Anda di halaman 1dari 6

TUGAS SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT

“SISTEM SURVEILANS PENYAKIT AKIBAT PANGAN DI


INDONESIA”

DI SUSUN OLEH :

RANINDYTA ELDA CINTYA

25010115130237

KELAS C-2015

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

APRIL 2017
1. DEFINISI
Surveilan kasus penyakit akibat pangan adalah kegiatan analisis secara
sistematis dan terus-menerus terhadap penyakit akibat pangan atau masalah-
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
faktor risiko penyakit akibat pangan agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan dan penyebaran informasi tentang penyakit akibat pangan kepada
pihak terkait dengan masalah keamanan pangan. Kasus dalam kegiatan
surveilan ini adalah pasien atau orang (perseorangan) yang mengalami atau
menderita penyakit akibat pangan.

2. PENGUMPULAN DATA
a. Sumber Data
Beberapa sumber data yang digunakan pada surveilan penyakit akibat
pangan yaitu sebagai berikut:
1) Data kasus penyakit akibat pangan bersumber pada Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik.
Data kasus penyakit akibat pangan yang dikumpulkan merupakan data
sekunder dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Data kasus penyakit
akibat pangan yang terkumpul meliputi : (1) kolera, (2) demam tifoid dan
paratifoid, (3) sigelosis, (4) diare dan gastroenteritis, (5) amubiasis, (6)
penyakit infeksi usus lainnya, serta (7) hepatitis A.
2) Data kasus penyakit akibat pangan bersumber pada Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PPPL)
Data kasus penyakit akibat pangan yang dikumpulkan juga merupakan
data kasus yang bersumber pada Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPPL). Data kasus penyakit
akibat pangan yang terlapor pada Ditjen PPPL merupakan data kasus
penyakit akibat pangan yang berasal dari puskesmas maupun data kasus
pada rumah sakit. Data kasus penyakit akibat pangan yang terlapor pada
direktorat tersebut meliputi : (1) kolera, (2) tifoid, dan (3) diare.
b. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada surveilans penyakit akibat pangan yaitu
lebih menggunakan data sekunder. Dimana data sekunder didapatkan melalui
pelaporan data kasus penyakit akibat pangan dari rumah sakit yang mencakup
rumah sakit swasta, rumah sakit Departemen Kesehatan dan Pemerintah
Daerah (Depkes Pemda), rumah sakit TNI POLRI, serta rumah sakit
departemen lainnya serta dari Puskesmas. Kemudian nantinya dari pihak
Rumah Sakit dan Puskesmas melaporkan data kasus tersebut kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten dan Dinas Kesehatan Propinsi sebagai tembusan.
Selanjutnya setiap Dinas Kesehatan Propinsi wajib melaporkan data kasus
penyakit yang terkumpul dari rumah sakit dan puskesmas tersebut pada
Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(PPPL) dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

c. Definisi Kasus
Untuk tujuan surveilans, kasus penyakit akibat pangan didefinisikan
menurut status diagnosis. Berdasarkan status diagnosisnya, kasus penyakit
akibat pangan terbagi dalam dua kategori yaitu :
a) Kasus penyakit yang bersifat dugaan (suspected case)
Kasus penyakit yang bersifat dugaan adalah kasus penyakit akibat pangan
dimana penetapan agen penyebab penyakit tersebut hanya berdasarkan
dugaan (suspected) dari gejala klinis yang ada, tanpa dilengkapi dengan
hasil analisis spesimen dari laboratorium, sehingga diagnosis yang ada
tidak pasti (unconfirmed).
b) Kasus penyakit yang bersifat tetap (confirmed case)
Kasus penyakit yang bersifat tetap adalah kasus penyakit akibat pangan
yang didiagnosis secara klinis oleh petugas kesehatan (dokter) dan
dilengkapi dengan hasil pengujian spesimen oleh laboratorium untuk
menentukan agen penyebab penyakit tersebut secara pasti (confirmed).
Pendefinisian kasus penyakit akibat pangan ini berkontribusi dalam
menyediakan data kasus penyakit akibat pangan yang ilmiah. Data yang
ilmiah tersebut merupakan salah satu pendukung dasar (evidence base)
penetapan kebijakan, disamping landasan non ilmiah (Sparringa, 2002).
d. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada surveilans penyakit akibat pangan yaitu
sebagai berikut:

e. Instrumen Pengumpulan Data


Beberapa instrument yang dibutuhkan dalam pengumpulan data kasus
penyakit ini yaitu:
- SDM yaitu instansi yang melakukan surveilans keamanan pangan
seperti Badan POM RI dan Departemen Kesehatan RI yang mencatat
kejadian penyakit dan mengolah serta menganalisis data dengan
komputer
- Bahan atau dokumen yang digunakan dalam surveilans terdiri dari
beberapa dokumen pelaporan
- Alat elektronik seperti hp dan komputer yang digunakan untuk
memudahkan sistem informasi
- Program untuk mengolah data seperti program aplikasi komputer
microsoft excel
- Daftar register penderita
- Tabel atau cheklist yang memuat variabel yang berkaitan dengan
penyakit yang diamati

3. PENGOLAHAN DATA
a) Editing
Editing data adalah proses meneliti hasil survai untuk meneliti apakah ada
response yang tidak lengkap, tidak komplet atau membingungkan.
Pemeriksaan dan meneliti kembali data yang telah terkumpul adalah langkah
pertama tahap pengolahan data. Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui
apakah data yang telah terkumpul tersebut baik sehingga segera dapat
dipersiapkan untuk tahap analisis berikutnya. 
b) Coding
Coding yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang terkumpul
di setiap instrumen penelitian. Kegunaan dari coding adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada
saat entry data. Entry data adalah transfer coding data dari kuisioner ke
software. Pengkodean data dilakukan untuk memberikan kode yang spesifik
pada respon jawaban responden untuk memudahkan proses pencatatan data.
c) Tabulasi
Tabulating  (penyusunan data), yaitu pengorganisasian data sedemikian
rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan
dan dianalisis. Tabulasi juga  dapat digunakan untuk menciptakan statistik
deskriptif variable-variable yang diteliti atau yang variable yang akan di
tabulasi silang. Proses tabulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara
lain dengan metode Tally, menggunakan kartu, dan menggunakan komputer.

4. ANALISIS DATA
Analisis data secara umum bisa dilakukan secara univariat, bivariat
maupun multivariat. Tetapi dalam surveilans data analisis yang lazim
digunakan yakni secara univariat. Analisis data univariat digunakan untuk
melihat frekuensi / trend suatu penyakit, sedangkan analisis bivariat digunakan
untuk melihat hubungan sebuah faktor risiko kejadian suatu penyakit. Setelah
dianalisis, data disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi.
Sebagian besar kasus penyakit akibat pangan yang terlaporkan saat ini,
merupakan kasus yang masih bersifat syndromic, artinya hanya berdasarkan
gejala klinis dan belum terkonfirmasi dengan uji laboratorium sehingga jenis
penyakit yang terlapor belum jelas berdasarkan agen penyebabnya, misal:
listeriosis, salmonellosis. Meskipun beberapa kasus penyakit wajib untuk
dilaporkan, tetapi dalam kenyataannya belum terimplementasi dengan baik.
Pada umumnya hanya kasus yang bersifat ‘sporadic’ dengan kondisi atau
gejala kasus yang parah saja yang terlaporkan secara lengkap dibandingkan
data kasus penyakit akibat pangan dengan gejala ringan, misalnya diare.
Sebagai konsekuensinya, banyak kasus tidak terlaporkan dan menjadi masalah
utama dalam analisis dan interpretasi data, sehingga informasi yang dihasilkan
kurang representatif.

5. INTERPRETASI DATA
Di Indonesia, beberapa instansi yang melakukan surveilan keamanan pangan antara
lain Badan POM RI dan Departemen Kesehatan RI. Di Badan POM RI, surveilan
keamanan pangan dilakukan oleh Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan
Pangan, Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya,
Badan POM RI (Badan POM, 2001a ). Sedangkan di Departemen Kesehatan RI,
kegiatan surveilan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (PPPL), Departemen Kesehatan RI. Secara aktif, kegiatan
surveilan tersebut dilakukan oleh balai-balai POM atau Dinas Kesehatan yang
tersebar di daerah seluruh Indonesia, sedangkan Badan POM RI ataupun
Departemen Kesehatan RI yang ada di pusat hanya memberikan panduan/pedoman
(guideline) untuk kegiatan surveilan tersebut, kecuali untuk kasus-kasus tertentu.

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12804

Anda mungkin juga menyukai