com
DOI: http://dx.doi.org/10.15294/jda.v12i2.24003
Dikirim: 12 Aprilth 2020 Revisi: 24 Agustusth 2020 Diterima: 23 Septemberth 2020 Diterbitkan: 26 Septemberth 2020
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan dan kinerja
lingkungan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan lingkungan sebagai
variabel intervening. Kinerja keuangan yang diukur dengan Ratio On Sales (ROS) dan
kinerja lingkungan yang diukur dengan peringkat PROPER bertindak sebagai variabel
independen dan nilai perusahaan yang diukur dengan harga saham bertindak sebagai
variabel dependen serta pengungkapan lingkungan yang diukur dengan Standar GRI
sebagai variabel intervening. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan pemilihan
sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel terdiri dari perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), berpartisipasi dalam PROPER
(Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) dan menerbitkan laporan tahunan
dan laporan keberlanjutan 2017-2018. Teknik Partial Least Squares dipilih untuk analisis
statistik studi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan
berpengaruh negatif terhadap pengungkapan lingkungan, kinerja lingkungan
berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan lingkungan dan pengungkapan
lingkungan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selanjutnya, pengungkapan
lingkungan tidak mampu mengintervensi pengaruh kinerja keuangan dan kinerja
lingkungan terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci: kinerja keuangan; kinerja lingkungan; pengungkapan lingkungan; nilai perusahaan
PENGANTAR
Latar belakang
Perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan utama yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Mardi, dkk.
(2019) menyatakan bahwa faktor keuangan dan non keuangan merupakan faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan. Kinerja keuangan termasuk dalam faktor keuangan dimana kinerja keuangan berkaitan dengan
bagaimana perusahaan memperoleh keuntungan sedangkan kinerja lingkungan merupakan bagian dari
kegiatan sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai salah satu faktor non keuangan.
Pengarang (-)
Email: theresiacolinesr@gmail.com
(Kusumayanti dan Astika, 2016). Menurut Lingga dan Suaryana (2017), perusahaan cenderung
lebih fokus pada pentingnya kinerja keuangan daripada kinerja lingkungan yang ditunjukkan
dengan rendahnya tingkat aktivitas pengelolaan lingkungan dan kinerja lingkungan
perusahaan.
Menurut Deswanto dan Siregar (2018), maraknya permasalahan lingkungan yang terjadi seperti pemanasan
global, kelestarian sumber daya alam, limbah dan pencemaran membuat masyarakat yang merupakan salah satu
pemangku kepentingan perusahaan lebih peka terhadap masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan,
terutama terkait pencemaran sehingga bahwa tuntutan masyarakat terhadap perusahaan yang bertanggung jawab
terhadap lingkungan dimana perusahaan melakukan operasinya semakin meningkat. Hal ini dikarenakan perusahaan
dianggap sebagai pihak yang berkontribusi menimbulkan permasalahan lingkungan (Runtu dan Naukoko, 2014).
Melalui regulasi, pemerintah, asosiasi internasional, dan pihak terkait lainnya yang juga
pemangku kepentingan sangat membutuhkan perusahaan untuk terlibat dalam pelestarian
lingkungan (Deswanto dan Siregar, 2018). Di Indonesia, pemerintah juga mewajibkan perusahaan
untuk melakukan usaha yang ramah lingkungan melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas bagian kedua pasal 66 ayat 6 dan juga pasal 74 yang mewajibkan
perusahaan untuk melaporkan dan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan serta
melalui Pemerintah. Peraturan No. 47 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan (CSR) khususnya pasal 3 yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan
lingkungan yang dimulai tahun 2012 merupakan kewajiban bagi perusahaan.
Sebagai pemangku kepentingan yang memiliki pengaruh besar terhadap perusahaan, investor secara tidak
langsung menuntut perusahaan untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan lingkungan, karena menurut Pflieger, et al.
(2005) upaya pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan membawa manfaat seperti kepentingan investor
dan pemangku kepentingan dan selain itu dalam pengelolaan lingkungan, perusahaan bertanggung jawab dalam
pandangan masyarakat.
