Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

ACARA V
ANALISIS VEGETASI DENGAN TEKNIK SAMPLING TANPA
PLOT (PLOTLESS)

Nama : Afiefa Meiliani Edhita

NIM : 1800008051

Asisten : Fairuzabadi Amrullah

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampling tanpa plot adalah suatu sampling tanpa menggunakan
unit area/plot. Metode tanpa plot digunakan untuk menentukan parameter
kuantitatif frekuensi, cover, dan densitas. Metode yang bisa digunakan
adalah metode point intercept yang biasa digunakan pada tumbuhan herba
atau tumbuhan bawah dan metode jarak. Metode jarak yang paling umum
digunakan adalah metode point centered quarter (Handayani, 2019).
Praktikum analisis vegetasi dengan teknik sampling tanpa plot
(plotless) ini dilakukan supaya mahasiswa mampu memahami metode
ilmiah dalam cabang ilmu ekologi melalui metode plotless. Selain itu, juga
supaya mahasiswa sebagai praktikan dapat melihat suatu vegetasi dengan
menggunakan parameter kuantitatif densitas, frekuensi, dan dominansi
tanpa menggunakan plot.

B. Tujuan
Tujuan praktikum analisis vegetasi dengan teknik sampling tanpa
plot (plotless) adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui nilai total diameter pada titik sampling 1 sampai
titik sampling 5.
2. Untuk mengetahui nilai total basal area pada titik sampling 1 sampai
dengan titik sampling 5.
3. Untuk mengetahui nilai total indek nilai penting pada seluruh spesies.
4. Untuk mengetahui spesies yang memiliki nilai INP tertinggi.
5. Untuk mengetahui urutan range spesies dengan nilai INP tertinggi
hingga terendah.
C. Manfaat
Manfaat dari praktikum analisis vegetasi dengan teknik sampling
tanpa plot (plotless) adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui nilai total diameter pada titik sampling 1 sampai titik
sampling 5.
2. Mengetahui nilai total basal area pada titik sampling 1 sampai dengan
titik sampling 5.
3. Mengetahui nilai total indek nilai penting pada seluruh spesies.
4. Mengetahui spesies yang memiliki nilai INP tertinggi.
5. Mengetahui urutan range spesies dengan nilai INP tertinggi hingga
terendah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Vegetasi
Vegetasi adalah komunitas tumbuhan. Dengan arti lain, yaitu
tumbuh-tumbuhan pada suatu area yang terkait sebagai suatu komunitas,
tetapi tidak secara taksonomi. Atau jumlah tumbuhan yang meliputi
wilayah tertentu atau di atas bumi secara menyeluruh (Moro, 2018).

B. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi tumbuhan adalah suatu cara mempelajari
komposisi jenis dan struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan
vegetasi yang dipelajari berupa komunitas tumbuhan yang merupakan
asosiasi konkrit dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu
habitat. Tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk
mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah
yang dipelajari (Martono, 2012).

C. Metode Sampling tanpa Plot


Metode sampling tanpa plot adalah suatu sampling tanpa
menggunakan unit area/plot. Metode tanpa plot dapat digunakan untuk
menentukan parameter kuantitatif frekuensi dan cover atau dominansi
(Handayani, 2019). Dilakukannya praktikum teknik sampling tanpa plot
untuk strata herba dengan menggunakan metode point intercept supaya
dapat memahami metode ilmiah dalam cabang ilmu ekologi melalui
metode plotless.

D. Metode Jarak, Rumus, dan Gambar


Metode jarak atau sering disebut distance method dapat
menentukan tiga parameter sekaligus, yaitu frekuensi, densitas, dan
dominansi atau cover. Jumlah individu dalam suatu stand atau area dapat
ditentukan dengan mengukur jarak antar individu atau jarak antara titik
sampling dengan individu tumbuhan. Hasil pengukuran jarak tersebut
dikonversikan ke dalam unit dua dimensi/area dengan cara
mengkuadratkan jarak tersebut (Handayani, 2019).
Rumus-rumus yang digunakan dalam metode jarak.
1. Rata-rata jarak (D)
Total jarak/4 x jumlah titik sampling
2. Densitas mutlak (DT)
Unit area/D2
3. Densitas tiap spesies
[total jenis i/4 x jumlah titik sampling] x DT
4. Densitas relatif (KRi)
(Densitas i/DT) x 100%
5. Frekuensi i
Jumlah titik sampling yang terdapat jenis i/total titik sampling
6. Frekuensi relatif (FRi)
(Frekuensi i/total frekuensi) x 100%
7. Dominansi i
Rata-rata basal area batang jenis i x densitas i
8. Dominansi relatif (DRi)
(Dominansi i/total dominansi) x 100%
9. INP
KRi + FRi + DRi
E. Parameter Vegetasi
Parameter adalah penunjuk suatu besaran segala ukuran yang
menggambarkan suatu kondisi tertentu. Vegetasi adalah jumlah tumbuhan
yang meliputi wilayah tertentu atau di atas bumi secara menyeluruh
(Moro, 2018). Parameter vegetasi yang dapat diukur menggunakan metode
jarak ini ada tiga, yaitu frekuensi, densitas, dan dominansi atau cover
(Handayani, 2019).

