POSYANDU GANDARASA 1
DESA GEGESIK KULON
Disusun Oleh :
NAMA : TARSILAH
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan keperawatan Kelompok khusus Balita
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Puskesmas
menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
Wassalam...
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1.Latar belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................6
1.4 Manfaat..............................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................................9
TINJAUAN TEORI.................................................................................................................9
2.1 Konsep Komunitas.........................................................................................9
2.2 Konsep Tumbuh Kembang Bayi dan Anak.......................................................9
6. PERENCANAAN.............................................................................................15
BAB 3 TINJAUAN STUDI KASUS.....................................................................................16
A. PENGKAJIAN...............................................................................................16
B. ANALISA DATA..........................................................................................22
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN...................................................................23
D. PRIORITAS MASALAH..............................................................................25
E. PERENCANAAN..........................................................................................26
BAB IV..................................................................................................................................32
PENUTUP..............................................................................................................................32
A. Kesimpulan....................................................................................................32
B. Saran...............................................................................................................32
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Masalah Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Pada kelompok
gizi yang lebih besar dari kelompok umur yang lain sehingga balita paling mudah menderita
kelainan gizi, Kejadian gizi kurang seperti fenomena gunung es dimana kejadian gizi
kurang dapat menyebabkan kematian (Pudjiadi : 2005). Balita termasuk kedalam usia
berisiko tinggi terhadap suatu penyakit. Kekurangan asupan zat gizi pada balita dapat
mempengaruhi status gizi pada usia balita merupakan dampak komulatif dari berbagai
faktor baik yang berpengaruh langsung terhadap status gizi pada balita, adapun faktor yang
Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan penting dalam permasalahan status gizi
pada balita khususnya gizi kurang. Oleh karena itu yang berkaitan langsung pada keluarga
yaitu faktor pendidikan, bagaimanapun pendidikan akan akan secara otomatis memberi
dampak pada suatu permasalahan dalam suatu keluarga dalam hal penangulangan
maupun pencegahan staus gizi. Dalam menyikapi berbagai macam permasalahan dalam
sebuah keluarga yang mendasari permasalahan pendidikan yang rendah maka dari itu
Menurut WHO Di Asia jumlah balita kurang gizi diperkirakan lebih besar sekitar 71
juta pada tahun 2012. Sekitar 178 juta anak secara global terlalu pendek untuk kelompok
usia mereka dan kejadian ini menjadi indikator kunci dari mal nutrisi kronis (WHO, 2013).
Dari data riset kesehatan dasar (Riskesdas 2013), menyajikan Prevalensi berat-kurang
pada tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi
4
kurang. Sedangkan pravalensi gizi kurang dijawa timur pada tahun 2013 sebesar 9,9%.
Hasil data Dinas kesehatan Cirebon status gizi kurang yang terdapat diwilayah kerja
Puskesmas Gegesik pada tahun 2016 terdapat 23,62% sebanyak 418 balita Gizi kurang
dari 1772 balita. . Sedangakan diPuskesmas Gegesik angka pravalensi gizi kurang yaitu
28,6% atau setara dengan 70 jiwa dari seluruh 246 balita. Banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya gizi kurang , asupan makanan keluarga, faktor infeksi, dan
tersebut dengan kejadian gizi kurang (Anwar K, Juffrie M : 2005). Rendahnya pendidikan
langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Selain pendidikan, pemberian ASI dan
kelengkapan imunisasi juga memiliki hubungan yang bermakna dengan gizi kurang karena
ASI dan imunisasi memberikan zat kekebalan kepada balita sehingga balita tersebut
menjadi tidak rentan terhadap penyakit (Kosim : 2008). Tingkat pengetahuan, sikap dan
perilaku 3 tentang gizi dan kesehatan, walaupun bahan makanan dapat disediakan oleh
keluarga dan daya beli memadai, tetapi karena kekurangan pengetahuan ini bisa
menyebabkan keluarga tidak menyediakan makanan beraneka ragam setiap hari bagi
keluarganya khususnya balita pada ahirnya asupan gizi tidak sesuai kebutuhan
( Budiyanto, 2004) Dari latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelitian “
pemenuhan nutrisi dengan keluarga anak gizi kurang” dengan pendekatan ini peneliti
5
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas permasalahan dalam penelitian ini ialah
terhadap pengetahuan keluarga dalam pemenuhan nutrisi dengan keluarga anak gizi
kurang”.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu metode yang efektif
6
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
untuk mengembangkan pola asuhan keperawatan yang terfokus pada “ heatlh education”
terhadap permasalahan yang terdapat dalam sebuah keluarga yang masih minimnya
kemandirian keluarga sudah diteliti oleh beberapa peneliti yang ada di Indonesia, akan
tetapi setiap peneliti memiliki unsur persamaan dan perbedaan dari masing masing konsep
1. Tursini (2015), yang berjudul Aplikasi media edukasi untuk peningkatan pengetahuan
pengetahuan ibu balita gizi kurang . penelitian dilakukan diwilayah kerja puskesmas
ciputan timur. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan desain penelitian eksperimen semu
tidak equivalen control group. Instrumen yang digunakan adalah quisioner pre test -
posttest dan median penyuluhan. Sampel penelitian ini terdiri dari Sembilan ibu balita
gizi kurang dan 27 balita gizi baik yang belum mendapatkan intervensi. Adapun hasil
yang signifikan pada ibu balita gizi kurang (p value = 0.007), sedangkan ibu balita gizi
baik mendapatkan angka signifikan ( p value = 0.000) sebelum dan setelah diberikan
edukasi kesehatan.
2. Yuliana dkk (200), yang berjudul Pengaruh penyuluhan gizi kesehatan dan faktor
7
lainya terhadap pertumbuhan anak usia sekolah. penelitian dilakukan diwilayah kerja
puskesmas ciputan timur. Jenis penelitian ini menggunakan quay eksperiment dalam
bentuk non randomized control group pre test – post test design dengan kerangka
perbedaan pengetahuan yang signifikan pada ibu balita gizi kurang (p value = 0.007),
sedangkan ibu balita gizi baik mendapatkan angka signifikan ( p value = 0.000) sebelum
dan setelah diberikan edukasi kesehatan. Adapun dari penelitian diatas hal yang mendasari
perbedaan terhadap penelitian yang akan saya gunakan meliputi mulai dari desain
penelitian yang saya gunakan yaitu kerangka eksperimen one group pre test – post test
design. Dan menggunakan quisioner Pre tes – pos test sebelum dan setelah dilakukan
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
9
b. Masa Pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa bayi (29
hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-6
tahun)
2.Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun keatas, terdiri atas 7. Beberapa bentuk
komunikasi prabicara, yaitu sebagai berikut.
1. Menangis
Menangis adalah salah satu dari cara-cara pertama bayi berkomunikasi
dengan dunia pada umumnya. Pada minggu ketigaatau keempat dapat diketahui
apa maksud tangis bayi melaluinada, intensitas dan gerakan-gerakan badan yang
mengiringinya.Sebelum usia tiga tahun kebanyakan bayi sudah belajar
bahwamenangis adalah cara yang manjur untuk memperoleh perhatian
2. Berceloteh
Berceloteh dimulai pada bulan kedua atau ketiga,
mencapai puncaknya pada delapan bulan dan kemudian berangsur
angsur berubah menjadi bicara yang benar benar.
3. Isyarat
Bayi menggunakan gerakan isyarat sebagai pengganti bicara,
bukan sebagai pelengkap pembicaraan seperti yang dilakukanoleh kebanyakan
anak yang lebih tua, remaja dan orang dewasa.Banyak bayi menggunakan isyarat
yang dikombinasikan dengankata-kata untuk membuat kalimat.
4.Ungkapan-ungkapan emosi
Ungkapan emosi merupakan bentuk prabicara yang paling efektif,karena
tidak ada yang lebih ekspresif daripada isyarat-isyaratwajah yang oleh bayi
digunakan untuk mengatakan keadaanemosinya kepada orang lain. Alasan
mengapa ungkapan emosimerupakan bentuk prabicara yang bermanfaat adalah:
a. Karena bayi belum mempelajari pengendalian emosi,maka mudahlah bagi
orang lain untuk mengetahui emosi apa yang mereka alami melalui ungkapan-
ungkapan wajah dan badan.
10
b. Bayi lebih mudah mengerti orang lain melalui ungkapan wajah daripada
melalui kata-kata.
5. Perkembangan Sosialisasi
Perkembangan sosial yang dini memainkan peranan yangsangat penting
dalam menentuan hubungan sosial di masa depandan pola perilaku terhadap orang
lain. Karena kehidupan
bayi berpusat di sekitar rumah, maka di rumahlah diletakkan dasar perilaku dan sik
ap sosialnya kelak. Terdapat sedikit bukti yang menyatakan bahwa sikap social
atau antisocial merupaan sikap
bawaan. “Pengalaman intersaksi sosial di dalam keluarga turut
menentukan menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadaporang lain.
Apabila interaksi sosialnya di dalam keluarga tidaklancar, maka besar
kemungkinannya bahwa interaksi sosialnya didalam dengan masyarakat juga
berlangsung dengan tidak lancar(Ahmadi, 2002). Apakah seseorang menjadi terikat
ke luar atauke dalam (ekstrovert atau introvert) bergantung terutama
pada pengalaman-pengalaman sosial awal.Mengapa dasar-dasar sosial yang di sini
sangat pentingadalah bahwa sekali terbentuk dasar-dasar itu cenderung
menetapkalau anak-anak menjadi lebih besar. Anak yang pada saat bayisering
menangis, cenderung agresif dan menunjukan perilaku
perilaku yang mencari perhatian. Sebaliknya, bayi yang ramahdan lebih bahagia
biasanya penyesuaian sosialnya lebih baikapabila telah menjadi besar
nanti.Beberapa reaksi bayi terhadap orang dewasa antara lainsebagai berikut :
a.Dua sampai tiga bulan
Bayi dapat membedakan manusia dari benda mati dan bayi tahu bahwa manusialah
yang memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Bayi puas bila berada bersama manusia
dan tidak senang bila ditinggal sendiri.
b.Empat sampai lima bulan
Bayi ingin digendong oleh siapa saja yang mendekatinya. Iamemberikan reaksi
yang berbeda kepada wajah-wajah yangtersenyum, suara-suara yang menunjukan
amarah.
11
c.Enam sampai tujuh bulan
Bayi membedakan “teman” dan “orang -orang asing” dengan tersenyum pada yang
pertama dan memperlihatkan ketakutan akan kehadiran pada orang yang terakhir.
Ini merupakan awaldari “masa lalu”, juga merupakan permulaan dari “masterikat”-
yaitu masa dimana bayi menunjukan keterikatanyang kuat kepada ibu pengganti
dan berkurangnyakeramahtamahan.
g.Dua puluh dua sampai dua puluh empat bulan Bayi bekerja sama dalam sejumlah
kegiatan rutin seperti berpakaian, makan, dan mandi.
6. Masa Anak (1-2 tahun) Pada masa toddler (dibawah usia 3 tahun), pertumbuhan
fisik anak lebih lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan
motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan
sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai berjalan jalan.Anak perlu
diawasi dalam beraktivitas karena anak tidak memperhatikan bahaya (Nursalam,
2005). Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan
dalam pertumbuhan fisik. Pada tahun
kedua, anak hanya mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan
penambahan tinggi badan 6-10 cm.Pertumbuhan otak juga akan mengalami
perlambatan, kenaikan lingkar kepalahanya 2 cm. untuk pertumbuhan gigi, terdapat
tambahan 8 buah gigi susu,termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring,
sehingga seluruhnya berjumlah 14-
16 buah. Pada usia 2 tahun, pertumbuhan fisik berat badan sudah mencapai 4x
12
berat badan lahir dan tinggi badan sudah mencapai
50 persen tinggi badan orang dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat bada
n naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun, dan lingkarkepala
menjadi sekitar 50 cm.
3.Upaya RehabilitatifBayi dan balita pasca sakit, perlu waktu untuk masa
pemulihan. Upaya pemulihanyang dapat dilakukan yaitu latihan fisik dan fisioterapi.
4.Resosialitatif Upaya mengembalikan ke dalam pergaulan masyarakat. Misal:
kelompok balita yangdiasingkan karena autis, ADHD.
2.6.1 Peran Perawat Komunitas pada Kelompok Khusus Bayi, dan Anak
Perawat komunitas minimal dapat berperan sebagai pemberi
pelayanankesehatan melalui asuhan keperawatan, pendidik atau penyuluh
kesehatan, penemukasus, penghubung dan koordinator, pelaksana konseling
keperawatan, dan model peran.
Dua peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik dan
penyuluhkesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada kelompok
khusus balitamerupakan bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan.
Berdasarkan perantersebut, perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat
mendukung kelompokkhusus balita mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Peran perawat komunitas pada kelompok khusus balita:
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan ( care provider ) Peranan utama perawat
komunitas yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan kepada balita, baik
itu balita dalam kondisi sehat maupun yangsedang sakit.
2. Pendidik (health educator )Perawat sebagai pendidik atau penyuluh,
memberikan pendidikan atauinformasi kepada keluarga yang berhubungan
dengan kesehatan balita.Diperlukan pengkajian tentang kebutuhan klien
untuk menentukan kegiatanyan`g akan dilakukan dalam penyuluhan atau
13
pendidikan kesehatan balita. Darihasil pengkajian diharapkan dapat
diketahui tingkat pengetahuan klien daninformasi apa yang dibutuhkan.
