Anda di halaman 1dari 19

Tatap Muka 6 (11 – 12)

MATEK (Non Logam atau Keramik)

Ftm.RJM.06012021

1
Gambar 1. Salah satu contoh bahan Keramik (Produk Pot)

2
FERROUS
(BAJA DAN BESI)

LOGAM

NON FERROUS
(1. AL DAN
PADUAN )
(2. CU DAN
PADUAN)

KERAMIK POLYMER (PLASTIK)

GAMBAR 2. BAHAN

3
I. Pengertian Keramik:
1. Senyawa bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat
(Yusuf, 1998:2).
2. Keramik adalah  material  anorganik  dan non-metal.  Umumnya  keramik 
adalah senyawa antara logam dan non logam
3. Keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang
dari tanah liat yang dibakar seperti gerabah, genteng, tembikar dan
sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat.
4. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball, clay,
kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal,
komposisi kimia dan mineral bawaannya.

II. Klasifikasi Keramik


Pada prinsipnya keramik terbagi atas:

1.  Keramik Tradisional


Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan
alam, seperti kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya. Yang termasuk
keramik adalah barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga
(tile, bricks), dan untuk industri (refractory).

2.  Keramik halus (modern)


Keramik halus adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida atau
logam seperti oksida logam Al2O3, ZrO2, MgO, dan lain-lain.
Keramik halus disebut juga dengan Fine Ceramics yakni keramik modern atau
biasa disebut dengan keramik teknik, keramik ini juga sering dibuat dengan
menggunakan teknologi mesin (Joelianingsih, 2004).

3. Keramik Konstruksi

Klasifikasi produk keramik konstruksi merupakan keramik tradisional yang digunakan


dalam konstruksi yang didasarkan pada lingkup:
4
•  Elemen untuk lantai, dinding, atap (bata);

• Alat angkut cairan dan pembuangan (pipa periuk);

•  Peralatan sanitasi (kesehatan);

•  Lantai dan dinding (ubin).

SEHINGGA BAHAN KERAMIK SEBAGAI BERIKUT:


1. Keramik Putih
a. Keramik Tanah (K.Mojolika)
b. Keramik Batu
c. Keramik Porselin
2. Semen
a. Portland (Semen Umum)
b. Campuran (Semen Abu Terbang)
c. Khusus (Semen Alumina)
3. Mortar dan Beton
4. Gelas
5. Email
6. Refraktori (Batu tahan Api)
7. Isolator Termal
8. Bahan Abrasif
(Tata Surdia, Pengetahuan Bahan )

5
III. Karakteristik Struktur Keramik

Gambar 2. Klasifikasi Bahan Keramik

Struktur kristal keramik (terdiri dari berbagai ukuran atom yang berbeda atau minimal
terdiri dari 2 jenis unsur) merupakan salah satu yang paling kompleks dari semua
struktur bahan. Ikatan antara atom-atom ini umumnya ikatan kovalen (berbagi elektron,
sehingga ikatan ini kuat) atau ion (terutama ikatanantara ion bermuatan, sehingga
ikatan ini kuat). Ikatan ini jauh lebih kuat daripada ikatan logam. Akibatnya, sifat-sifat
seperti kekerasan dan ketahanan panas dan listrik secara signifikan lebih tinggi keramik
dari pada logam. Keramik dapat berikatan kristal tunggal ataudalam bentuk polikristalin.
Ukuran butir mempunyai pengaruh besar terhadap kekuatan dan sifat-sifat keramik;
ukuran butir yang halus (sehingga dikatakan keramik halus), semakin tinggi kekuatan
dan ketangguhannya.
Kebanyakan bahan pembentuk keramik memiliki ikatan ion, ikatan kovalen dan
ikatanantara. Sebagai missal, bagian ikatan ion dalam sistem Mg-O, Al-O, Zn-O dan Si-
O dapat dikatakan masing-masing 70%, 60%, 60% dan 50%. Yang sangat menarik
adalah bahwa pada
ReO3,V2O3 dan TiO, yang merupakan oksida dan tidak pernah menunjukkan sifat liat
ataudapat di deformasikan, tetapi memiliki hantaran listrik yang relatif dapat disamakan
dengan logam biasa.

6
Dalam Kristal yang rumit, berbagai macam atom berperan dan ikatannya merupakan
ikatan campuran dalam banyak hal. Struktur Kristal demikian dapat dimengerti apabila
mengingat bahwa Kristal tersusun oleh kombinasi dari polyhedron koordinasi, dimana
satuan kecil dari kation dikelilingi oleh beberapa anion. Salah satu contoh adalah silikat
yang merupakan bahan baku penting bagi keramik.

Tabel 1. Struktur Kristal Keramik

Bangun Kristal Keramik yang terjadi dari Senyawa logam dan Non
Logam terdiri dari 6 Jenis sebagai berikut:
1. Kristal Keramik Jenis (AX)
2. Kristal Keramik Jenis AmXp
ContoH: Ca F2 (Flourit), Al2O3 (Busi, Bata Gramida)
3. Kristal Keramik Jenis Ganda (Contoh: BaTi O3)
4. Kristal Keramik Silika (SiO)
5. Kristal Keramik Jenis Dielektrik
6. Kristal Keramik Jenis Piezo –Elektrik
Contoh: Magnetik Lunak (Fe3O4)
(Tata Surdia, Pengetahuan Bahan )

7
V.  Sifat-sifat keramik
Secara umum kramik merupakan paduan antara logam dan non logam , senyawa
paduan tersebut memiliki ikatan ionik dan ikatan kovalen . untuk lebih jelasnya
mengenai sifat-sifat kramik berikut ini akan dijelaskan lebih detail.
a. Sifat Mekanik
Keramik merupakan material yang kuat, keras dan juga tahan korosi. Selain itu
keramik memiliki kerapatan yang rendah dan juga titik lelehnya yang tinggi.
Keterbatasan utama keramik adalah kerapuhannya, yakni kecenderungan untuk
patah tiba-tiba dengan deformasi plastik yang sedikit. Di dalam keramik, karena
kombinasi dari ikatan ion dan kovalen, partikel-partikelnya tidak mudah bergeser.
Faktor  rapuh terjadi bila pembentukan dan propagasi keretakan yang
cepat.Dalam padatan kristalin, retakan tumbuh melalui butiran (trans granular)
dan sepanjang bidang cleavage (keretakan) dalam kristalnya. Permukaan tempat
putusyang dihasilkan mungkin memiliki tekstur yang penuh butiran atau kasar.
Material yang amorf tidak memiliki butiran dan bidang kristal yang teratur,
sehingga permukaan putus kemungkinan besar terjadi. Kekuatan tekan penting
untuk keramik yang digunakan untuk struktur seperti bangunan. Kekuatan tekan
keramik biasanya lebih besar dari kekuatan tariknya. Untuk memperbaiki sifat ini
biasanya keramik di-pretekan dalam keadaan tertekan
b. Sifat Termal
Sifat termal bahan keramik adalah kapasitas panas, koefisien ekspansitermal,
dan konduktivitas termal. Kapasitas panas bahan adalah kemampuan bahan
untuk mengabsorbsi panas dari lingkungan. Panas yang diserap disimpan
olehpadatan antara lain dalam bentuk vibrasi (getaran) atom/ion penyusun
padatantersebut.
Keramik biasanya memiliki ikatan yang kuat dan atom-atom yang ringan.
Jadigetaran-getaran atom-atomnya akan berfrekuensi tinggi dan karena
ikatannya kuat maka getaran yang besar tidak akan menimbulkan gangguan
yang terlalu banyak padakisi kristalnya.
Sebagian besar keramik memiliki titik leleh yang tinggi, artinya walaupun pada
temperatur yang tinggi material ini dapat bertahan dari deformasi dan dapat

8
bertahan dibawah tekanan tinggi. Akan tetapi perubahan temperatur yang besar
dan tiba-tiba dapat melemahkan keramik. Kontraksi dan ekspansi pada
perubahan temperatur tersebutlah yang dapat membuat keramik pecah.
c.  Sifat elektrik
Sifat listrik bahan keramik sangat bervariasi. Keramik dikenal sangat baik
sebagai solator. Beberapa isolator keramik (seperti BaTiO 3) dapat dipolarisasi
dan digunakan
sebagai  kapasitor.  Keramik  lain  menghantarkan  elektron  bila  energi 
ambangnya dicapai, dan oleh karena itu disebut semikonduktor. Tahun 1986,
keramik jenis baru, yakni superkonduktor temperatur kritis tinggi ditemukan.
Bahan jenis ini di bawah suhu  kritisnya  memiliki  hambatan  = 0.  Akhirnya, 
keramik  yang  disebut  sebagai piezoelektrik  dapat  menghasilkan  respons 
listrik  akibat  tekanan  mekanik  atau sebaliknya. Elektron valensi dalam keramik
tidak berada di pita konduksi,sehingga sebagian besar keramik adalah isolator.
Namun, konduktivitas keramik dapat ditingkatkan dengan memberikan
ketakmurnian. Energi termal juga akanmempromosikan elektron ke pita
konduksi, sehingga dalam keramik, konduktivitasmeningkat (hambatan menurun)
dengan kenaikan suhu.
Beberapa keramik memiliki sifat piezoelektrik, atau kelistrikan tekan. Sifat
ini merupakan bagian bahan “canggih” yang sering digunakan sebagai sensor.
Dalambahan piezoelektrik, penerapan gaya atau tekanan dipermukaannya akan
menginduksipolarisasi dan akan terjadi medan listrik, jadi bahan tersebut
mengubah tekananmekanis menjadi tegangan listrik. Bahan piezoelektrik
digunakan untuk tranduser,yang ditemui pada mikrofon, dan sebagainya.
Dalam bahan keramik, muatan listrik dapat juga dihantarkan oleh ion-ion.
Sifat ini dapat diubah-ubah dengan merubah komposisi, dan merupakan dasar
banyakaplikasi komersial, dari sensor zat kimia sampai generator daya listrik
skala besar.Salah satu teknologi yang paling prominen adalah sel bahan bakar.
d.  Sifat Optik
Bila cahaya mengenai suatu obyek cahaya dapat ditransmisikan, diabsorbsi,
ataudipantulkan. Bahan bervariasi dalam kemampuan untuk mentransmisikan

9
cahaya, danbiasanya dideskripsikan sebagai transparan, translusen, atau
opaque. Material yang transparan, seperti gelas,mentransmisikan cahaya
dengan difus, seperti gelasterfrosted, disebut bahan translusen. Batuan yang
opaque tidak mentransmisikan cahaya.Dua mekanisme penting interaksi cahaya
dengan partikel dalam padatan adalahpolarisasi elektronik dan transisi elektron
antar tingkat energi. Polarisasi adalahdistorsi awan elektron atom oleh medan
listrik dari cahaya. Sebagai akibat polarisasi,sebagian energi dikonversikan
menjadi deformasi elastik (fonon), dan selanjutnya panas.
e. Sifat kimia
Salah  satu  sifat  khas  dari  keramik  adalah  kestabilan  kimia.  Sifat  kimia  dari
permukaan keramik dapat dimanfaatkan secara positif. Karbon aktif, silika gel,
zeolit, dsb, mempunyai luas permukaan besar dan dipakai sebagai bahan
pengabsorb. Kalau oksida logam dipanaskan pada kira-kira 500 C,
permukaannya menjadi bersifat asam atau bersifat basa. Alumina g , zeolit,
lempung asam atau S 2O 2 – TiO 2 demikian juga berbagai oksida biner dipakai
sebagai katalis, yang memanfaatkan aksi katalitik dari titik bersifat asam dan
basa pada permukaan.
f. Sifat fisik
Sebagian besar keramik adalah ikatan dari karbon, oksigen atau nitrogen
dengan material lain seperti logam ringan dan semilogam. Hal ini menyebabkan
keramik biasanya memiliki densitas yang kecil. Sebagian keramik yang ringan
mungkin dapat sekeras logam yang berat. Keramik yang keras juga tahan
terhadap gesekan. Senyawa keramik yang paling keras adalah berlian, diikuti
boron nitrida pada urutan kedua dalam bentuk kristal kubusnya. Aluminum
oksida dan silikon karbida biasa digunakan untuk memotong, menggiling,
menghaluskan dan menghaluskan material-material keras lain.
Untuk mendapatkan sifat-sifat  keramik biasanya diperoleh dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Keramik:tradisional, modern .Keramik tradisional :biasanya
dibuat dari tanah liat . Contoh: porselen, bata ubin, gelas dll.

10
Keramik modern : mempunyai ruang lingkup lebih luas dari keramik tradisional
dan mempunyai  efek  dramatis  pada  kehidupan   manusia  seperti pemakaian 
pada  bidang  elektronik,  komputer,  komunikasi, aerospace dll.

VI. Teknik pemerosesan keramik ada 2 cara


4.1.Tahap Pemrosesan.
(Pembubukan, Pembentukkan, Penekanan, Sintering Anneling dan Aging serta
Tahap Akhir)

a  Pembubukan
Bahan-bahan dasar keramik umumnya berbentuk bubukan. Bahan dasar tersebut dapat
diperoleh dengan metode konvensional atau non konvensional. Metode konvensional
misalnya kalsinasi; yaitu menguraikan suatu bahan  padatan menjadi beberapa bagian
yang lebih sederhana; Milling yaitu menggiling atau menghaluskan bahan; mixing yaitu
mencampurkan beberapa bahan menjadi satu bahan. Sedangkan metode
nonkonvensional misalnya teknik larutan sepaerti metode sol-gel, metode fase uap,
atau dekomposisi garam. Dalam proses pembubukan tersebut, seringkali harus
ditambahkan bahan penstabil agar suhu dapat diturunkan atatu bahan organik yang
berfungsi sebagai pengikat atau pelunak bubukan sehingga mudah dibentuk.

b.Pembentukan
Metode pembentukan ini bermacam-macam, misalnya metode pres isostatik dan aksial;
metode cetak lepas, yaitu dicetak hingga kering lalu dilepas; metode cetak balut yaitu
bahn dibiarkan tetap berada daalm cetakn atau cetak injeksi yaitu bahan dimasukan ke
dalam cetakan dengan cara diinjeksikan ke dalamnya.

c.  Penekanan
Penekanan atau disebut juga kompaksi dilaukan untuk membentuk serbuk keramik
menjadi suatu bentuk padatan berupa pelet mentah. Pelet mentah adalah serbuk yang
telah menjadi bentuk padat tetapi belum disinter. Prosedur dasar penekanan dibagi
menjadi 3 yaitu:

11
Serbuk dibentuk dalam cetakan logam dengan penekanan satu arah. Penenkanan ini
dapat memproduksi banyak pelet dan tidak mahal dibanding metode lain. Berdasarka
cara kerjanya, penekanan ini dibagi menjadi 3 yaitu : single action uniaxial pressing,
double action uniaxial pressing, dan uniaxial pressing with a floating mould or die.
 Isostatik: Penekanan serbuk dilakukan dengan menggunakan cairan.
 Hot pressing:Penekanan dilakukan secar simultan denga perlakuan panas pada
serbuk.

d.      Sintering
Sintering adalah metode pemanasan yang dilakukan terhadap suatu material ( biaasnya
dalam bentuk serbuk) pada suhu dibawah titik lelehnya sehingga menjadi bentuk
padatan . Serbuk berubah menjadi padatan karena pada suhu tersebut partikel-partikel
akan saling melekat. Setelah disintering bentuk porositas berubah cenderung berbrntuk
bola. Selain itu semakin lama dipanaskan bentuk pori akan semakin kecil. Karena itu
ukuran sampel yang telah disinter akan semakin kecil juga.
Sintering terbagi menjadi 2 jenis, yaitu berdassarkan ada tidaknya fase cair selama
proses sintering. Sintering yang terjadi disertai adanya fase cair disebut sintering fase
cair, dan sintering yang terjadi tanpa fase cair disebut sintering padat.
Tahap sintering dilakukan untuk memadat kompakan bahan, yang sudah dicetak dan
dikeringkan dengan suhu tinggi.
e.       Anneling dan Aging
Anealing adalah proses pemanasan yang lebih rendah dari sebelumnya. Dengan
maksud agar parameter dan sifat yang diinginkan mencapai optimum. Sedangkan aging
adalah proses pendinginan selama beberapa waktu tertentu.
f.        Tahap akhir
Pada tahap ini, bahan keramik dikenakan berbagai perlakuan akhir sehingga sipa
dipalikasika sesuai dengan sifat bahan yang diinginkan. Perlakuan tersebut misalnya
mengasah, memoles, memberi lapisan logam, memberi mantel untuk perlindungan dan
lain-lain.
Secara bagan proses pembuatan bahan keramik adalah :

12
4.2. Proses Pembuatan Keramik
(Pengolahan Bahan, Pembentukan dengan teknik putar dan Teknik Cetak,
Pengerikan, Pembakaran dan Pengglasiran)

Membuat keramik memerlukan teknik-teknik yang khusus dan unik. Hal ini
berkaitan dengan sifat tanah liat yang plastis dimana diperlukan ketrampilan tertentu
dalam pengolahan maupun penanganannya. Membuat keramik berbeda dengan
membuat kerajinan kayu, logam, maupun yang lainnya. Proses membuat keramik
adalah rangkaian proses yang panjang yang didalamnya terdapat tahapan-tahapan
kritis. Kritis, karena tahapan ini paling beresiko terhadap kegagalan. Tahapan proses
dalam membuat keramik saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Proses awal
yang dikerjakan dengan baik, akan menghasilkan produk yang baik juga. Demikian
sebaliknya, kesalahan di tahapan awal proses akan mengasilkan produk yang kurang
baik juga.

Tahap-tahap membuat keramik


Ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan untuk membuat suatu produk
keramik, yaitu:

1. Pengolahan bahan
Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai
material yang belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai.
Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara
manual ataupun masinal. Didalam pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu
yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir, penyaringan,
pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air. Pengurangan ukuran
butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan ballmill.
Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak
seragam. Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim
digunakan adalah 60 – 100 mesh.

13
Gambar 3. Pencampuran

Pencampuran dan pengadukan bertujuan untuk mendapatkan campuran bahan yang


homogen/seragam. Pengadukan dapat dilakukan dengan cara manual maupun masinal
dengan blunger maupun mixer.

Pengurangan kadar air dilakukan pada proses basah, dimana hasil campuran bahan
yang berwujud lumpur dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi
jumlah air yang terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini dapat
dilakukan dengan diangin-anginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan alat
filterpress.

Tahap terakhir adalah pengulian. Pengulian dimaksudkan untuk menghomogenkan


massa badan tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara yang mungkin
terjebak. Massa badan keramik yang telah diuli, disimpan dalam wadah tertutup,
kemudian diperam agar didapatkan keplastisan yang maksimal.

2. Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis
menjadi benda-benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk
benda keramik: pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing),
dan teknik cetak (casting).
Pembetukan tangan langsung

Dalam membuat keramik dengan teknik pembentukan tangan langsung, ada beberapa
metode yang dikenal selama ini: teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), dan teknik
lempeng (slabbing).

Pembentukan dengan teknik putar

14
Pembentukan dengan teknik putar adalah keteknikan yang paling mendasar dan
merupakan kekhasan dalam kerajinan keramik. Karena kekhasannya tersebut,
sehingga keteknikan ini menjadi semacam icon dalam bidang keramik. Dibandingkan
dengan keteknikan yang lain, teknik ini mempunyai tingkat kesulitan yang paling tinggi.
Seseorang tidak begitu saja langsung bisa membuat benda keramik begitu
mencobanya. Diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk melatih jari-jari agar
terbentuk ’feeling’ dalam membentuk sebuah benda keramik. Keramik dibentuk diatas
sebuah meja dengan kepala putaran yang berputar. Benda yang dapat dibuat dengan
keteknikan ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar silinder: misalnya piring,
mangkok, vas, guci dan lain-lain. Alat utama yang digunakan adalah alat putar (meja
putar). Meja putar dapat berupa alat putar manual mapupun alat putar masinal yang
digerakkan dengan listrik.
Secara singkat tahap-tahap pembentukan dalam teknik putar adalah: centering
(pemusatan), coning (pengerucutan), forming (pembentukan), rising (membuat
ketinggian benda), refining the contour (merapikan).

Pembentukan dengan teknik cetak


Dalam keteknikan ini, produk keramik tidak dibentuk secara langsung dengan tangan;
tetapi menggunakan bantuan cetakan/mold yang dibuat dari gipsum. Teknik cetak
dapat dilakukan dengan 2 cara: cetak padat dan cetak tuang (slip). Pada teknik cetak
padat bahan baku yang digunakan adalah badan tanah liat plastis sedangkan pada
teknik cetak tuang bahan yang digunakan berupa badan tanah liat slip/lumpur.
Keunggulan dari teknik cetak ini adalah benda yang diproduksi mempunyai bentuk dan
ukuran yang sama persis. Berbeda dengan teknik putar atau pembentukan langsung,

3. Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan.
Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada
badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting:
(1) Air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai
akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan penyusutan berhenti; (2) Air dalam
pori hilang tanpa terjadi susut; dan (3) air yang terserap pada permukaan partikel

15
hilang. Tahap-tahap ini menerangkan mengapa harus dilakukan proses pengeringan
secara lambat untuk menghindari retak/cracking terlebih pada tahap 1 (Norton,
1975/1976). Proses yang terlalu cepat akan mengakibatkan keretakkan dikarenakan
hilangnya air secara tiba-tiba tanpa diimbangi penataan partikel tanah liat secara
sempurna, yang mengakibatkan penyusutan mendadak.
Untuk menghindari pengeringan yang terlalu cepat, pada tahap awal benda keramik
diangin-anginkan pada suhu kamar. Setelah tidak terjadi penyusutan, pengeringan
dengan sinar matahari langsung atau mesin pengering dapat dilakukan.

4. Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah
massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan
dalam sebuah tungku/furnace suhu tinggi. Ada beberapa parameter yang
mempengaruhi hasil pembakaran: suhu sintering/matang, atmosfer tungku dan tentu
saja mineral yang terlibat (Magetti, 1982). Selama pembakaran, badan keramik
mengalami beberapa reaksi-reaksi penting, hilang/muncul fase-fase mineral, dan hilang
berat (weight loss). Secara umum tahap-tahap pembakaran maupun kondisi api furnace
dapat dirinci dalam tabel.
Pembakaran biscuit
Pembakaran biskuit merupakan tahap yang sangat penting karena melalui pembakaran
ini suatu benda dapat disebut sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan suatu istilah
untuk menyebut benda keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 – 1000oC.
Pembakaran biskuit sudah cukup membuat suatu benda menjadi kuat, keras, kedap air.
Untuk benda-benda keramik berglasir, pembakaran biskuit merupakan tahap awal agar
benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu menyerap glasir secara optimal.

5. Pengglasiran
Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir.
Benda keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau
dikuas. Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara
dicelup dan dituang; untuk benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan

16
penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk menambah keindahan,
supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan.
Kesemua proses dalam pembuatan keramik akan menentukan produk yang dihasilkan.
Oleh karena itu kecermatan dalam melakukan tahapan demi tahapan sangat diperlukan
untuk menghasilkan produk yang memuaskan.

4.3. Teknologi KERAMIK ada 2 adalah:

1. Proses Sintering

Sintering merupakan pemanasan material / bahan dengan cara memanaskannya


tidak  sampai melampaui titik lelehnya.

Solid State Sintering merupakan sintering yang dilakukan pada material padat yang
bertujuan untuk memperbaiki struktur / kualitas material tersebut.

Selama proses sintering, gaya penggerak makroskopik menurunkan kelebihan energi di


permukaan. Ini dapat terjadi dengan :
1. Penyusutan luas permukaan total karena peningkatan ukuran rata-rata
partikel, yang memicu pada pengasaran “coarsening”.
2. Penghapusan antarmuka padatan / gas dan pembentukan batas area butir,
diikuti dengan pertumbuhan butir, yang memicu pada pemadatan
“densification”.

Selama proses sintering, kedua mekanisme ini saling berkompetisi.


- Jika dalam proses atomik lebih cenderung pada pemadatan (densification) maka
rongga menjadi lebih kecil dan menghilang seiring dengan lama waktu sintering.
- Jika dalam proses atomik pengasaran cenderung lebih cepat, maka rongga dan
butir, keduanya menjadi lebih besar seiring dengan lama waktu sintering.
 

17
Mekanisme atomic Selama Sintering
Terdapat 5 tahap :
 Evaporasi–kondensasi : butiran akan mengalami pelekatan dan pengkasaran
 Surface diffusion :penyebaran atom pada permukaan
  Volume diffusion :
Massa bergerak dari permukaan ke leher area
Massa bergerak dari batas butir ke leher
 Penyebaran atom dari daerah leher ke permukaan butir
 Viscous or Ceep flow ( Laju pergerakan dan pengentalan atom)

Coarsening (Pengasaran)
 Kenapa Terjadi pada seluruh area butiran kecuali bagian batas
-  Karena mekanismenya tidak mengijinkan atom yang berada pada batas area
berpindah secara keseluruhan.
-  Akibatnya :Terjadi pertumbuhan ukuran pada daerah leher, yang menyebabkan
butir semakin kasar.
18
- Tekanan parsial berpengaruh pada coarsening terutama bagi kelengkungan
butiran. Tekanan parsial berupa tekanan uap yang tinggi
Misalnya : tekanan parsial yang ada pada bagian s lebih besar daripada bagian
n.

Densifikasi (Pemadatan)
 Densifikasi dapat ditunjukkan pada gambar b sebelumnya, dimana 2 butir
mendekat secara bersama-sama dan menyebabkan bagian pinggir melekat /
gabung.
 Terjadi difusi volume dari batas butir ke leher
 Hal ini pula menyebabkan terjadi penyusutan dan menghilangnya pori-pori

Kinetika Sintering
 Tahap sintering -> di gagas oleh peneliti bernama Coble yang menggambarkan
tahap sintering sebagai interval geometric
 Tahap awal
Bidang kontak interparticle meningkat karena pertumbuhan daerah leher dan
kepadatan relatif meningkat 60-65%
 Tahap pertengahan
Ditandai dengan menyempitnya saluran pori. Kepadatan meningkat antara 60-
90%
 Tahap akhir
Ditandai dengan berakhirnya fase pori (Saluran pori sudah menghilang)

19

Anda mungkin juga menyukai