Anda di halaman 1dari 66

ANALISIS ISI SYAIR PADA PESAN DAKWAH DALAM

TADUT INURIYAH DIK NGINAK-E

SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana S1 Dalam Ilmu Komunikasi Program
Studi Ilmu Komunikasi

Oleh:
Emelda Anggraini
1657010144

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN FATAH PALEMBANG
1441 H / 2020 M

i
HALAMAN NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

Kepada Yth.
Bapak Dekan Fak. Ilmu Sosial
dan
Ilmu Politik, UIN Raden Fatah
di
Palembang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah mengadakan bimbingan dengan sungguh-sungguh, maka kami

berpendapat bahwa Skripsi sdr. Emelda Anggraini Nim 1657010144 yang

berjudul “Analisis Isi Syair Pada Pesan Dakwah dalam Tadut Inuriyah Dik

Nginak-E” sudah dapat diajukan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik UIN Raden Fatah Palembang.

Demikian, Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Palembang, Januari 2020

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Hambali AR,M.Si Putri Citra Hati, M.Sos


NIP 195609041981031001 NIDN 2009079301

ii
PENGESAHAN SKRIPSI MAHASISWA

Nama : Emelda Anggraini


Nim : 1657010144
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi : Analisis Isi Syair Pada Pesan Dakwah dalam Tadut Inuriyah Dik
Nginak-E

Telah dimunaqasyahkan dalam sidang terbuka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Raden Fatah Palembang pada:
Hari / Tanggal :
Tempat :

Dan telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Program
Strata 1 (S1) pada jurusan Ilmu Komunikasi.
Palembang, 2020
DEKAN,

Prof. Dr. Izomiddin, MA


NIP. 196206201988031991
TIM PENGUJI
KETUA SEKRETARIS

PENGUJI I PENGUJI II

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Emelda Anggraini
Tempat & Tanggal Lahir : 9 Februari 1997
NIM : 1657010144
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi : Analisis Isi Syair Pada Pesan Dakwah dalam Tadut
Inuriyah Dik Nginak-E

Menyatakan dengan Sesungguhnya, bahwa :


1. Seluruh data, informasi, interpretasi, pembahasan dan kesimpulan yang
disajikan dalam skripsi ini kecuali yang disebutkan sumbernya adalah
merupakan hasil pengamatan, penelitian, pengelolahan serta pemikiran
saya dengan pengarahan pembimbing yang ditetapkan
2. Skripsi yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Raden Fatah maupun di Perguruan Tinggi lainnya.
Demikian pernyataan ini dibuatdengan sebenar-benarnya dan apabila
dikemudian hari ditemukan adanya bukti ketidakbenaran dalam pernyataan
tersebut di atas, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa
pembatalan gelar akademik yang saya peroleh melalui pengajuan skripsi ini.

Palembang, 2020
Yang Membuat Pernyataan

EMELDA ANGGRAINI
1657010144

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
HIDUP HANYA SEKALI, BERI ARTI, LALU MATI
“CHAIRIL ANWAR”

PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta, teruntuk
saudara-saudari ku tersayang, serta sahabat-sahabat yang ku banggakan.

v
ABSTRAK
Sumatera Selatan merupakan provinsi yang memiliki banyak sekali ragam
warisan budaya. Tadut merupakan salah satu warisan budaya yang berasal dari
suku Basemah yang ada di kota Pagaralam provinsi Sumatera Selatan. Tadut
adalah sastra tutur Besemah yang isinya berupa pengajaran agama Islam. Tadut
Inuriyah Dik Nginak-E adalah tadut yang memiliki pesan-pesan dakwah pada
lirik-liriknya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pesan dakwah dalam tadut
Inuriyah Dik Nginak-E peneliti melakukan penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap Tadut
dan narasumber terkait dengan penelitian ini. Menggunakan teori semiotika
Roland Barthes untuk mendapatkan makna konotasi dan denotasi pada tiap
paragraf Tadut. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan juga dokumentasi
dan menggunakan teori semiotika Roland Barthes, peneliti mendapatkan hasil
penelitian bahwa secara denotasi Tadut tersebut merupakan sebuah cerita fiksi
yang menceritakan tentang kedua orang tua yang mencari-cari anaknya yang
bernama Inuriyah, yang mana Inuriyah telah meninggal dunia. Kedua orang tua
tersebut percaya dengan mitos yang menyebutkan bahwa mereka yang memilki
anak gadis dibawah umur yang telah meninggal, maka akan menjadi tabungan
untuk masuk surga. Namun, dalam tadut ini dikisahkan kedua orang tua tersebut
tidak dapat melihat Inuriyah, hingga bertemu dengan seorang imam masjid Mekah
dan memberi petunjuk jika ingin bertemu dengan anaknya maka harus
menjalankan kewajiban agamanya yaitu sholat. Setelah kedua orang tua tersebut
menjalankan kewajibannya, maka bertemulah mereka dengan Inuriyah, kemudian
Inuriyah mengatakan jika ingin bertemu di Surga, maka mereka harus
menjalankan kewajiban agama seperti sholat, bersedekah, dan juga berziarah ke
makam anaknya tersebut. Kemudian ditutuplah Tadut tersebut dengan puisi khas
dari masyarakat Besemah yang berisi tentang nasihat. Kemudian, secara konotasi,
dari paragraf pertama dalam Tadut tersebut berhubungan sampai dengan paragraf
delapan yang merupakan inti dari isi Tadut tersebut, berawal dari kedua orang tua
Inuriyah yang mencarinya sampai bertemu dengan imam masjid Mekkah dan
mendapat petunjuk untuk menjalankan Sholat hingga kedua orang tua tersebut
bertemu dengan anaknya.

Kata Kunci: Sastra Tutur, Tadut, Semiotika

vi
ABSTRACT
South Sumatra is a province that has a great variety of cultural heritage. Tadut is
one of the cultural heritages that comes from the Basemah tribe in the city of
Pagaralam, South Sumatra province. Tadut is speech literature. Besemah whose
contents contain Islam. Tadut Inuriyah Dik Nginak-E is a tadut which has da'wah
messages in the lyrics. To find out more about the message of da'wah in the tadut
Inuriyah Dik Nginak-E researchers conducted a qualitative study using
observational methods, interviews, and investigations of Tadut and resource
persons associated with this study. Using Roland Barthes's semiotic theory to get
the connotation and denotation meaning in each Tadut paragraph. Based on
observations, interviews and also documentation and using the theory of Roland
Barthes's semiotics, the researchers found that the results of the Tadut denotation
research is a fictional story about two parents who are looking for where to find
Inuriyah, for which Inuriyah has accepted the world. Both parents believe in a
myth that quotes those who have an old daughter who died, then it will be a
savings to go to heaven. However, in this tadut the two parents were told that they
could not see Inuriyah, only to meet with an Imam of the Mecca mosque and give
instructions if he wanted to meet later having to use his religion which is prayer.
After these two parents carried out their obligations, then they met with Inuriyah,
then Inuriyah said if they want to meet in Heaven, then they must practice religion
such as praying, giving alms, and also visiting the tomb. Then closed Tadut with
poetry typical of the community. Besemah which contains advice. Then, in
connotation, the first paragraph in Tadut is related to the paragraph that is the
core of the contents of this Tadut, starting with Inuriyah's parents who sought it to
the mosque of the imam of Mecca and received assistance for the prayer for the
parents with their children.

Keywords: Tutur Literature, Tadut, Semiotics

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................ii


HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN..............................................v
ABSTRAK.........................................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................ix
KATA PENGANTAR.......................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan Penelitian...................................................................................4
D. Manfaat Penelitian................................................................................4
E. Tinjauan Pustaka....................................................................................5
F. Kerangka Teori......................................................................................8
G. Metodelogi Penelitian.........................................................................16
H. Sistematika Penulisan Laporan...........................................................19

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN...............................20


A. Suku Besemah.....................................................................................20
B. Tadut....................................................................................................25
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................28
A. Tadut Inuriyah Dik Nginak-E.............................................................28
B. Analisis Syair Tadut Inuriyah Dik Nginak-E......................................29

BAB IV PENUTUP..........................................................................................50
A. Kesimpulan.........................................................................................50
B. Saran....................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tinjauan Pustaka....................................................................................6


Tabel 2 Kesimpulan...........................................................................................40

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas nikmat sehat dan nikmat

kesehatan, serta rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Tadut Inuriyah Dik-

Nginak-E”. Shalawat serta salam kepada sang junjungan baginda Rasulullah

SAW beserta para keluarga, sahabat, serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar

Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UIN Raden Fatah Palembang. Penulisan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan, petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu

peneliti mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang

sudah terlibat dalam penulisan skripsi ini, kepada:

1. Prof. Drs. H. M. Sirozi, MA., Ph.D sebagai Rektor UIN Raden Fatah
Palembang.
2. Prof. Dr. Izomidin, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Raden Fatah Palembang
3. Dr. Yenrizal, M.Si sebagai Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Poltik UIN Raden Fatah Palembang, sekaligus Dosen Pembimbing I yang
telah banyak memberikan kontribusi serta bimbingan terhadap penulisan
skripsi ini.
4. Ainur Ropik S.Sos., M,Si sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Poltik UIN Raden Fatah Palembang.
5. Dr. Kun Budianto, M.Si sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Poltik UIN Raden Fatah Palembang.
6. Reza Aprianti, MA sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik UIN Raden Fatah Palembang

x
7. Gita Astrid, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik UIN Raden Fatah Palembang
8. Putri Citra Hati M.Sos selaku Dosen Pembimbing II yang juga banyak
memberikan ide-ide serta memberikan bimbingan dan membantu dalam
merevisi penulisan skripsi ini sampai selesai
9. Seluruh Staff dan Karyawan Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Raden Fatah Palembang
10. Kedua Orang tua tercinta, ibu dan bapak yang selalu memberikan doa
serta dukungan materi dan moril untuk penyelesaian skripsi ini sampai
selesai
11. Saudara-saudariku tersayang yang juga memberikan semangat dan
dukungan dalam pengerjaan skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan jurusan Ilmu Komunikasi.
13. Almamaterku, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
14. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini

Penulis

Emelda Anggraini

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki kesenian, adat, budaya yang berbeda dan sangat unik.

Merujuk arti budaya, yaitu suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara

formal budaya di defenisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

kepercayaan, nilai, sikap, makna dan di wariskan dari generasi ke generasi,

melalui usaha individu dan kelompok. Budaya menampakan diri, dalam pola-pola

bahasa dan bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku, gaya berkomunikasi, objek

materi, seperti rumah, alat dan mesin yang di gunakan dalam industri dan

pertanian, jenis transportasi, dan alat yang di gunakan dalam industri dan

pertanian. Salah satunya adalah Provinsi Sumatera Selatan khususnya di daerah

Besemah Kota Pagar Alam.1

Sumatera Selatan sebagai daerah yang multietnik, multikultural, dan multi

bahasa, dan sangat banyak memiliki jenis sastra tutur, sastra lisan, sastra rakyat,

sastra daerah atau folklore. Contohnya Tarian Gending Sriwijaya, Dulmuluk, Tari

Kebagh, Tari Silampari Kahyangan Tinggi, Tikar Purun Pedamaran. Dari sekian

banyak jenis sastra tutur itu, yang terbanyak berasal dari etnik Besemah (Suku

Bangsa Besemah) dan masyarakat etnik Komering (bagian dari etnik atau suku

bahasa daya). hal ini tidak mengherankan, karena Besemah merupakan induk

rumpun budaya menurut Rasidi Cosim di sebut dempu culture. Rumpun

1
Ahmad Sihabudin. (2011). Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: PT. Bumi Aksara, h.19.

1
kebudayaan Besemah, wilayah sebarannya membentang dari Ulu Musi dan Muara

Kikim di bagian Utara sampai ke Ulu Selatan dan Muara Kisam di Selatan, dari

Muara Lematang di Timur sampai Muara Kedurang, Padang Guci, Kelam, Kinal,

Luwas, dan Nasal di Selatan Barat Daya yaitu Provinsi Bengkulu. Sastra tutur

Besemah sangatlah banyak jenisnya baik prosa, puisi maupun yang berbentuk

prosa-puisi (prosa yang di liris atau bahasa berirama). Salah satunya adalah Sastra

Tutur Tadut. Menurut Penulis Tadut sangatlah Unik, karena Tadut itu sendiri

berisikan Pesan Dakwah yang mendalam. Tadut juga bisa di perpadukan dengan

iringan Gitar. Sehingga menghasilkan pesan dakwah yang indah supaya

masyarakat lebih mudah memahami apa yang di sampaikan mengenai ajaran

Agama Islam. Namun sangat di sayangkan dari berpuluh-puluh jenis sastra tutur

Besemah itu sebagian sudah tidak di temukan lagi penuturnya.2

Secara Kultural, pada awalnya penduduk Besemah merupakan masyarakat

yang Homogen yaitu masyarakat yang penduduknya berasal dari satu daerah itu

saja yaitu tanah Besemah itu sendiri. Mayoritas penduduk Besemah berasal dari

Juray Atung Bungsu, dan bahasa yang di gunakan adalah Bahasa Besemah serta

Bahasa Indonesia (bahasa Nasional), Bahasa Padang, Bahasa Jawa, Bahasa

Palembang, dan Bahasa Cina. Bahasa Besemah tidak bersifata Feodal

(masyarakat yang menganut orientasi nilai pelayanan yang berlebihan bagi yang

berkuasa, pejabat, birokrat, bagi yang dituakan). Dalam bentuk tingkatan-

tingkatan bahasa seperti Bahasa Jawa dan Sunda.3

Dinas Pendidikan Pemprov Sumsel,. (2014). Sastra Tutur Sumatera Selatan, Palembang: ,
2

h. 12
3
Ahmad Bastari Suan, et al. (2007).Atung Bungsu, Pagar Alam, h.16

2
Menurut Bapak Bastari Suan (Alm) atau sering di sapa Liew budayawan

Besemah, beliau mengatakan Tadut ini merupakan metode ulama Baghi (kuno)

dalam mengajarkan dan memperkenalkan Islam ke masyarakat Besemah, dan

pada saat itu sebagian masyarakat masih sangat kuat percaya kepada Adat, akan

tetapi Adat yang di maksud sejalan dengan Agama. Contohnya syair yang ada

pada Tadut Inuriyah Dik Nginak-E , anak menjadi tabungan di akhirat kelak akan

tetapi orang tuanya tidak menjalankan kewajiban yang di perintahkan oleh Allah

SWT. Masyarakat Besemah dahulu gemar bersastra, meratap, meringit, bertadut,

dan berejung. Namun ulama memperhatikan Islam masuk dalam bentuk sastra

Tadut karena metodenya berulang-ulang dan wadah untuk mempelajarinya seperti

kumpulan bepu’um sangat mendukung untuk memperkenalkan Islam ke

masyarakat Besemah.4

Keanekaragaman tradisi lisan yang ada Sumatera Selatan sangatlah banyak

akan tetapi penulis hanya mengangkat Kesenian Tadut saja. Karena di dalam

sebuah Tadut terdapat banyak nasihat dakwah dan agama. Tadut sendiri memiliki

makna sastra tutur Besemah yang isinya berupa pengajaran agama Islam,

termasuk wasiat, nasihat agar orang ingat selalu kepada Allah, ingat mati dan

tetap taat menjalankan perintah agama dan meninggalkan laranganya.

Salah satu tadut yang popular yaitu “Tadut Inuriyah Dik Nginak-E”,Tadut

Sejemahat, Tadut Rukun Iman dan Rukun Islam. Dalam Tadut ini banyak

terkandung bait atau syair yang memberikan nasihat shalat dan pesan dakwah

yang ada di dalam tadut tersebut. Menariknya lagi masyarakat Besemah dahulu

masih percaya akan mitos, seperti yang ada di bait Tadut Inuriyah Dik Nginak-E,
4
Ahmad Bastari Suan, Budayawan Besemah, Wawancara tanggal 25 September 2019.

3
yang menceritakan anak gadis yang meninggal di bawah umur akan menjamin ibu

bapak Inuriyah akan masuk syurga dan akan bertemu di padang Mahsyar

nantinya. namun ibu bapak Inuriyah tidak mau shalat 5 waktu dan tidak pernah

beziarah ke kuburan Inuriyah. Seperti pada bait yang di jawab oleh Inuriyah

“mbak mane ndak betemu jangankan sedekah, cucugh ayik di kuburan lagi dide”.

Tadut biasanya di sampaikan dalam bentuk bepu’um berkelompok

bergantian ke rumah warga dan di ajarkan oleh wak kiaji Guru atau Guru mengaji,

dan di zaman sekarang lebih di kenal majelis Ta’lim. Sayangnya sejak

pertengahan abad 20-an, Tadut sudah mulai meredup atau jarang di gunakan lagi

oleh sebagaian masyarakat pendukungnya, di karenakan sudah mulai ada metode

pembelajaran menggunakan turutan, dan buku pengajian. Di samping itu juga

generasi penerus sudah sedikit yang bisa menembangkan sastra tutur Tadut

terutama pemuda daerah Besemah itu sendiri. Jika tidak ada yang bisa menjaga

budaya atau kesenian Tadut maka akan hilang dengan sendirinya dan tugas kita

semua adalah untuk melestarikannya kembali Lisan ber Tadut seperti contoh

Tadut Inuriyah Dik Nginak-E.5

Hal inilah yang menjadi alasan kuat mengapa peneliti ingin meneliti Tadut

Inuriyah dek Nginak-E, guna untuk mengetahui isi pesan dakwah yang

terkandung dalam Tadut Inuriyah Dik Nginak-E.oleh karena itu, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “ANALISIS ISI SYAIR

PADA PESAN DAKWAH PADA BUDAYA TADUTINURIYAH DIK

NGINAK-E.

B. Rumusan Masalah

Ahmad Bastari Suan, Budayawan Besemah, Wawancara tanggal 25 Septermber 2019.


5

4
Dari uraian latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah Bagaimana makna syair yang terkandung dalam

budaya Tadut Inuriyah Dik Nginak-E?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui makna syair yang tekandung dalam Tadut Inuriyah Dik

Nginak-E.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian

mengharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat Memberikan

sumbangan ilmiah dalam ilmu Pengetahuan Kesenian Tadut, khususnya

Tadut Inuriyah Dik Nginak-E dan Sebagai referensi pada penelitian-penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan Kesenian dan budaya Tadut tersebut.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman

langsung tentang kesenian dan budaya Tadut Inuriyah Dik Nginak-E yang ada

di masyarakat Besemah Pagar Alam.

E. Tinjauan Pustaka

5
Suatu penetian diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada

sebelumnya, maka dari itu dalam pembahasan kali ini peneliti akan membahas

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Tadut Dalam penelitian ini penulis

mengambil tiga penelitian terdahulu untuk memperkuat penelitian, untuk

memudahkan memahami atau membaca dari tinjauan pustaka ini maka akan di

tambahkan tabel.

Tabel 1 : Tinjauan Pustaka

Nama Peneliti/ Metode Teori Hasil Perbedaan


NO Tahun Penelitian

1. Leli Kuantitatif Analisis Hasil penelitian Penelitian ini


Rohimah/2009, Wacana yang dilakukan Leli berfokus pada
skripsi, Rohimah adalah anaisis isi teks
Komunikasi pesan aqidah 25 % pada satu album
penyiaran islam, dan pesan syariah lagu. Sedangkan,
Fakultas Dakwah (ibadah dan pada penelitian
dan Komunikasi muamalah) sebesar yang akan
UIN Syarif 32,5 % dan pesan dilakukan hanya
Hidayatullah akhlak 42,5 satu judul
Jakarta. %.pesan-pesan kesenian Tadut
Analisis isi pesan dakwah tersebut saja dan ada
dakwah pada terdapat disetiap kaitannya dengan
album “jalan lagu yang berbeda budaya.
kebenaran” Group dan di masukan di
Band Gigi. dalam setiap
kalimat baitnya.
2. Siti Muti’ah/2009, Kuantitatif Content Hasil penelitian Penelitian ini
skripsi, analisis yang dilakukan Siti adalah jenis
Komunikasi Muti’ah adalah penelitian
Penyiaran Islam, pesan aqidah dan kuantitatif.
Fakultas dakwah akhlak bisa di lihat Sedangkan,
dan komunikasi, dari tokoh annisa penelitian yang
UIN Syarif yang begitu yakin akan dilakukan
Hidayatullah Allah sangat merupakan jenis
Jakarta. menyayangi kita penelitian
Analisis isi pesan semua dengan kualitatif.
dakwah dalam melakukan segala
film perempuan kebaikan dan
berkalung sorban. menjauhi segala
yang di larangnya.

3. Venny Kualitatif Analisis Hasil penelitian Penelitian ini


Yunita/2018,skrip Wacana yang di lakukan lebih cenderung
si, komunikasi Venny Yunita ke arah

6
penyiaran Islam, adalah Pemahaman memperoleh
Fakultas dakwah yang paling penting rezeki dengan
dan komunikasi, dalam buku cara Islam yang
UIN AR-Raniry, Percepatan Rezeki lain. Sedangkan,
Banda Aceh. Dalam 40 Hari penelitian yang
Analisis isi pesan Dengan Otak akan dilakukan
dakwah pada pada Kanan yaitu kaya, lebih fokus ke
buku percepatan namun bukunlah pesan dakwah
rizki dalam 40 tujuan melainkan yang terkandung
hari dengan otak alat atau dalam budaya
kanan. perantaraan. Tadut.
Dengan kaya kita
akan lebih
mudah dalam hal
beribadah dan
mendekatkan diri
kepada Allah

Penelitian pertama skripsi yang di lakukan oleh Leli Rohimah yang berjudul

Analisis isi pesan dakwah pada album “jalan kebenaran penelitian ini menunjukan

bahwa dari sekian banyak skripsi yang menganalisis lagu seperti

Republik,Bimbo,Ungu, tapi tidak ada satupun yang menganalisis lagu tentang

sebuah album yang memadukan antara lagu rok dengan lagu religi dan dalam

musik/lagu ini di nayanyikan oleh pengarangnya sendiri dan menjadi sebuah

album musik religi yang senantiasa penyampainnyadapat di terima oleh

pendengar. Penelitian ini berfokus pada analisis isi teks pada satu album lagu

sedangkan penelitian yang saya lakukan hanya satu judul kesenian Tadut saja

danada kaitannya dengan budaya.6

Penelitian skripsi kedua yang di lakukan oleh Siti Muti’ah yang berjudul

Analisis isi pesan dakwah dalam film perempuan berkalung sorban, hasil

penelitian ini adalah pesan aqidah dan akhlak bisa di lihat dari tokoh Annisa yang

begitu yakin Allah sangat menyayangi kita semua dengan melakukan segala

Leli Rohimah, Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Album “Jalan Kebenaran” Group Band
6

Gigi, http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19905/1/LELI%20ROHIMAH-
FDK.pdf. Tanggal 17 September 2019.

7
kebaikan dan menjauhi segala yang di larangnya. Penelitian yang di lakukan oleh

Siti Muti’ah menggunakan penelitian kuantitafif sedangkan penelitian penulis

merujuk ke penelitian kualitatif.7

Kemudian, skripsi yang dilakukan oleh Venny Yunita yang berjudul analisis

isi pesan-pesan dakwah pada buku percepatan rezeki pada 40 hari dengan otak

kanan. Hasil penelitian yang di lakukan Venny Yunita adalah pemahaman yang

paling penting dalam buku Percepatan Rezeki Dalam 40 Hari Dengan Otak

Kanan yaitu kaya, namun bukanlah tujuan melainkan alat atau perantaraan.

Dengan kaya kita akan lebih mudah dalam hal beribadah dan mendekatkan diri

kepada Allah. Perbedaanya dengan yang penulis teliti lebih fokus ke pesan

dakwah yang terkandung dalam budaya Tadut sedangkan penelitian Venny Yunita

lebih cenderung ke arah memperoleh rezeki dengan cara Islam yang lain.8

F. Kerangka Teori

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam

kehidupan manusia, bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi

terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh

informasi, dimana masing-masing individu di dalam masyarakat itu sendiri

saling berbagi informasi (information sharing) untuk mencapai tujuan bersama.

7
Siti Muti’ah, Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Film Perempuan Berkalung Sorban,
http://repository.uinklt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/653/1/SITI%20MUTI%27AH-FDK.pdf
Tanggal 17 September 2019.
8
Venny Yunita, Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Pada Buku Percepatan Rizki Dalam 40
Hari Dengan Otak Kanan, http://repository.ar-raniry.ac.id/2496/1/VENNY%20YUNITA.pdf
tanggal 15 September 2019.

8
Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara

penyampaian pesan dan yang menerima pesan.

Senada dengan hal ini bahwa komunikasi atau communication berasal

dari bahasa latin “communis”. Communis atau bahasa Inggrisnya “commun”

yang artinya sama.apabila kita berkomunikasi (to communicate), ini berarti

bahwa kita berada dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan.9

2. Analisis Isi

Analisis isi adalah Metode analisis isi ini (content analysis) di kalangan

ilmuan sosial khususnya, khususnya peneliti media sangat popular

keberadaannya. Analisis isi muncul pada beberapa waktu terkahir dan

digunakan dalam berbagai penelitian sejarah, jurnalisme, ilmu politik,

pendidikan, psikologi, dan sebagainya. Analisis isi pada awalnya digunakan

dalam ilmu komunikasi sebagai upaya mengungkap makna dibalik simbol dan

bahasa yang menjadi sarana komunikasi.

Analisis isi dikatagorikan dalam tipe penelitian nonreaktif (nonreactive

research) dikarenakan objek yang menjadi sasaran penelitian tidak

memberikan reaksi atau pengaruh kepada peneliti. Peniliti cukup menganalisis

data dari berbagai sumber. Berbeda dengan survei dan eksperimen yang

menggunakan individu atau kelompok sosial sebagai objek penelitian. Untuk

itu, analisis isi relatif lebih mudah dilakukan karena peneliti tidak perlu

menyiapkan berbagai instrumen yang rumit untuk diberikan kepada responden.

Dengan menggunakan analisis isi, peniliti dapat membandingkan berbagai

Syaiful Rohim, Teori Komunikasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2016), h. 9.


9

9
simbol dalam media atau teks tertentu dan menganalisisnya dengan teknik

kuantitatif.10

3. Pesan Dakwah

Secara etimologis, kata “dakwah” berasal dari bahasa Arab ‫دعوة‬, yang

mempunyai arti: panggilan, ajakan, dan seruan. Dalam pengertian yang

intergralistik dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang di

tangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar

bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap ,menuju kehidupan yang

Islami.11 Sedangkan di tinjau dari terminologi, banyak sekali pendapat tentang

definisi dakwah di kalangan para ahli, antara lain :

Menurut A. Hasmy dalam bukunya Dustur Dakwah menurut Al-Qur’an,

mendefinisikan dakwah yaitu, mengajak orang lain untuk meyakini dan

mengamalkan akidah dan syariat Islam yang terlebih dahulu telah di yakini dan

dia amalkan oleh pendakwah itu sendiri.

a. Menurut syekh Ali Mahfud. Dakwah Islam adalah memotivasi manusia

agar melakukan kebaikan menurut petunjuk ,menyuruh mereka berbuat

kebajikan dan melarang mereka berbuat kemungkaran,agar mereka

mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.

b. Menurut Amrullah Ahmad.ed. Dakwah Islami merupakan aktualisasi

Imani (Teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan

manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang di laksanakan

secara teratur untuk memengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan


10
Martono Nanang, (2010).Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: PT. Persada, h. 93.
11
Rahman Yahan, (2015).Pantun Besemah Dalam Dakwah, Pagar Alam: Yayasan Peduli
Situs Sriwijaya, h. 4.

10
bertindak manusia pada tataran kegiatan individual dan sosio kultural

dalam rangka mengesahkan terujudnya ajaran islam dalam semua segi

kehidupan dengan cara tertentu.12

Pada surah An-Nahl ayat ke 125 dijelaskan cara-cara atau metode

untuk melakukan dakwah, disebutkan dalam firman-Nya :

‫يل َرب َِّك بِ ْٱل ِح ْك َم ِة َو ْٱل َم ْو ِعظَ ِة ْٱل َح َسنَ ِة ۖ َو ٰ َج ِد ْلهُم بِٱلَّتِى‬
ِ ِ‫ع إِلَ ٰى َسب‬
ُ ‫ٱ ْد‬

َ ‫ض َّل َعن َسبِيلِ ِهۦ ۖ َوهُ َو أَ ْعلَ ُم بِ ْٱل ُم ْهتَ ِد‬


‫ين‬ َ ‫ِه َى أَحْ َس ُن ۚ إِ َّن َرب ََّك هُ َو أَ ْعلَ ُم بِ َمن‬
“serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan
petunjuk.”

4. Budaya Tadut

Tadut adalah sastra tutur Besemah yang isinya berupa pengajaran agama

Islam, termasuk, wasiat, nasihat, agar orang selalu ingat kepada Allah, ingat

mati dan tetap taat menjalankan perintah agama dan meninggalkan

larangannya. Tadut di sampaikan dalam kelompok pengajian yang disebut

dengan bepu’um. Sayangnya sejak tahun 1960-an tadut sudah tidak di gunakan

lagi oleh sebagian masyarakat pendukungnya. karena pada tahun tersebut

sudah mulai masuk cara belajar mengaji menggunakan Iqro’ dan sebagian

masyarakat tidak di lestarikan lagi metode dakwah Tadut

Tadut berasal dari kata ta’dut, yang dalam bahasa Arab artinya

menyampaikan. Tetapi Nurbayu, salah seorang peneliti tadut untuk

kepentingan skrisipnya tahun 1997/1998, di FKIP Unsri, menyebutkan bahwa

12
Ibid., h.5.

11
tadut berasal dari kata jadidun yang artinya baru. Dari jadidun di lafazkan

menjadi jadud dan dalam dialek Besemah menjadi Tadut.

Dalam penyampaiannya, Tadut di sampaikan oleh seorang tokoh yang di

panggil Guru atau wak kiaji Guru (kalau sudah pergi haji). Majelis atau tempat

pengajian di pakai salah satu rumah warga. Selain dalam kelompok pengajian,

tadut juga di laksanakan di tempat warga yang terkena musibah, seperti

musibah kematian. Biasanya selama tida malam berturut-turut. Sebelumnya,

masyarakat menyelenggarakan sastra lisan guritan di tempat musibah.

Betadut atau menyampaikan tadut di awali dengan suara guru lalu di

ikuti oleh peserta bepu’um. Sebagai tanda isyarat guru untuk meminta

melanjutkan tadut guru mengakhiri dengan kalimat “la ilaha illallah, …sape

cerdik dapatkala” atau “la ilaha illalla h … tamatkalah”. Dengan demikian

guru sudah mengetahui mana yang sudah hapal dan mana yang belum.

Penuturan biasanya di akhiri dengan dua kalimat syahadat bersama-sama.13

5. Semiotika

Secara teimologis semiotika berasal dari kata yunani semion yang berarti

tanda. Tanda itu sendiri di definisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi

sosial yang terbangun sebelumnya dapat di wakili sebagai sesuatu yang lain.14

Pada dasarnya, analisis semiotika memang merupakan sebuah ikhtiar

untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang perlu di tanyakan lebih

lanjut ketika kita membaca teks atau narasi/wacana tertentu. Analisinya

13
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, Op.Cit., h.41.
14
Indiwan Seti Wahjuwibowo. (2018).Semiotika Komunikasi, Jakarta: PT. Mitra Wacana
Media, h.7.

12
berbentuk paradigmatic dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari

hal-hal yang tersembungi di balik sebuah teks.15

Adapun macam-macam semiotika yang kita kenal sekarang yaitu:

a. Semiotika analitik yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Pierce

menyatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya

menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang,

sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang

mengacu kepada objek tertentu.

b. Semiotika deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda

yang dapat dialami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap

seperti yang disaksikan sekarang.

c. Semiotika faunal (zoosemiotic), yakni semiotik yang khusus

memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan

biasanya menghasilkan tanda untuk berkomunikasi antara sesamanya,

tetapi sering menghasilkan tanda yang dapat di tafsirkan oleh manusia.

d. Semiotika Kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.

e. Semiotika naratif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

dalam narasi yang dibuat oleh manusia yang berwujud mitos dan cerita

lisan yang memiliki nilain kultural yang tinggi.

f. Semiotic natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang dihasilkan oleh alam.

15
Ibid., h. 8.

13
g. Semiotic normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-

rambu lalu-lintas

h. Semiotic social, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud

kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat.

Dengan kata lain, semiotik sosial menelaah sistem tanda yang terdapat

dalam bahasa.

i. Semiotic structural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.16

6. Etnografi Komunikasi

Istilah Etnografi Komunikasi, Dell H. Hymes pada tahun 1960-an.

Etnografi Komunikasi pertama kali di sajukan sebagai salah satu pendekatan

yaang di gunakan dalam sosiolinguistik. Terutama untuk mengkaji tuturan

sebuah bahasa dengan kaitanya pada masyarakat penutur yang terbangun

melalui hubungan sosial. Pendekatan sosiolinguistik bahasa, terutama dalam

penggunaan bahasa secara umum berkaitan dengan nilai dan sosial budaya,

oleh Hymes di namai sebagai ethnography of communication. 17

7. Teori Roland Barthes

Kancah penelitian semiotika tak bisa begitu saja melepaskan nama

Roland Barthes (1915-1980) ahli semiotika yang mengembangkan kajian yang

sebelumnya punya warna kental strukturalisme kepada semiotika teks.


16
Ibid., h. 100.
17
Dadang S. Anshori. (2017).Etnografi Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h.
78.

14
Barthes melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi sebagai kunci

dari analisisnya. Barthes menggunakan teori yang lebih sederhana saat

membahas model ‘glosmatic sign’ (tanda-tanda glosmatic) mengabaikan

dimensi dari bentuk substansi, barthes mendefinisikan sebuah tanda (sign)

sebagai sebuah system yang terdiri dari (E) sebuah ekspresi atau signifier

dalam hubungannya (R) dengan content (atau signified).

Konotasi adalah istilah yang di gunakan barthes iuntuk menunjukan

signifikasi tahap kedua. Hal ini menggmbarkan interaksi yang terjadi ketika

tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari

kebudayaanya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak

intersubjektif.

Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang di gambarkan tanda terhadap

sebuah objek, sedangkan makna konotasi adalah bagaimana cara

menggambarkannya. Konotasi bekerja dalam tingkat subjektik sehingga

kehadirannya tidak di sadari. Pada signifikan tahap kedua yag berhubungan

dengan isi , tanda bekerja melalui mitos (myth).

Mitos adalah bagaiamana kebudayaan menjelasakan atau memahami

beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk

kelas social yang mempunyai suatu dominasi. Mitos primitive, misalanya

mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa. Sedangkan mitos masa kini

misalnya mengenai feminimitas, maksulinitas, ilmu pengetahun dan

kesuksesan.

15
Alasan peneliti memeilih teori ini di bandingkan teori semiotika yang

lain di karenakan Barthes membahas konotasi, denotasi, dan mitos yang

berkaitan dengan analisis isi serta kebudayaan yang berkaitan dengan penulis

teliti.18

G. Metodologi Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang bersifat ilmiah. Metode

penelitian ini disusun sebagai berikut:

1. Pendekatan / Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan

untuk menggambarkan situasi dan kondisi dari objek yang akan diteliti.

2. Data dan Sumber Data

Sumber data yang di dapat dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung dikumpukan oleh

peneliti. Sumber data primer dalam penelitian ini dari salah satu pelaku

pencinta kebudayaan dan sejarah yaitu bapak Bastarai Suan, yang berasal

dari Desa Pelajaran Jarai Kabupaten Lahat.

b. Data Sekunder
18
Ibid., h. 21.

16
Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung yang

diberikan kepada peneliti. Sumber data sekunder adalah data tambahan

yang di dapatkan dari jurnal peneliti terdahulu, artikel, dan buku-buku yang

berkaitan dengan judul yang diteliti.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Pada penelitian ini, Observasi yang dilakukan oleh penulis adalah

dengan mengamati para pencinta sejarah dan kesenian (PESAKE)serta

pelaku budaya Tadut.

b. Wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab dengan antara peneliti dengan

narasumber yaitu bapak Bastari Suan selaku budayawan untuk

pengumpulan data. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang

sudah tersusun sebagaimana yang sudah disiapkan oleh penulis sebelumnya.

Sebelum melakukan wawancara penulis harus melihat bagaimana situasi

dan kondisi pada tempat yang akan di lakukan wawancara tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pengumpulan data melalui dokumen,

gambar, video, kutipan atau tulisan-tulisan, serta buku yang di buat oleh

budayawan itu sendiri.

d. Studi Pustaka

17
Studi pustaka adalah kegiatan yang peniliti lakukan untuk

mendapatkan tambahan informasi terkait judul yang peneliti lakukan.dengan

cara mempelajari literatur yang ada, seperti buku-buku, artikel, karya ilmiah

dan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan objek penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, terdapat tiga teknik analisis data kualitatif yaitu

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Prosesnya terjadi

selama penelitian berlangsung.

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.

Reduksi data adalah pemilihan data, penggolongan data, mengarahkan,

membuang yang tidak dibutuhkan dan mengambil data yang dibutuhkan

hingga kesimpulan akhir.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan mengumpulkan informasi yang sudah

tersusun sehingga memungkinkan terjadi penarikan kesimpulan dari data

yang diperoleh.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah hasil dari menganalisis data yang di

dapat untuk mengambil suatu kesimpulan.

H. Sistematika Penulisan Laporan

18
Untuk mempermudah penulisan dan penyusunan dalam penelitian ini yang

mana isinya adalah bagian-bagian teroenting dan penulisan yang dibuat masing-

masing bab yang di tuliskan secara ringkas, yaitu :

BAB I : Pendahuluan

Penelitian ini berkaitam dengan gambaran dan penelitian itu sendiri yang

terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuaan penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian serta sistematika

penulisan.

BAB II : Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Bab ini berisi penjelasan dan pembahasan dari gambaran umum lokasi

penelitian dan Tadut Inuriyah Dik Nginak-E.

BAB III : Hasil dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan hasil dari rumusan masalah dalam penelitian, dengan

pembahasan mengenai penelitian Analisis isi pesan Dakwah pada budaya Tadut

Inuriyah Dik Nginak-E. yang dilakukan secara mendalam mengenai hasil yang

didapat dari menggunakan teori Roland Barthes

BAB IV : Penutup

Bab ini menunjukan hasil akhir dari penelitian yang berisikan kesimpulan

serta saran peneliti dapat dari hasil penelitiannya.

19
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
SASTRA TUTUR BESEMAH

A. Suku Besemah
Sumatera Selatan sebagai daerah yang multietnik, multikultural, dan
multibahasa sangat banyak memiliki jenis sastra tutur, sastra lisan, sastra rakyat,
dan sastra daerah atau folklore. Dari sekian banyak jenis sastra tutur tersebut,
sastra tutur terbanyak berasal dari etnik Besemah (suku bangsa Besemah) dan
masyarakat subetnik Komering (bagian dari etnik atau suku bangsa Daya).
Besemah merupakan induk budaya yang disebut dengan Dempu Culture.
Rumpun kebudayaan Basemah tersebar membentang dari Ulu Musi dan Muara
Kikim di bagian Utara sampaike Ulu Selabung dan Muara Kisam di Selatan. Dari
Muara Lematang di Timur sampai dengan Muara Kedurang, Padang-Guci, Kelam,
Kinal, Luwas, dan Nasal di Selatan Barat Daya.19
1. Sejarah Suku Bangsa Besemah
Besemah adalah nama tanah, nama daerah, nama etnik, nama bahasa,
nama adat, dan nama kebudayaan di Provinsi Sumatera Selatan. Besemah
berasal dari kata dasar ‘semah’ ditambah awalan be- ‘ber’ yang berarti ada,
memiliki, atau mengandung apa yang disebut kata dasar. Besemah berarti ada
semahnya misalnya seperti Ayik Besemah berarti air (sungai) tersebut yang ada
ikan semahnya. Tanah Besemah berarti tanah yang ada ikan semah hidup di
sungai-sungai atau danau-danaunya.
Keberadaan suku bangsa Besemah hidup pada kurun waktu sekitar
tahun 1450 sampai 1868. Pada masa pemerintahan Pangeran Sida Ing Kenayan
yang bergelar Ratu Jamaluddin Mangkurat IV menjadi penguasa Palembang
yang memerintah sekitar 1622 sampai 1650. Pada masa itu, di Basemah
berkuasa Ratu Singe Bekurung (Ratu ke-sepuluh Jagar Besemah). Ketika itulah
kedua pusat kekuasaan sudah berhubungan dan berintegrasi, terbukti dengan

19
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan., (2007). Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera
Selatan. Sastra Tutur Sumatera Selatan Sastra Tutur Basemah, Palembang:h. 12.

20
kerjasama bilateralnya yaitu saling mengakui dan penetapan tapak batas
wilayah kekuasaan antara Basemah dengan Palembang.
Nama Basemah dicetuskan antara lain oleh Atung Bungsu untuk
menyebut sungai yang bermuara di sungai Lematang yang berasaldari utara
Gunung Patah, dan melintasi Dusun Serendale. Sungai, tempat isteri Atung
Bungsu Puteri Kenantan Buwih, membasuh beras dan mendapatkan anak ikan
Semah tersebut, sampai saat ini masih disebut Ayik Besemah (sungai
Besemah). Sedangkan dulu disebut dengan Aghi Besemah.20
Bermula dari sekita Ayik Besemah tersebut, Atung Bungsu menjadikan
“jagat” (kekuasaan, dinasti, wangsa, raja kula, keratuan). Jadi sebutan Jagat
Besemah, selain mengacu pada pengertia suatu kekuasaan, juga mengacu pada
pengertian sebagai kesatuan masyarakat etnik, seketurunan (sejuray), suku
bangsa (dulu bangse), dari anak-cucu Atung Bungsu.
Pemerintahan tradisional Besemah dikenal dengan istilah Lampik
Empat Merdike Due yang terbagi atas Besemah Libagh, Besemah Ulu Lintang,
Besemah Ulu Manak, dan Besemah Ayik Keghuh. Lampik Empat Merdike Due
sebagai lembaga pemerintahan dan adat yang anggotanya berasal dari empat
Juraytuwe, yang berasal dari empat Sumbay.21
2. Sejarah Sastra Tutur Besemah
Suku bangsa Besemah memiliki tradisi sastra tutur yang banyak sekali
diciptakan pada masa kejayaannya. Penyebarannya dilakukan dari mulut ke
mulut (dituturkan), sambut menyambut dari nenek ke cucu-nya atau dari bapak
kepada anaknya. Sastra tutur tersebut berperan sebagai wahana pemahaman
gagasan dan pewarisan tatat nilai yang tumbuh dalam masyarakat.
Sastra Tutur tersebut muncul dan berkembang di tengah kehidupan
rakyat biasa, dituturkan, didengarkan, dan dihayati secara bersama-sama pada
pristiwa tertentu dan dengan maksud serta tujuan tertentu pula. Misalnya
seperti upacara perkawinan, upacara menanam atau menugal, upacara
mengetam atau menuai padi, upacara menyambut atau menyukuri kelahiran

Ahmad Bastari Suan, et all (2007). Atung Bungsu : Sejarah Asal Usul Jagat Besemah,
20

Palembang: Pesake, h. 3.
21
Zulkarnain Yani. (2017), “Jurnal Panamas” Volume 30, Nomor 1, h. 78.

21
bayi, serta upacara-upacara yang bertujuan magis-religius. Sastra tersebut
dituturkan pada saat upacara-upacara tersebut yang mengandung gagasan,
pikiran, ajaran, dan harapan sehingga pesan etika dan moral mengalir dari si
penutur kepada pendengarnya.
Sastra Tutur Basemah memiliki sangat banyak macam-macam jenisnya,
baik yang berbentuk puisi, prosa,maupun yang berbentuk prosa-puisi (prosa
yang puitis, prosa liris atau bahasa berirama). Namun sangat disayangkan,
kebanyakan dari berbagai macam jenis Sastra Tutur Basemah tersebut tidak
ditemukan lagisuapa penuturnya. Bahkan banyak diantara sastra tutur tersebut
hanya tinggal kenangan bagi orang-orang Basemah saat ini.
3. Fungsi Sastra Tutur
Sastra daerah yang masih tersebar dalam bentuk tradisi lisan (oral
tradition), sehingga disebutjuga sastra lisan berfungsi sebagai pengungkap
pikiran, sikap, dan pendirian, pengungkapan nilai-nilai budaya masyarakat
daerah dan pendukungnya. Jika dirinci, peran dan fungsi sastra tutur adalah
sebagai berikut:
a. Sastra tutur sebagai pelengkap upacara adat.
b. Media penyampai atau pewarisan norma-norma adat, silsilah, sejarah,
dan kebudayaan.
c. Alat penolak atau penyembuh penyakit.
d. Penolak balak, penolak bencana dan lain-lain.
e. Penakluk atau penjinak orang gila, orang kesurupan (kerasukan atau
kemasukan makhluk halus).
f. Pelengkap dalam mencari rezeki (nafkah).
g. Penolak atau pengalih angin, hujan, dan sebagainnya.
h. Penghibur diri dan orang lain.
i. Menidurkan anak kecil (bayi).
j. Pelengkap dalam permainan anak-anak.
k. Alat ramal atau nujum.
l. Penentu tuah dan keberuntungan, termasuk menunjukkan ciri-ciri ayam
sabung yang akan bertarung di gelanggang judi sabung ayam.

22
m. Pengungkap perasaan dan pikiran.
n. Membuat percaya diri dan disenangi orang lain (pengasih).
o. Alat pendidikan dan pengajaran (dan lain-lain).
Namun, pada masyarakat modern, sebagian besar fungsi tentu tidak
berlaku lagi. Namun, terdapat fungsi yang cukup penting tetap disandang oleh
sastra tutur dalam masyarakat modern yaitu:
a. Fungsi penghibur (alat hiburan).
b. Fungsi alat kritik sosial.
c. Fungsi keilmuan.
d. Fungsi penanda identitas etnis.22
4. Jenis-Jenis Sastra Tutur Besemah
a. Jenis Puisi
1) Angguan, Tungguan,
2) Patian, Sumbaran.
3) Ciling, Cenantun, Reday,
4) Rejung,Tembang, Rimbay, Sambay, Ganday, Nduk-Alay.
5) Sesiwe, Ucap, Jampi,
6) Seram, Sardundun, Bisik-Tikas.
7) Indean, Ibarat, Umpame,
8) Perikate, Peribase,
9) Pantun, Pepatah-Petiti.
10) Kindun atau Dundang.
11) Memuning atau Tengguh-Tenguhan.
12) Ratap,
13) Tangis-Ayam, Ringit.
14) Tadut.
15) Sair.
16) Pesan Puyang, Titipan Puyang, Peturat.
17) Unggak-Unggak.
18) Tundung, Tutur.

22
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, Loc. Cit.

23
b. Jenis Prosa
1) Anday-Anday atau Dongeng.
2) Riwayat, Sejarah, Tembe, Berbuwe, Antak-Jauh (Silah-Silah atau
Silsilah).
3) Cerite, Kebar, Surah, Kelakar, Tebah, Beghete.
4) Suware, Kungkun-Kabih.
5) Tilul atau Tenung atau Betenung.
6) Sumpah atau Sumpahan.
c. Jenis Prosa yang Puitis
1) Guritan
d. Bahasa Rakyat Lain dan Seni Bahasa Dalam Permainan Anak-Anak
1) Jenakean, Peruputan, Lelucun.
2) Cangcuwit.
3) Gam-Segagam.
4) Kandang-Kirih, Kucing Bute.
5) Rup Biday.
6) Samsudinan, Uri-Aram.
7) Juk-Aring.
8) Pang-Pang-Put.
9) Pantangan, Kemali, Kemih-Sikuan, Malangan Beayam.23

Dari keseluruhan jenis-jenis sastra tutur Besemah yang telah dituliskan


diatas. Dalam penelitian ini akan memfokuskan kajian pada tradisi sastra tutur
Tadut yang termasuk dalam jenis sastra tutur puisi yang semakin hari semakin
mulai ditinggalkan oleh masyarakat Besemah. Walaupun masih ada yang
menyampaikan tadut, namun hanya dilakukan dan dilestarikan oleh para orang tua
yang mengenal tentang tadut melalui majelis-majelis taklim yang ada di
masyarakat. Maka dari itu, peneliti akan melakukan kajian yang mendalam
terhadap syair-syair yang terdapat pada lirik tadut untuk mengkaji maksud dari
tadut tersebut yaitu tadut yang berjudul “Inuriyah Dik Nginak-E”.

23
Ibid, h. 13-14.

24
B. Monografi Lokasi Penelitian
Tadut merupakan budaya sastra tutur yang berasal dari suku besemah yang
terdiri dari berbagai suku dan menempati wilayah yang luas mencakup wilayah
Sumatera bagian selatan. Namun, suku besemah ini berpusat di wilayah
Pagaralam Sumatera Selatan.
Sastra tutur Tadut yang berasal dari daerah Pagaralam salah satunya adalah
tadut Inuriyah Dik Nginak-E yang sering di tembangkan oleh kelompok bepu’um
yaitu kelompok majelis taqlim yang ada di daerah Pagaralam tersebut. Tadut
Inuriyah Dik Nginak-E adalah tadut yang tidak diketahui penciptanya. Namun,
diketahui tadut ini sering ditembangkan di wilayah desa Pelajaran Kecamatan
Jarai Kabupaten Lahat oleh karena itu, Peneliti menetapkan lokasi penelitian di di
Desa Pelajaran kecamatan Jarai Kabupaten Lahat.
Desa Pelajaran adalah sebuah di Kecamatan Jarai, Lahat, Sumatera
Selatan, Indonesia. Mayoritas mata pencaharian masyarakatnya adalah bertani,
agama yang dianut adalah agama Islam, dan posisi desa ini dekat dengan bukit
barisan. Memiliki jumlah penduduk sebanyak 564 jiwa yang terakhir didata pada
tahun 2010. Desa ini memang terletak di wilayah Pagaralam Sumatera Selatan.
Namun, untuk wilayah administrasi Desa Pelajaran adalah wilayah kabupaten
Lahat.24
Tadut Inuriyah Dik Nginak-E masih sering ditembangkan di desa Pelajaran
ini oleh para kelompok bepu’um yang ada di desa tersebut pada setiap acara
penduduk seperti misalnya acara pernikahan, acara syukuran dan acara-acara
lainnya yang diadakan oleh para penduduk di desa Pelajaran tersebut.
Tadut sendiri berfungsi sebagai sarana penyampaian dan penyebaran
ajaran agama dan dakwah Islam, maka dari itu lirik-lirik pada syair Tadut
berisikan ajaran tentang agama Islam. Ajaran agama Islam yang disampaikan
dalam Tadut biasanya diambil dari kitab-kitab Perukunan Melayu yang meliputi
Rukun Iman, Rukun Islam, Ilmu Makrifat, dan lain-lain.25

25
C. Tadut
Tadut adalah sastra tutur Besemah yang isinya berupa pengajaran agama
Islam, termasuk wasiat, nasihat, agar orang selalu ingat kepada Allah, agar orang
selalu mengingat kematian, dan tetap taat menjalankan perintah agama serta
menjauhi larangannya. Tadut disampaikan oleh sekelompok orang dalam suatu
acara pengajian yang disebut dengan bepu’um atau sekarang lebih dikenal dengan
sebutan majelis taklim.
Istilah tadut berasal dari kata tahadut yang berarti menghafal berulang-
ulang dan dalam dialek Besemah menjadi Tadut. Dalam penyampaiannya, Tadut
disampaikan oleh seorang tokoh yang dipanggil Guru atau Wak Kiaji Guru jika
guru tersebut sudah melaksanakan ibadah Haji. Selain dalam kelompok pengajian,
Tadut juga dilaksanakan di tempat warga yang terkena musibah, seperti musibah
kematian. Biasanya selama tiga malam beruturut-turut yang sebelumnya
masyarakat menyelenggarakan sastra lisan Guritan ditempat musibah.
Bertadut atau menyampaikan Tadut diawali dengan suara guru yang
menuturkan materi Tadut, lalu diikuti oleh peserta bepu’um. Biasanya guru akan
mengulang dua atau tiga kali dan selanjutnya, pada malam berikutnya, guru hanya
menyampaikan permulaan dan selanjutnya dilanjutkan oleh peserta bepu’um.
Tradisi Tadut sampai saat ini masih tetap dilestarikan oleh tokoh-tokoh adat dan
budaya Besemah. Di Dusun-Dusun yang ada di Pagar Alam masih melestarikan
bertadut dalam kelompok-kelompok majelis taklim. 24
Keberadaan budaya bertadut warisan dari nenek moyang masyarakat
Besemah secara turun temurun, karena Tadut juga sering dituturkan oleh orang
tua kepada anak-anaknya secara turun-temurun pada masyarakat Besemah dalam
keseharian mereka. Tadut yang dituturkan yaitu Tadut yang mengandung nasihat,
pepata-petiti jeme tue, dalam bentuk pantun ataupun syair yang berisikan tentang
ajaran agama Islam. 25

24
Ibid, h. 41.
25
Ahmad Bastari Suan. (2007). Seni Pertunjukan Tadut, Palembang: Pesake, h. 2.

26
Tadut sendiri berfungsi sebagai sarana penyampaian dan penyebaran
ajaran agama dan dakwah Islam, maka dari itu lirik-lirik pada syair Tadut
berisikan ajaran tentang agama Islam. Ajaran agama Islam yang disampaikan
dalam Tadut biasanya diambil dari kitab-kitab Perukunan Melayu yang meliputi
Rukun Iman, Rukun Islam, Ilmu Makrifat, dan lain-lain.26
Materi Tadut yang bersumber dari kitab-kitab perukunan Melayu dan
kitab-kitab kuning menampilkan banyak judul diantaranya : Rukun Islam, Rukun
Iman, Rukun 13, Qadha dan Qadar, Undang-undang Sembahyang, Perbantahan
Alif dengan Ba, Sebelum Ada Langit dan Bumi, Burung Kumbang, Awaluddin,
Burung Terebang Sangkar Milu, Sebelum Ada Niyat, dan lain-lain. Karena dalam
penelitian ini akan mengkaji tentang Tadut “Inuriyah Dik Nginak-E” maka
peneliti akan menuliskan lirik dari Tadut tersebut yaitu sebagai berikut :27

Menentang menibe-nibe
Ibu bape Inuriyah
Inuriyah dik nginak-e

Bejalan ibu bape Inuriyah


Sampay nggah imam mesejit Mekkah
Ape ade Inuriyah di sini..?

Dijawap li Imam Mesejit Mekkah


Amu ndak betemu
Ndak sembayang lime waktu
Dalam saghi semalam

Sembayang Menggerip Ibu Bape Inuriyah

26
Ibid.
27
Pemprov Sumsel, Loc. Cit.

27
Sembayang Menggerip lah udim memberi salam
Inuriyah ade caye
Sembayang Subuh Ibu Bape Inuriyah
Sembayang Subuh lah udim memberi salam
Inuriyah ade di kiri

Sembayang Asar Ibu Bape Inuriyah


Sebayang Asar lah udim memberi salam
Inuriyah ade di kanan

Dicari Ibu Bape Inuriyah


Cium kiri cium kanan
Anakku Inuriyah
Dicari sukagh dapat

Dijawab li Inuriyah
Mbakmane ndak betemu
Jangankan sedekah, cucugh ayik di kuburan lagi dide
Ya…ini, tamatkanlah

Berimbay kunday sebatang duwe

Anak ruse meruntak-runtak


Mati ditinggang li deghian
Jangan ase badan gi budak
Janji nggah Tuhan lum keruwan

Pudding irang di giring tebing


Dikandang tige serumpun
Nyawe ilang jangan diseding
Seumpame ndi talang balik dusun

28
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tadut Inuriyah Dik Nginak-E


Keanekagaraman tradisi lisan yang ada di provinsi Sumatera Selatan
sangatlah banyak, namun dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas
tentang tradisi lisan sastra tutur Besemah yang dinamakan dengan Tadut. Dalam
syair sebuah Tadut memiliki makna yang isinya berupa pengajaran agama Islam,
termasuk wasiat, nasihat agar selalu mengingat Allah SWT, mengingat kematian
dan tetap taat menjalankan perintah agama serta menjauhi larangannya.
Tadut merupakan metode ulama baghi (kuno) dalam mengajarkan dan
memperkenalkan Islam ke masyarakat Besemah, karena masyarakat Besemah
pada saat itu masih sangat percaya kepada adat, akan tetapi adat yang
dimaksudkan sesuai dengan agama. Salah satu Tadut yang sering di tuturkan di
masyarakat Besemah adalah Tadut “Inuriyah Dik Nginak-E”.
Tadut “Inuriyah Dik Nginak-E” adalah sastra tutur dari masyarkat
Besemah yang sudah tidak diketahui lagi siapa penutur aslinya.Dalam syair
Taduttersebutbanyak mengandung pesan dakwah dan nasihat untuk
pendengarnya. Masyarkat Besemah pada masa itu juga masih percaya dengan
mitos, misalnya yaitu mitos anak gadis yang meninggal di bawah umur akan
menjamin ibu dan bapaknya masuk surga.
Dalam Tadut “Inuriyah Dik Nginak-E” inilah para ulama pada masa itu
menyampaikan pesan dakwahnya bahwa mitos tentang anak gadis yang
meninggal dibawah umur menjadi jaminan orang tuanya masuk surga merupakan
sesuatu yang salah.Oleh karena itu, terdapat salah satu bait pada Tadut tersebut
yang berbunyi “mbak mane ndak betemu jangankan sedekah, cucugh ayik di
kuburan lagi dide” yang artinya adalah bagaimana mau bertemu di surga,
jangankan bersedekah, berziarah ke makam anaknya pun tidak pernah. Bait
tersebut memiliki makna bahwa anak gadis yang meninggal dibawah umur tidak
dapat menjadi jaminan kedua orangtuanya masuk surga jika kedua orangtuanya
tidak pernah bersedekah dan berziarah ke makam anaknya sendiri.

29
B. Analisis Syair Tadut Inuriyah Dik Nginak-E
Sastra lisan Tadut pada masyarakat Besemah disampaikan dengan
menggunakan irama atau lagu, hal tersebut dilakukan agar ajaran Islam dan pesan
dakwah yang terkandung dalam syair Tadut tersebut lebih mudah dihapal dan
dipahami oleh masyarakat dan juga dapat dipraktikan dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis syair dari Tadut
“Inuriyah Dik Nginak-E”, untuk mempermudah melakukan analisis, maka
peneliti melakukan terjemahan ke bahasa Indonesia. Setelah peneliti
menerjemahkan Tadut tersebut, kemudian akan melakukan analisis satu per satu
bait dari Tadut tersebut dengan menggunakan teori semiotika dari Roland Barthes
yaitu signifikasi dua tahap denotasi dan konotasi. Adapun teks Tadut “Inuriyah
Dik Nginak-E” yaitu sebagai berikut:

Menentang menibe-nibe(Memandang mengawasi sekitar)


Ibu bape Inuriyah(Ibu Bapak Inuriyah)
Inuriyah dik nginak-e(Inuriyah tidak terlihat)

Bejalan ibu bape Inuriyah(Berjalan Ibu Bapak Inuriyah)


Sampay nggah imam mesejit Mekkah(Sampai dengan imam masjid Mekah)
Ape ade Inuriyah di sini..? (Apakah ada Inuriyah disini)

Dijawap li Imam Mesejit Mekkah(Dijawab oleh imam masjid Mekah)


Amu ndak betemu(Kalau mau bertemu)
Ndak sembayang lime waktu(harus shalat lima waktu)
Dalam saghi semalam(dalam sehari semalam)

Sembayang Menggerip Ibu Bape Inuriyah(shalat magrib ibu bapak inuriyah)


Sembayang Menggerip lah udim memberi salam(shalat magrib telah selesai
memberi salam)
Inuriyah ade caye(inuriyah ada cahaya)

30
Sembayang Subuh Ibu Bape Inuriyah(shalat subuh ibu bapak Inuriyah)
Sembayang Subuh lah udim memberi salam(shalat subuh selesai memberi salam)
Inuriyah ade di kiri(Inuriyah ada di kiri)

Sembayang Asar Ibu Bape Inuriyah(shalat ashar ibu bapak Inuriyah)


Sebayang Asar lah udim memberi salam(shalat ashar selesai memberi salam)
Inuriyah ade di kanan(inuriyah ada di kanan)

Dicari Ibu Bape Inuriyah(di cari ibu bapak Inuriyah)


Cium kiri cium kanan(cium kiri cium kanan)
Anakku Inuriyah(anakku Inuriyah)
Dicari sukagh dapat(di cari susah dapat)

Dijawab li Inuriyah(di jawab oleh Inuriyah)


Mbakmane ndak betemu(bagaimana mau bertemu)
Jangankan sedekah, cucugh ayik di kuburan lagi dide(jangankan sedekah,
menyiram air di kuburan saja tidak)
Ya…ini, tamatkanlah(ya…ini, tamatkanlah)

Berimbay kunday sebatang duwe(berpuisi dulu satu atau dua puisi)

Anak ruse meruntak-runtak(anak rusa meronta-ronta)


Mati ditinggang li deghian(mati di timpa oleh durian)
Jangan ase badan gi budak(jangan rasa badan masih muda)
Janji nggah Tuhan lum keruwan(janji dengan tuhan belum tahu)

Pudding irang di giring tebing(puding hitam di tebing miring)


Dikandang tige serumpun(di kandang tiga serumpun)
Nyawe ilang jangan diseding(nyawa hilang jangan bersedih)
Seumpame ndi talang balik dusun(seperti dari berkebun pulang ke desa)

31
Tadut “Inuriyah Dik Nginak-E” adalah sastra tutur Besemah yang masuk
dalam jenis puisi fiksi untuk menyampaikan pesan dakwah yang menganjurkan
shalat, bersedekah, dan berziarah. Terdapat 10 paragraf dalam teks Tadut tersebut
yang terdiri dari 5 bait yang terdapat 3 kalimat, 5 bait yang terdapat 4 kalimat dan
1 bait yang hanya terdapat 1 kalimat didalamnya. 8 bait pertama menceritakan
tentang isi dari Tadut tersebut, kemudian 1 bait yang berisi satu kalimat mengajak
untuk berimbay (puisi khas masyarakat Besemah) yang seperti pantun. Kemudian
2 paragraf terakhir berisi pantun tersebut.
Tadut tersebut menceritakan dua orang Ibu dan Bapak dari seorang anak
gadis yang telah meninggal bernama Inuriyah, mereka mempercayai mitos bahwa
anak gadis yang meninggal dibawah umur akan menjadi jaminan kedua
orangtuanya untuk masuk surga. Namun kedua orang tua tersebut tidak
menjalankan kewajiban agamanya, seperti shalat, bersedekah, bahkan mereka
tidak pernah datang berziarah ke makam anaknya. Peneliti akan melakukan
analisis terhadap syair Tadut “Inuriyah Dik Nginak-E” tersebut per paragraf
mengunakan signifikasi dua tahap dari teori semiotika Roland Barthes yaitu
denotasi dan konotasi sebagai berikut:

a. Paragraf 1
Menentang menibe-nibe (Memandang mengawasi sekitar)
Ibu bape Inuriyah (Ibu Bapak Inuriyah)
Inuriyah dik nginak-e (Inuriyah tidak terlihat)
Paragraf pertama ini merupakan paragraf pembuka dalam Tadut
tersebut.Syair dalam paragraf pertama ini secara denotasi dapat diartikan
bahwa kedua orang tua Inuriyah yang sangat merindukan anaknya.Sehingga
kedua orang tua tersebut terlihat seperti kebingungan memandang dan
mengawasi sekitar, namun tetap saja Inuriyah tidak terlihat.Inuriyah
merupakan seorang anak gadis yang telah meninggal.
Secara konotasi, kalimat pertama dalam paragraf tersebut yaitu
menentang menibe-nibe yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia artinya
adalah memandang mengawasi sekitar, yang berarti maknaya adalah mencari-

32
cari sesuatu atau seseorang. Kalimat kedua adalah Ibu Bape Inuriyah yang
diartikan ke dalam bahasa Indonesia artinya Ibu Bapak Inuriyah, yang berarti
maknanya adalah kedua orang tua Inuriyah. Kemudian kalimat ketiga yaitu
Inuriyah dik nginak-e” dalam bahasa Indonesia artinya Inuriyah tidak terlihat,
yang berarti maknanya Inuriyah tidak nampak atau tidak ditemukan.Kalimat
ketiga ini merupakan judul dari Tadut itu sendiri.

b. Paragraf 2
Bejalan ibu bape Inuriyah (Berjalan Ibu Bapak Inuriyah)
Sampay nggah imam mesejit Mekkah (Sampai dengan imam masjid
Mekah)
Ape ade Inuriyah di sini..? (Apakah ada Inuriyah disini)
Syair dalam paragraf kedua ini secara denotasi dapat dimaknai bahwa
kedua orang tua Inuriyah terus berjalan mencari anaknya hingga sampai
bertemu dengan seorang imam masjid mekah, kemudian mereka menanyakan
keberadaan Inuriyah kepada imam masjid tersebut.
Secara konotasi, kalimat pertama pada paragraf kedua ini yaitu bejalan
ibu bape Inuriyah, yang diartikan dalam bahasa Indonesia berjalan ibu bapak
Inuriyah. Makna dari kalimat pertama ini adalah bahwa kedua orang tua
Inuriyah masih berjalan mencari-cari anaknya. Selanjutnya, kalimat kedua
dalam paragraf ini ialah sampay nggah imam mesejit Mekkah, diartikan ke
bahasa Indonesia berarti sampai dengan imam masjid Mekah. Makna dari
kalimat kedua ini ialah kedua orang tua dari Inuriyah tersebut terus mencari
Inuriyah hingga sampai bertemu dengan seorang imam masjid Mekah. Kalimat
ketiga dalam paragraf ini yaitu ape ade Inuriyah di sini?, diartikan dalam
bahasa Indonesia yang artinya apakah ada inuriyah disini?. Maknanya yaitu
kedua orang tua Inuriyah menanyakan kepada imam masjid Mekah tersebut
tentang keberadaan Inuriyah anaknya.

33
c. Paragraf 3
Dijawap li Imam Mesejit Mekkah(Dijawab oleh imam masjid Mekah)
Amu ndak betemu(Kalau mau bertemu)
Ndak sembayang lime waktu(harus shalat lima waktu)
Dalam saghi semalam(dalam sehari semalam)
Syair dalam paragraf ketiga ini secara denotasi maknanya yaitu imam
masjid mekkah memberikan suatu petunjuk kepada kedua orang tua
Inuriyahjika ingin berjumpa dengan Inuriyah. Bahwasanya jika kedua orangtua
tersebut ingin bertemu dengan anaknya harus menjalankan kewajiban shalat
lima waktu dalam sehari semalam.
Secara Konotasi, kalimat pertama yang ada di dalam paragraph ketiga
yaitu Dijawap li Imam Mesejit Mekkah yang berarti dalam bahasa Indonesia
Dijawab oleh imam masjid Mekah yang maknanya adalah seorang Imam
masjid Mekkah yang yang memberikan jawaban dari pertanyaan kedua
orangtua Inuriyah. Kemudian pada syair kedua Amu ndak betemuyang
memiliki arti dalam bahasa Indonesia Kalau mau bertemu atau ingin berjumpa
yang memiliki makna syarat untuk bertemu dengan anaknya. Kemudian pada
syair ketiga Ndak sembayang lime waktuyang memiliki arti dalam bahasa
Indonesiaharus shalat lima waktu. Yang memiliki makna sebuah petunjuk dari
Imam masjid Mekkah kepada kedua orangtua Inuriyah yakni menjalankan
shalat lima waktu yang merupakan tiang agama dalam ajaran Islam. Kemudian
yang terdapat dalam Syair ke empat yaitu Dalam saghi semalamyang memiliki
arti dalam bahasa Indonesia yakni dalam sehari semalam. Yang memiki makna
sebuah waktu ibadah yang di haruskan dalam ajaran agama Islam.

d. Paragraf 4
Sembayang Menggerip Ibu Bape Inuriyah(shalat magrib ibu bapak
inuriyah)
Sembayang Menggerip lah udim memberi salam(shalat magrib telah
selesai memberi salam)
Inuriyah ade caye(inuriyah ada cahaya)

34
Makna denotasi dari paragraf ke-empat dalam Tadut ini yaitu bahwa
kedua orang tua Inuriyah melakukan ibadah sholat maghrib sesuai dengan
saran dari imam masjid Mekah. Setelah selesai melakukan ibadah sholat
magrib dan memberi salam yang merupakaan gerakan terakhir saat
melaksanakan sholat, inuriyah mulai terlihat cahayanya oleh kedua orang
tuanya.
Makna konotasi dari kalimat pertama dalam paragraf ke-empat ini yaitu
Sembayang menggerib ibu bape Inuriyah artinya dalam bahasa Indonesia ialah,
shalat maghrib ibu bapak Inuriyah. Makna dari kalimat pertama ini adalah ibu
bapak Inuriyah melakukan ibadah sholat maghrib yang merupakan kewajiban
umat Islam. Kalimat kedua dalam paragraf ini yaitu sembayang menggerib lah
udim memberi salam, artinya dalam bahasa Indonesia adalah shalat maghrib
telah selesai memberi salam. Makna dari kalimat tersebut adalah ibadah shalat
maghrib yang dilakukan oleh kedua orang tua Inuriyah telah selesai dan
mengucap salam tanda selesainya shalat tersebut. Kemudian kalimat ketiga
dalam paragraf ini yaitu Inuriyah ade caye, artinya dalam bahasa Indonesia
adalah Inuriyah ada cahaya. Makna dari kalimat tersebut adalah cahaya dari
Inuriyah mulai sedikit terlihat oleh kedua orang tuanya setelah mereka
melaksanakan ibadah shalat maghrib tersebut.

e. Paragraf 5
Sembayang Subuh Ibu Bape Inuriyah(shalat subuh ibu bapak Inuriyah)
Sembayang Subuh lah udim memberi salam(shalat subuh selesai
memberi salam)
Inuriyah ade di kiri(Inuriyah ada di kiri)
Makna denotasi dari paragraf ke-lima dalam Tadut ini yaitu bahwa
kedua orang tua Inuriyah melakukan ibadah sholat subuh sesuai dengan saran
dari imam masjid Mekah. Setelah selesai melakukan ibadah sholat subuh dan
memberi salam yang merupakaan gerakan terakhir saat melaksanakan sholat,
inuriyah mulai terlihat disebelah kiri.

35
Makna konotasi dari kalimat pertama dalam paragraf ke-lima ini yaitu
Sembayang subuh ibu bape Inuriyah artinya dalam bahasa Indonesia ialah,
shalat subuh ibu bapak Inuriyah. Makna dari kalimat pertama ini adalah ibu
bapak Inuriyah melakukan ibadah sholat subuh yang merupakan kewajiban
umat Islam. Kalimat kedua dalam paragraf ini yaitu sembayang subuh lah
udim memberi salam, artinya dalam bahasa Indonesia adalah shalat subuh telah
selesai memberi salam. Makna dari kalimat tersebut adalah ibadah shalat subuh
yang dilakukan oleh kedua orang tua Inuriyah telah selesai dan mengucap
salam tanda selesainya shalat tersebut. Kemudian kalimat ketiga dalam
paragraf ini yaitu Inuriyah ade di kiri, artinya dalam bahasa Indonesia adalah
Inuriyah ada di kiri. Makna dari kalimat tersebut adalah Inuriyah mulai terlihat
di sebelah kiri setelah melakukan salam.

f. Paragraf 6
Sembayang Asar Ibu Bape Inuriyah (shalat ashar ibu bapak Inuriyah)
Sebayang Asar lah udim memberi salam(shalat ashar selesai memberi
salam)
Inuriyah ade di kanan (inuriyah ada di kanan)
Makna denotasi dari paragraf ke-enam dalam Tadut ini yaitu bahwa
kedua orang tua Inuriyah melakukan ibadah sholat ashar sesuai dengan saran
dari imam masjid Mekah. Setelah selesai melakukan ibadah sholat ashar dan
memberi salam yang merupakaan gerakan terakhir saat melaksanakan sholat,
inuriyah mulai terlihat disebelah kanan.
Makna konotasi dari kalimat pertama dalam paragraf ke-enam ini yaitu
Sembayang ashar ibu bape Inuriyah artinya dalam bahasa Indonesia ialah,
shalat ashar ibu bapak Inuriyah. Makna dari kalimat pertama ini adalah ibu
bapak Inuriyah melakukan ibadah sholat ashar yang merupakan kewajiban
umat Islam. Kalimat kedua dalam paragraf ini yaitu sembayang ashar lah udim
memberi salam, artinya dalam bahasa Indonesia adalah shalat ashar telah
selesai memberi salam. Makna dari kalimat tersebut adalah ibadah shalat ashar
yang dilakukan oleh kedua orang tua Inuriyah telah selesai dan mengucap

36
salam tanda selesainya shalat tersebut. Kemudian kalimat ketiga dalam
paragraf ini yaitu Inuriyah ade di kanan, artinya dalam bahasa Indonesia
adalah Inuriyah ada di kanan. Makna dari kalimat tersebut adalah Inuriyah
mulai terlihat di sebelah kanan setelah melakukan salam.

g. Paragraf 7
Dicari Ibu Bape Inuriyah (di cari ibu bapak Inuriyah)
Cium kiri cium kanan (cium kiri cium kanan)
Anakku Inuriyah (anakku Inuriyah)
Dicari sukagh dapat(di cari susah dapat)
Makna denotasi dalam paragraf ini yaitu kedua orang tua Inuriyah yang
mencari-carinya, setelah melakukan ibadah sholat wajib sesuai dengan saran
dari imam masjid Mekah, bertemulah mereka dengan Inuriyah, lalu kedua
orangtuanya mencium pipi kiri dan kanan lalu berbicara kepada Inuriyah,
bahwa sangat susah sekali untuk berjumpa dengan Inuriyah.
Makna konotasi dari kalimat pertama dalam paragraf ini yaitu dicari
ibu bape Inuriyah¸ artinya dalam bahasa Indonesia .adalah dicari ibu bapak
Inuriyah. Makna dalam kalimat ini adalah bahwa Inuriyah sedang sangat
dicari-cari oleh kedua orangtuanya karena sangat ingin bertemu dengan
Inuriyah. Kalimat kedua dalam paragraf ini yaitu cium kiri cium kanan, artinya
tetap sama dalam bahasa Indonesia yang maknanya adalah bahwa Inuriyah
telah berjumpa dengan kedua orang tuanya dan mereka mencium-cium
Inuriyah di sebelah kiri dan kanan karena sangat merindukan Inuriyah.
Selanjutnya kalimat ketiga dalam paragraf ini yaitu “Anakku Inuriyah” yang
artinya juga tetap sama dalam bahasa Indonesia dan maknanya adalah mereka
merasakan emosi saat bertemu dengan Inuriyah hingga terucap kata-kata
Anakku Inuriyah. Kemudian kalimat terakhir dalam paragraf ini adalah dicari
sukagh dapat, artinya dalam bahasa Indonesia adalah dicari susah didapat.
Maknanya adalah kedua orang tua Inuriyah yang mengeluh karena sangat
susah untuk berjumpa dengan Inuriyah.

37
h. Paragraf 8
Dijawab li Inuriyah (di jawab oleh Inuriyah)
Mbakmane ndak betemu (bagaimana mau bertemu)
Jangankan sedekah, cucugh ayik di kuburan lagi dide (jangankan
sedekah, menyiram air di kuburan saja tidak)
Ya…ini, tamatkanlah (ya…ini, tamatkanlah)
Makna denotasi dalam paragraph ini adalah ketika pertemuan antara
anak dan kedua orangtua yang telah lama di carinya serta menjawab
pertanyaan dari orangtua Inuriyah bahwasanya dia menceritakan bagaimana
bisa bertemu jika kedua orangtua tersebut tidak pernah sedekah, dan berziarah
ke kuburan Inuriyah dan setalah itu tamatlah Tadut Inuriyah Dik Nginak-e
yang selanjutnmya akan di tutup dengan menggunakan Berimbay (puisi
Tradisional Besemah).
Makna Konotasi dalam syair pertama Paragraph ke 8 yaitu Dijawab li
Inuriyahyang memiliki arti dalam Bahasa Indonesia di jawab oleh Inuriyah.
Yang memiliki makna setelah pertemuaanya dengan orangtuanya dan Inuriyah
akan menjawab pertanyaan dari orangtuanya yang sudah lama menananyakan
mengapa mereka tidak bisa bertemu. Selanjutnya pada syair kedua Mbakmane
ndak betemu yang mempunyai arti dalam Bahasa Indonesiabagaimana mau
bertemu.Serta memiliki makna yaitu sebuah ungkapan yang sangat mendalam
dari seorang anak terhadap orangtuanya dengan menggungkapkan perasaan
bagaimana mungkin bisa bertemu sedangkan mereka saja tidak melaksanakan
ajaran Agama Islam. Selanjutnya pada syair ketiga yaitu Jangankan sedekah,
cucugh ayik di kuburan lagi dideyang mempunyai arti dalam Bahasa Indonesia
yakni jangankan sedekah, menyiram air di kuburan saja tidak atau berziarah
saja tidak pernah. Yang memiliki makna ungkapan perasaan Inuriyah kepada
orangtuanya yang mana mereka tidak pernah melakukan sebuah kebaikan
seperti bersedekah dan kedua orangtunya saja tidak pernah berziarah ke
Makam Inuriyah sendiri.Padahal yang mereka harapkan selama ini adalah ingin
bertemu dengan anaknya yaitu Inuriyah. Setelah itu tadutpun di selesaikan
dengan cara mengahiri kalimat dengan kalimat ya…Tamatkanlah.

38
Delapan paragraf diatas merupakan isi dari Tadut “Inuriyah Dik Nginak-
E”. Setelah Tadut tersebut selesai dituturkan, maka selanjutnya penutur
mengatakan Ya.. tamatkanlah lalu tadut ditutup dengan sebuah puisi khas
masyarakat Besemah seperti yang dituliskan pada kalimat selanjutnya yaitu
Berimbay kunday sebatang duwe yang meiliki arti dalam Bahasa Indonesia
berpuisi dulu satu atau dua puisi setelah penutupan dari syair tadut yang di
tembangkan selanjutnya mulailah berpuisi tradisional Besemah.

i. Paragraf 9
Anak ruse meruntak-runtak(anak rusa meronta-ronta)
Mati ditinggang li deghian(mati di timpa oleh durian)
Jangan ase badan gi budak(jangan rasa badan masih muda)
Janji nggah Tuhan lum keruwan(janji dengan tuhan belum tahu)

Syair dalam Puisi tradisional memiliki makna denotasi bahwasanya kita


hidup di dunia ini tidak akan selamanya, jangan merasa bahwa umur kita masih
muda dan masih kuat sehingga lupa bahwa Ajal tidak memandang umur untuk
meninggal, karena janji kita dengan tuhan tidak akan pernah tahu kapan kita
akan di panggil oleh Allah SWT.
Makna Konotasi dari syair Anak ruse meruntak-runtak yang memiliki
artri dalam Bahasa Indonesia anak rusa meronta-ronta. Yang memiliki makna
sebuah media untuk mengungkapkan sebuah perasaan yang di ibaratkan seperti
orang yang semena-mena saja. Kemudian pada syair Mati ditinggang li
deghian yang memilki arti dalam Bahasa Indonesia mati di timpah oleh durian,
yang memiliki makna perantara untuk meninggal atau menemui ajal tidak
mesti harus sakit akan tetapi bisa di ibaratkan seperti meninggal karena di
timpah pohon atau pun buah Durian. Syair selanjutnya adalah Jangan ase
badan gi budak yang berati dalam Bahasa Indonesia jangan rasa badan masih
muda. Makna dari syair tersebut adalah jangan pernah merasa bahwa kita yang
masih muda akan jauh dari Ajal yang sudah di tetapkan oleh Allah SWT
padahal bisa saja kita meninggal di umur yang masih muda ketika Allah sudah

39
berkehendak. Kemudian pada syair Janji nggah Tuhan lum keruwan yang
memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu janji dengan tuhan belum tahu.
Adapun maknanya yaitu kita hidup di dunia ini sudah memiliki takdir masing-
masing termasuk janji kapan kita akan meninggal dan di umur berapa kita tidak
pernah tahu. Akan tetapi kita sebagai manusia tidak pernah tahu kapan janji
Allah akan menjemput kita, maka lakukanlah semua kebaikan selama kita
masih hidup di dunia ini.

j. Paragraf 10
Pudding irang di giring tebing(puding hitam di tebing miring)
Dikandang tige serumpun(di kandang tiga serumpun)
Nyawe ilang jangan diseding(nyawa hilang jangan bersedih)
Seumpame ndi talang balik dusun(seperti dari berkebun pulang ke desa)
Makna Denotasi dari Paragraf terakhir ini adalah sebuah perumpamaan
kehidupan yang mana bahwa hidup ini sangat tipis dengan kematian, ketika
ajal kita sudah datang janganlah bersedih karena itu sudah janji tuhan sesuai
dengan takdir manusia masing-masing. Kemudian janganlah bersusah payah
meratapi nasib, maka dari itu selagi nyawa masih di kandung badan badan
laksanankan lah semua kewajiban dan jauhi semua laranganNya.
Makna Konotasi dari syair Pudding irang di giring tebing yang
mepunyao arti puding hitam di tebing miring. Yang memiliki makna yakni
sebuah tumbuhan yang berada di tebing miring seperti tanaman yang ada di
jurang, akan tetapi itu adalah sebuah perumpamaan kehidupan yang tidak akan
kekal sewaktu-waktu bisa saja jatuh ke abwah seperti kematian. Syair
selanjutnya yaitu Dikandang tige serumpun yang mempunyai arti dalam
Bahasa Indonesia di kandang tiga serumpun. Yang memiliki makna yaitu
meskipun manusia telah menjaga dan telah berusaha untuk mengalahkan
takdir, jika Allah sudah berkehendak maka akan tetap meninggal Jua. Syair
selanjutnya Nyawe ilang jangan diseding yang memilki arti dalam Bahasa
Indonesia nyawa hilang jangan bersedih. Yang mana syair ini memilki makna
janganlah bersedih hati jika ajal sudah datang karena itu sudah sesuai janji

40
Allah. Syair terakhir yaitu Seumpame ndi talang balik dusun yang mempunyai
arti dalam Bahasa Indonesia yaitu seperti dari berkebun pulang ke desa. Yang
memilki makna sebuah perasaan dan raut wajah yang kelelahan seharian dari
kebun lalu pulang ke desa sehingga tampak sekali seperti bersedih atau
kesusahan.

Setelah peneliti melakukan reduksi data, kemudian peneliti melakukan


penyajian data seperti yang telah dituliskan diatas dan melakukan analisis syair
Tadut “Inuriyah Dik Nginak-E” tersebut. Maka selanjutnya adalah melakukan
penarikan kesimpulan sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini. Kesimpulan akan dituliskan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.
Kesimpulan
No Paragraf Denotasi Konotasi
1 Menentang menibe- kedua orang tua kalimat pertama yaitu
nibe Inuriyah yang sangat menentang menibe-
Ibu bape Inuriyah merindukan nibe yang berarti
Inuriyah dik nginak-e anaknya.Sehingga maknaya adalah
kedua orang tua mencari-cari sesuatu
tersebut terlihat atau seseorang.
seperti kebingungan Kalimat kedua adalah
memandang dan Ibu Bape Inuriyah
mengawasi sekitar, yang berarti maknanya
namun tetap saja adalah kedua orang tua
Inuriyah tidak Inuriyah. Kemudian
terlihat. kalimat ketiga yaitu
Inuriyah dik nginak-e”
yang maknanya
Inuriyah tidak nampak
atau tidak ditemukan
2 Bejalan ibu bape kedua orang tua kalimat pertama dalam

41
Inuriyah Inuriyah terus paragraf ini yaitu
Sampay nggah imam berjalan mencari bejalan ibu bape
mesejit Mekkah. anaknya hingga Inuriyah, Makna dari
Ape ade Inuriyah di sampai bertemu kalimat pertama ini
sini..? dengan seorang imam adalah bahwa kedua
masjid mekah, orang tua Inuriyah
kemudian mereka masih berjalan
menanyakan mencari-cari anaknya.
keberadaan Inuriyah Selanjutnya kalimat
kepada imam masjid kedua dalam paragraf
tersebut. ini ialah sampay nggah
imam mesejit Mekkah,
Maknanya ialah kedua
orang tua dari Inuriyah
tersebut terus mencari
Inuriyah hingga sampai
bertemu dengan
seorang imam masjid
Mekah. Kemudian
Kalimat ketiga dalam
paragraf ini yaitu ape
ade Inuriyah di sini?,
Maknanya yaitu kedua
orang tua Inuriyah
menanyakan kepada
imam masjid Mekah
tersebut tentang
keberadaan Inuriyah
anaknya.
3 Dijawap li Imam imam masjid mekkah kalimat pertama yaitu
Mesejit Mekkah memberikan suatu Dijawap li Imam

42
Amu ndak betemu petunjuk kepada Mesejit Mekkah
Ndak sembayang lime kedua orang tua maknanya adalah
waktu Inuriyahjika ingin seorang Imam masjid
Dalam saghi semalam berjumpa dengan Mekkah yang yang
Inuriyah. memberi jawaban dari
Bahwasanya jika pertanyaan kedua
kedua orangtua orangtua Inuriyah.
tersebut ingin syair kedua Amu ndak
bertemu dengan betemu maknanya
anaknya harus syarat untuk bertemu
menjalankan dengan anaknya. syair
kewajiban shalat lima ketiga Ndak
waktu dalam sehari sembayang lime waktu
semalam. maknanya petunjuk
dari Imam masjid
Mekkah kepada kedua
orangtua Inuriyah
yakni menjalankan
shalat lima waktu yang
merupakan tiang
agama dalam ajaran
Islam. Syair ke empat
yaitu Dalam saghi
semalam maknanya
sebuah waktu ibadah
yang di haruskan
dalam ajaran agama
Islam.

4 Sembayang Menggerip kedua orang tua kalimat pertama yaitu


Ibu Bape Inuriyah Inuriyah melakukan Sembayang menggerib

43
Sembayang Menggerip ibadah sholat ibu bape Inuriyah
lah udim memberi maghrib sesuai Makna dari kalimat
salam dengan saran dari pertama ini adalah ibu
Inuriyah ade caye imam masjid Mekah. bapak Inuriyah
Setelah selesai melakukan ibadah
melakukan ibadah sholat maghrib.
sholat magrib dan Kalimat kedua yaitu
memberi salam yang sembayang menggerib
merupakaan gerakan lah udim memberi
terakhir saat salam, Makna dari
melaksanakan sholat, kalimat tersebut adalah
inuriyah mulai ibadah shalat maghrib
terlihat cahayanya yang dilakukan oleh
oleh kedua orang kedua orang tua
tuanya. Inuriyah telah selesai
dan mengucap salam
tanda selesainya shalat
tersebut. Kemudian
kalimat ketiga
Inuriyah ade caye.
Makna dari kalimat
tersebut adalah cahaya
dari Inuriyah mulai
sedikit terlihat oleh
kedua orang tuanya
setelah mereka
melaksanakan ibadah
shalat maghrib
tersebut.
5 Sembayang Subuh Ibu kedua orang tua kalimat pertama yaitu
Bape Inuriyah Inuriyah melakukan Sembayang subuh ibu

44
Sembayang Subuh lah ibadah sholat subuh bape Inuriyah Makna
udim memberi salam sesuai dengan saran dari kalimat pertama
Inuriyah ade di kiri dari imam masjid ini adalah ibu bapak
Mekah. Setelah Inuriyah melakukan
selesai melakukan ibadah sholat subuh.
ibadah sholat subuh Kalimat kedua yaitu
dan memberi salam sembayang subuh lah
yang merupakaan udim memberi salam,
gerakan terakhir saat Makna dari kalimat
melaksanakan sholat, tersebut adalah ibadah
inuriyah mulai shalat subuh yang
terlihat disebelah kiri. dilakukan oleh kedua
orang tua Inuriyah
telah selesai dan
mengucap salam tanda
selesainya shalat
tersebut. Kemudian
kalimat ketiga yaitu
Inuriyah ade di kiri,
artinya dalam bahasa
Indonesia adalah
Inuriyah ada di kiri.
Makna dari kalimat
tersebut adalah
Inuriyah mulai terlihat
di sebelah kiri setelah
melakukan salam yang
merupakan gerakan
terakhir dalam shalat.
6 Sembayang Asar Ibu kedua orang tua kalimat pertama dalam
Bape Inuriyah Inuriyah melakukan paragraf ini yaitu

45
Sebayang Asar lah ibadah sholat ashar Sembayang ashar ibu
udim memberi salam sesuai dengan saran bape Inuriyah Makna
Inuriyah ade di kanan dari imam masjid dari kalimat pertama
Mekah. Setelah ini adalah ibu bapak
selesai melakukan Inuriyah melakukan
ibadah sholat ashar ibadah sholat ashar
dan memberi salam yang merupakan
yang merupakaan kewajiban umat Islam.
gerakan terakhir saat Selanjutnya Kalimat
melaksanakan sholat, kedua dalam paragraf
inuriyah mulai yaitu sembayang ashar
terlihat disebelah lah udim memberi
kanan. salam, Makna dari
kalimat tersebut adalah
ibadah shalat ashar
yang dilakukan oleh
kedua orang tua
Inuriyah telah selesai
dan mengucap salam
tanda selesainya shalat
ashar tersebut.
Kemudian kalimat
ketiga yaitu Inuriyah
ade di kanan, Makna
dari kalimat tersebut
adalah Inuriyah mulai
terlihat di sebelah
kanan setelah
melakukan salam.
7 Dicari Ibu Bape kedua orang tua kalimat pertama yaitu
Inuriyah Inuriyah yang dicari ibu bape

46
Cium kiri cium kanan mencari-carinya, Inuriyah¸Makna dalam
Anakku Inuriyah setelah melakukan kalimat ini adalah
Dicari sukagh dapat ibadah sholat wajib bahwa Inuriyah sedang
sesuai dengan saran sangat dicari-cari oleh
dari imam masjid kedua orangtuanya.
Mekah, bertemulah Kalimat kedua yaitu
mereka dengan cium kiri cium kanan,
Inuriyah, lalu kedua maknanya adalah
orangtuanya bahwa Inuriyah telah
mencium pipi kiri berjumpa dengan
dan kanan lalu kedua orang tuanya.
berbicara kepada kalimat ketiga yaitu
Inuriyah, bahwa “Anakku Inuriyah”
sangat susah sekali maknanya adalah
untuk berjumpa mereka merasakan
dengan Inuriyah. emosi saat bertemu
dengan Inuriyah
hingga terucap kata-
kata Anakku Inuriyah.
Kemudian kalimat
terakhir adalah dicari
sukagh dapat,.
Maknanya adalah
kedua orang tua
Inuriyah yang
mengeluh karena
sangat susah untuk
berjumpa dengan
Inuriyah.
8 Dijawab li Inuriyah ketika pertemuan syair pertama yaitu
Mbakmane ndak antara anak dan Dijawab li Inuriyah

47
betemu kedua orangtua yang maknanya Inuriyah
Jangankan sedekah, telah lama di carinya menjawab pertanyaan
cucugh ayik di serta menjawab dari orangtuanya.
kuburan lagi dide pertanyaan dari Selanjutnya pada syair
Ya…ini, tamatkanlah orangtua Inuriyah kedua Mbakmane ndak
bahwasanya dia betemu maknanya
menceritakan menggungkapkan
bagaimana bisa perasaan bagaimana
bertemu jika kedua mungkin bisa bertemu
orangtua tersebut sedangkan mereka saja
tidak pernah sedekah, tidak melaksanakan
dan berziarah ke ajaran Agama Islam.
kuburan Inuriyah dan syair ketiga yaitu
setalah itu tamatlah Jangankan sedekah,
Tadut Inuriyah Dik cucugh ayik di
Nginak-e yang kuburan lagi dide
selanjutnmya akan di maknanya Inuriyah
tutup dengan mengetahui bahwa
menggunakan kedua orangtuanya
Berimbay (puisi tidak pernah
Tradisional bersedekah dan kedua
Besemah). orangtunya tidak
pernah berziarah ke
Makam Inuriyah, maka
inuriyah tidak mau
bertemu. Setelah itu
tadutpun di selesaikan
dengan cara mengahiri
kalimat dengan kalimat
ya…Tamatkanlah.
9 Anak ruse meruntak- hidup di dunia ini Syair pertama yaitu

48
runtak ditinggang li tidak akan Anak ruse meruntak-
deghian selamanya, jangan runtak maknanya
Jangan ase badan gi merasa bahwa umur mengungkapkan
budak kita masih muda dan perasaan yang di
Janji nggah Tuhan masih kuat sehingga ibaratkan seperti orang
lum keruwan lupa bahwa Ajal tidak yang semena-mena.
memandang umur syair kedua yaitu Mati
untuk meninggal, ditinggang li deghian
karena janji kita maknanya ajal bisa
dengan tuhan tidak datang kapanpun.
akan pernah tahu selanjutnya Syair
kapan kita akan di Jangan ase badan gi
panggil oleh Allah budak Maknanya
SWT. adalah jangan pernah
merasa bahwa kita
yang masih muda akan
jauh dari Ajal yang
sudah di tetapkan oleh
Allah karena ajal bisa
datang kapanpun
Kemudian syair Janji
nggah Tuhan lum
keruwan maknanya
yaitu kita hidup di
dunia ini sudah
memiliki takdir
masing-masing
termasuk janji kapan
kita akan meninggal
dunia.
10 Pudding irang di perumpamaan Syair pertama Pudding

49
giring tebing kehidupan yang mana irang di giring tebing
Dikandang tige bahwa hidup ini maknanya sebuah
serumpun sangat tipis dengan tumbuhan yang berada
Nyawe ilang jangan kematian, ketika ajal di jurang, sebuah
diseding kita sudah datang perumpamaan
Seumpame ndi talang janganlah bersedih kehidupan yang tidak
balik dusun karena itu sudah janji akan kekal. Syair
tuhan sesuai dengan selanjutnya yaitu
takdir manusia Dikandang tige
masing-masing. serumpun maknanya
Kemudian janganlah yaitu Allah telah
bersusah payah mengatur takdir
meratapi nasib, maka hambanya. Syair
dari itu selagi nyawa selanjutnya Nyawe
masih di kandung ilang jangan diseding
badan badan memilki makna
laksanankan lah janganlah bersedih hati
semua kewajiban dan jika ajal sudah datang
jauhi semua karena itu sudah sesuai
laranganNya. janji Allah. Syair
terakhir yaitu
Seumpame ndi talang
balik dusun maknanya
sebuah perasaan dan
raut wajah yang
kelelahan seharian dari
kebun lalu pulang ke
desa sehingga tampak
sekali seperti bersedih.

50
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tadut “Inuriyah Dik Nginak-E” merupakan salah satu budaya sastra tutur

yang berasal dari masyarakat Besemah yang bermukim di daerah Pagar Alam

Sumatera Selatan. Tadut dituturkan dalam sebuah kelompok pengajian yang

disebut dengan bepu’um. Dengan menggunakan pendekatan penelitian metode

analisis yang mengacu pada teori signifikasi dua tahap dari semiologi Roland

Barthes, peneliti telah memaknai seluruh isi dari tadut “Inuriyah Dik Nginak-E”

yang telah dituliskan pada BAB sebelumnya. Dari seluruh isi Tadut tersebut,

secara garis besar peneliti menyimpulkan sebagai berikut:

Berdasarkan isi Tadut tersebut, secara denotasi Tadut tersebut merupakan

sebuah cerita fiksi yang menceritakan tentang kedua orang tua yang mencari-cari

anaknya yang bernama Inuriyah, yang mana Inuriyah telah meninggal dunia.

Kedua orang tua tersebut percaya dengan mitos yang menyebutkan bahwa mereka

yang memilki anak gadis dibawah umur yang telah meninggal, maka akan

menjadi tabungan untuk masuk surga. Namun, dalam tadut ini dikisahkan kedua

orang tua tersebut tidak dapat melihat Inuriyah, hingga bertemu dengan seorang

imam masjid Mekah dan memberi petunjuk jika ingin bertemu dengan anaknya

maka harus menjalankan kewajiban agamanya yaitu sholat. Setelah kedua orang

tua tersebut menjalankan kewajibannya, maka bertemulah mereka dengan

Inuriyah, kemudian Inuriyah mengatakan jika ingin bertemu di Surga, maka

51
mereka harus menjalankan kewajiban agama seperti sholat, bersedekah, dan juga

berziarah ke makam anaknya tersebut. Kemudian ditutuplah Tadut tersebut

dengan puisi khas dari masyarakat Besemah yang berisi tentang nasihat.

Kemudian, secara konotasi, dari paragraf pertama dalam Tadut tersebut

berhubungan sampai dengan paragraf delapan yang merupakan inti dari isi Tadut

tersebut, berawal dari kedua orang tua Inuriyah yang mencarinya sampai bertemu

dengan imam masjid Mekkah dan mendapat petunjuk untuk menjalankan Sholat

hingga kedua orang tua tersebut bertemu dengan anaknya.

B. Saran

1. Disarankan untuk Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan agar dapat lebih

memperhatikan budaya-budaya yang terdapat di Sumatera Selatan agar

dapat dilestarikan dan tetap ada.

2. Untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang sastra tutur lainnya

yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

52
DAFTAR PUSTAKA

Bastari Suan, Ahmad. Budayawan Besemah, Wawancara tanggal 25 September


2019.

Bastari Suan, Ahmad. et al. Atung Bungsu, Pagar Alam. 2007

Bastari Suan, Ahmad. et al . Atung Bungsu : Sejarah Asal Usul Jagat Besemah,
Palembang: Pesake. 2007.

Bastari Suan, Ahmad. Seni Pertunjukan Tadut. Palembang: Pesake. 2007.

Sihabudin, Ahmad. Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2011.

S. Anshori, Dadang. Etnografi Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2017.

Dinas Pendidikan Pemprov Sumsel. Sastra Tutur Sumatera Selatan. Palembang.


2014.

Seti Wahjuwibowo, Indiwan. Semiotika Komunikasi. Jakarta: PT. Mitra Wacana


Media. 2018.

Leli Rohimah, Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Album “Jalan Kebenaran”
Group Band Gigi,
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19905/1/LELI
%20ROHIMAH-FDK.pdf. Tanggal 17 September 2019.

Nanang, Martono. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Persada. 2010.

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera


Selatan. Sastra Tutur Sumatera Selatan Sastra Tutur Basemah, Palembang. 2007.

Yahan, Rahman. Pantun Besemah Dalam Dakwah. Pagar Alam: Yayasan Peduli
Situs Sriwijaya. 2015.

Siti Muti’ah, Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Film Perempuan Berkalung
Sorban, http://repository.uinklt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/653/1/SITI
%20MUTI%27AH-FDK.pdf Tanggal 17 September 2019.

Rohim, Syaiful. Teori Komunikasi. Jakarta: Rineka Cipta. 2016.

Venny Yunita, Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Pada Buku Percepatan Rizki
Dalam 40 Hari Dengan Otak Kanan, http://repository.ar-
raniry.ac.id/2496/1/VENNY%20YUNITA.pdf tanggal 15 September 2019.

53
Zulkarnain Yani. (2017), “Jurnal Panamas” Volume 30, Nomor 1, h. 78.

54
Foto dokumentasi wawancara bersama budayawan Besemah,

Bapak Bastari Suan (Alm)

55

Anda mungkin juga menyukai