Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

ASPEK LEGAL ETIK LANSIA

Dosen Pengampu : Faisal Kholid Fahdi S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh

Ade Nurianti Saputri I1031181009

Dewi Safa Oktarini I1031181015

Amira Melati Fitri I1031181021

Meithalia Rossi. S I1031181028

Arizki Rahman Hakim I1031181033

Khaira Ummah 1031181047

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2021

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Komunitas-II dengan judul “Aspek Legal
Lansia”. Saya menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak ppihak
yang dengan tulus memberikan doa saran serta kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbetasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya,
saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
keperawatan

Pontianak, 17 November 2021

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 7
2.1 Pengertian Lansia ......................................................................................................... 7
2.2 Landasan Hukum ......................................................................................................... 7
2.3 Program Santun Lansia ................................................................................................ 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 13
3.2 Saran ........................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu keberhasilan pembangunan kesehatan adalah terjadinya penurunan angka
kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka usia harapan hidup
(UHH) dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 pada tahun 2007 dan 70,8 pada 2015.
Dari peningkatan UHH inilah jumlah lansia saat ini menurut hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) tahun 2000 adalah 14,4 juta jiwa atau 7,18 dari jumlah penduduk
sedangkan yang berusia diatas 65 tahun, mencapai 4,6% dari jumlah penduduk Indonesia
yang sebanyak 10 juta orang. Jumlah ini akan terus meningkat pada tahun 2020 dan akan
mencapai 28,8 juta jiwa (Ruliyandari, 2018).
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah populasi terbanyak di
dunia termasuk populasi lansia. Populasi penduduk Indonesia yang besar menempatkan
lansia Indonesia berada pada posisi keempat setelah negara China, India, dan Amerika
Serikat. (1) BPS RI–Susenas 2009, dalam Komisi Nasional Lansia (2010), menyatakan
bahwa rerata persentase penduduk lansia di Indonesia sebesar 8.37%. World Health
Organization (2002) menyatakan bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020
mendatang sudah mencapai angka 11.34% atau tercatat 28,8 juta orang (Rekawati, Hamid,
Sahar, Widyatuti & Sari, 2019).
Pelayanan Kesejahteraan Lansia telah ditekankan dalam UU No. 13 Tahun 1998.
Lansia memiliki hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi pelayanan
keagamaan dan mental spiritual, pelayanan kesehatan, pelayanan kesempatan kerja,
pelayanan pendidikan dan pelatihan, kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan
prasarana umum, kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum, perlindungan sosial, dan
bantuan social (Hasanah, & Nasution, 2020).
Mengacu pada Regional Strategy For Healthy Ageing 2013-2018 yang merupakan
komitmen global dan regional yang dideklarasikan pada tanggal 4 September 2012 oleh para
Menteri Kesehatan dari anggota WHO South East Asia Region (Yogyakarta Declaration on
Ageing and Health), perlu disusun Strategi Nasional dan Rencana Aksi Nasional Kesehatan
Lanjut Usia. Melalui Strategi Nasional dan Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia

4
ini pembinaan kesehatan terhadap lanjut usia dapat direalisasikan sesuai harapan, yang
antara lain memuat langkah-langkah konkrit yang harus dilaksanakan secara
berkesinambungan (PMK No. 25 ttg Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun
2016-2019).
Strategi Puskesmas Santun Lansia telah diupayakan oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia sejak beberapa tahun yang lalu, dengan tujuan untuk meningkatkan
mutu layanan kesehatan terhadap lansia dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Strategi model keperawatan keluarga santun lansia dalam upaya peningkatan
kualitas asuhan keluarga pada lansia diharapkan merupakan kesinambungan dari strategi
Puskesmas Santun Lansia. Model keperawatan keluarga santun lansia dalam upaya
peningkatan kualitas asuhan keluarga pada lansia dilengkapi dengan sebuah modul yang
berisi materi proses menua, dukungan keluarga, komunikasi dengan lansia, strategi koping
keluarga, perawatan pada lansia dan relaksasi otot progresif, satu buah DVD berisi teknik
relaksasi otot progresif, dan satu buku kerja bagi pelaku rawat yang sudah mendapatkan
asupan dari pakar kesehatan (Rekawati, Hamid, Sahar, Widyatuti & Sari, 2019). Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk membahas mengenai aspek legal dan etik serta program santun
lansia yang sesuai dengan undang-undang, peraturan menteri kesehatan, dan peraturan
daerah.

1.2 Rumusan Massalah


Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah
yang dapat diangkat yaitu sebagi berikut:
1. Bagaimana aspek legal dan etik lansia sesuai dengan undang-undang, peraturan menteri
kesehatan, dan peraturan daerah?
2. Bagaimana program santun lansia sesuai dengan undang-undang, peraturan menteri
kesehatan, dan peraturan daerah?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui dan memahami mengenai
aspek legal dan etik serta program lansia yang sesuai dengan undang-undang, peraturan
menteri kesehatan, dan peraturan daerah.

5
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan aspek legal dan etik lansia sesuai dengan undang-undang, peraturan
menteri kesehatan, dan peraturan daerah
b. Menjelaskan program santun lansia sesuai dengan undang-undang, peraturan menteri
kesehatan, dan peraturan daerah

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Posyandu Lansia
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lansia adalah suatu wadah pelayanan kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk lansia, yang proses
pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya
masyarakat (LSM) lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial
dan lain-lain, dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan
preventif. Di samping pelayanan kesehatan, Posyandu Lansia juga memberikan pelayanan
sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olahraga, seni budaya, dan pelayanan lain yang
dibutuhkan para lansia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Selain itu, Posyandu Lansia membantu memacu
lansia agar dapat beraktivitas dan mengembangkan potensi diri (Infodatin Lansia, 2016).

2.2 Landasan Hukum


Peraturan Menteri Kesehatan tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia
2016-2019:

 Pasal 1: Pengaturan Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019
bertujuan untuk memberikan acuan bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
pemangku kepentingan lain berupa langkah-langkah konkrit yang harus dilaksanakan
secara berkesinambungan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan lanjut usia untuk
mencapai lanjut usia yang sehat, mandiri, aktif, produktif, dan berdayaguna bagi keluarga
dan masyarakat.
 Pasal 2: Ruang lingkup Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019
meliputi:
a. analisa situasi;
b. kebijakan, strategi, dan rencana aksi nasional kesehatan lanjut usia; dan
c. pemantauan dan evaluasi.
 Pasal 3:

7
(1) Dalam melaksanakan Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-
2019, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Derah dapat melibatkan peran serta lintas
sektor dan masyarakat.
(2) Peran serta lintas sektor dan masyarakat pada ayat (1) dapat dilakukan pada tahap
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
 Pasal 4: Pendanaan pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun
2016-2019 dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, dan sumber dana lain yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Pasal 5: Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia
Tahun 2016-2019 tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
 Pasal 6: Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada usia lanjut adalah:
1. Empati: istilah empati menyangkut pengertian: “Simpati atas dasar pengertian yang dalam”.
Dalam istilah ini, diharapkan upaya pelayanan geriatri harus memandang seorang lansia
yang sakit dengan pengertian, kasih sayang, dan memahami rasa penderitaan yang dialami
oleh klien tersebut.
2. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi
kesan over-protective dan belas-kasihan. Oleh karena itu, semua petugas geriatrik harus
memahami proses fisiologis dan patologik dari klien lansia.
3. Yang harus dan yang ”jangan”: prinsip ini sering dikemukakan sebagai non- maleficence dan
beneficence. Pelayanan geriatri selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang
baik untuk klien dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan bagi klien.
4. Otonomi: yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan
nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri. Tentu saja hak tersebut mempunyai
batasan, akan tetapi di bidang geriatri hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah klien dapat
membuat putusan secara mandiri dan bebas. Dalam etika ketimuran, seringkali hal ini
dibantu oleh pendapat keluarga dekat. Jadi secara hakiki, prinsip otonomi berupaya untuk

8
melindungi klien yang fungsional (sedangkan non-maleficence dan beneficence lebih bersifat
melindungi). Dalam berbagai hal aspek etik ini seolah-olah memakai prinsip paternalisme,
dimana seseorang menjadi wakil dari orang lain untuk membuat suatu keputusan.
5. Keadilan: yaitu prinsip pelayanan geriatri harus memberikan perlakuan yang sama bagi semua
klien. Kewajiban untuk memperlakukan seorang klien secara wajar dan tidak mengadakan
pembedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
6. Kesungguhan Hati: yaitu suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji yang diberikan
pada seorang klien. Mengenai keharusan untuk berbuat baik dan otonomi, Meier dan Cassel
menulis sebagai berikut: “although the medical community has ferquently been attacked
for its attitude toward patients, it is usually conceded that paternalism can be justified if
certain criteria are met; if the dangers averted or benefits gained for the person outweigh
the loss of autonomy resulting from intervention; if the person is too ill to choose the
same intervention”.
Dengan melihat prinsip di atas tersebut, aspek etika pada pelayanan geriatrik
berdasarkan prinsip otonomi kemudian dititik-beratkan pada berbagai hal sebagai berikut:
a. Klien harus ikut berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan pembuatan
keputusan. Pada akhirnya pengambilan keputusan harus bersifat sukarela.
b. Keputusan harus telah mendapat penjelasan cukup tentang tindakan atau keputusan yang
akan diambil secara lengkap dan jelas.
c. Keputusan yang diambil hanya dianggap sah bila klien secara mental dianggap capabel.
Atas dasar hal di atas maka aspek etika tentang otonomi ini kemudian tuangkan dalam
bentuk hukum sebagai persetujuan tindakan medik (pertindik) atau informed consent.
Kapasitas untuk mengambil keputusan, merupakan aspek etik dan hukum yang sangat
rumit. Dasar dari penilaian kapasitas pengambilan keputusan penderita tersebut haruslah
dari kapasitas fungsional penderita dan bukan atas dasar label diagnosis, antara lain terlihat
dari Apakah penderita bisa buat/menunjukan keinginan secara benar? Taat terhadap hukum
akan terhindar dari jeratan hukum yang dapat merugikan diri sendiri.
2.3 Program Santun Lansia
Puskesmas santun lansia adalah puskesmas yang menyediakan ruang khusus untuk melakukan
pelayanan bagi kelompok usia lanjut yang meliputi pelayanan kesehatan promotive, preventif,
kuratif, dan rehabilitative. Ciri-ciri puskesmas santun lansia yaitu pelayanannya secara pro-aktif,

9
baik, berkualitas, sopan, memberikan kemudahan dalam pelayanan kesehatan kepada lansia,
memberikan keringanan/penghapusan biaya pelayanan bagi lansia yang tak mampu, memberikan
berbagai dukungan dan bimbingan kepada lansia dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
melalui kerjasama dengan lintas program dan lintas sector. Program santun lansia pada
puskesmas dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Program promotif
1. Posyandu Puskesmas (32%)
2. KIE secara lisan (24%)
3. Prolanis puskesmas (16%)
4. Pemberdayaan Lansia Puskesmas (12%)
5. LansiaBersahaja Puskesmas (4%)
6. Penyuluhan 1 Puskesmas (4%)
7. Senam Puskesmas (4%)
b. Program preventif
1. Skrining Lab Puskesmas (30.8 %)
2. Posyandu Puskesmas (26.9%)
3. Penyuluhan Puskesmas (23.1%)
4. Kunjungan Rumah Puskesmas (11.5%)
5. Cek Kesehatan Berkala Puskesmas (3.8%)
6. EdukasiKonseling Puskesmas (3.8%)
c. Program kuratif
1. Pengobatan Puskesmas (71.4%)
2. Rujukan Puskesmas (2%)
3. PuskesmasKeliling Puskesmas (9.5%)
4. Prolanis Puskesmas (4.8%)
5. Pustu 1 Puskesmas (4.8%)

d. Program rehabilitative
1. Pengobatan Puskesmas (71.4%)
2. Rujukan Puskesmas (2%)
3. PuskesmasKeliling Puskesmas (9.5%)

10
4. Prolanis Puskesmas (4.8%)
5. Pustu 1 Puskesmas (4.8%)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan pada posyandu lansia diantaranya sebagai berikut :

1. Ketersediaan sarana fisik

Ketersediaan sarana fisik juga sangat mendukung terlaksananya program puskesmas


santun lansia. Seperti halnya penelitian Ruliyandari (2018) yang menyebutkan beberapa
syarat pokok dalam penentuan kriteria puskesmas santun lansia, diantaranya didukung oleh
tenaga, sarana dan prasarana.Sarana meliputi ruangan (ruang pendaftaran, tunggu, obat, dan
toilet). sarana meliputi alur pelayanan, trap/anak tangga yang tidak curam, tersedianya jalur
kursi roda, tersedianya tempat duduk prioritas untuk lansia dan pengantarnya, adanya
jamban/wc duduk, sehingga lansia tidak perlu jongkok untuk ke toilet, tersedianya pegangan
rambat di sepanjang jalur pelayanan lansia dan toilet, dan tersedianya ruangan poli lansia
yang komprehensif terpisah dengan pasien umum lainnya, atau bersama dengan pasien umum
namun mendahulukan pasien lansia dengan pelayanan yang mendahulukan pasien lanjut usia

2. Peralatan medis yang memadai


Peralatan medis merupakan Peralatan yang diperlukan lanjut usia untuk dilakukan
pemeriksaan, hal ini sesuai dengan pernyataan Ruliyandari (2018) yang menyebutkan bahwa
peralatan medis yang dibutuhkan lansia meliputi peralatan, pemeriksaan, terapi, latihan dan
penyuluhan. Peralatanperalatan ini antara lain meliputi: poliklinik set, pengukur berat badan,
pengukur tinggi badan, diagnostik set mata, diagnostik set telinga hidung tenggorokan (THT),
meja kursi, lemari simpan alat, tempat tidur dengan sandaran yang bisa dirubah, kursi roda,
dental kit, tripod, kuadripod, walker, stetoskop, lampu senter.
3. Tenaga kesehatan terampil
Tenaga kesehatan terampil sangat penunjang terlaksananya program puskesmas santun
lansia di kota Padang, senada dengan pernyatan Ruliyandari (2018) yang menyebutkan untuk
puskesmas santun lansia diperlukan tenaga minimal yang tersedia diantaranya adanya dokter
umum dengan pengetahuan geriatric, dokter gigi dengan pelatihan geriatric, perawat yang
telah memiliki pengetahuan mengenai gerontik dan ahli gizi lansia.
4. Pelayanan khusus lansia

11
Tenaga kesehatan terampil sangat penunjang terlaksananya program puskesmas santun
lansia di kota Padang, senada dengan pernyatan Ruliyandari (2018) yang menyebutkan untuk
puskesmas santun lansia diperlukan tenaga minimal yang tersedia diantaranya adanya dokter
umum dengan pengetahuan geriatric, dokter gigi dengan pelatihan geriatric, perawat yang
telah memiliki pengetahuan mengenai gerontik dan ahli gizi lansia.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lansia adalah suatu wadah pelayanan kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk lansia, yang proses
pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya
masyarakat (LSM) lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial
dan lain-lain, dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan
preventif.
3.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah kita sebagai perawat harus bisa
menjalankan posyandu lansia dengan baik karena posyandu lansia merupakan salah satu
fasilitas kesehatan yang memfasilitasi lansia secara promotif dan preventif

13
DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, S. N., & Nasution, S. M. (2020). Gambaran Pelaksanaan Program Puskesmas Santun
Lansia Di Kota Padang Tahun 2020. In Prosiding Forum Ilmiah Tahunan (Fit) Iakmi.
Rekawati, E., Hamid, A. Y. S., Sahar, J., Widyatuti, W., & Sari, N. L. P. D. Y. (2019). Model
Keperawatan Keluarga Santun Lansia Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Asuhan
Keluarga Pada Lansia: A Literature Review. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
(Journal Of Health Research Forikes Voice), 10(3), 173-177.
Ruliyandari, R. (2018). Implementasi Program “Santun Lansia” Puskesmas Kabupaten
Sleman. Kes Mas J Fak Kesehat Masy, 12(1), 8-14.
Hidayah, K. N. Diana, E. M. (2016). Peranan Posyandu Harapan Bunda dalam Meningkatkan
Kualitas Kesehatan Masyarakat (Studi pada Dusun Paraan Desa Plosorejo Kecamatan
Kademangan Kabupaten Blitar). Translitera: Jurnal Kajian Komunikasi dan Studi Media,
4(2), 49-62.
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Situasi dan Analisis Lanjut Usia.
“Info datin lansia 2016.”
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin-lansia-
2016. Pdf (Diakses November 3, 2021).
Ismawadi, Cahyo. (2011). Posyandu dan Desa Siaga: Panduan untuk Bidan dan Kader.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Kemenkes RI. (2016). Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019.
Rochana, Ruliyandari. 2018. Implementasi Program “Santun Lansia” Puskesmas Kabupaten
Sleman. UAD. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Volume 12, Issue 1,
March 2018, pp. 8 ~ 14 ISSN: 1978 – 0575

Hasanah, S, N., Suci, M, N. 2020. Gambaran Pelaksanaan Program Puskesmas Santun Lansia di
Kota Padang Tahun 2020. Prosiding Forum Ilmiah Tahunan IAKMI. E-ISSN : 2774-3217

Infodatin. 2014. Situasi dan Analisis lanjut usia. Kemenkes RI.

Indriati, Sunar, dkk. 2019. Semiloka Forum Nasional IV Jaringan Kebijakan Nasional tentang
Penilaian Kepatuhan Terhadap Standar Kebijakan Nasional untuk Pelayanan Kesehatan
Lansia di Yogyakarta.

14
15

Anda mungkin juga menyukai