Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BLOK HEMATOIMUNOLOGI

HISTOPATOLOGI LEUKIMIA

NAMA : QANITA ADZKIA NOVINDRA

NIM : 19910043

DOSEN PEMBIMBING : dr. AMALIA, M.BioMed

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
2020
LAPORAN PRAKTIKUM I ( HISTOPATOLOGI LEUKEMIA)

A. Dasar teori
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum
tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi adanya sel-sel
abnormal dalam darah tepi. Ada berbagai jenis leukemia dan pengobatan yang dilakukan
berbeda-beda tergantung pada jenis leukemia yang dihadapi. Leukemia diklasifikasikan
menjadi leukemia akut dan leukemia kronis. Keduanya bisa diklasifikasikan lagi menurut
jenis sel yang terpengaruh. Leukemia diklasifikasikan menjadi 4 bagian, diantaranya
yaitu sebagai berikut :
a. Leukemia Meilogenus Akut
LMA mengenai sel system hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
myeloid, monosit, granulosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena, insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia
nonlimpositik yang palinng sering terjadi.
b. Leukemia Mielogenus kronik
LMC juga dimasukan dalam sistem keganasan sel myeloid. Namun banyak sel
normal dibandingkan bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMC jarang
menyerang individu dibawah 30 tahun. Manifestasi mirip dengan LMA, tetapi tanda
dan gejala lebih ringan, pasien menunjukan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
c. Leukemia Limfositik Akut
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak,
laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah
15 tahun LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit berproliferasi dalam sumsum
tulang dan jaringan perifer sehingga menggangu perkembangan sel normal.
d. Leukemia limfositik kronik
LLC merupakan kelainan ringan mengenail individu usia 50 sampai 70 tahun.
Manifestasi pasien tidak menunjukan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik
atau penangan penyakit lain (Arif, 2002).
B. Tujuan
Mengamati sel-sel pada preparat sedian apus darah tepi (SADT) ALL, CLL, AML,
CML.
C. Alat dan Bahan
1. Mikroskop
2. Preparat darah tepi AML, CML, ALL, CLL
3. Oil imersi
D. Cara kerja
1. Cara kerja pembacaan preparat AML, CML
a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b. Meletakkan preparat CML diatas meja preparat mikroskop.
c. Mencari lapang pandang dengan perbesaran 100x menggunakan oil imersi
d. Dilihat sel-sel leukosit dari seri granulosit dan mencatat hasil pengamatan
2. Cara kerja pembacaan preparat ALL, CLL
a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b. Meletakkan preparat CML diatas meja preparat mikroskop.
c. Mencari lapang pandang dengan perbesaran 100x menggunakan oil imersi
d. Melihat sel-sel leukosit dari seri agranulosit (tidak bergranula) dan mencatat hasil
pengamatan.
E. Hasil pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil pengamatan

Acut Myeloblastic Leukemia


- Dominan Sel Blas ( > 20% ), bentuk
sel blas variatif
- sel neutrofil (segmen) jumlahnya
sedikit.

Perbesaran 100x 10

Cronic Myeloblastic Leukemia


- Sel Blast sedikit ( < 5% ),
- Tampak semua stadium seri
granulosit (Mieloblas, Promielosit,
Mielosit, Metamielosit, neutrofil
Segmen) perbesaran 100 x 10
- Jumlah leukosit meningkat
(Leukositosis)
- jumlah trombosit meningkat
(trombositosis)

perbesaran 100 x 10

\Acute Limfoblastic Leukemia


- Sel blast dominan ( > 80 %) tampak
semua stadium, dengan bentuk tua
sedikit.
- Jumlah leukosit meningkat
(leukositosis)
- Jumlah trombosit menurun
(trobosito penia) Perbesaran 4x 10

Perbesaranb 100x10

Cronic Limfoblastic Leukemia


- Dominan bentuk tua (limfosit
>90%),
- beberapa keadaan limfoblas dengan
multiple nukleoli. Perbesaran 100x10
- Smudge cell banyak.

2. Pembahasan
A. Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloid Leukemia (AML)

Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloid Leukemia (AML) sering juga
dikenal dengan istilah Acute Myelogenous Leukemia atau Acute Granulocytic Leukemia
merupakan penyakit keganasan yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi
abnormal sel induk hematopoetik yang bersifat sistemik dan secara malignan melakukan
transformasi sehingga menyebabkan penekanan dan penggantian komponen sumsum
tulang belakang yang normal.

