Anda di halaman 1dari 8

1.

Program Keselamatan Pasien


1) Keselamatan Pasien adalah system yang membuat asuhan pasien lebih aman, untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat tindaka atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya.
2) Komite Nasional Keselamatan Pasien (KNKP) merupakan orginasasi fungsional dibawah
koordinasi Dirjen serta bertanggung jawab kepada Menteri dalam PMKP.
3) Insiden KP adalah setiap KTD yang mengakibatkan atau berpotensi cedera yang dapat
dicegah pada pasien. Pelaporan insiden KP 2x24 jam. Insiden di faskes meliputi:
 KPC : kondisi yang berpotensi cedera, tapi belum terjadi insiden
 KNC : terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien
 KTC : Insiden yang sudah terjadi, tapi tidak timbul cedera
 KTD : mengakibatkan cedera pada pasien
 Sentinel : insiden yang mengakibatkan cacat atau kematian pada pasien.
2. Penanggulangan Narkoba
a) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan (UU No. 35 Tahun 2009).
b) Menurut UU RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika. PSIKOTROPIKA adalah zat atau
obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.
c) Narkotika terbagi dalam 3 golongan:
 Golongan I: hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak untuk terapi
(potensi ketergantungan tinggi, ex: heroin/putauw, kokain, ganja).
 Golongan II: digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau
pengembangan ilmu pengetahuan (potensi ketergantungan tinggi ex: morfin, petidin).
 Golongan III: berkhasiat pengobatan dan digunakan dalam terapi serta pengembangan
ilmu pengetahuan (potensi ketergantungan ringan, ex: kodein).
a) Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan, NAPZA digolongkan menjadi 3
golongan :
 Depresan (Downer) : berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Membuat
pemakainya merasa tenang, pendiam, tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini
termasuk Opioida (Morfin, heroin/putauw, kodein), sedatif (penenang), hipnotik (obat
tidur), dan tranquilizer (anti cemas), dll.
 Stimulan (Upper) : merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan gairah kerja. Membuat
pemakai menjadi aktif, segar dan semangat. Zat yang termasuk adalah Amfetamin
(shabu, ekstasi), Kafein, Kokain.
 Halusinogen : menimbulkan efek halusinasi bersifat merubah perasaan dan pikiran dan
menciptakan daya pandang berbeda sehingga perasaan dapat terganggu. Golongan ini
termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin. Jenis ini tidak digunakan dalam terapi
medis .
f) Upaya Pencegahan Narkoba
 Upaya Primer (promotif dan preventif) ditujukan kepada individu yang belum
menyalahgunakan, berupa penyuluhan bahaya narkoba, gerakan anti-narkoba, dll.
 Upaya Sekunder ditujukan kepada mereka yang rawan terhadap narkoba, kegiatannya
berupa deteksi dini dan intevensi pada kelompok risti, bimbingan dan konseling.
 Upaya Tersier ditujukan kepada mereka yang telah sembuh atau terbebas untuk
mencegah kekambuhan (relaps), kegiatannya konseling dan bimbingan bagi pengguna.
g) Penanganan Narkoba, terdapat 4 langkah :
1) Pemeriksaan : mengetahui sejauh mana kecanduan yang dialami dan efek yang muncul.
2) Detoksifikasi : pemberhentian 100% terhadap obat-obatan. Reaksi cukup menyiksa
seperti rasa mual hingga badan sakit.
3) Stabilisasi : membantu pemulihan jangka panjang dengan pemberian resep dokter dan
pengarahan berpikir ke depan agar kesehatan mental terjaga dan tidak terjerumus lagi.
4) Pengelolaan aktivitas : dilakukan pendekatan dengan orang terdekat agar mengawasi
aktivitas mantan pengguna.
h) Tahapan Rehabilitasi Pengguna Narkoba
1) Rehabilitasi Medis (Detoksifikasi), pemeriksaan kesehatan fisik dan mental pencandu.
Dari hasil pemeriksaan, dokter bisa berikan obat tertentu untuk mengurangi gejala sakau
2) Rehabilitasi Non Medis, dilakukan di tempat rehabilitasi narkoba, dimana pecandu akan
coba dipulhkan kembali dan terbebas dari narkoba.
3) Pembinaan Lanjutan, tahap ini pecandu bisa kembali ke lingkungan namun tetap
diawasi sehingga tidak terjerumus kembali.
4) Cold Turkey : Mengurung pecandu pada keadaan sakau tanpa memberikan obat lain
selama 2 minggu.
5) Therapeutic community (TC) : menolong pecandu agar mampu kembali ke lingkungan
dan dapat menjalani kehidupan yang produktif.
6) Metode 12 steps
i) Upaya Pemerintah untuk mempercepat pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
narkotika pada tanggal 28 Februari 2020 sesuai dari INPRES No. 2 Tahun 2020 yaitu
Rencana Aksi Nasional (RAN) terdiri dari tindakan pencegahan, pemberantasan, rehab
narkoba.
3. Kebijakan Dasar Puskesmas
 Landasan Hukum : PERMENKES No 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas. Pembangunan
Kesehatan yang diselenggarakan oleh PKM memiliki Capaian yaitu Kecamatan Sehat dan
Kab/Kota Sehat.
 PKM adala Fasyankes yang menyelenggarakan UKM dan UKP tingkat I, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Tugasnya dalam mencapai tujuan
pembangunan kesehatan dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. (PMK
Nomor 75 Tahun 2014).
 Fungsi puskesmas adalah : penyelenggaraan UKM dan penyelenggaraan UKP tingkat
pertama di wilayah kerjanya (PMK Nomor 75 Tahun 2014, pasal 5)
 Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pembinaan kesehatan wilayah melalui 4 jenis upaya
1) Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat
2) Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat
3) Melaksanan upaya kesehatan perorangan
4) Memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan
 Untuk penguatan fungsi, perlu Revitalisasi puskesmas dengan focus pada 5 hal yaitu:
1) Peningkatan SDM, 2) Peningkatan teknis & manajemen, 3) Peningkatan pembiayaan, 4)
Peningkatan Sistem Informasi Puskesmas, 5) Pelaksanaan akreditias puskemas.
 Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh (comprehensive health
care service) meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
 Tujuan PKM, untuk mewujudkan wilayah kerja puskesmas yang sehat dengan masyarakat
yang: - Memiliki perilaku sehat yang meliputi kemauan, dan kemampuan hidup sehat
- Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
- Hidup dalam lingkungan sehat, dan
- Memiliki derajat kesehatan yang optimal baik individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
 PKM harus didirikan pada setiap kecamatan. Namun pada kondisi tertentu ditetapkan
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, aksesibiltas PKM
dapat ditambahkan.
 Prinsip Puskemas
1) Paradigma Sehat : Mendorong seluruh pemangku kepentingan berpartisipasi dalam
upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat melalui GERMAS.
2) Peratanggung jawaban wilayah : Menggerakan dan bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
3) Kemandirian masyarakat : Mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
4) Ketersediaan akses pelayanan kesehatan : Pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat secara adil tanpa membedakan status sosial, agama,
budaya, ekomoni dan kepercayaan.
5) Teknologi tepat guna : Menyelenggarakan Fasyankes dengan memanfaatkan teknologi
sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
6) Keterpaduan dan kesinambungan : Mengintegrasikan dan mengoordinasikan
penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sector serta melaksanakan
Sistem Rujukan didukung oleh manajemen Puskesmas.
 Nakes di Puskemas berdasarkan Permenkes No 43 Tahun 2019, selain dokter dan/atau
dokter layanan primer, Puskesmas harus memiliki :
a) dokter gigi, b) Nakes lainnya (perawat, bidan, promkes, sanitarian, nutrisionis, apoteker,
Lab medic), dan c) Nakes non kesehatan.
 Dalam kondisi tertentu PKM dapat menambah jenis Nakes lainnya meliputi terapis gigi
dan mulut, epid kesehatan, rekam medis, dan nakes lain sesuai dengan kebutuhan.
 Kebijakan Dasar Puskesmas
1) UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) yaitu kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan
sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat. UKM terbagi atas :
a) UKM Esensial yaitu Pelayanan Promkes, Kesling, KIA-KB, Gizi dan Pencegahan
dan pengendalian penyakit.
b) UKM Pengembangan yaitu Inovatif, bersifat ekstensifikasi & intensifikasi pelayanan,
prioritas dan kekhususan wilker
2) UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) yaitu serangkaian kegiatan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan. UKP terdiri Dari Rawat Jalan, IGD, Pelayanan
One Day Care, Home Care, Rawat Inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan yankes.
4. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
 SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan Urusan
Pemerintahan Wajib ynag berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
 Landasan Hukum
 PP No. 2 Tahun 2018 tentang SPM
 Permenkes No. 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang Kesehatan (dicabut)
 Permenkes No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar pada SPM Bidang Kesehatan (berlaku 1 januari 2019)
 SPM Kesehatan merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar minimal
bidang kesehatan yang merupakan urusan pemerintah wajib yang berhak diperoleh WN.
 SPM Kesehatan terdiri atas
1) SPM Kesehatan Daerah Provinsi : Pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis
kesehatan akibat bencana provinsi dan Pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi
KLB provinsi.
2) SPM Kesehatan Daerah Kab/Kota : pelayanan kesehatan KIA, Lansia, hipertensi, DM,
TBC, gangguan jiwa berat, risiko terinfeksi HIV. Bersifat promotif dan preventif.
 Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada SPM Bid. Kesehatan, baik di
tingkat Pemda Provinsi dan Pemda Kab/Kota meliputi:
1) Standar jumlah dan kualitas barang dan jasa
2) Standar jumlah dan kualitas dan tenaga kependidikan, dan
3) Petunjuk teknis atau tata cara pemebuhan standar (UU No. 4 Tahun 2019).

5. Undang-Undang Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomi.
- UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan memiliki 205 pasal, yang sering muncul pasal
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,56,57,75,76,115.
- UU No 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan memiliki total 96 pasal, yang sering
muncul pasal 24,29,44,46,57,58,59,66.

Anda mungkin juga menyukai