Anda di halaman 1dari 11

PERNIK Jurnal PAUD, VOL 2 NO.

2 April 2019

Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning dan Motivasi


Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas III
SD Negeri 1 Kecamatan Kulisusu Barat
Kabupaten Buton Utara

Acoci, S.Pd., M.Pd


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Buton
E-mail: acoci4sri@gmail.com

Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui model pembelajaran yang lebih efektif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di Kelas III SD, (2) untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar siswa antara yang diajar dengan model pembelajaran cooperative learning tipe
Teams Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD di Kelas
III SD, (3) untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi antara yang diajar
dengan model pembelajaran cooperative learning tipe Teams Games Tournament (TGT) dan model
pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada mata pelajaran IPS di Kelas III SD, (4) untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar yang memiliki motivasi rendah antara yang diajar dengan model
pembelajaran cooperative learning tipe Teams Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran
cooperative learning tipe STAD pada mata pelajaran IPS di Kelas III SD. Penelitian ini termasuk jenis
penelitian eksperimen dengan rancangan factorial group design dengan 2 x 2 memiliki dua variabel
yaitu variabel bebas (perlakuan) dan variabel atribut. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas III SD
Negeri 1 Kecamatan Kulisusu Barat Kabupaten Buton Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 60
orang yang terbagi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara keseluruhan perbedaan hasil belajar siswa lebih baik yang diajar dengan model pembelajaran
cooperative learning tipe Teams Games Tournament (TGT daripada diajar dengan model pembelajara
cooperative learning tipe STAD. Dengan demikian salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar
IPS pada beberapa materi dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran TGT.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Cooperative Learning, TGT, STAD, Motivasi Belajar dan Hasil
Belajar Siswa.

PENDAHULUAN pelajaran IPS adalah dengan


penggunaan model cooperative
Proses pembelajaran di sekolah
learning. Cooperative learning
dewasa ini kurang meningkatkan
adalah model pembelajaran yang
kreativitas siswa terutama dalam
dilakukan dengan pembagian
pembelajaran IPS. Masih banyak guru
kelompok belajar dengan memberi
yang menggunakan metode
kesempatan kepada setiap peserta
konvensional dengan pembelajaran di
didik untuk bekerja sama dengan
kelas yang monoton sehingga
semua siswa dalam tugas-tugas yang
pembelajaran terkesan kaku dan
diberikan oleh guru (Ahmad
didominasi oleh guru. Sementara salah
Susanto, 2014: 198).
satu aspek penentu keberhasilan siswa
Sudah semestinya pelaksanaan
dalam pendidikan adalah proses belajar
pembelajaran setiap kelas dikemas
mengajar. Salah satu upaya untuk
dengan konsep yang tepat untuk
meningkatkan potensi siswa pada
memberikan motivasi kepada siswa
pembelajaran saat ini, khususnya mata
111
PERNIK Jurnal PAUD, VOL 2 NO.2 April 2019

