Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ETIOLOGI PENYAKIT

Dosen Pengampu : Ns. Fitra Mayenti, M. Kep

Mata kuliah : Psikososial dan Kebudayaan Dalam Keperawatan

Disusun Oleh : 1. Cici Ramadayani ( 190101157 )

2. Deby Indriyani ( 190101158 )

3. Taufiq Imron ( 190101164 )

Prodi : S1 Keperawatan

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES AL INSYIRAH PEKANBARU

T/A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Saya panjatkan doa syukur kehadapan tuhan yang maha esa karena atas berkatnya yang
dilimpahkan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagaimana
adanya.
Tujuan makalah ini adalah melengkapi tugas kuliah mahasiswa yang sedang mempelajari
atau memprogramkan mata kuliah psikososial dan budaya dalam keperawatan. Makalah ini
bukan dimaksudkan sebagai satu-satunya pegangan yang harus dipergunakan dalam
mempelajari sistem informasi manajemen. Selain mambaca buku ini, mahasiswa diharapkan
masih perlu membaca literatur-literatur lain yang ada hubungannya dengan mata kuliah system
informasi keperawatan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh
karena itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk kesempurnaan penulisan makalah ini,
sekian dan terima kasih.

Pekanbaru, 10 November 2020

Penulis

DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................I
KATA PENGANTAR....................................................................................II
DAFTAR ISI..............................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................1
2.1 Hubungan Antropologi dengan Ilmu Kesehatan......................................2
2.2 Konsep Transkultural Nursing...................................................................3
2.3 Paradigma Transkultural Nursing.............................................................3
2.4 Strategi Transkultural Nursing .................................................................4
2.5 Aplikasi Transkultural Nursing .................................................................4
2.6 Konsep Telenursing...................................................................................5
2.7 Etiologi Penyakit Personalistik dan Naturalistik.......................................6
2.8 Persepsi Sehat Sakit…………………………………………………………………………………7
2.9 Konsep Sehat, Sakit,dan Penyakit…………………………………………………………….8

BAB III PENUTUP.....................................................................................10


3.1 Kesimpulan.............................................................................................10
3.2 Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ahli antropologi kesehatan melihat bahwa perilaku sakit seseorang mengacu pada
etiologi atau sebab dari penyakit itu sendiri. Masyarakat yang relatif lebih sederhana
seperti di pedesaan Indonesia, orang cenderung menganut etiologi personalistik,
sehingga masyarakat akan pergi ke dukun/orang pintar. Sedang di daerah perkotaan
sebaliknya, terdapat kecenderungan terhadap etiologi naturalistik. Bila masyarakat
meyakini bahwa mereka terserang suatu penyakit akibat virus atau kuman maka dia
akan pergi ke dokter. Dalam berbagai laporan penelitian antropologi, yang ditulis oleh
Sinuraya( 1988 ) dapat ditemukan bahwa etiologi penyakit yang personalistik dan
naturalistik dapat berlaku dalam masyarakat urban ( perkotaan ) dan rural ( pedesaan )
sekaligus.

Konsep Transkultural Nursing Teori Transkultural yang diperkenalkan oleh Leinenger


ini bertujuan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang konsisten dengan ilmu
pengetahuan dan skill serta caring sebagai fokus utama pelayanan. Artinya, dengan teori
transkultural ini, caring merupakan sentral dan menggabungkan pengetahuan dengan
praktik keperawatan Transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus
pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya. Konsep dalam
Transkultural Nursing Konsep dalam transkultural nursing berupa perilaku dan hal yang
dimiliki masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana hubungan atropologi dengan ilmu kesehatan menurut wiranata ?

1.2.2 Apa yang di maksud dengan konsep Transcultural Nursing ?

1.2.3 Apa yang di maksud dengan Paradigma Trankultural Nursing ?

1.2.4 Bagaimana strategi yang di gunakan untuk melaksanakan ASKEP Trankultural


Nursing ?

