh disertai rasa nyeri dan warna lesi merah atau kuning, lepuh, luka basah,
lama sembuh ± 7 – 14 hari dan hasil kulit kembali normal atau pucat.
b. Grade IIb
Jaringan yang rusak sampai epidermis, dimana hanya kelenjar keringat saja
yang utuh. Tanda klinis sama dengan derajat Iia, lama sembuh ±14- 21 hari. Hasil
c) Grade III
Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis. Kulit tampak pucat, abu –
abu gelap atau hitam, tampak retak – retak atau kulit tampak terkelupas, avaskuler,
sering dengan bayangan trombosis vena, tidak disertai rasa nyeri. Lama sembuh
d) Grade IV
Luka bakar yang mengenai otot bahkan tulang. 3. Pengelolaan luka bakar
a. Luka bakar ringan 1.) Luka bakar grade I dan grade II luasnya 15% pada orang
dewasa 2.) Luka bakar grade I dan grade II luasnya 10% pada anak 3.) Luka bakar
b. Luka bakar sedang 1.) Luka bakar grade II luasnya 15-25% pada orang dewasa 2.)
Luka bakar grade II luasnya 15-20% pada anak 3.) Luka kabar grade II luasnya
kurang 10%
1.) Luka bakar grade II luasnya lebih dari 25% pada orang dewasa
2.) Luka bakar grade II luasnya lebih dari 20% pada anak
4.) Luka bakar grade IV mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kulit, genetalia serta
persendian ketiak, semua penderita dengan inhalasi luka bakar dengan komplikasi
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan dignostik
Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah (bila
c) EKG
d) CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih
penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena
c) Gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya
bakar masif.
3. Obat-obatan :
a) Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
b) Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur
G. Penatalaksanaan
1. Resusitasi A, B, C.
a. Pernafasan:
2) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin, iritasi, Bronkhokontriksi,
b. Sirkulasi:
Gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler à
c. Kebutuhan faal: (Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt. Anak : Diberi sesuai
kebutuhan faal.
a) Tulle.
Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC Irna Bebah
Doenges. (2000).
Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.
Jakarta :EGC