Anda di halaman 1dari 2

Jumat, 

3 November 2006
Cost-Benefit Program KB

Pontianak,-  JUMLAH penduduk yang semula di prediksi mencapai 243 juta tahun 2000, dengan
program KB dapat ditekan menjadi hanya 204 juta. "Ini berarti terjadi kelahiran tertunda sebesar 30
juta penduduk," kata Kepala Badan Koordinasi Keluarga Bencana Nasional Kalbar, Fauzan Alkitri.

Dia mengatakan kelahiran tertunda (birth averted,red) sebanyak itu merupakan jumlah yang sangat
bermakna bagi pemerintah. Dengan penekanan laju pertumbuhan penduduk, pemerintah daerah dan
masyarakat Indonesia untuk menghemat anggaran pembangunan.

Sebuah studi yang dilakukan Ascobat Gani dari Universitas Indonesia di Jakarta sebagai sample
menunjukkan; ternyata nilai manfaat KB masih jauh lebih besar daripada nilai biaya. Kesimpulan ini
diperoleh setelah melakukan cost-benefit analisis terhadap pelaksanaan program KB di DKI Jakarta
selama kurun waktu 1990-2000.

Selama kurun waktu itu, kata dia, DKI Jakarta juga telah berhasil mencegah kelahiran sebanyak
1.818.270 penduduknya. Jika kelahiran itu terjadi, maka untuk kebutuhan pendidikan dasar dan
pelayanan kesehatanm dasar saja, pemerintah dan masyarakat DKI harus mengeluarkan biaya masing-
masing sebesar Rp 2,59 triliun untuk pendidikan dasar dan Rp 3,3 triliun untuk pelayanan kesehatan
dasar. "Perhitungan ini belum termasuk biaya untuk kebutuhan kesehatan dan pendidikan lanjutan,"
ungkapnya.

Dapat diperkiran biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakt
untuk menyediakan fasilitas pendidikan, kesehatan, penyediaan lapangan kerja, perumahan dan
sebagainya untuk 30 juta kelahiran tertunda di seluruh Indonesia yang telah berhasil di cegah selama
30 tahun terakhir melalui Program Keluaraga Berencana. "Ini sebagai justifikasi yang rasional bahwa
Program KB memiliki nilai manfaat ekonomi yang tinggi dibandingkan biaya yang dikeluarkan," katanya.

Walau Kalbar belum mengalami krisis pertumbuhan penduduk, namun KB juga dapat diterapkan setara
dengan pendapatan perkapita penduduk. Sehingga tanggungan kepala keluarga, dapat sesuai dengan
pendapatan perkapitanya.(lev)

< JUMLAH penduduk yang semula di prediksi mencapai 243 juta tahun 2000, dengan program KB dapat
ditekan menjadi hanya 204 juta. "Ini berarti terjadi kelahiran tertunda sebesar 30 juta penduduk," kata
Kepala Badan Koordinasi Keluarga Bencana Nasional Kalbar, Fauzan Alkitri.

Dia mengatakan kelahiran tertunda (birth averted,red) sebanyak itu merupakan jumlah yang sangat
bermakna bagi pemerintah. Dengan penekanan laju pertumbuhan penduduk, pemerintah daerah dan
masyarakat Indonesia untuk menghemat anggaran pembangunan.

Sebuah studi yang dilakukan Ascobat Gani dari Universitas Indonesia di Jakarta sebagai sample
menunjukkan; ternyata nilai manfaat KB masih jauh lebih besar daripada nilai biaya. Kesimpulan ini
diperoleh setelah melakukan cost-benefit analisis terhadap pelaksanaan program KB di DKI Jakarta
selama kurun waktu 1990-2000.

Selama kurun waktu itu, kata dia, DKI Jakarta juga telah berhasil mencegah kelahiran sebanyak
1.818.270 penduduknya. Jika kelahiran itu terjadi, maka untuk kebutuhan pendidikan dasar dan
pelayanan kesehatanm dasar saja, pemerintah dan masyarakat DKI harus mengeluarkan biaya masing-
masing sebesar Rp 2,59 triliun untuk pendidikan dasar dan Rp 3,3 triliun untuk pelayanan kesehatan
dasar. "Perhitungan ini belum termasuk biaya untuk kebutuhan kesehatan dan pendidikan lanjutan,"
ungkapnya.

Dapat diperkiran biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakt
untuk menyediakan fasilitas pendidikan, kesehatan, penyediaan lapangan kerja, perumahan dan
sebagainya untuk 30 juta kelahiran tertunda di seluruh Indonesia yang telah berhasil di cegah selama
30 tahun terakhir melalui Program Keluaraga Berencana. "Ini sebagai justifikasi yang rasional bahwa
Program KB memiliki nilai manfaat ekonomi yang tinggi dibandingkan biaya yang dikeluarkan," katanya.

Walau Kalbar belum mengalami krisis pertumbuhan penduduk, namun KB juga dapat diterapkan setara
dengan pendapatan perkapita penduduk. Sehingga tanggungan kepala keluarga, dapat sesuai dengan
pendapatan perkapitanya.(lev)

Anda mungkin juga menyukai