Kinerja lingkungan perusahaan akan menghasilkan pengungkapan lingkungan
informasi yang memuat informasi yang relevan (Iatridis, 2013) termasuk bagi pemangku kepentingan
khususnya pemegang saham. Dalam hal pengungkapan, faktor kinerja keuangan yang baik juga
mempengaruhi perusahaan dalam mengungkapkan informasi. Menurut Qiu, dkk. (2014), semakin tinggi
profitabilitas perusahaan semakin dapat menanggung biaya yang terkait untuk menyiapkan
pengungkapan lingkungan yang objektif. Diketahui bahwa di Indonesia salah satu pengungkapan terkait
CSR, pengungkapan lingkungan masih bersifat sukarela. Menurut Deswanto dan Siregar (2018), faktor
yang menentukan tingkat pengungkapan lingkungan perusahaan terutama kinerja keuangan dan
lingkungan.
Martin dan Moser (2015) menjelaskan tentang perusahaan yang berinisiatif mengungkapkan investasi
hijau secara sukarela mendapat reaksi positif dari calon investor. Respon positif yang diberikan oleh investor
memungkinkan nilai perusahaan terpengaruh. Titisari dan Alviana (2012) menyatakan bahwa pengungkapan
lingkungan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan
keberlanjutan dan nilai perusahaan.
Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan menurut Hermawan dan Maf' ulah (2014)
tidak berpengaruh secara langsung. Hasil penelitian Lu dan Abeysekera (2014); Qiu, dkk. (2014)
membuktikan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan sosial
dan pengungkapan positif berpengaruh terhadap nilai pasar perusahaan (Iatridis, 2013; Lorraine, et al.
2004). Selanjutnya pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan menurut Clarkson, et al. (2008);
Iatridis, (2013); Qiu, dkk. (2014) dalam penelitiannya membuktikan bahwa kinerja lingkungan perusahaan
yang lebih baik membuat perusahaan bersiap untuk pengungkapan lingkungan yang lebih luas, dan ini
pada akhirnya mengarah pada nilai perusahaan yang lebih tinggi (Iatridis, 2013; Lorraine, et al. 2004).
Dari penjelasan hasil di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai perusahaan yang dalam hal
ini tercermin dari harga saham dapat dipengaruhi oleh respon atau reaksi yang diberikan oleh
investor akibat pengungkapan lingkungan yang berkaitan dengan kinerja keuangan dan
Teori besar
Penelitian ini menggunakan teori legitimasi (Dowling, 1975) dan teori signaling
(Spence, 1973). Teori legitimasi digunakan untuk mendasari pengaruh kinerja
keuangan dan kinerja lingkungan terhadap pengungkapan lingkungan. Perusahaan
berusaha untuk melakukan dari kinerja mereka dengan berkontribusi untuk
menyesuaikan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat dengan
kemampuan untuk mengungkapkan tanggung jawab perusahaan dan informasi
kepedulian lingkungan untuk menjaga legitimasi. Dan teori signaling digunakan untuk
mendasari pengaruh pengungkapan lingkungan terhadap nilai perusahaan, dan
pengaruh intervensi pengungkapan lingkungan terhadap hubungan antara kinerja
keuangan dan nilai perusahaan serta hubungan antara kinerja lingkungan dan nilai
perusahaan.