Pada kebanyakan kasus AML, tubuh memproduksi terlalu banyak sel darah putih
yang disebut myeloblas yang masih bersifat imatur. Oleh sebab itu ditemukan adnya sel
blast dalam jumlah di tas 20% pada preparat.
Sel-sel darah yang imatur ini tidak sebaik sel darah putih yang telah matur dalam
melawan adanya infeksi. Pada AML, mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang
menjadi granulosit) berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel
normal di sumsum tulang.

o Patogenesis AML

AML merupakan penyakit dengan transformasi maligna dan perluasan klon-klon


sel-sel hematopoetik yang terhambat pada tingkat diferensiasi dan tidak bisa berkembang
menjadi bentuk yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel induk hematopoesis
pluripoten yang kemudian berdiferensiasi menjadi induk limfoid dan induk mieloid (non
limfoid) multipoten. Sel induk limfoid akan membentuk sel T dan sel B, sel induk mieloid
akan berdiferensiasi menjadi sel eritrosit, granulosit-monosit dan megakariosit. Pada
setiap stadium diferensiasi dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik yang
belum diketahui penyebabnya.

Bila hal ini terjadi maturasi dapat terganggu, sehingga jumlah sel muda akan
meningkat dan menekan pembentukan sel darah normal dalam sumsum tulang. Sel
leukemik tersebut dapat masuk kedalam sirkulasi darah yang kemudian menginfiltrasi
organ tubuh sehingga menyebabkan gangguan metabolisme sel dan fungsi organ.

AML merupakan neoplasma uniklonal yang menyerang rangkaian mieloid dan


berasal dari transformasi sel progenitor hematopoetik. Sifat alami neoplastik sel yang
mengalami transformasi yang sebenarnya telah digambarkan melalui studi molekular
tetapi defek kritis bersifat intrinsik dan dapat diturunkan melalui 20 progeni sel. Defek
kualitatif dan kuantitatif pada semua garis sel mieloid, yang berproliferasi pada gaya tak
terkontrol dan menggantikan sel normal.

Sel-sel leukemik tertimbun di dalam sumsum tulang, menghancurkan dan


menggantikan sel-sel yang menghasilkan sel darah yang normal. Sel kanker ini kemudian
dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ lainnya, dimana mereka
melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri. Mereka bisa membentuk tumor kecil
(kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan bisa menyebabkan meningitis, anemia,
gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya.

Kematian pada penderita leukemia akut pada umumnya diakibatkan penekanan


sumsum tulang yang cepat dan hebat, akan tetapi dapat pula disebabkan oleh infiltrasi sel
leukemik tersebut ke organ tubuh penderita.

B. Chronic myeloid leukemia (CML)


Chronic myeloid leukemia (CML) adalah penyakit mieloproliferatif menahun
dengan kelainan klonal akibat perubahan genetik pada pluripoten sel stem. Kelainan
tersebut mengenai lineage mieloid, monosit, eritroid, megakariosit. Perubahan patologik
yang terjadi berupa gangguan adhesi sel imatur di sumsum tulang, aktivasi mitosis sel
stem dan penghambatan apoptosis yang mengakibatkan terjadinya proliferasi sel mieloid
imatur di sumsum tulang, darah tepi dan terjadi hematopoiesis ekstramedular.

Penyakit ini ditandai oleh proliferasi dari seri granulosit tanpa gangguan
diferensiasi, sehingga pada apusan darah tepi sehingga hal ini sesuai dengan preparat
yang di amati yaitu didapatkan tingkatan diferensiasi seri granulosit, mulai dari
promielosit (bahkan mieloblas), metamielosit, mielositsampai granulosit dengan jelas.

o Patogenesis CML

Pada CML dijumpai Philadelphia chromosom (Ph1 chr) suatu reciprocal


translocation 9,22 (t9;22). Kromosom Philadelphia merupakan kromosom 22 abnormal
yang disebabkan oleh translokasi sebagian materi genetik pada bagian lengan panjang (q)
kromosom 22 kekromosom 9, dan translokasi resiprokal bagian kromosom 9, termasuk
onkogen ABL, ke region klaster breakpoint (breakpoint cluster region, BCR) yang
merupakan titik pemisahan tempat putusnya kromosom yang secara spesifik terdapat pada
kromosom 22. Sebagai akibatnya sebagian besar onkogen ABL pada lengan panjang
kromosom 9 mengalami juxtaposisi (bergabung) dengan onkogen BCR pada lengan 5
panjang kromosom 22. Gen fusi (gen yang bersatu) ini akan mentranskripsikan chimeric
RNA sehingga terbentuk chimeric protein (protein 210 kd). Timbulnya protein baru ini
akan memengaruhi transduksi sinyal terutama melalui tyrosine kinase ke inti sel sehingga
terjadi kelebihan dorongan proliferasi pada sel-sel mieloid dan menurunnya apoptosis.

Hal ini menyebabkan proliferasi pada seri mieloid Jaringan pembentuk darah
ditandai oleh pergantian sel yang sangat cepat. Normalnya, produksi sel darah tertentu
dari prekusor sel stem diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur
produksi sel tersebut terganggu, sel akan membelah diri sampai ke tingkat sel yang
membahayakan (proliferasi neoplastik).

Proliferasi neoplastik dapat terjadi karena kerusakan sumsum tulang akibat


radiasi, virus onkogenik, maupun herediter. Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya
dibentuk hanya dalam sumsum tulang. Sedangkan limfosit dan sel plasma dihasilkan
dalam berbagai organ limfogen (kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil). Beberapa sel darah
putih yang dibentuk dalam sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam
sumsum tulang sampai mereka dibutuhkan dalam sirkulasi.
Bila terjadi kerusakan sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan kimia,
maka akan terjadi proliferasi sel-sel darah putih yang berlebihan dan imatur. Oleh sebab
itu pada preparat terlihat adanya peningkatan leukosit dan trombosit, serta bentuk seri
granulosit imature dalam berbagai tingkat diferensiasi.

Proliferasi sel leukemia dalam organ mengakibatkan gejala tambahan : nyeri


akibat pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah
akibat leukemia meningeal.

Selain itu pada CML juga ditemukan adanya sel bast dan promielosit, hal ini
sesuai dengan yang ditemukan dalam preparat, yaitu adanya sel blast kurang dai 5 %.
Jumlah sela blast kurang dari 5% ini menunjukkan perjalanan penyakit CML pada fase
kronis. (Robbins, 2014)

Salah satu kriteria dalam CML yaitu ditemukannya neutrofil segmen yang
mendominasi. Hal ini sesuai dengan yang ditemukan dalam preparat.

C. Leukemia limfoblastik akut (ALL)


Leukemia limfoblastik akut adalah salah satu tipe leukemia atau kanker pada
leukosit dimana terjadi keganasan proliferasi sel-sel limfoblas muda dan ditunjukkan
adanya jumlah limfoblas yang berlebihan di sumsum tulang, kelenjar limf, dan darah.
LLA merupakan kelainan secara biologik sehingga karakteristik morfologik,
imunologik, sitogenetik, biokimiawi, dan genetik molekular dari limfoblas perlu
ditentukan dalam menegakkan diagnosis dan klasifikasi. (Leather,2008)
Pada preparat yang diamati terjadi peningkatan jumlah dari sel blast hingga
lebih dari 80% dan peningkatan jumlah leukosit (leukositosis), hal ini sesuai dengan
penjelasan Leather dimana jumlah sel blast berkaitan dengan dengan proliferasi yang
ganas padasel-sel limfobas muda.
o Patogenesis ALL
LLA dicirikan oleh proliferasi limfoblas imatur. Pada tipe leukemia akut,
kerusakan mungkin pada tingkat sel punca limfopoietik atau prekursor limfoid yang
lebih muda. Sel leukemia berkembang lebih cepat daripada sel normal, sehingga
menjadi crowding out phenomenon di sumsum tulang. Perkembangan yang cepat ini
bukan disebabkan oleh proliferasi yang lebih cepat daripada sel normal, tetapi selsel
leukemia menghasilkan faktor-faktor yang selain menghambat proliferasi dan
diferensiasi sel darah normal, juga mengurangi apoptosis dibandingkan sel darah
normal.
Perubahan genetik yang mengarah ke leukemia dapat mencakup:
1. Aktivasi gen yang ditekan (protogen) untuk membuat onkogen yang
menghasilkan suatu produk protein yang mengisyaratkan
peningkatan proliferasi;
2. Hilangnya sinyal bagi sel darah untuk berdiferensiasi;
3. Hilangnya gen penekan tumor yang mengontrol proliferasi normal;
4. Hilangnya sinyal apoptosis.
D. Leukemia limfositik kronik (CLL)
Leukemia limfositik kronik (LLK) adalah salah satu kelainan
Iymphoprolijeralive sel B yang kronis (neoplasma limfoid). Menurut klasifikasi
WHO, leukemia limfositik kronik dianggap identik (yaitu, satu penyakit dengan
manifestasi yang berbeda) dengan smalilymphocylic lymphoma(Iimfoma limfositik
sel keeil). LLK ditandai dengan akumulasi progresif limfosit yang tidak kompeten,
yang biasanya berasal dari monoklonal. lstilah LLK digunakan apabila penyakit
bermanifestasi terutama di dalam darah, sedangkan istilah small lymphocytic
lymphoma (SLL) digunakan apabila kelenjar limfonodi yang terlibat. Meski ada
beberapa perbedaan pengobatan antara LLK dan SLL pada stadium awal, pengobatan
penyakit pada stadium lanjut adalah sarna (Tsimberidou et aI., 2007).
o Patogenesis CLL
sebagian besar sel CLL yang bersirkulasi dalam darah tidak membelah
dan beristirahat, sel-sel jaringan CLL berkembang biak pada tingkat yang
relatif tinggi. Proliferasi sel CLL terjadi di situs mikroanatomi yang disebut
pusat proliferasi atau pseudofollikel. Proliferasi sel Ki-67 + CLL berada dalam
kontak intim dengan sel-sel aksesori, seperti sel T (97, 98), sel stromal yang
berasal dari mesenkimal (116), dan / atau sel-sel nike mirip turunan monosit
Penelitian ekspresi gen telah menemukan bahwa sel-sel CLL diisolasi
dari kelenjar getah bening dan, pada tingkat lebih rendah, sumsum memiliki
ekspresi E2F dan MYC yang lebih tinggi daripada sel-sel CLL dalam darah .
Dalam jaringan tersebut, terutama di jaringan limfoid sekunder, tampaknya
ada peningkatan sinyal leukemia sel BCR dan aktivasi reseptor dari keluarga
TNF, seperti aktivator transmembran dan modulator kalsium dan cyclophilin
ligand berinteraksi (TACI), antigen pematangan sel B ( BCMA), dan reseptor
faktor pengaktivasi sel B (BAFF).
Reseptor kemokin dan molekul adhesi yang diekspresikan oleh sel
CLL sangat penting untuk homing dan retensi sel CLL dalam kompartemen
jaringan. Sel CLL menerima sinyal prosurvival melalui kontak dengan sel
stroma aksesori di lingkungan mikro leukemia.
Sel-sel seperti Nursel dan sel-sel stroma sumsum menarik sel-sel CLL
melalui reseptor chemokine berpasangan G protein CXCR4 dan CXCR5, yang
diekspresikan pada level tinggi pada sel-sel CLL. Sel-sel Nurselike juga
mengekspresikan anggota keluarga TNF, BAFF dan ligan yang memicu
proliferasi, memberikan sinyal ketahanan hidup kepada sel-sel CLL melalui
reseptor yang sesuai (BCMA, TACI, reseptor BAFF).
Integrin, terutama integrin antigen 4 yang sangat terlambat (CD49d),
diekspresikan pada permukaan sel CLL bekerja sama dengan reseptor
kemokin dalam membangun adhesi sel-sel melalui masing-masing ligan pada
sel stroma (molekul adhesi sel 1 molekul dan fibronektin). Sel-sel stroma
sumsum juga mengekspresikan tingkat tinggi Wnt5a, yang dapat
meningkatkan kelangsungan hidup sel CLL dengan menstimulasi pensinyalan
melalui ROR1 yang diekspresikan oleh sel-sel CLL

F. kesimpulan

Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum

tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi adanya sel-sel

abnormal dalam darah tepi.

1. AML : estimasi leukosit meningkat (Leukositosis) dan estimasi trombosit menurun

(Trombositopenia) ; Dominan Sel Blas ( > 20% ), bentuk sel blas variatif dan sel

tua (segmen) jumlahnya sedikit.


2. CML : Sel Blas sedikit ( < 5% ), Tampak semua stadium seri granulosit

(Mieloblas, Promielosit, Mielosit, Metamielosit, Staf, Segmen).

3. ALL : estimasi leukosit meningkat (Leukositosis) dan estimasi trombosit menurun

(Trombositopenia) ; Sel blas dominan ( > 80 % ), tampak semua stadium, dengan

bentuk tua sedikit.

4. CLL : Dominan bentuk tua (limposit >90%), beberapa keadaan limfoblas dengan

multiple nukleoli. Smudge cell banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Leather HL, Poon BB. 2008. Acute leukemias. In: Dipiro JT, editor. Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach (Seventh Edition). New York: The McGraw-Hill
Companies Inc.

Sawyers CL. 2004. Chronic myeloid leukemia. N Engl J Med. [Medline].

Schroeder Jr, H. W., & Dighiero, G. (1994). The pathogenesis of chronic lymphocytic
leukemia: analysis of the antibody repertoire.
Robbins, Stanley LA, Vinay K. 2014. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Vol. 2. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai