(BIG)
Jl. Raya BogorKM. 46, Cibinong, Bogor, 16911
BADAN INFORMASI Telepon. (021) 875 2062-2063, Faksimile. (021) 875 2064
GEOSPASIAL Website: http://www.big.go.id
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
NOMOR80TAHUN2018
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Cibinong
pada tanggal is Desember 2018
KEPAU
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,
HASANUDDIN Z. ABIDIN
Tembusan:
1. Sekretaris Utama BIG;
2. Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar;
3. Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik; dan
4. Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial.
BAB I
PENDAHULUAN
Sasaran dari tsrsedianya Standar Survsi Hidrografi ini ada!ah untuk rnswujudkan standar
penyelenggaraan dan kualitas data hasil survei hidrografi untuk mendukung
penyelenggaraan informasi geospasial dasar skala 1:10.000.
Diagram alir pekerjaan secara keseluruhan dalam pekerjaan survei hidrografi ini adalah
sebagai berikut.
skata 1:10.000
Pettgotahandatahasi
pMipjkunmtarispantai
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan prosedur penentuan posisi titik kontrol mulai dari persiapan,
pelaksanaan, dan pengolahan data yang meliputi standar peralatan yang digunakan,
standar pekerjaan, dan standar hasil pekerjaan.
2 Acuan normatif
3.1
baseline
vektor koordinat relatif tiga dimensi (dX, dY, dZ) antartitik pengamatan.
3.2
global navigation satellite system
GNSS
sistem navigasi dan penentuan posisi global berbasis satelit yang dapat dipakai untuk
menentukan posisi baik horizontal maupun vertikal dengan memberikan informasi posisi dan
kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu secara kontinu dan serentak di
seluruh dunia tanpa bergantung pada waktu dan cuaca.
3.3
GNSS receiver
alat untuk menerima dan memproses sinyal satelit GNSS.
3.4
jaring kontrol geodesi
JKG
sebaran titik kontrol geodesi yang terintegrasi dalam satu kerangka referensi, meliputi jaring
kontrol horizontal, jaring kontrol vertikal, dan jaring kontrol gaya berat.
3.5
logsheet
formulir yang berisi catatan selama dilakukan perekaman data.
3.6
metode statik
3.7
survei pendahuluan
reconnaissance
proses survei untuk merekonstruksi titik pengukuran yang teiah direncanakan di atas peta
dan memosisikannya di lapangan.
3.8
receiver independent exchange format
rinex
format data staridar Interriasiona! untuk mengubah data msntah yang diterirna dari GNSS
receiver untuk kemudian diolah menggunakan perangkat lunak pengolah data GNSS.
3.9
titik kontrol
posisi di muka bumi yang ditandai dengan bentuk fisik tertentu yang dijadikan sebagai
kerangka acuan posisi untuk informasi geospasial.
3.10
nol palem
bacaan pada palem/rambu ukur pasut yang memiliki nilai ukuran nol.
Peralatan yang digunakan dalam penentuan posisi titik kontrol dapat dilihat pada label 2.1.
Tabel 2.1 - Peralatan dan spesifikasi peralatan dalam penentuan posisi titik kontrol
Metodologi Penentuan Titik Kontrol meliputi beberapa tahapan yang dapat dilihat
pada diagram alir Gambar 1.
:
- : i.-j-
7 r
/ —
• •-.
Pengukuran
Vtrtifcai
«llUJ» /
•etaporan
Tabel 2.2 - Pekerjaan yang dilakukan dalam tahap persiapan pengukuran titik kontrol
Tahapan dan spesifikasi pekerjaan yang dilakukan dalam pengukuran titik kontrol dan
pcflyiKSiHi i K.S flGi paiSfTi CiapSI QiiiPial pSGS i SDci *L.<j.
Tabel 2.3 - Pekerjaan yang dilakukan pada tahap pengukuran titik kontrol dan
pengikatan ke nol palem
Tahapan dan spesifikasi pekerjaan yang dilakukan dalam pengolahan data hasil
pengukuran titik kontrol dan pengikatan ke nol palem dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 - Pekerjaan yang dilakukan pada tahap pengolahan data hasil pengukuran
titik kontrol dan pengikatan ke nol palem
onyiaii
Nomor 80 Tahun 201 8
6 Keluaran
7 Standar kualitas
Spesifikasi hasil pekerjaan pada tahap penentuan posisi titik kontrol meliputi
a. koordinat titik kontrol yang memiliki ketelitian horizontal ± 5 cm dan ketelitian vertikal ±
10cm; dan
b. ketelitian tinggi hasil pengukuran metode sipat datar titik kontrol ke nol palem yang
sesuai dengan standar ketelitian orde LD SNI 19-6988:2004.
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan prosedur pemeruman mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan
pengolahan data yang meliputi standar peralatan yang digunakan, standar pekerjaan, dan
standar hasii pekerjaan.
