Disusun oleh:
G1A220007
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Climical Science Section (CSS) dalam bentuk laporan kasus bayangan yang
berjudul “Neuromuskular Blocking Drugs” sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Anestesi di Rumah Sakit
Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Panal Hendrik Dolok
Saribu, Sp.An yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk
membimbing penulis selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah
laporan kasus ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
Obat Penghambat Neuromuskular
Meghna Sharma
Pendahuluan
praktik anestesi terutama dibagi menjadi relaksan otot depolarisasi dan non-
Pada manusia NMJ memiliki akson saraf terminal, celah sinaptik dan
vesikel sinaptik. Sebuah potensial aksi saraf berperan untuk melepas secara cepat
asetilkolin ke celah sinaptik. Selanjutnya zat ini bekerja pada reseptor nicotinic
Ketika dua molekul asetilkolin terikat pada nAchR, hal tersebut menyebabkan
menjadi kolin dan asetil KoA. Proses ini digunakan untuk meregenerasi molekul
baru asetilkolin untuk disimpan dalam vesikel sinaptik. Relaksan otot cenderung
atau berperilaku sebagai antagonis pada subunit alfa nAchR, sehingga dapat
Obat ini merupakan relaksan otot kerja pendek hingga sedang dan
digunakan sebagai obat tambahan saat GA. Dua obat utama dalam kelas ini adalah
suxamethonium dan decamethonium. Kami hanya akan membahas
suxamethonium dalam bab ini karena obat ini lebih banyak digunakan.
Suxamethonium
Indikasi
induksi cepat terutama pada pasien dengan perut penuh atau pada wanita hamil
Obat ini juga digunakan cukup sering dalam dosis rendah pada pasien yang
bergabung bersama melalui gugus asetilnya. Obat ini tersedia sebagai larutan
Mekanisme Kerja
struktural mirip dengan asetilkolin dengan mengikat nAchR. Obat ini tidak dapat
dimetabolisme oleh AchEs, oleh karena itu durasi kerjanya berlangsung selama
beberapa menit. Tedapat kontraksi diikuti oleh relaksasi otot, yang secara klinis
Farmakokinetik
Suxamethonium dimetabolisme dalam tubuh oleh kolinesterase plasma. Zat
Efek Klinis
Suxamethonium memiliki efek variabel pada sistem tubuh. Obat ini dapat
0,4mmol/L. Oleh karena itu, harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
gagal ginjal serta pada pasien dengan luka bakar dan gangguan neuromuskular.
ginjal, dan juga pada kehamilan. Berdasarkan susunan genetik individu, respons
kompetitif asetilkolin pada subunit alfa nAchR pada membran pascasinaps NMJ.
Vecuronium
Indikasi
GA.
Obat ini juga dapat digunakan untuk ventilasi terkontrol dalam pengaturan
perawatan intensif.
ampul sebagai bubuk putih 10mg yang mengandung manitol dan buffer. Pada
pengenceran dengan air membentuk larutan jernih tidak berwarna. Dosis yang
dibutuhkan untuk intubasi endotrakeal adalah 0,1 0,15 mg/kg. Obat dapat
Mekanisme Kerja
Farmakokinetik
Vecuronium terdiri dari 10-20% protein terikat dan tidak melewati plasenta
atau sawar darah otak. Obat ini mengalami deasetilasi di hepar untuk membentuk
berbagai metabolit, di mana metabolit 3-hidroksi memiliki sifat relaksan otot. Zat
ini diekskresikan dalam urin dan empedu, sebagian besar tidak berubah.
Efek klinis
Vecuronium adalah obat yang sangat kardiostabil dan tidak menyebabkan
Vecuronium dapat digunakan dengan aman pada pasien yang rentan terhadap
Rocuronium
Indikasi
intubasi endotrakeal. Oleh karena itu, dapat digunakan untuk induksi yang
dimodifikasi, terutama pada pasien dengan perut penuh yang menjalani GA.
tersedia dalam vial sebagai larutan rocuronium bromide 10mg/ml yang bening dan
tidak berwarna. Rocuronium secara fisik tidak kompatibel dengan diazepam dan
mg/kg. Pada dosis yang lebih tinggi, intubasi dapat dilakukan dalam 60 detik.
Mekanisme Kerja
nAchR pada membran pascasinaps NMJ. Obat ini juga diketahui memiliki
Farmakokinetik
Rocuronium terikat protein 10-20% dan diketahui mengalami deasetilasi di
hepar. Obat ini diekskresikan dalam bilus tidak berubah untuk sebagian besar dan
Efek klinis
dan heart rate. Durasi kerjanya dapat diperpanjang dengan adanya asidosis,
rocuronium dikatakan terkait dengan insiden reaksi anafilaksis yang lebih tinggi.
Atrakurium
Indikasi
menjalani GA.
Obat ini dapat digunakan dalam perawatan intensif sebagai infus kontinu.
larutan atracurium besilate bening dan tidak berwarna 10mg/ml dalam ampul 2,5,
5 dan 25 ml. Dosis yang diperlukan untuk intubasi endotrakeal adalah 0,3-0,6
larutan bening dan tidak berwarna. Jenis ini tiga sampai lima kali lebih kuat
adalah 150μg/kg. Obat ini juga harus disimpan pada suhu 4°C.
Mekanisme Kerja
Farmakokinetik
Atracurium 82% terikat protein dan tidak melewati plasenta atau sawar
darah otak. Obat ini mengalami hidrolisis oleh esterase non-spesifik menjadi
alkohol kuaterner dan asam kuaterner. Obat ini juga mengalami kerusakan
Efek klinis
dimetabolisme oleh eliminasi Hofmann, maka dapat digunakan secara efektif pada
Mivakurium
Indikasi
Mivacurium diindikasikan untuk prosedur singkat di mana intubasi trakea
diperlukan.
Obat ini adalah campuran dari tiga stereoisomer yang berbeda: cis-cis=6%, trans-
klorida sebagai larutan bening dan tidak berwarna 2mg/ml dalam ampul 5 dan
10ml. Dosis yang dibutuhkan untuk intubasi endotrakeal adalah 0,1-0,25 mg/kg.
Mekanisme Kerja
Farmakokinetik
kuaterner.
Efek klinis
hari yang membutuhkan intubasi endotrakeal. Selama periode waktu ini telah
jarang digunakan. Obat ini tidak memiliki efek signifikan pada sistem
dengan gagal hepar, durasi kerja dapat diperpanjang karena penurunan kadar
adalah relaksan otot yang bekerja pada NMJ. Agar individu dapat mengontrol
upaya ventilasi dan kekuatan otot, pemulihan dari blokade neuromuskular harus
nAchR yang ada di NMJ. Dengan demikian, secara logis, obat-obatan yang
Antikolinesterase
dapat dibagi lagi menjadi tiga kategori berdasarkan cara mereka melawan AchEs:
piridostigmin.
Neostigmin
Indikasi
Neostigmin juga digunakan dalam pengobatan miastenia gravis dan retensi urin.
karbamat. Obat ini tersedia sebagai larutan bening dan tidak berwarna dalam
Mekanisme Kerja
neostigmin tidak spesifik pada NMJ. Obat ini memiliki efek kolinergik otonom;
Farmakokinetik
dan terikat protein minimal hingga 6%. Obat ini sangat terionisasi dan tidak
melewati sawar darah otak. Obat dimetabolisme oleh esterase plasma menjadi
alkohol kuaterner. Sebagian besar obat diekskresikan dalam urin dengan tidak
berubah.
Efek klinis
mual, muntah, berkeringat, lakrimasi, dan peningkatan salivasi. Obat ini sering
menyebabkan miosis dan gangguan akomodasi. Obat ini juga dapat menyebabkan
Sugammadex
Indikasi
Obat ini adalah siklodekstrin alfa yang dimodifikasi terdiri dari delapan
oligosakarida. Obat ini diatur secara spasial untuk membentuk toroida. Obat
tersedia dalam bentuk larutan bening dan tidak berwarna 100mg/ml dalam vial.
Mekanisme Kerja
1:1. Obat ini tidak berpengaruh pada AchEs dan tidak efektif terhadap relaksan
adalah 16 mg/kg. Pada saat terdapat dua kedutan dari respon train-of-four (TOF),
maka dosis yang dibutuhkan adalah 2 mg/kg. Jika terjadi blok yang lebih dalam,
Farmakokinetik
melewati sawar darah otak dan transfer plasenta minimal. Obat induk dan
Efek klinis
beberapa pasien. Dalam dosis yang sangat tinggi (32 mg/kg), telah menyebabkan
hipotensi. Sugammadex juga telah digunakan untuk mengobati pasien yang
tetrahydroisoquinolinium. Obat ini sedang menjalani uji coba fase III di AS. Obat
tersebut memiliki onset kerja 90 detik dengan pemulihan spontan dalam 10-14
menit. Sehingga bisa menjadi pengganti potensial untuk suksinilkolin. Obat ini
terkait dengan pelepasan histamin yang lebih sedikit dan efeknya dapat direverse
oleh edrophonium.