Anda di halaman 1dari 35

PAPER

MERGER COMPANY
LEVERAGE BUYOUT (LBO)
DIVESTITURE
HOLDING COMPANY
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Manajemen Keuangan

Dosen Pengampu :
Dr. Nurdin,. SE,. M.Si

Kelas B Kelompok 5A :
Rikky Bagus Pratama Putra (20090321537)
Adib Gunawan (200903215010
Neng Teni Yuliani (20090321527)

MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
TAHUN 2021
DAFTAR ISI

Contents
HOLDING COMPANY .......................................................................................................... 3
MERGER COMPANY.......................................................................................................... 12
Leveraged Buyout............................................................................................................. 18
Pengertian .................................................................................................................... 18
Karakteristik Leveraged Buyout .................................................................................... 20
Manfaat dan Kekurangan Penggunaan Leverange ....................................................... 23
Kasus LBOs .................................................................................................................... 23
DIVESTASI ......................................................................................................................... 29
a. Pengertian Strategi Divestasi ................................................................................ 29
b. Tujuan Divestasi Dilakukan .................................................................................. 30
Dampak Divestasi Bagi Investor .................................................................................... 31
Macam-Macam Metode Divestasi ................................................................................ 32
Contoh Divestasi di Indonesia ....................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 35

2
HOLDING COMPANY

Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum yang diakui dengan tegas

sebagai suatu badan hukum. Perseroan terbatas berwenang untuk menerima,

memegang, mengalihkan harta kekayaan, menggugat atau digugat dan

melaksanakan kewenangan – kewenangan lainnya. Jenis -jenis Perseroan Terbatas

antara lain :

a. PT Tertutup, artinya sahamnya belum dijual ke public

b. PT Terbuka, artinya sebagian sahamnya telah dijual ke public

c. PT dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Perseroan ini

umumnya bergerak di bidang pertanian, perikanan, kelautan, pertambangan,

pariwisata, transportasi dan lain-lain yang bertujuan untuk membantu program

pembangunan yang dijalankan pemerintah

d. PT dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) seperti Freeport, PT

Newmont Nusa Tenggara dan PT Otsuka Indonesia

e. PT Persero (BUMN, BUMD)

Istilah terbatas dalam perseroan terbatas memiliki makna bahwa pemilik

atau pemegang saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas yaitu sebanyak

saham yang dimiliki di perusahaan itu. Artinya apabila utang perseroan melebihi

kekayaan perusahaan, maka kelebihan hutang tersebut tidak menjadi tanggung

jawab para pemegang saham. Tanggung jawab menjadi tak terbatas jika pemegang

saham ikut campur (intervensi) ke dalam perseroan hingga perseroan mengalami

3
kerugian, pengurus (dewan direksi) dan dewan komisaris juga tidak ikut

bertanggung jawab harta kekayaan peribadi.

Perusahaan grup mempunyai konstruski sebagai salah satu kesatuan

ekonomi yang tersusun dari perusahaan-perusahaan berbadan hukum mandiri yang

dipandang sebagai induk dan anak perusahaan.

Adanya suatu Perseroan Terbatas sebagai subjek yang mandiri memiliki

kecenderungan membentuk suatu grup sebagai kelompok usaha yang dimiliki oleh

satu orang ataupun beberapa orang. Grup perusahaan adalah sekelompok

perusahaan yang tergabung menjadi satu wadah atau organisasi dan dikendalikan

oleh Perusahaan Induk atau Holding Company. Perushaan Induk adalah perusahaan

utama yang menjadi pimpinan dari suatu grup perusahaan. Perusahaan Induk

bertanggung jawab dalam perencanaan, kordinasi sampai pengendalian anak

perusahaanya. Holding company merupakan sebuah perusahaan yang memiliki

saham pada perusahaan lain yang menjadi targetnya sehingga perusahaan menjadi

pengedali di perusahaan lain yang menjadi target tersebut.

Holding company atau disebut dengan Perusahaan Induk merupakan

sebuah perusahaan sentral dimana mempunyai tujuan untuk memiliki saham dalam

satu atau lebih perusahaan. Induk perusahaan disebut juga dengan Group

Company/Concern atau Perusahaan kelompok, suatu gabungan dari beberapa

perusahaan secara yuridis berdiri sendiri. Sebagai contoh perusahaan grup di

Indonesia yaitu Perusahaan Group Semen Gresik, Group Astra, Group Bakrie,

Group MNC.

4
Bringham an Houston (2001:413) Holding company merupakan suatu

koperasi yang memiliki saham biasa perusahaan lain dalam jumlah yang cukup

sehingga dapat mengendalikan perusahaan tersebut. Definisi Holding Company

menurut Hadori yaitu suatu perushaan yang dibentuk dengan tujuan khusus untuk

memiliki saham-saham dan mengendalikan oeprasi perusahaan perseroan.

Perusahaan Perseroan yang dimaksud disini yaitu BUMN yang berbentuk perseroan

terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51%

sahamnya yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dengan tujuan utama

mencari keuntungan.

Holding Company merupakan perusahaan induk yang berperan

menanamkan modal kepada perusahaan anak dan berperan dalam mendirikan

perusahaan anak tersebut. Anak perusahaan biasanya menjalankan kegiatan usaha

dari perusahaan induk dikarenakan perusahaan induk menghindari kerugian

potensial dan bertanggung sebatas saham yang dimiliki oleh perusahaan anak.

Sebagai pemegang saham mayoritas, Holding Company akan berfungsi

sebagai pengendali atau kontroler. Untuk menghindari adanya penyalahgunaan

badan hukum perseroan oleh pemegangs aham, pasal 3 ayat (2) Undang-Undang

No 40 tahun 2007 mengatur mengenai hapusnya tanggung jawab hukum terbatas

dari pemegang saham terhadap tanggung jawab hukum suatu perseroan atau dikenal

dengan piercing the corporate veil.

Secara regulasi di Indonesia tidak mempunyai regulasi Undang-undang

khusus mengenai Holding Company, namun berdasarkan Undang – Undang No 1

Tahun 1995 pasal 29 ayat (1) dan (2) perseroan dilarang mengeluarkan saham untuk

5
dimilik sendiri, larangan pemilikan saham sebagaimana dimaskud dengan ayat (1)

berlaku juga bagi anak perusahaan terhadap saham ynag dikeluarkan oleh induk

perusahaanya. Berdasarkan maksud anak perusahaan disini adalah perseroan yang

mempunyai hubungan khusus dengan perseroan lainnya dikarenakan :

a. Lebih dari 50% sahamnya dimiliki oleh induk perusahaanya.

b. Lebih dari 50% suara RUPS dikuasai oleh induk perusahaannya

c. Kontrol atas jalannya perseroan, pengangkatan, pemberhentian Direksi dan

Komisaris sangat dipengaruhi oleh induk perusahaanya.