2 Acuan normatif
3.1
akurasi
nilai yang menyatakan tingkat ketelitian pada sistem pengukuran aktual terhadap
pengukuran absolut dan digunakan untuk melihat kesalahan sistematik.
3.2
digital elevation model
DEM
pemodelan permukaan bumi yang merupakan representasi titik-titik yang memiliki koordinat
3 D (x,y, dan z) di permukaan bumi dalam suatu model digital.
3.3
heave
gerakan kapal naik dan turun secara keseluruhan akibat gaya dari lautan.
3.4
kalibrasi
proses pengecekan dan pengaturan alat agar diperoleh akurasi hasil pengukuran sesuai
dengan standar.
3.5
motion reference unit
MRU
alat untuk mengukur pergerakan anggul (pitch), guling (roll), toleh (yaw), dan lambungan
(heave) kapal.
3.7
pasang surut
pasut
naik turunnya permukaan laut secara periodik akibat interaksi gaya gravitasi antara bulan,
matahari, dan bumi.
3.8
anggul
pitch
gerakan kapal ke depan atau ke belakang (anggukan) terhadap arah tegak lurus muka
kapal.
3.9
roll
gerakan kapal ke kiri dan ke kanan (olengan) terhadap arah muka kapal.
3.10
skala
perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya di lapangan.
3.11
toleh
yaw
gerakan kapal ke arah kanan kiri kapal (dari arah haluan kapal).
3.12
sound velocity profiler
SVP
alat untuk mengukur profil kecepatan rambat akustik.
3.13
sound velocity surface
svs
«J V «J
Persiapan
Peta/Citra
Indeks Lokasi Pembuatan Lajur
{Peta Laut)
Rencana Survey Survey
(GEBCO)
Tid*-
Pengolahan data pemeruman dilakukan untuk mendapatkan data kedalaman yang akurat.
Tahapan pengolahan pemeruman dapat dilihat pada label 3.4.
7 Standar kualitas
Pelaksanaan survei utama yang dHakukan daSam kegiatan survei hidrograf! Ini harus
memenuhi spesifikasi survei di bawah ini.
o=
Keterangan:
a : Faktor kesaiahan yang tidak berganiung pada kedaiaman
b : Faktor kesalahan yang bergantung pada kedalaman
d : Kedaiariian ukiiran
a : Batas toleransi kesalahan pemeruman
Standar Ketelitian peta batimetri yang dihasilkan harus mengacu pada Standar Nasional
Indonesia 8202, Ketelitian peta dasar.
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan prosedur pengukuran garis pantai yang meliputi standar peralatan
yang digunakan, standar pekerjaan, dan standar kualitas. Hasil pengukuran garis pantai ini
merupakan data dasar yang digunakan untuk pembentukan garis pantai.
2 Acuan normatif
3.1
garis pantai
garis yang menggambarkan pertemuan antara perairan dan daratan di wilayah pantai pada
saat kedudukan pasang tertinggi atau pertemuan antara tepi luar wilayah tumbuhan dan
perairan di daerah rawa dan bakau
3.2
global navigation satellite system
GIMSS
sistem navigasi dan penentuan posisi global berbasis satelit yang dapat dipakai untuk
menentukan posisi baik horizontal maupun vertikal dengan memberikan informasi posisi dan
kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinu dan serentak di
seluruh dunia tanpa bergantung pada waktu dan cuaca
3.3
real time kinematic-global positioning system
RTK-GPS
sistem atau metode penentuan posisi secara teliti dengan memberikan koreksi pada saat
pengukuran (real time) dari stasiun referensi
3.4
survei ekstraterestrial
metode penentuan posisi yang dilakukan dengan pengukuran atau pengamatan
objek/benda angkasa baik yang alamiah seperti bulan maupun yang buatan manusia seperti
satelit
Peralatan yang digunakan dalam pengukuran garis pantai dapat dilihat pada label 4.1.
Tabel 4.1 - Peralatan dan spesifikasi peralatan dalam pengukuran garis pantai
4 Metodologi
Metodologi Pengukuran Garis Pantai dalam Survei Hidrografi meliputi beberapa tahapan
yang dapat dilihat pada diagram alir Gambar 3.
Persiapan
_L
Rencana Pemasangan
Indeks Lokasi
Peta/Citra Base Sepanjang Area
Rencana Survey
Survey
Pelaksanaan Survey
Tracking
1 i F
1 r
Metode dan spesifikasi pekerjaan yang dilakukan dalam pengukuran garis pantai dapat
dilihat pada label 4.2.
Tabel 4.2 - Metode dan spesifikasi pekerjaan yang dilakukan dalam tahap
pengukuran garis pantai
Keterangan:
A = titik daratan yang tidak pernah tersentuh air laut.
B = titik pendekatan pasang tertinggi rata-rata
C = titik pertemuan muka air dan darat pada saat pengukuran.
D = titik di daiam air yang mempunyai kedalaman pada saat
tertentu
E = Batas pengukuran SEES
h. Seluruh titik (A, B, C, dan D) diukur posisi horizontal dan
vertikainya.
Pengolahan data dilakukan untuk menggambarkan garis pantai yang dibentuk berdasarkan
titik A, B, C, dan D dari hasil survei ekstraterestrial. Penentuan garis tersebut menggunakan
data hasil pengolahan pasut dan pemeruman daerah dangkal (shallow sounding).
6 Keluaran
7 Standar kualitas
Ketelitian horizontal hasil pengukuran titik A, B, C, dan D pada garis pantai paling rendah 1
m.
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan prosedur pengamatan pasang surut mulai dari tahap persiapan
pelaksanaan dan pengolahan data yang meliputi standar peralatan yang digunakan, standar
pekerjaan, dan standar kualitas.
2 Acuan normatif
3.1
pasang surut
pasut
naik turunnya permukaan laut secara periodik akibat interaksi gaya gravitasi antara bulan,
matahari, dan bumi
3.2
stasiun pasut
tempat pengamatan pasut dilakukan
3.3
pengamatan pasut
kegiatan pencatatan atau perekaman data pasut yang dilakukan dengan interval waktu dan
periode tertentu
3.4
data pasut
data tinggi muka air laut beserta waktu pengamatannya.
3.7
periode pengamatan pasut
lama waktu pengamatan pasut yang disesuaikan dengan keperluannya
3.8
pengikatan pasut
kegiatan mengikatkan tinggi datum pasut (misalnya tinggi muka laut rata-rata atau mean sea
level [M-SL]) yang diperoleh dari hasi! pengamatan pasut me!a!iii pengukuran sipat datar
pada suatu titik ikat stasiun pasut sehingga titik ikat stasiun pasut tersebut memiliki tinggi
yang diukur dari datum pasut tertentu
3.9
titik ikat stasiun pasut
konstruksi permanen dan stabil yang dilengkapi dengan sebuah titik tanda ketinggian
sebagai monumentasi ketinggian datum yang diukur
3.10
muka surutan peta
chart datum
permukaan (umumnya air terendah) yang ditetapkan secara permanen sebagai referensi
kedalaman atau referensi tinggi pasut laut
3.11
komponen pasang surut
konstanta pasut
elemen harmonik pada persamaan matematika untuk gaya pembangkit pasut yang
merepresentasikan perubahan atau variasi periodik relatif dari bumi, bulan, dan matahari
3.12
tunggang pasut
jarak maksimum antara kedudukan muka laut pada saat pasang tertinggi dan surut terendah
Peralatan yang digunakan dalam pengamatan pasang surut dapat dilihat pada label 5.1.
Tabel 5.1 - Peralatan dan spesifikasi peralatan dalam pengamatan pasang surut
5 Metodologi
Tahapan dan spesifikasi pekerjaan yang dilakukan dalam persiapan pengamatan pasut
dapat dilihat pada label 5.2.
Tabel 5.2 - Pekerjaan yang dilakukan dalam tahap persiapan pengamatan pasut
Instalasi alat pengamatan pasut harus memenuhi kaidah tertentu agar diperoleh data yang
baik. Ketentuan yang harus dipenuhi dalam instalasi alat pasut:
1. Tidak berada di muara sungai untuk menghindari pengaruh debit sungai terhadap laut
yang diamati. Jika pengamatan pasut terletak di muara sungai, penghitungan konstanta
harmonik harus memperhitungkan debit air sungai.
2. Terlindung atau dilindungi dari gelombang laut, tetapi tetap memiliki akses langsung ke
lautan, baik pada keadaan pasang maupun surut.
3. Mudah diakses pada segala cuaca dan keadaan
4. Memiliki sedimen dasar laut yang stabil (tidak berlumpur) dan keras untuk menghindari
turunnya kedudukan alat pengamat pasut
5. Kedalaman laut di daerah sekitar stasiun pasut relatif homogen (tidak ada variasi
kedaSarrian yang ekstrern}
6. Lokasi harus mudah dijangkau untuk pelaksanaan pengawasan dan pemeliharaan
stasiun
7. Kedalaman posisi pengamatan minimal 0,5 m dari surut terendah.
8. Pasut terikat pada EM
Sebelum melakukan instalasi alat pengukur pasut perlu dilakukan survei pendahuluan
(reconnaissance) untuk mengetahui rencana posisi stasiun pasut.
Data pasut minimal satu bulan diolah untuk mendapatkan konstanta harmonik dan nilai
muka laut rata-rata. Pengolahan data dilakukan dengan metode least square, dengan
interval data paling lama satu jam.
Konstanta harmonik yang dihasilkan digunakan untuk mendapatkan nilai surut terendah dan
pasang tertinggi dengan cara melakukan prediksi 1 (satu) tahun, jika menggunakan data
pasut BIG diprediksi selama 19 tahun.
6 Keluaran
KEPALA
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,
HASANUDDIN Z. ABIDIN f-
^