Abstrak
Penelitian ini bertujuan membangun model terintegrasi untuk meningkatkan kualitas layanan
pada bisnis online shop. Tingginya pertumbuhan jumlah pengguna internet serta pesatnya
perkembangan teknologi menyebabkan munculnya alternatif bisnis perdagangan melalui media
internet (online), yang biasa dikenal dengan istilah online shopping. Transaksi perdagangan
secara online dinilai lebih efisien dan praktis namun di sisi lain dapat memperketat persaingan
dagang antar perusahaan, khususnya persaingan dari sisi kualitas layanan yang diberikan. Hal ini
menuntut setiap online shop untuk senantiasa menjaga serta meningkatkan kualitas layanan. Suatu
metode terintegrasi peningkatan kualitas layanan akan dikembangkan dalam rangka mengatasi
keterbatasan masing-masing metode jika digunakan secara terpisah. Studi literatur dan wawancara
terstruktur dengan melibatkan teknik critical incidents dilakukan pada konsumen online shop untuk
mengidentifikasi dimensi serta atribut yang menjadi indikator penilaian kualitas layanan online
shop secara global. Atribut-atribut tersebut kemudian dijadikan sebagai input pengukuran kualitas
layanan dengan metode Zone of Tolerance. Metode Kano turut dilibatkan dalam pengukuran
kualitas layanan untuk membantu mengklasifikasikan atribut-atribut layanan sebagai acuan
penentuan prioritas tindakan perbaikan yang akan dilakukan. Perbaikan kualitas layanan dapat
dilakukan dengan menggunakan tahapan metode Six Sigma DMAIC, yaitu Define, Measure, Ana-
lyze, Improve, Control. Selain itu, dilakukan pula penggabungan konsep Lean dengan Six Sigma
untuk membantu mengeliminasi pemborosan (waste) pada proses sehingga dapat mempercepat
proses pelayanan yang diberikan. Hasil penelitian adalah sebuah model terintegrasi peningkatan
kualitas layanan online shop yang menggunakan metode Zone of Tolerance, Kano, dan Lean Six
Sigma dengan 67 atribut pengukuran kualitas layanan.
Kata Kunci: Kano, Kualitas Layanan, Lean Six Sigma, Online Shop, Zone of Tolerance
12
Model Integrasi Metode Zone of Tolerance, Kano, dan Lean Six Sigma untuk Meningkatkan
Kualitas Layanan Online Shop
iring dengan berjalannya waktu serta diiringi Salah satu metode yang sering digunakan
perkembangan teknologi, internet kini dapat di- oleh berbagai perusahaan untuk meningkatkan
manfaatkan sebagai sarana untuk melakukan dan mengendalikan kualitas adalah Six Sigma
transaksi perdagangan yang dikenal dengan DMAIC (Define – Measure - Analyze - Im-
istilah electronic commerce (e-commerce). E- prove - Control) (Pyzdek, 2003). Pada awal-
commerce pada dasarnya merupakan proses nya, Six Sigma lebih banyak digunakan pada
jual beli atau pertukaran produk, jasa, dan infor- perusahaan manufaktur. Seiring dengan ber-
masi melalui jaringan komunikasi termasuk in- jalannya waktu, saat ini banyak perusahaan
ternet (Turban et al., 2000 dalam buku Suyanto, yang sepenuhnya menawarkan jasa sebagai pro-
2003). duknya (non-manufacture) seperti bank, insti-
Keberadaan e-commerce merupakan alter- tusi pendidikan, rumah sakit, serta perusa-
natif bisnis yang cukup menjanjikan karena haan transportasi umum juga telah mener-
e-commerce memberikan banyak kemudahan apkan metode Six Sigma sebagai sarana un-
baik bagi penjual maupun pembeli dalam tuk meningkatkan dan mengendalikan kualitas
melakukan transaksi perdagangan. Dengan e- layanan (Antony, 2006). Berdasarkan hal terse-
commerce setiap transaksi tidak memerlukan but, timbul pemikiran bahwa metode Six Sigma
pertemuan antara penjual dan pembeli baik pun dapat diterapkan pada bisnis online shop,
dalam tahap negosiasi, pembayaran, ataupun dimana kualitas jasa / layanan yang diberikan
pengiriman barang. Hal inilah yang lama ke- merupakan faktor yang sangat penting, di
lamaan membuat kebiasaan masyarakat berbe- samping kualitas dan harga produk yang kom-
lanja di pusat perbelanjaan berubah menjadi be- petitif.
lanja melalui media online.
Di Indonesia, bisnis online (e-commerce)
sudah mulai banyak dilakukan baik oleh 2 Metode Penelitian
perusahaan-perusahaan besar maupun toko-
toko jualan milik pribadi, seperti toko baju, sep- Proses penelitian yang dilakukan meliputi studi
atu, tas, parfum, dan lain-lain. Banyak pe- literatur, penentuan dimensi dan atribut layanan
rusahaan dan toko yang pada awalnya hanya online shopping, serta pengembangan model ter-
menjual produknya secara offline, kini mulai integrasi peningkatan kualitas layanan online
memasarkan dan menjual produknya melalui shop. Metodologi penelitian dapat dilihat pada
media online, baik itu website perusahaan Gambar 1.
/ toko tersebut, media komunikasi, ataupun
situs jejaring sosial. Strategi bisnis seperti
ini pun seakan mendapat respon positif dari
masyarakat. Masih bersumber dari oke-
zone.com, saat ini 57% dari pengguna internet
di Indonesia atau sejumlah 36 juta jiwa aktif
melakukan belanja online, dan tingkat pertum-
buhannya sebesar 15%. Hal ini membuktikan
bahwa bisnis online memang merupakan bis-
nis yang sangat menjanjikan namun di sisi lain
bisnis online dapat memperketat persaingan da-
gang antar perusahaan / toko.
Dalam dunia bisnis online, persaingan yang
terjadi lebih ke arah persaingan layanan yang
diberikan dibandingkan produk yang dijual.
Kualitas layanan yang diberikan menjadi tolok
ukur konsumen dalam menilai dan memilih un-
tuk membeli produk pada suatu perusahaan /
toko online tertentu. Inilah yang terkadang Gambar 1: Metodologi penelitian
menjadi penyebab suatu bisnis online dapat
atau tidak dapat bertahan. Oleh karena itu, Tahap awal dari penelitian ini adalah
sangat penting bagi perusahaan / toko online melakukan studi literatur pada jurnal-jurnal
untuk dapat menerapkan metode pengendalian penelitian terdahulu, skripsi, tesis, disertasi,
dan peningkatan kualitas layanan agar mampu dan buku referensi. Selain itu, dilakukan pula
bertahan dalam persaingan bisnis online yang pencarian informasi melalui jaringan internet
semakin ketat. mengenai perkembangan bisnis online saat ini,
13
Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 2, No.1, 2013
14
Model Integrasi Metode Zone of Tolerance, Kano, dan Lean Six Sigma untuk Meningkatkan
Kualitas Layanan Online Shop
dengan hanya memberikan peningkatan kecil Ketujuh dimensi kualitas layanan online shop-
pelayanan tak terduga namun mengesankan. ping yang diketahui dari penelitian sebelum-
Untuk mengatasi keterbatasan SERVQUAL nya akan digunakan kembali dalam peneli-
tersebut, pada penelitian ini akan dilakukan tian ini, namun dimensi customer service, com-
integrasi metode SERVQUAL (dalam hal ini petence, dan responsiveness akan digabungkan
SERVQUAL Three-Column Model / ZOT) menjadi satu kesatuan sebagai dimensi Cus-
dengan metode Kano. Metode Kano dapat tomer Service. Hal ini dikarenakan ketiga
mengklasifikasikan atribut layanan yang tergo- dimensi tersebut saling berhubungan dalam
long must-be requirement serta atribut layanan uraian definisi- nya, yaitu bagaimana proses
yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen pelayanan yang diberikan pihak penjual kepada
secara signifikan dengan hanya melakukan per- konsumen pada saat sebelum, selama, dan sete-
baikan kecil di dalamnya (Tan dan Pawitra, lah melakukan pembelian. Dimensi ease of
2001). Klasifikasi tersebut selanjutnya digu- navigation dan efficiency pun akan digabungkan
nakan untuk membantu menentukan prioritas menjadi satu kesatuan karena kedua dimensi
perbaikan kualitas layanan yang harus di- tersebut juga memiliki keterkaitan dalam uraian
lakukan. Integrasi ZOT dan Kano seba- definisinya. Definisi kedua dimensi tersebut
gai alat ukur kualitas layanan diharapkan berkaitan dengan penggunaan website online
dapat membantu tahapan metode Lean Six shop dan secara ringkas dapat diartikan seba-
Sigma dalam meningkatkan dan mengenda- gai kemudahan dalam penggunaan website se-
likan kualitas layanan online shop. hingga konsumen tidak membutuhkan waktu
Berdasarkan studi literatur yang telah di- yang lama dan effort yang besar dalam menggu-
lakukan, diketahui bahwa sampai saat ini sudah nakan website tersebut. Oleh karena itu, kedua
banyak penelitian yang menggabungkan kon- dimensi ini akan digabungkan menjadi dimensi
sep Lean dengan Six Sigma, SERVQUAL den- Website Efficiency.
gan Lean Six Sigma, serta SERVQUAL dengan Dimensi access dan contact pun akan diga-
Kano namun tanpa penerapan konsep Lean Six bungkan menjadi satu kesatuan karena kedua
Sigma di dalamnya. Oleh karena itu, pada dimensi ini juga memiliki keterkaitan dalam
penelitian ini dilakukan penggabungan empat definisinya, yaitu kemudahan konsumen un-
buah konsep metode, yaitu Zone of Toler- tuk menghubungi pihak penjual (online shop) se-
ance (yang merupakan modifikasi dari metode hingga dimensi access dan contact digabungkan
SERVQUAL), Kano, Lean, dan Six Sigma. menjadi dimensi Ease of Contact. Selain itu, di-
Penggunaan metode Zone of Tolerance dalam mensi site aesthethics pun memiliki uraian defin-
penelitian ini disebabkan adanya pertimban- isi yang serupa dengan website design, yaitu
gan bahwa harapan konsumen terhadap kuali- bagaimana tampilan dari website online shop.
tas layanan akan lebih tepat jika dilihat dalam Oleh karena itu, dimensi site aesthethics akan
bentuk suatu rentang dibandingkan dalam ben- dihilangkan karena sudah tercakup dalam di-
tuk skala poin (Poiesz dan Bloemer, 1991). Se- mensi website design. Penggabungan dimensi
lain itu, konsumen online shop pada umum- kualitas layanan online shopping dan online ser-
nya tidak mencari kualitas layanan yang benar- vice quality ke dalam 13 dimensi yang digunakan
benar harus sesuai dengan keinginan mereka, pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
namun hanya cukup kualitas layanan tersebut Berdasarkan 13 dimensi kualitas layanan
berada pada rentang yang ada. tersebut, terdapat 67 atribut layanan yang ter-
identifikasi. Atribut-atribut layanan tersebut
diperoleh melalui studi literatur yang lebih
3 Hasil dan Pembahasan mendalam terhadap definisi setiap dimensi serta
proses wawancara yang melibatkan teknik criti-
Berdasarkan studi literatur, terdapat 15 dimensi cal incidents. Keenam puluh tujuh atribut terse-
online service quality dan 7 dimensi kuali- but beserta pengelompokannya dalam 13 di-
tas layanan online shopping. Setelah dilakukan mensi kualitas layanan dapat dilihat pada Tabel
analisis lebih lanjut mengenai definisi setiap di- 1. Atribut-atribut layanan tersebut selanjutnya
mensi (Zeithaml et al., 2000; 2002; Alanezi et digunakan sebagai input penyusunan kuesioner
al., 2010; Madu dan Madu, 2002), terdapat 13 penelitian dalam model terintegrasi.
dimensi kualitas layanan yang akan digunakan Model terintegrasi peningkatan kualitas
dalam penelitian (Gambar 2). Tiga belas di- layanan online shop terbentuk dari konsep
mensi tersebut merupakan hasil penggabungan metode Zone of Tolerance, Kano, dan Lean Six
dimensi online service quality dan dimensi kuali- Sigma (DMAIC). Model terintegrasi dibangun
tas layanan online shopping. dengan menggunakan tahapan Six Sigma, yaitu
15
Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 2, No.1, 2013
Define, Measure, Analyze, Improve, Control, se- diklasifikasikan berdasarkan 5 kategori Kano,
bagai batang acuan. Model terintegrasi metode yaitu must-be, one dimensional, indifferent, attrac-
Zone of Tolerance, Kano, dan Lean Six Sigma tive, dan reverse (Kano et al., 1984). Hasil
dapat dilihat pada Gambar 3. pengukuran dengan metode ZOT dan pengk-
lasifikasian atribut dengan metode Kano se-
lanjutnya dapat digunakan untuk menentukan
3.1 Define (D)
atribut layanan yang akan diperbaiki / dit-
Pada tahap Define dilakukan penyusunan kue- ingkatkan terlebih dahulu.
sioner penelitian dengan menggunakan 67 Pada tahap Measure juga dilakukan
atribut layanan yang telah diperoleh sebelum- pembuatan value stream map awal sebagai
nya. Kuesioner penelitian terdiri dari dua tahapan lanjutan dari konsep Lean. Value
macam, yaitu kuesioner ZOT (Zone of Tole- stream map awal menggambarkan secara
rance) dan kuesioner Kano. Pada tahap ini di- lebih mendetail urutan aktivitas dari proses
lakukan pula pembuatan value stream untuk pelayanan yang dilakukan beserta dengan
keseluruhan proses pelayanan yang diberikan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pada konsumen. aktivitas tersebut berdasarkan kondisi saat ini.
Pembuatan value stream, yang merupakan
tahapan awal dari konsep Lean, bertujuan untuk
menggambarkan secara lebih rinci tahap-tahap 3.3 Analyze (A)
proses pelayanan suatu online shop berserta den-
Pada tahap analyze dilakukan analisis faktor-
gan pihak-pihak yang terlibat dalam proses
faktor penyebab timbulnya gap antara persepsi
tersebut. Hal ini dikarenakan fokus penelitian
konsumen terhadap layanan yang diberikan
ini adalah pada kualitas layanan yang diberikan
saat ini dengan layanan yang diharapkan kon-
sehingga sangatlah penting untuk mengetahui
sumen (zone of tolerance). Faktor-faktor yang
proses pelayanan yang diberikan secara mende-
diduga sebagai penyebab timbulnya gap terse-
tail.
but kemudian digambarkan dalam bentuk Fish-
bone Diagram.
3.2 Measure (M) Selain itu, pada tahap Analyze ini juga di-
lakukan evaluasi terhadap value stream map
Pada tahap Measure dilakukan pengukuran
awal dan identifikasi customer value, seba-
dengan menggunakan kuesioner ZOT dan kue-
gai tahap lanjutan dari konsep Lean. Evalu-
sioner Kano yang telah disusun sebelumnya
asi value stream map awal dilakukan dengan
pada tahapan Define. Kedua kuesioner dise-
memisahkan aktivitas yang memberikan nilai
barkan pada sejumlah responden yang memi-
tambah dan aktivitas yang tidak memberikan ni-
liki pengalaman berbelanja melalui online shop.
lai tambah (Sarkar, 2008). Identifikasi customer
Setelah hasil kuesioner diperoleh, tahap selan-
value dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai
jutnya adalah melakukan uji validitas dan uji
yang ingin diperoleh konsumen terkait dengan
reliabilitas kuesioner. Hal ini dilakukan un-
proses pelayanan yang diterima. Pengidenti-
tuk menjamin kuesioner yang digunakan sudah
fikasian customer value berfungsi untuk men-
tepat dalam mengukur apa yang ingin diukur
garahkan upaya perbaikan yang dilakukan agar
serta untuk mengetahui apakah kuesioner terse-
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kon-
but dapat menjamin konsistensi pengukuran.
sumen.
Setelah kuesioner dinyatakan valid dan re-
liabel, tahap selanjutnya adalah melakukan
perhitungan zone of tolerance dan pengklasi- 3.4 Improve (I)
fikasian atribut layanan. Dari hasil pen-
gukuran dengan kuesioner ZOT, dapat dike- Pada tahap ini dapat dilakukan pembuatan
tahui posisi tingkat layanan sekarang terhadap value stream map usulan dengan mengelimi-
layanan minimal dan layanan harapan kon- nasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tam-
sumen. Tiga kondisi yang mungkin terjadi bah. Selanjutnya, upaya peningkatan kuali-
dari hasil pengukuran kuesioner ZOT adalah tas layanan online shop dapat dilakukan dengan
layanan sekarang berada di bawah layanan min- mengacu pada value stream map usulan terse-
imal, diantara layanan minimal dan layanan but, prioritas perbaikan yang telah ditentukan
harapan, atau berada di atas layanan hara- pada tahap Measure, akar permasalahan yang
pan. Hasil dari kuesioner Kano merupakan telah digambarkan dalam Fishbone Diagram,
preferensi konsumen terhadap masing-masing serta customer value yang telah diidentifikasi.
atribut layanan. Preferensi tersebut selanjutnya Dengan demikian, peningkatan kualitas layanan
16
Model Integrasi Metode Zone of Tolerance, Kano, dan Lean Six Sigma untuk Meningkatkan
Kualitas Layanan Online Shop
17
Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 2, No.1, 2013
Gambar 3: Model integrasi metode Zone of Tolerance, Kano, dan Lean Six Sigma
18
Model Integrasi Metode Zone of Tolerance, Kano, dan Lean Six Sigma untuk Meningkatkan
Kualitas Layanan Online Shop
19
Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 2, No.1, 2013
online shop dapat terarah sesuai kebutuhan kon- Brett, C. dan Queen, P. (2005), Streamlining En-
sumen dan diharapkan dapat meningkatkan terprise Records Management with Lean Six
kepuasan konsumen online shop tersebut. Sigma, The Information Management Journal,
November/December, 58-62.
3.5 Control (C) Gaspersz, V. (2007). Lean Six Sigma for Manu-
facturing and Service Industries. PT. Grame-
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam
dia Pustaka Utama, Jakarta.
metode peningkatan kualitas Six Sigma. Tahap
ini dilakukan dengan mengevaluasi value Gregorio, R. (2008), Breaking The Customer
stream map usulan serta hasil perbaikan yang Code: A Model to Translate Customer Expec-
telah dilakukan. Pada tahap ini dapat dilakukan tations into Specification Limits, M.Sc Thesis,
pengukuran kembali dengan kuesioner untuk Linkping Institute of Technology.
mengetahui tingkat performansi layanan online
shop setelah dilakukan upaya perbaikan. Selain Kano, N., Seraku, N., Takahashi, F., dan Tsuji, S.
itu, dapat dilakukan pula pengukuran waktu (1984). Attractive Quality and Must-be Qual-
aktivitas-aktivitas proses pelayanan setelah di- ity, The Journal of The Japanese Society for
lakukan perbaikan dengan konsep Lean. Hasil Quality Control, Vol.14, 39-48.
dari pengukuran ini kemudian dibandingkan Long, M. dan McMellon, C. (2004), Exploring
dengan pengukuran awal untuk mengetahui The Determinants of Retail Service Quality on
perbedaan kualitas layanan online shop sebelum The Internet, Journal of Services Marketing,
dan setelah perbaikan. Vol.18, 78-90.
Madu, C.N. dan Madu, A.A. (2002), Dimensions
4 Kesimpulan of E-Quality, International Journal of Quality
and Reliability Management, Vol.19, 246-258.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didap-
Parasuraman, A., Zeithaml, V.A., dan Berry,
atkan sebuah model terintegrasi metode Zone
L.L. (1994), Reassessment of Expectations as
of Tolerance, Kano, dan Lean Six Sigma un-
A Comparison Standard in Measuring Service
tuk meningkatkan kualitas layanan online shop.
Quality: Implications for Future Research,
Model terintegrasi ini menggunakan 67 atribut
Journal of Marketing, Vol.58, 111-124.
kualitas layanan yang dapat dilihat pada Tabel
1. Atribut-atribut ini didasarkan pada 13 buah Poiesz, T.B.C. dan Bloemer, J.M.M. (1991), Cus-
dimensi layanan, yaitu reliability, flexibility, web- tomer (Dis)Satisfaction with The Performance
site efficiency, trust, security/privacy, price know- of Products and Services The Applicability
ledge, personalization, fulfillment, compensation, of The (Dis)Confirmation Paradigm, Market-
ease of contact, webstore policy, website design, dan ing Thought Around The World (Proceedings
customer service. Model terintegrasi ini selanjut- from the European Marketing Academy Con-
nya dapat digunakan untuk melakukan upaya ference), Dublin, 446-462 (Vol.2).
peningkatan kualitas layanan online shop secara
Pyzdek, T. (2003). The Six Sigma Handbook: A
global.
Complete Guide for Green Belts, Black Belts,
and Managers at All Levels. Revised and Ex-
Daftar Pustaka panded. The McGraw-Hill Companies, Inc.,
United States of America.
Alanezi, M.A., Kamil, A., dan Basri, S. (2010), Sarkar, D. (2008). Lean for Service Organiza-
A Proposed Instrument Dimensions for Mea- tions and Offices: A Holistic Approach for
suring E-Government Service Quality, Inter- Achieving Operational Excellence and Im-
national Journal of U- and E-Service, Science, provements. ASQ Quality Press, Milwaukee.
and Technology, Vol.3, 1-18.
Sektor Riil: 36 Juta Jiwa Aktif Menggunakan
Antony, J. (2006), Six Sigma for Service Pro- Bisnis Online [online]. http://economy.
cesses, Business Process Management Journal, okezone.com/read/2013/04/01/320/
Vol.12, 234-248. 784483/redirect.html, diakses 24 Juni
2013.
Bertels, T. dan Appiotti, M. (2006), Achiev-
ing Competitive Advantage through Lean Suyanto, M. (2003). Strategi Periklanan pada E-
Thinking, Journal of Financial Transforma- Commerce Perusahaan Top Dunia. Andi, Yo-
tion, Vol.18, 101-104. gyakarta.
20
Model Integrasi Metode Zone of Tolerance, Kano, dan Lean Six Sigma untuk Meningkatkan
Kualitas Layanan Online Shop
21