Anda di halaman 1dari 9

Logista Vol. 4 No.

2 Tahun 2020
Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat ISSN: 2579-6283 E-ISSN: 2655-951X

PELAKSANAAN TERAPI PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP BEBAN DAN


DUKUNGAN KELUARGA AKIBAT PANDEMI COVID-19
IMPLEMENTATION OF FAMILY PSYCHOEDUCATION THERAPY TOWARDS THE
EXPENSES AND FAMILY SUPPORT DUE TO PANDEMIC COVID-19
Sutinah
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu, Jambi
Email: Ns.titin@gmail.com
ABSTRAK
Kesehatan mental merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area
fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan
menginterprestasikan realita, merasakan dan menunjukan emosi dan perilaku yang dapat
diterima secara rasional seperti cemas, depresi dan trauma karena Covid-19 yang dirasakan
oleh masyarakat Indonesia. Kondisi seperti itu membuat keluarga merasa terbebani, penderita
membutuhkan perhatian khusus dalam kegiatan sehari-hari mulai dari makan, minum dan
semua aktivitasnya. Jika salah satu dari kebutuhan penderita tidak terpenuhi maka keluarga
dianggap tidak memberikan dukungan keluarga kepada penderita. Salah satu cara untuk
menurunkan beban dan meningkatkan dukungan keluarga adalah dengan intervensi
psikoedukasi keluarga. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan
untuk meningkatkan dukungan serta menurunkan beban keluarga. Program ini dilaksanakan
pada tanggal 1-2 September 2020 dalam bentuk pemberian intervensi psikoedukasi keluarga
melalui curah pendapat, ceramah, diskusi dan tanya jawab, dinamika kelompok atau
demonstrasi tergantung kebutuhan terapi dengan jumlah peserta sebanyak 20 orang. Hasil dari
pemberian intervensi psikoedukasi keluarga terjadi penurunan beban dan peningkatan
dukungan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
mental akibat Covid-19.
Kata kunci: Terapi psikoedukasi, Beban, Dukungan keluarga
ABSTRACT
Mental health is a group of psychotic reactions that affect various areas of individual
function, including the function of thinking and communicating, accepting and interpreting
reality, feeling and showing emotions and behaviors that can be rationally accepted such as
anxiety, depression, and trauma due to Covid-19 felt by the Indonesian people. . Such
conditions make the family feel burdened, sufferers need special attention in daily activities
ranging from eating, drinking and all their activities. If one of the sufferer's needs is not met,
the family is considered not to provide family support to the sufferer. One way to reduce the
burden and increase family support is with family psychoeducation interventions. The
purpose of this community service activity is to increase support and reduce the burden on the
family. This program was carried out on September 1-2, 2020 in the form of providing family
psycho-educational interventions through brainstorming, lectures, discussions, and questions,
and answers, group dynamics, or demonstrations depending on the need for therapy with a
total of 20 participants. The result of giving family psychoeducation intervention has
decreased the burden and increased family support in caring for family members who
experience mental health problems due to Covid-19.
Keywords: Psychoeducation therapy, Burden, Family support
PENDAHULUAN pandemi Covid-19 merupakan sumber stres
Banyaknya orang yang mengalami baru bagi masyarakat dunia saat ini. Secara
permasalahan kesehatan mental akibat global, terdapat empat faktor risiko utama
pandemi Covid-19 bisa dipahami mengingat depresi yang muncul akibat pandemi Covid-

