Di susun Oleh :
NAMA : Maria Magdalina Novinsia
NIM : 858421697
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Kasih, atas kelimpahkan Rahmat dan
Kelas ( PTK ) ini yang pembahasan singkat tentang : Penerapan Alat Peraga Mistar
Kompetensi Dasar menjumlahan Bilangan Bulat Siswa Kelas IV SDN 012 Sangatta
Utara”
ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai
2. Ibu Mice, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 012 Sangatta Utara.
3. Seluruh guru dan tenaga kependidikan SDN 012 Sangatta Utara yang sudah
5. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang ikut
ii
Penulis menghaturkan doa semoga semua amal dan jasa baik dari semua pihak dapat
pahala yang yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari
kesempurnaan yang ideal,untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
guru sebagai pendidik, siswa, orang tua, sarana prasarana sekolah dan tidak
itu banyak tantangan yang harus dihadapi, baik oleh guru maupun siswa.
dalam belajar dapat diatasi dengan jalan kerjasama antara guru dan siswa. Guru
pelajaran yang berat untuk dipelajari dari tingkatan Sekolah Dasar (SD) sampai
namanya saja siswa sudah alergi. Apalagi mereka harus mengikuti pelajaran
matematika di kelas, materi yang diajarkan guru mustahil dapat diserap baik oleh
siswa.
Kondisi semacam ini sudah berlangsung sejak lama, dan kita tidak dapat
menyalahkan siswa kita. siswa datang ke sekolah untuk menimba ilmu dari
1
sekolah dasar adalah bagaimana memaksimalkan pembelajaran matematika
sekolah dasar biasanya anak masih kesulitan dalam membaca dan memaknai
tahapan ini siswa lebih cepat paham dan mampu mengingat lama pelajaran
dengan menggunakan alat peraga. Maka dari itu harus dikonkritkan. Untuk
model-model ide abstrak. Biasanya pada tahapan ini anak sudah berfikir logis
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik dan merasa perlu untuk memecahkan
masalah tersebut. Untuk itu peneliti memilih judul “Penerapan Alat Peraga
2
B. Rumusan Masalah
Sengata Utara.
C. Tujuan Penulisan
3
D. Manfaat Penelitian
kesimpulan yang bemanfaat bagi siswa, guru, orang tua. Manfaat yang
1) Manfaat Teoritis
bulat.
2) Manfaat Praktis
b) Bagi guru dapat dijadikan refrensi atau rujukan tentang penggunaan alat
mistar bilangan.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Alat Peraga
Alat peraga merupakan sebuah media konkrit yang sangat membantu dan
yang mengandung atau membawakan cirri-ciri dari konsep yang dipelajari. Alat
peraga adalah seperangkat benda konkrit yang dirancang atau disusun secara
tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah sebuah media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
5
Mistar Bilangan adalah alat bantu untuk menghitung operasi pada bilangan
bulat yang dapat dibuat sendiri dari kertas karton. Mistar bilangan yang akan
digunakan terdiri dari dua buah mistar dengan skala yang sama dan terdiri dari
bilangan bulat, yaitu bilangan bulat negatif, nol dan bilangan bulat positif.
Mistar bilangan juga merupakan suatu media atau alat peraga yang menarik
dan mampu menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan aktivitas guru dan siswa
sebagai berikut:
Contoh: 2 + 5 = 7
6
Langkah 1 : dari 0 maju dua satuan
- - - - - - - 0 1 2 3 4 5 6 7
7 6 5 4 3 2 1
- -6 - - - - - 0 1 2 3 4 5 6 7
7 5 4 3 2 1
memahaminya
c) Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah
bosan
7
Dengan demikian penggunaan alat peraga Mistar Bilangan dalam
dan memberikan kesan yang mendalam dalam mengajar, panca indra dan seluruh
kesanggupan seorang anak perlu dirangsang, digunakan dan libatkan, sehingga tak
hanya mengetahui, melainkan dapat memakai dan melakukan apa yang dipelajari.
