Anda di halaman 1dari 273

RENCANA AKSI DAERAH

PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA


PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 20102010-2020

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


2012

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA


NOMOR 36 TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA
PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2010-2020
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SUMATERA UTARA,
Menimbang

a. bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Presiden


Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 tentang
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah
Kaca dinyatakan bahwa untuk menurunkan emisi Gas
Rumah Kaca di masing-masing wilayah Provinsi,
Gubernur harus menyusun Rencana Aksi Daerah
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK);
b. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Gubernur tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun
2010-2020;

Mengingat

1.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang


Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan
Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera
Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
1103);

2.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang


Konservasi
Sumber
Daya
Alam
Hayati
dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);

3.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang


Pengesahan United Nations Frameworks Convention on
Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan
Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim)(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3557);

4.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang


Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888)

sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4412):
5.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);

7.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun
2005-2025
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia nomor 4700);

9.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

10.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang


Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ((Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5058);

11.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);

12.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang


Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

13.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan
Peraturan
Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah Propinsi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 59);

15.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang


Pengembangan
Sistem
Penyediaan
Air
Minum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4490);

16.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

17.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang


Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta
Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil
Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107);

18.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun


2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014;

19.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61


Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca;

20.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71


Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas
Rumah Kaca Nasional;

21.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006


tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peratuean Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

22.

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan


Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Provinsi
Sumatera Utara (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6);

23.

Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Daerah Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2008 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor
9);

24.

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Daerah Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2008 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor
12);

25.

Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun


2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013 (Lembaran
Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 Nomor 8,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara
Nomor 8);

26.

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang PokokPokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara
Nomor 23);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA TENTANG


RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH
KACA PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2010-2020.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Utara.
2. Kepala Daerah adalah Gubernur Sumatera Utara yang selanjutnya disebut
Gubernur.
3. Pemerintah Daerah adalah Penyelenggaraaan Urusan Pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
Otonomi dan Tugas Perbantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah


perangkat daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
5. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten dan Kota di Lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara.
6. Pembangunan Daerah adalah rangkaian penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan di Sumatera Utara.
7. Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah kaca yang selanjutnya
disebut RAD-GRK adalah Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020.
8. Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disebut GRK adalah gas yang
terkandung dalam atmosfer baik alami maupun antropogenik, yang
menyerap dan memancarkan kembali radiasi inframerah.
9. Emisi GRK adalah lepasnya GRK ke atmosfer pada suatu area tertentu
dalam jangka waktu tertentu.
10. Tingkat emisi GRK adalah besarnya emisi GRK tahunan.
11. Perubahan Iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau
tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan
komposisi atmosfer secara global dan selain itu juga berupa perubahan
variabilitas iklim ilmiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat
dibandingkan.
12. Mitigasi perubahan iklim adalah usaha pengendalian untuk mengurangi
risiko akibat perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurunkan
emisi/meningkatkan penyerapan GRK dari berbagai sumber emisi.
13. Kegiatan inti adalah kegiatan yang berdampak langsung pada penurunan
emisi GRK dan penyerapan GRK.
14. Kegiatan pendukung adalah kegiatan yang tidak berdampak langsung pada
penurunan emisi GRK tapi mendukung pelaksanaan kegiatan inti.

BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Kegiatan RAD-GRK meliputi bidang:
a. Pertanian;
b. Kehutanan dan lahan gambut;
c. Energi dan transportasi;
d. Industri;
e. Pengelolaan limbah;
f. Kegiatan pendukung lain.
(2) Substansi inti dari RAD-GRK terdiri dari 5 (lima) elemen, yaitu:
a. Sumber dan Potensi Penurunan Emisi GRK
Identifikasi bidang dan kegiatan yang berpotensi sebagai
sumber/serapan emisi GRK, berdasarkan pada cakupan, kondisi
wilayah, kegiatan dan produksi emisi sektoral, dan karakteristik
daerah;
b. Baseline BAU emisi GRK
Baseline BAU atau biasa disebut baseline merupakan perkiraan
tingkat emisi dan proyeksi GRK dengan skenario tanpa intervensi
kebijakan dan teknologi mitigasi dari bidang-bidang yang telah
diidentifikasi dalam kurun waktu yang disepakati (Tahun 2010-2020);
c. Usulan Rencana Aksi Penurunan Emisi GRK (mitigasi), baik berupa
kegiatan inti maupun kegiatan pendukung.

1. Usulan-usulan aksi mitigasi yang berpotensi dapat menurunkan


emisi GRK dari bidang/sub-bidang terpilih (dari kegiatan yang
sudah ada maupun yang baru).
2. Potensi reduksi emisi dari baseline dari tahun 2010 sampai tahun
2020 untuk setiap aksi/kelompok aksi mitigasi yang diusulkan.
3. Perkiraan biaya mitigasi dan biaya penurunan per ton emisi GRK
untuk setiap aksi yang diusulkan.
4. Jangka waktu pelaksanaan setiap aksi mitigasi yang diidentifikasi.
d. Usulan prioritas/skala prioritas dari usulan-usulan aksi mitigasi
terpilih;
e. Lembaga Pelaksanaan dan pendanaan kegiatan yang sudah
diidentifikasi, pengukuran dan pemantauan program kegiatan RADGRK di daerah.
BAB III
KEDUDUKAN RAD-GRK DENGAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 3
RAD-GRK merupakan dokumen yang menyediakan arahan bagi Pemerintah
Daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan penurunan emisi, baik
berupa kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi
GRK pada Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2020 yang berisi upaya-upaya
penurunan emisi GRK yang bersifat multi sektor dengan mempertimbangkan
karakteristik, potensi, dan kewenangan daerah, serta terintegrasi dengan
rencana
pembangunan
daerah
(RPJPD,
RPJMD
RTRW
Provinsi/Kabupaten/Kota).
Pasal 4
(1) Pencapaian target penurunan emisi GRK tingkat daerah dilakukan dengan
mengarahkan dan menetapkan berbagai program dan kegiatan yang
dilengkapi dengan sasaran, indikator kinerja dan pembiayaan ke dalam
RKPD.
(2) Pemerintah Daerah Provinsi berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam menyusun RPJMD dan RKPD Kabupaten/Kota
untuk mendukung penurunan emisi Gas Rumah Kaca.
Pasal 5
(1) RAD-GRK dapat dimonitoring dan dievaluasi secara berkala sesuai dengan
kebutuhan daerah dan perkembangan dinamika nasional dan
internasional.
(2) Monitoring dan evaluasi RAD-GRK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Kepala SKPD dan Pimpinan BUMD di Provinsi Sumatera
Utara serta dikoordinasikan oleh Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Utara.

(3) Hasil monitoring dan evaluasi RAD-GRK sebagaimana dimaksud dimaksud


pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh Kepala Bappeda Provinsi
Sumatera Utara kepada Gubernur.
(4) Tata cara monitoring dan evaluasi RAD-GRK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
Dokumen RAD-GRK, sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini, terdiri dari:
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB

I
II
III
IV
V
VI
VII

:
:
:
:
:
:
:

Pendahuluan;
Profil Daerah dan Permasalahan Emisi GRK ;
Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup;
Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara;
Strategi Implementasi RAD-GRK;
Monitoring dan Evaluasi;
Penutup.
Pasal 7

Pembiayaan RAD-GRK sebagaimana dimaksud Pasal 2 bersumber dari APBN,


APBD dan Sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Gubernur ini akan diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Gubernur.
Pasal 9
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan
Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi
Sumatera Utara.
Ditetapkan di Medan
pada tanggal 26 September 2012
Plt. GUBERNUR SUMATERA UTARA,
dto
GATOT PUJO NUGROHO

Kata Pengantar

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RADGRK) Provinsi Sumatera Utara tahun 2010-2020 merupakan
kontribusi Provinsi Sumatera Utara, sesuai dengan amanat
Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca sampai tahun 2020.
Dalam dokumen ini dibahas upaya aksi mitigasi baik berupa
kegiatan inti maupun kegiatan pendukung yang bersumber dari 6
(enam) bidang yang menjadi target penurunan emisi di Indonesia,
yaitu: bidang pertanian, bidang kehutanan dan lahan gambut,
bidang energi, bidang transportasi, bidang industri dan bidang
pengelolaan

limbah,

yang

merupakan

bagian

yang

tidak

terpisahkan dari perencanaan pembangunan daerah dan tidak


bertentangan dengan prinsip pembangunan ekonomi, pengentasan
kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan.
Saya berharap dokumen ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pemangku kepentingan terkait di Provinsi Sumatera Utara dalam
upaya penurunan emisi gas rumah kaca.
Medan, September 2012
Plt. Gubernur Sumatera Utara

