Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Kelimpahan Sumber Daya Alam


Dan Lingkungan Hidup
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Pengetahuan Lingkungan”

Dosen Pengampu :
Nizar Azizatun Nikmah, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 1:

1. Siti Nur Fadilah (12208193002)

2. Roisatul Adawiyah (12208193004)

3. Riska Hanifah (12208193045)

4. Febrianti Nurvida (12208193051)

5. Nailah Sabira H. (12208193103)

6. Shofia Ananda O. (12208193104)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan ke hadirat Allah swt. atas segala karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa abadi,
tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. dan keluarga serta para sahabatnya.

Sehubungan dengan selesainya penulisan makalah ini maka kami mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Dr. Maftuhin, M.Ag. selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung.
2. Nizar Azizatun Nikmah, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengetahuan
Lingkungan
3. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan makalah
ini.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah swt. dan tercatat
sebagai amal shalih. Akhirnya, karya ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca dengan
harapan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi pengembangan dan perbaikan.
Semoga karya ini bermanfaat dan mendapat ridha Allah swt.

Tulungagung, 27 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakanng ............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan .............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 2
A. Kelimpahan Sumber Daya Alam secara Nasional ........................................................... 2
B. Karakteristik perundang-undangan sumber daya alam yang ada di Indonesia ............. 10
C. Kelimpahan sumber daya alam di daerah pedalaman ................................................... 13
D. Masyarakat adat sebagai pelindung kelestarian sumber daya alam .............................. 17
E. Sumber Daya Alam dan Lingkungan ............................................................................ 20
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 25
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 25
A. Saran .............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakanng
Sumber daya alam adalah segala kekayaan yang berupa benda makhluk hidup
dan benda mati yang ada di muka bumi dan dapat digunakan untuk memenuhi
keperluan hidup manusia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan
sumber daya alam yang melimpah dan sangat luar biasa, baik sumber daya alam
hayati, maupun sumber daya alam non hayati. Potensi kekayaan alamnya mulai dari
kekayaan laut, darat, bumi dan kekayaan alam lainnya yang terkandung di dalam
bumi Indonesia. Kekayaan sumber daya alam tersebut sebagian telah
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Indonesia dan sebagian lainya
masih berupa potensi yang belum dimanfaatkaan karena berbagai keterbatasan
seperti kemampuan teknologi dan ekonomi, contohnya pemanfaatan sumber daya alam
yang kurang di daerah pedalaman.
Sumber daya alam bagi berbagai komunitas di Indonesia bukan hanya
memiliki nilai ekonomi tetapi juga makna sosial, budaya dan politik. Sumber daya
alam berperan penting dalam pembentukan peradaban pada kehidupan manusia,
sehingga setiap budaya dan etnis memiliki konsepsi dan pandangan dunia tersendiri
tentang penguasaan dan pengelolaan dari sumber daya alam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kelimpahan sumber daya alam secara nasional?
2. Bagaimana kelimpahan sumber daya alam pada daerah pedalaman?
3. Apa yang dimaksud sumber daya alam dan lingkungan hidup?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana kelimpahan sumber daya alam secara nasional.
2. Untuk mengetahui bagaimana kelimpahan sumber daya alam pada daerah
pedalaman.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud sumber daya alam dan lingkungan hidup.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kelimpahan Sumber Daya Alam secara Nasional


Indonesia memiliki banyak sekali sumber daya alam. Bagi negara yang
orientasi pembangunannya masih bertumpu pada basis sumber daya alam,
ekonominya akan menjadi kuat bila didukung dengan basis sumber daya alam yang
banyak dan terus berlanjut serta memperhatikan ekologi lingkungannya secara lestari.
Kelimpahan sumber daya alam di Indonesia terdiri dari berbagai sektor, yaitu:

1. Pertanian
Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dikarenakan besarnya luas
lahan pertanian. Data statistik tahun 2001 menunjukkan 45% penduduk Indonesia
bekerja di bidang pertanian. Pasalnya negara ini mempunyai lahan seluas lebih dari 31
juta ha yang siap untuk ditanami yang sesektor besar berada di pulau Jawa. 1Sampai
dengan tahun 2020 sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
hidupnya pada alam, sebagian besar angkatan kerja masih secara langsung
menggantungan hidupnya pada sektor pertanian, baik sebagai pemilik maupun sebagai
buruh tani. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam usaha pertanian perlu
diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi pertanian yaitu iklim, topografi,
tanah, penduduk, sosial budaya, teknologi.
Sebagian besar penduduk Indonesia menanam tanaman pokok, seperti padi,
jagung, dan sebagian kecil adalah sagu dan ubi kayu. Berikut beberapa hasil pertanian
rakyat yang menghasilkan bahan makanan adalah:
a. Padi
Padi merupakan tanaman makanan pokok sebagian besar bangsa Indonesia.
Padi banyak dihasilkan di wilayah Jawa, Sumatra, Bali, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan
b. Jagung
Jagung merupakan tanaman pokok kedua. Jagung berasal dari Amerika.
Jagung dapat ditanam di sawah, ladang dan tegalan atau sebagai tanaman tumpangsari

1
Bonaraja Purba, dkk. Sebuah Konsep, Fakta, dan Gagasan Ekonomi Sumber Daya Alam. Medan:
Yayasan Kita Menulis, 2020
2
3

dengan padi goreng. Daerah penghasil jagung yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Timur dan Sulawesi.
c. Kedelai
Kedelai merupakan sumber protein nabati, tanaman ini berasal dari Korea.
Kedelai dapat ditanam di sawah dan tegalan. Kedelai dapat diolah menjadi berbagai
macam makanan yaitu tempe, tahu, kecap, taoco, susu, mentega, dan tepung kedelai.
Daerah penghasil kedelai adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara
Timur.
d. Kacang tanah
Kacang tanah berasal dari Amerika. Tanaman ini dapat ditanam di sawah dan
tegalan. Daerah penghasil kacang tanah yaitu Jawa dan Sulawesi Selatan. Kacang
tanah dapat dibuat olahan minyak goreng, sabun, dan margarin.
e. Ubi Kayu
Ubi kayu berasal dari Brazil. Ubi kayu atau sering disebut ketela pohon
merupakan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung. Ubi kayu dapat ditanam di
ladang, tegalan dan sawah pada musim kemarau. Daerah penghasil ubi kayu adalah
Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur. Ubi
kayu dapat diolah menjadi tepung tapioka dan gaplek.
f. Ubi jalar
Tanaman ini dapat ditanam di ladang dan tegalan. Daerah pengahasil ubi jalar
antara lain Jawa, Madura, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, dan Irian
Jaya.
g. Hortikultura
Hortikultura adalah tanaman yang berupa buah-buahan dan sayuran. Tanaman
ini banyak dibudidayakan di daerah pegunungan.

2. Perikanan
Selain disebut sebagai negara agraris, Indonesia juga dikenal sebagai negara
maritim. Luas perairan laut Indonesia sekitar 3.300.000 km2. Dengan memiliki laut
dan pesisir yang sangat luas terkandung kekayaan alam yang beraneka ragam, mulai
dari ikan, rumput laut, dan terumbu karang. Potensi perikanan perairan Indonesia
sekitar 6,6 juta ton per tahun yang terdiri dari 4,5 juta ton di perairan. Kegiatan
penduduk Indonesia dalam bidang perikanan dapat dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:
4

1. Perikanan laut, yaitu usaha penangkapan ikan di laut yang dilakukan di perairan
pantai atau di tengah laut. Cara penangkapan ikan di laut dilakukan secara
tradisional maupun modern. Penangkapan ikan meliputi daerah perairaan Jawa,
Sumatera, Ambon, Sulawesi, Irian Jaya, dan Maluku. Hasil tangkapannya dapat
berupa ikan tenggiri, tongkol,, teri, bawal, udang, kakap, selar, layur, ikan jambal,
cakalang, dan tuna.
2. Perikanan darat, yaitu usaha pembudidayaan dan penangkapan ikan di perairan
darat. Perairan darat meliputi sungai, danau, rawa, waduk, empang sawah yang
digenangi air selama masa tanam, dan tambak. Perikanan darat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1) Perikanan air tawar, perikanan air tawar diusahakan di kolam, danau, dan
sawah, di rawa sungai. Jenis ikan yang dihasilkan adalah ikan mujai, ikan
mas, ikan nila, ikan gurame, ikan sepat siam.
2) Perikanan air payau, perikanan air payau ini diusahakan di daerah pantai,
seperti di pantau Utara Jawa, Sumatera Utara, Sulawesi Barat, dan Madura.
Ikan yang dibudidayakan di air payau adalah ikan bandeng dan udang.
Selain menghasilkan berbagai macam jenis ikan, perikanan juga menghasilkan
1. Rumput laut, sebagai bahan untuk membuat agar-agar dan obat-obatan.
2. Teripang, terdapat di daerah perikanan Maluku.
Pengolahan hasil perikanan dapat dilakukan dengan pengawetan, antara lain:
1. Pengawetan dengan cara pendinginan
2. Pengawetan dengan cara penggaraman
3. Pengawetan dengan cara pemindangan
4. Pengawetan dengan cara pengasapan
5. Pengawetan dengan cara pengalengan.

3. Peternakan
Peternakan adalah suatu usaha pemeliharaan dan pembiakan ternak dengan
maksud diambil manfaatnya. Peternakan Indonesia masih dikerjakan secara sembilan
disamping mata pencaharian pokoknya sebagai petani. Bentuk peternakan ada yang
diusahakan dalam keluarga, yang disebut dengan ternak keluarga. Ada pula yang
diusahakan secara besar-besaran dengan modal besar dan diusahakan dengan cara
intensif dan ditujukan untuk kepentingan perdagangan.
5

Berdasarkan jenis hewan yang dipelihara, ternak dapat digolongkan menjadi:


a. Peternakan hewan besar, yang meliput:
1) Sapi
Ternak sapi dan indonesia semua dimanfaatkan seperti tenaganya yang
digunakan untuk membajak sawah, daging dan susunya untuk dikonsumsi.
Jenis sapi yang diusahakan di indonesia adalah
a) Sapi Bali, jenis sapi ini banyak diternakkan di pulau Bali dan
dimanfaatkan untuk diambil tenaga dan dagingnya.
b) Sapi Jawa dan Madura, adalah hasil perkawinan sapi liar dengan sapi dari
india (Zabu). Sapi ini dimanfaatkan untuk sumber tenaganya dan sering
digunakan sebagai lomba karapan sapi di Madura.
c) Sapi perah, dimanfaatkan manusia untuk di ambil susunya. Sapi ini di
datangkan oleh pemerintah dari Belanda dan Australia.
2) Kerbau
Kerbau di Indonesia adalah jenis binatang kedua yang diambil tenaganya
setelah sapi. Binatang ini merupakan hewan asli Indonesia yang hidupnya di
rawa-rawa. Kerbau dimanfaatkan manusia untuk diambil tenaganya, daging
dan kulitnya, serta diambil kotorannya untuk pupuk kandang.
3) Kuda
Kuda berasal dari Saudi Arabia, Persia, dan Mongolia. Kuda yang berasal
dari berbagai negara tersebut di silangkan dan menghasilkan jenis kuda baru,
seperti kuda batak, kuda sandel di Sumba, kuda jawa, kuda bima di Sumbawa,
kuda makasar di Sulawesi Selatan, Timor, dan Tapanuli. Kuda dimanfaatkan
manusia sebagai alat transportasi dan kotorannya diambil untuk pupuk
kandang.
b. Peternakan hewan sedang
Contoh dari hewan sedang adalah kambing, domba, kelinci, dan babi.
Hewan tersebut dikenal sebagai hewan budaya, karena sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan masyarakat setempat.
1) Kambing dan domba, peternakan kambing dan domba dimanfaatkan
manusia untuk diambil daging, susu, bulu, dan kulitnya.
2) Babi, ternak yang diusahakan untuk diambil dagingnya. Oleh karena itu
yang diusahakan adalah penggemukannya. Peternakan babi di Indonesia
kurang begitu maju karena sebagian besar penduduk Indonesia beragama
6

Islam. Daerah pemeliharaan babi adalah di Karawang, Bali, Tapanuli,


Minahasa, Lombok, Flores, Timor, Maluku, dan Irian Jaya.
3) Kelinci, peternakan yang dimanfaatkan dagingnya dan kulitnnya.

c. Peternakan unggas
Hampir semua peternakan di Indonesia memelihara unggas, yaitu itik,
ayam, dan burung. Untuk peternakan ayam dan itik dapat hidup dimana-
mana,karena ayam dan itik dapat hidup dalam keadaan iklim Indonesia dan
makanannya juga mudah. Ayam dan itik dimanfaatkan untuk diambil daging,
telur, dan bulunya. Jenis ayam dikembangkan yaitu ayam buras, leghorn, red,
broiller. Sedangkan itik yang dikembangkan adalah albio dari Kalimantan dan
itik manila.
Untuk ternak burung, yaitu ternak burung puyuh yang dimanfaatkan untuk
diambil telur dan dagingnya. Selain itu, ada ternak burung parkit, perkutut, jalak,
cucak rawa, beo, kutilang untuk dinikmati suaranya.

4. Perkebunan
Perkebunan adalah usaha penanaman tumbuhan secara teratur sesuai
dengan ilmu pertanian dan mengutamakan tanaman perdagangan. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan industri dalam
negeri melalui peremajaan, rehabilitaasi, perbaikan mutu tanaman,
penganekaragaman jenis dan pemanfaatan lahan transmigrasi perkebunan, lahan
kering, dan rawa secara lebih intensif dalam sistem agribisnis yang terpadu
dengan agroindustri melalui keterkaitan yang saling menguntungkan antara petani
produsen dengan industri.
Jenis tanaman yang ditanam antara lain, seperti karet, kelapa, cengkeh,
pala, teh, coklat, dan kapuk.
1) Karet
Tanaman karet yang ditanam di Indonesia adalah jenis Havea Braziliensis
(berasal dari Brazil). Daerah perkubunan karet berada di Jawa, Sumatera, dan
Kalimantan. Getah karet yang baru disadap disebut lateks. Getah karet diambil
dari pohon karet yang sudah berumur lima atau enam tahun.
Jenis karet yang dibudidayakan di Indonesia adalah
a) Karet sintesis merupakan tiruan yang dibuat dari campuran batu bara,
minyak bumi, dan kapur. Sifatnya tahan panas dan anti minyak.
7

b) Saghys adalah tanaman yang akarnya mengandung karet dengan kadar


karet lebih rendah dari Hevea
c) Reclaimed rubber adalah karet-karet bekas yang didaur ulang untuk
mendapatkan karet baru.
2) Tebu
Tanaman tebu berasal dari lembah Sungai Gangga di India. Perkebunan
tebu di Indonesia terdapat di Jawa meliputi Cirebon, Yogyakarta, Surakarta,
Purwokerto, Kedu, Madiun, Kediri, Malang,Pasuruan, Probolinggo, dan
Sidoarjo. Luar Jawa meliputi: Lampung, Aceh, Bone, Lombok, dan Seram.
Jawa Barat kurang sesuai untuk tanaman tebu karena memiliki curah hujan
yang tinggi. Jawa Timur merupakan daerah penghasil tebu terbesar.
3) Kelapa
Tanaman kelapa hampir dapat ditemui di seluruh Indonesia, terutama di
daerah pesisir pantai. Kelapa berasal dari Asia Selatan dan Asia Utara. Daerah
penghasil kelapa di Indonesia adalah Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara,
Minahasa, Kepualauan Sangihe, Aceh, Sumatera Barat, Tapanuli, Riau,
Bengkulu, Lampung, Banten, Priagen Timur, Banyumas, Kedu, Yogayakarta,
dan Kediri.
4) Tembakau
Tanaman tembakau di Indonesia berasal dari Amerika Tengah Atau
Amerika Selatan.Penghasil tembakau di Indonesia adalah Priangan, Cirebon,
Pekalongan, Banyumas, Kedu, Yogayakarta, Surakarta, Malang, Besuki,
Kediri, Deli, Langkat, Serdang, Bengkulu, Payakumbuh, Lampung.
5) Teh
Teh mengandung zat penyegar yang disebut theine. Tanaman teh di
Indonesia berasal dari Asia Timur (Cina) yang sering disebut dengan sinensis
tea. Teh yang ditanam di Indonesia adalah jenis assam karena teh jenis ini
lebih menguntungkkan sebab cepat tumbuhnya dan tahan terhadap penyakit.
Penghasil teh di Indonesia adalah Sumatera Barat, Pematang Siantar,
Bengkulu, Bogor, Pangalengan, Sukabumi, Pekalongan, Wonosobo,
Malang, dan Banyuwangi. Pabrik teh terbesar berada di Rancabali, Bandung
Selatan.
6) Kopi
Tanaman kopi berasal dari Abbesinia (Ethopia) di Afrika. Daerah
penghasil kopi di Indonesia adalah Priangan, Kedu Utara, Besuki, Malang,
8

Kediri, Blitar, Jember, Bondowoso, Bengkulu, Lampung, Palembang, Aceh,


Sumatera Barat, dan Riau, Minahasa, Sedang, Flores, Timor, dan Bali.
7) Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit beraal dari Guinea, Afrika Barat. Penghasil
kelapa sawit adalah Sumatera Utara, Riau, Jambi, Aceh, Sumatera Selatan,
Lampung, Sulawesi.
8) Cengkeh
Tanaman cengkeh sudah dikenal lama oleh masyarakat Indonesia yang
digunakan untuk rempah-rempah. Cengkeh dimanfaatkan daunnya untuk
diambil minyak atsiri dan kuncup bunga yang sudah tua tapi belum mekar.
Daerah penghasil tanaman cegkeh adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Lampung, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Maluku.

5. Kehutanan
Indonesia memiliki sumber kekayaan hutan yang sangat penting untuk
pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi, pemeliharaan kesuburan tanah,
pelestarian lingkungan hidup. Sumber daya hutan merupakan segala sumber
persediaan areal pepohonan sebagai persekutuan hidup hayati beserta
lingkungannya dan secara potensial dapat didayagunakan. Beberapa hasil yang
dapat diambil dari hutan adalah:
1) Kayu cendana dihasilkan dari hutan cendana yang terdapat di Nusa Tenggara
2) Kayu bakau merupakan hasil hutan di daerah berpayau
3) Bambu dihasilkan dari hutan homogen, yaitu hutan bambu yang banyak
terdapat di Jawa dan Sulawesi Selatan
4) Kayu jati dihasilkan dari hutan jati yang terapat di daerah bertanah kapur
5) Kayu pinus yang dihasilkan dari hutan pinus yang terdapat di Takengon (Aceh)
dan merupakan hutan budidaya
6) Kayu meranti, kanfer, kruing, ulin, kayu besi, kayu hitam yang dihasilkan dari
hutan rimba sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Seram, Kei, dan Irian Jaya
7) Kayu jeunjing (sengon) dihasilkan dari hutan kayu sengon yang termasuk
hutan budi daya
8) Rotan banyak terdapat di hutan Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi
9) Damar ialah getah-getah pohon barus, banyak terdapat di hutan Sumatera
10) Getah agatis dari pohon agatis alba yang terdapat di hutan-hutan Kalimantan,
Sulawesi Tengah, dan Maluku
9

11) Jelutung merupakan hasil hutan yang banyak tedapat di Kalimantan dan
Sumatera
12) Buah tengkawang, dihasilkan di hutan Kalimantan
13) Kemenyan merupakan hasl hutan yang banyak terdapat di Sumatera
14) Gambir dihasilkan dari hutan yang terdapat di Riau dan Kalimantan.

6. Pertambangan
Pertambangan adalah segala macam usaha untuk mengambil mineral-
mineral yang berguna bagi kesejahteraan manusia. Selama ini pemasok salah satu
pemasok devisa negara terbesar adalah dari sektor pertambangan terutama
minyak bumi dan gas bumi. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang
memiliki berbagai jenis barang tambang, namun biarpun melimpah barang
tambang yang ada tidak akan berguna apabila tidak diambil, diproses serta
digunakan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Jenis barang tambang yang
dihasilkan Indonesia adalah:
1) Minyak bumi
Minyak bumi adalah barang tambang yang bahan dasarnya plankton. Minyak
bumi merupakan komoditas ekspor dan merupakan andalan Indonesia sampai
saat ini. Pengambilan barang tambang ini dengan mengebor, bisa di darat atau
dilepas pantai.
2) Gas Alam Cair
Gas alam cair biasanya terdapat juga di setiap pengeboran minyak bumi,
karena memiliki berat jenis lebih kecil. Gas alam cair dikelola oleh pertamina.
Gas alam cair ini barang yang sangat diunggulkan bersama minyak bumi.
3) Batu bara
Batu bara merupakan barang tambang yang dimiliki Indonesia dalam jumlah
yang banyak. Menurut hasil penyeledikan Indonesia memiliki batu bara lima
miliar ton. Perusahaan yang mengelola tambang batu bara adalah perusahaan
Negara Batu Bara.
4) Batu permata
Proses terjadinya batu permata tergantung dari jenis batunya, misalnya intan
terjadi karena metamorfose, biasanya terdapat pada pertukaran placer atau
alluvial deposit, tapi juga terdapat pada pertukaran batuan beku basic secara
lokal, yaitu disebut kimberlite. Jenis-jenis permata yaitu intan, mirah, safir,
mata kucing, jambrut. Batu permata digunakan sebgai perhiasan.
10

5) Marmer
Marmer terjadi karena adanya kontak metamorfose akibat instrusi batuan
andesit pada batu kapur tersier ataupun miiosen. Batu marmer terdiri dari batu
marmer berkristal kasar, batu marmer berbutir kasar, batu marmer bersifat
masif.

B. Karakteristik perundang-undangan sumber daya alam yang ada di Indonesia


Instrumen hukum yang berkaitan dengan sumber daya alam dalam sistem
hukum hukum Indonesia seperti : (1) UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria; (2) UU No. 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan; (3) UU No.
11 Tahun 1974 tentang Pengairan; (4) UU No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan; dan
UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; pada dasarnya memiliki karakteristik dan
kelemahan-kelemahan substansial seperti berikut :
a. Pertama, berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam (resources use oriented)
sehingga mengabaikan kepentingan konservasi dan keberlanjutan fungsi sumber
daya alam, karena hukum semata-mata digunakan sebagai perangkat hukum (legal
instrument) untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi (economic
growth) dan peningkatan pendapatan dan devisa negara;
b. Kedua, berorientasi dan berpihak pada pemodal-pemodal besar (capital oriented).
sehingga mengabaikan akses dan kepentingan serta mematikan potensi-potensi
perekonomian masyarakat adat/lokal;
c. Ketiga, menganut ideologi penguasaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang
berpusat pada negara/pemerintah (statebased resource management), sehingga
orientasi pengelolaan sumberdaya alam bercorak sentralistik;
d. Keempat, manajemen pengelolaan sumber daya alam menggunakan pendekatan
sektoral, sehingga sumber daya alam tidak dilihat sebagai sistem ekologi yang
terintegrasi (ecosystem);
e. Kelima, corak sektoral dalam kewenangan dan kelembagaan mennyebabkan tidak
adanyakoordinasi dan keterpaduan antar sektor dalam pengelolaan sumber
dayaalam; dan
f. Keenam, tidak diakui dan dilindunginya hak-hak asasi manusia secara utuh,
terutama hak-hak masyarakat adat/lokal dan kemajemukan hukum dalam
penguasaan dan pemanfaatan sumber daya alam.
11

Dalam perkembangan selanjutnya, setelah pemerintahmenyadari adanya


berbagai kelemahan substansial di atas, maka sejumlah upaya perbaikan dilakukan
dengan membuat undang-undang baru seperti : (1) UU No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; (2) UU No. 24 Tahun 1992
tentang Penataan Ruang; dan (3) UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Namun demikian, persoalan mendasar dalam pengelolaan
sumberdaya alam masih belum terjawab dalam substansi maupun implementasi dari
undang-undang tersebut, karena masih ditemukan kelemahan-kelemahan seperti
berikut :
1) Pemerintah masih mendominasi peran dalam penguasaan dan pemanfaatan sumber
daya alam (state-dominated resource management);
2) Keterpaduan dan koordinasi antar sektor masih lemah;
3) Pendekatan dalam pengelolaan tidak komprehensif;
4) Hak-hak masyarakat adat/lokal atas penguasaan dan pemanfaatan sumberdaya
alam belum diakui secara utuh;
5) Ruang bagi partisipasi masyarakat dalam pengeloaan sumberdaya alam masih
diatur secara terbatas;
6) Transparansi dan akuntabilitas pemerintah kepada publikdalam pengelolaan
sumber daya alam belum diatur secara tegas.

Sementara itu, beberapa undang-undang seperti : (1) UU No. 5 Tahun 1994


tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati; (2) UU No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak-
hak Asasi Manusia, mengatur prinsip-prinsip penting yang mendukung pengelolaan
sumber daya alam yang adil, demokratis, dan berkelanjutan. Tetapi, prinsip-prinsip
global pengelolaan sumberdaya alam antara lain seperti : konservasi dan keberlanjutan
fungsi sumberdaya alam, transparansi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya alam, desentralisasi, dan pengakuan dan perlindungan atas hak-hak
masyarakat adat/lokal, belum terakomodasi dan terintegrasi dalam undang-undang
yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam yang telah ada.
Karena itu, persoalan-persoalan mendasar dalam pengaturan mengenai
pengelolaan sumber daya alam yang berpotensi mengancam keberlanjutan fungsi
sumber daya alam dan kelangsungan hidup bangsa perlu segera diselesaikan. Salah
satu agenda nasional yang mendesak untuk direalisasikan untuk menjamin kelestarian
dan keberlanjutan fungsi sumber daya alam, meningkatkan partisipasi masyarakat,
12

transparansi dan mendukung proses demokratisasi dalam pengelolaan sumber daya


alam, menciptakan koordinasi dan keterpaduan antar sektor, serta mendukung
terwujudnya good environmental governance (pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup, termasuk perlindungan daya dukung ekosistem dan perlindungan
fungsi lingkungan hidup, secara efektif, efisien, aspiratif dan responsif, yang
didasarkan pada prinsip-prinsip penyelenggaraan negara yang baik (good governance),
yaitu penyelenggaraan negara dan penanganan masalahmasalah publik yang
didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi, transparansi, partisipasi publik yang sejati
(genuine public participation) dan akuntabilitas publik (public acountability)), adalah
membentuk undang-undang pengelolaan sumber daya alam yang mencerminkan
prinsip-prinsip keadilan, demokratis, dan keberlanjutan fungsi sumber daya alam.
Landasan konstitusional untuk mewujudkan agenda nasional membentuk
undang-undang pengelolaan sumber daya alam pada dasarnya adalah Alinea IV
Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan : “Kemudian daripada itu untuk membentuk
suatu pemerintahnegara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan .............”. Lebih lanjut, Ketetapan MPR RI
Nomor IV/MPRRI/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004,
khususnyaBab IV Arah Kebijakan hurup H Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup angka 4 menyatakan : “Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan
lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan
budaya masyarakat lokal, serta penataan ruang, yang pengusahaannya diatur dengan
undang-undang”.2
Dari realitas yang bersumber dari fenomena-fenomena yang ada di berbagai
wilayah di Indonesia tersebut maka bisa dikatakan bahwa buruknya pengelolaan
sumber daya alam yang mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup bersumber dari:
(1) kemiskinan; (2) lemahnya penegakan hukum; (3) rendahnya taraf sinkronisasi
peraturan terkait dengan pengelolaan sumber daya alam; (4) dorongan peningkatan
pendapatan asli daerah; (5) perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak
menjadi agenda politik utama; (6) masih belum kuatnya pengakuan peran masyarakat
lokal; (7) upaya pemaksaan kehendak melalui instrument hukum.

2
I Nyoman N.2001, PRINSIP-PRINSIP GLOBAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM :
IMPLIKASINYA BAGI POLITIK PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL, Simposium Internasional Jurnal
Antropologi Indonesia ke-2, Padang.Hlm 4-7
13

Maka perlu dibangun karakter politik hukum pengelolaan sumber daya alam
yang pro-ketertiban, pro-keadilan sosial dan pro- kesejahteraan rakyat, pro-
penghapusan kemiskinan, pro-kearifan lokal dan pro-lingkungan.3

C. Kelimpahan sumber daya alam di daerah pedalaman

Sebenarnya daerah pedalaman mempunyai sumber daya alam yang melimpah,


akan tetapi masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan
dengan daerah lain dalam skala nasional. Suatu daerah yang dikatakan tertinggal,
karena secara geografis relatif sulit dijangkau karena letaknya yang jauh di pedalaman,
umumnya memiliki sumber daya alam besar namun lingkungan sekitarnya merupakan
daerah yang dilindungi atau tidak dapat di eksploitasi. Dari sisi sumber daya manusia,
umumnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilannya relatif rendah serta
kelembagaan adat yang belum berkembang. Adanya keterbatasan sarana dan prasarana
komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan
lainnya. Berbagai bentuk sumber daya alam di daerah pedalaman yang kita belum
ketahui karena belum terekspose ke khalayak umum. Berikut rangkuman mengenai
beberapa sumber daya alam di daerah pedalaman di Indonesia:

1. Sumber energi terbarukan dari air dalam menghidupi masyarakat pedalaman


Air merupakan kebutuhan mutlak makhluk hidup, selain untuk minum,
memasak, ataupun membersihkan diri, air juga dapat dijadikan sumber energi
terbarukan. Masyarakat di daerah pedalaman terbiasa menggunakan sumber energi
dari alam seperti contoh menggunakan Pengembangan energi terbarukan listrik
melalui potensi air (mikrohidro). Beberapa aspek bagi keberlanjutan mikrohidro
adalah kawasan tangkapan air (catchment area) berupa kawasan hutan di sekitarnya,
spesies yang mempengaruhi pertumbuhan dan penyebaran biji untuk memperkaya
kawasan hutan, dan air bersih itu sendiri. Adapun hasil dan manfaat jasa dari
lingkungan tersebut berupa energi listrik yang turunannya akan berdampak kepada
nilai ekonomi masyarakat, pendidikan, dan informasi.

3
Aji Samekto dkk, 2015, Membangun Politik Hukum Sumber Daya Alam Berbasis Cita
Hukum Indonesia, Penerbit Tafa Media, Yogyakarta, hal 21
14

Pengembangan energi terbarukan ini juga memanfaatkan jasa lingkungan untuk


menyeimbangkan mendorong konservasi pada daerah sekitar tangkapan air. Contoh
nyata penerapan mikrohidro di daerah pedalaman adalah pengembangan pembangkit
listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) di Dusun Sungai Lung, Desa Sungai Abau,
Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Daerah
tangkapan air untuk PLTMH Sungai Lung ini terletak di koridor antara Taman
Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Danau Sentarum dengan luas 100 ha,
terdiri dari kawasan berhutan cukup lebat dan hutan sisa perladangan. Juga di
Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur memiliki banyak potensi pengembangan
mikrohidro. Energi alternatif ini adalah salah satu solusi memecahkan kebutuhan
masyarakat terhadap energi listrik yang belum dirasakan secara langsung, khususnya
mereka di pedesaan. Saat ini mikro hidro yang sudah terbangun di Kutai Barat dapat
ditemui di Kampung Long Pahangai. Pembangunan sumber energi alternatif di
kampung di hulu Sungai Mahakam ini dilakukan pada kurun 2009-2010, oleh
Kementerian Energi, Sumber Daya dan Mineral (ESDM) melalui dana APBN.
Tujuannya adalah membantu memenuhi kebutuhan masyarakat akan listrik untuk
penerangan. Pelaksanaan pembangunan mencakup bendungan air, pipa, rumah turbin
dan trafo utama listrik.4

2. Kelimpahan Komoditas tambang di daerah pedalaman


Komoditas tambang biasa didapatkan di daerah pedalaman, meliputi
5
komoditas tambang mineral logam, batubara, bukan logam, dan batuan. Bahan
tambang yang melimpah dijumpai di daerah pedalaman sering kali belum
tereksploitasi, sehingga belum dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya, sedangkan
dibeberapa daerah yang telah tereksploitasi malah tidak membawa masyarakat
pedalaman pada kemajuan taraf hidup. Misalnya, potensi tambang emas di Papua yang
merupakan salah satu wilayah nusantara yang memiliki kekayaan alam luar biasa.
Kekayaan alam didapat terutama dari sektor tambang dan migasnya. Limpahan
sumber daya alam di Papua ternyata tidak membawa berkah bagi masyarakat

4
Eghtenter, C. Putera, M.H. Ardiyansyah I., Masyarakat dan Konservasi, 50 kisah yang menginspirasi
dari WWF untuk Indonesia, WWF-Indonesia, 2012, hal. 78
5
Chusni Anshori Dan Defry Hastria, Potensi Bahan Tambang, Penataan Wilayah Usaha Pertambangan
(WUP) Dan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Di Kebumen, Jurnal Tekhnologi Mineral Dan Batubara,
Kebumen Vol. 8 Nomor 3, Hal. 108
15

setempat, bahkan daerah yang berlimpah kekayaan alamnya ini termasuk wilayah
termiskin di Indonesia. Padahal di wilayah ini tambang emas terbesar di dunia yaitu
PT Freeport Indonesia berada. Eksplorasi minyak di Teluk Bintuni dan pembukaan
lahan besar besar terkait program MIFEE juga tidak membawa kemajuan yang berarti
pada masyarakat Papua Dengan demikian tidak mengherankan di tengah limpahan
kekayaan alam yang seharusnya menjadi berkah justru yang dituai adalah rasa tidak
aman dan konflik.6
Juga pada wilayah pedalaman di Kalimantan Sumber daya batubara hampir
menutupi seluruh wilayah provinsi, bahkan tidak sedikit permukiman yang ada di
Kalimantan Timur dibangun di atas batubara itu sendiri. Cadangan sumber daya
batubara yang dimiliki Kalimantan Timur ini merupakan yang terbanyak dari tiga
provinsi lain yang berada di Pulau Kalimantan. Akan tetapi kecenderungan
menambang batubara berdekatan dengan daerah-daerah yang mudah diakses, hal itu
terkait dengan ketersediaan infrastruktur. Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan apabila menggunakan jalan umum jauh lebih murah dibandingkan dengan
menggunakan jalan yang dibangun oleh perusahaan sendiri. Perusahaan tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk membangun jalan guna membuka akses ke dan dari
kawasan tambangnya. Walaupun potensi konfl ik menggunakan jalan umum lebih
tinggi dibandingkan dengan menggunakan jalan perusahaan sendiri, namun dengan
pertimbangan biaya transportasi ini sehingga penambangan di areal pedalaman dengan
jalan yang belum tersedia relatif sedikit. Upaya ke sana akan dilakukan kalau potensi
batubara yang berdekatan dengan permukiman ataupun yang mudah diakses sudah
habis sehingga tidak ada pilihan bagi perusahaan kecuali menambang di daerah
pedalaman.7

3. Kelimpahan sumber daya ikan


Di daerah pedalaman, masyarakat mengantungkan diri pada alam dan
memenuhi kebutuhan terutama pangan nya dengan mencari di alam, salah satu sumber
daya yang dimanfaatkan adalah kelimpahan ikan.
Beberapa diantaranya yaitu, sekitar 80 persen penduduk Tumbang Runen, desa
di sebelah barat Taman Nasional Sebangau di Kalimantan Tengah, menggantungkan
hidupnya dari usaha perikanan, terutama menangkap ikan dan budidaya ikan tauman.
6
Sri Yanuarti, Kemiskinan Dan Konflik Papua Di Tengah Sumber Daya Yang Melimpah, Hal. 33
7
Robert Sibuarian, Pertambangan Batubara: Antara Mendulang Rupiah Dan Menebar Potensi Konflik,
Masyarakat Indonesia, Vol.38, No.1, Juni, 2012 Hal. 82
16

Sedangkan pada perairan sekitar Koon, Seram Timur, Maluku awalnya disinyalir
sebagai salah satu daerah pemijahan kelompok ikan kerapu yang populasi bisa
disimpulkan masih cukup besar. Telah lama, kawasan Koon menjadi lokasi
penangkapan ikan bagi nelayan asal Grogus dan sekitarnya. Kegiatan penangkapan
ikan berlebih termasuk di habitat pemijahan sangat memprihatinkan bagi
keberlangsungan sumberdaya ikan baik sebagai sumber ekonomi maupun sumber
protein bagi masyarakat pesisir. Berbagai hasil penelitian kesehatan karang dan
kelimpahan ikan termasuk di dalam kawasan konservasi laut (KKL) menunjukan
semakin jarang ditemukan habitat pemijahan ikan yang masih berfungsi akibat
aktivitas tangkap lebih itu.8
Sumber daya laut Patoameme sebenarnya cukup potensial. Banyak jenis ikan
yang merupakan komoditas yang berharga, misalnya ikan tuna dan cakalang. Namun
belum mampu digali secara optimal oleh penduduk setempat. Hal ini mengingat
penduduk pesisir Patoameme merupakan nelayan kecil dengan peralatan dan tenonogi
yang masih konvensional.9

4. Hutan sebagai supermarket dan apotek masyarakat pedalaman


Hutan berperan sebagai sumber pangan masyarakat pedalaman, hutan juga
berdampak besar pada produksi pertanian sekitarnya. Hutan menjadi rumah penyerbuk
yang membantu tanaman pertanian berproduksi, hutan juga membantu menjernihkan
air, menyokong pangan ternak, menyediakan tananman obat dan Kesehatan alami
serta menyuplai kayu untuk sumber bahan bakar. Hutan juga menjadi sumber
penghidupan masyarakat pedalaman, baik kebutuhan sandang, papan, ataupun pangan
yang di dapatkan dari hutan.
Masyarakat adat di Papua, termasuk masyarakat Malind Anim di kabupaten
Merauke, khususnya yang tinggal di kampungkampung, masih menggantungkan
hidupnya dari hutan dan sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Kebun, supermaket
dan apotik mereka masih berada di dalam hutan, rawa dan sungai di sekitar mereka.
Untuk kebutuhan sehari-hari, mereka mengambil sagu, kumbili dan umbi-umbian,
ikan maupun berburu satwa liar dari hutan di sekitar mereka. Membuat perahu
maupun maupun sebagian obat-obatan masih diambil dari alam sekitar mereka.
Keterikatan mereka dengan alam sekitarnya juga merupakan bagian budaya mereka.
Masyarakat Malind Anim memberikan penghormatan terhadap para leluhur yang
8
Eghtenter, C. Putera, M.H. Ardiyansyah I., op.cit hal. 84
9
Ruaida Murni, Sumber Daya Dan Permasalahan Sosial Di Daerah Tertinggal Kasus Desa Patoameme,
Sosio Konsepsia Vol. 4, No.1, 2014, Kabupaten Boalemo, Halaman: 260 – 273.
17

disebut “dema” dengan melindungi tempat-tempat persinggahan dema sebagai tempat


yang dikeramatkan.
Bagi masyarakat Dayak yang tinggal di kawasan hutan, hutan memberikan
mereka kehidupan. Hutan memberikan bahan makanan untuk kehidupan sehari-hari,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sumber makanan yang secara langsung
diambil dari hutan antara lain binatang buruan dan buah-buahan, sementara kebutuhan
yang tidak diperoleh secara langsung dilakukan melalui transaksi jual-beli hasil hutan
nonkayu dengan masyarakat lain. Rotan yang ada di hutan mereka ambil untuk dijual
ke pasar. Hasil dari penjualan itu digunakan untuk membeli keperluan sehari-hari yang
tidak diperoleh dari hutan ataupun tidak dapat mereka olah sendiri.
Sedangkan bagi masyarakat di Hutan Tesso Nilo yang merupakan hutan
dataran rendah yang tersisa di Provinsi Riau. Terbentang di kabupaten Pelalawan,
Indragiri Hulu, Kampar dan Kuantan Singingi, sebagian kawasannya seluas 83 hektar
(di kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu) ditunjuk menjadi Taman Nasional Tesso
Nilo sejak 2004. Di Tesso Nilo, masyarakat hidup dan mengumpulkan madu hutan
sebagai sumber pendapatan. Madu yang oleh masyarakat Melayu disebut “madu
Sialang” ini berasal dari pohon yang dihinggapi lebah (Apis dorsata). Pohon tersebut
dinamakan pohon Sialang yang terdiri dari berbagai jenis antara lain Kruing, Kempas,
Ara, Kedundung, Jelutung, Meranti. Biasanya, pohon Sialang tinggi dan besar dan
memiliki banyak cabang. Secara turun temurun masyarakat menjaga pohon Sialang
dan hutan sekitarnya agar tidak ditebang. Pelanggaran terhadap aturan tidak tertulis ini
akan dikenai sanksi adat.10

D. Masyarakat adat sebagai pelindung kelestarian sumber daya alam


Masyarakat di daerah pedesaan/pedalaman yang mayoritas termasuk Suku
sudah sejak lama dikenal memiliki pola hidup yang akrab dan terintegrasi dengan
alam. Hal ini tercerminkan dalam adat-istiadat (tata-cara, sikap dan pandangan hidup)
yang dikembangkan dan diwariskan secara turun-temurun dalam kelompok
masyarakat ini. Oleh sebab itu, dalam konteks pembangunan kehutanan adalah sangat
penting untuk mengikutsertakan dan memperhatikan adat-istiadat masyarakat tersebut.
Terutama penting untuk diakomodir disini adalah hal-hal yang berkaitan dengan hak,
kewajiban, serta sistem dan mekanisme pengelolaan lahan dan hutan yang berlaku dan

10
Eghtenter, C. Putera, M.H. Ardiyansyah I., op.cit Hal. 65
18

diterapkan oleh kelompok-kelompok masyarakat, khususnya oleh mereka yang tinggal


didalam dan disekitar kawasan hutan.11

Kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) didiami masyarakat


adat Dayak Kenyah, Lundayeh, Sa’aban, Punan, Kayan yang terbagi dalam 10 wilayah
adat besar. Masyarakat di dalam TNKM semakin sadar akan haknya dan bagaimana
proses negosiasi agar hak akses terhadap SDA tetap diakui dan dijamin. Pada tahun
1996, status cagar alam diubah menjadi taman nasional. Artinya, masyarakat adat
diakui keberadaannya. Meskipun begitu, status TN belum tentu menjamin penuh hak
dan peran masyarakat adat dalam pengelolaannya. Pola manajemen kolaboratif yang
pertama kalinya di Indonesia disahkan di TNKM akhirnya dikuatkan lagi sebagai
kebijakan kolaborasi dalam pengelolaan taman nasional di tingkat nasional. Inilah
tonggak pengakuan atas hak akses dan pengelolaan bersama kawasan konservasi bagi
masyarakat adat.

Kerusakan hutan adalah faktor yang mempercepat perubahan iklim dan


pemanasan global. Maka, tidak ada jalan lain selain mencegah kerusakan hutan dan
memperbaikinya. Di kawasan jantung Borneo, restorasi hutan pun dilakukan. Satu
yang bisa menjadi contoh adalah restorasi koridor antara TN Betung Kerihun dan TN
Danau Sentarum, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Restorasi tersebut telah
dilakukan sejak tahun 2009 bersama 42 kepala keluarga di tiga dusun yakni Sungai
Sedik, Tekalong dan Sepan. Mereka menyelamatkan kawasan perlindungan dengan
menanam kembali pohon hutan seperti. Jenis yang ditanam beragam, antara lain Petai
(Parkia speciosa), Langsat (Lansium domesticum), Tengkawang (Shorea stenoptera),
Durian (Durio zibethinus), Gaharu (Aquilaria malaccensis), Belian (Eusideroxylon
zwageri), Meranti (Shorea parvifolia), Sibau (Nephelium maingayii), Lengkeng
(Dimocarpus longan), Ucung (Baccaurea bracteata), Rambai (Baccaurea motleyana),
Tekam (Shorea sp), Tembesu (Fragrea fragrans) dan tanaman sumber pencaharian
Karet (Hevea brasilliensis).

Realitas pemanfaatan sumber daya tambang selama ini, sesungguhnya


merupakan pengingkaran terhadap pasal 33 ayat 3 dari UUD 1945, yang berbunyi:
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara

11
Dicky Simonangkir. Pengelolaan Hutan oleh Masyarakat Adat di Wilayah Pengelolaan Kawasan
Hutan Partisipatif (PKHO) Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Prosiding Simposium Internasional Jurnal
ANTROPOLOGI INDONESIA I Makassar 2000
19

dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Dengan adanya amanat


konstitusi itu, pemanfaatan kekayaan alam secara rasional dan proporsional
sesungguhnya merupakan suatu keharusan. Namun dalam kenyataannya, pihak-pihak
yang dimakmurkan oleh kekayaan alam yang terkandung dalam bumi Indonesia
terutama bumi Kalimantan Timur adalah para pemilik modal yang berasal dari
mancanegara. Sementara itu, penduduk lokal hidup dalam kemiskinan dengan
lingkungan yang semakin rusak. Sangaji (2002: 2) menyebutkan bahwa kehadiran
perusahaan transnasional pertambang an dari negara-negara kapitalis maju yang
menikmati surplus dari ekstraksi mineral di negara-negara sedang berkembang,
prosesnya ber langsung dalam sebuah iklim investasi dunia yang tidak adil. Dalam
operasionalnya, perusahaan justru mengeksploitasi buruh, merusak lingkungan, dan
memiskinkan penduduk lokal dengan cara menghancurkan sumber-sumber ekonomi
tradisio nal mereka seperti hilangnya hasil hutan, lahan pertanian, dan sungai karena
sudah beralih fungsi menjadi areal pertambangan .

Tidak saja dari sisi partisipasi pengelolaan sumber daya tambang yang nihil,
eksistensi identitas orang Dayak misalnya, sebagai pemilik tanah dengan hutan yang
ada di atasnya juga turut hilang. Hilangnya tanah dan hutan akibat aktivitas tambang
turut menghilangkan wadah ekspresi kultural orang Dayak. Padahal bagi orang Dayak,
hubungan hutan dengan mereka tidak dapat dipisah kan. Oleh karena itu, bagi orang
Dayak sendiri dapat disebutkan bahwa hutan identik dengan Dayak (Pilin dan
Petebang 1999: 20), sehingga mereka sangat peduli terhadap kelestarian hutan.
Mengingat pentingnya hutan bagi masyarakat lokal, maka terdapat hubungan timbal
balik di antara keduanya. Orang Dayak memiliki kearifan tradisional tentang
bagaimana memperlakukan hutan secara arif agar hutan yang mereka miliki secara
komunal itu dapat memberikan kehidupan bagi mereka dan generasi berikutnya.
Kalaupun ada kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas masyarakat lokal, tampaknya
kegiatan itu kurang signifi kan diangkat sebagai salah satu faktor yang menyebabkan
kerusakan lingkungan. Bagi orang Bukit3 misalnya, di setiap ladang yang mereka
tanam selalu diikuti dengan menanam bambu dari berbagai jenis. Dalam pembukaan
lahan baru pun, mereka tidak melakukan dengan sesuka hati, sebab setiap keluarga
mempunyai Kawasan garapan masing-masing. Dengan demikian, kepindahan untuk
menggarap ladang-ladang lain akan selalu berada dalam wilayahnya sendiri (Radam
2001: 322). Dengan rusaknya hutan, dari sisi ekonomi kerugian masyarakat lokal
dapat dikalkulasi, tetapi yang lebih sulit adalah terganggunya aktivitas kultural
masyarakat lokal. Tanah dan tutupan hutan di atasnya tidak saja dipandang dari
20

sekedar pemenuhan komoditas ekonomi. Lebih dari itu, tanah dan hutan mempunyai
fungsi sosial yang kuat dan menjadi sumber identitas masyarakat lokal karena dapat
menghubungkan hidup mereka dengan aspek-aspek spritual dan keagamaan.
Hubungan yang keramat atau spritual antara manusia dan tanah merupakan sesuatu
yang tidak dapat dikalkulasi secara ekonomi, termasuk dalam bentuk uang (Katoppo
2000: 261).12

E. Sumber Daya Alam dan Lingkungan


1. Sumber Daya Alam
a. Pengertian Sumber Daya Alam
Sumber daya alam merupakan kekayaan bumi yang berupa benda mati
maupun benda hidup yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
sumber daya alam memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Ada
beberapa jenis sumber daya alam yang tergolong tak dapat diperbarui sehingga
suatu saat akan habis. Oleh karena itu, manusia berkewajiban untuk berusaha
menggunakan sumber daya alam yang tak dapat diperbaruhi secara efisien. 13
b. Klasifikasi Sumber Daya Alam
Sumber daya alam dapat diklasifikasikan dalam 2 jenis, yaitu sumber daya
alam yang dapat diperbaruhi dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaruhi.
1.) Sumber daya alam yang dapat diperbaruhi (Hayati)
Sumber daya alam yang dapat diperbaruhi adalah sumber daya alam yang
dapat tercipta kembali dalam waktu yang relatif singkat, baik oleh alam
maupun teknologi. Misalnya hutan, pertanian, peternakan, perikanan, dan
masih banyak lainnya.
2.) Sumber daya alam tidak dapat diperbaruhi (nonhayati)
Sumber daya alam tidak dapat diperbarui adalah sumber daya alam yang
untuk terciptanya kembali memerlukan waktu yang sangat lama. SDA tidak
dapat diperbarui ini berproses secara alami dalam jangka waktu ribuan tahun
bahkan jutaan tahun. Sumber daya alam tak terbarukan tersebut dapat
dikategorikan menjadi dua macam yaitu SDA yang habis dikonsumsi seperti
logam, minyak dan gas bumi; selanjutnya yaitu SDA yang dapat didaur ulang
seperti besi, tembaga, dan aluminium. Sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui pengelolaannya perlu dihemat seefektif mungkin untuk

12
Robert Sibuarian, op.cit Hal. 72-73
13
Takdir Rahmadi, “ Hukum Lingkungan Di Indonesia”, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Hal 163.
21

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka waktu yang relatif panjang.


14

c. Manfaat Sumber Daya Alam


Beberapa manfaat sumber daya alam antara lain:
1) Sumber Makanan dan Obat-obatan

Banyak SDA yang sudah yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, baik
yang berasal dari SDA hayati maupun nabati. Misalnya SDA hayati dan nabati
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, contoh untuk sumber
makanan antara lain hewan – hewan ternak, berbagai umbi –umbian, berbagai
jenis biji – bijian dan sebagainya. Sedangkan untuk sumber obat – obatan
antara lain jahe, lempuyang, pasak bumi, laos, dan sebagainya.

2) Sumber Energi

Energi dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya untuk


memasak, menjemur pakaian, penerangan dan sebagainya. Energi yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari berasal dari sumber energi. Sumber
energi merupakan SDA yang dapat dimanfaatkan energinya, antara lain:

a. Yang berasal dari tanah contohnya minyak bumi, gas bumi, batu bara;

b. Yang berasal dari udara contohnya matahari, angin;

c. Air dapat dipakai sebagai pembangkit tenaga listrik;

d. Yang berasal dari biomas misalnya kayu, ranting, zat-zat pati, gula dan
getah-getahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

3) Sumber Devisa Negara

Tidak sedikit devisa negara dapat diperoleh dari pemanfaatan sumber


daya alam. Misalnya yang berasal dari :

a. Sumber daya alam biotik seperti hasil-hasil perkebunan (teh, karet dan
lain-lain), kehutanan (kayu, rotan, damar dan lain-lain);

14
Yonathan Pongtuluran, “MANAGEMEN SUMBER DAYA ALAM DAN KINGKUNGAN EDISI REVISI”,
(Yogyakarta:CV. ANDI OFFSET, 2015), Hal 40-42.
22

b. Sumber daya alam yang berasal dari tanah seperti minyak bumi, gas bumi,
batu bara, besi dan mineral lainnya, dan

c. Sumber daya alam laut (air) misanya udang, beraneka ragam ikan, rumput
laut dan lain-lain.

4) Sebagai Sumber Plasma Nutfah

Nilai biologis yang penting adalah hutan sebagai gudang plasma nutfah.
Plasma nutfah adalah sifat - sifat unggul yang diwariskan secara turun temurun.
Dahulu ada beberapa tanaman yang masih belum memiliki peranan yang
sangat penting, tapi pada saat ini diketahui memiliki manfaat yang bisa
digunakan oleh manusia, contohnya buah pace (mengkudu) yang semula tidak
dimanfaatkan sekarang memiliki khasiat meningkatkan kebugaran tubuh,
mencegah dan mengobati penyakit tekanan darah tinggi, tanaman mamba
(Azadirakhta indica) dahulu tanaman ini hanya merupakan tanaman pagar
tetapi saat ini diketahui mengandung zat azadirakhtin yang memiliki peranan
sebagai anti hama dan anti bakteri. Adapula jenis gangga yang memiliki
kandungan protein tinggi, yang digunakan sebagai sumber makanan masa
depan misalnya Chlorella.(Kaligis,1986).15

2. Lingkungan Hidup
a. Pengertian Lingkungan Hidup
Lingkungan merupakan semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang
yang kita tempati yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Menurut
Munadjat Danusaputro, dikatakan bahwa lingkungan hidup merupakan semua
benda dan kondisi termasuk manusia dan pembuatannya yang terdapat dalam
ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi serta berkaitan dengan
kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
Dengan demikian, pada dasarnya lingkungan hidup merupakan bagian
terpenting dan sangat menentukan bagi kehadiran dan kelangsungan hidup
manusia, kebudayaan, dan peradabannya.
b. Macam-macam lingkungan
Menurut L.L Bernard dalam N.H.T. Siahaan, mengatakan bahwa
lingkungan terbagi menjadi 4 bagian besar, antara lain:

15
Kaligis, J, “Biologi I. PIPA 2233. Modul 6-9”, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1986).
23

1) Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang terdiri dari gaya kosmik dan
fisiografis seperti tanah, udara, laut, radiasi, gaya tarik, ombak dan lain
sebagainya.
2) Lingkungan biologi atau organik, yaitu segala sesuatu yang bersifat biotis yang
berupa mikroorganusme, parasit, hewan, tumbuhan, termasuk juga disini
lingkungan prematal dari proses-proses biologi seperti reproduksi,
pertumbuhan dan lainsebagainya.
3) Lingkungan sosial, yang dalam hal ini terbagi dalam tiga bagian yaitu 1)
lingkungan fisiososial meliputi kebudayaan materiil seperti peralatan, mesin,
senjata, gedung-gedung, dan ain-lain; 2) lingkungan biososial manusia dan
bukan manusia, yaitu manusia dan interaksinya terhadap sesamanya dan
tumbuhan beserta hewan domestik dan semua bahan yang digunakan manusia
yang berasal dari sumber organik; 3) lingkungan psikososial, merupakan
lingkungan yang berhubungan dengan tabian batin manusia seperti sikap,
pandangan, keinginan, keyakinan.
4) Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara institusional berupa
lembaga-lembaga masyarakat, baik yang terdapat didaerah kota maupun
desa.16
c. Pelestarian Lingkungan Hidup
Menurut Lonergan dalam addinul Yakin dijelaskan bahwa terdapat tiga
dimensi penting yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan berwawasan
lingkungan, antara lain:
1) Dimensi ekonomi, yang menghubungkan antara pengaruh-pengaruh unsur
makro ekonomi mikro pada lingkungan.
2) Dimensi politik, yang mencangkup proses politik yang menentukan
penampilan dan sosok pembangunan, pertumbuhan penduduk, dan degradasi
lingkungan pada semua negara.
3) Dimensi sosial budaya, yang mengaitkan antara tradisi atau sejarah dengan
dominasi ilmu pengetahuan barat, serta pola pemikiran dan tradisi agama.
Ketiga dimensi diatas berintegrasi satu sama lainuntuk mendorong terciptanya
pelestarian lingkungan. Sehubung dengan itu, pemerintah telah menggariskan
kebijaksanaan dan melakukan tindakan yang mendorong ditingkatkannya upaya
pelestarian lingkungan hidup. selain itu, pemerintah juga berkewajiban untuk

16
Moh Fadli, Mukhlish, Mustafa lutfi, “HUKUM DAN KEBIJAKAN LINGKUNGAN”, (Malang:UB Press,
2016), hal 3-5.
24

menumbuh dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan tanggung jawabnya


dalam pengelolaan lingkungan hidup. 17

17
Ibid 2, hal 13-14.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sumber daya alam adalah segala kekayaan yang berupa benda makhluk hidup dan
benda mati yang ada di muka bumi dan dapat digunakan untuk memenuhi keperluan
hidup manusia. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat berlimpah. Dalam
memanfaatkan sumber daya alam manusia perlu berdasar pada prinsip ekoefisiensi.
Kelimpahan sumber daya alam di secara nasional dibagi menjadi beberapa sektor, yaitu
bidang pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan.
Sumber daya alam dapat diklasifikasikan dalam 2 jenis, yaitu sumber daya alam yang
dapat diperbaruhi dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaruhi. Sumber daya alam
memilki beberapa manfaat yang sangat penting bagi negara, yaitu sumber makanan dan
obat-obatan, sumber energi, sumber devisa negara, sumber plasma nutfah. Sumber daya
alam tidak pernah terlepas dari lingkungan. Lingkungan merupakan semua benda dan
kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia. Lingkungan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu lingkungan fisik, lingkungan
biologi atau organik, lingkungan sosial, lingkungan komposit. bahwa terdapat tiga
dimensi penting yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan berwawasan
lingkungan, yaitu dimensi ekonomi, dimensi politik, dimensi sosial budaya.

A. Saran
Untuk generasi muda penerus bangsa, agar Indonesia menjadi negara yang maju
kita harus semangat dalam menuntut ilmu, banyak membaca mengenai klasifikasi dan
pengelolaan sumber daya alam, memperbanyak pengalaman dengan mengikuti volunter
lingkungan, dan selalu menjaga lingkungan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Chusni., Hastria, Defry. Potensi Bahan Tambang, Penataan Wilayah Usaha
Pertambangan (WUP) Dan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Di Kebumen,
Jurnal Tekhnologi Mineral Dan Batubara, Kebumen Vol. 8 Nomor 3, Hal. 108
Eghtenter, C. Putera, M.H. Ardiyansyah I. 2012. Masyarakat dan Konservasi, 50 kisah yang
menginspirasi dari WWF untuk Indonesia, WWF-Indonesia.
Enoch, Muhammad, dkk. 2003. Pemaanfaatan Sumber Daya Alam Indonesia. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama
Fadli, Moh, Mukhlish, Mustafa lutfi. 2016. “HUKUM DAN KEBIJAKAN LINGKUNGAN”.
Malang:UB Press.
Kaligis, J. (1986). Biologi I. PIPA 2233. Modul 6-9. Jakarta: Universitas Terbuka.
Murni, Ruaida. 2014. Sumber Daya Dan Permasalahan Sosial Di Daerah Tertinggal Kasus
Desa Patoameme. Sosio Konsepsia Vol. 4, No.1. Kabupaten Boalemo. Hal. 260 – 273.
Nurjaya, I, N. 2001. PRINSIP-PRINSIP GLOBAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM :
IMPLIKASINYA BAGI POLITIK PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL,
Simposium Internasional Jurnal Antropologi Indonesia ke-2, Padang.
Pongtuluran, Yonathan. 2015. “MANAGEMEN SUMBER DAYA ALAM DAN KINGKUNGAN
EDISI REVISI”. Yogyakarta:CV. ANDI OFFSET.
Purba, Bonaraja, dkk. 2020. Sebuah Konsep, Fakta, dan Gagasan Ekonomi Sumber Daya
Alam. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Purba, Bonaraja., dkk. 2020. Sebuah Konsep, Fakta, dan Gagasan Ekonomi Sumber Daya
Alam. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Rahmadi, Takdir. 2011. “ Hukum Lingkungan Di Indonesia”. Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada.
Samekto, A. 2015, Membangun Politik Hukum Pengelolaan sumber Daya Alam Berbasis Cita
Hukum Indonesia,Prosiding Seminar Nasional, Undip, Thafa Media, Yogyakarta.
Simonangkir, Dicky. 2000. Pengelolaan Hutan oleh Masyarakat Adat di Wilayah Pengelolaan
Kawasan Hutan Partisipatif (PKHO) Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat,
Prosiding Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA I,
Makassar
Sri Yanuarti, Kemiskinan Dan Konflik Papua Di Tengah Sumber Daya Yang Melimpah, Hal.
33

26

Anda mungkin juga menyukai