Anda di halaman 1dari 7

Sarana Prasarana Lingkungan (SARLING)

Penanganan Fakir Miskin adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang
dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat dalam bentuk kebijakan,
program, kegiatan pemberdayaan, pendampingan, serta fasilitasi untuk memenuhi kebutuhan
dasar setiap warga negara.
Sarana Prasarana Lingkungan (Sarling) adalah fasilitas umum yang dibangun secara gotong
royong untuk mendukung lingkungan tempat tinggal atau hunian guna meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat. 
Tujuan Sarling yakni meningkatkan aksesibilitas fakir miskin melalui penyediaan fasilitas
sarana dan prasarana lingkungan umum guna peningkatan kenyamanan, kualitas hidup, dan
kesejahteraan masyarakat.
Sarling dilakukan di lingkungan komunitas kelompok masyarakat tertentu dengan
membentuk kepengurusan beranggotakan 5 sampai 10 orang yang terdiri dari tokoh
masyarakat, dan warga masyarakat. Pembangunan fasilitas Sarling dapat berupa jalan
setapak, bak sampah, saluran air, sarana air bersih, Pos Keamanan Lingkungan (Poskamling),
ataupun fasilitas umum lainnya.

1. Ahmad adalah mahasiswa semester enam yang sedang melakukan kegiatan


pemberdayaan masyarakat di Desa Cipaku. Setelah mengetahui bahwa ada program
sarling dari pemerintah Kabupaten Purbalingga, ahmad ingin membantu meningkatkan
aksesibilitas fakir miskin melalui penyediaan fasilitas sarana dan prasarana lingkungan
umum guna peningkatan kenyamanan, kualitas hidup, dan kesejahteraan masyarakat.
Untuk kepentingan tersebut, Ahmad harus mengajukan proposal. Pilihlah tindakan-
tindakan yang perlu dilakukan Ahmad sebelum mengajukan proposal kepada Dinas
Sosial!
A. Mencari informasi mengenai warga fakir miskin di desa Cipaku.
B. Mendata sarana apa saja yang dibutuhkan masyarakat cipaku.
C. Membentuk kelompok yang terdiri dari tokoh masyarakat dan warga masyarakat di
desa Cipaku.
D. Meminta Dinas Sosial setempat untuk meninjau kondisi masyarakat Desa Cipaku.
E. Mendokumentasikan kondisi rumah warga miskin di Desa Cipaku untuk dilampirkan
di proposal.

2. Perhatikan informasi tentang tahapan pengusulan bantuan sarling pada infografis di atas!
Berilah tanda centang (V) pada kolom “sesuai” atau “tidak sesuai” terkait gambar dan
pernyataan tentang tahapan pengajuan bantuan sarling berikut!

Tidak
Gambar Pernyataan Sesuai
sesuai
Masyarakat/lembaga mengusulkan
proposal kepada kepala Desa
Cipaku.

Dinas Sosial Kabupaten/Kota


memeriksa kebenaran data dan
kondisi daftar penerima bantuan
yang diajukan dalam Proposal.

Dinas Sosial Kabupaten/kota


menyerahkan proposal yang telah di
verifikasi kepada Direktorat
penanganan Fakir Miskin Wilayah
1.

Direktorat penenganan Fakir


Miskin Wilayah 1 bersama Dinas
Sosial Kabupaten Kota memeriksa
langsung kondisi calon penerima
bantuan.
Direktorat penenganan Fakir
Miskin Wilayah 1 menentukan dan
menetapkan lokasi sarling dan
disampaikan ke Dinas
Kabupaten/Kota.

Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama merilis kondisi ketenagakerjaan Indonesia per
Februari 2019. Data menunjukkan angka pengangguran turun menjadi 5,01 persen atau
berkurang 50 ribu orang selama satu tahun terakhir. Tingkat penggangguran terbuka (TPT)
per Februari 2019 berjumlah 6,82 juta orang. “Ada tren penurunan tingkat pengangguran
terbuka sejak Februari 2016,” kata
Kepala BPS Suhariyanto di
Jakarta, Senin (6/5). Kendati
secara agregat angka
pengangguran menurun, tapi
dilihat dari tingkat pendidikannya
lulusan diploma dan universitas
makin banyak yang tidak bekerja.
Ada sejumlah faktor yang dinilai
menyebabkan peningkatan
pengangguran terdidik tersebut.
Salah satunya, pendidikan rendah
cenderung lebih menerima
pekerjaan apa pun. Ini berbeda
dengan mereka yang
pendidikannya lebih tinggi.

https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5e9a51911b282/angka-pengangguran-lulusan-perguruan-tinggi-meningkat.

3. Secara Umum agregat angka pengangguran menurun, tapi dilihat dari tingkat pendidikannya
lulusan diploma dan universitas makin banyak yang tidak bekerja. Tariklah garis antra
pernyataan tentang turun pengengguran.

Pernyataan Pendidikan
Pengangguran lulusan ini mengalami penurunan 25 % Universitas

SD
Pengangguran lulusan ini mengalami penurunan 6.9%
SMP
Pengangguran lulusan ini mengalami kenaikan 25 %
SMA

Pengangguran lulusan ini mengalami penurunan 6 % Diploma

SMK
4. Mengapa lulusan Diploma dan Universitas lebih banyak yang menganggur dibandingkan
yang lulusan Sekolah Dasar (SD)?

Konsumsi Buah Indonesia Rendah


Indonesia memiliki beragam buah-buahan lokal yang bernilai nutrisi baik bagi
kesehatan, mulai dari pisang, jambu, apel, dan sebagainya. Namun dalam kenyataannya,
masyarakat Indonesia tergolong minim mengonsumsi buah-buahan.
Menurut data dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian pada
2011, diketahui bahwa konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia hanya 34,55 kilogram
per kapita per tahun. Sedangkan konsumsi sayuran sebagai salah satu sumber serat bagi
kesehatan, selain buah, di Indonesia hanya 40,35 kilogram per kapita per tahun.
"Jumlah konsumsi buah ini jauh sekali dibandingkan dengan rekomendasi FAO sebesar
73 kilogram per kapita per tahun dan standar kecukupan untuk sehat sebesar 91,25 kilogram
per kapita per tahun," kata Fiastuti Witjaksono, Kepala Departemen Gizi RSCM dan spesialis
gizi klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saat ditemui dalam acara ‘Zespri Awali
dengan Buah’ di Double Tree Hotel, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu, (25/5).
"Data lainnya menunjukkan Indonesia adalah negara konsumsi buah terendah di
regional Asia," kata Fiastuti sembari menunjukkan data Balitbang Kementan 2011, yang
menggambarkan perbandingan konsumsi buah Indonesia dengan Singapura, China, Vietnam,
dan Kamboja.
Dalam data tersebut terlihat bahwa China menjadi negara terbanyak mengonsumsi buah
dengan capaian lebih dari 250 kilogram buah per kapita per tahun. Disusul dengan Singapura
dan Vietnam, lalu Kamboja. Indonesia tidak sampai 50 kiloram per kapita per tahun.
Sedangkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2013
menyatakan bahwa sekitar 93 persen anak di atas 10 tahun mengalami kekurangan konsumsi
buah dan sayur. Data tersebut terkumpul sejak 2007 hingga 2013 dari seluruh provinsi di
Indonesia.
Tercatat dalam data Riskesdas tersebut, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah provinsi
dengan angka terbaik konsumsi buah dan sayur, sedangkan Kalimantan Selatan menjadi
provinsi dengan angka anak kurang konsumsi buah dan sayur tertinggi di Indonesia.
Kurangnya konsumsi buah dan sayur yang merupakan penyuplai utama dari serat dan
mikronutrien seperti vitamin, mineral, dan beberapa enzim yang membantu pencernaan.
"Penyakit tidak menular kronis seperti jantung, stroke, dan kanker itu salah satunya
disebabkan oleh kelainan faktor biologis seperti obesitas, gula darah, tekanan darah, dan lipid
darah. Nah kelainan itu juga terjadi karena salah satunya dengan gaya hidup yang salah
seperti kurang mengonsumsi buah," kata Fiastuti.
"Penelitian yang dirilis dalam Medicine Journal 2016 ini menyebutkan bahwa semakin
tinggi konsumsi buah per hari dapat menurunkan rasio risiko kematian dari berbagai sebab
seperti penyakit kardiovaskular, koroner, iskemik, dan stroke," katanya.
Berbagai himbauan konsumsi buah sebenarnya sudah ada dan berulang kali
disampaikan kepada masyarakat, termasuk rekomendasi mengonsumsi buah. Menurut
National Health and Medical Research Council (NHMRC), konsumsi buah dan sayuran yang
baik adalah dua jenis buah dan lima jenis sayuran setiap harinya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menyarankan masyarakat mengonsumsi 400
gram buah dan sayur setiap hari. Termasuk di Indonesia, Kementerian Kesehatan
menyarankan buah-buahan dikonsumsi dua hingga tiga porsi per hari. Namun ternyata
berbagai rekomendasi ini masih belum mempan untuk telinga masyarakat Indonesia.
"Pengalaman saya, kebanyakan orang merasa yang terpenting sudah makan, itu sudah
cukup. Jadi ini bisa berarti kesadaran masyarakat masih kurang. Kemudian bisa juga karena
kesibukan sehingga makan di luar atau lingkungan kerja yang sibuk jadi ingin praktis," kata
Fiastuti.
"Dan bisa jadi karena mendapatkan buah tidak mudah. Memang ada seperti rujak yang
mudah, tapi masih banyak juga kalau dapat makanan bungkus tidak beserta buah kecuali
bayar lebih. Kalau soal mahal kan relatif, banyak kok buah yang murah seperti pepaya, apel
lokal juga baik," lanjutnya.
Asumsi Fiastuti tampaknya juga terlihat dari data Badan Pusat Statistik pada 2014
tentang Presentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan. Menurut data tersebut, dari
46,45 persen jatah makanan dari pendapatan per bulan per kapita, porsi sayur-sayuran hanya
mencapai 3,45 persen pada September 2014. Sedangkan buah-buahan lebih sedikit lagi,
hanya 2,12 persen.
Sebagian masyarakat menghabiskan porsi makanan dengan membeli makanan jadi
yang mencapai 12,56 persen. Kemudian disusul oleh beras mencapai angka 6,58 persen.
Malah, sebanyak 6,03 persen jatah pendapatan untuk makanan dihabiskan untuk minuman
alkohol.

5. Manakah penyataan yang benar berdasarkan teks di atas?


A. Indonesia adalah negara konsumsi buah terendah di dunia.
B. Penyakit tidak menular kronis seperti jantung, stroke, dan kanker itu salah satunya
disebabkan oleh kelainan faktor biologis kelainan itu juga terjadi karena salah satunya
dengan gaya hidup yang salah seperti kurang mengonsumsi buah.
C. Daerah Istimewa Yogyakarta adalah provinsi dengan angka berlebihan dalam
mengonsumsi buah.
D. Kalimantan Selatan menjadi provinsi dengan angka anak kurang konsumsi buah dan
sayur tertinggi di Indonesia.
E. Kementerian Kesehatan menyarankan buah-buahan dikonsumsi satu hingga tiga porsi
per hari.
https://aliansizerowaste.id/2020/10/15/infografik-anak-muda-dan-zero-waste-dari-perubahan-gaya-hidup-hingga-kebijakan/
6. Cermatilah infografis tersebut dan klik pada pernyataan yang termasuk benar atau salah
pada kolom yang tersedia.
Pernyataan Benar Salah
Kampaye gaya hidup zero waste lebih efektif melalui media
sosial.
Gaya hidup zero waste sudah menjadi norma di kalangan
masyarakat.
Pemerintah DKI Jakarta belum membuat kebijakan tentang
penggunaan kantong plastik sekali pakai.
Gaya hidup zero waste sebagai trend semata di kalangan anak
muda
Toko online/ofline di Indonesia belum mendukung gerakan Gaya
hidup zero wasted

Anda mungkin juga menyukai