2 Tahun 2020
Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat ISSN: 2579-6283 E-ISSN: 2655-951X
19 [1]. Pertama, faktor jarak dan isolasi Oleh karena itu, sebagai keluarga
sosial. Ketakutan akan Covid-19 menciptakan terdekat dari penderita harus mampu
tekanan emosional yang serius. Rasa memberikan dukungan yang lebih tinggi
keterasingan akibat adanya perintah jaga jarak kepada penderita. Keluarga dengan penderita
telah mengganggu kehidupan banyak orang masalah kesehatan mental memiliki beban
dan mempengaruhi kondisi kesehatan mental tersendiri dibandingkan dengan penyakit
mereka, seperti depresi dan bunuh diri. fisik. Kondisi ini dapat menyebabkan
Kedua, resesi ekonomi akibat Covid-19. meningkatnya stres emosional dan ekonomi
Pandemi Covid-19 telah memicu krisis dari keluarga. Salah satu peran dan fungsi
ekonomi global yang kemungkinan akan keluarga adalah memberikan fungsi afektif
meningkatkan risiko bunuh diri terkait dengan untuk pemenuhan kebutuhan psikososial
pengangguran dan tekanan ekonomi. Perasaan anggota keluarganya dalam memberikan
ketidakpastian, putus asa dan tidak berharga kasih sayang [3].
meningkatkan angka bunuh diri. Di Dukungan keluarga dan koping keluarga
Indonesia, hingga 31 Juli 2020, Kementerian yang baik sangat mendukung penyembuhan
Ketenagakerjaan mencatat ada 2,14 juta penderita masalah kesehatan mental. Perasaan
tenaga kerja formal dan informal terdampak malu, terbebani dan tidak peduli terhadap
pandemi Covid-19. penderita selama ini masih menjadi faktor
Ketiga, stres dan trauma pada tenaga utama terjadinya kekambuhan penderita
kesehatan. Penyedia layanan kesehatan masalah kesehatan mental. Jumlah penderita
berada pada risiko kesehatan mental yang masalah kesehatan mental dari tahun ke tahun
makin tinggi selama pandemi Covid-19. meningkat banyak disebabkan oleh
Sumber stres mencakup stres yang ekstrim, kurangnya dukungan keluarga dan beban
takut akan penyakit, perasaan tidak berdaya keluarga. Salah satu wujud dari fungsi
dan trauma karena menyaksikan pasien keluarga tersebut adalah memberikan
Covid-19 meninggal sendirian. Sumber stres dukungan keluarga pada anggota keluarga
ini memicu risiko bunuh diri tenaga yang mengalami gangguan stabilitas mental.
kesehatan. Keempat, stigma dan diskriminasi. Salah satu cara untuk menurunkan beban
Stigma Covid-19 dapat memicu kasus bunuh dan meningkatkan dukungan keluarga adalah
diri di seluruh dunia. Bentuk stigma yang dengan intervensi psikoedukasi keluarga.
dialami antara lain berupa orang-orang sekitar Psikoedukasi merupakan pengembangan dan
menghindar dan menutup pintu saat melihat pemberian informasi dalam bentuk
perawat, diusir dari tempat tinggal, dilarang pendidikan masyarakat sebagai informasi
naik kendaraan umum, keluarga dikucilkan, yang berkaitan dengan psikologi sederhana
dilarang menikahi mereka dan ancaman atau informasi lain yang mempengaruhi
diceraikan oleh suami atau istri [2]. kesejahteraan psikososial masyarakat.
178
http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185
179
http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185
permasalahan yang terjadi pada keluarga yang dan preventif berupa edukasi dilakukan sesuai
mengalami masalah kesehatan mental akibat dengan tema yang sudah ada.
covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Tahap Pelaksanaan
Ayu. Pengabdian masyarakat dilakukan pada Terapi psikoedukasi keluarga terdiri dari
tanggal 1-2 September 2020. Pemilihan lima sesi yaitu sesi satu : pengkajian
tempat kegiatan berdasarkan banyaknya kasus masalah keluarga:dalam merawat anggota
psikososial akibat pandemi covid-19. keluarga dan masalah pribadi care giver.
Target atau sasaran pengabdian Sesi dua: perawatan penderita oleh
masyarakat ini yaitu keluarga yang keluarga. Sesi tiga: manajemen stres oleh
mengalami masalah kesehatan mental. keluarga. Sesi empat: manajemen beban
Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat keluarga. Sesi lima: pemberdayaan
ini menggunakan metode curah pendapat, komunitas membantu keluarga. Masing-
ceramah, diskusi dan tanya jawab, dinamika masing sesi dilaksanakan selama kurang
kelompok atau demonstrasi tergantung lebih 45 menit.
kebutuhan terapi dengan bantuan alat leaflet, Pelaksanaan terapi psikoedukasi
modul, alat tulis, buku kerja keluarga dengan keluarga dilakukan secara perkelompok.
tujuan untuk mempermudah klien mencatat Penulis membagi menjadi empat kelompok
hasil pada setiap sesi pelaksanaan terapi beranggotakan masing-masing lima keluarga.
psikoedukasi. Pembagian kelompok berdasarkan tempat
Pelaksanaan kegiatan ini dibagi menjadi tinggal. Waktu pelaksanaan sesuai dengan
3 tahapan yaitu tahapan persiapan, tahapan kontrak waktu yang telah disepakati. Adapun
pelaksanaan kegiatan dan tahapan evaluasi langkah-langkah kegiatan sesi satu sampai
setelah pelaksanaan kegiatan. dengan sesi lima:
Tahap Persiapan Fase Orientasi:
Menggali permasalahan mitra, pada tahap a. Salam terapeutik: salam dari terapis.
ini ditemukan bahwa penanganan penderita b. Memperkenalkan nama dan panggilan
yang dilakukan oleh paramedis hanya terapis, kemudian menggunakan name tag
berfokus pada aspek fisik saja sementara c. Menanyakan nama dan panggilan
aspek psikososial tidak dilakukan. Survei keluarga.
awal ini bertujuan juga untuk melihat berapa d. Validasi: Menanyakan bagaimana
banyak jumlah penderita yang mengalami perasaan keluarga dalam mengikuti
masalah kesehatan mental akibat covid 19. program psikoedukasi keluarga saat ini.
Setelah mendapatkan data maka penulis e. Kontrak (waktu, tempat, topik)
membuat kontrak dengan keluarga dan Menjelaskan tujuan pertemuan
mempersiapkan alat dan tempat yang f. Terapis mengingatkan langkah-langkah
kondusif. Kegiatan yang bersifat promotive setiap sesi sebagai berikut:
180
http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185
181
http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185
182
http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185
Tabel 2. Distribusi frekuensi dukungan latar belakang usia dewasa dan pendidikan
keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sebagian besar SD.
akibat pandemi covid-19 di wilayah kerja
puskesmas putri ayu tahun 2020 Dukungan keluarga merupakan faktor
Post test
penting yang harus ada dalam perawatan
Dukungan Keluarga f %
Baik 20 100 penderita kesehatan mental di rumah. Dimana
Sedang 0 0 keluarga harus memberikan dukungan penuh
Kurang 0 0
kepada penderita kesehatan mental mulai dari
Total 20 100
emosi, materi, informasi, pelayanan dan
Hampir seluruhnya sebanyak 20
pengobatan yang dijalani oleh penderita.
responden (100%) dukungan keluarga baik
Dukungan yang kurang dapat mempengaruhi
dalam merawat anggota keluarga yang
kesembuhan penderita kesehatan mental.
mengalami masalah kesehatan mental akibat
Berdasarkan hasil penelitian [11]
covid-19.
didapatkan data bahwa dukungan sosial dan
Salah satu faktor yang mempengaruhi
regulasi emosi memiliki hubungan yang
dukungan keluarga adalah faktor usia, usia
cukup kuat terhadap resiliensi keluarga
yang dianggap optimal dalam mengambil
penderita skizofrenia. Dukungan sosial yang
keputusan adalah usia yang diatas umur 20
nyata dan regulasi emosi yang positif akan
tahun keatas, usia tersebut akan memberikan
meningkatkan resiliensi keluarga dalam
dukungan kepada anggota keluarganya yang
merawat pasien kesehatan mental. Penelitian
mengalami riwayat kesehatan mental [8].
serupa dilakukan oleh [11] menunjukkan
Menurut penelitian [9] bahwa orang dewasa
bahwa psikoedukasi meningkatkan motivasi
tidak hanya menjadi penerima dukungan
pengasuh untuk memastikan penderita
tetapi juga memberikan dukungan pada
mematuhi pengobatan, meningkatkan
keluarga.
kemampuan perawatan untuk mengatasi
Pendidikan keluarga sangat menunjang
gejala dan memantau kondisi penderita secara
dalam memberikan dukungan keluarga,
teratur. Penelitian yang dilakukan [9]
pendidikan keluarga yang tinggi dapat
menunjukkan bahwa pelatihan manajemen
mengetahui kebutuhan anggota keluarganya
stres untuk keluarga yang merawat penderita
sehingga keluarganya akan memberikan
skizofrenia tidak terlalu berpengaruh terhadap
dukungan support, masukan, memberikan
pengalaman positif dalam pengasuhan dan
bimbingan dan saran yang berkualitas [10].
masih dibutuhkan intervensi lagi.
Usia dan pendidikan merupakan faktor
Psikoedukasi yang diberikan merupakan
yang harus diperhatikan dalam perawatan
suatu wadah dalam meningkatkan
penderita kesehatan mental. Bukan untuk
pengetahuan bagi keluarga dalam proses
membedakan kemampuan seseorang tetapi
pengobatan penderita kesehatan mental.
lebih untuk memilih bagaimana intervensi
Psikoedukasi ini dapat mempengaruhi
yang harus diberikan kepada mereka dengan
183
http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185
dukungan keluarga yang sudah ada. Yang stres. 4. Keluarga mampu melakukan
awalnya dukungan keluarga yang diberikan manajemen beban. 5. Mampu melakukan
kurang menjadi sedang bahkan baik. pemberdayaan komunitas guna membantu
Dukungan keluarga yang baik dapat keluarga.
mengurangi kecemasan, kekhawatiran SARAN
maupun stres yang dirasakan penderita 1. Keluarga dapat mengikuti kegiatan
kesehatan mental. Dengan begitu kesembuhan psikoedukasi keluarga dan penyuluhan
yang diharapkan dari penderita kesehatan sebagai media penambahan informasi dan
mental bisa tercapai dengan baik. pengetahuan untuk perawatan penderita
KESIMPULAN kesehatan mental di rumah.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat 2. Mengadakan pelatihan petugas kesehatan
melalui pelaksanaan terapi psikoedukasi untuk melanjutkan program psikoedukasi
untuk meningkatkan pengetahuan keluarga keluarga yang dapat dijadikan program
tentang beban dan dukungan keluarga dalam tambahan di posyandu jiwa dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami meningkatkan motivasi dan pengetahuan
masalah kesehatan mental akibat covid-19 dalam merawat penderita kesehatan mental
dihadiri oleh 20 keluarga yang berlangsung di oleh keluarga di rumah.
balai pertemuan, mesjid dan halaman rumah UCAPAN TERIMAKASIH
warga. Peserta dengan antusias mengikuti 1. Ibu pemegang program pelayanan
kegiatan dengan baik hingga selesai dan pada kesehatan jiwa di Puskesmas Putri Ayu
kegiatan terapi psikoedukasi keluarga peserta yang telah memfasilitasi dan membantu
dengan aktif memberikan keterangan pelaksanaan kegiatan ini.
sekaligus berbagi pengalaman mengenai 2. Ibu-Ibu kader kesehatan jiwa yang telah
masalah kesehatan mental akibat covid-19. membantu dan memfasilitasi pelaksanaan
Kegiatan ini diharapakan: 1. Dapat kegiatan ini.
mendorong keluarga untuk lebih giat 3. Kepada seluruh keluarga yang telah
melakukan pendataan masalah keluarga: meluangkan waktu untuk hadir dalam
dalam merawat anggota keluarga yang kegiatan ini.
mengalami masalah kesehatan mental dan REFERENSI
masalah pribadi care giver. 2. Meningkatkan [1] Thakur, V., & Jain A. 2020. Covid
2019 Suicides: A Global Psychological
pemahaman keluarga tentang masalah
Pandemic. Brain Behav Immun. (88):
kesehatan mental serta upaya melaksanakan 952–3.
[2] Jiwa S. https://indonesia.go.id/
perawatan di rumah, sehingga mampu secara
narasi/indonesia-dalam-angka/
mandiri merawat anggota keluarganya yang ekonomi/sejiwa-layanankonseling-
untuk-sehat-jiwa. Diakses tanggal 30
mengalami masalah kesehatan mental. 3.
April 2020.
Keluarga mampu melakukan manajemen [3] Friedman, M.M, Bowden, O & Jones
184
http://logista.fateta.unand.ac.id
Logista-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4. No.2 Tahun 2020 Hal: 177-185
185
http://logista.fateta.unand.ac.id