Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

Oleh:
NI WAYAN JUNIASIH
219012744

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH (HDR)

1. Konsep Dasar Teori


a. Definisi
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, perasaan tidak
berarti dan perasaan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, hal ini sering juga disertai dengan
kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun,
tidak berani bertatap muka dengan lawan bicara, lebih banyak menundukkan
kepala, berbicara lambat dan nada suaranya lemah (Kinasih, 2020).
Harga diri rendah didefinisikan sebagai suatu evaluasi diri negatif yang
berhubungan dengan perasaan tidak berdaya, putus asa, rapuh dan tidak
berharga (Rahayu, S., Mustikasari, M., & Daulima, 2019). Harga diri rendah
adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2012). Berdasarkan
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah (HDR)
merupakan perasaan begatif berupa tidak berharga, tidak berarti pada diri
sendiri dan kemampuan diri.

b. Etiologi
Menurut Fitria (2014) faktor penyebab harga diri rendah yaitu:
1) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah yaitu hilangnya sebagian
anggota tubuh, perubahan penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri:
harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik:
a) Situasional: Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis yang
terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul
secara tiba tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan,
menjadi korban pemerkosaan, atau menjadi narapidana sehingga
haru masuk penjara. Selain itu, dirawat dirumah sakit juga bisa
menyebabkan rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit
fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman,
harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi
tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai
klien dan keluarga.
b) Kronik: Gangguan konsep diri: harga diri rendah biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat. Klien sudah memiliki pemikiran negatif sebelum
dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.

c. Proses terjadinya masalah (respon adaptif dan maladaptif)


1) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
a) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima
b) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya (Prabowo, 2014).
2) Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika
dia tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang
lain.(Prabowo, 2014)

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep Harga diri Keracunan Dipersonaliasi


diri rendah identitas

Skema Rentang respons neurobiologis harga diri rendah


(Sumber : Fajariyah, 2012)

d. Klasifikasi Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara:
1) Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi, kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan
kerja. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena
prifasi yang kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
(Makhripah & Iskandar, 2012).
2) Kronik yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung
lama,yaitu sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir
yang negativ. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negativ terhadap dirinya (Makhripah & Iskandar, 2012).

e. Manifestasi klinis/ tanda dan gejala


Menurut Carpenito dalam Keliat (2011) perilaku yang berhubungan
dengan harga diri rendah antara lain :
1) Mengkritik diri sendiri
2) Menarik diri dari hubungan sosial
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Perasaan lemah dan takut
5) Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
6) Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
7) Hidup yang berpolarisasi
8) Ketidakmampuan menentukan tujuan
9) Merasionalisasi penolakan
10) Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
11) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

f. Pohon masalah
Berikut ini pohon masalah pada pasien dengan harga diri rendah (Ruswadi,
2021)
Isolasi Sosial efek

Harga Diri Rendah masalah utama

Koping Individu Koping keluarga kausa


tidak efektif tidak tefektif

g. Penatalaksanaan (terapi psikofarmaka dan terapi keperawatan)


Menurut Hawari (2011), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2
golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya:
Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine
HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol
(Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,
Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan
Clozapine (Clozaril).
a) Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan
apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan
dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan
pemahaman diri sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan
gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok (TAK).
b) Therapy Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
c) Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan
masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
o Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy
aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok
stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi
o Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling
relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri
harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi
persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi
adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan
terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
d) Terapi somatic
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang
adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik.
Beberapa jenis terapi somatik, yaitu: restrain, seklusi, foto therapy
atau therapi cahaya, ECT (Electro Convulsif Therapie)
e) Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana
terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih
(sosialisasi).

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa


a. Pengkajian
1) Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin Pendidikan agama,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, nomer medik, ruang rawat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnose medis dan identitas
penanggung jawab.
2) Alasan Masuk
Tanyakan kepada pasien dan keluarga apa alasan pasien dibawa ke
rumah sakit, Keluhan utama pasien dengan harga diri rendah kronis
biasanya merenung atau menyendiri serta mengkritik atau menyalahkan
diri sendiri.
3) Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang harga diri rendah kronis disebabkan oleh setiap
situasi yang dihadapi individu dan ia tak mampu menyelesaikan masalah
yang di hadapi . Situasi atas stressor ini dapat mempengaruhi terjadinya
harga diri rendah kronis.
4) Faktor Predisposisi
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat gangguan pada pasien atau keluarg, adanya
gangguan fisik atau penyakit termasuk gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
b) Riwayat Psikososial
Pada pasien harga diri rendah riwayat psikososial yang perlu
diketahui adalah pernah atau tidak melakukan atau mengalami dan
atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam rumah tangga, aniaya, dan tindakan
criminal; merasakan pengalaman masa lalu lain yang tidak
menyenangkan baik bio, psiko, sosio, kultural, maupun spiritual.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Harga diri rendah kronis dapat disebabkan oleh keturunan, oleh karena
itu pada riwayat penyakit keluarga harus dikaji apakah ada keluarga yang
pernah mengalami gangguan jiwa.
6) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV),
meliputi tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan. Pemeriksaan keseluruhan
tubuh yaitu pemeriksaan head to toe yang biasanya penampilan pasien
yang kotor dan acak-acakan serta penampilannya tidak terawat.
7) Konsep diri
a) Gambaran diri Disukai ataupun tidak di sukai pasien mengatakan
tidak ada keluan apapun.
b) Identitas diri Kaji kepuasan pasien terhadap jenis kelaminya, status
sebelum dirawat di rumah sakit. Pasien merasa tidak berdaya dan
rendah diri sehingga tidak mempunyai status yang di banggakan atau
di harapkan di keluarga ataupun masyarakat.
c) Peran Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas dan
merasa tidak mampu dalam melaksanakan tugas.
d) Ideal diri Tanyakan harapan tubuh, posisi status, peran. Harapan
pasien terhadap lingkungan, dan harapan pasien terhadap
penyakitnya.
e) Harga diri Pasien mengejek dan mengkritik dirinya sendiri,
menurunkan martabat, menolak kemampuan yang dimiliki.
8) Genogram Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan pasien dan keluarga. Jelaskan pasien tinggal
dengan siapa dan apa hubunganya, jelaskan masalah yang terkait dengan
pola asuh keluarga terhadap pasien dan anggota keluarga lainya, pola
komunikasi, pola pengambilan keputusan (Nyumirah, 2013).

b. Diagnosa keperawatan
Harga diri rendah
c. Intervensi Keperawatan
Dx. Perencanaan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Harga Diri TUM : 1. Setelah …x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
Rendah. Klien memiliki konsep diri yang menunjukkan ekspresi menggunakan prinsip komunikasi
positif. wajah bersahabat, terapeutik :
menunjukkan rasa senang, a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal
TUK 1 : ada kontak mata, mau maupun non verbal.
Klien dapat membina hubungan berjabat tangan, mau b. Perkenalkan diri dengan sopan.
saling percaya dengan perawat. menyebutkan nama, mau c. Tanyakan nama lengkap dan nama
menjawab salam, klien panggilan kesukaan klien.
mau duduk berdampingan d. Jelaskan tujuan pertemuan.
dengan perawat, mau e. Jujur dan menepati janji.
mengutarakan masalah f. Tunjukkan sikap empati dan menerima
yang dihadapi. klien apa adanya.
g. Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
TUK 2 : 2. Setelah …x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien tentang :
Klien dapat mengidentifikasi aspek menyebutkan : a. Aspek positif yang dimiliki klien,
positif dan kemampuan yang a. Aspek positif dan keluarga, lingkungan.
dimiliki. kemampuan yang b. Kemampuan yang dimiliki klien
dimiliki klien. 2. Bersama klien buat daftar tentang :
b. Aspek positif a. Aspek positif klien, keluarga dan
keluarga. lingkungan.
c. Aspek positif b. Kemampuan yang dimiliki klien.
lingkungan klien. 3. Beri pujian yang realistis, hindarkan
memberi penilaian negatif.
TUK 3 : 3. Setelah …x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang
Klien dapat menilai kemampuan menyebutkan kemampuan dapat dilaksanakan.
yang dimiliki untuk dilaksanakan. yang dapat dilaksanakan. 2. Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan pelaksanaannya.

TUK 4 : 4. Setelah …x interaksi 1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang


Klien dapat merencanakan kegiatan klien, membuat rencana dapat dilakukan setiap hari sesuai
sesuai dengan kemampuan yang kegiatan harian. kemampuan klien :
dimiliki. a. Kegiatan mandiri.
b. Kegiatan dengan bantuan.
2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan
yang dapat klien lakukan.
TUK 5 : 5. Setelah …x interaksi klien 1. Anjurkan klien untuk melaksanakan
Klien dapat melakukan kegiatan melakukan kegiatan sesuai kegiatan yang telah direncanakan
sesuai rencana yang dibuat. jadwal yang dibuat. 2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan
klien.
4. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang.
TUK 6 : 6. Setelah …x interaksi klien 1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
Klien dapat memanfaatkan sistem memanfaatkan sistem tentang cara merawat klien dengan harga
pendukung yang ada. pendukung yang ada di diri rendah.
keluarga. 2. Bantu keluarga memberikan dukungan
selama klien dirawat.
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PASIEN KELUARGA
SP I SP I
1. Mengidentifikasi tanda dan gejala 1. Mendiskusikan masalah yang
harga diri rendah. dirasakan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi penyebab harga merawat pasien
diri rendah 2. Menjelaskan pengertian, tanda
3. Mengidentifikasi akibat harga diri dan gejala harga diri rendah yang
rendah dialami pasien beserta proses
4. Mengidentifikasi kemampuan dan terjadinya
aspek positif yang masih dimiliki 3. Menjelaskan cara-cara merawat
klien pasien harga diri rendah
5. Melatih kemampuan pertama
yang dilatih
6. Menganjurkan klien memasukan
latihan kemampuan pertama
kedalam kegiatan sehari-hari

SP II SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktikkan
harian klien cara merawat pasien dengan
2. Membantu klien memilih dan harga diri rendah
melatih kemampuan kedua yang 2. Melatih keluarga mempraktikkan
dipilih cara merawat langsung kepada
3. Menganjurkan klien memasukan pasien dengan harga diri rendah
latihan kemampuan kedua ke
dalam jadwal harian
SP III
1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge
planning)
2. Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang

d. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien dengan HDR adalah: (Direja, 2012)
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
2) Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3) Klien dapat melatih kemampuan yang dimiliki
4) Klien mendapat dukungan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Direja & Ade, H., S. (2012). Buku Ajar Keperawtan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Fajariyah N. (2012). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri Rendah.


Jakarta: Trans Info Media

Fitria, N. (2014). Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta:


Salemba Medika.

Hawari. (2011). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi Edisi II. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI

Kartika. (2015). Buku Ajar Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP. Press


Semarang

Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC.

Kinasih, L. P. (2020). Literature Review: Efektivitas Terapi Okupasi Pada Pasien Harga
Diri Rendah. Caring: Jurnal Keperawatan, 9(2), 110-117.

Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Pt Refika.


Aditama

Nyumirah, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial (Kognitif, Afektif Dan


Perilaku) Melalui Penerapan Terapi Perilaku Kognitif di RSJ Dr Amino
Gondohutomo Semarang. Keperawatan Jiwa, 2, 121–128.

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Rahayu, S., Mustikasari, M., & Daulima, N. H. (2019). Perubahan Tanda Gejala Dan
Kemampuan Pasien Harga Diri Rendah Kronis Setelah Latihan Terapi Kognitif
Dan Psikoedukasi Keluarga. Journal Educational Of Nursing (Jen), 2(1), 39-51.

Ruswadi, I. (2021). Keperawatan Jiwa Panduan Praktis Untuk Mahasiswa


Keperawatan. Indramayu: Penerbit Adab.

Wuryaningsih, E.M., Windarwati, H.D,M Dewi, E., Hadi, E. (2020). Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Jember: Upt Percetakan & Penerbitan
Universitas Jember

Yosep, I. (2012). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Bandung: PT. Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai