Oleh:
NI WAYAN JUNIASIH
219012744
b. Etiologi
Menurut Fitria (2014) faktor penyebab harga diri rendah yaitu:
1) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah yaitu hilangnya sebagian
anggota tubuh, perubahan penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri:
harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik:
a) Situasional: Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis yang
terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul
secara tiba tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan,
menjadi korban pemerkosaan, atau menjadi narapidana sehingga
haru masuk penjara. Selain itu, dirawat dirumah sakit juga bisa
menyebabkan rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit
fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman,
harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi
tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai
klien dan keluarga.
b) Kronik: Gangguan konsep diri: harga diri rendah biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat. Klien sudah memiliki pemikiran negatif sebelum
dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.
Adaptif Maladaptif
d. Klasifikasi Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara:
1) Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi, kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan
kerja. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena
prifasi yang kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
(Makhripah & Iskandar, 2012).
2) Kronik yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung
lama,yaitu sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir
yang negativ. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negativ terhadap dirinya (Makhripah & Iskandar, 2012).
f. Pohon masalah
Berikut ini pohon masalah pada pasien dengan harga diri rendah (Ruswadi,
2021)
Isolasi Sosial efek
b. Diagnosa keperawatan
Harga diri rendah
c. Intervensi Keperawatan
Dx. Perencanaan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Harga Diri TUM : 1. Setelah …x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
Rendah. Klien memiliki konsep diri yang menunjukkan ekspresi menggunakan prinsip komunikasi
positif. wajah bersahabat, terapeutik :
menunjukkan rasa senang, a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal
TUK 1 : ada kontak mata, mau maupun non verbal.
Klien dapat membina hubungan berjabat tangan, mau b. Perkenalkan diri dengan sopan.
saling percaya dengan perawat. menyebutkan nama, mau c. Tanyakan nama lengkap dan nama
menjawab salam, klien panggilan kesukaan klien.
mau duduk berdampingan d. Jelaskan tujuan pertemuan.
dengan perawat, mau e. Jujur dan menepati janji.
mengutarakan masalah f. Tunjukkan sikap empati dan menerima
yang dihadapi. klien apa adanya.
g. Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
TUK 2 : 2. Setelah …x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien tentang :
Klien dapat mengidentifikasi aspek menyebutkan : a. Aspek positif yang dimiliki klien,
positif dan kemampuan yang a. Aspek positif dan keluarga, lingkungan.
dimiliki. kemampuan yang b. Kemampuan yang dimiliki klien
dimiliki klien. 2. Bersama klien buat daftar tentang :
b. Aspek positif a. Aspek positif klien, keluarga dan
keluarga. lingkungan.
c. Aspek positif b. Kemampuan yang dimiliki klien.
lingkungan klien. 3. Beri pujian yang realistis, hindarkan
memberi penilaian negatif.
TUK 3 : 3. Setelah …x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang
Klien dapat menilai kemampuan menyebutkan kemampuan dapat dilaksanakan.
yang dimiliki untuk dilaksanakan. yang dapat dilaksanakan. 2. Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan pelaksanaannya.
PASIEN KELUARGA
SP I SP I
1. Mengidentifikasi tanda dan gejala 1. Mendiskusikan masalah yang
harga diri rendah. dirasakan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi penyebab harga merawat pasien
diri rendah 2. Menjelaskan pengertian, tanda
3. Mengidentifikasi akibat harga diri dan gejala harga diri rendah yang
rendah dialami pasien beserta proses
4. Mengidentifikasi kemampuan dan terjadinya
aspek positif yang masih dimiliki 3. Menjelaskan cara-cara merawat
klien pasien harga diri rendah
5. Melatih kemampuan pertama
yang dilatih
6. Menganjurkan klien memasukan
latihan kemampuan pertama
kedalam kegiatan sehari-hari
SP II SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktikkan
harian klien cara merawat pasien dengan
2. Membantu klien memilih dan harga diri rendah
melatih kemampuan kedua yang 2. Melatih keluarga mempraktikkan
dipilih cara merawat langsung kepada
3. Menganjurkan klien memasukan pasien dengan harga diri rendah
latihan kemampuan kedua ke
dalam jadwal harian
SP III
1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge
planning)
2. Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang
d. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien dengan HDR adalah: (Direja, 2012)
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
2) Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3) Klien dapat melatih kemampuan yang dimiliki
4) Klien mendapat dukungan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Direja & Ade, H., S. (2012). Buku Ajar Keperawtan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Hawari. (2011). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi Edisi II. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI
Kinasih, L. P. (2020). Literature Review: Efektivitas Terapi Okupasi Pada Pasien Harga
Diri Rendah. Caring: Jurnal Keperawatan, 9(2), 110-117.
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Rahayu, S., Mustikasari, M., & Daulima, N. H. (2019). Perubahan Tanda Gejala Dan
Kemampuan Pasien Harga Diri Rendah Kronis Setelah Latihan Terapi Kognitif
Dan Psikoedukasi Keluarga. Journal Educational Of Nursing (Jen), 2(1), 39-51.
Wuryaningsih, E.M., Windarwati, H.D,M Dewi, E., Hadi, E. (2020). Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Jember: Upt Percetakan & Penerbitan
Universitas Jember
Yosep, I. (2012). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Bandung: PT. Refika Aditama