Tujuan pendirian Holding Company secara umum untuk membuat suatu

kelompok usaha yang kuat dengan satu induk pemilik saham mayoritas sehingga

kegiatan anak perusahaan lebih terkontrol dan terarah.

Keuntungan dan kerugian pembentukan Holding Company antara lain :

a. Kemandirian Risiko, masing-masing anak perusahaan merupakan badan

hukum berdiri sendiri yang secara legal terpisah satu sama lain. Kewajiban,

risiko dan klaim dari pihak ketiga terhadap suatu anak perusahaan tidak

dapat dibebankan kepada anak perusahaan lain.

b. Hak pengawasan lebih besar, perusahaan holding dalam praktiknya

melakukan pengawasan atau kontrol yang lebih mudah dan efektif sehingga

grupnya lebih mudah diawasi.

c. Operasional yang lebih efektif, anak perusahaan dan induk perusahaan

dalam perusahaan holding dapat saling bekerja sama dan saling

berkordinasi. Contoh melakukan promosi bersama, pelatihan bersama,

pemanfaatan sumber daya manusia.

6
d. Kemudahan sumber modal, anak perusahaan mendapatkan modal atau dana

relative besar dari pihak ketiga induk perusahaan

e. Keakuratan keputusan yang diambil, keputusan yang diambil secara sentral

oleh perushaan induk memilik tingkat akurasi yang terjamin dan lebih

prospektif dari segi kinerja, mampu memimpin anak perusahaan.

Kerugian yang dihadapi oleh Holding Company antara lain :

a. Pajak ganda, dengan adanya holding akan terjadi pajak ganda dikarenakan

adanya pemungutan pajak ketika deviden diberikan kepada perusahaan

Holding sebagai pemegang saham.

b. Lebih Birokratis, semua keputusan perusahaan harus melalui pihak

manajemen sehingga keputusan akan menjadi lambat.

c. Management one man show, dimana kegiatan bisnis beraneka ragam

sehingga masing-masing bidang bisnis membutuhkan skill dan pengambilan

keputusan sendiri berbeda-beda satu sama lain.

d. Conglomerate Game, manipulasi pelaporan income perusahaan, transfer

pricing atau membesar-besarkan informasi tertentu.

e. Penutupan usaha, terdapat kecenderungan lebih besar untuk menutup usaha

dari satu atau lebih anak perusahaan.

f. Risiko usaha, besarnya risiko kerugian bertambah dengan membesarnya

keuntungan perusahaan.

Holding Company dapat terbentuk melalui 3 prosedur yaitu :

7
1. Prosedur Residu. Prosedur ini terbentuk dari pecahnya perusahaan asal

sesuai dengan sektor usaha yang biasanya berbentuk Perseroan Terbatas

yang mandiri

2. Prosedur Penuh. Dalam prosedur ini dilakukan jika sebelumnya tidak terlalu

banyak terjadi pemecahan/pemandirian perusahaan, tetapi masing-masing

perusahaan dengan kepemilikan yang sama/berhubungan saling terpencar-

pencar tanpa terkonsentrasi dalam suatu holding company. Dalam hal ini,

yang menjadi perusahaan indk bukan sisa dari perusahaan asal tetapi

perusahaan penuh yang mandiri dan dapat dibentuk perusahaan baru

diambil dari salah satu perusahaan yang ada tapi masih kepemilikan yang

sama atau berhubungan atau diakuisisi perusahaan yang lain yang sudah

terlebih dahulu ada tetapi kepemilikan lain dan tidak berkaitan satu sama

lain

3. Prosedur Terprogram. Sejak awal sudah terbentuk Holding Company,

untuk setiap bisnis akan dilakukan dibentuk atau diakuisisi perusahaan lain

dimana holding company sebagai pemegang sahamnya.

Holding Company merupakan suatu perusahaan yang memberikan hak kepada

Holding Company untuk menerapkan policy melalui kekuasaan voting. Perusahaan

induk ini merupakan suatu perusahaan yang berada pada posisi mengontrol

perusahaan lain dengan dasar kepemilikan saham pada perusahaan lain itu

(subsidiary company). Pengambilan keputusan, keterlibatan dan keterlibatan equity

sebagai berikut :

1. Ditinjau dari segi keterlibatan holding company dalam bisnis

8
a. Perusahaan holding semata-mata, tidak melakukan bisnis sendiri dalam

praktek terlepas dari bagaimana pengaturanya dalam anggaran dasar.

Holding company semata-mata hanya untuk memegang saham dan

mengontrol anak perusahaanya

b. Holding company beroperasi, bertugas memegang saham dan

mengontrol anak perusahaan, melakukan bisnis sendiri

2. Ditinjau dari keterlibatannya dalam mengambil keputusan

a. Holding company investasi, tujuannya mempunyai saham anak

perusahaan semata-mata untuk investasi tanpa perlu mencampuri soal

manajemen anak perusahaan (subsidiary company). Kewenangan

pengelolaan bisnis sepenuhnya ada di anak perusahaan.

b. Holding company manajemen, ikut mencampuri dan memonitor

terhadap keputusan bisnis dari anak perusahaan. Namun, keterlibatan

perushaan induk kepada anak perusahaan membuat anak perusahaan

kurang diberikan kesempatan dalam pengambilan keputusan.

3. Ditinjau dari keterlibatan equity

a. Holding company afiliasi, pemegang saham terhadap anak perusahaan

tidak sampai 51% dari saham anak perusahaan

b. Holding company subsidiary, dalam hal ini holding company 51%

sebagai pemegang saham atau pemegang saham mayoritas

c. Holding company non kompetetif, setiap holding company yang

memiliki saham 51% tetapi tetap tidak kompetitif dibandingkan dengan

pemegang saham lainnya.

9
d. Holding company combinasi, kombinasi antara holding afiliasi,

subsidiary dan non kompetitif. Dalam hal ini holding company

mempunyai saham dari beberapa subsidiary company sekaligus, dimana

ada yang memegang saham 51% atau lebih, ada yang kurang dari 51%

kompetitif dan non kompetitif dimana dinamika kepemilikan tidak stabil

suatu ketika menjadi subsidiary tetapi suatu ketika menjadi afiliasi.

Karakteristik perusahaan induk yang dapat diidentifikasi antara lain :

a. Memiliki suatu perusahaan induk, holding company sendiri

b. Memiliki anak perusahaan, badan usaha yang dikendalikan oleh perusahaan

induk

c. Manajemen anak perusahaan diserahkan kepada manajemen terpisah dari

perusahaan induk

d. Memiliki atau mengendalikan sebagian besar saham entitas bisnis lainnya

e. Perusahaan indk mengendaikan proses operasionals semua entitas bisnis

f. Kekayaan holding company berasal dari saham badan – badan bisnis yang

dikendalikannya

Manfaat mendirikan holding company adalah mampu mambengun, mengelola,

mengendalikan dan mengkoordinasikan kinerja antar perusahaan induk. Aspek

yang harus diperhatikan untuk membentuk holding company adalah struktur

organisasi, sumber daya manusia (SDM) dan aspek keuangan (finansial). Dalam

hal tanggung jawab holding company sebagai induk perusahaan mempunyai

beberapa tanggung jawab antara lain :

10
1. Holding company akan bertanggung jawab terhadap subsidiary company

jika terdapat fakta-fakta yang menyesatkan

2. Holding company akan bertanggung jawab atas perbuatan yang

menguntungkannya dilakukan secara tidak layak oleh anak perusahaan

3. Untuk melindungi pemegang saham minoritas dari kesewenang-wenangan

para pemegang saham mayoritas

4. Holding company akan bertanggung jawab terhadap atas perbuatan yang

menguntungkannya yang dilakukan secara tidak layak oleh anak perusahaan

5. Untuk melindungi pemegang saham minoritas dari kesewenang-wenangan

para pemegang saham mayoritas maka berlaku perluasan tanggung jawab.

Kelebihan dan kekurangan holding company dikemlompokan menjadi 3 dari

segi pengendalian perusahaan, pengoperasian perusahaan dan segi pemisahan

secara hukum :

1. Segi pengendalian perusahaan, holding company harus mempunyai saham

di perusahaan tersebut 20 – 50% untuk mempengaruhi atau mengendalikan

perusahaan lain

2. Segi pegoperasian perusahaan, holding company secara hukum bersifat

terpisah antara perusahaan anak dengan perusahaan lainnya, sehingga

apabila salah satu perusahaan anak mengalami kegagalan akan ditutup

dengan keberhasilan perusahaan lain namun holding company tetap

bertanggung terhadap seluruh anak perusahaan.

3. Segi pemisahan secara hukum, beberapa perusahaan dapat dibentuk dalam

satu holding company

11
MERGER COMPANY

Pengertian dari Merger berasal dari kata Merge dalam Bahasa Indonesia berarti

menggabungkan atau memfusikan. Secara umum dapat diartikan bahwa fusi disini

merupakan dua perusahaan yang melakukan penggabungan dimana salah satunya

akan lenyap dibubarkan.1

Ahli hukum bisnis Indonesia memberikan definisi pengertian Merger sebagai

penggabungan usaha dari dua atau lebih perusahaan yang bergabung ke dalam salah

satu perusahaan yang telah ada sebelumnya. Merger adalah salah satu bentuk

penyerapan oleh satu perusahaan terhadap perusahaan lain, apabila perusahaan A

dan B melakukan merger maka hanya akan ada satu perusahaan yang memiliki

ukuran lebih besar yang dipertahankan hidup dan tetap mempertahankan nama dan

status hukumnya, sedangkan perusahaan yang ukurannya kecil (dimerger) akan

menghentikan aktivitasnya atau dibubarkan badan hukum. Pihak yang menerima

merger disebut dengan surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham (issue

firm). Perusahaan yang bubar dan berhenti disebut dengan merged firm.1

Secara Yuridis Pasal 1 ayat 1 Peraturan Nomor 57 tahun 2010 Tentang

Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham

Perusahaan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli persaingan

usaha yang tidak sehat, merger dapat diartikan sebagai perbuatan hukum yang

dilakukan oleh suatu badan usaha atau lebih untuk menggabungkan diri dengan

badan usaha lain yang telah ada sehingga mengakibatkan aktifa dan pasiva dari

badan usaha yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada badan usahan

yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Badan usaha yang

12
menerima penggabungan dan selanjutnya status Badan Usaha yang

menggabungkan diri berakhir karena hukum.1

Meningkatnya kegiatan merger dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan

karakteristik kultural dari waktu dan tempat kegiatan merger dan akusisi tersebut

dilakukan. Pelaku usaha mengambil keputusan untuk melakukan merger pada saat

kondisi ekonomi sedang dalam posisi ekspansi yang salah satunya ditandai dengan

aktifnya kegiatan pasar modal.1

Menurut jenis usahanya merger dikategorikan ke dalam empat bagian

sebagian berikut antara lain2 :

a. Merger Horizontal

Merger diantara dua atau lebih perusahaan dimana semua perusahaan tersebut

bergerak pada bidang bisnis “Life of Bussines” bidang usaha yang sama. Merger

horizontal apabila dua atau lebih perusahaan yang sebagian besar mempunyai pasar

pembelian dan pasar penjualan yang sama-sama berlebur jadi satu. Salah satu

contoh perusahaan kelapa sawit bila menjadi merger horizontal khusus apabila

dilakukan dalam satu kelompok usaha didalamnya terdapat dua kelompok

perusahaan yang disebut sister company (satu kelompok) sedangkan saham

perusahaan dipegang oleh satu perusahaan.

b. Merger Vertical

Merger vertical adalah suatu gabungan di antara dua perusahaan atau lebih

dimana yang satu bertindak sebagai supplier. Sebagai contoh apabila satu

perusahaan bersatu dengan perusahaan lainnya, perusahaan kedua mengerjakan

13
projek lebih lanjut berang-barang yang dibuat perusahaan pertama. Sebagai contoh

kerjasama pabrik pemintalan benang dan tekstil.

c. Merger Kon – Generik (perluasan pasar)

Merger Kon-Generik adalah merger diantara dua atau lebih perusahaan yang

saling berhubungan tetapi bukan terhadap produk yang sama. Sebagai contoh Bank

Mandiri Tbk merupakan hasil penggabungan dari beberapa perusahaan seperti

Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), Bank Bumi Daya (BBD), Bank Ekspor

Impor Indonesia (Exim) dan Bank Dagang Negara (BDN). Nasabah Bank Mandiri

yang terdiri dari berbagai segmen merupakan pergerak utama perekonomian

Indonesia.

d. Merger Konglomerat

Penggabungan dua perseroan atau lebih yang tidak memiliki kesamaan bidang

usaha, sehingga aktifitas bisnis tidak berkaitan sama sekali antara perseroan yang

menggabungkan diri dan perseroan yang menerima penggabungan.

Terdapat dua jenis merger konglomerat pertama merger murni, melibatkan

perusahaan yang tidak memiliki kesamaan, kedua merger campuran melibatkan

perusahaan yang mencari perluasan pasar atau perluasan produk. Contohnya

penggabungan perusahaan Walt Disney Company dan American Broadcasting

Company. Kedua perusahaan ini dihadapkan dengan persaingan yang sama di

masing-masing dua pasar setelah bergabung.

Beberapa hal yang harus di pertimbangkan suatu perusahaan apabila ingin

melakukan merger antara lain :

14
a. Faktor produksi, faktor produksi mempunyai peranan penting dalam keputusan

merger sebab akan terjadi perpaduan dua sumber produksi baik produksi yang

sama maupun berbeda.

b. Faktor finansial, beberapa faktor finansial yang harus diperhatikan oleh

perusahaan yaitu kewajiban perusahaan baik yang tercatat maupun tidak

tercatat dalam pembukuan, finansial statement proyeksi keuangan untuk

kedepan, inventories perusahaan dalam bentuk bahan baku mentah, pekerjaan

yang akan diselesaikan dan barang yang sudah jadi, laporan kredit dari bank,

harga property, pabrik, peralatan lain, hak milik intelektual.

c. Account Receivales (Tagihan), termasuk kategori gampang atau sulit untuk

ditagih baik tagihan dagang maupun tagihan non dagang.

d. Liliabilitas (Kewajiban)

Pada dasarnya suatu perusahaan melakukan merger dengan tujuan

menyelamatkan perusahaan dari berbagai persoalan yang menghimpit perusahaan.

Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia usaha dan perniagaan tujuan merger

dimanfaatkan untuk memperluas jaringan usaha, beroperasi secara efisien dan

mengembangkan perusahaan. Secara umum tujuan dari merger antara lain :

a. Memperbesar jumlah modal

b. Menyelamatkan kelangsungan produksi

c. Mengamankan jalur distribusi

d. Memperbesar sinergi perusahaan

e. Mengurangi persaingan

15
Merger dapat memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dengan cara

meningkatkan efisiensi dan produktifitas bagi perusahaan yang melaksanakanya,

menjadi jalan keluar dari berbagai masalah yang dihadapi perusahaan, mengatasi

kesulitan keuangan yang sudah terancam bangkrut. Beberapa target umum

dibentuknya merger perusahaan :

a. Meningkatkan konsentrasi pasar

b. Meningkatkan efisiensi perusahaan

c. Mengembangkan inovasi baru

d. Alat investasi

e. Sarana ahli teknologi

f. Akses internasional

g. Meningkatkan daya saing

h. Memaksimalkan sumber daya

i. Menjamin bahan baku

Berdasarkan Undang- Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, merger atau penggabungan usaha adalah suatu bentik perusahaan yang

mempunyai daya Tarik perusahaan cukup kuat, mensyaratkan perlindungan

terhadap karyawan perusahaan, melindungi pihak-pihak lain. Perbuatan hukum

penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan wajib memperhatikan

kepentingan :

a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan

b. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan

c. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha

16
Pasal 1 ayat 1 PP Nomor 57 tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan

Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat menjelaskan bahwa

“Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu badan usaha

atau lebih untuk menggabungkan diri dengan badan usaha lain yang telah ada yang

mengakibatkan aktiva dan pasiva dari badan usaha yang menggabungkan diri

beralih karena hukum kepada badan usaha yang menerima penggabungan dan

selanjutnya status badan usaha yang menggabungkan diri berakhir karena hukum”.

Pasal 2 ayat 1 dan 2 dan PP Nomor 57 than 2010 tentang Penggabungan atau

Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan tidak sehat

menjelaskan bahwa :

1. Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan badan usaha, peleburan badan

usaha atau pengambilanalihan saham persusahaan lain yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak

sehat

2. Praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana

dimaksuk ayat (1) terjadi jika Badan usaha hasil penggabungan, badan usaha

hasil peleburan atau pelaku usaha yang melakukan pengambilalihan saham

diduga melakukan :

a. Perjanjian yang dilarang

b. Kegiatan yang di larang dan/atau

c. Penyalahgunaan posisi dominan

17
Pasal 3 ayat 1 sampai dengan 5 PP Nomor 57 tahun 2010 tentang

penggabungan atau peleburan Badan Usaha dan Pengambialihan Saham

Perusahaan yang dapat mengakibatkan tejadinya praktik monopolo dan persaingan

tidak sehat :

1. Komisi melakukan penilaian terhadap penggabungan badan usaha, peleburan

badan usaha atau pengambilalihan saham perusahaan yang telah berlaku efektif

secara yuridis dan diduga mengakibatkan terjadinya Praktik Monopoli dan/atau

Persaingan Usaha tidak sehat

2. Penilaian sebagaimana dimaksud ayat 1 dilakukan menggunakan analisis :

• Konentrasi pasar

• Hambatan masuk pasar

• Potensi perilaku dan persaingan

• Efisiensi dan/atau

• Kepailitan

3. Dalam hal tertentu, komisi dapat melakukan penilaian dengan menggunakan

analisis selain sebagaimana dimaksud ayat (2)

4. Analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan peraturan komisi

5. Dalam melakukan penilaian sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (3)

komisi dapat meminta keterangan dari pelaku badan usaha dan/atau pihak lain.

Leveraged Buyout
Pengertian

18
Leveraged buyout ( LBO ) adalah transaksi keuangan di mana perusahaan

dibeli dengan kombinasi ekuitas dan utang, sehingga arus kas perusahaan adalah

jaminan yang digunakan untuk mengamankan dan membayar kembali uang yang

dipinjam. Penggunaan utang, yang biasanya memiliki biaya modal lebih rendah

daripada ekuitas, berfungsi untuk mengurangi biaya keseluruhan pembiayaan

akuisisi. Biaya hutang lebih rendah karena pembayaran bunga sering mengurangi

kewajiban pajak penghasilan badan, sedangkan pembayaran dividen biasanya

tidak. Pengurangan biaya pembiayaan ini memungkinkan perolehan yang lebih

besar untuk bertambah ke ekuitas, dan, sebagai akibatnya, utang berfungsi

sebagai pengungkit untuk meningkatkan pengembalian ke ekuitas.

Istilah LBO biasanya digunakan ketika sponsor keuangan mengakuisisi

perusahaan. Namun, banyak transaksi perusahaan sebagian didanai oleh utang

bank, sehingga secara efektif juga mewakili LBO. LBO dapat memiliki berbagai

bentuk seperti manajemen pembelian (MBO), manajemen pembelian (MBI),

pembelian sekunder dan pembelian tersier, antara lain, dan dapat terjadi dalam

situasi pertumbuhan, situasi restrukturisasi, dan insolvensi. LBO sebagian besar

terjadi di perusahaan swasta, tetapi juga dapat digunakan dengan perusahaan

publik (dalam apa yang disebut transaksi PtP - Publik ke Swasta).

Ketika sponsor keuangan meningkatkan pengembalian mereka dengan

menggunakan leverage yang sangat tinggi (yaitu, rasio utang terhadap ekuitas

yang tinggi ), mereka memiliki insentif untuk menggunakan utang sebanyak

mungkin untuk membiayai akuisisi. Hal ini, dalam banyak kasus, mengarah pada

situasi di mana perusahaan "kelebihan leverage", yang berarti bahwa mereka

19
tidak menghasilkan arus kas yang cukup untuk melayani utang mereka, yang

pada gilirannya menyebabkan kebangkrutan atau pertukaran utang-ke-ekuitas di

mana pemilik ekuitas kehilangan kendali atas bisnis kepada pemberi pinjaman.

Karakteristik Leveraged Buyout

LBO menjadi menarik karena biasanya mewakili situasi win-win bagi

sponsor keuangan dan bank: sponsor keuangan dapat meningkatkan tingkat

pengembalian ekuitasnya dengan menggunakan leverage; bank dapat membuat

margin yang jauh lebih tinggi ketika mendukung pembiayaan LBO dibandingkan

dengan pinjaman korporasi biasa, karena bunga yang dikenakan biaya jauh lebih

tinggi. Bank dapat meningkatkan kemungkinan pelunasannya dengan

mendapatkan jaminan atau jaminan.

Jumlah utang yang bersedia disediakan bank untuk mendukung LBO sangat

bervariasi dan tergantung, antara lain, pada:

1. Kualitas aset yang akan diperoleh (stabilitas arus kas, sejarah, prospek

pertumbuhan , aset keras , dll.)

2. Jumlah ekuitas yang disediakan oleh sponsor keuangan

3. Sejarah dan pengalaman sponsor keuangan

4. Lingkungan ekonomi secara keseluruhan

Untuk perusahaan dengan arus kas yang sangat stabil dan aman (misalnya,

portofolio real estat dengan pendapatan sewa dijamin dengan perjanjian sewa

jangka panjang), volume utang hingga 100% dari harga pembelian telah

20
disediakan. Dalam situasi perusahaan "normal" dengan risiko bisnis normal,

utang 40-60% dari harga pembelian adalah angka biasa. Kemungkinan rasio

utang bervariasi secara signifikan antara daerah dan industri sasaran.

Bergantung pada ukuran dan harga beli akuisisi, utang disediakan dalam

berbagai tahapan.

1. Hutang senior: Hutang ini dijamin dengan aset perusahaan target dan

memiliki margin bunga terendah

2. Utang yunior (biasanya modal mezzanine ): utang ini biasanya tidak

memiliki kepentingan keamanan dan karenanya memberikan margin bunga

yang lebih tinggi

Selain jumlah utang yang dapat digunakan untuk mendanai pembelian

dengan leverage, juga penting untuk memahami jenis-jenis perusahaan yang

dicari oleh perusahaan ekuitas swasta ketika mempertimbangkan pembelian

dengan leverage.

Sementara perusahaan yang berbeda mengejar strategi yang berbeda, ada

beberapa karakteristik yang berlaku di banyak jenis leveraged buyout:

Arus kas yang stabil :

Perusahaan yang diakuisisi dalam leveraged buyout harus memiliki arus kas

yang cukup stabil untuk membayar biaya bunga dan membayar pokok utang

seiring waktu. Jadi perusahaan dewasa dengan kontrak pelanggan jangka panjang

dan / atau struktur biaya yang relatif dapat diprediksi biasanya diperoleh di LBO.

21
Biaya tetap yang relatif rendah :

Biaya tetap menciptakan risiko besar bagi perusahaan-perusahaan Ekuitas

Swasta karena perusahaan masih harus membayarnya walaupun pendapatan

mereka menurun.

Hutang yang ada relatif sedikit :

"Matematika" dalam LBO berfungsi karena perusahaan ekuitas swasta

menambah lebih banyak utang ke struktur modal perusahaan, dan kemudian

perusahaan membayarnya seiring waktu, menghasilkan harga beli efektif yang

lebih rendah; Lebih sulit untuk membuat kesepakatan ketika perusahaan sudah

memiliki saldo utang yang tinggi.

Valuasi :

Perusahaan-perusahaan ekuitas swasta lebih suka perusahaan-perusahaan

yang dinilai terlalu rendah untuk dinilai secara tepat; mereka lebih memilih untuk

tidak mengakuisisi perusahaan yang diperdagangkan dengan kelipatan valuasi

sangat tinggi (relatif terhadap sektor) karena risiko valuasi dapat menurun.

Tim manajemen yang kuat : Idealnya, para eksekutif tingkat-C akan bekerja

bersama untuk waktu yang lama dan juga akan memiliki kepentingan pribadi

dalam LBO dengan menggulirkan saham mereka ketika kesepakatan terjadi.

22
Manfaat dan Kekurangan Penggunaan Leverange

Manfaat Financial Leverage

Keuntungan financial leverage akan cukup berpengaruh terhadap

perusahaan dan pemegang saham jika iklim bisnis sedang dalam kondisi yang

baik. Jika kondisi penjualan dalam keadaan yang sangat tinggi dan keuntungan

operasi juga tinggi, maka financial leverage juga akan tinggi yang akan langsung

berpengaruh ke EPS (Laba per saham) yang tinggi juga.

Dampak Negatif

Secara umum leverage keuangan merupakan aktiva pada sebuah perusahaan

yang dibiayai dengan sebuah utang atau juga harta dari perusahaan yang

didorong dengan utang. Jika tingkat utang yang dimiliki semakin besar maka juga

akan meningkatkan risiko yang akan dihadapi oleh sebuah perusahaan. Sehingga

kerugian financial leverage akan menyebabkan perusahaan tersebut masuk masa

yang berbahaya terutama jika iklim bisnis sedang pada masa yang buruk. Karena

tingkat peluang keuntungan operasional yang didapatkan tidak akan bisa untuk

membayarkan bunga yang muncul dari pinjaman. Total utang perusahaan

dibagikan dengan total aktiva maka akan muncul yang disebut dengan leverage

faktor atau (LF) atau juga debt ratio.

Kasus LBOs

PT. Bumi Resources, Tbk (BUMI) sebagai salah satu perusahaan lokal yang

pada awalnya memulai usaha dibidang perhotelan dan pariwisata mengukuhkan

23
langkahnya di industry migas dan pertambangan dengan mengakuisisi penghasil

batubara ke-4 terbesar di Indonesia PT. Arutmin Indonesia (Arutmin) pada tahun

2001, dan kemudian mengakuisisi PT. Kaltim Prima Coal (KPC) yang

merupakan penghasil batubara ke-2 terbesar di Indonesia pada tahun 2003.

Akuisisi Arutmin dan KPC menghantar BUMI sebagai perusahaan produsen

batubara terbesar di Indonesia, dan merupakan salah satu eksportir batubara

thermal terbesar di dunia, yang memasok sekitar 8% batubara thermal di pasar

Internasional pada tahun 2004. Pendanaan akuisisi sebesar US$ 685,5 juta

dilakukan dengan LBO (leverage buyout) yang dibebankan kepada masing-

masing perusahaan sekaligus menjadikan transaksi akuisisi menggunakan LBO

terbesar yang pernah dilakukan perusahaan di Indonesia.

Telah dikatakan bahwa BUMI pada awalnya merupakan perusahaan yang

bergerak di sektor bisnis pehotelan dan pariwisata dengan nama PT. Bumi

Modern Tbk. Yang didirikan pada tahun 1973. Menjadi perusahaan terbuka

melalui Penawaran Umum Perdana saham pada tahun 1990 yang seluruh

sahamnya tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada tahun

1997, PT. Bakrie Capital Indonesia mengambil alih saham-saham yang dimiliki

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 (AJB Bumiputera) sebesar 58,51% dari

total saham yang dikeluarkan BUMI.

Di tengah badai krisis ekonomi yang terjadi pada skala nasional maupun

regional Asia sepanjang pada tahun 1999 yang masih belum berakhir

mengakibatkan kondisi makro ekonomi maupun social politik nasional sangat

tidak menguntungkan bagi dunia usaha terutama di bidang property dan jasa

24
perhotelan serta pariwisata. Kunci dari penyelesaian utama di Perseroan pada

saat itu adalah penyelesaian restrukturisasi hutang sehingga struktur permodalan

menjadi lebih sehat. Akibat dari restrukturisasi hutang tersebut, BUMI harus

mengalihkan kepemilikan asset perseroan berupa Hotel Hyatt Regency Surabaya

dan Gedung Perkantoran, sehingga asset perseroan yang masih tinggal hanyalah

Hotel le-Meridien di Tashkent, Uzbekistan. Namun dengan perkembangan

kondisi politik dan ekonomi di Asia Pasifik termasuk Asia Tengah yang masih

belum stabil menyebabkan BUMI sulit untuk mengoperasikan bisnis jasa

perhotelan secara maksinal sehingga BUMI kembali melepas usaha perhotelan

di Uzbekistan.

Memperhatikan kondisi makro yang sangat tidak menguntungkan hampir

disemua sektor usaha, dan untuk menjamin adanya kesinambungan usaha untuk

dapat menempatkan posisi daya saing perseroan yang lebih kompetitif khususnya

dalam era persaingan yang lebih terbuka dimasa mendatang, BUMI melakukan

suatu langkah diversifikasi usaha. Pemilihan sektor pertambangan memiliki

prospek yang cukup baik sebagaimana ditunjukkan dengan permintaan pasar dan

harga jual yang stabil.

Pada tanggal 23 Oktober 2001 BUMI menandatangani Sale & Purchase

Agreement dengan BHP untuk mengambil alih 80% kepemilikan BHP di

Arutmin dengan nilai pembelian sebesar US$ 148,5 juta yang dialokasikan untuk

pembelian saham senilai US$ 140 juta dan pengalihan hutang BHP Development

Finance Pty, Ltd. di Arutmin sebesar US$ 8,5 juta. Dimana sumber pembiayaan

transaksi akuisisi tersebut menggunakan dana 100% pinjaman dari PT. Bank

25
Mandiri (Persero) dan PT. Rifan Financindo Asset Management (RFAM).

Pinjaman tersebut diperoleh dengan jaminan berupa seluruh aktiva, persediaan,

piutang, seluruh saham perusahaan yang dimiliki BUMI dan seluruh saham Long

Haul Holding, Ltd (peusahaan yang memiliki hubungan istimewa) dengan 11%

untuk pinjaman US$ dan 25% untuk pinjaman rupiah. Dan pada akhir tahun 2001

pinjaman tersebut dialihkan ke Arutmin.

Kemudian pada tahun 2003, BUMI mengakuisisi 100% saham KPC dari

Sangatta Holding Ltd dan Kalimantan Coal Ltd. senilai US$ 500 juta dengan

menggunakan dana yang berasal dari pinjaman bank dan lembaga keuangan

(81%) dan dana internal (19%). Pinjamna tersebut diperoleh dengan jaminan

berupa hak tagih fiducia aas piutang usaha, persediaan, klaim asuransi, rekening-

rekening penerimaan milik KPC dengan tingkat bunga rata-rata tertimbang

(weighted interest interest rate) sebesar 10,39%.

Dalam proses LBO (Leverage Buy-Out) tersebut BUMI membentuk Special

Purpose Vehicle (SPV) yang bernama Indocoal Resources (Cayman) Ltd.

(Indocoal). IndoCoal menerbitkan Nota Hutang tujuh-tahun senilai US$ 600 juta,

dengan jaminan sekuritisasi tagihan penjualan batubara dimasa mendatang yang

dimiliki oleh Arutmin dan KPC. Hasil penerbitan Nota Hutang ini digunakan

untuk pembiayaan kembali (re-financing) hutang Arutmin dan KPC saat itu.

Karena Arutmin dan KPC kembali dijadikan jaminan oleh Indocoal dalam surat

hutangnya. Maka Arutmin dan KPC harus menjual batubarnya melalui Indocoal,

dimana dana hasil penjualan akan digunakan untuk membayar bunga dan pokok

26
dari pinjaman Indocoal, kemudian sisanya baru dialokasikan untuk biaya

operasional Arutmin dan KPC.

Dengan bergabungnya Arutmin dan KPC dibawah satu kendali kepemilikan,

maka gabungan produksi batubara dari 2 perusahaan tersebut akan menjadikan

BUMI sebagai produsen batubara terbesar di Indonesia serta menjadi salah satu

produsen batubara terbesar di dunia yang akan menguasai 6%-7% dari pasokan

batubara internasional. Posisi ini memungkinkan BUMI untuk meningkatkan

pangsa pasar dan memperkuat posisinya dalam melakukan proses negosiasi

penjualan. Melalui kerjasama dengan manajemen BUMI, Arutmin dan KPC

dapat melayani pelanggan uang lebih luas (demgan peluncuran produk

campuran) dan tidak perlu bersaing untuk mencari pelanggan di pasar batubara

yang berbeda. Dan diharapkan berdampak pada peningkatan kinerja operasi,

keuangan dan Modal BUMI.

Akuisisi yang dilakukan oleh BUMI tersebut termasuk ke dalam akuisisi

Horizontal yaitu sebuah pengakuisisian sebuah perusahaan yang bersaing dalam

industry yang sama dengan pesaing. Dimana ketiga perusahaan tersebut sama-

sama bergerak dalam bidang pertambangan. Akuisisi horizontal ini

meningkatkan kekuatan pasar PT. sinergi yang BUMI dengan mendayagunakan

sinergi yang berbasiskan biaya dan pendapatan.

Langkah strategis BUMI dalam merubah jalur bisnisnya dengan

mengakuisisi 2 (dua) perusahaan tambang batubara yang dominan di Indonesia

merupakan satu langkah tepat dalam dalam menyelamatkan eksistensi

perusahaan tersebut dan merupakan suatu langkah yang cerdas dalam membaca

27
peluang bisnis . Terlepas dari posisi BUMI yang memang diuntungkan oleh

harga batubara yang tinggi , kinerja manajemen yang solid dalam mengelola

modal kerja perusahaan untuk menghasilkan keuntungan juga merupakan factor

penunjang yang sangat penting. Keberhasilan BUMI dalam melakukan transaksi

Leverage Buy-Out dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:

1. Arutmin dan KPC merupakan asset berstandar Internasional dengan total

produksi yang stabil dan cadangan batubara yang banyak dan berkualitas

prima, didukung dengan infrastruktur yang memadai.

2. Operasional tambang Arutmin dan KPC ditangani oleh orang-orang yang

memang sudah sangat berpengalaman dan teruji. Seluruh jajaran

management di tingkat operasional Arutmin dan KPC dipertahankan tetap

sama seperti sebelm diakuisisi.

3. Industri sumberdaya khususnya batubara sedang mengalami pertumbuhan

pesat, sehubungan dengan pertumbuhan GDP yang pesat di Cina dan India

yang menuntut adanya pembangunan infrastruktur baru untuk memenuhi

kebutuhan domestic yang pada akhirnya meningkatkan demand terhadap

batubara yang merupakan salah satu sumber energy yang paling murah,

sementara suplainya terbatas.

Rasio hutang BUMI pada saat melakukan akuisisi Arutmin dan KPC sempat

mengalami kenaikan yang signifikan akibat hampir 80% dari keperluan dana

akuisisi 2 (dua) perusahaan batubara tersebut didanai oleh pinjaman, baik kepada

bank maupun lembaga keuangan non-bank, dengan tingkat bunga yang pada saat

28
itu cukup tinggi. Akan tetapi seperti dapat dilihat pada grafik berikut ini, bahwa

kurun waktu 2 tahun setelah akuisisi manajemen telah dapat menurunkan rasio

hutang perusahaan.

Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan manajemen dalam mengelola

cashflow perusahaan dan me-refinancing hutang-hutang dari tingkat bunga tinggi

ke tingkat bunga yang lebih rendah sehingga memudahkan manajeman dalam

pengaturan cashflow untuk melunasi hutang-hutangnya. Rasio hutang yang

rendah memudahkan BUMI untuk memperoleh pinjaman dalam rangka

membiayai modal kerja dan ekspansi perusahaan.

Dan bukti lain dari keberhasilan strategi LBO yang telah dilakukan oleh

BUMI adalah berhasilnya sebagai perusahaan yang menduduki peringkat

pertama di Indonesia. Berdasarkan Barlow Jonker Coal Supply Series Indonesia

2007, secara keseluruhan hasil produksi batubara di Indonsesia didominasi hanya

oleh sepuluh produsen batubara, dimana pada tahun 2007, secara bersama-sama

telah memproduksi 168,7 juta ton batubara dimana BUMI menduduki peringkat

pertama sebagai produsen batubara terbesar dengan total volume produksi

sebesar 53,8 juta ton.

DIVESTASI

a. Pengertian Strategi Divestasi

29
Strategi divestasi adalah kebalikan dari investasi. Lebih lengkap lagi, divestasi

merupakan aktivitas mengurangi beberapa jumlah aset dalam rangka memperoleh

keuntungan lebih besar di masa mendatang.

Dalam hal ini, bukan berarti divestasi merupakan hal yang merugikan. Sebab

tujuan dari divestasi yaitu mendapatkan keuntungan lebih tinggi dari sebelumnya.

Secara sederhana, contoh divestasi adalah menjumlah sejumlah lot saham

ketika harga di pasar sedang tinggi. Hal ini dilakukan agar investor mendapatkan

profit lebih besar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi divestasi

adalah beberapa langkah-langkah strategis yang dilakukan untuk mengurangi aset

agar memperoleh laba semakin besar.

b. Tujuan Divestasi Dilakukan

Sudah dibahas sebelumnya, utamanya tujuan strategi divestasi adalah meraih

keuntungan sebesar-besarnya. Namun, tidak hanya itu saja. Terdapat tujuan lain

dari aktivitas divestasi. Adapun tujuan divestasi adalah berikut ini.

1. Normalisasi Aset

Pertama, tujuan divestasi adalah normalisasi aset. Biasanya suatu aset memiliki

beban biaya tambahan seperti biaya pajak, biaya perawatan, dan sejenisnya. Agar

pengeluaran-pengeluaran tersebut tidak terlalu besar, maka perusahaan perlu

melakukan tindakan pengurangan aset atau disebut divestasi.

2. Mengurangi Beban Kerugian

30
Tujuan divestasi berikutnya adalah mengurangi beban kerugian. Tidak semua

investasi menghasilkan keuntungan sesuai harapan. Daripada harus menanggung

kerugian, biasanya investor akan melakukan divestasi.

3. Efisiensi Profit Jangka Panjang

Tujuan divestasi terakhir adalah efisiensi profit untuk jangka panjang. Setiap

investor menginginkan profit maksimal, sehingga terkadang perlu melakukan

pengorbanan. Divestasi adalah salah satu pengorbanan paling umum dilakukan.

Akan tetapi, biasanya sebelum melakukan divestasi, investor akan melakukan

perhitungan agar tahu sebesar apa risiko divestasi yang dihadapinya.

Dampak Divestasi Bagi Investor

Strategi divestasi adalah strategi yang dapat memunculkan dampak langsung

dan tidak langsung bagi investor. Ada yang berdampak positif, namun ada pula

yang berdampak negatif. Selengkapnya tentang dampak divestasi adalah sebagai

berikut.

1. Pengembalian Dana Investasi

Pertama, dampak divestasi adalah modal investasi milik investor dapat kembali

dalam jangka waktu pendek. Sebab begitu investor memutuskan melepas aset, ia

pun akan menerima uang yang diinvestasikan di awal. Akan tetapi, hal ini tidak

selamanya baik, karena jika ingin uang tersebut berputar menjadi profit, investor

harus mencari instrumen investasi lainnya.

2. Pengurangan Pendapatan

31
Dampak selanjutnya divestasi adalah pendapatan rutin menjadi berkurang.

Investor biasanya akan memperoleh pendapatan rutin berupa dividen atau return

tiap periode tertentu. Akan tetapi, saat divestasi, investor akan kehilangan salah satu

sumber passive income.Meski demikian, divestasi mungkin malah akan menambah

pendapatan jika instrumen investasi selama ini hanya mengalami kerugian.

3. Hilangnya Hak Atas Sebuah Perusahaan

Dampak divestasi berikutnya adalah hilangnya hak atas sebuah perusahaan.

Saat melakukan penanaman modal, seorang investor akan mendapat sekian

persentase kepemilikan perusahaan. Akan tetapi, saat modal tersebut dicabut,

otomatis investor juga akan kehilangan kepemilikannya.

4. Potensi Redistribusi Kekayaan

Terakhir, dampak divestasi adalah berpotensi redistribusi kekayaan.

Maksudnya ialah hasil keuntungan dari aset yang dikurangi atau terjual, dapat

dimanfaatkan untuk aktivitas produktif lainnya sehingga mampu menghasilkan

keuntungan kembali. Akan tetapi, Anda perlu memastikan analisa divestasi Anda

akurat sehingga benar-benar menghasilkan profit.

Macam-Macam Metode Divestasi

Kegiatan divestasi dapat dilakukan dengan beragam metode, antara lain:

1. Metode Direct Selling

Pertama, metode divestasi adalah direct selling. Metode ini merupakan cara

divestasi yang banyak diterapkan oleh banyak kalangan. Sebab cara ini terbilang

mudah dan potensi profit terlihat menjanjikan. Aktivitas direct selling dapat

32
dijumpai pada kegiatan penjualan saham, unit bisnis, beberapa aset perusahaan dan

sejenisnya.

2. Metode Spin-Off

Metode spin-off adalah metode divestasi yang meleburkan suatu divisi menjadi

entitas lain secara terpisah. Maksud dari entitas adalah jenis perusahaan yang masih

satu bagian dengan perusahaan induk.

Cara ini akan berpengaruh pada pembagian pemegang saham entitas, meskipun

pemegang saham akan tetap sama dengan sebelumnya. Selain itu, profit yang

didapatkan dari metode spin-off bukan berupa uang tunai, melainkan efisiensi

biaya.

3. Metode Carve-Out

Metode carve-out adalah metode divestasi dimana sebuah cabang dari

perusahaan induk melepaskan diri menjadi sebuah entitas yang terpisah. Sehingga

entitas baru tak ada kaitannya dengan perusahaan sebelumnya. Setelah itu, cabang

perusahaan tersebut akan ditawarkan sahamnya ke masyarakat.

Meski demikian, tidak semua cabang perusahaan dapat di-divestasi

menggunakan metode ini. Anda wajib memastikan dulu cabang perusahaan tersebut

punya kemampuan berdiri sendiri dari segi branding di masyarakat.

4. Metode Tracking Stock

Metode tracking stock adalah strategi divestasi dengan memilih satu unit bisnis

paling menghasilkan keuntungan dan menjual sahamnya ke masyarakat. Sekilas,

metode ini mirip dengan metode carve-out. Akan tetapi, dalam metode tracking

33
stock, perusahaan induk tidak melepas 100% saham unit bisnis. Kepemilikan

terbesar unit bisnis tersebut tetap ada dalam kuasa perusahaan induk.

Contoh Divestasi di Indonesia

Di Indonesia, kegiatan divestasi dapat dijumpai pada perusahaan-perusahaan

berskala besar, dengan berbagai tujuan melatarbelakanginya. Adapun di Indonesia,

beberapa contoh divestasi adalah sebagai berikut.

1. Divestasi PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) Pertama, contoh divestasi

adalah perusahaan PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) yang bergerak di bidang

tambang tanah air melakukan penjualan 20% saham kepemilikannya kepada PT

Dairi Prima Mineral di tahun 2018. Langkah ini diambil agar keuangan perusahaan

semakin kuat dan bisa berfokus pada bisnis inti perusahaan.

2. Divestasi Standard Chartered Bank (StanChart) Selanjutnya, contoh

divestasi adalah perusahaan Standard Chartered Bank (StanChart) menjual saham

kepemilikan senilai 45% kepada Bank Permata di tahun 2019. Hal ini dilakukan

sebagai tujuan perusahaan untuk memperoleh modal lebih besar.

Demikian penjelasan tentang divestasi, tujuan, macam-macam, dan dampaknya.

Strategi divestasi adalah salah satu strategi efisiensi biaya yang patut dipelajari

pebisnis dan investor. Jadi saat suatu hari nanti perusahaan Anda perlu mengurangi

beban biaya, Anda bisa mempertimbangkan divestasi sebagai salah satu solusinya.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Brigham, EugeneF. dan Joel F. Houston 1998. Dasar-dasar Manajemen

Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

2. Moin, Abdul. 2003. Merger, Akuisisi, dan Divestasi Jilid 1. Yogyakarta :

Ekonisia.

3. http://bbs.binus.ac.id/management/2019/12/divestiture-strategy/

http://repository.uin-suska.ac.id/14361/7/7.%20BAB%20II__2018694AKN.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8943/6.BAB%20I.pdf?

sequence=5&isAllowed=y

4. Dhaniswara K. Monograf Kedudukan Hukum Perusahaan Induk (Holding

company)

35

Anda mungkin juga menyukai