LAPORAN
OLEH :
GLORY LUBIS
180301132
PEMULIAAN TANAMAN 2018
LAPORAN
OLEH:
GLORY LUBIS
180301132
PEMULIAAN TANAMAN 2018
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
Adapun judul dari laporan ini adalah “Syarat Tumbuh Tanaman Karet
(Hevea brasiliensis)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi
Kuliah Perkebunan B: Karet dan Kelapa Ir. Irsal, MP yang telah membantu
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran guna kesempurnaan
laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..........................................................................................1
Tujuan Praktikum.......................................................................................2
Kegunaan Penulisan...................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA
PENGAMATAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum
Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga
menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman
lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak
masa penjajahan Belanda, yaitu di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi.
perkebunan komersil. Daerah yang pertama kali digunakan sebagai tempat uji
coba penanaman karet adalah Pemanukan dan ciasem, Jawa Barat. Jenis yang
pertama kali diuji cobakan di kedua daerah tersebut adalah spesies Ficus elastica
atau karet rembung. Jenis karet Hevea brasiliensi baru ditanam di Sumatera
bagian Timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906
28 persen dari produksi karet dunia di tahun 2012), sedikit di belakang Thailand
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam kurun waktu lima tahun
2
terakhir, peningkatan ekspor karet cukup signifikan, dari volume ekspor tahun
2002 sebesar 1.496 ribu ton senilai US$ 1.038 juta meningkat menjadi 2.100 ribu
ton pada tahun 2009 Sedangkan dari aspek penyerapan tenaga kerja, pertanaman
karet mampu menyerap lebih dari 2 juta tenaga kerja, belum termasuk tenaga
yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet. Pada umumnya areal
3,56 juta Ha, dimana 85,09% diantaranya merupakan perkebunan rakyat, 6,91%
curah hujan, tinggi tempat, suhu dan angin. Tingkat pencahayaan di daerah
dataran rendah lebih lama, sehingga suhu di daerah dataran rendah lebih tinggi.
Sedangkan curah hujan di daerah dataran rendah lebih tinggi disebabkan suhu
Tujuan Praktikum
Kegunaan Penulisan
Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada hari Rabu,
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah HP/Laptop sebagai
sarana praktikum, smartphone untuk memotret objek, laptop sebagai alat dalam
pengerjaan laporan.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah pohon karet
Metode Kerja
3. Dicatat dan difoto hasil pengamatan yang akan dijadikan hasil laporan
Pengamatan
1. Ketinggian Tempat
2. Jenis Tanah
3. Tekstur
4. Suhu
5. Curah Hujan
5
Hasil
Gambar Keterangan
Ketinggian Tempat
Jenis Tanah
Tekstur Tanah
6
.
Curah Hujan
Suhu
Pembahasan
karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan memiliki ketinggian tempat ±
105 mdpl. Secara geografis Kabupaten Langkat berada pada 3 14' 00" - 4 13' 00"
o o
Lintang Utara, 97 52' 00" - 98 45' 00". Hal ini sesuai dengan literatur
o o
Woelan (2005) yang menyatakan bahwa tanaman karet dapat tumbuh dengan baik
pada ketinggian maksimal 500 m dari permukaan laut, pada ketinggian lebih dari
500 m pertumbuhan akan terhambat dari produksi akan kurang memuaskan. Bisa
7
dikatakan Indonesia tidak mengalami kesulitan mengenai area yang dapat dibuka
tumbuh subur.
karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan memiliki tanah inceptisol. Hal
ini sesuai dengan literatur Sudirja (2007) yang menyatakan bahwa salah satu jenis
tanah yang penyebaranya sangat luas di indonesia adalah tanah inceptisol. Jenis
tanah Inceptisol merupakan ordo tanah yang belum berkembang lanjut dengan
ciri-ciri bersolum tebal antara 1.5-10 meter di atas bahan induk, bereaksi masam
kurang dari 5.0, dan kejenuhan basa dari rendah sampai sedang.
karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan memiliki tanah dengan warna
cokelat tua kehitaman dengan tekstur pasir, debu, dan lempung dan ph 5,0 – 7.0. Hal
ini sesuai dengan literatur Nuryani (2003) yang menyatakan bahwa tekstur seluruh
solum ini umumnya adalah liat, sedang strukturnya remah dan konsistensi adalah
gembur. Secara umum, kesuburan dan sifat kimia inceptisol relatif rendah, akan tetapi
yang tepat.
milik rakyat yang menjadi objek pengamatan memiliki curah hujan sekitar 2918
mm/tahun dengan bulan desember merupakan curah hujan tertinggi yaitu 352 mm,
masuk kategori kelas S2 (cukup sesuai). Hal ini sesuai dengan literatur
Budiman (2012) yang menyatakan bahwa tanaman karet dapat tumbuh baik pada
8
kondisi iklim yaitu suhu rata – rata harian 28 0C (dengan kisaran 25 – 350C) dan
curah hujan tahunan rata – rata antar 2.500 – 4.000 mm dengan hari hujan
mencapai 150 hari pertahun. Pada daerah yang sering hujan pada pagi hari akan
daerah – daerah Indonesia bagian Barat yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan,
karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan memiliki suhu udara sebesar
28-30oC. Hal ini sesuai dengan literatur Setiawan dan Andoko (2008) yang
menyatakan bahwa suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25-30° C.
Jika dalam jangka waktu yang cukup panjang suhu rata-rata kurang dari 20° C,
tempat tersebut tidak cocok untuk budidaya tanaman karet. Suhu yang lebih dari
30° C juga mengakibatkan karet tidak bisa tumbuh baik. Meskipun membutuhkan
KESIMPULAN
9
1. Lahan budidaya tanaman karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan
memiliki ketinggian tempat ± 105 mdpl. Secara geografis Kabupaten Langkat
berada pada 3 14' 00" - 4 13' 00" Lintang Utara, 97 52' 00" - 98 45' 00".
o o o o
2. Lahan budidaya tanaman karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan
3. Lahan budidaya tanaman karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan
memiliki tanah dengan warna cokelat tua kehitaman dengan tekstur pasir, debu,
4. Lahan budidaya tanaman karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan
memiliki curah hujan sekitar 2918 mm/tahun dengan bulan desember merupakan
curah hujan tertinggi yaitu 352 mm, masuk kategori kelas S2 (cukup sesuai).
5. Lahan budidaya tanaman karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan
memiliki suhu udara sebesar 28-30 oC yang menjadikan daerah yang digunakan
sebagai sampel praktikum sesuai dengan suhu yang di inginkan tanaman karet.
DAFTAR PUSTAKA
10
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Karet Indonesia 2014. Jakarta, Indonesia:
BPS.
Budiman Haryanto, S.P. 2012. Budi Daya Karet Unggul. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Gtuneland. 2011. Pengaruh Unsur-Unsur Iklim dan Faktor Pembatas Utama Pada
Tanaman Karet. http://gtuneland.wondpress.com. Diakses 5 maret 2013.
Nuryani. 2003. Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal Ilmu
Pertanian Vol. 10 No. 2, 2003 : 63- 69.
Setiawan Dan Andoko . 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agro Media
Pustaka . Jakarta. 37-39 hal.
Sudirja R. 2007. Respons beberapa sifat Kimia Inceptisol asal rajamandala dan
hasil bibit Kakao melalui pemberian pupuk organik dan pupuk hayati.
lembaga penelitian Universitas Padjadjaran.Bandung.
Tim Penebar Swadaya. 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.
Woelan, S. 2005. Keragaan Klon IRR Seri 300 Pada Saat Tanaman Belum
Menghasilkan di Pengujian Plot Promosi. Jurnal Penelitian Karet. Pusat
Penelitian Karet. Hal: 21-35.