Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN BED SIDE TEACHING (BST)

PROFESI NERS 24 STASE KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH
PROSEDUR BILAS LAMBUNG

Disusun Oleh:
Ahmad Fadhlur Rahman (J230215001)
Hindriyani May Saputri (J230215002)
Mutiarani Jazilatul Fikriyyah (J230215003)
Febina Fitri Karunia (J230215004)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
A. PENGERTIAN
Bilas lambung (gastric lavage) adalah membersihkan lambung dengan cara
memasukkan dan mengeluarkan air/cairan tertentu ke dalam lambung dan
mengeluarkan kembali dengan menggunakan selang penduga lambung NGT
(Naso Gastric Tube) (Purwanti, 2018)

B. TUJUAN
Menurut Purwanti (2018) dan Anant (2018) adapun tujuan bilas lambung
diantaranya:
1. Untuk pembuangan urgen substansi dalam upaya menurunkan absorpsi
sistemik
2. Untuk mengosongkan lambung sebelum prosedur endoskopik
3. Untuk mendiagnosis hemoragi lambung dan menghentikan hemoragi

4. Untuk mengeksplorasi peran kumbah/ bilas lambung dalam pengelolaan


keracunan
5. Menyadarkan masyarakat akan manfaat bilas lambung, jika diwaspadai
sedini mungkin
6. Memberikan informasi yang maksimal tentang prosedur yang bermanfaat
bagi tenaga kesehatan dan masyarakat

C. INDIKASI
1. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu
2. Persiapan operasi lambung
3. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung
4. Tidak ada reflek muntah
5. Gagal dengan terapi emesis
6. Pasien dengan keadaan sadar
7. Terjadi perdarahan lama (Hematemesis Melena) pada saluran pencernaan
atas
8. Keracunan bukan bahan korosif dan kurang dari enam puluh menit
9. Overdosis obat / narkotik
10. Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut
11. Dekompresi lambung
12. Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan endoskopi

D. KONTRAINDIKASI
1. Keracunan oral lebih dari 1 jam
2. Bilas lambung tidak dilakukan secara rutin dalam penatalaksanaan pasien
dengan keracunan
3. Pasien yang mengalami kejang
4. Pasien keracunan bahan toksik yang tajam dan terasa membakar (resiko
perforasi esophageal) serta keracunan bahan korosif (misalnya :
hidrokarbon, pestisida, hidrokarbon aromatic, halogen)
5. Pasien yang menelan benda asing yang tajam dan besar
6. Pasien tanpa gangguan reflek atau pasien dengan pingsan (tidak sadar)
membutuhkan intubasi sebelum bilas lambung untuk mencegah inspirasi
7. Pada pasien yang mengalami cidera/injuri pada system pencernaan bagian
atas, menelan racun yang bersifat keras/korosif pada kulit, dan mengalami
cidera pada jalan nafasnya, serta perforasi pada saluran cerna bagian atas

E. TEORI
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan
melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena
kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan
bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua
pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah
toksik(Sartono, 2012).
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan
oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain.
Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja,
tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud
tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak
disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah
tangga maupun lingkungan kerja(Brunner and Suddarth, 2010).
Tindakan Gastric lavage atau kumbah lambung diyakini sebagai salah satu
intervensi yang efektif untuk mengurangi absorbs obat, racun maupun
perdarahan pada saluran cerna. Namun tidak semua pasien dengan overdosis
obat dapat diberikan Tindakan kumbha lambung. Kumbha lambung pada
pasien dengan keracunan hanya dapat dilakukan apabila pasien dating dalam
waktu <2 jam setelah menelan/meminum obat ataupun racun. Kumbha
lambung umumnya dilakukan didahului dengan pemasangan NGT apabila
pasien belum terpasang selang NGT sebelumnya, kemudian barulah Tindakan
kumbha lambung bisa dilakukan, kumbha lambung biasanya dilakukan
menggunakan cairan NaCl (Rahmawati 2018).

F. ALAT
1. Selang nasogastric/diameter besar atau selang Ewald diameter besar
2. Spuit pengirigasi 50 cc
3. Saluran plastic besar dengan adapter
4. Pelumas larut air
5. Air biasa atau NaCl
6. Wadah untuk aspirat
7. Gag mulut, selang nasotrakea atau endotrakea dengan cuv yang dapaat
dikembungkan
8. Wadah untuk spesimen

G. PROSEDUR
1. Tahap pra-interaksi
a. Cek catatan keperawatan
b. Siapkan alat-alat
c. Cuci tangan
2. Tahap orientasi
a. Berikan salam, sapa klien dengan namanya
b. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan akan dilakukan

3. Tahap kerja
a. Mencuci tangan
b. Menggunakan handscoon
c. Memasangkan perlak dan alas disamping pasien
d. NGT di ukur dari epigastrum sampai pertengahan dahi kemudian
diberi tanda
e. Ujung atas NGT diolesi jelly, bagian bawah diklem
f. NGT dimasukkan perlahan-lahan melalui hidung pasien sambil
disuruh menelannya (bila pasien sadar)
g. Periksa apakah NGT sudah dalam posisi yang tepat dengan cara;
masukkan ujung NGT kedalam baskom yang berisi air, jika tidak ada
gelumbung maka NGT sudah mausk kedalam lambung
h. Mauskkan udara dengan spuit 10cc dan didengarkan pada daerah
lambung dengan menggunakan stetoskop
i. Setelah posisi sudah tepat pasangkan plester pada hidung untuk
memfiksasi NGT
j. Posisikan pasien miring dengan posisi kepala lebih rendah atau tanpa
bantal selanjutnya klem dibuka
k. Corong dipasang diujung bawah NGT, air dituangkan kedalam
l. Corong jumlah cairan sesuai kebutuhan. Cairan yang masuk tadi
dikeluarkan dan ditampung dalam baskom
m. Pembilasan lambung dilakukan berulang klai sampai air yang keluar
dari lambung jernih
n. Jika air yang keluar sudah jernih, selang NGT dicabut secara perlahan
o. Setelah selesai rapikan kembali alat dan pasien, mulut dan sekitarnya
dibersihkan dengan tissue
p. Menginfokan pada pasien bahwa prosedur telah selesai
q. Berpamitan dengan pasien
r. Dokumentasikan tindakan yang telah diberikan

H. CONTOH KASUS
ID Soal 1
Tinjauan 1 Praktik profesional, etis legal, dan peka budaya / Asuhan
dan manajemen asuhan keperawatan / pengembangan
profesional
Tinjauan 2 Kognitif / Procedural knowledge / Afektif knowledge
Tinjauan 3 KMB / Maternitas / Anak / Jiwa / Keluarga / Gerontik /
Manajemen / Gadar / Komunitas
Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan / Diagnosa / Perencanaan /
Implementasi / Evaluasi
Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / Rehabilitatif
Tinjauan 6 Oksigenasi / Cairan & Elektrolit / Nutrisi / Aman dan
Nyaman / Eliminasi / Aktivitas dan Istirahat / Psikososial /
Komunikasi / Seksual / Nilai dan Keyakinan / Belajar
Tinjauan 7 Pernafasan / Jantung, pembuluh darah, dan distem limfatik /
Pencernaan dan hepatobiler / Saraf dan perilaku / Endokrin
dan metabolisme / Muskuloskeletal / Ginjal dan saluran
kemih / Reproduksi / Integument / Darah dan sistem
kekebalan imun / Penginderaan / Kesehatan mental /
Pelayanan kesehatan
Kasus :
Seorang laki-laki, usia 33 tahun, dibawa keluarganya ke RS dengan keluhan
muntah-muntah setelah makan tempe bongkrek. Hasil pengkajian: klien
mengalami penurunan kesadaran (somnolen), klien tampak lemas, tampak
hipersalivasi pada mulut klien, capilari revil <3 detik, akral dingin. keluarga
mengakatan klien mengalami diare sudah BAB 4x setelah memakan tempe
bongkrek, feses cair. Dari hasil pemeriksaan: TD: 10/60 mmHg, Nadi: 58x/menit,
RR: 27x/menit, suhu: 35,50C, BB: 53, BB sebelum sakit: 55. keluarga mengatakan
klien tidak memiliki alergi sebelumnya. Hasil pemeriksaan EKG: sinus brakikardi
Pertanyaan soal :
Apakah masalah keperawtan pada kasus tersebut?