3. KonselorPerawat dapat menjadi tempat bertanya atau konsultasi oleh
orangtua yangmempunyai balita untuk membantu memberikan jalan keluar
berbagai permasalahan kesehatan balita dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pemantau Kesehatan (health monitor )Perawat ikut berperan memantau
kesehatan balita melalui
posyandu, puskesmas, atau kunjungan rumah. Pemantauan ini berguna men
getahuidinamika kesehatan balita terutama pertumbuhan dan
perkembangannya,sehingga jika terjadi masalah kesehatan dapat dideteksi
sejak dini dan diatasisecara tepat dengan segera.
5. Koordinator Pelayanan Kesehatan (coordinator of service) Pelayanan
kesehatan merupakan kegiatan yang bersifat menyeluruh dantidak terpisah-
pisah. Perawat juga dapat berperan sebagai pionir untukmengkoordinir
berbagai kegiatan pelayanan di masyarakat terutama
kesehatan balita dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama deng
an tim kesehatan lainnya.
6. Pembaharu (inovator )Tidak seluruhnya masyarakat mempunyai bekal
pengetahuan mengenaikesehatan balita. Perawat disamping memberikan
penyuluhan juga dapatmenjadi pembaharu untuk merubah perilaku atau pola
asuh orangtua
terhadap balita di suatu wilayah, misalnya budaya yang tidak sesuai dengan
perilakusehat.
7. Panutan (role model )Perawat sebagai salah satu tenaga medis dipandang
memiliki ilmu kesehatanyang lebih dari profesi lainnya di luar bidang
kesehatan. Oleh sebab itu akanlebih mulia bagi perawat untuk mengamalkan
ilmunya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan contoh
baik, misalnya memberi contoh tatacara merawat balita.
8. FasilitatorPerawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit
pelayanankesehatan dan instansi terkait, melaksanakan rujukan.
14
6. PERENCANAAN
Diagnosa keperawatanTujuan Rencana
tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat PJ Sumberdana Risiko
terjadinya peningkatan penyakit akibat lingkungan yangkurang
bersih(Diare)diKelurahan Simomulyo berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
terhadap sanitasi lingkungan yang kurang baik,yang dimanifestasikan dengan Data
dari kader terdapat 6 balita yang diare akibat pemberian susu formula
dan pembangunan gorong-gorong
1.Tujuan umum :
Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi pada bayi, dan anak di posyandu pelangi
III.
2.Tujuan khusus :
1)Ibu-ibu mengetahui cara menanggulangi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit pada bayi,dan anak.
1. Penyuluhantentang foodhygiene
2. Demonstrasikan pemberian oralit
3. Pemberian infomengenai alergi susu sapi pada balita dan hygiene
yang harus dipenuhi
4. Anjurkan kepadaibu-ibu untuk membawa balitanya jika terjadi gejala diare
5. valuasikeluarga/rujukanibu mengenai penanggulangan diare Warga
Kelurahan Simomulyo Ibu-ibu yang memiliki bayi,dan anak.Ibu-ibu yang
memiliki bayi,dan anak.Ibu-ibu yang memiliki bayi/anak yang mengalami
diareIbu-ibu yang memiliki Bayi/anak..Komunikasi dan
informasi.Ceramah,tanya jawab,diskusi Praktik langsung Komunikasi dan
observasi Ceramah,tanya jawab,diskusi
6. 8 Agustus201411 Agustus201411 Agustus201411 Agustus201411
Agustus2014Kantor Posyandu Pelangi III Balai Posyandu Pelangi III Balai
Posyandu Pelangi III Rumah masing-masingPosyandu Pelangi III Iro Fitri
Sindy Iro Sindy Mahasiswadi sungaisehingga airdibendung dantidak lancar.
2) Masyarakat dapat mengaplikasikan sanitasi yang baik dilingkungan
15
1. Lakukan pendekatantokohmasyarakatkelurahanSimomulyo
2. Kerja bakti bersama wargaKelurahanSimomulyo
3. Penyuluhan tentang pemilihan makanan darisegi kesehatan dan segekonomi
4. Evaluasi Kerja Bakti Keluarga/ibu kelompok balita yang terkena diare Warga
masyarakat RT03, RW 09,Kelurahan Simomulyo Semua warga masyarakat
RT03, RW 09,Kelurahan Simomulyo Semua warga masyarakat RT03, RW
9,Kelurahan Simomulyo Ceramah,tanya jawab,diskusi Siaranl ewat
masjid,atau pamphlet. Kantor Kelurahan
Simomuly,Masjid, papan pengumuman, rumah masing-masing warga.
LingkunganRT 03, RW09, Kelurahan Gegesik kulon.Iro Fitri Bersama IroFitri
A. PENGKAJIAN
Puskesmas : Puskesmas Gegesik
Tanggal : Kamis, 15 Januari 2015
Nama kelompok : Kelompok khusus balita Posyandu Gandarasa 1
Alamat : Gegesik kulon
Sumber Data : Balita, orangtua balita, kader dan KMS
Fasilitas Ruangan :
1. Teras terbuka
2. Meja 3 buah
3. Kursi panjang 1
4. Kursi kecil 10 buah
5. Timbangan gantung 1 buah
6. Timbangan 1 buah
7. Timbangan bayi 1 buah
8. Midline 1 buah
9. Meteran tinggi badan 1 buah
10. Mainan
Jumlah anggota kelompok : 64 orang
Jumlah kader posyandu : 26 orang
Jumlah kader yang aktif : 25 orang
Jumlah kader bertugas Posyandu Balita : 10 orang
16
Jumlah kader yang tidak aktif :1 orang
Sistem posyandu : Posyandu menggunakan sistem 5 meja
Kemandirian posyandu :
a. Frekuensi timbang : 12 kali
b. Rerata kader tugas : 10 orang
c. Rerata cakupan D/S : 75 %
d. Rerata cakupan KB :
e. Rerata cakupan KIA :
f. Rerata cakupan imunisasi :
g. Program tambahan : Dana Sehat
h. Cakupan dana sehat : 12 Dasawisma
i.
Kelompok Umur
25
22
20
Laki-laki
15 Perempuan
10
6
5
0
0-12 bl 1-5 th
17
3. Biologis Kelompok
a. Keadaan kesehatan
Keadaan kesehatan
Mempunyai keluhan
43%
Jenis Penyakit
ISPA Biang keringat Sakit gigi
Nyeri post ORIF Panas Diare
10%
5%
5%
5%
5%
71%
b. Kebersihan perorangan
18
Kebersihan Hygiene
Hygiene kurang baik
18%
Hygiene baik
82%
c. Penyakit kronis/menular
Tidak ada yang menderita penyakit kronis/menular. :-
d. Pola makan
Mayoritas balita di Posyandu Gandarasa 1 makan 3 kali sehari dengan menu sesuai
umur.
e. Kecacatan
Tidak ada balita yang mengalami kecacatan fisik maupun mental.
4. Psikologis Kelompok
a. Kebiasaan buruk
Berdasarkan hasil wawancara pada 49 ibu balita mengatakan anaknya tidak
memiliki kebiasaan buruk apapun yang merugikan.
b. Ketergantungan obat/bahan
Tidak ada balita yang ketergantungan dengan obat tertentu.
c. Mencari pelayanan kesehatan
Jika balita menderita sakit seperti ISPA, panas, diare, sakit gigi dan lain-lain, ibu
balita mengaku memeriksakan anaknya ke puskesmas maupun bidan terdekat di
rumah.
d. Rekreasi
Tidak ada agenda khusus untuk rekreasi keluar bersama di kelopok khusus balita
Posyandu Gandarasa 1. Rekreasi yang dilakukan hanya terbatas di tempat
posyandu yaitu dengan bermain bersama setelah proses penimbangan dengan
mainan yang telah disediakan oleh posyandu.
5. Kegiatan Sosial Kelompok
a. Keadaan ekonomi (rata-rata) : menengah ke bawah, mayoritas orangtua
balita bermata pencaharian buruh.
19
b. Hubungan diluar kelompok
Hubungan social yang sering dilakukan balita terutama yang berumur 2-5 tahun
adalah mengikuti kegiatan mengaji dengan anak-anak usia 6-12 tahun di masjid
maupun mushola.
c. Kegiatan organisasi social
Seluruh balita terdaftar sebagai anggota Posyandu Gandarasa 1.
d. Hubungan antara anggota kelompok
Baik, tetapi terkadang balita berkelahi karena berebut mainan.
6. Spiritual Kelompok
a. Ketaatan beribadah
Mayoritas anak usia di atas 2 tahun sudah bisa berdoa sehari-hari dengan
dibimbing.
b. Keyakinan tentang kesehatan
100 % balita sudah mendapatkan imuninasi dasar sesuai umur. 91,8% Ibu
mengatakan keinginannya untuk mengetahui informasi tentang imunisasi terbaru
yang sedang digalakkan puskesmas. Tetapi ketika ditanya tentang tumbuh
kembang anak sesuai umur Ibu mengatakan kurang begitu tahu. Kemudian ketika
ditanya tentang stimulasi tumbuh kembang yang perlu dilakukan pada anak, 40,8%
ibu mengatakan anak akan tumbuh dan berkembang sendiri seiring pertambahan
umurnnya. 87,7% ibu mengatakan sebelum anak usia 6 bulan hanya boleh diberi
ASI saja, setelah 6 bulan baru boleh diberi makan pendamping seperti bubur sun,
biscuit, sayur, buah-buahan dan nasi jika sudah bisa menunyah. 91,8% ibu
mengatakan sudah pernah disuluh tentang gizi balita. Sebanyak 10 orang ibu
dengan anak yang menderita ISPA mengatakan sehari-hari anak sulit makan
7. Kultural Kelompok
a. Adat yang mempengaruhi kesehatan
Tidak ada adat yang mempengaruhi kesehatan balita di Dusun Gegesik kulon.
b. Tabu-tabu
Sebanyak 90% ibu mengatakan tidak boleh membawa anaknya keluar rumah
setelah waktu Maghrib karena akan terkena sawan.
8. Kelompok di Institusi
a. Keadaan lingkungan dalam posyandu
1) Penerangan : penerangan baik karena ruangan berupa teras
terbuka sehingga mendapatkan penerangan langsung dari sinar matahari.
Apabila malam hari terdapat 2 buah lampu di teras.
20
2) Kebersihan dan kerapian : lingkungan bersih, semua meja dan kursi terata
dengan rapi.
3) Sirkulasi udara : sirkulasi udara baik karena ruangan berupa teras
terbuka sehingga sirkulasi udara lancar.
4) Tempat PMT : terdapat 1 meja yang digunakan untuk
pemberian makanan tambahan bagi balita.
5) Jamban : terdapat 1 kamar mandi dilengkapi jamban, terdapat
bak mandi, sabun. Terdapat dua kran di luar kamar mandi dan 3 kran di dalam
kamar mandi, air jernih berbau kaporit dan tidak bewarna.
6) Sumber air minum : terdapat sumber air berupa sumur berjumlah 1 buah.
Salah satu sumur dengan kedalaman 10 meter yang masih digunakan berada 10
meter dari septictank. Beberapa ibu membawa susu botol dari rumah atau
meminum ASI langsung.
b. Keadaaan lingkungan halaman
1) Pemanfaatan taman halaman :Terdapat tanaman hias dalam pot. Tidak
terdapat toga di halaman.
2) Pembuangan air kotor :Terdapat selokan di belakang rumah yang
dialirkan ke penampungan.
3) Pembuangan sampah :Tidak terdapat tempat sampah di teras depan,
sampah kering dikumpulkan di samping rumah kemudian dibakar. Sampah
basah berupa sisa makanan ditimbun di belakang rumah atau dimanfaatkan
sebagai pakan bebek.
4) Sanitasi :terdapat 1 buah kamar mandi dan wc dengan
septic tank di belakang kamar mandi berjarak 10 meter dari sumur. Jika balita
ingin bak atau bab biasanya dibawa ke WC.
5) Sumber pencemaran : Tumpukan sampah yang berada di samping
dan belakang rumah. Air limbah rumah tangga di penampungan.
9. Pendataan dan pemeriksaan antropometri balita (terlampir)
10. Hasil DDST (terlampir)
11. SKDN
a. S/Total balita : 49
b. K/balita yang mempunyai KMS : 49
c. D/baita datang : 49
d. N/balita yang naik BB : 42,8
21
B. ANALISA DATA
DS : Kesiapan meningkatkan
- Semua balita sudah status imunisasi balita di
mendapatkan imunisasi Posyandu Gandarasa 1
lengkap sesuai umur.
- 91,8% Ibu mengatakan
keinginannya untuk
mengetahui informasi tentang
imunisasi terbaru yang
sedang digalakkan
puskesmas.
DO:
- Cakupan imunisasi Posyandu
22
Gandarasa 1 pada tahun
2013 79,93%
- Pengkajian tanggal 9 Juni
2020 didapatkan data :
- 100% balita umur 0-12 bulan
imunisasi terakhir yang diikuti
adalah campak
- 100% balita umur 1-2 tahun,
imunisasi terakhir yang diikuti
adalah Polio ke 4, DPT 4
- 100% balita umur 2-5 tahun,
imunisasi terakhir yang diikuti
adalah Polio 5, DPT 5 dan
Campak 2
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Risiko keterlambatan perkembangan balita di Posyandu Gandarasa 1
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tumbuh kembang balita
ditandai oleh :
DS :
- ketika ditanya tentang tumbuh kembang anak sesuai umur Ibu mengatakan
kurang begitu tahu.
- Ketika ditanya tentang stimulasi tumbuh kembang yang perlu dilakukan pada
anak, 40% ibu mengatakan anak akan tumbuh dan berkembang sendiri seiring
pertambahan umurnnya
DO :
- Keadaan ekonomi orang tua balita menengah ke bawah mayoritas orangtua
balita bermata pencaharian buruh.
- hasil DDST 46,9% kategori suspect
4. Terjadinya penyakit ISPA pada balita di Posyandu Gandarasa 1 berhubungan
dengan keterbatasan daya tahan tubuh balita ditandai dengan :
DS :
- Rata-rata Ibu balita mengatakan anak sudah menderita batuk pilek selama 2-3
hari.
- Sebanyak 10 orang ibu dengan anak yang menderita ISPA mengatakan
sehari-hari anak sulit makan
DO :
Sebanyak 30,6% balita di Posyandu Gandarasa 1 menderita penyakit ISPA
23
- Cakupan imunisasi Posyandu Gandarasa 1 pada tahun 2013 79,93%
- Pengkajian tanggal 9 Juni 2020 didapatkan data :
- 100% balita umur 0-12 bulan imunisasi terakhir yang diikuti adalah campak
- 100% balita umur 1-2 tahun, imunisasi terakhir yang diikuti adalah Polio ke 4,
DPT 4
- 100% balita umur 2-5 tahun, imunisasi terakhir yang diikuti adalah Polio 5,
DPT 5 dan Campak 2
24
D. PRIORITAS MASALAH
DX Sesuai Risiko Risiko Potensi Minat Sesuai Kemungkinan Tersedianya sumber jumlah
peran terjadi parah untuk masy progra diatasi Petuga
Tempat Dana Waktu Fasilitas
CHN HE m pem s
1 5 3 4 4 4 5 3 5 5 4 4 5 51
2 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 54
3 5 5 2 4 4 5 5 5 5 4 4 5 53
25
E. PERENCANAAN
Tujuan Sumber
Rencana Waktu
Masalah Tempat Sasaran dana&te PJ
TUPAN TUPEN kegiatan pelaksanaan
naga
Terjadinya penyakit Setelah Setelah a. Advokasi Rumah Ibu Siti; kepala Senin, 9 - nanah
ISPA pada balita di dilakukan dilakukan dengan Ibu Kepala Dusun Gegesik januari 2020
Posyandu Gandarasa 1
pembinaan pembinaan Siti; kepala Dusun kulon dan Ibu
berhubungan dengan
keterbatasan daya tahan selama 1 selama 2 x Dusun Gegesik kader Posyandu
tubuh balita ditandai minggu,kejad pertemuan Gunung kulon Gandarasa 1.
dengan :
ian ISPA dalam 1 minggu Mojo dan Ibu
DS :
- Rata-rata Ibu balita menurun/hila diharapkan : kader
mengatakan anak ng. a. Ibu balita Posyandu
sudah menderita batuk
mampu Gandarasa Sasaran
pilek selama 2-3 hari.
- Sebanyak 10 orang menjelaskan 1. Rumah program :Balita Sabtu, 14 Warga
ibu dengan anak yang pengertian b. Beri warga RT di Dusun januari 2020 RT 001
menderita ISPA ISPA penyuluhan 001 Gegesik kulon
mengatakan sehari-
b. Ibu balita mengenai berjumlh 50
hari anak sulit makan
DO : mampu ISPA balita
Sebanyak 30,6% balita menyebutka Sasaran
di Posyandu Gandarasa
n tanda penyuluhan :Ibu
1 menderita penyakit
ISPA gejala ISPA balita di Dusun
c. Ibu balita Gegesik kulon
26
mampu
menyebutka Ibu balita
n Gandarasa 1 di
penanganan Dusun Gegesik
ISPA Rumah kulon berjumlah Sabtu, 14 Warga
d. Angka c. Motivasi ibu warga RT 49 orang Juni 2020 RT 22
kejadian untuk 001
ISPA dari meningkatka Warga Dusun
30,6% n Gegesik kulon
menjadi mengkonsu
14,3 % msi protein
bagi balita Rumah Jumat, 13 kader
d. Gebrakan warga Juni 2020
buka jendela
Kesiapan meningkatkan Status Setelah a. Advokasi Rumah Ibu Siti; kepala Senin, 9 Juni kader nanah
status imunisasi balita di Imunisasi dilakukan dengan Ibu warga RT Dusun Gegesik 2020
Posyandu Gandarasa 1
balita di pembinaan 1x Siti; kepala 22 kulon dan Ibu
ditandai dengan :
DS : Posyandu pertemuan Dusun kader Posyandu
Sebanyak 91,8% Ibu Gandarasa 1 dalam 1 minggu Gegesik Gandarasa 1.
mengatakan
meningkat diharapkan: kulon dan
27
keinginannya untuk a. Ibu dapat Ibu kader
mengetahui informasi menyebutka Posyandu
tentang imunisasi
n imunisasi Gandarasa 1
terbaru yang sedang
digalakkan puskesmas. yang sudah Sasaran
DO : dan belum b. Beri program :Balita Kamis, 18
- Cakupan imunisasi
diberikan penyuluhan di Dusun Juni 2020
Posyandu
Gandarasa 1 pada pada tentang Gegesik kulon
tahun 2013 79,93% anaknya imunisasi berjumlah 50
- Pengkajian tanggal 9 b. Ibu dapat pentavalen balita
Juni 2020 didapatkan
data : menjelaskan untuk balita Sasaran
- 100% balita umur 0- pengertian penyuluhan :Ibu
12 bulan imunisasi imunisasi balita di Dusun
terakhir yang diikuti
booster Gegesik kulon
adalah campak
- 100% balita umur 1- (pentavalen)
2 tahun, imunisasi untuk balita Sasaran
terakhir yang diikuti
c. Ibu dapat program :Balita
adalah Polio ke 4,
DPT 4 menyebutka di Dusun
- 100% balita umur 2-5 n kandungan c. Motivasi ibu Gegesik kulon Kamis, 18
tahun, imunisasi imunisasi untuk segera berjumlh 50 Juni 2020
terakhir yang diikuti
pentavalen memberikan balita
adalah Polio 5, DPT
5 dan Campak 2 d. Ibu dapat imunisasi Sasaran
menyebutka pentavalen penyuluhan :Ibu
28
n manfaat jika anak balita di Dusun
dan efek berumur 18- Gegesik kulon
samping 36 bulan
imunisasi Kepala bidang
pentavalen KIA
e. Cakupan
imunisasi
bulan Juli d. Koordinasi
100% dengan Puskesmas Jumat, 19
f. 100% Ibu puskesmas Gegesik Juni 2020
29
imunisasi
bulan Juli
2020
Risiko keterlambatan Tidak terjadi Setelah a. Advokasi Posyandu Ibu Siti; kepala Senin, 9 Juni kader dasirih
perkembangan balita di keterlambata dilakukan dengan Ibu Gandarasa Dusun Gegesik 2020
Posyandu Gandarasa 1
n pembinaan 1x Siti; kepala 1 kulon dan Ibu
berhubungan dengan
kurang pengetahuan perkembang pertemuan Dusun kader Posyandu
tentang tumbuh an balita di dalam 1 minggu Gegesik Gandarasa 1.
kembang balita ditandai
Posyandu diharapkan: kulon dan
oleh :
DS : Gandarasa 1 a. Ibu dapat Ibu kader
- ketika ditanya tentang menyebutkan Posyandu
tumbuh kembang anak
tumbuh Gandarasa 1
sesuai umur Ibu
mengatakan kurang kembang Sasaran
begitu tahu. balita sesuai b. Beri program :Balita Senin, 9 Juni
- Ketika ditanya tentang umur penyuluhan di Dusun 2020
stimulasi tumbuh
b. Ibu dapat tentang Gegesik kulon
kembang yang perlu
dilakukan pada anak, menyebutkan stimulasi berjumlh 50
40% ibu mengatakan pentingnya tumbuh balita
anak akan tumbuh dan
stimulasi kembang Sasaran
berkembang sendiri
seiring pertambahan tumbuh balita penyuluhan :Ibu
umurnnya kembang balita di Dusun
DO :
untuk balita Gegesik kulon
30
- Keadaan ekonomi c. Ibu dapat
orang tua balita menyebutkan Sasaran
menengah ke bawah
stimulasi program :Balita
mayoritas orangtua
balita bermata tumbuh di Dusun
pencaharian buruh. kembang yang c. Lakukan Gegesik kulon Senin, 9 Juni
- hasil DDST 46,9%
tepat untuk pemantauan berjumlh 50 2020
kategori suspect
balita DDST pada balita
d. Hasil DDST balita Sasaran
untuk kategori dengan hasil penyuluhan :Ibu
suspect suspect balita di Dusun
menjadi 40% Gegesik kulon
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian “ Pengaruh pendidikan kesehatan (health
Gegesik kecamatan Gegesik. oleh karena itu butuh kerjasama semua sector
dalam menurunkan angka gizi kurang atau gizi buruk yang harus benar-benar
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis kemukakan, mohon saran
32