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Vegetasi


Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi dan struktur
vegetasi, yaitu flora, habitat (iklim, tanah, dll.), waktu, dan kesempatan,
sehingga vegetasi di suatu tempat merupakan hasil resultante dari banyak
faktor baik sekarang maupun yang lampau. Pada penyebaran tumbuh-
tumbuhan di dunia, faktor lingkungan memegang peranan sangat penting.
Tumbuh-tumbuhan yang hidup pada suatu tempat akan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya baik secara morfologis maupun fisiologis. Diantara
faktor-faktor yang berpengaruh, iklim merupakan yang terbesar
pengaruhnya dalam menentukan sifat/tipe hutan. Maka, wajar bahwa tiap
daerah iklim dijumpai formasi khas untuk daerah iklim yang bersangkutan
yang disebut formasi klimak iklim (Martono, 2012).
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Waktu Percobaan
Hari : Kamis, 9 Juli 2020
Jam : 08.30 WIB s.d. selesai
Lokasi Percobaan (Taman Biologi Fakultas Biologi UGM)

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk praktikum analisis vegetasi dengan
teknik sampling tanpa plot (plotless) adalah berikut.
1. Meteran, digunakan untuk mengukur panjang atau jarak area yang
akan digunakan untuk praktikum.
2. Pasak, digunakan untuk membatasi panjang area.
3. pH meter, digunakan untuk mengukur pH tanah.
4. Thermometer, digunakan untuk mengukur suhu tanah.
5. Aquadest, digunakan untuk melarutkan dan menetralkan tanah.
6. Tali, digunakan untuk pembatas atau penanda.
7. Laptop, digunakan untuk kegiatan praktikum secara daring dan untuk
menyusun laporan praktikum.
8. Handphone, digunakan untuk mendukung laptop dalam proses
praktikum dan penyusunan laporan praktikum.
9. Alat tulis dan kertas folio, digunakan untuk menulis dan mengerjakan
data hitungan pada praktikum.

C. Cara Kerja
1. Pertama, dibuka aplikasi google maps di internet menggunakan laptop.
2. Kedua, metode google maps diubah menjadi satelite.
3. Ketiga, dituliskan lokasi yaitu taman biologi fakultas biologi UGM.
4. Kemudian, diklik kanan pada mouse untuk melakukan pengukuran
jarak dengan klik ukur jarak dan ditarik garis mengelilingi lokasi
tersebut.
5. Selanjutnya, ditekan tombol “prt sc” dan tombol “windows” secara
bersamaan untuk menscreen shot layar tersebut.
6. Keenam, diklik kanan pada mouse dan pilih hapus pengukuran.
7. Ketujuh, diklik kanan kembali pada mouse dan dipilih ukur jarak.
8. Selanjutnya, ditarik garis transek pada lokasi sepanjang 50 m.
9. Setelah itu, dibuat dengan cara diklik pada garis transek menjadi 5 titik
sampling yang masing-masing titik berjarak 10 m.
10. Kemudian, discreen shot layar dengan cara yang sama di atas dan
dilakukan penandaan pada screen shot tersebut dengan memberi tanda
pohon pada setiap kuadran dan nama spesiesnya.
11. Terakhir, dihitung diameter, basal area, rata-rata jarak, dan perhitungan
lainnya sesuai dengan panduan yang ada.

D. Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk praktikum analisis vegetasi
dengan teknik sampling tanpa plot (plotless) adalah analisis data kualitatif
untuk menentukan titik sampling dan menentukan garis transek yang mana
dilakukan secara daring melalui aplikasi google maps. Selanjutnya,
analisis data kuantitatif digunakan untuk melakukan perhitungan, yaitu
menghitung diameter, basal area, rata-rata jarak, densitas mutlak, densitas
relatif, jumlah dalam quarter, jumlah pohon, dominansi, dominansi relatif,
frekuensi, frekuensi relatif, indeks nilai penting, dan penentuan range.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Data dalam Titik Sampling
Basal
Jarak Keliling Diameter
Titik Kuadran Spesies Area
(cm) (cm) (cm)
(cm)
I Ficus sp. 300 69 21,97 378,55
II Afeca sp. 427 36 11,46 103,09
Lagerstroemia
1 III 120 20 6,36 31,75
speciosa
Swietenia
IV 319 8 2,54 5,06
mahagoni
Beilschmiedia
I 100 10 3,18 7,93
roxburghiana
II Ficus sp. 282 27 8,59 57,78
2
Lagerstroemia
III 131 18 5,73 25,68
speciosa
IV Mesua ferrea 260 23 7,32 42,06
Salamalia
I 210 4 1,27 1,24
malabarica
Shorea
II 150 33 10,50 86,54
zeylanica
3
Lagerstroemia
III 277 6 1,91 2,83
speciosa
Swietenia
IV 148 65 20,70 336,36
mahagoni
I Ficus sp. 430 30 9,55 71,44
Shorea
II 295 57 18,15 258,31
zeylanica
4
Lagerstroemia
III 362 20 6,36 31,75
speciosa
IV Afeca sp. 300 86 27,38 588,48
5 I Salamalia 246 28 8,91 62,17
malabarica
Swietenia
II 236 12 3,82 11,45
mahagoni
Lagerstroemia
III 193 9 2,86 6,42
speciosa
IV Mesua ferrea 210 0 2,86 6,42
∑ 4996 570 181,42 2.115,31

Tabel 2. Data Densitas tiap Spesies


Jumlah dalam Jumlah Densitas
No. Spesies
Quarter Pohon/50 m2 Relatif (KR)
1 Ficus sp. 0,15 0,012 15%
2 Afeca sp. 0,10 0,008 10%
3 Lagerstroemia speciosa 0,25 0,020 25%
4 Swietenia mahagoni 0,15 0,012 15%
Beilschmiedia
5 0,05 0,004 5%
roxburghiana
6 Mesua ferrea 0,10 0,008 10%
7 Salamalia malabarica 0,10 0,008 10%
8 Shorea zeylanica 0,10 0,008 10%
∑ 1 0,08 100%

Tabel 3. Data Dominansi tiap Spesies


Basal Total Rata- Dominansi
Spesies Dominansi
Area BA rata relati (DR)
Ficus sp. 378,55
Ficus sp. 57,78 507,77 169,25 2,03 24,08%
Ficus sp. 71,44
Afeca sp. 103,09
691,57 345,78 2,76 32,74%
Afeca sp. 588,48
Lagerstroemia 98,43 19,68 0,39 4,62%
31,75
speciosa
Lagerstroemia
25,68
speciosa
Lagerstroemia
2,83
speciosa
Lagerstroemia 31,75
speciosa
Lagerstroemia
6,42
speciosa
Swietenia mahagoni 5,06
Swietenia mahagoni 336,36 352,87 117,61 1,41 16,72%
Swietenia mahagoni 11,45
Beilschmiedia
7,93 7,93 7,93 0,03 0,35%
roxburghiana
Mesua ferrea 42,06
48,48 24,24 0,19 2,25%
Mesua ferrea 6,42
Salamalia
1,24
malabarica
63,41 31,70 0,25 2,96%
Salamalia
62,17
malabarica
Shorea zeylanica 86,54
344,85 172,42 1,37 16.25%
Shorea zeylanica 258,31
∑ 2.115,31 880,69 8,43 99,97%

Tabel 4. Data Frekuensi tiap Spesies


Frekuensi
Spesies Frekuensi
Relatif (FR)
Ficus sp. 0,6 15%
Afeca sp. 0,4 10%
Lagerstroemia speciosa 1 25%
Swietenia mahagoni 0,6 15%
Beilschmiedia roxburghiana 0,2 5%
Mesua ferrea 0,4 10%
Salamalia malabarica 0,4 10%
Shorea zeylanica 0,4 10%
∑ 4 100%

