Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA BUNUH DIRI

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Arya Ramadia, M.Kep, Sp.Kep

DISUSUN OLEH:

1. Cici Ramadayani(190101157)
2. Deby Indriyani(190101158)
3. Lisa Hartanti(190101159)
4. Zulkhairi(190101160)
5. Rizka Rahma Ilahi (190101161)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes AL-INSYRAH)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa, karena  berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan
Jiwa Bunuh Diri” sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa sesuai waktu yang
ditentukan. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis berharap kepada semua  pembaca untuk  pembaca untuk dapat memberikan dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun, baik membangun, baik dalam hal penulisan
atau apapun kekurangan dari makalah ini.

Penulis menyadari bahwa terwujudnya makalah ini tidak terlepas dari dukungan
banyak pihak. Kepada pihak yang telah membantu, penulis ucapkan terimakasih. Penulis
sangat berharap semoga malalah ini dapat diterima dan dijadikan dasar untuk meningkatkan
keilmuan yang lebih baik, bermanfaat bagi  penulis khususnya dan bagi perkembangan
dunia keperawatan umumnya.

Pekanbaru, 05 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN.....................................................................................................2
2.1 Definisi.............................................................................................................................2
2.2 Etiologi.............................................................................................................................
2.3 Faktor Terjadinya Masalah..............................................................................................
2.4 Patofisikologi...................................................................................................................
2.5 Tanda Dan Gejala............................................................................................................
2.6 Komplikasi.......................................................................................................................
2.5 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................................
2.6 Penatalaksanaan...............................................................................................................
2.7 Pencegahan......................................................................................................................
2.8 Asuhan Keperawatan.......................................................................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................................................
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................
3.2 Saran................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia remaja dan dewasa muda
(15 – 24 tahun), untuk jenis kelamin, perempuan melakukan percobaan bunuh diri (attemp
suicide) empat kali lebih banyak dari laki laki. Cara yang populer untuk mencoba bunuh
diri pada kalangan perempuan adalah menelan pil, biasanya obat tidur, sedangkan kaum
lelaki lebih letal atau mematikan seperti menggantung diri.
Kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri adalah mahasiswa,
penderita depresi, para lansia, pecandu alcohol, orang- orang yang berpisah atau becerai
dengan pasangan hidupnya, orang-orang yang hidup sebatang kara, kaum pendatang, para
penghuni daerah kumu dan miskin, kelompok professional tetentu, seperti dokter,
pengacara, dan psikolog.
2.1 RUMUSAN MASALAH
Bagaiman Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan resiko binuh diri ?
3.1 TUJUAN
Agar mahasiswa dan tenaga kerja kesehatan dapat menangani pasien dengan resiko bunuh
diri dengan benar dan tepat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya
sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya yang
mungkin pada waktu yang singkat. Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak
diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan
keputusanterakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Risiko bunuh diri dapat diartikan
sebagai resiko individu untuk menyakitidiri sendiri, mencederai diri, serta mengancam jiwa.
(Nanda, 2012).

Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam
kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk
mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan
berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan
adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan
terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan
hubungan yang berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart,2006).

Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang harapan putus harapan merupakan


rentang adaptif maladaptive
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh normanorma sosial dan
kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon
yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon maladaptif antara lain :
1. Ketidak berdayaan, keputusasaan, apatis.

Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah,


karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang bermanfaat sudah tidak berguna
lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang
membantu.
2. Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal
dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya : kehilangan pekerjaan dan kesehatan,
perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semuanya
dapat berakhir dengan bunuh diri.
a. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandaidengan kesedihan dan
rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi padasaat individu ke luar dari keadaan depresi
berat.
b. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untukmengkahiri kehidupan.
Bunuh diri merupakan koping terakhirindividu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Laraia, 2005).
2.2 ETIOLOGI

Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :

1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.


2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
3. Interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.
4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukumanpada diri sendiri.
5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah sebagai berikut :
 Genetic dan teori biologi
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping
itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya
resiko buuh diri
 Teori sosiologi

Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak
terintegrasi pada kelompok social), atruistik (Melakukan suicide untuk kebaikan
masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang
lain dan beradaptasi dengan stressor).
 Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari
marah yang diarahkan pada diri sendiri.

2.3 FAKTOR TERJADINYA MASALAH

a. Faktor predisposisi Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang


menunjang perilaku resiko bunuh diri meliputi:

1) Diagnosis psikiatri Tiga gangguan jiwa yang membuat klien berisiko untuk bunuh diri
yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.

2) Sifat kepribadian Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.

3) Lingkungan psikososial Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau


perceraian,kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
4) Biologis Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan biologis yang
tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya bahwa ada gangguan pada level
serotonin di otak, dimana serotonin diasosiasikan dengan perilaku agresif dan kecemasan.
Penelitian lain mengatakan bahwa perilaku bunuh diri merupakan bawaan lahir, dimana
orang yang suicidal mempunyai keluarga yang juga menunjukkan kecenderungan yang
sama. Walaupun demikian, hingga saat ini belum ada faktor biologis yang ditemukan
berhubungan secara langsung dengan perilaku bunuh diri.

5) Psikologis Leenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengidentifikasi tiga bentuk
penjelasan psikologis mengenai bunuh diri. Penjelasan yang pertama didasarkan pada Freud
yang menyatakan bahwa “suicide is murder turned around 180 degrees”, dimana dia
mengaitkan antara bunuh diri dengan kehilangan seseorang atau objek yang diinginkan.
Secara psikologis, individu yang beresiko melakukan bunuh diri mengidentifikasi dirinya
dengan orang yang hilang tersebut. Dia merasa marah terhadap objek kasih sayang ini dan
berharap untuk menghukum atau bahkan membunuh orang yang hilang tersebut. Meskipun
individu mengidentifikasi dirinya dengan objek kasih sayang, perasaan marah dan harapan
untuk menghukum juga ditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku destruktif diri terjadi.

6) Sosiokultural Penjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim yang memandang
perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu dengan masyarakatnya, yang
menekankan apakah individu terintegrasi dan teratur atau tidak dengan masyarakatnya.

b. Faktor presipitasi Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian yang
memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum,kehilangan
pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang mencoba
atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk bunuh diri, juga membuat
individu semakin rentan untukmelakukan perilaku bunuh diri. Faktor pencetus seseorang
melakukan percobaan bunuh diri adalah perasaan terisolasi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti, kegagalan beradaptasi sehingga
tidak dapat menghadapi stres, perasaan marah/bermusuhan dan bunuh diri sebagai hukuman
pada diri sendiri, serta cara utuk mengakhiri keputusasaan.

c. Respon terhadap stres

1) Kognitif: Klien yang mengalami stress dapat mengganggu proses kognitifnya, seperti
pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak
wajar.

2) Afektif: Respon ungkapan hati klien yang sudah terlihat jelas dan nyata akibat adanya
stressor dalam dirinya, seperti: cemas, sedih dan marah.

3) Fisiologis: Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi dua, yaitu Local
Adaptation Syndrome (LAS) yang merupakan respons lokal tubuh terhadap stresor (misal:
kita menginjak paku maka secara refleks kaki akan diangkat) dan Genital Adaptation
Symdrome (GAS) adalah reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada.

4) Perilaku: Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor,
baik faktor social maupun budaya.

5) Sosial: Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong
klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan
meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif
dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh
diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan
bunuh diri.

d. Kemampuan mengatasi masalah / sumber coping

1) Kemampuan personal: kemampuan yang diharapkan pada klien dengan resiko bunuh diri
yaitu kemampuan untuk mengatasi masalahnya.

2) Dukungan sosial: adalah dukungan untuk individu yang di dapat dari keluarga, teman,
kelompok, atau orang-orang disekitar klien dan dukungan terbaik yang diperlukan oleh
klien adalah dukungan keluarga.

3) Asset material: ketersediaan materi antara lain yaitu akses pelayanan kesehatan, dana
atau finansial yang memadai, asuransi, jaminan pelayanan kesehatan dan lain-lain. d.
Keyakinan positif: merupakan keyakinan spiritual dan gambaran positif seseorang sehingga
dapat menjadi dasar dari harapan yang dapat mempertahankan koping adaptif walaupun
dalam kondisi penuh stressor. Keyakinan yang harus dikuatkan pada klien resiko bunuh diri
adalah keyakinan bahwa klien mampu mengatas masalahnya.

e. Mekanisme coping Klien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali klien secara sadar memilih
bunuh diri. Menurut Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan perilaku destruktif diri tidak langsung adalah penyangkalan,
rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi. Menurut Fitria (2012) mengemukakan rentang
harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif.
2.3 PATOPSIKOLOGI

Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siapmembunuh
diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai
rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya
dibagi menjadi 3 kategori:
1. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebutmempertimbangkan untuk bunuh
diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya respon
positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh

individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.


3. Bunuh diri

Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang
melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati
jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih
dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu
masalah yang menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).

2.3 TANDA DAN GEJALA

Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak
membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh
diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak
berguna, alam perasaan depresi, agitasi dan gelisah, insomnia yang menetap, penurunan
BB, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial. Adapun petunjuk
psikiatrik anatara lain: upaya bunuh diri sebelumnya, kelainanafektif, alkoholisme dan
penyalahgunaan obat, kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja, dimensia dini/
status kekacauan mental pada lansia. Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru berpisah,
bercerai/ kehilangan, hidup sendiri, tidak bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan baru
dialami, faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan kognitif dan
negatif, keputusasaan, harga diri rendah, batasan/ gangguan kepribadian antisosial.

2.4 KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide sangat
tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun resiko paling
besar dari klien dengan tentamen suicide adalah berhasilnya klien dalam melakukan
tindakan bunuh diri, serta jika gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk
mengulangi perbuatan tentamen suicide.

Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia atau
intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya
negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru. Inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma,
blokade jantung akhirnya meninggal. Pada klien dengan tentamen suicide yang
menyebabkan asfiksia akan menyebabkan syok yang diakibatkan karena penurunan perfusi
di jaringan terutama jaringan otak. Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok
hipovolemik yang jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada
penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple
organ.

2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan terapi resisitasi
dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan tentamen suicide.Pemeriksaan
darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat syok yang dialami klien,
pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai adanya perubahan
jantung dan perdarahan cerebral.

2.6 PENATALAKSANAAN

Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar pertolongan


darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan terhadap
luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi
suatu tindakan medis. Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi
berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri.
Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi
psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan gangguan psikologik.
Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk
pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti
depresan dan psikoterapi.

1. Penatalaksanaan Medis

Pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah orang mengisolasi
dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak ditemukan atau melakukan tindakan agar
tidak ditemukan. Pada kasus bunuh diri membutuhkan obat penenang saat mereka bertindak
kekerasan pada diri mereka atau orang lain, dan pasien juga lebih membutuhkan terapi
kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk pasien


1) Tujuan :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
c. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
d. Klien dapat meningkatkan harga diri
e. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
2) Tindakan keperawatan
1. Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien
a. Perkenalkan diri dengan klien
b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
c. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d. Bersifat hangat dan bersahabat.
e. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri

a. Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting,
tali, kaca, dan lain lain).
b. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.

3. Membantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya

a. Dengarkan keluhan yang dirasakan.

b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan ,ketakutan dan


keputusasaan.
c. Beridorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
d. Beriwaktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
4. Membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya

a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.


b. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.

c. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,


keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
5. Membantu pasien untuk menggunakan koping individu yang adaptif
a. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan
setiap hari (misal :berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.)
b. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya
terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam
kesehatan.
c. Beridorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif
dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.
Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Tujuan :
 Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah rasa ingin bunuh diri
2) Tindakan keperawatan
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang ingin bunuh diri adalah :
a) Membina hubungan saling percaya
1. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
2. Bicara dengansikaptenang, rileks dan tidak menantang.
b) Membantu pasien untuk mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
3. Utamakan pemberian pujian yang realitas
c) Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri
dan keluarga
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
d) Melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
2.7 PENCEGAHAN

1. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.


2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
4. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
5. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

6. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga


Mereka yang akan melakukan bunuh diri biasanya memberikan peringatan pada
keluarganya dan sebelumnya sering mencari nasehat medis. Sehingga ada kemungkinan
untuk dicegah dengan diagnosis dan terapi yang lebih baik. Pencegahan berskala besar
harus diarahkan untuk mengatasi isolasi sosial, rendahnya harga diri, dan pengurangan
kosumsi dan penyalahgunaan alkohol dan obat.
2.8 ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
BAB II

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai