Anda di halaman 1dari 28

PADA PASIEN DENGAN HEMOROID

Di susun oleh :
NUR RIZQI AMALIA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis
(Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan

penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid
sering terjadi pada orang dewasa dengan umur 45 sampai 65 tahun ( Chong dkk.2008 ). Penyakit
hemoroid yang terjadi di Amerika Serikat merupakan penyakit yang cukup umum dimana pasien
dengan umur 45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294
per 100.000 jiwa (Everheart, 2004). Sebuah penelitian yang dilakukan di Iran menunjukan sebanyak
48 persen dari pasien yang menjalani sigmoidoskopi dengan keluhan perdarahan pada anosrektal
memperlihatkan adanya hemoroid ( Nikpour dan Asgari, 2008 ). Berdasarkan penelitian dari sepuluh
juta orang di Indonesia di laporkan menderita hemoroid dengan prevalensi 4 persen.

Penyakit hemoroid dibagi menjadi 2, yang pertama adalah hemoroid interna yaitu hemoroid yang
berasal dari bagian atas sfingter anal serta di tandaidengan perdarahan. Yang kedua adalah hemoroid
eksterna yaitu hemoroid yang cukup besar, sehingga varises muncul keluar anus dan di sertai nyeri.
( Broker, 2009 )
Penyakit hemoroid ini disebabkan beberapa fakrtor beberapanya obtipasi
(konstipasi/sembelit) yang menahun, penyakit yang sering membuat penderita mengejan,
penyempitan saluran kemih, sering melahirkan anak, sering duduk, diare yang menahun dan
bendungan pada rongga pinggul karena tumor rahim atau kehamilan. (Riyadi, 2010) tanda dan gejala
penyakit hemoroid tidak dapat disembuhkan, hemoroid ekstera bias mengalami

thrombosis karena tekanan tinggi pada vena kanalis yang menyebabkan ditandai adanya implamasi
dan edema.nyeri akan sangat kuat pada saat defekasi. Hemorrhoid dapat dicegah dengan minum air
putih yang cukup, makan sayuran yang banyak, dan buah-buahan yang
banyak, sehingga membuat feces tidak mengeras. Apabila banyak memakan makanan yang
mengandung serat dan banyak minum air putih yang banyak dapat meperlancar defekasi, selain itu
ginjal menjadi sehat (Gotera, 2006). Selain itu hemorrhoid dapat dicegah dengan cara olahraga yang
cukup, duduk tidak terlalu lama dan berdiri tidak terlalu lama (Merdikoputro, 2006). Dalam hal ini,
peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu klien yang mengalami hemoroid agar mempu
memaksimalkan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan

aktivitas daily living untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, kami sempat
tertarik untuk membahas asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka terdapat masalah yang
akan dirumuskan dalam makalah ini adalah:

a) Bagaimana tinjauan medis dengan hemoroid?


b) Bagaimana asuhan keperawatan perioperatif pada klien dengan hemoroid?
1.3 TUJUAN
a) Penulis mampu mengidentifikasi tinjauan medis pada klien dengan hemoroid
b) Penulis ampu mengidentifikasi asuhan keperawatan perioeratif pada klien dengan hemoroid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di

daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih
kompleks yakni melibatkan beberapa unsure berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot
disekitar anorektal (Felix, 2006). Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam
pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena
hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum
(Nugroho, 2011).
2.1.1 Klasifikasi hemoroid

1) Ambeien Internal
Hemoroid internal adalah pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga tidak

bisa dilihat atau diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena
hanya ada sedikit syaraf di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah
pendarahan saat buang air besar. Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien
internal ini membesar dan keluar ke bibir anus yang menyebabkan kesakitan. Ambeien
yang terlihat berwarna pink ini setelah sembuh dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga
didorong masuk. Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat yaitu :
Derajat I

a) Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi


b) Tanpa disertai rasa nyeri
c) Tidak terdapat prolaps
d) Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid yang menonjol
ke dalam lumen
Derajat II

a) Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi


b) Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan)
Derajat III

a) Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi


b) Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus didorong
dengan jari (reposisi manual)
Derajat IV

a) Terdapat perdarahan sesudah defekasi


b) Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah direposisi
akan keluar lagi)
2.2.2 Ambeien / Hemoroid Eksternal

Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma,
bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2.2 ETIOLOGI
Menurut Vill alba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui
secara pasti, beberapa factor pendukung yang terlibat diantaranya adalah :

1) Penuaan

2) Kehamilan

3) Hereditas
4) Konstipasi atau diare kronik

5) Penggunaan toilet yang berlama – lama


6) Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama
Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi
medis atau penyalit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko
hemoroid seperti berikut:

1) Perubahan hormon (kehamilan)


2) Mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram
3) Berdiri terlalu lama
4) Banyak duduk
5) Sering mengangkat beban berat
6) Sembelit diare menahun (obstipasi)
7) Makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah)
8) Keturuna penderita wasir(genetik)
2.3 PATOFISIOLOGI
Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu
menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena. dilatasi

tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1)


Interna (dilatasi sebelum spinter)
a) Bila membesar baru nyeri
b) Bila vena pecah, BAB berdarah anemia

2) Eksterna (dilatasi sesudah spingter)


a) Nyeri

b) Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi.


Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala
ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prollaps. Diet rendah serat menyebabkan bentuk
feses menjadi kecil yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini
menyebabkan pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan gengguan oleh venous return (Muttaqin,
2011).Obstipasi, sering mengejan, kehamilan, banyak duduk,kongesti renal

Muttaqin,2011, Yasmin Asih,2006, Made Sumarwati,2010 )


 MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Vill Alba dan Abbas, 2007 ) yaitu :

1. Hemoroid internal

2. Prolaps dan keluarnya

3. Rasa tak nyaman


4. Hemoroideksternal

1. Rasa terbakar.
2. Nyeri (jikamengalami trombosis).
3.
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal
seperti berikut :

1. Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah buang air besar

(BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga timbul di luar wakyu
BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.

2 Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual merupakan cirri
khas/ karakteristik hemoroid.

3 Nyeri dan rasa tidak nyaman


Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di bawah anus), benjolan
keluar anus, polip rectum, skin tag.
4 Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus

Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan merupakan tanda
hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan
pembengkakan kulit.

 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan derajat hemoroidnya.

1. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang nyeri pada anal verge.
Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian analgesik, sitz baths,

dan pelunak feses. Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di bawah anestesi lokal
dianjurkan. Pengobatan secara bedah menawarkan penyembuhan yang cepat, efektif dan
memerlukan waku hanya beberapa menit dan segera menghilangkan gejala. Penatalaksanaan secara
bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke lateral dan lutut di lipat (posisi seems),
dasar hematom diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian atas
bokong didorong untuk memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong berbentuk elips
menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan segera memperlihatkan bekuan

darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang dapat dikeluarkan dengan tekanan atau diangkat
keluar dengan forsep.

2. Hemoroid Interna
Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya.

Hemoroid Interna
Derajat Berdarah Prolaps Reposisi

I + – –

II + + Spontan

III + + Manual

IV + Tetap Irreponibel
Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna
selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus.
Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.

1. Hemoroid derajat I dan II


Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang

sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi,
misalnya sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini membuat gumpalan isi usus menjadi
besar namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara
berlebihan.

2. Hemoroid Derajat III dan IV


Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak perlu dilakukan
hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid yang
menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis dan akhirnya fibrosis. Tidak
dipakai secara luas karena mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan

luasnya. Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang menahun dan
mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).
Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus dan mukosa,
pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa pleksus. Teknik
pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode :

1. Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna, mengadakan
jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi di
atas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem diikat, diikuti usaha
kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan karena mudah dan tidak mengandung risiko
pembentukan jaringan parut sirkuler yang biasa menimbulkan stenosis.

2. Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan membebaskan mukosa


dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu, sambil
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.

3. Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih unggul dan
lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang

dibandingkan dengan metode yang lain.


2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Anamnesa atau riwayat penyakit

2. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi


Pada inspeksi hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah mengandung trombus. Hemoroid
interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa. Untuk membuat
prolaps dapat dengan menyuruh pasien untuk mengejan.

1. rektaltouche (colok dubur)


Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab

tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba
apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan
fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

1. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi


Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan
untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita
disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol

ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar
dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
1. Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan

fisiologik saja atau tanda yang menyertai.


1. frontgen (colon inloop) dan kolonoskopi
2. pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjangDiperlukan untuk
mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).
 KOMPLIKASI HEMOROID
Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi yaitu :

1. Perdarahan, dapat sampai anemia.

2. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)

3. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh
sfingter ani.

4. Luka dan infeksi

 DIAGNOSA BANDING

1. Perdarahan juga dapat terjadi pada :

2. Carcinoma kolorektal

3. Divertikulitis

4. Kolitis ulserosa

5. Polip adenomatosa

6. Benjolan juga dapat terjadi pada :


7. Anorektal

8. Prolaps rekti (procidentia)


BAB 3

Woc

(Web of caution)
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEMOROID

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa setiap adanya ri pada servikal merupakan

hal yang penting diwaspadai. Pengkajian


Anamnesa
Tanggal MRS : 13 november 2017 jam 17.00
Tanggal Pengkajian : 13 november 2017 jam 18.00
No. Registrasi : 190522
Diagnose Medis : hemoroid
Pengumpulan data

2. Identitas
Nama Pasien : Ny. M

Usia : 42 thn
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : sumbermanjing wetan rt.20 rw. 05
Pendidikan : smp
Agama : islam
3. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada

anus atau nyeri pada saat defikasi.


4. Riwayat penyakit
a.Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan
pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD.

5. Pemeriksaan Fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada
tempat tidur.

 Inspeksi

 Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.

 Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.


Warna benjolan terlihat kemerahan.
 Benjolan terletak di dalam ( internal ).

o Palpasi
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan rektal
tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut dengan
konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.
 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan)


2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan,
imunitas tubuh primer menurun
3. PK: Perdarahan

4. Kurang pengetahuan tentang Ca Rekti dan pilihan pengobatan berhubungan dengan kurang
paparan sumber informasi

5. Sindrom defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya, nyeri

6. Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi post pembedahan

o INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut Arif Muttaqin (2008) tujuan perencanaan dan implementasi dapat mencakup
perbaikan pola pernapasan, perbaikan mobilitas, pemeliharaan integritas kulit, menghilangkan

retensi urine, perbaikan fungsi usus, peningkatan rasa nyaman, dan tidak terdapatnya komplikasi.

Diagnosa keperawatan RENCANA INTERVENSI


Nyeri akut berhubungan NOC :
dengan: NIC :
 Pain Level,
Agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis), kerusakan  Lakukan pengkajian nyeri secara
jaringan  pain control, komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
 comfort level Setelah
kualitas dan faktor
dilakukan tinfakan
keperawatan presipitasi
DS:  Fokus menyempit  Respon autonom

 Laporan secara verbal (penurunan persepsi (seperti diaphoresis, perubahan

DO: waktu, kerusakan tekanan darah, perubahan nafas,

 Posisi untuk proses berpikir, nadi dan selama …. Pasien tidak


penurunan interaksi
menahan nyeri 
mengalami nyeri, dengan kriteria
dengan orang dan
Tingkah laku hasil:
lingkungan)
berhati-hati
 Mampu
 Tingkah laku
 Gangguan tidur (mata sayu,
mengontrol nyeri
tampak capek, sulit atau distraksi, contoh : jalan-
(tahu penyebab nyeri, mampu
gerakan kacau, menyeringai) jalan, menemui orang lain
menggunakan tehnik nonfarmakologi
 Terfokus pada diri dan/atau aktivitas,
untuk mengurangi nyeri, mencari
aktivitas
sendiri bantuan)
berulang-ulang)
 Melaporkan bahwa nyeri dapat mempengaruhi nyeri berapa lama nyeri akan berkurang
berkurang dengan menggunakan seperti suhu ruangan, dan antisipasi ketidaknyamanan
manajemen nyeri pencahayaan dan kebisingan dari
prosedur
dilatasi pupil)
 Monitor vital sign
 Perubahan sebelum
autonomic dalam dan sesudah pemberian
tonus otot (mungkin analgesik pertama kali
dalam rentang dari Risiko infeksi

lemah ke kaku) Faktor-faktor risiko : o

 ·Tingkah laku Prosedur Infasif o

ekspresif (contoh : Kerusakan jaringan


gelisah, merintih, dan peningkatan

menangis, waspada, paparan lingkungan


o Malnutrisi o

iritabel, nafas
Peningkatan paparan
panjang/berkeluh
lingkungan patogen o

kesah) Imonusupresi o Tidak


 Perubahan dalam adekuat
pertahanan sekunder
nafsu makan dan
minum (penurunan Hb,
Leukopenia,
 Mampu mengenali nyeri (skala,  Kurangi faktor presipitasi
penekanan respon inflamasi) o

intensitas, frekuensi dan tanda nyeri


Penyakit kronik
nyeri)  Kaji tipe dan sumber nyeri
NOC :
 Menyatakan rasa nyaman setelah untuk menentukan intervensi
o Immune Status o Knowledge :
nyeri berkurang Infection control o Risk control Setelah
 Ajarkan tentang teknik non
 Tanda vital dalam rentang normal farmakologi: napas dala, dilakukan tindakan keperawatan
relaksasi, distraksi, kompres selama…… pasien tidak mengalami infeksi
 Tidak mengalami gangguan tidur
hangat/ dingin dengan
 Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan  Berikan analgetik untuk
kriteria hasil:
mengurangi nyeri: ………
 Bantu pasien dan keluarga

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
untuk mencari dan  Tingkatkan istirahat

menemukan dukungan  Berikan informasi tentang Menunjukkan kemampuan untuk NIC : o


Kontrol lingkungan yang nyeri seperti penyebab nyeri, Pertahankan teknik aseptif o

Batasi pengunjung bila perlu o Cuci


tangan setiap sebelum dan b V

sesudah tindakan keperawatan a

g p
G
e
a
u
r
i
n
i
a f
a
k e
l
a r
a
n
t d
a
b
p n
a
e
j
l d
u
r
i
,
e
n
s
d
s s
u
a i
n
r n
g g
u
G
n
a s
g
n e
t s
t
i u
a
a
n l i
g e
a t d
n a e
k n

s g
I
e
a s c
n i
o

petunjuk umum o Gunakan


o

kateter intermiten untuk


M
menurunkan infeksi kandung
B o
kencing
e n
Ti r i
n i t
g k o
k a r
a n
t
t
k t a
a e n
n r d
a a
i p
n i d
t
a
a a n
k n
e t g
i e
n b j
u i a
t o l
r t a
i i

o Imunosupresi mencegah o Malnutrisi infeksi sistemik dan lokal


timbulnya infeksi
o Pertahankan teknik isolasi k/p
o Pertahan primer tidak  Jumlah leukosit
adekuat (kerusakan dalam batas norm kulit, o Inspeksi kulit dan membran
trauma jaringan,  Menunjukkan
mukosa terhadap kemerahan,

panas, drainase o
gangguan peristaltik) perilaku hidup sehat Monitor adanya luka o
Dorong masukan cairan o

Status imun, Dorong istirahat
gastrointestinal, o Ajarkan pasien dan keluarga
genitourinaria dalam tanda dan gejala infeksi
batas norma
o Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam

Konstipasi berhubungan NOC:


NIC :
dengan 
Bowl Manajemen konstipasi
Elimination
o Fungsi:kelemahan a. Identifikasi faktor-faktor yang

otot abdominal, Hidration Setelah
menyebabkan konstipasi
Aktivitas fisik tidak dilakukan tindakan
b. Monitor tanda-tanda ruptur
mencukupi keperawatan selama …. bowel/peritonitis
konstipasi
o Perilaku defekasi c. Jelaskan penyebab dan
tidak teratur pasien teratasi dengan
rasionalisasi tindakan pada

pasien

d. Konsultasikan dengan dokter


o Perubahan lingkungan kriteria hasil:
o Toileting tidak  Pola BAB adekuat: posisi tentang peningkatan dan

dalam batas defekasi, privasi normal penurunan bising usus

o Psikologis: depresi,  Feses lunak stress emosi, e. Kolaburasi jika ada tanda dan

Cairan dan gangguan mental serat adekuat gejala konstipasi yang
menetap
o Farmakologi: antasid,  Aktivitas antikolinergis,
adekuat f. Jelaskan pada pasien

antikonvulsan,  Hidrasi adekuat manfaat diet (cairan dan antidepresan, kalsium


serat) terhadap eliminasi
karbonat,diuretik, g. Jelaskan pada klien
besi, overdosis konsekuensi menggunakan
laksatif, NSAID, laxative dalam waktu yang
opiat, sedatif. lama

o Mekanis: h. Kolaburasi dengan ahli gizi

ketidakseimbangan diet tinggi serat dan cairan


elektrolit, hemoroid, Dorong peningkatan
i.
aktivitas yang optimal
gangguan neurologis, j.
Sediakan privacy dan
obesitas, obstruksi keamanan selama BAB
pasca bedah, abses
rektum, tumor

o Fisiologis: perubahan
pola makan dan jenis makanan, penurunan

motilitas gastrointestnal, dehidrasi,


intake serat dan cairan kurang,
perilaku makan yang
buruk DS:

o Nyeri peruto Ketegangan perut


o Anoreksia o Perasaan tekanan
pada rektum o Nyeri kepala o

Peningkatan tekanan
abdominal o Mual o Defekasi
dengan nyeri

DO:
o Feses dengan darah segar

o Perubahan pola BAB o Feses


berwarna gelap o Penurunan
frekuensi
BAB
o Penurunan volume feses

o Distensi abdomen o Feses keras o

Bising usus hipo/hiperaktif

o Teraba massa abdomen atau rektal

o Perkusi tumpul o Sering flatus



Muntah
CONTOH KASUS
PADA PASIEN POST OP HEMOROID
Tanggal masuk : 10 November 2017 Ruang : Bedah
Tanggal pengkajian : 13 November 2017
Diagnosa medis : Hemoroid
1. A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 22 Tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Alamat : Ketanggungan
1. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. T
Usia : 27 Tahun
Alamat : Ketanggungan
Pekerjaan : Wiraswasta Hub. Dengan klien :
Suami

1. B. 1. RKeluhan utamaIWAYAT KESEHATAN

Klien mengatakan nyeri pada daerah anus


2 Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk RSUD Brebes tanggal 10 November 2017, saat di IGD klien mengeluh berak darah, mual, lemes, nyeri
anus saat BAB, nyerinya seperti ditususk-tusuk dengan skala 6. Namun saat dilakukan pengkajian di ruangan, klien
mengatakan sudah tidak mual lagi. Tapi pasien mengalami susah BAB dan lemas, klien belum BAB selama 2 hari.
1. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien tidak pernah dirawat di RS sebelumnya, Klien tidak memiliki alergi dan keluarga tidak ada riwayat penyakit
yang sama dengan klien
2. C. PEMERIKSAAN FISIK

PRE OPERASI
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital
1. TD : 130/80 3. S : 36°C
2. N : 88x/ menit 4. RR : 24x/menit
4. Pemeriksaan head to toe
1. Kepala
Wajah dan kulit kepala
Kulit kepala bersih, rambut beruban, wajah tampak pucat
2. Mata
Fungsi dan bentuk normal, tanpa menggunakan alat bantu penglihatan, sclera anikterik, konjungtiva anemis
3. Hidung
Bentuk dan fungsi normal, tidak ada polip dan secret
4. Telinga
Fungsi dan bentuk normal, tidak ada serumen
5. Mulut
Gigi, gusi, dan lidah bersih
6. Leher
Tidak ada pembesaran tyroid maupun vena jugularis
7. Thorax dan Paru
Bentuk dada simetris, paru bergerak cepat, dan bunyi paru ronchi, irama an regular, frekuensi 18x/menit
8. Jantung
Normal, tidak ada keluhan
9. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada keluhan
10. Ginjal
Normal, tidak ada keluhan
11. Genetalia
Klien mengatakan tidak ada keluhan
12. Musculoskeletal
Ekstermitas atas normal, pada tangan kiri terpasang infuse RL 20 TPM, ekstermitas bawah normal, tidak
ada nyeri tekan.
13. Integument
Turgor kulit baik, tidak ada nyeri tekan, warna sawo matang.
14. Anus

3. D. Anus kemerahanPOLA KEGIATAN SEHARI – HARI


a) Pola Persepsi
Klien mengatakan sehat itu penting, untuk menjaga agar tetap sehat klien makan 3x sehari. Bila sakit
biasanya klien hanya membeli obat warung.
b) Pola Nutrisi
Sebelum sakit klien makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk dan minum 5-6 gelas sehari, tanpa ada
pantangan makanan
Selama dirawat makan 3x sehari habis ½ porsi yang disediakan dengan sayur dan lauk.
Minum 5-6 gelas sehari
c) Pola eliminasi
Sebelum sakit klien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi keras, warn adan
bau khas, ada darahnya. BAK 5 – 8x/ hari
Selama sakit klien mengatakan selama di RS BAB 2 hari 1x dengan konsistensi keras,campur darah, baunya
khas, BAK 5-8x sehari .
d) Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien tidur malam 7-8 sehari dari jam 21.00 – 08.00 WIB tanpa ada gangguan.
Selama sakit klien tidur malam tidak ada gangguan, siang juga sama.
e) Pola aktivitas
Sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit aktivitas klien mandiri.

Pola kognitif
Klien tidak mengalami gangguan fungsi panca indra dan tidak mengalami gangguan pola pokir serta
orientasi.

Konsep diri
Klien dengan keluarganya menyatakan setelah klien dilakukan tindakan keperawatan dan
pengobatan, berharap akan segera sembuh dan segera pulang ke rumah dan berkumpul

 dengan keluarganya kembali.Peran hubungan


Klien adalah seorang ibu rumah tangga yang kegiatan kesehariannya membantu suami di sawah, selama sakit
klien merasa diperhatikan oleh anak-anaknya karena selama sakit mereka bergantian untuk menunggu dan
menjaganya.

Nilai dan keyakinan
Klien beragama islam yang taat beribadah dan sel ama dirawat klien hanya bisa berdo’a untuk
kesembuhannya.

THERAPI
Therapi Dosis Cara Pemberian
Infus R L 20 TPM IV
Ketorolax 2 × 1 Ampul IV
Ceftriaxone 2× 1 Ampul IV 4. E.
.
5 F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hematologi Hasil tes Nilai normal


Hb 13 g % L : 13-16g % dan W : 11-14 g%
Leukosit 9000 4000-10000/mm2drh
Trombosit 350.000 200.000-500.0 00 mmHg
Hematocrit 46 vol % L : 40-48 vol % dan W : 37-42 vol %
Eritrosit 3.4 2.40 – 5.90
Eosinofil 0.70 0–1
Basofil 0.20 50 – 70
Natrofil 78.00 25 – 40
Limfosit 13.10 2–8

.
6 G. ANALISA DATA

No Tanggal Data Etiologi Problem


1 13-11-13 DS : Klien mengatakan nyeri Agen cedera fisik N yeri
saat BAB
DO : Wajah pucat
– Kesakitan
– S kala 6
2 13-11-13 DS : Klien m engatak an Mengabaikan Konstipasi
mengalami kesulitan dalam BAB dorongan untuk
dan BAB nya campur darah. defekasi akibat
DO : Mual muntah dan tidak nyeri selama
dapat makan eliminasi
– N y eri tekan abdomen
– N yeri pada saat defekasi

7. H. D A F T A R MASALAH
No Diagnose Keperawatan Tgl Timbul Tgl Teratasi Paraf
1 Nyeri berhubungan dengan agen 13-11-13
cidera fisik (iritasi, tekanan dan
sensitifitas pada area rectal)
2 konstipasi berhubungan dengan 13-11-13
dorongan untuk defekasi akibat
nyeri selama eliminasi
.
8 I. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Paraf
13-11- I Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi dan catat
17 keperawatan selama 3×24 jam lokasi, berat dan
diharapkan nyeri klien berkurang karakteristik
dengan kriteria hasil : 2. Tingkatkan tirah baring
– Nyeri hilang dan berikan posisi

nyaman pada klien


– Klien tampak segar 3. Latih teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri.

4. Kolaborasi pemberian obat anti nyeri.


13-11- II Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan klien untuk
17 keperawatan selama 3×24 jam banyak minum air putih
diharapkan nyeri klien tidak terjadi 2. Anjurkan klien untuk
konstipasi dengan kriteria hasil : mengkonsumsi makanan
– Feses normal tinggi serat
– BAB tidak sakit 3. Kolaborasi pemberian – Tidak berdarah lagi obat pencahar.

.
9 J. TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal Jam Dx Implementasi Respon Paraf


13-11-17 08:00 I 1. Mengobservasi, catat o
Klien mengatakan
lokasi, berat dan nyeri berkurang
karakteristik nyeri (skala 3)
2. Memposisikan posisi o
Klien mengatakan
nyaman pada klien nyaman dengan
3. Memberikan injeksi posisi yang
IV anti nyeri diberikan perawat
o
Obat masuk tidak
ada alergi
13-11-17 10:00 II 1. Memberikan o
Klien makan
makanan yang makanan yang tinggi
2. tinggi serat serat
3. Menganjurkan klien o
Pasien mau
untuk mengikuti anjuran
banyak minum air putih klien
1. Memberikan obat o
Klien mau diberi
suppositorial obat.
10. K.
Tanggal Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf
14-11-17 10:00 I S : – Klien mengatakan nyeri berkurang dengan
skala 3
O : Klien tampak tenang
A : Masalah teratasi sebagian
Kriteria SB SS
Nyeri hilang 4 3
Klien tampak segar 3 1
Ket : SB : Sebelum, SS : Sesudah,
5 : SB, 4 : B, 3 : R, 2 : S, 1 : TK
P : Pertahankan intervensi
14-11-17 10:00 II S : – Klien mengatakan BAB lembek
O : Wajah klien tampak segar
A : Masalah teratasi
Kriteria SB SS
Feses normal 3 1
BAB ti dak sakit 4 1
Tidak berdarah lagi 3 1
Ket : SB : Sebelum, SS : Sesudah,
5 : SB, 4 : B, 3 : R, 2 : S, 1 : TK
P : Hentikan intervensi CATATAN
PERKEMBANGAN
 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,
implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan.