1.2.5 Bagaimana aplikasi Transkultural Nursing ?

1.2.6 Apa yang di maksud dengan Konsep Telenursing ?

1.2.7 Apa yang di maksud dengan Etiologi penyakit Personalistik dan Naturalistik ?

1.2.8 Bagaimana Persepsi Sehat Sakit ?


1.2.9 Bagaimana Konsep, Sehat, Sakit dan Penyakit ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk Mengetahui Bagaimana hubungan atropologi dengan ilmu kesehatan


menurut wiranata

1.3.2 Untuk Mengetahui Apa yang di maksud dengan konsep Transcultural Nursing

1.3.3 Untuk Mengetahui Apa yang di maksud dengan Paradigma Trankultural Nursing

1.3.4 Untuk Mengetahui Bagaimana strategi yang di gunakan untuk melaksanakan


ASKEP Trankultural Nursing

1.3.5 Untuk mengetahui Bagaimana aplikasi Transkultural Nursing

1.3.6 Untuk Mengetahui Apa yang di maksud dengan Konsep Telenursing

1.3.7 Untuk Mengetahui Apa yang di maksud dengan Etiologi penyakit Personalistik
dan Naturalistik

1.3.8 Untuk Mengetahui Bagaimana Persepsi Sehat Sakit

1.3.9 Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep, Sehat, Sakit dan Penyakit

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP ANTROPOLOGI SOSIAL BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

Antropologi Sosial Budaya Antropologi berasal dari kata latin; anthropos yang
berarti manusia dan Logos atau akal. Dengan begitu, anthropology dapat
diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha mencapai pengertian tentang
makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, kepribadian,
masyarakan, serta kebudayaannya.

2.1 Hubungan Antropologi Dengan Ilmu Kesehatan Menurut Wiranata antropologi memiliki
hubungan dengan beberapa ilmu kesehatan, antara lain:
2.1.1 Hubungan Antropologi dengan Ilmu Anatomi

2.1.2 Hubungan Antropologi dengan Ilmu Kesehatan masyarakat

2.1.3 Hubungan Antropologi dengan Ilmu Keperawatan

2.2 Konsep Transkultural Nursing

Konsep Transkultural Nursing Teori Transkultural yang diperkenalkan oleh Leinenger


ini bertujuan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang konsisten dengan ilmu
pengetahuan dan skill serta caring sebagai fokus utama pelayanan. Artinya, dengan teori
transkultural ini, caring merupakan sentral dan menggabungkan pengetahuan dengan
praktik keperawatan Transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus
pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya. Konsep dalam
Transkultural Nursing Konsep dalam transkultural nursing berupa perilaku dan hal yang
dimiliki masyarakat, berupa:

a. Budaya

b. Nilai Budaya

c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan

d. Etnosentris

e. e. Etnis

f. Ras g. Etnografi

g. Care

h. Caring

i. Cultur Care

j. Cultur Imposition

2.3 Paradigma Transkultural Nursing

Paradigma transkultural nursing (Leininger 1985) adalah cara pandang, keyakinan,


nilai- nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang
budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :

1. Manusia
2. Konsep Sehat Sakit

3. Lingkungan

4. Keperawatan

2.4 STRATEGI YANG DIGUNAKAN DALAM MELAKSANAKAN ASKEP PADA TRANSKULTURAL


NURSING

 Perlindungan / mempertahankan budaya

 Mengakomodasi atau negosiasi budaya

 Mengubah atau mengganti budaya

1. Pelaksanaan Transkultural Nursing

a. Pengkajian

 Faktor tekhnologi

 Faktor agama dan falsafah hidup

 Faktor sosial dan keterikatan keluarga

 Nilai-nilai budaya dan gaya hidup

 Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku

 Faktor Ekonomi

 Faktor pendidikan

b. Diagnosa Keperawatan

c. Perencanaan dan Pelaksanaan

d. Evaluasi

2.5 Aplikasi Transkultural Nursing

1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian ASKEP yang difokuskan


kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat
sesuai dengan latar belakang budaya.

2. Pengkajian ASKEP dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk menjembatani


perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien.
3. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi tindakan
yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan mengganti budaya
yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.

4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja
dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien
sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien

5. Evaluasi ASKEP transkultural melekat erat dengan perencanaan dan pelaksanaan proses
ASKEP transkultural.

2.6 Konsep Telenursing

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, tele adalah jauh / jarak jauh. Sementara nursing
adalah memberikan layanan keperawatan. Sehingga telenursing dapat dimaknai
pemberian asuhan keperawatan atau layanan keperawatan melalui jarak jauh yang
menggunakan alat komunikasi sebagai penghubung antara pasien dan perawat. Media
Telenursing berupa Sistem informasi, web dan internet.

a. Aplikasi Telenursing Cahyo (2008) mengatakan bahwa untuk dapat diaplikasikan maka
ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian penggunaan telenursing :

1. Faktor legalitis

2. Faktor Finansial

3. Faktor Skill

4. Faktor Motivasi

b. KeuntunganTelenursing Menurut Britton et all (1999, dalam Cahyo 2008), ada beberapa
keuntungan telenursing yaitu :

1. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat
mengurangi kunjungan ke pelayanan

2. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan
pelayanan keperawatan tanpa batas geografis.

3. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di


rumah sakit.
c. Pelaksanaan Telenursing

Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan


oleh karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana
serta kurangnya dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah. Untuk mensiasati
keterbatasan pelaksanaan telenursing bisa dimulai dengan peralatan yang sederhana
seperti pesawat telepon yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pelayanan
keperawatan. Telenursing menggunakan telepon ini dapat diaplikasikan di unit gawat
darurat dan home care

2.7 Etiologi Penyakit Personalistik dan Naturalistik

Foster dan Anderson (1978) membagi etiologi penyakit menjadi dua yaitu : etiologi
personalistik dan etiologi naturalistik.

2.7.1 Dalam etiologi personalistik keadaan sakit dipandang sebagai sebab adanya
campur tangan agen seperti makhluk halus, jin, hantu dan roh tertentu.
Seseorang jatuh sakit akibat usaha orang lain ( dukun ) yang menjadikan dirinya
sebagai sasaran agen tersebut.

2.7.2 Konsep etiologi naturalistik berpandangan bahwa sakit adalah akibat gangguan
sistem dalam tubuh manusia atau antara tubuh manusia dengan lingkungannya.

Ahli antropologi kesehatan melihat bahwa perilaku sakit seseorang mengacu


pada etiologi atau sebab dari penyakit itu sendiri. Masyarakat yang relatif lebih
sederhana seperti di pedesaan Indonesia, orang cenderung menganut etiologi
personalistik, sehingga masyarakat akan pergi ke dukun/orang pintar. Sedang di
daerah perkotaan sebaliknya, terdapat kecenderungan terhadap etiologi
naturalistik. Bila masyarakat meyakini bahwa mereka terserang suatu penyakit
akibat virus atau kuman maka dia akan pergi ke dokter. Dalam berbagai laporan
penelitian antropologi, yang ditulis oleh Sinuraya( 1988 ) dapat ditemukan
bahwa etiologi penyakit yang personalistik dan naturalistik dapat berlaku dalam
masyarakat urban ( perkotaan ) dan rural ( pedesaan ) sekaligus.

Koentjaraningrat ( 1984 ) menyatakan bahwa pada masyarakat Jawa ada


beberapa teori tradisional mengenai penyakit yang diyakini mereka disebabkan
oleh faktor personalistik dan sekaligus naturalistik ( Sianipar, Alwisol dan Yusuf,
1992 ), sehingga yang tampak pertama-tama masyarakat akan pergi ke dokter.
Bila penyakitnya tidak berkurang juga maka dia akan pergi ke dukun.
Etiologi penyakit naturalistik dan personalistik selamanya akan tetap hidup di
masyarakat baik perkotaan maupun pedesaan. Tidak ada lagi pembeda bahwa
makin modern masyarakat akan lebih memandang penyakit sebagai naturalistik
saja. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Sianipar ( 1986 ) yang membuktikan
bahwa di daerah Sumatera Utara, dukun banyak tinggal di daerah perkotaan,
karena pasiennya kebanyakan berasal dari kota dibandingkan dari
desa.Seseorang yang telah memilih sistim pengobatan tertentu terhadap
penyakit yang dideritanya akan menerima seluruh proses pengobatan secara
penuh.

2.8 Persepsi Sehat Sakit

Salah satu pendekatan dalam ilmu sosiologi adalah teori Evolusi, dimana manusia
berkembang membutuhkan waktu yang sangat lama. Tetapi perkembangan dalam satu
bidang belum tentu diiringi dengan perkembangan bidang yang lain. Contoh
perkembangan di bidang ilmu kesehatan dan kedokteran belum tentu diimbangi dengan
perilaku sehat dan perilaku sakit masyarakat. Seseorang yang menderita sakit infeksi
saluran napas atas ( ISPA ) belum tentu mau berobat ke dokter dan meminum obat
paten yang diresepkan oleh dokter, karena ia tidak tau kegawatan penyakitnya dan
seberapa besar dia membutuhkan pertolongan medis. Pola pencarian pengobatan
setiap orang bisa berbeda-beda sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya
tentang bidang kesehatan dan pengobatan.

2.8.1 Perilaku Sakit

Cara seseorang bereaksi terhadap gejala-gejala penyakit dinamakan sebagai


“perilaku sakit “ ( illness behavior ). Perilaku ini dipengaruhi oleh keyakinan
masyarakat terhadap gejala penyakit tersebut dan keyakinan terhadap cara
pengobatan yang akan ditempuh mereka. Perilaku ini merupakan manifestasi
dari sebuah konsep pikir manusia tentang arti sehat dan sakit.

Tingkah laku sakit, yakni istilah yang paling umum, didefinisikan sebagai“cara-
cara dimana gejala-gejala ditanggapi, dievaluasi, dan diperankan olehseorang
individu yang mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain darifungsi
tubuh yang kurang baik” (Anderson, 2009). Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa
adanya peranan sakit. Misalnya seorangdewasa yang bangun dari tidurnya
dengan leher sakit menjalankan peranan sakit,ia harus memutuskan, apakah ia
akan minum aspirin dan mengharapkankesembuhan, atau memanggil dokter.
2.9 Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit

Konsep sehat menurut WHO secara garis besar adalah suatu keadaan seseorang yang
terbebas dari gangguan fisik, mental, sosial, spiritual serta tidak mengalami kecacatan.
Menurut pandangan para ahli sosiologi, yang disebut sehat sangatlah bersifat subyektif,
bukan obyektif. Persepsi masyarakat tentang sehat/sakit ini dipengaruhi oleh unsur
pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Jika individu merasa bahwa
penyakitnya disebabkan oleh makhluk halus, maka dia akan memilih untuk berobat
kepada “ orang pandai “ yang dianggap mampu mengusir makhluk halus tersebut dari
tubuhnya sehingga penyakitnya akan hilang ( Jordan, 1985; Sudarti, 1988; dalam Solita,
1997).

Para ahli medis sepakat bahwa penyakit ( disease ) itu diartikan sebagai gangguan
fungsi fisiologis dari suatu organisme. Sedangkan sakit ( illness ) adalah penilaian
individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit, ditandai dengan perasaan
tidak enak badan. Mungkin saja terjadi bahwa secara obyektif individu terserang
penyakit dan salah satu organ tubuhnya terganggu fungsinya, namun dia tidak merasa
sakit dan tetap menjalankan tugasnya sehari-hari. Sebaliknya seseorang mungkin
merasa sakit tetapi dari pemeriksaan medis tidak diperoleh bukti bahwa dia sakit.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Antropologi Sosial Budaya Antropologi berasal dari kata latin; anthropos yang
berarti manusia dan Logos atau akal. Dengan begitu, anthropology dapat
diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha mencapai pengertian tentang
makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, kepribadian,
masyarakan, serta kebudayaannya. Etiologi penyakit naturalistik dan
personalistik selamanya akan tetap hidup di masyarakat baik perkotaan maupun
pedesaan. Tidak ada lagi pembeda bahwa makin modern masyarakat akan lebih
memandang penyakit sebagai naturalistik saja. Hal ini dibuktikan oleh penelitian
Sianipar ( 1986 ) yang membuktikan bahwa di daerah Sumatera Utara, dukun
banyak tinggal di daerah perkotaan, karena pasiennya kebanyakan berasal dari
kota dibandingkan dari desa.Seseorang yang telah memilih sistim pengobatan
tertentu terhadap penyakit yang dideritanya akan menerima seluruh proses
pengobatan secara penuh.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ( 1990 ), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Balai Pustaka.

Foster, G.M., & Anderson, B. G., ( 2006 ), Antropologi Kesehatan, ( Priyanti P. S., & Meutia F. H.
S, Trans ), Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai