TUJUAN DAN
SASARAN
GAMBARAN
UMUM
ANALISIS
KAJIAN TEKNIS
DASAR
HUKUM
Kelompok Undang-Undang:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Dasar Pokok-pokok Agraria;
2. Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4422);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 11
tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
10. Undang-undang No. 17 tahun 2019 tentang Sumber Daya Air sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 11 tahun
2020 tentang Cipta Kerja; dan
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.
DASAR
HUKUM
Kelompok Peraturan Pemerintah:
1. Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (diubah dengan Peraturan
Pemerintah RI No. 13 tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Nasional);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara Tahun 2009
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5004);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5347);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 333, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; dan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pasal 7
(1) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b
diperlukan untuk kegiatan penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang menggunakan teknologi pengolahan dan pemrosesan akhir
berupa proses biologi, termal atau teknologi lain dengan kapasitas lebih besar dari 100 ton/hari.
(2) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun berdasarkan:
a. rencana induk penyelenggaraan PSP yang telah ditetapkan;
b. kelayakan teknis, ekonomi, dan keuangan; dan
c. kajian lingkungan, sosial, hukum dan kelembagaan.
(3) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun oleh pemerintah sesuai dengan kewenangannya dan/atau swasta.
N K E B I J A K A N
TINJAUA
SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Kelayakan lokasi TPA ditentukan berdasarkan:
1) Kriteria regional digunakan untuk menentukan kelayakan zone meliputi kondisi geologi, hidrogeologi, kemiringan
tanah, jarak dari lapangan terbang, cagar alam banjir dengan periode 25 tahun.
2) Kriteria penyisih digunakan untuk memilih lokasi terbaik sebagai tambahan meliputi iklim, utilitas, lingkungan
biologis, kondisi tanah , demografi, batas administrasi, kebisingan, bau, estetika dan ekonomi.
3) Kriteria penetapan digunakan oleh instansi berwenang untuk menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai
kebijakan setempat.
D A N S A S A R A N
TUJUAN
TUJUAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan
kajian kelayakan terhadap lokasi yang akan
ditetapkan sebagai area pengembangan tempat
pemrosesan akhir sampah berdasarkan
rekomendasi hasil kajian fisik dan lingkungan
yang telah dilakukan dalam wilayah Kabupaten
Polewali Mandar.
SASARAN
11
GAMBARAN UMUM
Wilayah Perencanaan
Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Polewali Mandar
483920
Tapango 23,804 24,107 24,409 25,703 25,961
478534
Matakali 23,354 23,628 23,900 27,511 27,994
Bulo 9,630 9,746 9,853 10,457 10,575
Polewali 61,072 61,914 62,742 65,800 66,483
442576
Binuang 32,823 33,065 33,295 39,326 40,011
437662
432692
Anreapi 10,253 10,376 10,492 11,184 11,306
Matangnga 5,559 5,619 5,674 5,835 5,879
Polewali Mandar 432,692 437,662 442,576 478,534 483,920
Jumlah penduduk di Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2021 sebanyak 2017 2018 2019 2020 2021
483.920 jiwa. Kecamatan Polewali merupakan wilayah dengan penduduk terbesar
yaitu 66.483 jiwa.
Gambaran Umum Wilayah Daerah yang memiliki kepadatan cukup
tinggi berada disepanjang jalan arteri
Kepadatan Penduduk primer. Kecamatan terpadat adalah
Kecamatan Polewali.
Kepadatan Penduduk Kabupaten
Polewali Mandar 2021-2021
(jiwa/km2)
Kecamatan 2021
Tinambung 1,136.88
Balanipa 891.64
Limboro 299.14
Tubbi Taramanu 54.40
Alu 85.64
Campalagian 557.79
Luyo 268.14
Wonomulyo 683.11
Mapili 331.37
Tapango 203.62
Matakali 385.06
Bulo 46.30
Polewali 2,189.82
Binuang 274.39
Anreapi 124.12
Matangnga 24.83
Polewali Mandar 233.24
Kepadatan Tidak Padat Kurang Padat Cukup Padat Padat
Jaringan Jalan Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer 1 Jalan Kolektor Primer 3 Jalan Lokal Primer Jalan Lingkungan Primer
Kecamatan Mapilli
Penutup Lahan
Sebagian besar Wilayah Desa Sattoko berupa
Hutan Rimba. Selain itu terdapat pula tegalan
dan semak belukar. Wilayah permukiman dan
tempat kegiatan berada tidak jauh dari aliran
sungai.
Keterangan
Penutup Lahan
Hutan Rimba
Pasir/Bukit Pasir Darat
Permukiman dan Tempat Kegiatan
Semak Belukar
Sungai
Tegalan/Ladang
Sungai
! ! ! ! ! !
Batas Desa
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
Gambaran Umum Desa Sattoko
Kontur
Desa Sattoko berada pada ketinggian 20 mdpl
hingga 540 mdpl. Wilayah tertinggi berada pada
bagian utara, sedangkan wilayah lainnya cenderung
datar
Keterangan
20 130 240 350 460
30 140 250 360 470
40 150 260 370 480
50 160 270 380 490
60 170 280 390 500
70 180 290 400 510
80 190 300 410 520
90 200 310 420 530
100 210 320 430 540
! ! ! ! ! !
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
120 230 340 450
Gambaran Umum Desa Sattoko
Curah Hujan
Pada bagian utara, hari hujan rata-rata sebesar
155,5 dan di bagian selatan hari hujan rata-rata
155,5. Curah hujan berkisar antara 2501-3000
mm/tahun
Keterangan
Curah Hujan Rata-Rata
152,8
155,5
! ! ! ! ! !
Batas Desa
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
Gambaran Umum Desa Sattoko
Jenis Tanah
Keterangan
Jenis Tanah
Brown Forest Soil
Mediteran
Sungai
! ! ! ! ! !
Batas Desa
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
Gambaran Umum Desa Sattoko
Kondisi Geologi
Keterangan
Jenis Batuan
Batuan Gunungapi Talaya
Formasi Mapi
Sungai
! ! ! ! ! !
Batas Desa
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
Gambaran Umum Desa Sattoko
Kondisi Hidrogeologi
Berdasarkan Litologi Akuifer, hidrogeologi di Desa
Sattoko terbagi atas batuan padu dengan tingkat
kelulusan air rendah hingga sedang dan batuan volkanik
dengan tingkat kelulusan air rendah.
Keterangan
Litologi dan Tingkat Kelulusan
Batuan Padu, Rendah - Sedang
Batuan Volkanik, Rendah
Sungai
! ! ! ! ! !
Batas Desa
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
Gambaran Umum Desa Sattoko
Rencana Pola Ruang Kabupaten pada
Wilayah Desa Sattoko
Rencana pola ruang Kabupaten Polewali Mandar di
Wilayah Desa Sattoko, antara lain:
Rencana Pola Ruang Luas (Ha)
Badan Air 15,07
Kawasan Hutan Produksi Terbatas 793,27
Kawasan Perkebunan 121,36
Kawasan Perlindungan Setempat 42,93
Kawasan Permukiman Perdesaan 10,85
Kawasan Tanaman Pangan 21,79
Keterangan
Draf Rencana Pola Ruang Kab. Polman
Badan Air
Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Kawasan Perkebunan
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan Permukiman Perdesaan
Kawasan Tanaman Pangan
! ! ! ! ! !
Batas Desa
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
ANALISIS
Penilaian Lokasi TPA Sampah
Kabupaten Polewali Mandar
Analisis Kependudukan Metode Proyeksi Eksponesial
Proyeksi pertambahan penduduk Diprediksi terjadi peningkatan jumlah Rata-rata laju pertumbuhan penduduk
dihitung dengan metode penduduk di Kabupaten Polewali di Kabupaten Polewali Mandar per
eksponensial Mandar sebesar 340.368 dalam kurun tahun sebesar 2,43%.
waktu 20 tahun
Proyeksi Timbulan Sampah
Kabupaten Polewali Mandar (2022-2042)
Standar Timbulan Standar Timbulan Standar timbulan massa dan volume sampah berdasarkan
Proyeksi Potensi Massa Potensi Volume Densitas Sampah
Tahun Massa Sampah Volume Sampah SNI 19-3983-1995 terkait spesifikasi timbulan sampah untuk
Penduduk Sampah (kg/hari) Sampah (L/hari) (kg/m3)
(kg/orang/hari) (ltr/orang/hari) kota kecil dan kota sedang
2022 503.099 0,80 2,75 402.479,30 1.383.522,58 290,909 di Indonesia.
2027 570.911 0,80 2,75 456.728,97 1.570.005,85 290,909
2032 649.056 0,80 2,75 519.244,51 1.784.902,99 290,909 Nilai densitas sampah merupakan hasil pembagian proyeksi
2037 739.239 0,80 2,75 591.391,41 2.032.907,97 290,909 massa sampah dengan proyeksi volume sampah di
2042 843.467 0,80 2,75 674.773,92 2.319.535,35 290,909 Kabupaten Polewali Mandar.
Perhitungan volume sampah yang masuk ke TPA: Nilai TP = 33,22 % (PTMP Polewali Mandar, 2017)
Desa Sattoko
Penilaian Lokasi TPA
SNI 03-3241-1994 Tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah
1 Tahap Regional
tahap regional yang merupakan tahapan
untuk menghasilkan peta yang berisi
daerah atau tempat dalam wilayah
tersebut yang terbagi menjadi beberapa
zona kelayakan
2 Tahap Penyisih
tahap penyisih yang merupakan tahapan
untuk menghasilkan satu atau dua lokasi
terbaik diantara beberapa lokasi yang
dipilih dari zona-zona kelayakan pada
tahap regional
3 Tahap Penetapan
tahap penetapan yang merupakan tahap
penentuan lokasi terpilih oleh Instansi
yang berwenang
1 Penilaian Kriteria Regional Kondisi Geologi
*Berdasarkan penilaian kriteria regional, lokasi TPA Sattoko belum layak karena tidak memenuhi persyaratan yakni ;
1. Jarak dari permukiman. jarak ideal dari permukiman. Jarak minimal yang dipersyaratkan adalah radius 1 km dari lokasi TPA
2. Jarak terhadap sumber air minum. Idealnya radius TPA harus >100 meter di hilir aliran
Penilaian Kriteria Penyisih
Kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu terdiri dari kriteria
regional ditambah dengan kriteria berikut:
Batas
Administrasi Utilitas
Lingkungan
Demografi
Biologis
Iklim Estetika
Parameter Bobot Nilai
PARAMETER UMUM
Batas Administrasi 5
Dalam Batas Admin 10
Diluar batas admin tetapi dalam satu sistem pengelolaan TPA terpadu 5
Diluar batas admin & diluar pengelolaan TPA sampah terpadu 1
Diluar batas admin 1
Pemilik Hak Atas Tanah 3
Pemerintah daerah/pusat 10
Pribadi (satu) 7
Swasta/perusahaan (satu) 5
Lebih dari satu pemilik hak dan/atau status kepemilikan 3
Organisasi sosial/agama 1
Kapasitas Lahan 5
>10 tahun 10
5-10 tahun 8
3-5 tahun 5
<3 tahun 1
Jumlah Pemilik Tanah 3
1 KK 10
2-3 KK 8
4-5 KK 5
6-10 KK 3
>10 KK 1
Partisipasi Masyarakat 3
Spontan 10
Digerakkan 5
Negosiasi 1
PARAMETER LINGKUNGAN FISIK
Tanah (diatas muka air tanah) 5
Harga kelulusan <10-9 cm/det 10
Harga kelulusan 10 cm/det - 10^-6 cm/det
-9
7
Harga kelulusan >10-6 cm/det (tolak. Kecuali ada masukan teknologi)
Air Tanah 5
≥10 m dengan kelulusan <10-6 cm/det 10
>10 m dengan kelulusan <10-6 cm/det 8
≤10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det - 10-4 cm/det 3
<10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det - 10-4 cm/det 1
Desa Sattoko
Bertujuan untuk mengetahui siapa pemilik tanah yang akan Kriteria jumlah pemilik tanah pada lokasi TPA berpengaruh pada
digunakan/direkomendasikan menjadi lokasi TPA. Tanah milik proses pembebasan lahan. Semakin banyak kepemilikan dalam
pemerintah memiliki poin tertinggi, sedangkan tanah dengan delineasi TPA, berpotensi menghambat proses pembebasan lahan.
kepemilikan pribadi suatu Lembaga sosial/agama bernilai rendah.
Adapun lokasi TPA Sattoko yang merupakan hutan produksi berarti
Calon lokasi TPA berada pada kawasan Hutan Produksi Terbatas kepemilikan milik negara dan perlu mengajukan izin pinjam pakai
yang mengindikasikan tidak ada kepemilikan dalam kawasan kawasan.
tersebut
Keterangan
Calon Lokasi TPA
! ! ! ! ! !
Batas Desa
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
Jenis Tanah
Brown Forest Soil
Penilaian Harga kelulusan 10 – 10 mm/det = 7
-9 -6
Mediteran
Penilaian Kriteria Penyisih
Air Tanah
Kedalaman air tanah ideal yaitu ≥10 meter dengan kelulusan air <10 -6 cm/detik.
Berdasarkan hidrogeologi litologi akuifer:
1. Lokasi TPA merupakan batuan volkanik dengan tingkat kelulusan rendah Calon Lokasi TPA
Keterangan
!
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
Kelulusan
2. Lokasi TPA memiliki system akuifer celah/sarang dengan produktivitas langka Rendah
dan produktivitas kecil setempat berarti. Nilai keterusan rendah dan debit air Rendah - Sedang
langka. Air tanah langka mengindikasikan kawasan tersebut tidak memiliki air
tanah yang layak.
Batas Desa
!
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
Produktivitas
Penilaian kedalaman ≥10 meter dengan kelulusan air <10-6 cm/detik = 10 Langka
Produktif Kecil Setempat Berarti
Penilaian Kriteria Penyisih
Sistem Aliran Air Tanah
Batas Desa
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
Kemiringan
Calon Lokasi TPA Lereng
2-8%
! ! ! ! ! !
Batas Desa
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
Kemiringan Lereng 8 - 15 %
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
Bahaya Banjir Kerawanan Banjir
Rendah
Sedang
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah harus Tinggi
Keterangan
Calon Lokasi TPA
Curah Hujan Rata-Rata
152,8
155,5
Penilaian Diatas 1000 m/tahun = 1
! ! ! ! ! !
Batas Desa
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
Penilaian Kriteria Penyisih
Jalan Menuju Lokasi
²³
TPS Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Transport sampah dinilai berdasarkan waktu TPST² Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
BATAS_ADMINISTRASI_AR
tempuh menuju TPA dari pusat atau centroid
sampah. Centroid sampah adalah titik teoritis
yang dianggap merupakan titik sumber sampah.
Adapun titik sumber sampah diasumsikan
Calon Lokasi TPA
berasal dari rencana titik TPS yang tersebar di
seluruh wilayah Polewali Mandar.
Keterangan
Jalan Masuk
Keterangan Calon Lokasi TPA
Batas Desa
!
! ! ! ! ! !
Permukiman
! ! ! ! ! !
! ! ! ! ! !
Penilaian Kriteria Penyisih
Lalu Lintas
Kriteria lalu lintas dinilai berdasarkan jarak TPA dari
jalan umum dan intensitas lalu lintas pada wilayah
sekitarnya.
Adapun lokasi TPA berjarak kurang lebih 450 meter Calon Lokasi TPA
dari jalan lokal primer, yaitu ruas jalan Silsilla-Sattoko
dengan intensitas kepadatan yang rendah.
Jarak TPA dari Pusat Kota Polewali Mandar sekitar 30
km.
Keterangan
Jaringan Jalan
Jalan Arteri Primer
Keterangan
Jalan Kolektor Primer 1 Keterangan
Jalan
Jaringan Kolektor Primer 3
Jalan Calon Lokasi TPA
Jalan Arteri
Lingkungan
PrimerPrimer Permukiman
Jalan Lokal Primer
Kolektor Primer 1
! ! ! ! ! !
Batas Desa
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
! ! ! ! ! !
!
Batas Desa
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
Penutup Lahan
Hutan Rimba
Pasir/Bukit Pasir Darat
Permukiman dan Tempat Kegiatan
Semak Belukar
Batas Desa
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
Penutup Lahan
Hutan Rimba
Keterangan
Pasir/Bukit Pasir Darat
Permukiman dan Tempat Kegiatan Calon Lokasi TPA
! ! ! ! ! !
Batas Desa
!
Semak Belukar
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
Lokasi TPA Sattoko merupakan kawasan hutan produksi yang Calon Lokasi TPA
Keterangan
Penilaian Tidak ada daerah lindung
Calon disekitarnya
Lokasi TPA = 10
Draf Rencana Pola Ruang Kab. Polman
Keterangan Badan Air
Calon Lokasi TPA Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Keterangan Draf Rencana Pola Ruang Kab. Polman Kawasan Perkebunan
Batas Desa
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
!
Hutan Rimba
!
!
!
!
!
! ! ! ! ! !
Penilaian biologis ditentukan dari keberagaman flora dan fauna yang terdapat disekitar lokasi TPA. Nilai biologis yang rendah merupakan
tingkat yang ideal untuk TPA.
Berdasarkan identifikasi lapangan yang dilakukan, tidak ditemukan jenis vegetasi langka yang berada disekitar lokasi TPA. Hal ini
mengindikasikan bahwa lokasi TPA memiliki nilai biologis yang rendah.
Estetika
Nilai 501 berada antara 429-572 dan dapat dikategorikan cukup layak Cukup Layak
Rekomendasi
Hasil Penilaian
Lokasi TPA Sampah
Kabupaten Polewali Mandar
1 Rekomendasi
Masukan Teknologi untuk
Pengolahan Limbah
Menggunakan teknologi dengan sistem active
sludge (lumpur aktif) untuk mengelola air
limbah yang merupakan sistem biakan
tersuspensi dengan sirkulasi lumpur yang
meliputi proses dengan pencampuran
sempurna (reactor plug flow). Proses lumpur
aktif termasuk dalam proses biologi aerobik,
yaitu proses penguraian polutan organik dalam
air limbah dengan menggunakan
mikroorganisme dan oksigen CO2 dan H2O,
NH4 dan sel biomassa baru.
Rencana Sistem Pengolahan ditingkatkan dari controlled landfill menjadi sanitary landfill
TPA sampah dengan sistem lahan urug saniter (Sanitary Landfill) tidak memerlukan subzona budidaya penyangga
sehingga pada jarak 500-1.000 meter dari TPA tidak ada batasan untuk keberadaan permukiman. Hal tersebut dapat
menghindari relokasi permukiman yang berada pada jarak 500-1.000 meter dari TPA dan pergeseran lokasi TPA.
Jarak Subzona di Kawasan Sekitar TPA Sampah dengan Sistem LUT Jarak Subzona di Kawasan Sekitar TPA Sampah dengan Sistem LUS
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2012 Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2012
TERIMA
KASIH
PUSAT UNGGULAN TEKNOLOGI -
CENTER OF TECHNOLOGY (COT)
FAKULTAS TEKNIK - UNHAS
PRODUKSI C 2022