Pilihan Jawaban
A. Hipotermia
B. Bersihan jalan nafas tidak efektif
C. Gangguan pertukaran gas
D. Resiko deficit nutrisi
E. Pola nafas tidak efektif
Kunci Jawaban B
Referensi Ariantika, Dwi. Dkk. (2015). Asuhan Keperawatan pada
Tn. D dengan Kasus Keracunan Makanan di IGD RSUD
Kebumen. STIK Muhammadiyah Gombong. Kebumen
Nama Pembuat Hindriyani May Saputri, S. Kep
Institusi/bagian Prodi Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Surakarta /
Mahasiswa Profesi Ners
ID Soal 2
Tinjauan 1 Praktik profesional, etis legal, dan peka budaya / Asuhan
dan manajemen asuhan keperawatan / pengembangan
profesional
Tinjauan 2 Kognitif / Procedural knowledge / Afektif knowledge
Tinjauan 3 KMB / Maternitas / Anak / Jiwa / Keluarga / Gerontik /
Manajemen / Gadar / Komunitas
Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan / Diagnosa / Perencanaan /
Implementasi / Evaluasi
Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / Rehabilitatif
Tinjauan 6 Oksigenasi / Cairan & Elektrolit / Nutrisi / Aman dan
Nyaman / Eliminasi / Aktivitas dan Istirahat / Psikososial /
Komunikasi / Seksual / Nilai dan Keyakinan / Belajar
Tinjauan 7 Pernafasan / Jantung, pembuluh darah, dan distem limfatik /
Pencernaan dan hepatobiler / Saraf dan perilaku / Endokrin
dan metabolisme / Muskuloskeletal / Ginjal dan saluran
kemih / Reproduksi / Integument / Darah dan sistem
kekebalan imun / Penginderaan / Kesehatan mental /
Pelayanan kesehatan
Kasus :
Pasien laki-laki berusia 60 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam dengan
diagnosa medis sirosis hepatis dan riwayat melena. Keluhan utama: pasien
mengatakan pusing, lemas, perut terasa penuh dan membesar. Keluarga
mengatakan sudah 3 hari pasien belum BAB. Pasien mempunyai riwayat
hipertensi. Dua hari yang lalu pasien tiba-tiba muntah darah kurang lebih 200 cc
berwarna gelap dan terdapat banyak stolsel dan perawat langsung melakukan
bilas lambung. Saat dilakukan pengkajian didapatkan tingkat kesadaran
composmentis, temperature kulit dingin, warna kulit pucat, konjungtiva anemis,
sklera ikterik, TD: 140/100 mmHg, N:80x/menit, RR:22x/menit, S: 36 0C. Berat
badan sebelum sakit 62 kg, berat badan saat ini 60 kg dengan tinggi badan 150
cm. Tidak ada edema pada tungkai atas maupun bawah, bising usus pasien 9
x/menit, abdomen asites dan tegang.

Pertanyaan soal : Berdasarkan kasus diatas, apakah tindakan keperawatan


selanjutnya setelah dilakukan bilas lambung?

Pilihan Jawaban

A. Mendokumentasikan jumlah cairan yang keluar


B. Memberikan nutrisi tambahan kepada pasien
C. Memberikan transfuse darah
Memberikan terapi elektolit tambahan

Kunci Jawaban A
Referensi Darni, Z., & Rahmah, S. (2019). Pelaksanaan Pengukuran
Tanda-Tanda Vital Pada Pasien Sirosis Hepatis Untuk
Mencegah Hipertensi Portal. JIKO (Jurnal Ilmiah
Keperawatan Orthopedi), 3(2), 47–54.
https://doi.org/10.46749/jiko.v3i2.29
Nama Pembuat Mutiarani Jazilatul Fikriyyah S.Kep
Institusi/Bagian Program Profesi Ners UMS / Mahasiswa
ID Soal 3
Tinjauan 1 Praktik profesional, etis legal, dan peka budaya / Asuhan
dan manajemen asuhan keperawatan / pengembangan
profesional
Tinjauan 2 Kognitif / Procedural knowledge / Afektif knowledge
Tinjauan 3 KMB / Maternitas / Anak / Jiwa / Keluarga / Gerontik /
Manajemen / Gadar / Komunitas
Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan / diagnosa / Perencanaan /
Implementasi / Evaluasi
Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / Rehabilitatif
Tinjauan 6 Oksigenasi / Cairan & Elektrolit / Nutrisi / Aman dan
Nyaman / Eliminasi / Aktivitas dan Istirahat / Psikososial /
Komunikasi / Seksual / Nilai dan Keyakinan / Belajar
Tinjauan 7 Pernafasan / Jantung, pembuluh darah, dan distem limfatik /
Pencernaan dan hepatobiler / Saraf dan perilaku / Endokrin
dan metabolisme / Muskuloskeletal / Ginjal dan saluran
kemih / Reproduksi / Integument / Darah dan sistem
kekebalan imun / Penginderaan / Kesehatan mental /
Pelayanan kesehatan

Kasus :
Seorang perempuan berusia 34 tahun, dating ke ruang IGD Rumah Sakit karena
mengeluh mual dan muntah akibat keracunan. Hasil pemeriksaan fisik didapati :
keadaan umum tampak lemah, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, CRT 2
detik, RR 20x/menit. Saat ini pasien sedang akan dilakukan pemasangan NGT
untuk bilas lambung. Perawat akan mengetahui ketepatan pemasangan NGT
dengan cara, KECUALI ?

Pertanyaan soal :
Apakah tindakan yang harus dilakukan perawat ?

Pilihan Jawaban
a. Memasukan udara dan melakukan auskultasi dibagian abdomen
b. Melakukan aspirasi pada spuit yang terpasang pada NGT
c. Memasukan ujung selang NGT pada air untuk melihat gelembung
d. Melihat menggunakan X-ray
e. Mendengarkan bising usus
Kunci Jawaban E
Referensi Kosier, Erb, Berman and Snyder, Alih Bahasa: Esty
Wahyuningsih, dkk. (2011). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 7, volume
2(p.786-790). Jakarta, EGC.
Nama Pembuat Ahmad Fadhlur Rahman S.Kep
Institusi/bagian Prodi Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Surakarta /
Mahasiswa Profesi Ners
ID Soal 4
Tinjauan 1 Praktik profesional, etis legal, dan peka budaya / Asuhan
dan manajemen asuhan keperawatan / pengembangan
profesional
Tinjauan 2 Kognitif / Procedural knowledge / Afektif knowledge
Tinjauan 3 KMB / Maternitas / Anak / Jiwa / Keluarga / Gerontik /
Manajemen / Gadar / Komunitas
Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan / diagnosa / Perencanaan /
Implementasi / Evaluasi
Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / Rehabilitatif
Tinjauan 6 Oksigenasi / Cairan & Elektrolit / Nutrisi / Aman dan
Nyaman / Eliminasi / Aktivitas dan Istirahat / Psikososial /
Komunikasi / Seksual / Nilai dan Keyakinan / Belajar
Tinjauan 7 Pernafasan / Jantung, pembuluh darah, dan distem limfatik /
Pencernaan dan hepatobiler / Saraf dan perilaku / Endokrin
dan metabolisme / Muskuloskeletal / Ginjal dan saluran
kemih / Reproduksi / Integument / Darah dan sistem
kekebalan imun / Penginderaan / Kesehatan mental /
Pelayanan kesehatan
Kasus :
Seorang laki-laki berusia 56 tahun merupakan pasien yang berada di Ruang
Bedah. Sebelum menjalani operasi lambung, pasien tersebut dilakukan tindakan
“Bilas Lambung”. Saat melakukan tindakan bilas lambung , perawat lupa
menutup gorden sehingga orang yang berada di sekitar ruangan dapat melihat
tindakan tersebut.

Pertanyaan soal : Apakah prinsip etik yang tidak dilakukan oleh perawat?
Pilihan Jawaban
A. Nonmaleficence
B. Beneficence
C. Autonomi
D. Confidentiality
E. Fidelity
Kunci Jawaban D
Referensi Kurniawan, D. E. (2017). Penyelesaian Masalah Etik Dan
Legal Dalam Penelitian Keperawatan. Universitas
Jember : Program Studi Ilmu Keperawatan
Nama Pembuat Febina Fitri Karunia S.Kep
Institusi/Bagian Program Profesi Ners UMS / Mahasiswa

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (mukosa lambung
yang teriritasi).
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan anoreksia
3. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan perdarahan

J. JURNAL YANG RELEVEN


1 Judul Effect of gastric lavage with hemostasis powder on upper
gastrointestinal bleeding (Conversion of emergency
endoscopy to elective endoscopy)

Metode Studi uji klinis ini dilakukan terhadap 54 pasien yang


dirujuk ke IGD selama tahun 2017-2018. Subyek dibagi
menjadi dua kelompok (n=27 per kelompok). Bilas
lambung dengan saline dan bubuk hemostasis® dilakukan
masing-masing pada kelompok kontrol dan eksperimen

Hasil Dalam penelitian ini, 59,2% dan 18,5% pasien yang


menjalani lavage lambung dengan Hemostasis Powder®
dan saline masing-masing tidak memerlukan pengobatan
selama endoskopi awal (p=0,002). Durasi endoskopi lebih
pendek pada kelompok eksperimen (p=0,001), (4,83±8,04
jam vs 6,73±14,12 jam, masing-masing) (p=0,001). Selain
itu, bilas lambung dengan Hemostasis Powder® secara
signifikan meningkatkan kualitas endoskopi. Tidak ada
perbedaan antara kedua kelompok dalam hal kebutuhan
transfusi darah (p=0,4).

Kesimpulan Bilas lambung dengan bubuk hemostasis® adalah


tindakan yang berguna dalam pengobatan utama pasien
dengan UGIB dan dapat mengubah endoskopi terapeutik
darurat menjadi endoskopi elektif diagnostik dengan
kualitas lebih tinggi

2 Judul Evaluation of gastric lavage effi ciency and utility using a


rapid quantitative method in a swine paraquat poisoning
model

Metode Metode kuantitatif cepat yang melibatkan pengujian


natrium ditionit yang dikembangkan. kemudian divalidasi
untuk penentuan konsentrasi paraquat dalam cairan
lambung dan sampel eluat dari model keracunan paraquat
akut babi dengan bilas lambung. Tanda-tanda vital,
pengujian laboratorium, dan konsentrasi plasma paraquat
dikumpulkan untuk evaluasi efek terapeutik

Hasil Kondisi reaksi pengujian dioptimalkan untuk dua jenis


sampel. Bilas lambung dini pada satu jam (H1) dapat
memperbaiki tanda dan gejala setelah keracunan paraquat
akut pada 24 jam (H24). Sebaliknya, bilas lambung pada 6
jam (H6) hanya dapat meringankan sebagian tanda-tanda
vital. Kelompok H1 bilas lambung efektif menurunkan
puncak konsentrasi paraquat plasma. Selain itu,
konsentrasi paraquat dalam plasma dan cairan lambung
menurun secara signifikan pada kedua kelompok bilas
lambung dibandingkan dengan kelompok yang tidak
diobati pada H24. Selain itu, tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam efisiensi pencucian yang dihitung dari
total eluat antara kedua kelompok bilas lambung. Namun,
efisiensi pencucian 10 L eluat pertama lebih baik daripada
10 L eluat tambahan.

Kesimpulan Bilas lambung hanya pada tahap awal yang mungkin


bermanfaat untuk keracunan paraquat pada model hewan.
Volume 20 L bilas lambung yang saat ini digunakan
mungkin perlu dikurangi mengingat efisiensi pencucian
yang rendah pada eluat 10 L selanjutnya. Metode
kuantitatif cepat dapat digunakan untuk sampel getah
lambung dan memiliki nilai tertentu untuk praktik bilas
lambung klinis.

K. REFERENSI
Anant, Jagdhis. et al,. (2018). A Review On Gastric Lavage the Management
of
Ingested Poisoning. European Journal Of Pharmaceutical And Madical
Research. www.ejpmr.com
Ariantika, Dwi. Dkk. (2015). Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan Kasus
Keracunan Makanan di IGD RSUD Kebumen. STIK Muhammadiyah
Gombong. Kebumen
Bunner and Suddarth.2010. Keperawatan Medikal Bedah, vol 3. EGC. Jakarta
Jiang, Y., Kang, J., Huang, P., Yao, J., Wang, Z., & Jiang, L. et al. (2020).
Evaluation of gastric lavage efficiency and utility using a rapid
quantitative
method in a swine paraquat poisoning model. World Journal Of
Emergency
Medicine, 11(3), 174. doi: 10.5847/wjem.j.1920-8642.2020.03.008
Kurniawan, D. E. (2017). Penyelesaian Masalah Etik Dan Legal Dalam
Penelitian Keperawatan. Universitas Jember : Program Studi Ilmu
Keperawatan
Musaal-Reza Hosseini, S., Dadgar Moghaddam, M., Yazdan Panah, S., &
Vafaeimanesh, J. (2020). Effect of gastric lavage with hemostasis
powder®
on upper gastrointestinal bleeding (Conversion of emergency endoscopy to
elective endoscopy). Caspian J Intern Med, 11(3), 304-309. doi: DOI:
10.22088/cjim.11.3.304
Purwanti, O., S. (2018) Modul Keperawatan Medikal Bedah II. UMS.
Surakarta
Rahmawati, Ira. (2018). Modul 1 Kumbah Lambung dan Pemsangan
Nasogastric Tube (NGT). Universitas Esa Unggul. Jakarta
Sartono. 2012. Racun dan Keracunan. Widya Merdeka. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai