Anda di halaman 1dari 7

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 68

Tinjauan Pustaka

Kelainan Hemostasis pada Leukemia


Zelly Dia Rofinda

Abstrak
Latar belakang: Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang ditandai dengan
penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel leukemik. Salah satu manifestasi klinis
dari leukemia adalah perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kelainan hemostasis.
Kelainan hemostasis yang dapat terjadi pada leukemia berupa trombositopenia, disfungsi trombosit,
koagulasi intravaskuler diseminata, defek protein koagulasi, fibrinolisis primer dan trombosis. Patogenesis dan
patofosiologi kelainan hemostasis pada leukemia tersebut terjadi dengan berbagai mekanisme.

Kata kunci: leukemia, kelainan hemostasis

Abstract
Background: AbstractLeukemia is a malignancy of hematopoietic tissue which is characterized by
substituted of bone marrow element with abnormal blood cell or leukemic cell. One of clinical manifestation of
leukemia is bleeding that is caused by several hemostasis disorders.Hemostasis disorders in leukemia such as
thrombocytopenia, platelet dysfunction, disseminated intravascular coagulation, coagulation protein defect, primary
fibrinolysis and thrombosis. Pathogenesis and pathophysiology of thus hemostasis disorders in leukemia occur with
different mechanism. Perdarahan yang mengancam jiwa lebih sering terjadi
Keywords: leukemia, hemostasis disorder pada leukemia akut dan merupakan masalah yang

serius. Perdarahan menjadi penyebab utama


Affiliasi penulis : Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran morbiditas dan mortalitas pada leukemia akut terutama
UnandKorenpondensi: Bagian Patologi Klinik FK Unand pada leukemia mielositik akut dengan diferensiasi
Korespondensi : Zelly Dia Rofinda, Bagian Patologi Klinik Fakultas monositik dan leukemia promielositik akut.6 Komplikasi
Kedokteran UnandKorenpondensi: Bagian Patologi Klinik FK Unand perdarahan mengakibatkan mortalitas 7 – 10% pada
zelly_diarofinda@yahoo.com Telp: 0751 - 841514
pasien leukemia akut yang terjadi dalam beberapa hari
atau minggu pertama setelah diagnosis.7,8
Pendahuluan Leukemia yang paling sering dihubungkan
Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan dengan perdarahan yang mengancam jiwa adalah
hematopoietik yang ditandai dengan penggantian Leukemia Promielositik Akut (AML-M3 atau APL) yaitu
elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal suatu subtipe leukemia mielositik akut yang ditandai
atau sel leukemik. Hal ini disebabkan oleh proliferasi dengan translokasi resiprokal kromosom 15 dan 17(9).
tidak terkontrol dari klon sel darah immatur yang Pada Leukemia Promielositik Akut, hampir 30%
berasal dari sel induk hematopoietik. Sel leukemik kematian dini diakibatkan oleh komplikasi perdarahan. 10
tersebut juga ditemukan dalam darah perifer dan sering Perdarahan yang terjadi pada Leukemia Promielositik
menginvasi jaringan retikuloendotelial seperti limpa, Akut tersebut dihubungkan dengan koagulasi
hati dan kelenjar limfe.1-3 intravaskuler diseminata, hiperfibrinolisis dan aktifitas
Leukemia diklasifikasikan berdasarkan tipe sel, baik protease non-spesifik.11,12
menurut maturitas sel maupun turunan sel. Penyebab tersering perdarahan pada
Berdasarkan maturitas sel, leukemia dibedakan atas leukemia adalah trombositopenia(2). Berkurangnya
akut dan kronik. Jika sel ganas tersebut sebagian besar jumlah trombosit pada leukemia biasanya merupakan
immatur (blast) maka leukemia diklasifikasikan akut, akibat dari infiltrasi ke sumsum tulang atau kemoterapi,
sedangkan jika yang dominan adalah sel matur maka namun bisa juga karena koagulasi intravaskuler
diklasifikasikan sebagai leukemia kronik. Berdasarkan diseminata, proses imunologis dan hipersplenisme
turunan sel, leukemia diklasifikasikan atas leukemia sekunder terhadap pembesaran limpa. Selain
mieloid dan leukemia limfoid. Kelompok leukemia trombositopenia, perdarahan dapat juga akibat
mieloid meliputi granulositik, monositik, megakriositik disfungsi trombosit, kelainan hepar dan fibrinolisis.4
dan eritrositik.2 Koagulasi intravaskuler diseminata (KID)
Salah satu manifestasi klinis dari leukemia sering dilaporkan pada leukemia
adalah perdarahan. Manifestasi perdarahan yang paling akut yang disebabkan oleh pelepasan material
sering ditemukan berupa ptekie, purpura atau ekimosis, prokoagulan dari blast sel leukemik. Leukemia akut
yang terjadi pada 40 – 70% penderita leukemia akut yang sering dihubungkan dengan KID yaitu Leukemia
pada saat didiagnosis. Lokasi perdarahan yang paling Promielositik
sering adalah pada kulit, mata, membran mukosa Akut (AML-M3), diikuti dengan Leukemia
hidung, ginggiva dan saluran cerna. Perdarahan yang Mielomonositik Akut (AML-M4) dan Leukemia
mengancam jiwa biasanya terjadi pada saluran cerna Mieloblastik Akut (AML-M1 dan M2) serta Leukemia
dan sistem saraf pusat, selain itu juga pada paru, Limfositik Akut (ALL).2,13,14 Pada leukemia kronik, KID
uterus dan ovarium.4 Manifestasi perdarahan ini muncul lebih sering terjadi pada Leukemia Mielositik Kronik
sebagai akibat dari berbagai kelainan hemostasis.4,5 daripada Leukemia Limfositik Kronik.14

Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(2 )


http://jurnal.fk.unand.ac.id 68

Kelainan hemostasis lain yang juga dapat autoantibodi terhadap trombosit sehingga berakibat
terjadi pada leukemia adalah trombosis ataupun destruksi trombosi.22,23 Produksi autoantibodi
tromboemboli. Trombosis dapat merupakan salah satu bersamaan dengan infiltrasi sel leukemik di sumsum
gejala yang ditemukan saat diagnosis yaitu pada tulang dan hipersplenismus menyebabkan semakin
leukemia promielositik akut (AML-M3) 9,6%; pada AML berkurangnya jumlah trombosit.23
non-M3 3,2% dan pada ALL 1,4%.15 Patogenesis Penderita leukemia akut yang sedang dalam
keadaan protrombotik pada leukemia sangat kompleks pengobatan, sering memerlukan transfusi trombosit
dan melibatkan berbagai mekanisme seperti aktivasi berulang kali. Keadaan ini menimbulkan risiko
koagulasi oleh substansi prokoagulan yang dilepaskan terjadinya aloimunisasi sehingga terbentuk aloantibodi
sel leukemik, kegagalan jalur fibrinolitik dan perubahan yang pada akhirnya dapat menyebabkan penghancuran
endotel.15,16 trombosit. Trombositopenia dapat terjadi satu minggu
Tinjauan kepustakaan ini akan membahas setelah transfusi darah atau produk darah yang
mengenai berbagai kelainan hemostasis yang dapat mengandung trombosit. Transfusi trombosit cenderung
terjadi pada leukemia. Pengetahuan mengenai gagal pada pasien yang membentuk aloantibodi
patogenesis dan patofisiologi kelainan hemostasis pada tersebut.14,17,24
leukemia ini sangat penting agar pengelolaan pasien Corazza et al (2006) mengevaluasi kadar
dapat dilakukan secara optimal. trombopoietin serum pasien ALL atau AML pada saat
diagnosis(25). Peningkatan kadar trombopoietin serum
Kelainan Hemostasis Pada Leukemia yang adekuat dalam merespon trombositopenia
terdapat pada pasien ALL. Pada pasien AML, kadar
Trombositopenia trombopoietin rendah, tetapi segera meningkat hingga
Trombosit harus dalam jumlah yang adekuat untuk kadar yang diharapkan selama induksi kemoterapi
mempertahankan hemostasis normal. Pada keadaan begitu sel blast menghilang. Kadar trombopoietin yang
normal jumlah trombosit darah berkisar 150.000 – inadekuat pada pasien AML tersebut akibat adanya
400.000/mm3. Trombositopenia adalah istilah untuk reseptor trombopoietin c-mpl pada sel blast mieloid
jumlah trombosit yang kurang dari nilai normal tersebut. yang bertindak sebagai faktor pertumbuhan untuk sel
Trombositopenia biasanya tidak mempunyai leukemik mieloid dan menurunkan apoptosis dari sel
manifestasi klinis hingga jumlah trombosit tersebut.25
100.000/mm3, bahkan hingga 50.000/mm3 sekalipun. Risiko terjadinya perdarahan hebat berbanding terbalik
Perdarahan spontan biasanya baru terlihat pada jumlah dengan jumlah trombosit. Untuk mencegah risiko
trombosit < 20.000/mm3.17 perdarahan hebat pada pasien trombositopenia dapat
Perdarahan akibat trombositopenia merupakan dilakukan dengan transfusi trombosit, tetapi jumlah
komplikasi paling sering dari leukemia akut. Gaydos et trombosit optimal sebagai batas transfusi trombosit
al. (1962) yang pertama kali melaporkan adanya profilaktik masih diperdebatkan. Jumlah trombosit yang
hubungan antara perdarahan dengan jumlah trombosit dipakai sebagai batas untuk transfusi trombosit adalah
pada leukemia akut.18 Manifestasi perdarahan akibat dibawah 20.000/mm3.19,26,27
trombositopenia dapat berupa ptekie atau purpura, Penghitungan jumlah trombosit dapat dilakukan secara
epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna, manual atau dengan alat automatik. Hitung trombosit
menorrhagi hingga perdarahan otak. Webert et al. dengan alat automatik dipengaruhi oleh beberapa hal
(2006) melaporkan berbagai tingkat perdarahan yang seperti adanya agregat trombosit akibat agregasi
terjadi pada 58,4% pasien leukemia mieolositik akut spontan, cold aglutinin atau partikel debris seperti
akibat trombositopenia.19 fragmen eritrosit dan leukosit. Untuk itu penting
Berkurangnya jumlah trombosit pada leukemia dilalukan konfirmasi dengan inspeksi pada sediaan
akut biasanya merupakan akibat infiltrasi sumsum hapus darah tepi. Sediaan hapus darah tepi dapat
tulang atau kemoterapi, selain itu dapat juga memberikan informasi mengenai ukuran dan morfologi
disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti koagulasi trombosit serta konfirmasi jumlah trombosit. Perkiraan
intravaskuler diseminata, proses imunologis dan kasar jumlah trombosit dengan evaluasi sediaan hapus
hipersplenisme sekunder terhadap pembesaran limpa. darah tepi dalam keadaan normal terdapat kira-kira 10
Trombositopenia yang terjadi bervariasi dan hampir – 20 trombosit per lapangan imersi (kira-kira satu
selalu ditemukan pada saat leukemia didiagnosis.4 trombosit per 10 – 20 eritrosit). Jika perlu, hitung
Proses infiltrasi di sumsum tulang trombosit dapat dilakukan dengan hemositometer
mengakibatkan sumsum tulang dipenuhi oleh sel menggunakan mikroskop fase
leukemik sehingga terjadi penurunan jumlah kontras.28
megakariosit yang berakibat menurunnya produksi
trombosit. Kemoterapi pada leukemia dapat Disfungsi trombosit
menyebabkan kerusakan langsung sumsum tulang
sehingga juga akan menyebabkan berkurangnya Gangguan fungsi trombosit juga dapat
produksi trombosit. menyebabkan perdarahan meskipun jumlah trombosit
Koagulasi intravaskuler diseminata yang sering terjadi tidak begitu rendah. Disfungsi trombosit ini terjadi pada
pada leukemia akut terutama leukemia promielositik ± 30% pasien leukemia mielositik kronik (LMK).
akut mengakibatkan trombosit banyak terpakai dalam Gangguan fungsi trombosit yang terjadi berupa
proses koagulasi. Konsumsi trombosit yang berlebihan kelainan agregasi terhadap ADP dan epinefrin, kelainan
ini juga menyebabkan terjadinya trombositopenia.4 pelepasan PF3, defisiensi granula- serta penurunan
Trombositopenia akibat purpura pelepasan nukleotida adenin yang berasal dari
trombositopenik imunologik ditemukan pada 2% pasien trombosit.4,14
leukemia limfositik kronik(20,21).
Hal ini dihubungkan dengan terbentuknya

Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(2 )


http://jurnal.fk.unand.ac.id 68

Manifestasi perdarahan yang muncul akibat trombosit serta trombositopenia membuat evaluasi
gangguan fungsi trombosit pada leukemia mielositik agregasi trombosit sulit untuk diinterpretasi. Tes ini
kronik dapat berupa perdarahan mempunyai biaya yang mahal dan tidak semua fasilitas
mukokutan, perdarahan retina dan hematuria. Hal ini kesehatan menyediakannya.28,29
disebabkan oleh berkurang atau tidak adanya agregasi Saat ini, alat automatik untuk menilai fungsi trombosit
trombosit dalam merespon ADP, epinefrin atau yang paling banyak digunakan adalah Platelet Function
kolagen. Pada pasien ini akan didapatkan waktu Analyzer. Sistem ini menggunakan membran yang
perdarahan yang memanjang.17 diselubungi dengan kolagen/epinefrin atau
Patogenesis kelainan fungsi trombosit yang ditemukan kolagen/ADP untuk menstimulasi agregasi trombosit.
pada leukemia ini masih belum jelas. Beberapa faktor Sampel darah diambil oleh alat melewati kapiler vakum
diduga sebagai penyebab perubahan fungsional dari yang mengaktifkan trombosit secara shear force. Waktu
trombosit seperti kelainan interaksi hemostasis di hingga terbentuknya sumbat trombosit yang memblok
sirkulasi pada saat aktivasi dan reaksi pelepasan alat itulah yang dicatat. Penggunaan teknik ini semakin
trombosit. Kemungkinan lain adalah kelainan produksi meningkat karena waktunya cepat, tidak terlalu mahal
trombosit yang primernya merupakan gangguan dan memberikan
struktur dan fungsi informasi klinis yang relevan.28,29
megakariosit.14
Transfusi trombosit harus diberikan pada disfungsi Koagulasi intravaskuler diseminata (KID)
trombosit meskipun jumlah trombositnya normal.
Sitaferesis trombosit dapat mengurangi perdarahan bila Koagulasi intravaskuler diseminata (KID) adalah suatu
disfungsi trombosit berhubungan dengan trombositosis sindrom yang ditandai dengan aktivasi koagulasi
yaitu jumlah trombosit > 700.000/mm3.14 Metode yang intravaskuler sistemik berupa pembentukan dan
dapat digunakan untuk menilai fungsi trombosit yaitu penyebaran deposit fibrin dalam sirkulasi sehingga
waktu perdarahan, tes agregasi trombosit dan menimbulkan trombus mikrovaskuler pada berbagai
automated functional analyzers. Waktu perdarahan organ yang dapat mengakibatkan kegagalan
cara Ivy adalah tes fungsi trombosit sederhana dengan multiorgan. Aktivasi koagulasi yang terus berlangsung
mengukur lama waktu perdarahan pasien setelah menyebabkan konsumsi faktor pembekuan dan
dilakukan insisi kecil pada kulit. Pemeriksaan ini banyak trombosit secara berlebihan sehingga mengakibatkan
mempunyai keterbatasan diantaranya reprodusibilitas komplikasi perdarahan berat. KID bukanlah suatu
rendah, sensitifitas masih dipertanyakan dan tidak penyakit tetapi terjadinya sekunder terhadap penyakit
cocok untuk pemeriksaan serial serta korelasi yang lain yang mendasari.30,31
lemah dengan tendensi perdarahan.29
Tes agregasi trombosit adalah mengukur
kemampuan trombosit untuk berikatan satu sama lain
dan membentuk sumbat hemostatik secara automatik.
Tes ini dapat dilakukan pada platelet-rich plasma (PRP)
ataupun pada whole blood. Bahan penginduksi
agregasi yang dapat digunakan yaitu ADP, ristocetin,
kolagen dan epinefrin. Tes agregasi trombosit ini dapat
dipengaruhi oleh sejumlah variabel seperti sampel yang

Penyakit yang mendasari

Aktivasi koagulasi sistemik

Penyebaran deposit fibrin Konsumsi trombosit dan faktorpembekuan

Obstruksi trombotik mikrovaskuler Trombositopenia dan defisiensi faktor pembekuan

Kegagalan organ Perdarahan

(31)
Gambar 1. Mekanisme gambaran klinis koagulasi intravaskuler diseminta .
hemolisis karena eritrosit juga mengandung ADP,
sampel lipemik mengaburkan perubahan pada agregasi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(2 )


http://jurnal.fk.unand.ac.id 68

koagulasi yang dilepaskan saat konversi zimogen faktor


koagulasi menjadi protease aktif seperti fragmen F1+2
protrombin.31
KID merupakan istilah patofisiologis yang
meliputi kejadian trombosis dan perdarahan dalam Pada umumnya tes yang sensitif seperti fragmen F1+2
tubuh yang terjadi secara bersamaan. Istilah ini juga protrombin tersebut tidak tersedia di laboratorium
dikenal sebagai consumption coagulopathy karena rumah sakit umum. Meskipun tes tersebut sangat
faktor pembekuan dalam plasma terpakai selama membantu dalam uji klinis atau penelitian lain, tetapi
proses pembekuan. Selain itu berkurangnya faktor sering tidak dapat dilakukan untuk pemeriksaan rutin.
pembekuan juga dapat disebabkan oleh degradasi Untuk praktek klinik, diagnosis KID dapat dibuat
plasmin akibat hiperfibrinolisis.32 dengan kombinasi pemeriksaan hitung trombosit, waktu
Leukemia dan keganasan pembekuan APTT dan PT, pengukuran 1 atau 2 faktor
lainnya dihubungkan dengan keadaan hiperkoagulabel pembekuan dan inhibitor (seperti fibrinogen dan
yang berisiko tinggi untuk komplikasi trombohemoragik. antitrombin III) serta tes untuk produk degradasi fibrin
Komplikasi klinis bervariasi mulai dari trombosis yang (FDP atau Ddimer). Tes koagulasi secara serial lebih
bersifat lokal hingga perdarahan berat akibat KID.11 membantu dalam menegakkan diagnosis KID daripada
Leukemia akut yang paling sering hasil tes
dihubungkan dengan KID adalah leukemia promielositik sekali saja.31,34
akut (AML-M3), diikuti dengan leukemia mielomonositik Yang paling penting adalah memastikan bahwa pasien
akut (AML-M4), serta leukemia mieloblastik akut AML- yang mengalami KID tidak memiliki kelainan hati atau
M1 dan AML-M2.2,13,14 Pada leukemia limfoblastik akut defisiensi vitamin K yang dapat menyerupai keadaan
lebih kurang 10% pasien mengalami KID pada saat KID. Thrombin Time (TT) tampaknya berguna untuk
diagnosis(33). Leukemia kronik yang lebih sering membedakan kelainan koagulasi karena desisiensi
mengalami KID adalah LMK dibandingkan dengan vitamin K dengan KID, karena TT tidak pernah
LLK.14 abnormal pada defisiensi vitamin K.4
Pada leukemia, komplikasi KID terjadi karena Penanganan KID pada pasien leukemia akut harus
dilepaskannya bahan prokoagulan (thromboplastin-like dilakukan secara individual. Secara umum pasien
substances) dari sel blast. Bahan prokoagulan bersifat leukemia akut dengan KID dapat dilakukan
seperti faktor jaringan tersebut yang akan membentuk heparinisasi. Perdarahan harus dipantau, begitu juga
kompleks dengan faktor VIIa sehingga mengaktifkan faktor V dan fibrinogen untuk mengatahui keberhasilan
kaskade koagulasi melalui jalur ekstrinsik yang terapi. Heparin tidak boleh dihentikan atau diturunkan
membentuk fibrin secara sistemik. Koagulasi yang terus dosisnya walaupun perdarahan telah berhenti, karena
berlangsung akan menurunkan kadar antitrombin III KID belum benar-benar berakhir sampai terjadi aplasia
plasma yang merupakan inhibitor penting untuk proses sumsum tulang. Sebagai tambahan pemakaian
koagulasi. Selanjutnya terjadi inhibisi sistem fibrinolitik heparin, dapat diberikan trombosit untuk
akibat aktivasi koagulasi yang maksimal. Inhibisi ini mempertahankan jumlah trombosit > 20.000/mm3.4 KID
disebabkan oleh peningkatan plasminogenactivator dengan trombosis sering ditemukan pada pasien yang
inhibitor tipe 1 (PAI-1) sebagai inhibitor utama untuk mengalami sepsis, terutama yang disebabkan bakteri
sistem fibrinolitik.31,32,34 Gram negatif atau jamur. Bila diagnosis trombosis
Dalam menegakkan diagnosis KID sangat penting sudah ditegakkan, maka terapi pilihannya tetap
untuk menilai keseluruhan gambaran klinis, perhatikan heparin. KID akan diperburuk dengan diberikannya
kondisi klinis pasien, diagnosis penyakit dasar dan hasil terapi antileukemia, tapi dengan tersedianya all-trans
laboratorium. Tidak ada tes laboratorium rutin tunggal retinoic acid (ATRA) untuk penderita leukemia
yang cukup sensitif dan spesifik untuk diagnosis KID. promielositik akut, derajat KID dapat dikurangi.4,14
Marker molekuler untuk aktivasi koagulasi atau Pendekatan yang rasional dalam pengobatan pasien
pembentukan fibrin mungkin merupakan pemeriksaan leukemia akut dengan KID berat adalah dengan
yang paling sensitif. Adanya soluble fibrin di dalam memulai kemoterapi induksi secepat mungkin untuk
plasma mempunyai sensitifitas 90 – 100% untuk mengurangi populasi sel-sel leukemia yang diduga
diagnosis KID, tapi spesifisitasnya rendah.31,34 menyebabkan KID. Bila terdapat infeksi, maka
Aktivasi sistem fibrinolitik pada KID dapat diketahui antibiotika harus diberikan. Selain itu terapi pengganti
dengan adanya produk degradasi fibrin (FDP) yang harus diberikan bila terdapat trombositopenia berat,
dapat dideteksi dengan teknik enzymelinked koagulopati, atau hipofibrinogenemia.4,14
immunosorbent assay (ELISA) atau dengan aglutinasi Pada pasien yang mempunyai risiko KID,
lateks yang dapat dilakukan sebagai bedside-test pemeriksaan hemostasis harus dilakukan setiap hari
secara cepat dalam kasus emergensi. Tetapi tes yang pada hari-hari pertama kemoterapi.
tersedia untuk FDP bereaksi silang dengan produk Hipofibrinogenemia (fibrinogen < 100 mg/dl) dapat
degradasi fibrinogen sehingga mengacaukan hasil yang dikoreksi dengan pemberian cryoprecipitate,
tinggi. Spesifisitas kadar FDP yang tinggi juga dibatasi sedangkan pemanjangan PT dan APTT dapat dikoreksi
oleh beberapa kondisi lain seperti inflamasi dan dengan pemberian fresh frozen plasma
pembedahan yang juga dapat meningkatkan kadar (FFP).4
FDP.31,34
Tes yang secara spesifik untuk mendeteksi hasil Defek protein koagulasi
degradasi cross-linked fibrin adalah D-dimer. Kadar D-
Infiltrasi ke hati sering ditemukan pada leukemia akut,
dimer meningkat pada KID tetapi juga sulit dibedakan
diikuti LLK dan LMK, yang menyebabkan menurunnya
dengan pasien trauma atau pembedahan. Dinamika
sintesis faktor koagulasi yang tergantung vitamin K
KID dapat ditentukan dengan mengukur marker aktivasi
yaitu faktor II, VII, IX dan X. Dari beberapa penelitian

Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(2 )


http://jurnal.fk.unand.ac.id 68

mengenai F V ditemukan penurunannya pada sekitar Sel leukemik pada leukemia promielositik akut juga
18 – 45%. Pada pasien dengan AML-M3 lebih dari 90% mensintesis enzim proteolitik berupa elastase. Elastase
pasien mengalami mempunyai aktifitas proteolitik dan memecah fibrinogen
defisiensi faktor V.14 menjadi produk degradasi fibrinogen(35). Pola proteolisis
Penurunan fibrinogen dan faktor pembekuan lainnya fibrinogen oleh elastase tersebut berbeda dari yang
pada leukemia akut bisa juga disebabkan oleh KID. dihasilkan oleh plasmin. Selain itu elastase granulosit
Pada KID terjadi konsumsi berlebihan dari faktor juga dapat menghancurkan dan menginaktivasi faktor
pembekuan tersebut. Selain itu keadaan IX. Namun saat ini, pemeriksaan terhadap enzim
hiperfibrinolisis juga menyebabkan degradasi beberapa tersebut di dalam plasma sukar dilakukan.4
faktor pembekuan yang semakin menurunkan kadar Perubahan sistem fibrinolitik dilaporkan lebih sering
faktor pembekuan tersebut di dalam darah.30,31 pada pasien leukemia akut dibandingkan leukemia
Tes untuk mendeteksi adanya defek protein koagulasi kronik. Peranan fibrinolisis dan pengelolaannya dalam
yaitu dengan pemeriksaan APTT dan PT serta perdarahan pada keganasan hematologi masih
mengukur kadar faktor pembekuan itu sendiri. Untuk kontroversial. Pemakaian antifibrinolitik, -amino
gangguan sintesis faktor pembekuan yang tergantung caproic acid atau tranexamid acid dianjurkan bila terjadi
vitamin K akan ditandai dengan pemanjangan PT, fibrinolisis yang berlebihan, tetapi hal ini merupakan
sedangkan untuk konsumsi faktor pembekuan yang kontra indikasi pada pasien dengan KID.4,14
berlebihan pada KID akan ditandai oleh pemanjangan
baik APTT maupun PT. Tes untuk degradasi fibrinogen Trombosis
akibat proses hiperfibrinolisis dapat dideteksi dengan
adanya produk degradasi Pada pasien leukemia akut, risiko trombosis tidak
fibrinogen.34 dapat diabaikan. Trombosis dapat merupakan salah
satu gejala yang ditemukan saat diagnosis yaitu pada
Fibrinolisis primer leukemia promielositik akut (AML-M3) 9,6%; pada AML
non-M3 3,2% dan pada ALL 1,4%. Meskipun insiden
Beberapa peneliti menemukan bahwa leukosit pada trombosis simptomatik saat diagnosis relatif rendah
leukemia akut memiliki aktivitas fibrinolitik yang dapat pada pasien ALL, tetapi terdapat peningkatan yang
menyebabkan fibrinolisis primer terutama pada bermakna hingga 10,6% selama pengobatan. Pasien
leukemia promielositik akut. Pada fibrinolisis primer, ALL yang mendapat terapi L-asparaginase mengalami
perdarahan disebabkan oleh degradasi faktor peningkatan risiko trombosis 4,9 kali dibandingkan
pembekuan yang diinduksi plasmin seperti fibrinogen, dengan yang tidak.15 Terapi asparaginase pada ALL
faktor V dan faktor VIII.14 menyebabkan insiden komplikasi trombotik berkisar 2,4
Leukemia Promielositik Akut (APL) adalah leukemia – 11,5%. Asparaginase menurunkan biosintesis
yang paling sering dihubungkan dengan perdarahan antitrombin III, protein C dan protein S hepatik.
yang mengancam jiwa akibat fibrinolisis primer. Hal ini Antitrombin III, protein C dan protein S adalah inhibitor
disebabkan oleh promielosit abnormal pada leukemia koagulasi sehingga defisiensi protein tersebut
tersebut mensintesis dan mensekresi aktivator menyebabkan terjadinya trombosis.38
plasminogen.35 Selain itu juga karena tingginya Ziegler et al (2005) dalam penelitian kohort terhadap
ekspresi annexin II pada sel leukemik ini yang dapat 719 pasien leukemia akut melaporkan manifestasi
meningkatkan produksi plasmin sehingga terjadi tromboemboli vena sebanyak 2,1% tanpa ada
degradasi fibrinogen.32,36 perbedaan antara AML dan ALL, sedangkan insiden
Plasmin dibentuk dari pertemuan plasminogen dan tPA trombosis pada APL sebanyak 6,5%.39
pada annexin II di permukaan sel. Plasmin yang Grace Ku et al (2006) melaporkan insiden kumulatif
dibentuk akan dinetralisir oleh inhibitor primernya yaitu tromboemboli vena selama 2 tahun pada pasien AML
2-plasmin inhibitor (2-PI) yang diproduksi di hati. maupun ALL yaitu 3,6%, dimana separoh diantaranya
Begitu dilepaskan, plasmin dengan cepat membentuk didiagnosis pada 3 bulan pertama
kompleks inaktif dengan 2-PI yang bersifat perjalanan penyakit.40
reversibel.36 Patogenesis keadaan protrombotik pada leukemia
Annexin adalah famili protein membran dan pengikat sangat kompleks dan melibatkan berbagai mekanisme
fosfolipid yang diregulasi oleh kalsium. Annexin seperti aktivasi koagulasi darah melalui substansi
mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan prokoagulan yang dilepas sel leukemik, kegagalan jalur
membran sel sehingga dapat mempengaruhi sejumlah fibrinolitik dan perubahan endotel pada keadaan yang
peristiwa yang berkaitan dengan membran sel seperti trombogenik.15,16
reseptor, efektor, regulator dan mediator sinyal Tes laboratorium untuk mendeteksi pasien yang
kalsium.37 dicurigai mengalami tromboemboli adalah Ddimer yang
Annexin II yang diekspresikan pada permukaan sel merupakan hasil pemecahan cross-linked fibrin oleh
endotel dan leukosit, berfungsi sebagai reseptor plasmin. Pemeriksaan D-dimer dapat dilakukan dengan
plasminogen dan aktivatornya tissue plasminogen aglutinasi lateks maupun dengan
activator (tPA). Annexin II bertindak sebagai kofaktor ELISA.28
tPA dalam meningkatkan efisiensi pembentukan
plasmin. Overekspresi annexin II pada permukaan sel Ringkasan
leukemik seperti pada leukemia promielositik akut
berkaitan dengan manifestasi klinis perdarahan.36 Leukemia adalah penyakit keganasan pada
Fibrinolisis sistemik pada leukemia jaringan hematopoietik yang ditandai dengan
promielositik akut menyebabkan pemendekan waktu penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel
lisis euglobulin dan penurunan kadar 2-antiplasmin. darah abnormal atau sel leukemik. Salah satu

Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(2 )


http://jurnal.fk.unand.ac.id 68

manifestasi klinis dari leukemia adalah perdarahan 9. Falanga A, Barbui T. Coagulopathy of acute
yang disebabkan oleh berbagai kelainan hemostasis. promyelocytic leukemia. Acta Haematol.
Trombositopenia pada leukemia 2001;106(1-2):43-51.
dapat disebabkan oleh infiltrasi sel leukemik di sumsum 10. Kwaan HC, Wang J, Boggio LN. Abnormalities in
tulang, kerusakan sumsum tulang oleh kemoterapi, hemostasis in acute promyelocytic leukemia.
koagulasi intravaskuler diseminata, proses imunologis Haematol Oncol. 2002;20(1):33-41.
ataupun karena hipersplenismus sekunder terhadap 11. Barbui T, Falanga A. Disseminated intravascular
pembesaran limpa. Gangguan fungsi trombosit sering coagulation in acute leukemia. Semin Thromb
terjadi pada leukemia mielositik kronik, patogenesis Hemost. 2001;27(6):593-604.
gangguan fungsi trombosit ini masih belum jelas. 12. Falanga A, Rickles FR. Pathogenesis and
Koagulasi intravaskuler diseminata yang terjadi pada management of the bleeding diathesis in acute
leukemia disebabkan oleh dilepaskannya bahan promyelocytic leukemia. Best Pract Res Clin
prokoagulan menyerupai tromboplastin oleh sel Haematol. 2003;16(3):463-82.
leukemik. Defek protein koagulasi pada leukemia dapat 13. Messmore HL, Wehrmacher WH. Disseminated
disebabkan oleh gangguan sintesis faktor pembekuan intravascular coagulation: a primer for primary care
yang tergantung vitamin K akibat infiltrasi ke hati dan physicians. Postgrad Med. 2002;111(3):1-8.
akibat konsumsi yang berlebihan selama KID. 14. Jagasia HM, Arrowsmith ER. Complications of
Fibrinolisis primer pada leukemia haematopoietic neoplasms. In: Greer JP, Foersters
promielositik akut disebabkan oleh J, Lukens JN, et al, eds. Wintrobe’s Clinical
promielosit abnormal mensintesis dan mensekresi Haematology, 11th ed. Philadelphia: Lippincott
aktivator plasminogen serta tingginya ekspresi annexin Williams & Wilkins. 2004;1919-43.
II pada sel leukemik tersebut yang meningkatkan 15. Stefano VD, Sora F, Rossi E, et al. The risk of
produksi plasmin sehingga terjadi degradasi fibrinogen. thrombosis in patients with acute leukemia:
Trombosis pada leukemia occurrence of thrombosis at diagnosis and during
melibatkan berbagai mekanisme seperti aktivasi treatment. J Thromb Haemost. 2005;3:1985-92.
koagulasi darah melalui substansi prokoagulan yang 16. Rickles FR, Falanga A. Molecular basis for the
dilepas sel leukemik, kegagalan jalur fibrinolitik dan relationship between thrombosis and cancer.
perubahan endotel. Thromb Res. 2001;102:V215-24.
Mengingat adanya manifestasi klinis perdarahan yang 17. Liles DK, Knupp CL. Quantitative and qualitative
dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada platelet disorder and vascular disorders. In:
penderita leukemia, maka perlu dipikirkan adanya Harmening DM, eds. Clinical hematology and
kelainan hemostasis untuk pengelolaan yang lebih fundamental of hemostasis edition 4.
optimal. Philadelphia: FA. Davis Company. 2002;471-93.
18. Gaydos LA, Freireich EJ, Mantel N. The
Daftar Pustaka quantitative relation between platelet count and
hemorrhage in patient with acute leukemia. N Engl
1. McKenzie SB. Text book of hematology, 2nd J Med. 1962;266:905-909.
edition. Baltimore: William & Wilkins. 1996;309417. 19. Webert KE, Cook RJ, Sigouin CS, et al. The risk of
2. Launder TM, Lawnicki LC, Perkins ML. Introduction bleeding in thrombocytopenic patients with acute
to leukemia and the acute leukemias. In: myeloid leukemia. Haematologica. 2006;91:1530-
Harmening DM, eds. Clinical hematology and 37.
fundamental of hemostasis edition 4. Philadelphia: 20. Rozman C, Montserrat E, 1995. Chronic
FA. Davis Company. 2002;272-357. lymphocytic leukemia. N Engl J Med.
3. Wirawan R. Diagnosis keganasan darah dan 1995;333:1052-57.
sumsum tulang. Dalam: Suryaatmadja, ed. 21. Hegde UP, Wilson WH, White T, Cheson BD.
Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Rituximab treatment of refractory
Jakarta: Bagian Patologi Klinik FKUI. fludarabineassociated immune thrombocytopenia
2003;129150. in chronic lymphocytic leukemia. Blood.
4. Dalimoenthe NZ. Kelainan hemostasis pada 2002;100(6):226062.
keganasan hematologi. Dalam: Suryaatmadja M, 22. McCrae KR, Bussel JB, Mannucci PM, et al.
ed. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Platelets: an update on diagnosis and
Jakarta: Bagian Patologi Klinik FKUI. 2005;129- management of thrombocytopenic disorders.
148. Hematology. 2001;282-302.
5. Nand S, Messmore H. Hemostasis in malignancy. 23. Holmer LD, Hamoudi W, Bueso-Ramos CE.
Am J Hematol. 1990;35(1):45-55. Chronic leukemia and related lymphoproliferative
6. Tallman MS. Bleeding in acute leukemia. disorders. In: Harmening DM, eds. Clinical
Pathophysiol Haemost Thromb. 2003;33(suppl hematology and fundamental of hemostasis edition
1):48-49. 4. Philadelphia: FA. Davis Company. 2001;301-30.
7. Creutzig U, Ritter J, Budde M, et al. Early death 24. Kicker T. Studies on the pathophysiology of
due to hemorrhage and leukostasis in childhood posttransfusion purpura. Blood. 1986;68:347.
acute myelogenous leukemia: associations with 25. Corazza F, Hermans C, D’Hondt S, et al.
hyperleukocytosis and acute monocytic leukemia. Circulating thrombopoietin as an in vivo growth
Cancer. 1987;60:3071-79. factor for blast cells in acute myeloid leukemia.
8. Verschuur AC. Acute monocytic leukemia. Blood. 2006;107:2525-30.
Orphanet Encyclopedia. 2004;1-5. 26. Rebulla P, Finazzi G, Marangoni F, et al. The
treshold for prophylactic platelet transfusions in

Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(2 )


http://jurnal.fk.unand.ac.id 68

adults with acute myeloid leukemia. N Engl J Med.


1997;337:1870-5.
27. Benjamin RJ, Anderson KC, 2002. What is the
proper threshold for platelet transfusion in patients
with chemotherapy-induced thrombocytopenia?
Crit Rev Oncol Hematol. 2002;42(2):163-71.
28. Riley RS, Tidwell AR, Williams D, et al. Laboratory
evaluation of hemostasis.
Hemostasis. 2006;1-29.
29. Hassett AC. Platelet function test. Transfusion
Medicine Update. 2002, Available from:
http://www.txm.org/.
30. Levi M, ten Cate H. Disseminated intravascular
coagulation. N Eng J Med. 1999;341(8):586-92.
31. Levi M. Current understanding of disseminated
intravascular coagulation. Br J Haematol.
2004;124:567-76.
32. Bakhshi S, Arya LS. Etiopathophysiology of
disseminated intravascular coagulation. JAPI.
2003;51:796-800.
33. Seiter K. Acute lymphoblastic leukemia.
Hematology. 2006;22:1-11.
34. Hambleton J, Leung LL, Levi M. Coagulation:
consultative hemostasis. Hematology. 2002;33550.
35. Supandiman I, Sumantri R, Heri T, et al. Pedoman
diagnosis danterapi hematologi onkologi medik.
Bandung: Q-communication. 1997;31-34.
36. Mennel JS, Cesarman GM, Jacovina AT, et al.
Annexin II and bleeding in acute promielocytic
leukemia. N Eng J Med. 1999;340:994-1004.

37. Hajjar KA, Acharya SS. Annexin II and regulation


of cell surface fibrinolysis. Annals of the New York
Academy of Sciences. 2000;902:265-71.
38. Leone G, Sica S, Chiusolo P, et al, 2001. Blood
cell disease and thrombosis. Haematologica.
2001;86:1236-44.
39. Ziegler S, Sperr WR, Knobl P, et al. Symptomatic
venous thromboembolism in acute leukemia:
insidence, risk factors, and impact on prognosis.
Thromb Res. 2005;115:59-64.
40. Grace Ku, White RH, Chew HK, et al. Incidence
venous thromboembolism in patinets with acute
leukemia. Blood. 2006;108:1497.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(2 )

Anda mungkin juga menyukai