Panca indera yang paling umum dipakai dalam mengajar adalah “mendengar”
yang disampaikan. Seolah-olah telinga mendapatkan mata. Anak melihat sesuatu dari
apa yang diceritakan. Namun ilmu pendidikan berpendapat, bahwa hanya 20% dari
apa yang didengar dapat diingat kemudian hari. Kesan yang lebih dalam dapat
dihasilkan jikalau apa yang diceritakan “dilihat melalui sebuah gambar “. Dengan
demikian, melalui” mendengar “ dan “ melihat” akan diperoleh kesan yang jauh lebih
mendalam.
baik dalam konteks kreatif berpikir maupun dalam kreatif melakukan sesuatu,
8
2) Siswa yang belajar akan terasa senang jika memahami apa yang dipelajari dalam
bilangan yang berlambang ( - ) yang selama ini sering penulis jumpai pada
peserta didik menjadi hal yang membingungkan, karena selama ini belum
5) Bahan yang digunakan untuk membuat alat peraga (mistar hitung) ini sangatlah
murah sehingga tidak ada hambatan bagi guru matematika untuk membuat dan
menggunakannya.
3) Bentuk operasi hitung masih berwujud abstrak (positif dan negatif serta tambah
dan kurang).
9
2. Aktifitas dalam Belajar
Di dalam belajar perlu ada aktifitas , sebab pada prinsipnya belajar itu adalah
melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktifitas. Itulah sebabnya
aktifitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar
jiwa menurut ilmu jiwa.Menurut pandangan ilmu jiwa lama, John Locke dan
mendominasi kegiatan., siswa terlalu pasif sedangkan guru aktif dan segala
inisiatif datang dari guru.Gurulah yang menentukan bahan dan metode , sedang
Sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa moderen (Sadirman : 99), anak didik
karena itu tugas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar
anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya.Dalam hal ini anaklah
10
c) Jenis-jenis aktifitas dalam belajar.
yang maksimal.
11
3. Hasil Belajar
Hasil belajar ialah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan
pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu
(Hamalik;2008 )
sikap.Ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara
perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam kenyataan pada diri siswa akan
dalam usaha melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan nilai yang dicapai
(Winkel dalam sadirman: 2002). Maka hasil belajar adalah kemampuan yang
Perubahan perilaku yang actual maupun potensial adalah hasil belajar. Hasil
bersikap dan bereaksi, ketrampilan berinteraksi. Dimana dalam setiap proses belajar
12
pengetahuan saja ( ranah kognitif ). Hasil belajar sebagai tujuan dari kegiatan belajar
tidak terjadi dengan serta merta dari suatu proses, banyak hal yang mempengaruhi
hasil belajar baik bersifat ekstern seperti factor keluarga, masyarakat dan sekolah
atau factor intern berupa jasmani dan psikologis individu. Melalui hasil belajar juga
dapat diketahui kemampuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar. Hasil
belajar dapat di ketahui melalui penilaian dengan cara mengukur dan mengevaluasi
tingkat keberhasilan belajar melalui test penilaian hasil belajar ini bertujuan untuk
menggunakan alat peraga. Melalui alat peraga inilah hasil belajar siswa lebih
meningkat. Maka hasil belajar adalah suatu tingkatan yang akan diperoleh dari
aktifitas belajar yang bersifat terukur berupa ilmu pengetahuan, sikap, dan
belajar selama proses belajar yang ditandai dengan perolehan nilai ataupun
B. Kerangka Berpikir
pembelajaran yang menjenuhkan, sulit, sukar dan bahkan yang lebih ektrimnya lagi
banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika itu menyeramkan. Hal itu
merupakan sifat yang wajar mengingat matematika itu sendiri adalah abstrak dan
dalam belajar matematika banyak bermain dengan angka sehingga banyak menguras
siswa dalam rangka mencapai tujuan tertentu yakni tujuan pendidikan dan pengajaran
13
(Muhammad Surya.2004 :13). Dalam proses ini bukan hanya guru yang aktif
keduanya harus aktif. Karena ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang
mendominasi aktivitas belajar. Dengan ini secara aktif mereka menggunakan otak,
baik untuk ide pokok dari materi yang di pelajari, memecahkan persoalan atau
tersusun untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Dalam hal ini guru
merupakan peran yang sangat penting. Dalam suatu pembelajaran guru harus
Gagasan baru ini muncul jika siswa telah memahami materi yang diberikan oleh guru
mereka. Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik harus mengetahui dan menguasai
inovasi yang tepat dalam pembelajaran di kelas sehingga menjadi lebih hidup, aktif
Banyak sekali cara atau inovasi yang bisa dilakukan salah satunya dengan
penerapan alat peraga mistar bilangan mampu menjadi salah satu solusi untuk
14
Dalam hal ini penulis mengambil dua variabel dalam penelitian yang berjudul
“penerapan alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap konsep
penjumlahan bilangan bulat”. Sebagai variable X adalah penerapan alat peraga untuk
bulat.
C. HIPOTESIS TINDAKAN
adalah dengan menerapkan alat peraga mistar bilangan keaktifan dan hasil belajar
siswa meningkat.
antara lain pemahaman dan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran. Dari
sebab itu penerapan alat peraga mistar bilangan dalam pelaksanaanya akan
memotivasi siswa dalam belajar karena setiap siswa melibatkan secara maksimal
menguasai materi yang ditugaskan dan dapat merumuskan sendiri keterangan yang
diperoleh. Oleh karena itu, peneliti melalui penerapan alat peraga mistar bilangan
dasar yang nyata untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi terjadinya
15
BAB III
METODE PENELITIAN
SD Negeri 012 Sangatta Utara, Kota Sangatta Ibu kota Kutai Timur.Dengan
pertimbangan karena SD Negeri 012 Sengatta Utara adalah tempat salah satu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
a. Penyusunan Proposal √ √
b. Pembuatan rancangan
penelitian ( RPP ) serta √
Instrumen penelitian
antara lain LKS, Alat
peraga mistar bilangan,
Daftar Nilai, Lembar
Pengamatan
2. Pelaksanaan siklus 1 √ √
Perencanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan
Observasi /pengamatan
16
Analisis dan refleksi
3. Pelaksanaan siklus 2 √ √
Perencanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan
Observasi /pengamatan
Analisis dan refleksi
4. Melakukan Seminar √ √
5. Penyusunan laporan √ √
penelitian
B. Subyek Penelitian
penelitian ini didasarkan pada kondisi kelas yang mampu mewakili siswa kelas
17
C. Prosedur Penelitian
Rancangan Penelitian
yang merupakan proses pengkajian melalui sistim berdaur, yang terdiri dari beberapa
terhadap proses dan hasil tindakan sebagai acuan pelaksanaan tindakan berikutnya.
Keempat langkah di bawah ini merupakan satu siklus atau atau putaran artinya
sesudah ke-4 lalu kembali ke – 1 untuk siklus berikutnya. Pada siklus ini langkah ke-
1 dan langkah ke – 3 dapat dilakukan secara bersama- sama. Tetapi dapat juga
dilakukan secara terpisah walaupun pengamat dan pelaku berbeda. Secara utuh
tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini seperti yang
18
Adapun alur atau rencana dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
bahwasannya pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus namun
bila dari dua siklus yang direncanakan masih terdapat masalah yang harus
19
Pelaksanaan prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Rancangan siklus
1) Tahap perencanaan
Dalam tahap tindakan pada siklus ini , kegiatan yang dilakukan adalah:
2) Tahap tindakan
pembelajaran ( RPP )
yang dilakukan.
20
2) Tahap pengamatan
unsure pendukung.
3) Tahap refleksi
berikutnya.
21
E. Analisis Data
Data yang sudah terkumpul selama penelitian, selanjutnya dianalisis sebagai berikut:
a) Tes Tertulis
Tes digunakan untuk memperoleh data kognitif berupa data prestasi belajar siswa.
Tes diberikan dalam bentuk soal. Ketuntasan belajar siswa diperoleh dengan rumus
Data berdasarkan lembar pengamatan terhadap aktifitas guru dan siswa yang
terhadap aktifitas guru yang terdapat dalam lampiran laporan ini., dimana data diolah
dengan cara sebagai berikut: Aspek X = F/N x 100%, F adalah jumlah aspek yang
Indikator ketuntasan belajar siswa secara klasikal maupun individu apabila 75% dari
b) Observasi
data mengenai unjuk kerja siswa dalam kegiatan kelompok dan sikap siswa. Lembar
observasi berbentuk checklist, data unjuk kerja siswa dihitung dengan rumus:
X = F/N x 100%.
22
F. Indikator Penelitian
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator proses dan
hasil dalam penelitian penggunaan pendekatan proses. Dari segi proses ditandai oleh
tindakan pada penelitian ini dilihat pemahaman murid secara individu pada setiap
dengan nilai 75 %
23
DAFTAR PUSTAKA
Melvin Silberman. 2006. Active Learning 101 cara belajar siswa aktif . Bandung
: Nusa Media.
Tim Bina karya Guru. 2000, Trampil berhitung Matematika: Penerbit Erlangga.