Kimia Polimer
Recent Developments and Practical Feasibility Of Polymer-
Based Antifouling Coatings
Perkembangan Terbaru dan Kelayakan Praktis Pelapis Antifouling Berbasis
Polimer
D
OLEH :
140210219010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan
karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Recent Developments
and Practical Feasibility Of Polymer-Based Antifouling Coatings (Perkembangan Terbaru
dan Kelayakan Praktis Pelapis Antifouling Berbasis Polimer)” tepat waktu.
Tugas ini merupakan pemenuhan tugas individu semester 5 prodi Kimia pada mata
kuliah kimia polimer. Selain itu tugas ini juga sebagai acuan saya kedepannya dalam latihan
menyusun tugas akhir.
Saya menyadari bahwa makalah ini banyak memiliki kekurangan. Oleh sebab itu,
segala kritik dan saran akan saya terima dengan lapang dada guna membuat tugas makalah
selanjutnya dengan baik.
Penulis
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Fouling
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Fouling adalah proses terjadinya adhesi yang tidak diinginkan pada permukaan
membran atau dalam dinding pori [Dipak, Takhesi, 2010]. Proses ini menjadi
kompleks dan akan menyebabkan kendala masalah yang meluas. Hal ini mendorong
dilakukannya penelitian untuk mengatasi masalah tersebut.
Namun, jutaan tahun telah dioptimalkan strategi untuk membasmi fouling tetapi
pelapisnya belum juga mencapai tingkat kematangan. Kendala ini dikarenakan banyak
persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai tingkat kelayakan teknis [Anna,
Anton, Wiebe, Marleen, 2020].
Pada tahun 1970-an, ditemukan cat pelapis antifouling hingga telah digunakan secara
luas pada kontruksi dan kapal laut. Hanya saja dalam penggunaannya ditemukan
membahayakan biota laut dan usutnya dikarenakan kandungan logam yang digunakan
didalam cat pelapis antifouling tersebut. Hal itu menyebabkan pelarangan penggunaan
secara lanjut [Stefan, Leif, MH. Laursan, Soren, Kim-Dam, 2007].
1.2.2. Penelitian apa saja yang telah digunakan dalam upaya memerangi Foulan?
I.3.2. Mengetahui penelitian yang telah dilakukan dalam upaya memerangi Foulan
1 3.3. Mengetahui upaya pengajuan sebagai dukungan antifouling
PEMBAHASAN
II.1. Fouling
Fouling adalah proses terjadinya adhesi yang tidak diinginkan para permukaan
membran atau dalam pada dinding pori atau lebih singkatnya yaitu suatu pengendapan
partikel yang tertahan pada permukaan [Dipak, Takhesi, 2010].
Fouling terjadi ketika membran dan manik-manik bermuatan atau Foulan berlawanan
yang mengakibatkan terjadi interaksi antara permukaan membran dengan Foulant.
Proses ini terjadi tdak hanya berinteraksi secara fisik dengan permukaan membran
tetapi secara kimiawi mendegradasi bahan membran. Misalnya partikel koloid,
diantaranya bahan organik alami dinyatakan penyebab utama pengotoran yang
dikendalikan hambatan permeasi dan tolakan lapisan ganda listrik. [D Breathe, M
want, A prayer, A Schulze, 2016].
Proses ini menjadi kendala dan menimbulkan dampak di beberapa bidang diantaranya
medis yang menimbulkan resiko kesehatan, termasuk penularan infeksi penyakit yang
berbahaya, penolakan implan dan kerusakan biosensor. Pada Industri yaitu
penyumbatan pipa, kurang efisiensi dan pencemaran air. Di kelautan yaitu biofouling
lambung kapal meningkatkan drag, korosi, konsumsi bahan bakar tion dan stress
mesin.
II.2. Penelitian Upaya Memerangi Fouling
1. Daun teratai
Cara pembersihan sendiri oleh daun teratai terjadi karena udara yang terperangkap
kedalam rongga sehingga mencegah penetrasi air dan meminimalkan pembasahan
akibatnya daun menjadi superhidrofobik dengan penyatuan bulu-bulu lilin.
Superhidrofobik ini membentuk air manik-manik ketika menyentuh permukaan
dan akibatnya daun akan tergulung. Saat bergulir, tetesan air berkumpul dan
menghilangkan kontaminan dengan permukaan.
Namun, kelemahan penelitian ini yaitu sifat hidrofobik akan hilang ketika bulu-
bulu lilin diluar hilang atau permukaan terendam dalam jangka panjang.
2. Kulit hiu
Kulit hiu berbeda dengan sisik ikan lainnya. Alih-alih datar, sisik seperti gigi
dilapisi dengan enamel yang di analogikan dengan gigi manusia. Struktur
hierarkis dan kekasaran fungsional melindungi mereka dari adhesi.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan kimia modifikasi
permukaan kulit hiu memerlukan vwaktu untuk mendapatkan vpelumas
antifouling vyabg efektif karena kinerja antifouling dari kulit hiu hanya di peroleh
dilingkungan yang dinamis.
3. Serangga
Diketahui bahwa serangga khususnya jangkrik dan capung memiliki struktur
sayap superhidrofobik, yang memerinmereka kemampuan untuk mencegah adhesi
mikrova yang tidak diinginkan.
Namun, kelemahan penelitian karena kemampuan hidrofobik tersebut akan hilang
ketika terendam air laut.
4. Kerang
Cangkang kerang juga pernah dijadikan penelitian untuk mengurangi foulant.
Namun pada penelitiannya diketahui bahwa permukaan cangkang kerang yang
anti pengotoran hanya bisa tahan 3-4 hari saja.
5. Pelapis tahan fouling
Pelapis tahan fouling telah diteliti bdan dimodifikasi secara berkala, adapun
penjelasannya sebagai berikut