Anda di halaman 1dari 32

LEUKEMIA

MIELOID AKUT

Oleh :
Kelompok 3
Afifah Irbah
Aisiy Khairunnisa
Eti Kusmiati
Meilani Setyowati
Taqwani Haqiqi
Leukemia adalah tumor ganas sel hemopoetik
sumsum tulang, bersifat sistemik dan cenderung
mengenai darah tepi. Leukemia biasanya tidak
membentuk tumor yang berbatas seperti neoplasma
lain.
Klasifikasi Keganasan
Akut Kronik
Limfoid Leukemia limfoblastik akut(ALL) Leukemia limfositik kronik
dan subtype Limfoma non-Hodgin(NHL)
Limfoma Hodgin(HL)
Mieloma multiple dan varian

Mieloid Leukemia myeloid akut(AML) dan Leukemia myeloid kronik (CML)


subtipe Mielodisplasia(MDS)
Gangguan mieloproliferatif
Patogenitas Keganasan Hematologis

PENYEBAB PATOGENITAS FENOTIPE

Perubahan
ekspresi gen

Onkogen Apoptosis
Lingkungan Gen supresor menurun
Toksin tumor Proliferasi
Infeksi Virus Translokasi Meningkat
Obat Mutasi Diferensiasi
Predisposisi Amplifikasi menurun
Genetik Delesi
Leukimia Myeloid Akut

Leukimia myeloid akut adalah suatu gangguan maligna di


mana sel blas hemopoietik terdapat sebanyak >20% dari
sel sumsum tulang. Sel muda biasannya juga berakumulasi
dalam darah, menginfiltrasi jaringan lain, dan
menyebabkan gagal sumsum tulang. AML dapat terjadi
setelah penyakit mieloproliferatif atau mielodisplastik.
Klasifikasi AML
 M0
Merupakan bentuk paling tidak matang dari AML, yang juga disebut
sebagai AML dengan diferensiasi minimal.
 M1 (Leukimia Myeloblastik tanpa pematangan)
Lebih daripada 3% sel blast pada jenis ini, menunjukkan reaksi
mieloperoksidase positif dan sebagian sel mengandung granula azurofilik.
 M2 (leukimia myeloblastik dengan pematangan)
Sitoplasma sel tumor bervariasi dan biasanya mengandung
granula azurofilik. 50% lebih daripada sel sumsum tulang
pada penderita ini terdiri atas mieloblast dan promielosit.
Pada beberapa kasus semua sel mielosit, metamielosit dan
granulositnya adalah seri eosinophil.
 M3 (Leukimia promielostik hipergranular)
Sel yang paling banyak terdapat pada jenis ini adalah promielosit yang
mengandung banyak granula, sehingga menyebabkan batas sitoplasma
menjadi tidak jelas. Ukuran serta bentuk inti bervariasi dan banyak berlobus.
Kadang – kadang ditemukan sel yang mengandung auer rod.
 M4 (Leukimia mielo-monositik)
Jenis ini hampir sama dengan M2, hanya saja lebih dari 20% sel adalah seri
monosit. Seri myeloid dan monosit berpoliferasi dan berdiferensiasi.
 M5 (Leukimia monositik)
Jenis ini dibedakan antara tipe monoblastik dan tipe monositik. Pada tipe
monoblastik (berdiferensiasi buruk), ditemukan banyak sel blast (sitoplasma
basofilik, ada pseodopodnya, kromatin halus, ada anak inti dan jarang
terdapat granula azurofilik).Pada tipe monositik (berdiferensiasi baik), sel
yang terutama ditemukan pada sumsum tulang ialah promonosit sedangkan
pada darah tepi ialah sel monosit.
 M6 (Eritroleukimia)
Pada jenis ini, 50% sel terdiri atas seri eritrosit dalam berbagai tingkat
perkembangan. Diagnosis eritroleukimia sudah dapat ditegakkan apabila
jumlah sel muda mencapai 30% dari seluruh sel.
 M7 (( Acute Megakaryocytic Leukemia )
Beberapa sel tampak berbentuk promegakariosit/megakariosit
Tanda dan Gejala Klinis
 Leukositosis gangguan kesadaran, sesak nafas, nyeri dada dan priapismus
 Netropenia
 Lelah
 Perdarahan (purpura, petechiae, epitaksis, perdarahan gusi dan retina)
 Infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang
Patogenitas
Patogenesis utama LMA adalah adanya blokade maturitas yang menyebabkan
proses diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda (blast) dengan
akibat terjadi akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi Blast di dalam
sumsum tulang akan menyebabkan gangguan hematopoesis normal dan pada
gilirannya akan mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang (bone marrow
failure syndrome) yang ditandai dengan adanya sitopenia ( anemia, leukopeni,
trombositopeni).
Selain itu, sel-sel blast yang terbentuk juga punya kemampuan untuk migrasi
keluar sumsum tulang dan berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang,
jaringan lunak dan sistem syaraf pusat dan merusak organ-organ tersebut dengan
segala akibatnya.
Gambaran Klinis Laboratorium
 Anemia, trombositopenia dan sering neutropenia
 Leukositosis yang disebabkan oleh sel blas dalam darah biasannya
terjadi,leukopenia lebih jarang terjadi
 Susum tulang memperlihatkan infiltrasi oleh sel blas (sel sumsum > 20% dan
sering 80-90%)
 Koagulasi dapat abnormal dan DIC dapat terjadi, terutama dengan AML M3
 Asam urat serum, laktat dehydrogenase (LDH) dapat meningkat
 Analisis morfologis biasannya memperlihatkan granul sitoplastik atau batang
Auer (kondensasi granul) pada AML
 Pada sedian darah tepi sel hampir monoton, bentuk kecil, sitoplasma sedikit.
Jarang ditemukan neutrophil segmen dan batang.
 Pada stadium awal masih dapat ditemukan neutrophil namun pada stadium
akhir hanya ditemukan mieloblas saja
Diagnosis
1. Hitung Jumlah Sel Darah
Pasien yang menderita AML memiliki banyak sel darah putih yang belum
matang dalam darah, dan sel darah merah atau platelet dalam jumlah yang
abnormal. Banyaknya sel darah putih myeloblast, yang merupakan sel
pembentuk darah yang belum matang yang tidak biasanya ditemukan dalam
darah. Temuan ini mungkin menyarankan leukemia, tetapi penyakit ini
biasanya tidak didiagnosis tanpa melihat sampel sel sumsum tulang.
2. Tes Mikroskopik
dilihat di bawah mikroskop melihat ukuran, bentuk, dan ciri-ciri lain dari sel
darah putih dalam sampel untuk mengklasifikasikannya ke dalam jenis tertentu.
Kadang-kadang hanya menghitung dan melihat sel-sel tidak cukup untuk
memberikan diagnosis yang jelas. tes tambahan dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosis dari AML.

Sampel : Sampel darah, sumsum tulang, atau CSF


Reagen : Methanol absolute, larutan May grunwald, Larutan Giemsa dan Aquades
Pewarnaan May grunwald giemsa

 Darah EDTA, homogenkan dengan benar


 Teteskan 1 tetes darah diatas obyek glass
 Buat apusan, tunggu kering
 Fiksasi dengan methanol selama 15 menit
 Cat dengan maygrunwald selama 1 menit
 Cat dengan larutan Giemsa yang telah diencerkan selama 30 menit (1:9) atau
15 menit (1:4)
 Cuci dengan air mengalir hingga bersih kemudian keringkan
 Lihat di mikroskop
 Apakah warna, bentuk, sitoplasma, granula dari sel eritrosit, lekosit dan
trombosit terlihat dengan jelas
 Waktu yang diperlukan sekitar 1,5 jam
3. Kimia darah dan tes koagulasi
Tes ini mengukur jumlah bahan kimia tertentu dalam darah
dan kemampuan darah untuk membeku. Tes ini tidak
digunakan untuk mendiagnosa leukemia, tetapi mereka
dapat membantu mendeteksi masalah hati atau ginjal,
tingkat abnormal mineral tertentu dalam darah, atau
masalah dengan pembekuan darah.
4. Sitokimia
Untuk tes sitokimia, sel-sel yang bereaksi dengan
zat warna tertentu menyebabkan perubahan
warna yang dapat dilihat di bawah mikroskop.
Zat warna tersebut hanya bereaksi dengan
beberapa jenis sel leukimia saja. Misalnya, salah
satu zat warna dapat membantu membedakan sel
AML dari leukemia limfositik akut (ALL) sel.
Reagen Alat
a. Larutan SBB  Darah EDTA atau sedian langsung
sumsum tulang
b.Giemsa
 Obyek glass
c. Larutan Formalin 40%
 Mikroskop
 Minyak emersi
Cara kerja

 Darah EDTA, homogenkan dengan benar


 Teteskan 1 tetes darah diatas obyek glass
 Buat apusan, tunggu hingga benar-benar kering sebelum difiksasi
 Fiksasi dengan formalin 40% selama 20-30 menit dalam caplin jar
kemudian cuci dengan air, tunggu kering
 Cat dengan larutan sudan black (di dalam petri dish dengan posisi
preparat tengkurap dan diberi pelembap tissue basah lalu petri dish
ditutup) diamkan selama 1,5 jam.
 Cuci dengan alkohol 70% sampai bersih selama 2 menit, lalu cuci dengan air
mengalir, keringkan di udara
 Cat dengan larutan Giemsa selama 15 menit
 Cuci dengan air mengalir hingga bersih kemudian keringkan
 Lihat di mikroskop
 Waktu yang diperlukan sekitar 2,5 jam
5. Flowcytometri dan Histokimia
 Flow cytometry sering digunakan untuk melihat sel-sel
dari sumsum tulang dan sampel darah. Hal ini sangat
membantu dalam menentukan jenis yang tepat dari
leukemia.
 Dalam tes imunohistokimia, sel-sel dari darah atau
sampel sumsum tulang juga dideteksi dengan antibodi
khusus.
6. Sitogenetika
Untuk tes ini, kromosom sel dilihat di bawah mikroskop. Sel-sel manusia
normal mengandung 23 pasang kromosom, yang masing-masing adalah ukuran
tertentu dan warna tertentu. Dalam beberapa kasus AML, sel memiliki
perubahan kromosom yang bisa dilihat di bawah mikroskop.
Biasanya diperlukan waktu sekitar 2 sampai 3 minggu untuk mendapatkan hasil
untuk tes ini karena sel-sel leukemia harus ditumbuhkan di plate laboratorium
untuk beberapa minggu sebelum kromosom dapat dilihat di bawah mikroskop.
Tidak semua perubahan kromosom dapat dilihat di bawah mikroskop. tes
laboratorium lain sering dapat mendeteksi perubahan ini.
7. Fluorescent hibridisasi in situ (FISH)
Hal ini mirip dengan pengujian sitogenetik. Menggunakan pewarna fluorescent
khusus yang hanya menempel gen tertentu atau bagian dari kromosom
tertentu. FISH dapat menemukan perubahan kromosom (seperti translokasi)
yang terlihat di bawah mikroskop dalam tes sitogenetika standar.
FISH dapat digunakan untuk mencari perubahan dalam gen tertentu atau
bagian dari kromosom. Hal ini dapat digunakan pada darah atau sumsum
tulang sampel biasa tanpa tumbuh mereka di laboratorium pertama. Ini berarti
hasilnya sering tersedia lebih cepat daripada dengan pengujian sitogenetik
biasa.
8. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Ini adalah tes yang sangat sensitif yang juga dapat menemukan beberapa gen
dan perubahan kromosom terlalu kecil untuk dilihat di bawah mikroskop. Hal
ini membantu dalam menemukan perubahan gen yang hanya dalam beberapa
sel, sehingga baik untuk menemukan sejumlah kecil dari sel-sel leukemia
dalam sampel (seperti setelah pengobatan). Seperti FISH, tes ini hanya
mencari gen atau kromosom perubahan tertentu, sehingga dokter harus tahu
apa yang dia sedang mencari sebelum tes dijalankan.
9. Tes pencitraan untuk leukemia myeloid akut
Tes pencitraan menggunakan x-ray, gelombang suara, medan magnet, atau
partikel radioaktif untuk membuat gambar dari bagian dalam tubuh. Leukemia
biasanya tidak membentuk tumor, sehingga tes pencitraan tidak sering
membantu dalam membuat diagnosis. Ketika tes pencitraan yang dilakukan
pada orang dengan AML, hal ini sangat sering untuk mencari infeksi atau
masalah lainnya, bukan untuk mencari leukemia itu sendiri. Dalam beberapa
kasus, tes pencitraan dapat dilakukan untuk membantu menentukan tingkat
penyakit.
Kesimpulan

Leukimia akut adalah suatu gangguan maligna di mana sel blas hemopoietik
terdapat sebanyak >20% dari sel sumsum tulang. Sel muda biasannya juga
berakumulasi dalam darah, menginfiltrasi jaringan lain, dan menyebabkan gagal
sumsum tulang.
AML diklasifikasikan menjadi 8 tipe yaitu dari M0- M7 dimana di setiap
klasifikasinya mempunyai cirri khas yang berbeda. Ada beberapa diagnosis
laboratorium yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kegansan Leukimia
Myeloid Akut dari metode hitung jumlah sel sampai tes pencitraan menggunakan
X-Ray.

Anda mungkin juga menyukai