Corresponding author 177


 Ns.titin@gmail.com http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185

19 [1]. Pertama, faktor jarak dan isolasi Oleh karena itu, sebagai keluarga
sosial. Ketakutan akan Covid-19 menciptakan terdekat dari penderita harus mampu
tekanan emosional yang serius. Rasa memberikan dukungan yang lebih tinggi
keterasingan akibat adanya perintah jaga jarak kepada penderita. Keluarga dengan penderita
telah mengganggu kehidupan banyak orang masalah kesehatan mental memiliki beban
dan mempengaruhi kondisi kesehatan mental tersendiri dibandingkan dengan penyakit
mereka, seperti depresi dan bunuh diri. fisik. Kondisi ini dapat menyebabkan
Kedua, resesi ekonomi akibat Covid-19. meningkatnya stres emosional dan ekonomi
Pandemi Covid-19 telah memicu krisis dari keluarga. Salah satu peran dan fungsi
ekonomi global yang kemungkinan akan keluarga adalah memberikan fungsi afektif
meningkatkan risiko bunuh diri terkait dengan untuk pemenuhan kebutuhan psikososial
pengangguran dan tekanan ekonomi. Perasaan anggota keluarganya dalam memberikan
ketidakpastian, putus asa dan tidak berharga kasih sayang [3].
meningkatkan angka bunuh diri. Di Dukungan keluarga dan koping keluarga
Indonesia, hingga 31 Juli 2020, Kementerian yang baik sangat mendukung penyembuhan
Ketenagakerjaan mencatat ada 2,14 juta penderita masalah kesehatan mental. Perasaan
tenaga kerja formal dan informal terdampak malu, terbebani dan tidak peduli terhadap
pandemi Covid-19. penderita selama ini masih menjadi faktor
Ketiga, stres dan trauma pada tenaga utama terjadinya kekambuhan penderita
kesehatan. Penyedia layanan kesehatan masalah kesehatan mental. Jumlah penderita
berada pada risiko kesehatan mental yang masalah kesehatan mental dari tahun ke tahun
makin tinggi selama pandemi Covid-19. meningkat banyak disebabkan oleh
Sumber stres mencakup stres yang ekstrim, kurangnya dukungan keluarga dan beban
takut akan penyakit, perasaan tidak berdaya keluarga. Salah satu wujud dari fungsi
dan trauma karena menyaksikan pasien keluarga tersebut adalah memberikan
Covid-19 meninggal sendirian. Sumber stres dukungan keluarga pada anggota keluarga
ini memicu risiko bunuh diri tenaga yang mengalami gangguan stabilitas mental.
kesehatan. Keempat, stigma dan diskriminasi. Salah satu cara untuk menurunkan beban
Stigma Covid-19 dapat memicu kasus bunuh dan meningkatkan dukungan keluarga adalah
diri di seluruh dunia. Bentuk stigma yang dengan intervensi psikoedukasi keluarga.
dialami antara lain berupa orang-orang sekitar Psikoedukasi merupakan pengembangan dan
menghindar dan menutup pintu saat melihat pemberian informasi dalam bentuk
perawat, diusir dari tempat tinggal, dilarang pendidikan masyarakat sebagai informasi
naik kendaraan umum, keluarga dikucilkan, yang berkaitan dengan psikologi sederhana
dilarang menikahi mereka dan ancaman atau informasi lain yang mempengaruhi
diceraikan oleh suami atau istri [2]. kesejahteraan psikososial masyarakat.

178
http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185

Pemberian informasi ini bisa Berdasarkan studi pendahuluan melalui


memperguanakan berbagai media dan kader kesehatan jiwa didapatkan data dari 10
pendekatan. Psikoedukasi bukan merupakan orang keluarga penderita yang merawat
pengobatan, namun merupakan suatu terapi keluarga dengan masalah kesehatan mental
yang dirancang untuk menjadi bagian dari akibat covid 19 sebanyak 7 diantaranya
rencana perawatan secara holistik. Melalui merasa beban dengan adanya anggota
psikoedukasi, pengetahuan mengenai keluarga yang mengalami masalah kesehatan
diagnosis penyakit, kondisi pasien, prognosis mental. Keluarga menyampaikan alasan
dan lain-lain dapat ditingkatkan. Terapi mereka merasa terbebani merawat penderita
psikoedukasi mengandung unsur peningkatan kesehatan mental karena penderita
pengetahuan konsep penyakit, pengenalan membutuhkan perhatian khusus mulai dari
dan pengajaran teknik mengatasi gejala-gejala kebutuhan makan, mandi, pakaian, berobat
penyimpangan perilaku, serta peningkatan dan kegiatan sehari-hari. Ketidak mandirian
dukungan bagi pasien. Adapun komponen penderita di rumah membuat keluarga merasa
latihan dapat berupa keterampilan terbebani. Hal tersebut yang membuat
komunikasi, latihan penyelesaian konflik, keluarga kurang memberikan dukungan
latihan asertif, latihan mengatasi perilaku kepada penderita, karena bukan hanya
kecemasan [4]. Dalam psikoedukasi terjadi merawat penderita tapi masih ada anggota
proses sosialisasi dan pertukaran pendapat keluarga lain yang juga membutuhkan
bagi pasien dan tenaga profesional sehingga perhatian.
berkontribusi dalam destigmatisasi gangguan Keadaan ini menjadi permasalahan
psikologis yang beresiko untuk menghambat karena keadaan penderita menjadi beban
pengobatan [5]. subjektif bagi keluarga yang merawat dan
Pemberian psikoedukasi mengenai sebagian besar dukungan keluarga yang
perubahan-perubahan yang dialami selama diberikan kepada penderita kurang dapat
hidup dan bersikap terbuka dengan orang lain, memperbaiki keadaan penderita. Berdasarkan
serta penggunaan koping yang efektif dapat data diatas saya tertarik untuk melakukan
membantu mengurangi kecemasan, membuat pengabdian kepada masyarakat yang berjudul
perasaan menjadi lebih baik dan dapat ”Pelaksanaan Terapi Psikoedukasi Keluarga
membantu memecahkan masalah yang Terhadap Beban dan Dukungan Keluarga
dihadapi, mengurangi depresi dan Akibat Pandemi Covid-19”.
menumbuhkan rasa percaya diri. Dalam METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
kenyataannya psikoedukasi sebagai gerakan Pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga
pemberian layanan publik di bidang dalam rangka peningkatan pengetahuan
konsultasi psikologi tidak bermakna tanggal keluarga mengenai dukungan dan beban
[6]. keluarga dilakukan untuk mengatasi

179
http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185

permasalahan yang terjadi pada keluarga yang dan preventif berupa edukasi dilakukan sesuai
mengalami masalah kesehatan mental akibat dengan tema yang sudah ada.
covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Tahap Pelaksanaan
Ayu. Pengabdian masyarakat dilakukan pada Terapi psikoedukasi keluarga terdiri dari
tanggal 1-2 September 2020. Pemilihan lima sesi yaitu sesi satu : pengkajian
tempat kegiatan berdasarkan banyaknya kasus masalah keluarga:dalam merawat anggota
psikososial akibat pandemi covid-19. keluarga dan masalah pribadi care giver.
Target atau sasaran pengabdian Sesi dua: perawatan penderita oleh
masyarakat ini yaitu keluarga yang keluarga. Sesi tiga: manajemen stres oleh
mengalami masalah kesehatan mental. keluarga. Sesi empat: manajemen beban
Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat keluarga. Sesi lima: pemberdayaan
ini menggunakan metode curah pendapat, komunitas membantu keluarga. Masing-
ceramah, diskusi dan tanya jawab, dinamika masing sesi dilaksanakan selama kurang
kelompok atau demonstrasi tergantung lebih 45 menit.
kebutuhan terapi dengan bantuan alat leaflet, Pelaksanaan terapi psikoedukasi
modul, alat tulis, buku kerja keluarga dengan keluarga dilakukan secara perkelompok.
tujuan untuk mempermudah klien mencatat Penulis membagi menjadi empat kelompok
hasil pada setiap sesi pelaksanaan terapi beranggotakan masing-masing lima keluarga.
psikoedukasi. Pembagian kelompok berdasarkan tempat
Pelaksanaan kegiatan ini dibagi menjadi tinggal. Waktu pelaksanaan sesuai dengan
3 tahapan yaitu tahapan persiapan, tahapan kontrak waktu yang telah disepakati. Adapun
pelaksanaan kegiatan dan tahapan evaluasi langkah-langkah kegiatan sesi satu sampai
setelah pelaksanaan kegiatan. dengan sesi lima:
Tahap Persiapan Fase Orientasi:
Menggali permasalahan mitra, pada tahap a. Salam terapeutik: salam dari terapis.
ini ditemukan bahwa penanganan penderita b. Memperkenalkan nama dan panggilan
yang dilakukan oleh paramedis hanya terapis, kemudian menggunakan name tag
berfokus pada aspek fisik saja sementara c. Menanyakan nama dan panggilan
aspek psikososial tidak dilakukan. Survei keluarga.
awal ini bertujuan juga untuk melihat berapa d. Validasi: Menanyakan bagaimana
banyak jumlah penderita yang mengalami perasaan keluarga dalam mengikuti
masalah kesehatan mental akibat covid 19. program psikoedukasi keluarga saat ini.
Setelah mendapatkan data maka penulis e. Kontrak (waktu, tempat, topik)
membuat kontrak dengan keluarga dan Menjelaskan tujuan pertemuan
mempersiapkan alat dan tempat yang f. Terapis mengingatkan langkah-langkah
kondusif. Kegiatan yang bersifat promotive setiap sesi sebagai berikut:

180
http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185

1) Menyepakati pelaksanaan terapi c. Kontrak:


selama 5 sesi 1. Menyepakati topik selanjutnya
2) Lama kegiatan kurang lebih 45 menit a) Menyepakati waktu dan tempat untuk
3) Keluarga mengikuti kegiatan dari awal pertemuan selanjutnya.
sampai selesai dengan anggota Tahap Evaluasi
keluarga yang tidak berganti. Pada keluarga tersebut dijelaskan hasil
Fase Kerja: mengenai kegiatan setiap sesinya. Pada
1. Terapis melakukan curah pendapat, kegiatan ini, sesuai dengan tujuan yaitu
ceramah, diskusi dan tanya jawab, melakukan psikoedukasi keluarga guna
dinamika kelompok atau demonstrasi menurunkan beban dan meningkatkan
sesuai dengan topik pada masing-masing dukungan keluarga. Hasil dari terapi
sesi. psikoedukasi keluarga didapatkan keluarga
2. Terapis memberikan kesempatan keluarga mengalami penurunan beban 90% dan
untuk menyampaikan hal-hal yang terkait peningkatan dukungan keluarga sebanyak
dengan topik pada masing-masing sesi. 100%. Dari semua peserta yang hadir
3. Terapis menanyakan keinginan dan umumnya mengalami peningkatan dukungan
harapan keluarga selama mengikuti dan penurunan beban keluarga.
psikoedukasi keluarga. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Terapis memberikan kesempatan keluarga Kegiatan ini dihadiri oleh keluarga yang
untuk mengajukan pertanyaan terkait mengalami masalah kesehatan mental akibat
dengan hasil diskusi yang sudah dilakukan. covid-19 yang berada di wilayah kerja
Fase Teriminasi: Puskesmas Putri Ayu. Luaran yang dihasilkan
a. Evaluasi: dari rangkaian pengabdian ini berupa: 1.
1. Menyimpulkan hasil diskusi setiap sesi Mampu mengidentifikasi masalah keluarga:
2. Menanyakan perasaan keluarga setelah dalam merawat anggota keluarga yang
selesai melaksanakan kegiatan mengalami masalah kesehatan mental dan
3. Memberikan umpan balik positif atas masalah pribadi care giver. 2. Meningkatkan
kerjasama dan kemampuan keluarga pemahaman keluarga tentang masalah
dalam menyampaikan apa yang kesehatan mental serta upaya melaksanakan
dirasakan perawatan di rumah, sehingga mampu secara
b. Tindak Lanjut: mandiri merawat anggota keluarganya yang
1. Menganjurkan keluarga untuk mengalami masalah kesehatan mental. 3.
menyampaikan dan mendiskusikan Keluarga mampu melakukan manajemen
pada anggota keluarga yang lain tentang stres. 4. Keluarga mampu melakukan
hal-hal yang terkait dengan topik pada manajemen beban. 5. Mampu melakukan
masing-masing sesi pemberdayaan komunitas guna membantu

181
http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185

keluarga. 6. Meningkatkan pemahaman Hampir seluruhnya sebanyak 20


pemegang program pelayanan kesehatan jiwa responden (90%) menurun menjadi beban
serta kader yang terlibat di Posyandu keluarga rendah dalam merawat anggota
Kesehatan Jiwa mengenai masalah keluarga akibat pandemi covid-19.
psikososial serta cara melaksanakan Faktor ekonomi merupakan salah satu
perawatan di rumah. faktor yang paling penting dalam penilaian
Dengan melibatkan pemegang program beban keluarga. Perawatan penderita
pelayanan kesehatan jiwa serta kader dalam kesehatan mental membutuhkan waktu yang
melakukan terapi psikoedukasi keluarga, lama sehingga membutuhkan biaya yang
diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan banyak. Penelitian [7] menemukan bahwa
kembali untuk program promotif dan dari enam dimensi beban keluarga dengan
preventif di layanan kesehatan tingkat masalah kesehatan mental, skor finansial
pertama. Pelayanan yang komprehensif baik memiliki rata-rata yang paling tinggi. Oleh
aspek fisik maupun psikososial tidak hanya karena itu, apabila keluarga tidak memiliki
mengenai pengobatan atau kuratif, tetapi juga sumber dana yang cukup atau jaminan
mencakup pelayanan pada promotif, kesehatan, maka hal ini akan menjadi beban
preventif, kuratif dan rehabilitatif. yang berat bagi keluarga.
Hasil pengolahan data tentang beban dan Banyak faktor yang mempengaruhi
dukungan keluarga menggunakan kuesioner. beban yang dirasakan oleh keluarga dalam
Keseluruhan kuesioner dibuat sendiri oleh merawat penderita kesehatan mental akibat
penulis sesuai dengan referensi atau literature covid-19 karena bukan hal yang mudah
dari beban dan dukungan keluarga. Kuesioner merawat orang dengan keterbatasan mental.
tersebut telah dilakukan uji validitas dan Faktor ekonomi masih menjadi faktor utama
reliabilitas sebelum dibagikan kepada yang dapat mendukung ataupun menghambat
keluarga. Hasil uji validitas (0,835-0,943) > r pengobatan penderita di rumah. Kurangnya
tabel (0,632) dan reliabel dimana nilai alpha dukungan ekonomi keluarga dapat
(0,953) > r tabel (0,632). menghambat pengobatan penderita dan harus
Tabel 1. Distribusi frekuensi beban keluarga dilakukan suatu intervensi untuk merubah
dalam merawat anggota keluarga akibat
pola pikir keluarga tentang kebutuhan
pandemi covid-19 di wilayah kerja puskesmas
putri ayu tahun 2020 ekonomi khususnya pada keluarga yang
Post test
kurang paham tentang hal tersebut.
Beban Keluarga f %
Rendah 18 90
Sedang 2 10
Tinggi 0 0
Total 20 100

182
http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185

Tabel 2. Distribusi frekuensi dukungan latar belakang usia dewasa dan pendidikan
keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sebagian besar SD.
akibat pandemi covid-19 di wilayah kerja
puskesmas putri ayu tahun 2020 Dukungan keluarga merupakan faktor
Post test
penting yang harus ada dalam perawatan
Dukungan Keluarga f %
Baik 20 100 penderita kesehatan mental di rumah. Dimana
Sedang 0 0 keluarga harus memberikan dukungan penuh
Kurang 0 0
kepada penderita kesehatan mental mulai dari
Total 20 100
emosi, materi, informasi, pelayanan dan
Hampir seluruhnya sebanyak 20
pengobatan yang dijalani oleh penderita.
responden (100%) dukungan keluarga baik
Dukungan yang kurang dapat mempengaruhi
dalam merawat anggota keluarga yang
kesembuhan penderita kesehatan mental.
mengalami masalah kesehatan mental akibat
Berdasarkan hasil penelitian [11]
covid-19.
didapatkan data bahwa dukungan sosial dan
Salah satu faktor yang mempengaruhi
regulasi emosi memiliki hubungan yang
dukungan keluarga adalah faktor usia, usia
cukup kuat terhadap resiliensi keluarga
yang dianggap optimal dalam mengambil
penderita skizofrenia. Dukungan sosial yang
keputusan adalah usia yang diatas umur 20
nyata dan regulasi emosi yang positif akan
tahun keatas, usia tersebut akan memberikan
meningkatkan resiliensi keluarga dalam
dukungan kepada anggota keluarganya yang
merawat pasien kesehatan mental. Penelitian
mengalami riwayat kesehatan mental [8].
serupa dilakukan oleh [11] menunjukkan
Menurut penelitian [9] bahwa orang dewasa
bahwa psikoedukasi meningkatkan motivasi
tidak hanya menjadi penerima dukungan
pengasuh untuk memastikan penderita
tetapi juga memberikan dukungan pada
mematuhi pengobatan, meningkatkan
keluarga.
kemampuan perawatan untuk mengatasi
Pendidikan keluarga sangat menunjang
gejala dan memantau kondisi penderita secara
dalam memberikan dukungan keluarga,
teratur. Penelitian yang dilakukan [9]
pendidikan keluarga yang tinggi dapat
menunjukkan bahwa pelatihan manajemen
mengetahui kebutuhan anggota keluarganya
stres untuk keluarga yang merawat penderita
sehingga keluarganya akan memberikan
skizofrenia tidak terlalu berpengaruh terhadap
dukungan support, masukan, memberikan
pengalaman positif dalam pengasuhan dan
bimbingan dan saran yang berkualitas [10].
masih dibutuhkan intervensi lagi.
Usia dan pendidikan merupakan faktor
Psikoedukasi yang diberikan merupakan
yang harus diperhatikan dalam perawatan
suatu wadah dalam meningkatkan
penderita kesehatan mental. Bukan untuk
pengetahuan bagi keluarga dalam proses
membedakan kemampuan seseorang tetapi
pengobatan penderita kesehatan mental.
lebih untuk memilih bagaimana intervensi
Psikoedukasi ini dapat mempengaruhi
yang harus diberikan kepada mereka dengan
183
http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185

dukungan keluarga yang sudah ada. Yang stres. 4. Keluarga mampu melakukan
awalnya dukungan keluarga yang diberikan manajemen beban. 5. Mampu melakukan
kurang menjadi sedang bahkan baik. pemberdayaan komunitas guna membantu
Dukungan keluarga yang baik dapat keluarga.
mengurangi kecemasan, kekhawatiran SARAN
maupun stres yang dirasakan penderita 1. Keluarga dapat mengikuti kegiatan
kesehatan mental. Dengan begitu kesembuhan psikoedukasi keluarga dan penyuluhan
yang diharapkan dari penderita kesehatan sebagai media penambahan informasi dan
mental bisa tercapai dengan baik. pengetahuan untuk perawatan penderita
KESIMPULAN kesehatan mental di rumah.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat 2. Mengadakan pelatihan petugas kesehatan
melalui pelaksanaan terapi psikoedukasi untuk melanjutkan program psikoedukasi
untuk meningkatkan pengetahuan keluarga keluarga yang dapat dijadikan program
tentang beban dan dukungan keluarga dalam tambahan di posyandu jiwa dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami meningkatkan motivasi dan pengetahuan
masalah kesehatan mental akibat covid-19 dalam merawat penderita kesehatan mental
dihadiri oleh 20 keluarga yang berlangsung di oleh keluarga di rumah.
balai pertemuan, mesjid dan halaman rumah UCAPAN TERIMAKASIH
warga. Peserta dengan antusias mengikuti 1. Ibu pemegang program pelayanan
kegiatan dengan baik hingga selesai dan pada kesehatan jiwa di Puskesmas Putri Ayu
kegiatan terapi psikoedukasi keluarga peserta yang telah memfasilitasi dan membantu
dengan aktif memberikan keterangan pelaksanaan kegiatan ini.
sekaligus berbagi pengalaman mengenai 2. Ibu-Ibu kader kesehatan jiwa yang telah
masalah kesehatan mental akibat covid-19. membantu dan memfasilitasi pelaksanaan
Kegiatan ini diharapakan: 1. Dapat kegiatan ini.
mendorong keluarga untuk lebih giat 3. Kepada seluruh keluarga yang telah
melakukan pendataan masalah keluarga: meluangkan waktu untuk hadir dalam
dalam merawat anggota keluarga yang kegiatan ini.
mengalami masalah kesehatan mental dan REFERENSI
masalah pribadi care giver. 2. Meningkatkan [1] Thakur, V., & Jain A. 2020. Covid
2019 Suicides: A Global Psychological
pemahaman keluarga tentang masalah
Pandemic. Brain Behav Immun. (88):
kesehatan mental serta upaya melaksanakan 952–3.
[2] Jiwa S. https://indonesia.go.id/
perawatan di rumah, sehingga mampu secara
narasi/indonesia-dalam-angka/
mandiri merawat anggota keluarganya yang ekonomi/sejiwa-layanankonseling-
untuk-sehat-jiwa. Diakses tanggal 30
mengalami masalah kesehatan mental. 3.
April 2020.
Keluarga mampu melakukan manajemen [3] Friedman, M.M, Bowden, O & Jones

184
http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185

M. 2010. Keperawatan Keluarga: Teori Guangzhou. Community Ment Health J.


dan Praktek: Alih Bahasa ,Achir Yani (49): 841–846.
S, Hamid…(et al): Editor Edisi Bahasa [8] Suerni, T., Keliat, B. A., & C.D NH.
Indonesia, Estu Tiar. 5th ed. Jakarta: 2013. Penerapan Terapi Kognotif dan
EGC. Psikoedukasi Keluarga pada Klien
[4] Bulut, M., Arslantaş, H., & Ferhan Harga Diri Rendah di Ruang Yudistira
Dereboy İ. 2016. Effects of Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi
Psychoeducation Given to Caregivers Bogor Tahun. J Keperawatan Jiwa.
of People With a Diagnosis of 1(2): 161–169.
Schizophrenia. Issues Ment Health [9] Vaghee S, Rezaei M, Asgharipour N,
Nurs. 37(11): 800–10. Chamanzari H. 2017. The Effect of
[5] Öksüz E, Karaca S, Özaltın G, Ateş Stress Management Training on
MA. 2017. The Effects of Positive Experiences of Families Caring
Psychoeducation on The Expressed for Patients with Schizophrenia. Evid
Emotion and Family Functioning of Based Care J. 6(4): 57–65.
The Family Members in First-Episode [10] Gutiérrez-Maldonado, J., Caqueo-
Schizophrenia. Community Ment Health Urízar, A., & Kavanagh DJ. 2005.
J. 53(4): 464–73. Burden of Care and General Health in
[6] Byba Melda Suhita, Chatarina UW HB. Families of Patients with
2016. The Adaptation Model of Schizophrenia. Soc Psychiatry
Caregiver in Treating Family Member Psychiatr Epidemiol. (40): 899–904.
with Schizophrenia in Kediri, East Java. [11] Girón M, Nova-Fernández F, Mañá-
Int Conf Public Heal. 12(37): 74–80. Alvarenga S, Nolasco A, Molina-Habas
[7] Cw Lam, P., Ng, P., & Tori C. 2013. A, Fernández-Yañez A, et al. 2014.
Burdens and Psychological Health of How Does Family Intervention Improve
Family Caregivers of People with The Outcome of People with
Schizophrenia in Two Chinese Schizophrenia? Soc Psychiatry
Metropolitan Cities: Hong Kong and Psychiatr Epidemiol. 50(3): 379–87.

185
http://logista.fateta.unand.ac.id

Anda mungkin juga menyukai