agar turut berpartispasi aktif mengikuti maupun hasil belajar yang diperoleh
proses belajar mengajar sehingga hasil siswa (Pribadi, 2011: 117).
belajar siswa meningkat. Hasil belajar Pentingnya peranan model
merupakan istilah yang digunakan pembelajaran cooperative learning
untuk menunjukkan tingkat dalam proses pembelajaran perlu
keberhasilan yang dicapai oleh dipahami oleh pendidik agar dapat
seseorang setelah melakukan usaha melakukan berbagai bentuk tindakan
tertentu. Dalam hal ini hasil belajar atau bantuan kepada siswa.
yang dicapai siswa pada bidang studi Keberhasilan belajar bukan semata-
tertentu setelah mengikuti proses mata ditentukan oleh kemampuan
belajar mengajar (Dimyati dan individual siswa secara utuh,
Mudjiono, 2009: 77). melainkan perolehan belajar akan
Motivasi belajar merupakan semakin baik apabila dilakukan secara
kebutuhan untuk mengembangkan bersama-sama dalam kelompok-
kemampuan diri secara optimum, kelompok belajar kecil yang
sehingga mampu berbuat yang lebih terstruktur dengan baik. Melalui
baik, berprestasi dan kreatif. Setiap belajar dari teman sebaya
siswa harus memiliki motivasi belajar dibawah bimbingan guru, maka
agar dapat tercapainya sesuatu atau proses penerimaan dan pemahaman
hasil sesuai yang diharapkan.kondisi siswa akan semakin mudah dan
psikologis yang mendorong siswa cepat terhadap materi yang
untuk belajar secara sungguh-sungguh,
dipelajari.
yang pada gilirannya akan terbentuk
Kerena pentingnya
cara belajar siswa yang sistematis,
penggunaan suatu model
penuh konsentrasi dan dapat
pembelajaran dalam meningkatkan
menyeleksi kegiatan-kegiatannya
hasil belajar siswa, maka guru perlu
(Sardiman, 2000: 27).
memilih salah satu dari beberapa
Model pembelajaran adalah
model pembelajaran yang ada, seperi
bentuk pembelajaran yang tergambar
model pembelajaran cooperative
dari awal sampai akhir yang disajikan
learning tipe Teams Games
secara khas oleh guru. Dengan kata
Tournament (TGT) merupakan satu
lain, model pembelajaran merupakan
model pembelajaran kooperatif yang
bingkai dari penerapan suatu
menempatkan siswa dalam
pendekatan, model, dan teknik
kelompok kelompok belajar yang
pembelajaran yang kemudian dapat
beranggotakan 5 sampai 6 orang
meningkatkan motivasi belajar
siswa yang memiliki kemampuan,

112
PERNIK Jurnal PAUD, VOL 2 NO.2 April 2019

jenis kelamin dan suku atau ras yang kegiatan penelitian ini, adalah:
berbeda dan model pembelajaran tipe Mengetahui model pembelajaran
STAD, dimana model pembelajaran yang lebih efektif untuk
ini merupakan pendekatan cooperative meningkatkan hasil belajar siswa
learning yang menekankan pada pada mata pelajaran IPS di Kelas III
aktivitas dan interaksi diantara siswa SD Negeri 1 Kecamatan Kulisusu
untuk saling memotivasi dan saling Kabupaten Buton Utara. Untuk
membantu dalam menguasai materi mengetahui perbedaan hasil belajar
pelajaran guna mencapai hasil yang siswa antara yang diajar dengan
maksimal. model pembelajaran cooperative
Menurut Parsons dalam learning tipe Teams Games
(Slavin, 2005: 167) dinyatakan bahwa Tournament (TGT) dan model
model pembelajaran TGT merupakan pembelajaran cooperative learning
salah satu teknik terbaik yang tipe STAD di Kelas III SD Negeri 1
dilakukan dalam pembelajaran di Kecamatan Kulisusu Kabupaten
kelas. Para siswa menyadari bahwa Buton Utara. Untuk meningkatkan
kompetensi merupakan sesuatu yang hasil belajar siswa yang memiliki
selalu mereka hadapi setiap saat motivasi tinggi antara yang diajar
karena TGT memberikan mereka dengan model pembelajaran
peraturan dan strategi untuk bersaing cooperative learning tipe Teams
sebagai individu setelah menerima Games Tournament (TGT) dan
bantuan dari teman mereka. model pembelajaran cooperative
Berdasarkan uraian di atas, learning tipe STAD pada mata
maka penulis optimis bahwa model pelajaran IPS di Kelas III SD Negeri
pembelajaran TGT dan STAD akan 1 Kecamatan Kulisusu Kabupaten
dapat menjawab permasalahan siswa Buton Utara. Untuk mengetahui
dalam menerima materi pelajaran yang perbedaan hasil belajar yang
diberikan guru. Oleh karena itu penulis memiliki motivasi rendah antara
merumuskan suatu judul penelitian yang diajar dengan model
yaitu “Pengaruh Model Pembelajaran pembelajaran cooperative learning
Cooperative Learning dan Motivasi tipe Teams Games Tournament
Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa (TGT) dan model pembelajaran
Mata Pelajaran IPS Kelas III SD cooperative learning tipe STAD
Negeri 1 Kecamatan Kulisusu Barat pada mata pelajaran IPS di Kelas III
Kabupaten Buton Utara”. Tujuan yang SD Negeri 1 Kecamatan Kulisusu
diharapkan untuk dicapai melalui Kabupaten Buton Utara.

113
PERNIK Jurnal PAUD, VOL 2 NO.2 April 2019

HASIL DAN PEMBAHASAN


METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi 1. Pengujian Persyaratan


eksperimen dengan rancangan Analisis Sebelum data yang
“Factorial Group Design” 2 x 2 (dua diperoleh
kali dua) kategori yang memiliki satu dalam penelitian ini dilakukan uji
variabel terikat yaitu, hasil belajar siswa hipotesis dengan Analisis Varians
serta dua variabel bebas yaitu, model (ANAVA), terlebih dahulu
pembelajaran cooperative learning tipe dilakukan uji persyaratan analisis
(TGT dan STAD) sebagai variabel yang meliputi:
eksperimen dan motivasi belajar siswa 1) Uji normalitas dengan
(tinggi dan rendah) sebagai variabel menggunakan uji Bartlett.
atribut. a. Uji Normalitas
Varians
Teknik analisa data yang digunakan
(Kolmogorov – Smirnov)
untuk menguji ada tidaknya perbedaan
adalah teknik pengujian ANAVA Uji normalitas dilakukan
(Analisis Varian), dan jika terbukti akan terhadap siswa yang memiliki
dilanjutkan dengan uji Tukey. Sebelum motivasi dengan masing-masing
dilakukan pengujian persyaratan analisis kelompok, yaitu sebanyak 8 kelompok
data dan analisis dari tiap variabel, data dan dilakukan dengan uji
terlebih dahulu data disajikan dalam Kolmogorov-Smirnov (KS) pada taraf
statistik deskriptif yang meliputi signifikansi α = 0,05.
rentangan skor yang diperoleh, distribusi Dari hasil pengujian
frekuensi, modus, median dan rata-rata Kolmogorov-Smirnov (KS) untuk hasil
hitung. Kemudian data disajikan pula belajar siswa yang diajar dengan model
dalam bentuk distribusi frekuensi dan pembelajaran cooperative learning tipe
histigram untuk masing-masing kelompok TGT diperoleh Dhit = 0,092 dan Dtab =
data. Tahap selanjutnya, dilakukan uji 0,248, untuk hasil belajar siswa yang
persyaratan yang meliputi uji normalitas diajar dengan model pembelajaran
dan ujihomogenitas yang masing- cooperative learning tipe STAD
masing menggunakan uji Kolmogorov- diperoleh Dhit = 0,090 dan Dtab = 0,248.
Smirnov (KS) untuk normalitas dan uji Untuk kelompok siswa yang memiliki

Bartlett untuk homogenitas. motivasi tinggi diperoleh Dhit = 0,162


dan Dtab = 0,248, sedangkan kelompok
siswa yang memiliki motivasi rendah
diperoleh Dhit = 0,079 dan Dtab = 0,248.
Untuk kelompok siswa yang memiliki

114
PERNIK Jurnal PAUD, VOL 2 NO.2 April 2019

motivasi tinggi dan diajar dengan model disimpulkan bahwa varians populasi
pembelajaran cooperative learning tipe bersifat homogen.
TGT diperoleh Dhit = 0,108 dan Dtab = Berdasarkan hasil uji normalitas
0,351. Untuk kelompok siswa yang dan homogenitas tersebut di atas, dapat
memiliki motivasi rendah dan diajar disimpulkan bahwa persyaratan untuk
dengan model pembelajaran cooperative
pengujian hipotesis dengan analisis
learning tipe TGT diperoleh Dhit = 0,127
varians (ANAVA) dua jalur dapat
dan Dtab = 0,351. Untuk kelompok siswa
terpenuhi. Dengan demikian, pengujian
yang memiliki motivasi tinggi dan diajar
dapat dilanjutkan dengan
dengan model pembelajaran cooperative
menggunakan uji Tukey untuk
learning tipe STAD diperoleh Dhit = 0,133
dan Dtab = 0,351, dan untuk kelompok mengetahui hasil perhitungan secara

siswa yang memiliki motivasi rendah dan keseluruhan.


diajar dengan menggunakan model 2. Pengujian Hipotesis

pembelajaran cooperative learning tipe a. Uji Hipotesis


STAD diperoleh Dhit = 0,099 dan Dtab = Untuk menguji hipotesis
0,351. penelitian secara keseluruhan
Dari data kelompok siswa tersebut digunakan analisis varians (ANAVA)
terlihat bahwa Dhit untuk ke 8 (delapan) dua jalur pada taraf signifikan α =
kelompok sampel lebih kecil dari Dtab. 0,05. Kriteria pengujian adalah
Dengan demikian, hipotesis tidak dapat sebagai berikut: 1) jika untuk antar
ditolak Dhit ˂ Dtab maka dapat kolom nilai Fhit lebih besar daripada
disimpulkan bahwa sampel berasal dari Ftab (Fh > Ft), dinyatakan terdapat
populasi yang berdistribusi normal. perbedaan yang signifikan, 2) jika
untuk antar baris nilai Fhit lebih besar
b. Uji Homogenitas Varians daripada Ftab (Fh > Ft), dinyatakan
Pengujian homogenitas ini terdapat perbedaan yang signifikan,
dilakukan dengan mengunakan uji Bartlett dan 3) jika untuk interaksi nilai Fhit
yang bertujuan untuk mengetahui apakah lebih besar daripada Ftab (Fh > Ft),
varians populasi bersifat homogen atau dinyatakan terdapat perbedaan yang
tidak. Dari perhitungan uji homogenitas signifikan. Selanjutnya jika diketahui
2 terdapat interaksi, maka dilanjutkan
diperoleh χ hit sebesar 4,14 sedangkan
2 dengan uji Tukey untuk mengetahui
χ tab pada taraf signifikan 0,05 sebesar
efek interaksi (simple effect) mana
2
7,81. Angka ini menunjukan bahwa χ hit
yang lebih tinggi.
2
lebih kecil daripada harga χ tab (4,14 ˂ Sehubungan dengan terdapatnya
100
7,81) , dan ini berarti bahwa hipotesis interaksi antara motivasi dengan
nol tidak dapat diterima atau hasil belajar siswa dan mengetahui

115
PERNIK Jurnal PAUD, VOL 2 NO.2 April 2019

kelompok mana yang berbeda secara Perbedaan Absolut


signifikan, maka teknik analisis
dilanjutkan dengan uji Tukey pada Kelompok Qh
taraf signifikan α = 0,06 /0,01 dapat TGT STAD
Model Pembelajaran 90,70 85,93 5,0
dilihat pada tabel berikut ini.
Motivasi Tinggi 92,60 82,40 7,6
Motivasi Rendah 88,80 89,47 0,0

Tabel. Hasil Analisis Tahap Lanjut dengan Uji Tukey

Games Tournament (TGT) dari pada 2. Uji Hipotesis Kedua


model pembelajaran cooperative
Terdapat Pengaruh Interaksi
learning tipe STAD.
antara model pembelajaran dan
Berdasarkan data yang diperoleh
motivasi terhadap hasil belajar siswa
sebelumnya, nilai rata-rata motivasi
Berdasarkan hasil perhitungan
kelompok siswa yang diajar dengan
ANAVA dua jalur menunjukan bahwa
model pembelajaran cooperative
nilai Fhit adalah sebesar 16,79,
learning tipe TGT adalah sebesar 90,70
sedangkan harga Ftab pada signifikan α
sedangkan nilai rata-rata motivasi
= 0,05 adalah 4,00 dan pada taraf
kelompok siswa yang diajar dengan
signifikan α = 0,01 adalah 7,08. Dari
model pembelajaran cooperative
hasil perhitungan dinyatakan bahwa
learning tipe STAD adalah 85,93. Hal
hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti
ini menunjukan bahwa kelompok siswa
terdapat interaksi antara model
yang diajar dengan model
pembelajaran dan motivasi terhadap
pembelajaran cooperative learning
hasil belajar siswa.
tipe TGT lebih tinggi atau lebih baik
Dari hasil pengujian di atas dapat
daripada kelompok siswa yang diajar
disimpulkan bahwa kelompok siswa
dengan model pembelajaran
yang memiliki motivasi tinggi lebih baik
cooperative learning tipe STAD.
diajarkan daripada atau diajar
Dengan demikian, penerapan model
dengan menggunakan model
pembelajaran cooperative learning
pembelajaran cooperative learning tipe
tipe TGT terbukti memberi pengaruh
TGT daripada model pembelajaran
yang lebih efektif dan efisien
cooperative learning tipe STAD,
terhadap pengembangan model
sedangkan bagi kelompok siswa yang
pembelajaran
memiliki motivasi rendah lebih baik
daripada model pembelajaran
diajar atau diajarkan menggunakan
cooperative learning tipe STAD.
model pembelajaran cooperative
learning tipe STAD dari pada model
116
PERNIK Jurnal PAUD, VOL 2 NO.2 April 2019

pembelajaran cooperative learning tipe besar dari Qtab (7,69 > 2,76), sehingga Ho
TGT. Tinggi rendahnya tingkat ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian
motivasi siswa akan berpengaruh pada dapat disimpulkan bahwa hasil pelaksanaan

hasil belajar yang diperoleh. Dengan model pembelajaran bagi kelompok siswa
yang memiliki motivasi tinggi lebih baik
ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
diajarkan dengan model pembelajaran
pengaruh interaksi antara model
cooperative learning tipe TGT daripada
pembelajaran dan motivasi terhadap
modal pembelajaran cooperative learning
hasil belajar siswa. Semakin tinggi
tipe STAD.
motivasi siswa, semakin baik nilai atau
Nilai rata-rata kelompok siswa yang
hasil belajarnya. Sebaliknya, semakin
memiliki motivasi tinggi dan diajar dengan
rendah motivasi siswa semakin
model pembelajaran cooperative learning
menurun pula hasil belajarnya.
tipe TGT adalah 92,60 sedangkan nilai rata-
rata kelompok siswa yang memiliki motivasi
3. Uji Hipotesis Ketiga
tinggi dan diajar dengan model pembelajaran
Perbedaan hasil belajar siswa cooperative learning tipe STAD adalah
yang memiliki motivasi tinggi 82,40. Hal ini menunjukan bahwa kelompok
antara yang diajar dengan model siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan

pembelajaran cooperative mendapatkan model pembelajaran


learning tipe TGT dan model cooperative learning tipe TGT lebih baik

pembelajaran cooperative daripada kelompok siswa yang memiliki


learning tipe STAD motivasi tinggi dengan mendapatkan model
Berdasarkan hasil uji Tukey diperoleh pembelajaran cooperative learning tipe
Qhit sebesar 7,69 dan Qtab sebesar 2,76 pada STAD.
taraf signifikan α = 0,05. Ternyata Qhit lebih

117
4. Uji Hipotesis Keempat Pembahasan
Pengujian hipotesis pertama menunjukan
Perbedaan hasil belajar siswa yang bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang
memiliki motivasi rendah antara yang sangat signifikan antara model pembelajaran
diajar dengan model pembelajaran cooperative learning tipe Teams Games
cooperative learning tipe TGT dan Tournament (TGT) dengan model pembelajaran
model pembelajaran cooperative cooperative learning tipe STAD secara
learning tipe STAD keseluruhan dalam model pembelajaran. Dengan

Berdasarkan hasil uji Tukey diperoleh kata lain, secara keseluruhan, pelaksanaan

Qhit sebesar 0,05 dan Q tab sebesar 2,76 pada model pembelajaran cooperative learning tipe
taraf signifikan α = 0,05. Ternyata Q hit lebih Teams Games Tournament (TGT) memberikan
besar dari Qtab (0,05 > 2,76), sehingga Ho pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan
diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian model pembelajaran cooperative learning tipe
dapat disimpulkan bahwa hasil pelaksanaan STAD.
model pembelajaran bagi kelompok siswa Keberhasilan penggunaan model
yang memiliki motivasi rendah terhadap cooperative learning tipe Teams Games
motivasi lebih baik diajarkan dengan model Tournament (TGT) berkaitan dengan
pembelajaran cooperative learning tipe motivasi para siswa dan keberhasilan
STAD daripada model pembelajaran cooperative learning tipe Teams Games
cooperative learning tipe TGT. Tournament (TGT) tidak terlepas dari
Nilai rata-rata kelompok siswa yang langkah-langkah yang ditempuh dalam
memiliki motivasi rendah dan diajar dengan
penelitian yang dilakukan. Pelaksanaan
model pembelajaran cooperative learning
model pembelajaran cooperative learning
tipe TGT adalah 88,80 sedangkan nilai rata-
tipe Teams Games Tournament (TGT)
rata kelompok siswa yang memiliki motivasi
menempatkan siswa pada kondisi aktif
rendah dan diajar dengan model
melalui proses yang telah dikondisikan.
pembelajaran cooperative learning tipe
Disamping itu, peran guru dalam
STAD adalah 89,47. Hal ini menunjukan
mengajar menggunakan model pembelajaran
bahwa kelompok siswa yang memiliki
cooperative learning tipe Teams Games
motivasi rendah dengan mendapatkan
Tournament (TGT) ini harus juga
pembelajaran model pembelajaran
maksimal dengan mengarahkan,
cooperative learning tipe STAD lebih baik
daripada kelompok siswa yang memiliki membimbing dan penguasaan kelas dengan

motivasi rendah dengan mendapatkan model baik. Dengan kata lain guru terjun langsung

pembelajaran cooperative learning tipe dalam proses pelaksanaan pembelajaran ini.

TGT. Melalui model pembelajaran


cooperative learning tipe Teams Games
Tournament (TGT) diharapkan para siswa
mengerti bahwa pelaksanaan model tumbuhnya motivasi belajar dan hasil
pembelajaran cooperative learning tipe belajar yang baik.
Teams Games Tournament (TGT) ini sangat Hipotesi kedua juga pengujian
penting untuk meningkatkan hasil kebenaran bahwa pelaksanaan model
belajarnya. Dengan materi pembelajaran pembelajaran membuktikan terdapatnya
yang tidak hanya diberikan pada saat didalam pengaruh interaksi antara model
kelas tetapi lebih pada kegiatan interaksi- pembelajaran dan motivasi terhadap hasil
interaksi kecil antara siswa dengan guru belajar siswa. Dengan adanya model
kemudian mereka mengerti permasalahan pembelajaran cooperative learning tipe
yang dialami oleh siswa sehingga kemudian Teams Games Tournament (TGT) akan
guru dan siswa mengerti cara mengatasi meningkatkan hasil belajar siswa dengan
permasahan hasil belajar siswa dengan tepat.
memanfaatkan fasilitas yang ada sebagai
Artinya pelaksanaan model
penunjang pelaksanaan proses belajar
pembelajaran seperti ini akan berbekas pada
mengajar dengan memperhatikan
diri mereka, menambah pemahaman dan
lingkungan belajar sekitar.
pengetahuan baru dan terpenting dari
Hipotesis ketiga juga teruji
pembelajaran ini dapat menerapkannya
kebenarannya bahwa kelompok siswa
dalam setiap pembelajaran dengan
yang memiliki motivasi belajar tinggi
ketepatan terhadap materi pelajaran.
dengan mengikuti model pembelajaran
Sebaliknya kelompok siswa yang diajar
cooperative learning tipe Teams Games
dengan model pembelajaran cooperative Tournament (TGT) lebih baik daripada
learning tipe STAD dalam melakukan
kelompok siswa yang memiliki motivasi
pembelajaran tanpa melalui proses yang
belajar tinggi dengan mengikuti model
menantang. Ini berarti bahwa proses
pembelajaran cooperative learning tipe
pembelajaran seperti ini bersifat monoton
STAD. Dari temuan di atas dapat
karena kegiatan pembelajaran seperti ini
disimpulkan bahwa kelompok siswa yang
sudah biasa mereka dapatkan. Pembelajaran
memiliki motivasi belajar tinggi terhadap
cooperative learning tipe STAD seperti
pembelajaran nampaknya lebih aktif,
kegiatan belajar mengajar dalam kelas terlalu
terbuka, dan menantang melalui berbagai
kaku terhadap langkah-langkah
proses pembelajaran yang dilakukan
pembelajaran yang monoton dan
dengan pemecahan masalah yang
membosankan daripada penghidupan
kemungkinan terjadi. Sebaliknya
suasana belajar yang humanis. Jadi tidak
kelompok ini tidak begitu menyenangi
mengherankan apabila hasil belajar dari
bentuk pembelajaran yang monoton, tidak
pelaksanaan model pembelajaran
ada perkembangan yang menguntungkan
cooperative learning tipe STAD tidak
dalam proses belajar mengajar. Dengan
menyentuh aspek pembentukan karakter,
demikian sangat penting bagi guru untuk
mengenal permasalahan yang benar terjadi terdapat pengaruh interaksi antara model
dalam hal peningkatan hasil belajar pembelajaran dan motivasi terhadap hasil
dengan motivasi belajar yang belajar siswa. Dengan diajarkannya model
menyenangkan tapi bermakna yang pembelajaran cooperative learning tipe
disesuaikan dengan kemampuan dan Teams Games Tournament (TGT), maka
kebutuhan para siswa. siswa termotivasi dan timbul niat
Hipotesis keempat juga teruji semangat belajar serta keingin tahuan
kebenarannya bahwa kelompok siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan
yang memiliki motivasi belajar rendah sehingga tentunya berpengaruh terhadap
dengan mengikuti model pembelajaran pencapaian hasil beajar yang diperoleh
cooperative learning tipe STAD lebih siswa. Ketiga, perbedaan hasil belajar
baik daripada kelompok siswa yang siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih
memiliki motivasi rendah dengan baik diajar dengan model pembelajaran

mengikuti model pembelajaran cooperative learning tipe Teams Games

cooperative learning tipe Teams Games Tournament (TGT) daripada model

Tournament (TGT). Kelompok siswa yang pembelajaran cooperative learning tipe

memiliki motivasi belajar rendah STAD. Keempat, perbedaan hasil belajar


siswa yang memiliki motivasi rendah
nampaknya tidak aktif, terbuka dan
lebih baik diajarkan dengan model
menantang melalui proses kegiatan yang
pembelajaran cooperative learning tipe
dilakukan dengan pemecahan masalah
STAD daripada model pembelajaran
pelajaran yang kemungkinan terjadi.
cooperative learning tipe Teams Games
Tournament (TGT).
KESIMPULAN
Didalam suatu lembaga
Berdasarkan dengan hasil penelitian
pendidikan tentunya terdapat permasalahan
yang telah diuraikan, maka dapat
yaitu kecenderungan siswa untuk melakukan
disimpulkan sebagai berikut:
aktivitas dalam proses pembelajaran yang
Pertama, Secara keseluruhan
perbedaan hasil belajar siswa lebih baik tidak berhubungan dengan materi yang

yang diajar dengan model pembelajaran diberikan oleh guru sehingga berpengaruh

cooperative learning tipe Teams Games terhadap variabel lain sudah tidak layak,

Tournament (TGT daripada diajar dengan maka siswa akan berfikir untuk kemajuan dan

model pembelajara cooperative learning perbaikan hasil belajarnya dengan mengikuti

tipe STAD. Pelaksanaan pembelajaran atau menerima pengajaran model


cooperative learning tipe Teams Games pembelajaran yang sesuai. Begitupun pada
Tournament (TGT mempunyai dampak kelompok siswa yang memiliki motivasi
positif terhadap hasil belajar siswa berupa rendah, mereka akan menerima model
peningkatan hasil belajar siswa. Kedua,
pembelajaran cooperative learning tipe
Teams Games Tournament (TGT)

DAFTAR PUSTAKA
Hamalik. Oemar. 2001. Proses Belajar
Mengajar. Cet. ke-3.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mudjiono. 2006. Strategi belajar


mengajar. Depdikbud
Dirjen Pedidikan Tinggi

Trianto. 2009. Mendesain Model


Pembelajaran Inovatif Progresif.
Jakarta: Kencana Group

Sardiman A.M. 2000. Interaksi dan


Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-


faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta Rineka Cipta.

Sanjaya,Wina. 2006, Strategi


Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Jakarta, kencana perdana media
Group.

Pribadi Benny. 2011. Model Desain


Sistim Pembelajaran.
Jakarta: Dian Rakyat

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-


faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta Rineka Cipta

Sardiman A.M. 2000. Interaksi dan


Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Susanto Ahmad. 2014.
Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses

Anda mungkin juga menyukai