EVALUASI
Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Tahap penilaian atau
evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya. Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut :

1. Kartu SOAP(data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan) dapat dipakai untuk
mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.

2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian diagnosis

keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER merupakan komponen utama dalam catatan perkembangan
yang terdiri atas:

1. S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia.

2. O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tandatanda akibat
penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.

3. A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis/dikaji dari data subjektif
dan data objektif. Karena status klien selalu berubah yang mengakibatkan informasi/data perlu
pembaharuan, proses analisis/assessment

bersifat diinamis. Oleh karena itu sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan
diagnosis, rencana, dan tindakan.

4. P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan, baik yang


sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki
keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah
ditentukan.

5. I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan atau menghilangkan masalah
klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi harus dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang
telah ditetapkan.
6. E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis respons klien terhadapintervensi
yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak tercapai, harus dicari alternatif intervensiyang memungkinkan
kriteria tujuan tercapai.
7. R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama diagnosis dan tujuan jika ada indikasi
perubahan intervensi atau pengobatan klien. Revisi proses

asuhan keperawatan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang telah
ditetapkan.
BAB V FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS PASIEN


a. Nama Pasien :
b. Tgl lahir/ Umur :
c. Agama :
d. Pendidikan :
e. Alamat :
f. No RM :
g. Diagnosa Medis:
2. IDENTITAS ORANG TUA/ PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : b. Umur :
c. Agama :
d. Pendidikan :
e. Pekerjaan :
f. Hubungan dengan pasien :

A. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Penyakit : □ DM □ Asma □ Hepatitis □ Jantung □ Hipertensi □ HIV □ Tidak ada
3. Riwayat Operasi/anestesi : □ Ada □ Tidak ada
4. Riwayat Alergi : □ Ada, sebutkan.................. □ Tidak ada
5. Jenis Operasi :
6. TTV :Suhu :______ C,Nadi :______x/mnt,Respirasi :______x/mnt,TD : mmHg
7. TB/BB :
8. Golongan Darah : Rhesus :
RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL
9. Status Emosional
□ Tenang □ Bingung □ Kooperatif □ Tidak Kooperatif □ Menangis □ Menarik diri
10. Tingkat Kecemasan : □ Tidak Cemas □Cemas
11. Skala Cemas : □ 0 = Tidak cemas □1 = Mengungkapkan kerisauan
□ 2 = Tingkat perhatian tinggi
□ 3 = Kerisauan tidak berfokus
□ 4 = Respon simpate-adrenal
□ 5 = Panik
12. Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahan □ 0-1 □ 2-3 □4-5 □ 6-
7 □ 8-9 □ 10
13. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:
Normal
Jika Tidak normal, jelaskan
YA TIDAK
Kepala
Leher
Dada
Abdomen
Genitalia
Integumen
Ekstremitas
14. Hasil Data Penunjang
15. Laboratorium :
16. EKG
17. Rontgen :
18. USG :
19. Lain-lain :

B. INTRA OPERASI
1. Anastesi dimulai jam :
2. Pembedahan dimulai jam :

3. Jenis anastesi :
□Spinal □ Umum/general anastesi □ Lokal □ Nervus blok □……………
4. Posisi operasi :
□terlentang □ litotomi □ tengkurap/knee chees □ lateral : □ kanan □ kiri □ lainnya......
5. Catatan Anestesi :
6. Pemasangan alat-alat :
Airway : □ Terpasang ETT no :........ □ Terpasang LMA no:........ □ OPA □ O2 Nasal 7. TTV : Suhu C , Nadi
x/mnt, Teraba □ kuat, □ Lemah, □ teratur, □ tidak teratur, RR x/mnt, TD mmHg, Saturasi O2____%
8. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas
Normal
Keterangan
YA TIDAK
Kepala
Leher
Dada
Abdomen
Genitalia
Integumen
Ekstremitas
Total cairan masuk
□ Infus : cc
□ Tranfusi :_______cc
Total cairan keluar
□ Urine :_______cc
□ Perdarahan :_______cc
Balance cairan :____cc

C. POST OPERASI
1. Pasien pindah ke :
Pindah ke ICU/PICU/NICU, jam___________Wib
RR , jam___________Wib
2. Keluhan saat di RR : □ Mual □ Muntah pusing □ Nyeri luka operasi □ Kaki terasa baal □ Menggigil lainnya…..
3. Keadaan Umum : Baik □ Sedang □ Sakit berat
4. TTV :
Suhu______oC, Nadi______x/mnt, Rr_______x/mnt, TD______mmHg, Sat O2______%
5. Kesadaran : CM □ Apatis □ Somnolen □ Soporo □ Coma
6. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:
Normal
Jika Tidak normal, jelaskan
YA TIDAK
Kepala
Leher

Dada
Abdomen
Genitalia
Integumen
Ekstremitas
Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahankan
□ 0-1 □ 2-3 4-5 □ 6-7 □ 8-9 □ 10

II. ANALISA DATA (meliputi pre, intra dan post op)


III. DIAGNOSA KEPERAWATAN (meliputi pre,inta, dan post op)
IV. RENCANA KEPERAWATAN(meliputi pre, intra dan post operasi)
V. IMPLEMENTASI (meliputi pre, intra dan post operasi) VI. EVALUASI: (meliputi pre, intra dan post operasi)

Kelebihan : menurut saya format asuhan keperawatan diatas lengkap, karena meliputi asuhan keperawatan pada
pre operasi, intra operasi, post operasi, sehingga kita bisa memantau kondisi pasien dan memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul.
Kekurangan : format asuhan keperawatan diatas hanya bisa digunakan diruangan khusus bedah saja
Menurut saya format tersebut bisa digunakan di Rumah Sakit Islam Gondanglegi, khusus untuk pasien dengan
kasus bedah.
BAB V PENUTUP

 KESIMPULAN
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah
pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan

membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Menurut Mutaqqin (2011) etiologi
hemoroid yaitu : perubahan hormon (kehamilan), mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram, berdiri
terlalu lama, banyak duduk, sering mengangkat beban
berat, sembelit diare menahun (obstipasi), makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-
rempah), keturuna penderita wasir(genetik). Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien
hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti berikut : Perdarahan, Benjolan, Nyeri dan rasa tidak nyaman, Basah, gatal
dan hygiene yang kurang di anus. Pemeriksaan penunjang hemoroid yaitu : anamnesa atau riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur), pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi
dan rektoskopi, Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi, rontgen (colon inloop) dan kolonoskopi, pemeriksaan
darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang. Komplikasi dari hemoroid adalah Anemia, jarang terjadi dan
trombosis akut pada prolaps hemorroid.

 SARAN
Selayaknya seorang mahasiswa keperawatan dan seorang perawat dalam setiap pemberian asuhan keperawatan
termasuk dalam asuhan keperawatan pada klien hemoroid menggunakan konsep yang sesuai dengan kebutuhan
dasar manusia yang bersifat holistic yang meliputi aspek biopsikospiritual dan semoga makalah ini dapat digunakan
sebagai titik acuh khalayak umum.
BAB VI DAFTAR PUSTAKA

Pierce A, Grace & Neil R Borley. 2007. At a Glance : Ilmu Bedah Ed.3.Jakarta : EMS R. Syamsuhidajat & Wim
de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2.

beberapa sumber web : Conectique.com, hemorrhoid.net dan dewabenny.com Carpenito, Moyet dan
Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10.
Jakarta: EGC, 2006.
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia Umami. Editor Amalia S. Edisi
3. Jakarta: Erlangga, 2006.
Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: Salemba Medika, 2011.
Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 2010.
Sjamsuhidayat, Win de Jong. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu Bedah,

Ed.2.jakarta. EGC, 2004.


Gouda m. ellabban, World Journal of Colorectal Surgery, Stapled Hemorrhoidectomy versus
Traditional Hemorrhoidectomy for the Treatment of Hemorrhoids, 2010

Anda mungkin juga menyukai