Agus Supinganto
PENGERTIAN
Segera setelah anamnesis selesai, pemeriksaan fisik biasanya diawali dengan obyektif tentang hal- hal
yang terukur yaitu tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu dan tingkat kesadaran.hal ini yang
biasa disebut sebagai tanda –tanda vital (vital sign).
TUJUAN
Mampu memeriksa tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan dengan
menggunakan alat-alat yang sesuai secara benar.
a. Memeriksa tekanan darah dengan tensimeter dengan cara yang berurutan dan benar sejak persiapan
sampai selesai.
b. Memeriksa suhu badan dengan termometer dengan cara yang tepat dan benar.
c. Memeriksa pernafasan dengan cara yang benar.
d. Memeriksa frekuensi nadi dengan benar.
Metode Pembelajaran :
NO LANGKAH KASUS
KLINIK
A. PENGUKURAN TEKANAN DARAH
1. Siapkan tensimeter dan stetoskop
2. Pemeriksa meminta izin kepada pasien/ keluarga untuk diperiksa
3. Pemeriksa disebelah kanan pasien.
4. Memberikan penjelasan sehubungan dengan pemeriksaan yang akan
dilakukan
5. Penderita dapat dalam keadaan duduk atau berbaring
6. Lengan dalam keadaan bebas dan relaks, bebaskan dari tekanan oleh
karena
Pakaian
7. Pasang manset sedemikian rupa sehingga melingkari lengan atas secara
rapi
dan tidak terlalu ketat, kira-kira 2,5 – 5 cm di atas siku.
8. Carilah arteri brachialis, biasanya terletak di sebelah medial tendo biseps.
9. Dengan tiga jari meraba a. brachialis, pompa manset dengan cepat sampai
kira-kira 30 mmhg di atas tekanan ketika pulsasi a. brachialis menghilang.
10. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai denyutan a. brachialis
teraba kembali. Inilah tekanan sistolik palpatoir.
11. Sekarang ambillah stetoskop, pasangkan corong bel stetoskop pada a.
Brachialis
12 Pompa manset kembali, sampai kurang lebih 30 mmHg di atas tekanan
sistolik palpatoir
13 Secara perlahan turunkan tekanan manset dengan kecepatan kira-kira 2-3
mmHg perdetik. Perhatikan saat dimana denyutan A. brachialis
terdengar. Inilah tekanan sistolik. Lanjutkanlah penurunan tekanan
manset sampai suara denyutan melemah dan kemudian menghilang.
Tekanan pada saat itu
adalah tekanan diastolik
14. Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi
manometer selalu vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya, mata
harus berada segaris
horisontal dengan level air raksa.
15. Dapat melaporkan tekanan darah sistolis dan diastolis
16. Melepas manset dan mengembalikannya dan disimpan selalu dalam
keadaan
Tertutup
B. PEMERIKSAAN NADI
1. Penderita dapat dalam posisi duduk ataupun berbaring.
2. Lengan dalam posisi bebas (relaks), perhiasan dan jam tangan di lepas
3. Periksalah denyut nadi pergelangan tangan (a. radialis) dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan anda pada sisi
fleksor
bagian lateral dari tangan penderita.
4. Hitunglah berapa denyutan dalam satu menit dengan cara menghitung
denyutan dalam 30 detik, kemudian hasilnya dikalikan dengan dua
5. Perhatikan pula irama dan kualitas denyutannya.
6. Catatlah hasil pemeriksaan tersebut.
C. PEMERIKSAAN PERNAFASAN
1. Penderita diminta melepaskan baju
2. Secara inspeksi, perhatikan secara menyeluruh gerakan pernafasan
penderita,
kadang diperlukan cara palpasi, untuk sekalian mendapatkan perbandingan
antara kanan dan kiri
3. Pada inspirasi, perhatikanlah: gerakan ke samping iga, pelebaran sudut
epigastrium dan penambahan besarnya ukuran anteroposterior dada.
4. Pada ekspirasi, perhatikanlah: masuknya kembali iga, penyempitan sudut
epigastrium dan penurunan besarnya ukuran anteroposterior dada.
5. Perhatikan pula adanya penggunaan otot bantu pernafasan
6. Menghitung gerakan pernafasan minimal selama satu menit
7. Catatlah irama, frekuensi dan adanya kelainan gerakan
D. PEMERIKSAAN SUHU
1. Pastikan permukaan air raksa menunjuk di bawah 35,5˚C.
2. Tempatkan ujung termometer yang berisi air raksa pada apex fossa axillaris
kiri dengan sendi bahu adduksi maksimal.
3. Tunggu 3 – 5 menit, kemudian dilakukan pembacaan.
4. Catat dan laporkan hasil pembacaan tersebut
Pada dewasa normal sehat, tekanan sistolik normal berkisar 90-140 mmHg dan
umumnya meningkat seiring usia. Nilai normal tekanan diastole berkisar 60-90 mmHg.
Tekanan pulsus bervariasi diantara tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi pada orang
dewasa ditandai dengan tekanan darah sama atau lebih besar dari 140/100 mmHg.
Sangat dianjurkan untuk mengukur tekanan darah dua kali selama perawatan, diberi
jeda beberapa menit, dan pengukuran akhir diambil dari rata-rata dua pengukuran.
2. Nadi/Pulsus
Prosedur standar untuk memeriksa pulsus adalah
a. Palpasi arteri karotis pada tepi trakea atau arteri radial pada sisi ibu jari lengan.
Penggunakaan arteri karotis untuk pengukuran pulsus memiliki beberapa
keuntungan. Pertama, arteri karotis cukup familiar karena umumnya dokter gigi
mendapatkan pelatihan resusitasi jantung paru (RJP). Kedua, arteri ini cukup
menggambarkan karena merupakan arteri utama yang mensuplai otak; terlebih
pada situasi kegawatdaruratan, arteri ini dapat dipalpasi ketika arteri perifer
lainnya tidak dapat dipalpasi. Terakhir, arteri ini letaknya mudah ditemukan dan
mudah dipalpasi karena ukurannya. Untuk pemeriksaan terbaik sebaiknya
dilakukan selama satu menit penuh untuk mendeteksi adanya ritme irregular.
b. Meraba dengan tiga jari tangan (digiti Ii, ii, iv manus) tepat di atas arteri radialis.
Digiti II dan IV digunakan untuk fiksasi dan digiti II untuk deteksi denyutan.
Setelah denyut nadi teraba jari-jari dipertahankan pada posisinya kemudian
dilakukan pengukuran frekuensi dan irama nadi.
Pulsus harus dipalpasi selama 1 menit sehingga ritme abnormal dapat terdeteksi.
Sebagai alternative, dapat dipalpasi selama 30 detik dan dikalikan 2. Untuk denyut
teratur hitung frekuensi nadi selama 15 detik dikalikan 4 (atau Alecs count hitung cepat
selama 6 detik dikalikan 10).
Rata-rata pulsus orang dewasa normal adalah 60-80 kali permenit. Jika pulsus lebih dari
100 kali permenit disebut takikardia, sedangkan juka pulsus kurang dari 60 kali
permenit disebut bradikardia. Nilai pulsus abnormal dapat menjadi tanda dari kelainan
kardiovaskulat namun dapat dipengaruhi oleh latihan fisik, keadaan pasien, kecemasan,
obat, atau demam. Pulsus normal merupakan serial dari ritme detak jantung yang terjadi
pada interval yang regular. Ketika detak terjadi pada interval yang ireguler, pulsus
disebut ireguler, disritmia atau aritmia.
3. Pernafasan
Tujuan : untuk menilai frekuensi pernafasan
Teknik : Operator berdiri di belakang dan tanpa sepengetahuan pasien kemudian
dilakukan observasi sangkar dada. dihitung jumlah gerakan sangkar dada
(siklus fase inspirasi dan ekspirasi) dalam 1 menit.
Intepretasi : kecepatan respirasi normal
a. Bayi adalah 24-30 siklus per menit
b. Anak-anak adalah 20-24 siklus per menit
c. Remaja dan dewasa muda adalah 12-18 siklus per menit
d. Dewasa adalah 8-12 siklus per menit
4. Suhu Tubuh
Tujuan : untuk menentukan suhu tubuh penderita
Teknik : menggunakan berbagai alat tera suhu tubuh , disesuaikan alat tera yang
digunakan
Intepretasi :
a. suhu tubuh orang dewasa normal 36,1 C sampai dengan 37,5 C
b. sub febris 37,5 C sampai dengan 38,5 C
c. Febris di atas 38,5 C
Sumber :
Little, JW., Falace, DA., Miller CS., Rhodus, NL., , Dental Management of the
Medically Compromised Patient, 7th ed., Mosby elsevier