Anda di halaman 1dari 14

SYARAT TUMBUH TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

LAPORAN

OLEH :
GLORY LUBIS
180301132
PEMULIAAN TANAMAN 2018

LABORATORIUM PERKEBUNAN B : KARET DAN KELAPA


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
SYARAT TUMBUH TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

LAPORAN

OLEH:
GLORY LUBIS
180301132
PEMULIAAN TANAMAN 2018

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikum


diLaboratorium Perkebunan B : Karet dan Kelapa Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM PERKEBUNAN B : KARET DAN KELAPA


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Syarat Tumbuh Tanaman Karet

(Hevea brasiliensis)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi

komponen penilaian di Laboratorium Perkebunan B: Karet dan Kelapa Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada Dosen Pengajar Mata

Kuliah Perkebunan B: Karet dan Kelapa Ir. Irsal, MP yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran guna kesempurnaan

laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..........................................................................................1
Tujuan Praktikum.......................................................................................2
Kegunaan Penulisan...................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat Praktikum...................................................................3
Alat dan Bahan...........................................................................................3
Metode Kerja..............................................................................................3

PENGAMATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil…………………………………………………………………….. 5
Pembahasan................................................................................................6

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) berasal dari negara Brazil. Tanaman

ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum

tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti:

Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga

menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman

Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaat

lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak

dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-

satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran (Budiman, 2012).

Tanaman karet pertama kali dikenalkan di Indonesia tahun 1864 pada

masa penjajahan Belanda, yaitu di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi.

Selanjutnya dilakukan pengembangan karet ke beberapa daerah sebagai tanaman

perkebunan komersil. Daerah yang pertama kali digunakan sebagai tempat uji

coba penanaman karet adalah Pemanukan dan ciasem, Jawa Barat. Jenis yang

pertama kali diuji cobakan di kedua daerah tersebut adalah spesies Ficus elastica

atau karet rembung. Jenis karet Hevea brasiliensi baru ditanam di Sumatera

bagian Timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906

(Tim Penebar Swadaya, 2008).

Indonesia merupakan negara kedua penghasil karet alami di dunia (sekitar

28 persen dari produksi karet dunia di tahun 2012), sedikit di belakang Thailand

(sekitar 30 persen). Pengembangan karet Indonesia dalam kurun waktu 3 dekade

mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam kurun waktu lima tahun
2

terakhir, peningkatan ekspor karet cukup signifikan, dari volume ekspor tahun

2002 sebesar 1.496 ribu ton senilai US$ 1.038 juta meningkat menjadi 2.100 ribu

ton pada tahun 2009 Sedangkan dari aspek penyerapan tenaga kerja, pertanaman

karet mampu menyerap lebih dari 2 juta tenaga kerja, belum termasuk tenaga

kerja yang terserap dalam berbagai sub sistem lainnya

(Direktorat Jendral Perkebunan, 2014).

Pembangunan perkebunan karet berperan penting dalam pelestarian

lingkungan dan mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru diwilayah

pengembangan. Sebagian besar wilayah Indonesia memiliki karakteristik lahan

yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet. Pada umumnya areal

pertanaman karet tersebar diwilayah Sumatera (71,19%) dan

Kalimantan(24,45%). Total lahan perkebunan karet nasional tercatat mencapai

3,56 juta Ha, dimana 85,09% diantaranya merupakan perkebunan rakyat, 6,91%

perkebunan besar negara dan 7,95% perkebunan besar swasta

(Badan Pusat Statistik, 2014).

Perbedaan daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Perbedaan

daerah menyebabkan kondisi iklim berbeda pula seperti, tingkat pencahayaan,

curah hujan, tinggi tempat, suhu dan angin. Tingkat pencahayaan di daerah

dataran rendah lebih lama, sehingga suhu di daerah dataran rendah lebih tinggi.

Sedangkan curah hujan di daerah dataran rendah lebih tinggi disebabkan suhu

yang tinggi menyebabkan penguapan yang tinggi. Perbedaan ketinggian tempat

akan menimbulkan perbedaan kondisi cuaca. Umumnya tanaman karet tumbuh

pada dataran rendah dengan ketinggian (Gtuneland, 2011).


3

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui syarat

tumbuh tanaman karet (Hevea brasiliensis) terkhusus ketinggian tempat, jenis

tanah, tekstur tanah, curah hujan, dan suhu.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Perkebunan

B : Karet dan Kelapa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi bagi

pihak yang membutuhkan.


4

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Perkebunan Karet milik rakyat

Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada hari Rabu,

3 November 2021, pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah HP/Laptop sebagai

sarana praktikum, smartphone untuk memotret objek, laptop sebagai alat dalam

pengerjaan laporan.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah pohon karet

(Hevea brasiliensis) sebagai objek pengamatan.

Metode Kerja

1. Datang ke perkebunan karet yang akan diamati

2. Diamati parameter amatan yang sudah ditentukan

3. Dicatat dan difoto hasil pengamatan yang akan dijadikan hasil laporan

Pengamatan

1. Ketinggian Tempat

2. Jenis Tanah

3. Tekstur

4. Suhu

5. Curah Hujan
5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambar Keterangan

Lahan budidaya tanaman karet milik


rakyat yang menjadi objek
pengamatan memiliki ketinggian
tempat ± 105 mdpl. Secara geografis
Kabupaten Langkat berada pada 3 o

14' 00" - 4 13' 00" Lintang Utara, 97


o o

52' 00" - 98 45' 00".


o

Ketinggian Tempat

Lahan budidaya tanaman karet milik


rakyat yang menjadi objek
pengamatan memiliki tanah
Inceptisol.

Jenis Tanah

Lahan budidaya tanaman karet milik


rakyat yang menjadi objek
pengamatan memiliki tanah dengan
warna cokelat tua kehitaman dengan
tekstur pasir, debu, dan lempung dan
ph 5,0 – 7.0.

Tekstur Tanah
6

Lahan budidaya tanaman karet milik


rakyat yang menjadi objek
pengamatan memiliki curah hujan
sekitar 2918 mm/tahun dengan bulan
desember merupakan curah hujan
tertinggi yaitu 352 mm, masuk
kategori kelas S2 (cukup sesuai).

.
Curah Hujan

Lahan budidaya tanaman karet milik


rakyat yang menjadi objek
pengamatan memiliki suhu udara
sebesar 28-30 oC.

Suhu

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa lahan budidaya tanaman

karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan memiliki ketinggian tempat ±

105 mdpl. Secara geografis Kabupaten Langkat berada pada 3 14' 00" - 4 13' 00"
o o

Lintang Utara, 97 52' 00" - 98 45' 00". Hal ini sesuai dengan literatur
o o

Woelan (2005) yang menyatakan bahwa tanaman karet dapat tumbuh dengan baik

pada ketinggian maksimal 500 m dari permukaan laut, pada ketinggian lebih dari

500 m pertumbuhan akan terhambat dari produksi akan kurang memuaskan. Bisa
7

dikatakan Indonesia tidak mengalami kesulitan mengenai area yang dapat dibuka

untuk ditanami karet hampir seluruh daerah di Indonesia karet dapat

tumbuh subur.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa lahan budidaya tanaman

karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan memiliki tanah inceptisol. Hal

ini sesuai dengan literatur Sudirja (2007) yang menyatakan bahwa salah satu jenis

tanah yang penyebaranya sangat luas di indonesia adalah tanah inceptisol. Jenis

tanah Inceptisol merupakan ordo tanah yang belum berkembang lanjut dengan

ciri-ciri bersolum tebal antara 1.5-10 meter di atas bahan induk, bereaksi masam

dengan pH 4.5-6.5, bila mengalami perkembangan lebih lanjut pH naik menjadi

kurang dari 5.0, dan kejenuhan basa dari rendah sampai sedang.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa lahan budidaya tanaman

karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan memiliki tanah dengan warna

cokelat tua kehitaman dengan tekstur pasir, debu, dan lempung dan ph 5,0 – 7.0. Hal

ini sesuai dengan literatur Nuryani (2003) yang menyatakan bahwa tekstur seluruh

solum ini umumnya adalah liat, sedang strukturnya remah dan konsistensi adalah

gembur. Secara umum, kesuburan dan sifat kimia inceptisol relatif rendah, akan tetapi

masih dapat diupayakan untuk ditingkatkan dengan penanganan dan teknologi

yang tepat.

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa lahan budidaya tanaman karet

milik rakyat yang menjadi objek pengamatan memiliki curah hujan sekitar 2918

mm/tahun dengan bulan desember merupakan curah hujan tertinggi yaitu 352 mm,

masuk kategori kelas S2 (cukup sesuai). Hal ini sesuai dengan literatur

Budiman (2012) yang menyatakan bahwa tanaman karet dapat tumbuh baik pada
8

kondisi iklim yaitu suhu rata – rata harian 28 0C (dengan kisaran 25 – 350C) dan

curah hujan tahunan rata – rata antar 2.500 – 4.000 mm dengan hari hujan

mencapai 150 hari pertahun. Pada daerah yang sering hujan pada pagi hari akan

mempengaruhi kegiatan penyadapan bahkan akan mengurangi hasil

produktifitasnya. Keadaan daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah

daerah – daerah Indonesia bagian Barat yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan,

sebab iklimnya lebih basah.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa lahan budidaya tanaman

karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan memiliki suhu udara sebesar

28-30oC. Hal ini sesuai dengan literatur Setiawan dan Andoko (2008) yang

menyatakan bahwa suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25-30° C.

Jika dalam jangka waktu yang cukup panjang suhu rata-rata kurang dari 20° C,

tempat tersebut tidak cocok untuk budidaya tanaman karet. Suhu yang lebih dari

30° C juga mengakibatkan karet tidak bisa tumbuh baik. Meskipun membutuhkan

tempat yang hangat, karet memerlukan kelembaban yang cukup.

KESIMPULAN
9

1. Lahan budidaya tanaman karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan
memiliki ketinggian tempat ± 105 mdpl. Secara geografis Kabupaten Langkat
berada pada 3 14' 00" - 4 13' 00" Lintang Utara, 97 52' 00" - 98 45' 00".
o o o o

2. Lahan budidaya tanaman karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan

memiliki tanah Inceptisol.

3. Lahan budidaya tanaman karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan

memiliki tanah dengan warna cokelat tua kehitaman dengan tekstur pasir, debu,

dan lempung dan ph 5,0 – 7.0.

4. Lahan budidaya tanaman karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan

memiliki curah hujan sekitar 2918 mm/tahun dengan bulan desember merupakan

curah hujan tertinggi yaitu 352 mm, masuk kategori kelas S2 (cukup sesuai).

5. Lahan budidaya tanaman karet milik rakyat yang menjadi objek pengamatan

memiliki suhu udara sebesar 28-30 oC yang menjadikan daerah yang digunakan

sebagai sampel praktikum sesuai dengan suhu yang di inginkan tanaman karet.

DAFTAR PUSTAKA
10

Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Karet Indonesia 2014. Jakarta, Indonesia:
BPS.

Budiman Haryanto, S.P. 2012. Budi Daya Karet Unggul. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2014. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan


Mutu Tanaman Tahunan. Kementrian Pertanian. Jakarta.

Gtuneland. 2011. Pengaruh Unsur-Unsur Iklim dan Faktor Pembatas Utama Pada
Tanaman Karet. http://gtuneland.wondpress.com. Diakses 5 maret 2013.

Nuryani. 2003. Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal Ilmu
Pertanian Vol. 10 No. 2, 2003 : 63- 69.

Setiawan Dan Andoko . 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agro Media
Pustaka . Jakarta. 37-39 hal.

Sudirja R. 2007. Respons beberapa sifat Kimia Inceptisol asal rajamandala dan
hasil bibit Kakao melalui pemberian pupuk organik dan pupuk hayati.
lembaga penelitian Universitas Padjadjaran.Bandung.

Tim Penebar Swadaya. 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Woelan, S. 2005. Keragaan Klon IRR Seri 300 Pada Saat Tanaman Belum
Menghasilkan di Pengujian Plot Promosi. Jurnal Penelitian Karet. Pusat
Penelitian Karet. Hal: 21-35.

Anda mungkin juga menyukai