Tabel 5. Data INP dan Range tiap Spesies


Spesies KRi DRi FRi INP Range
Ficus sp. 15% 24,08% 15% 54,08 2
Afeca sp. 10% 32,74% 10% 52,74 3
Lagerstroemia
25% 4,62% 25% 54,62 1
speciosa
Swietenia mahagoni 15% 16,72% 15% 46,72 4
Beilschmiedia 5% 0,35% 5% 10,35 8
roxburghiana
Mesua ferrea 10% 2,25% 10% 22,25 7
Salamalia malabarica 10% 2,96% 10% 22,96 6
Shorea zeylanica 10% 16,25% 10% 36,25 5
∑ 100% 99,97% 100% 299,97

Tabel 6. Data Parameter Lingkungan


Kondisi Abiotik
Suhu Tanah 260C
Kelembaban Tanah 55
pH Tanah 7
Intensitas Cahaya 210.100
Suhu Udara 340C
Kelembaban Udara 72

B. Pembahasan
Analisis vegetasi tumbuhan adalah suatu cara mempelajari komposisi jenis
dan struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari berupa
komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkrit dari semua spesies
tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Tujuan yang ingin dicapai dalam
analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur
komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2006).
Praktikum analisis vegetasi dengan teknik sampling tanpa plot (plotless)
ini dilakukan supaya mahasiswa mampu memahami metode ilmiah dalam cabang
ilmu ekologi melalui metode plotless. Selain itu, juga supaya mahasiswa sebagai
praktikan dapat melihat suatu vegetasi dengan menggunakan parameter kuantitatif
densitas, frekuensi, dan dominansi tanpa menggunakan plot.
Metode jarak atau sering disebut distance method dapat menentukan tiga
parameter sekaligus, yaitu frekuensi, densitas, dan dominansi atau cover. Jumlah
individu dalam suatu stand atau area dapat ditentukan dengan mengukur jarak
antar individu atau jarak antara titik sampling dengan individu tumbuhan. Hasil
pengukuran jarak tersebut dikonversikan ke dalam unit dua dimensi/area dengan
cara mengkuadratkan jarak tersebut (Handayani, 2019).
Alasan digunakannya taman biologi fakultas biologi UGM untuk
praktikum ini karena di lokasi tersebut banyak sekali jenis pohon dan tanaman
yang dapat digunakan untuk praktikum. Pohon yang digunakan juga memiliki
spesies yang bervariasi. Selain itu, di lokasi tersebut juga luas, sehingga dapat
dibagi menjadi 4 kuadrat dan juga dapat digunakan titik sampling sebanyak 5
buah. Jadi, lokasi tersebut sangat cocok dan mendukung untuk praktikum ini.
Dari data hasil pada tabel di atas, diketahui bahwa dari delapan spesies,
yang memiliki INP tertinggi adalah spesies Lagerstroemia speciosa dengan INP
sebesar 54,62. Kemudian disusul oleh spesies Ficus sp. dengan INP sebesar 54,08.
Perbedaan INP kedua spesies tersebut tidak jauh. Hanya terpaut koma saja. Nilai
INP tertinggi menunjukkan bahwa jenis tersebut banyak ditemukan di lokasi
praktikum. (Garsetiasih, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa spesies yang
dominan tersebut memiliki indeks nilai penting yang sangat tinggi serta
menunjukkan kemampuan adaptasi dan toleransi penuh terhadap kondisi
lingkungan pada area penelitian. Indeks nilai penting digunakan untuk
menggambarkan tingkat penguasaan yang diberikan oleh suatu spesies terhadap
ekosistem, semakin besar nilai INP suatu spesies semakin besar tingkat
penguasaan terhadap ekosistem dan sebaliknya.
Hasil pengukuran nilai suhu udara adalah 340C. Tingginya suhu udara di
sekitar lokasi praktikum ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman,
distribusi cahaya dalam tajuk tanaman dan kandungan lengas tanah. Selain itu,
suhu atau temperatur udara di sekitar vegetasi sangat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. hasil pengukuran kelembaban udara sangat tinggi,
yaitu sebesar 55. Kerapatan tajuk atau kanopi pohon sangat berpengaruh terhadap
kelembaban udara. Hal ini sangat berkaitan dengan habitus spesies-spesies yang
dominan di lokasi praktikum, di mana spesies-spesies tersebut memiliki kerapatan
tajuk yang besar. Kelembaban udara dapat memengaruhi proses hidrologis yang
dialami oleh tumbuhan. Peningkatan kelembaban udara disekeliling daun
mengakibatkan penurunan tekanan uap diantara daun dan udara di sekitarnya. Hal
ini mengakibatkan penurunan laju transpirasi. Secara keseluruhan hasil
pengukuran nilai intensitas cahaya pada masing-masing titik sampling 210.100.
Cahaya matahari memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuhan dan
makhluk hidup lain. Cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan setiap organ
keseluruhan tubuh tumbuhan secara langsung. Perubahan intensitas cahaya
matahari berpengaruh terhadap kelembaban udara yang dapat mengakibatkan
kekeringan pada tumbuhan (Bria, 2018).
Dengan teori di atas, mka dapat disimpulkan bahwa spesies Lagerstroemia
speciosa dan Ficus sp. mampu bertahan terhadap pengaruh faktor abiotik tersebut.
Terbuktinya hal tersebut yaitu bahwa kedua spesies tersebut memiliki INP
tertinggi diantara semua spesies yang mana dalam praktikum kali ini ditmukan
delapan spesies yang berbeda-beda.
Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi,
yaitu flora, habitat (iklim, tanah, dll.), waktu, dan kesempatan, sehingga vegetasi
di suatu tempat merupakan hasil resultante dari banyak faktor baik sekarang
maupun yang lampau. Pada penyebaran tumbuh-tumbuhan di dunia, faktor
lingkungan memegang peranan sangat penting. Tumbuh-tumbuhan yang hidup
pada suatu tempat akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik secara
morfologis maupun fisiologis. Diantara faktor-faktor yang berpengaruh, iklim
merupakan yang terbesar pengaruhnya dalam menentukan sifat/tipe hutan. Maka,
wajar bahwa tiap daerah iklim dijumpai formasi khas untuk daerah iklim yang
bersangkutan yang disebut formasi klimak iklim (Martono, 2012).
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum analisis vegetasi
dengan teknik sampling tanpa plot (plotless) adalah sebagai berikut.
1. Nilai total diameter pada titik sampling 1 sampai titik sampling 5
adalah sebesar 181,42.
2. Nilai total basal area pada titik sampling 1 sampai dengan titik
sampling 5. Adalah sebesar 2.115,31.
3. Nilai total indek nilai penting pada seluruh spesies adalah 299,97.
4. Spesies yang memiliki nilai INP tertinggi adalah Lagerstroemia
speciosa dengan INP sebesar 54,62.
5. Urutan range spesies dengan nilai INP tertinggi hingga terendah adalah
berikut.
i. Lagerstroemia speciosa
ii. Ficus sp.
iii. Afeca sp.
iv. Swietenia mahagoni
v. Shorea zeylanica
vi. Salamalia malabarica
vii. Mesua ferrea
viii. Beilschmiedia roxburghiana