Pengembangan Hipotesis
Kinerja keuangan yang dicapai perusahaan adalah laba. Ini mendukung perusahaan untuk mendapatkan
atau mempertahankan label yang sah dari publik dengan mengungkapkan informasi lingkungan. Keterbukaan
informasi terkait dengan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan merupakan tindakan perusahaan untuk
menyesuaikan nilai dan norma yang ada di masyarakat, dimana hal ini sesuai dengan teori legitimasi. Jika
perusahaan ingin menjadi perusahaan yang sah, ia harus beroperasi sesuai dengan norma-norma masyarakat
yang ada. Bowman dan Haire (1976); Preston (1978) menyatakan bahwa profitabilitas yang tinggi menyebabkan
pengungkapan sosial yang lebih banyak. Menurut Qiu, dkk. (2014), membuat pengungkapan lingkungan dan
sosial yang terukur dan objektif membutuhkan biaya nyata yang signifikan, karena melibatkan upaya untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi. Penelitian yang dilakukan oleh Arifiyanto (2016)
membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan. Berdasarkan
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar tingkat profitabilitas perusahaan maka
pengungkapan lingkungan perusahaan semakin lengkap. Untuk itu hipotesis penelitiannya adalah
Berdasarkan teori legitimasi, dimana perusahaan harus menyesuaikan nilai dan norma sosial masyarakat
sehingga perusahaan yang sah menyebabkan perusahaan melakukan kegiatan yang sesuai dengan nilai
dan norma sosial yang ada di masyarakat. Melakukan salah satu bagian dari kegiatan CSR yaitu melestarikan
lingkungan melalui kinerja lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan dan pengungkapan informasi terkait
kinerja lingkungan dalam pengungkapan lingkungan bertujuan untuk menginformasikan kepada pemangku
kepentingan bahwa perusahaan telah menyesuaikan nilai dan norma yang ada di masyarakat untuk menjaga
legitimasi. Menurut Clarkson, dkk. (2008), perusahaan lebih termotivasi untuk mempertahankan bahwa
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya mendapatkan informasi dengan memperluas
pengungkapan sukarela karena memiliki kinerja lingkungan yang sangat baik, Berbeda dengan perusahaan yang
memiliki kinerja lingkungan yang rendah. Lebih lanjut Iatridis (2013) menyatakan bahwa kinerja lingkungan oleh
perusahaan akan menghasilkan pengungkapan
Dijelaskan oleh Martin dan Moser (2015), pengungkapan yang bersifat sukarela tentang green investment cenderung direspon positif oleh calon investor.
Hal ini sejalan dengan signal theory dimana manajemen berusaha menyampaikan informasi yang baik kepada investor dengan harapan dapat meningkatkan nilai
perusahaan yang tercermin dari kenaikan harga saham. Informasi dalam penelitian ini adalah pengungkapan lingkungan. Menurut Titisari dan Alviana (2012),
pengungkapan lingkungan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan keberlanjutan dan nilai perusahaan.
Iatridis (2013) menyatakan bahwa investor yang menemukan pengungkapan lingkungan yang mengandung nilai informasi yang relevan untuk mengambil
keputusan bagi mereka, akan berpengaruh pada peningkatan nilai perusahaan. Selanjutnya, Qiu, dkk. (2014) juga menyatakan bahwa perusahaan akan
memperoleh keuntungan ekonomi berupa harga saham yang lebih tinggi dari penyelenggaraan pengungkapan sosial dan lingkungan yang lebih luas. Semakin
lengkap informasi yang diungkapkan dalam pengungkapan lingkungan diharapkan semakin banyak mengandung informasi yang relevan bagi investor sehingga
dapat meningkatkan nilai perusahaan di mata investor. Sebagaimana dibuktikan oleh Setiadi, dkk. (2017), pengungkapan lingkungan berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan. Dari argumen di atas, penelitian ini memiliki hipotesis ketiga yaitu diharapkan memuat informasi yang lebih relevan bagi investor sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan di mata investor. Sebagaimana dibuktikan oleh Setiadi, dkk. (2017), pengungkapan lingkungan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Dari argumen di atas, penelitian ini memiliki hipotesis ketiga yaitu diharapkan memuat informasi yang lebih relevan bagi investor sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan di mata investor. Sebagaimana dibuktikan oleh Setiadi, dkk. (2017), pengungkapan lingkungan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Dari argumen di atas, penelitian ini memiliki hipotesis ketiga yaitu
Berdasarkan teori sinyal, manajemen berusaha menyampaikan kabar baik kepada investor yang dalam konteks ini berupa profitabilitas yang tinggi atau kinerja
keuangan yang baik. Cara penyampaian informasi tersebut adalah melalui keterbukaan informasi yang dilakukan secara lengkap dan terpercaya oleh investor, salah satunya adalah
pengungkapan lingkungan. Dengan harapan pengungkapan informasi ini dapat meningkatkan nilai pasar saham perusahaan yang mencerminkan nilai perusahaan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Siegel (2015) yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial lingkungan dapat digunakan oleh perusahaan jika bertujuan untuk meningkatkan harga saham
sehingga investor dapat mengetahui kinerja keuangannya. Menurut Deswanto dan Siregar (2018), jika perusahaan ingin diapresiasi tinggi oleh investor atas kinerjanya yang luar
biasa di bidang keuangan, mereka harus memiliki reputasi yang baik dimana pengungkapan lingkungan dapat membantu meningkatkan reputasi perusahaan dan pada akhirnya
membangun kepercayaan investor yang tercermin dari harga saham yang tinggi. Sebagaimana dibuktikan oleh Hermawan dan Maf' ulah (2014), kinerja keuangan tidak
berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan mempengaruhi pengungkapan lingkungan terlebih dahulu, kemudian
pengungkapan lingkungan mempengaruhi nilai perusahaan atau lebih jelasnya pengungkapan lingkungan mengintervensi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.
Dari penjelasan di atas hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan tidak berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kinerja keuangan mempengaruhi pengungkapan lingkungan terlebih dahulu, kemudian pengungkapan lingkungan mempengaruhi nilai perusahaan atau lebih jelasnya
pengungkapan lingkungan mengintervensi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Dari penjelasan di atas hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah kinerja
keuangan tidak berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan mempengaruhi pengungkapan lingkungan terlebih dahulu,
kemudian pengungkapan lingkungan mempengaruhi nilai perusahaan atau lebih jelasnya pengungkapan lingkungan mengintervensi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai
perusahaan. Dari penjelasan di atas hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah
H4: Pengungkapan lingkungan mengintervensi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
H5: Pengungkapan lingkungan mengintervensi pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan
METODE
Perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mengikuti PROPER 2017-2018
adalah populasi yang digunakan dalam penelitian ini. Pasalnya, industri-industri tersebut dianggap terkait
dengan lingkungan dan menimbulkan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan. Periode
penelitian dimulai pada tahun 2017 karena penelitian ini menggunakan standar GRI terbaru yang diperkenalkan
pada tahun 2017 untuk mengukur pengungkapan lingkungan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan
periode tahun 2017-2018 karena merupakan dua tahun terakhir sejak penelitian dilakukan sehingga akan lebih
mencerminkan keadaan saat ini. Metode purposive sampling digunakan dalam penentuan sampel dengan
kriteria penerbitan laporan tahunan dan laporan keberlanjutan tahun 2017-2018.Jumlah sampel yang diperoleh
dari penelitian ini adalah 36 perusahaan.
Kinerja keuangan dan kinerja lingkungan bertindak sebagai variabel independen yang mempengaruhi
nilai perusahaan sebagai variabel dependen dan pengungkapan lingkungan sebagai variabel intervening atau
mediasi. Menurut Deswanto dan Siregar (2018), laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dibagi dengan penjualan
bersih merupakan salah satu cara untuk mengukur kinerja keuangan, maka dilakukan penelitian ini. Merujuk dari
Setyaningsih dan Asyik (2016), penelitian ini mengukur kinerja lingkungan (EP) menggunakan peringkat PROPER
1-5.
1 = HITAM berarti sangat buruk 2 =
MERAH berarti buruk
3 = BIRU berarti cukup baik 4
= HIJAU berarti baik 5 = EMAS
berarti sangat baik
Nilai perusahaan atau firm value (FV) diukur dengan menggunakan harga saham akhir pada akhir
April 2018 dan 2019 (t+1) mengacu pada Deswanto dan Siregar (2018) karena pada saat itu pasar telah
mendapatkan informasi yang diungkapkan oleh perusahaan. Pengungkapan lingkungan (ED) diukur
dengan jumlah item yang diungkapkan dibagi dengan jumlah maksimum pengungkapan lingkungan
(Deswanto dan Siregar, 2018) berdasarkan seri GRI Standards 300 khusus dalam topik lingkungan yang
diungkapkan oleh perusahaan pada laporan keberlanjutan. GRI Standards merupakan standar terbaru
dari GRI yang memberikan standar global untuk laporan keberlanjutan dan seri GRI Standards 300 yang
digunakan dalam pengungkapan lingkungan terukur karena seri tersebut terkait dengan standar
pelaporan dalam aspek lingkungan.
Dalam penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yang mampu mengontrol sehingga
pengaruh variabel independen terhadap variabel mediasi dan variabel mediasi terhadap variabel
dependen tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel kontrol yang digunakan terdiri dari ukuran
perusahaan (SIZE) yang diukur dengan melihat logaritma natural (ln) dari total penjualan bersih
perusahaan, leverage (LEV) yang diukur dengan menghitung rasio total hutang terhadap total aset
perusahaan, kepemilikan strategis ( STH) yang diukur dengan melihat jumlah saham perusahaan
yang beredar secara strategis dimiliki oleh pemegang saham dengan kepemilikan minimal 5%, dan
aktivitas keuangan (FINACTS) diukur dengan menghitung rasio perusahaan antara hasil bersih dari
penerbitan saham biasa dan saham preferen dengan aset bersih pada awal tahun untuk
mengendalikan pengaruh kinerja keuangan dan kinerja lingkungan terhadap pengungkapan
lingkungan. Selanjutnya ukuran perusahaan (SIZE), leverage (LEV), nilai buku per saham (BVPS)
diukur dengan menghitung total nilai buku perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar,
dan laba per saham (EPS) diukur dengan menghitung laba bersih perusahaan dibagi oleh
Tabel di bawah ini menunjukkan hasil hipotesis yang diuji dalam penelitian ini. Jika hasil t
statistik > t tabel signifikansi 5% atau > 1,96 berarti terdapat pengaruh yang signifikan. Arah
hubungan suatu variabel dengan variabel lain dapat dilihat memiliki arah positif atau negatif
dari hasil sampel asli atau koefisien parameter.
Diskusi
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama, data menunjukkan bahwa hipotesis pertama ditolak. Tabel 3
untuk FP → ED menunjukkan hasil t statistik sebesar 2,892 dengan nilai p value 0,004 signifikan tetapi koefisien
parameter sebesar -0,391 atau arah hubungannya negatif yang berarti kinerja keuangan berpengaruh negatif
terhadap pengungkapan lingkungan dan Hal ini berlawanan dengan hipotesis pertama yang seharusnya
berpengaruh positif. Teori legitimasi yang menyatakan perusahaan harus melakukan hal-hal yang sesuai dengan
norma-norma sosial untuk menjaga legitimasi, salah satunya adalah perusahaan mengungkapkan informasi
tentang kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Secara finansial, semakin banyak keuntungan semakin
mendukung penyusunan dan pengungkapan sosial dan lingkungan yang dikemukakan oleh Deswanto dan
Siregar (2018); Qiu, dkk. (2014). Juga hasil penelitian Arifiyanto (2016) yang telah membuktikan profitabilitas
berpengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan tidak dapat dikonfirmasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi ROS atau keuntungan yang diperoleh dari penjualan suatu perusahaan tidak
membuat perusahaan terdorong untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di
masyarakat seperti meningkatkan pengungkapan informasi lingkungan yang lebih lengkap untuk menjaga
legitimasi. . Artinya pengungkapan lingkungan sebagai variabel yang dipengaruhi oleh kinerja keuangan tidak
sejalan secara teoritis dengan teori legitimasi. Sebaliknya, tingkat pengungkapan lingkungan oleh perusahaan
semakin rendah. Namun ada penelitian yang dilakukan oleh Chanifah, dkk. (2019) yang memiliki hasil yang sama
dengan penelitian ini. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa jika laba perusahaan yang dihasilkan dari
penjualan lebih tinggi, maka perusahaan lebih cenderung fokus pada pengungkapan informasi keuangan
daripada pengungkapan lingkungan yang juga bersifat sukarela dan sebaliknya. Jika laba yang dihasilkan
cenderung lebih rendah, maka perusahaan kemungkinan akan meningkatkan pengungkapan informasi sukarela
untuk mencoba memberikan informasi kabar baik lainnya.
Data menunjukkan hipotesis kedua penelitian ini diterima karena berdasarkan hasil pada tabel 3
untuk EP - ED menunjukkan bahwa t statistik adalah 3,227 signifikan > 1,96 dan nilai p 0,001 serta koefisien
parameter positif. Sesuai dengan teori legitimasi, upaya perusahaan dalam pengelolaan lingkungan
berimplikasi pada pengungkapan tahunan yang dilakukan perusahaan untuk memberikan informasi
bahwa perusahaan terbukti menyelaraskan nilai dan norma yang ada di masyarakat melalui
pengungkapan lingkungan. Semakin baik kinerja lingkungan, maka semakin tinggi pula tingkat
pengungkapan lingkungan perusahaan dimana informasi dalam lingkungan tersebut
Hasil data menunjukkan hipotesis ketiga ditolak karena hasil statistik t sebesar 0,767 dan nilai p
sebesar 0,443 untuk ED – FV pada tabel 3 yang artinya tidak berpengaruh signifikan. Tingkat
pengungkapan lingkungan perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercermin dari
harga saham. Temuan dalam penelitian ini tidak dapat memverifikasi teori sinyal yang menyatakan bahwa
perusahaan harus memberikan sinyal yang relevan dalam bentuk keterbukaan informasi untuk
meningkatkan nilai perusahaan di mata investor. Hal ini terjadi karena investor tidak mungkin hanya
terfokus pada satu aspek pengungkapan saja seperti lingkungan, tetapi lebih cenderung memperhatikan
keseluruhan isi pengungkapan yang dilakukan perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Hongjun
dan Xiaobo (2010); Qiu, dkk. (2014). Menurut Deswanto dan Siregar (2018) yang melakukan penelitian di
Indonesia dan juga memiliki hasil yang sama dengan penelitian ini, menyatakan bahwa pengungkapan
lingkungan perusahaan tidak mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan karena aspek
lingkungan belum menjadi perhatian investor dalam pengambilan keputusan investasi. Dari penjelasan di
atas dapat disimpulkan bahwa semakin lengkap atau tingginya tingkat pengungkapan informasi
lingkungan tidak mempengaruhi nilai perusahaan di mata investor karena tidak menjamin tingginya harga
saham suatu perusahaan dan sebaliknya.
Hasil data menunjukkan hipotesis keempat ditolak karena t statistik dan nilai p yang
ditunjukkan oleh tabel 4 untuk FP - FV menunjukkan hasil 0,765 dan 0,445 yang berarti tidak
signifikan karena t statistik lebih kecil dari 1,96. Pengungkapan lingkungan tidak berhasil
mengintervensi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan atau bahwa laporan kinerja
keuangan tidak dapat secara langsung mempengaruhi nilai perusahaan tetapi melalui
pengungkapan lingkungan sehingga hubungan tidak langsung tidak terbukti. Teori sinyal yang
mendasari hubungan ini tidak dapat dibuktikan. Sinyal informasi mengenai kinerja keuangan yang
disampaikan manajemen kepada investor melalui pengungkapan lingkungan tidak mempengaruhi
nilai perusahaan di mata investor. Temuan penelitian ini sejalan dengan hasil Deswanto dan Siregar
(2018) dan dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa pengungkapan informasi lingkungan tidak
mempengaruhi investor dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini
tidak membuktikan pengaruh tidak langsung kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan melalui
mediasi pengungkapan lingkungan.
Hasil data menunjukkan hipotesis kelima juga ditolak. Disajikan pada tabel 4 untuk EP – FV
menunjukkan hasil yang tidak signifikan yaitu t statistik sebesar 0,791 lebih kecil dari t tabel 1,96 sehingga
dapat diartikan bahwa pengungkapan informasi lingkungan tidak mengintervensi pengaruh kinerja
lingkungan terhadap nilai perusahaan. Implikasi pengungkapan informasi lingkungan sebagai variabel
intervening tidak dapat membuktikan teori sinyal yang menyatakan bahwa pengungkapan sukarela
kepada investor mampu membuat investor merespon positif sinyal tersebut. Mungkin itu berarti
pengungkapan tentang kinerja lingkungan belum menjadi informasi yang relevan bagi investor sehingga
tidak mempengaruhi keputusan investasi yang pada akhirnya tidak mempengaruhi harga saham
perusahaan. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Deswanto dan Siregar (2018); Lingga
dan Suaryana (2017). Menurut penelitian, pencapaian perusahaan dalam aspek lingkungan (environmental
performance) yang dilaporkan dalam pengungkapan lingkungan bukanlah penilaian investor terhadap
perusahaan termasuk penilaian terhadap kinerja lingkungannya.
KESIMPULANS
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kinerja keuangan dan kinerja lingkungan
terhadap pengungkapan lingkungan, pengungkapan lingkungan terhadap nilai perusahaan serta
kinerja keuangan dan kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan dengan nilai lingkungan.
REFERENSI
Al-Tuwaijri, SA, Christensen, TE, & Hughes II, KE (2004). Hubungan antar lingkungan
pengungkapan, kinerja lingkungan, dan kinerja ekonomi: pendekatan persamaan simultan.
Akuntansi, organisasi dan masyarakat, 29(5-6), 447-471.
Anggraini, FRR (2006). Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Informasi Sosial dalamLaporanKeuanganTahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Arifiyanto, EN
(2016). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pengungkapan Lingkungan Pertambangan
Perusahaan Sektor Yang Tercatat di BEI. Review Akuntansi Indonesia, 6(2) 144–158.
Bowman, EH, & Haire, M. (1976). Pengungkapan Dampak Sosial dan Laporan Tahunan Perusahaan.Akuntansi,
Organisasi dan Masyarakat, 1(1), 11–21.
Chanifah, N., Ermaya, HNL, & Mashuri, AAS (2019). Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Kinerja
Keuangan Terhadap Pengungkapan Informasi Lingkungan. Widyakala, 6 (1), 45–54. Clarkson, PM,
Li, Y., Richardson, GD, & Vasvari, FP (2008). Meninjau kembali Hubungan antara
Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Lingkungan : Sebuah Analisis Empiris. Akuntansi,
Organisasi dan Masyarakat, 33(1), 303–327.
Cormier, D. (2009). Atribut Pengungkapan Modal Sosial dan Manusia dan Asimetri Informasi
antara Manajer dan Investor. Jurnal Ilmu Administrasi Kanada, 26(1), 71–88. Deswanto,
RB, & Siregar, SV (2018). Asosiasi antara Pengungkapan Lingkungan dengan
Kinerja Keuangan, Kinerja Lingkungan, dan Nilai Perusahaan. Jurnal Tanggung Jawab Sosial,14(1),
180–193.
Dowling, J. (1975). Legitimasi Organisasi : Nilai-Nilai Sosial dan Perilaku Organisasi.Pasifik
Tinjauan Sosiologis, 18(1), 122–136.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariat dengan program IBM SPSS 23 (edisi ke-8). Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Hermawan, S., & Maf' ulah, AN (2014). Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Pemoderasi. 6(2), 103–118.
Hongjun, W., & Xiaobo, S. (2010).Pengungkapan Lingkungan, Kinerja Lingkungan dan Nilai
Perusahaan. Iatridis, GE (2013). Kualitas Pengungkapan Lingkungan : Bukti Kinerja Lingkungan,
Tata Kelola Perusahaan dan Relevansi Nilai. Ulasan Pasar Berkembang, 14(1), 55–75. Kusumayanti, NKR, &
Astika, IBP (2016). Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai Pemediasi Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage pada Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 15(1), 549–583.