B. Saran
Saran saya untuk praktikum selanjutnya adalah lebih teliti pada
saat mengumpulkan data di lapangan ketika praktikum supaya data yang
diperoleh benar adanya dan bukan merupakan manipulasi. Kemudian,
ketika mengerjakan data terutama pada saat melakukan perhitungan juga
lakukan dengan teliti dan bila perlu diulangi berkali-kali untuk
memastikan bahwa hasil perhitungan itu sudah benar.

DAFTAR PUSTAKA

Bria, Emilia Juliyanti dan Remigius Binsasi. 2018. “Kajian Vegetasi di Kawasan
Pasca Tambang Marmer Kabupaten Timor Tengah Utara”. Saintekbu:
Jurnal Sains dan Teknologi, 10 (2): halaman 10-halaman 16.

Garsetiasih, R. dan Heriyanto, N. M. 2014. “Karakteristik Vegetasi Habitat


Banteng
(Bos javanicus d’Alton 1832) di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa
Timur”. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 11 (1):halaman
77-halaman 89.

Handayani, Trikinasih. 2019. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.


Yogyakarta: UAD.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.

Martono, Djoko Setyo. 2010. “Analisis Vegetasi dan Asosiasi antara Jenis-jenis
Pohon Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah di Taman Nasional
Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat”. Agri-tek, 13 (2): halaman 18-27.

Moro, Hendro Kusumo E. P. 2018. Keyword Ekologi. Yogyakarta: Samudra Biru.


LAMPIRAN

A. Perhitungan Parameter
B. Garis Transek (5 Titik Sampling)

C. Titik Sampling 1
D. Titik Sampling 2

E. Titik Sampling 3
F. Titik Sampling 4

G. Titik Sampling 5

Anda mungkin juga menyukai