H. GATOT PUJO NUGROHO, ST

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR GRAFIK

ix

DAFTAR ISTILAH

xi

BAB I

PENDAHULUAN

I-1

1.1 Latar Belakang

I-1

1.2 Tujuan

I-2

1.3 Sasaran

I-3

1.4 Dasar Hukum

I-3

1.5 Kerangka Waktu Penyusunan

I-5

PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GRK

II-1

2.1 Profil dan Karakteristik Daerah

II-1

BAB II

2.1.1

Letak Geografis dan Administrasi Kewilayahan

II-1

2.1.2

Fisik Lingkungan

II-3

2.1.3

Demografi

II-4

2.1.4

Ekonomi Wilayah

II-7

2.2 Program Prioritas Daerah

II-10

2.3 Permasalahan Emisi GRK

II-13

2.3.1

Sumber Emisi GRK

II-15

2.3.2

Dampak Peningkatan Emisi GRK

II-56

2.3.3

Potensi Serapan Emisi GRK

II-62

BAB III PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

III-1

3.1 Pembagian Urusan

III-1

3.2 Ruang Lingkup Daerah

III-3

3.2.1

Identifikasi BAU

III-4

3.2.2

Keterkaitan Sektor GRK dan Instansi Dalam Penghitungan BAU

III-6

3.3 Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup Sektoral

III-7

3.3.1

Sektor Pertanian

III-7

3.3.2

Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut

III-11

3.3.3

Sektor Energi

III-15

3.3.4

Sektor Transportasi

III-17

3.3.5

Sektor Industri

III-21

3.3.6

Sektor Pengelolaan Limbah

III-24

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

ii

BAB IV ANALISIS EMISI GRK PROVINSI SUMATERA UTARA


4.1 Penyusunan Baseline Emisi GRK
Penyusunan Baseline Emisi GRK Sektor Pertanian

IV-3

4.1.2

Penyusunan Baseline Emisi GRK Sektor Kehutanan dan Lahan


gambut

IV-13

4.1.3

Penyusunan Baseline Emisi GRK Sektor Energi

IV-15

4.1.4

Penyusunan Baseline Emisi GRK Sektor Transportasi

IV-17

4.1.5

Penyusunan Baseline Emisi GRK Sektor Industri

IV-19

4.1.6

Penyusunan Baseline Emisi GRK Sektor Pengelolaan Limbah

IV-22
IV-39

4.2.1

Usulan Aksi Mitigasi Sektor Pertanian

IV-39

4.2.2

Usulan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut

IV-42

4.2.3

Usulan Aksi Mitigasi Sektor Energi

IV-43

4.2.4

Usulan Aksi Mitigasi Sektor Transportasi

IV-46

4.2.5

Usulan Aksi Mitigasi Sektor Industri

IV-55

4.2.6

Usulan Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan Limbah

IV-58

4.3 Skala Prioritas

IV-69

4.3.1

Skala Prioritas Sektor Pertanian

IV-69

4.3.2

Skala Prioritas Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut

IV-69

4.3.3

Skala Prioritas Sektor Energi

IV-69

4.3.4

Skala Prioritas Sektor Transportasi

IV-70

4.3.5

Skala Prioritas Sektor Industri

IV-71

4.3.6

Skala Prioritas Sektor Pengelolaan Limbah

IV-72

STRATEGI IMPLEMENTASI RAD-GRK

V-1

5.1 Pemetaan Kelembagaan dan Pembagian Peran

V-2

5.1.1

Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Pertanian

V-2

5.1.2

Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan dan


Lahan Gambut

V-3

5.1.3

Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Energi

V-3

5.1.4

Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Transportasi

V-5

5.1.5

Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Industri

V-6

5.1.6

Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan


Limbah

V-7

5.2 Identifikasi Sumber Pendanaan

V-9

5.2.1

Identifikasi Sumber Pendanaan Sektor Pertanian

V-11

5.2.2

Identifikasi Sumber Pendanaan Sektor Kehutanan dan Lahan


Gambut

V-13

5.2.3

Identifikasi Sumber Pendanaan Sektor Energi

V-15

5.2.4

Identifikasi Sumber Pendanaan Sektor Transportasi

V-16

5.2.5

Identifikasi Sumber Pendanaan Sektor Industri

V-18

5.2.6

Identifikasi Sumber Pendanaan Sektor Pengelolaan Limbah

V-19

5.3 Penyusunan Jadwal Implementasi

iii

IV-1

4.1.1

4.2 Usulan Aksi Mitigasi dan Perkiraan Penurunan Emisi

BAB V

IV-1

V-20

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

VI-1

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI


6.1 Komponen Monitoring

VI-1

6.2 Komponen Evaluasi

VI-1

6.3 Komponen Kelembagaan dan Pelaporan Kegiatan Monitoring/Evaluasi


6.4 Rencana Monitoring dan Evaluasi Sektoral

VI-4
VI-6

6.4.1

Rencana Monitoring dan Evaluasi Aksi Mitigasi Sektor Pertanian

VI-6

6.4.2

Rencana Monitoring dan Evaluasi


Kehutanan dan Lahan Gambut

VI-6

6.4.3

Rencana Monitoring dan Evaluasi Aksi Mitigasi Sektor Energi

VI-8

6.4.4

Rencana Monitoring dan Evaluasi


Transportasi

VI-12

6.4.5

Rencana Monitoring dan Evaluasi Aksi Mitigasi Sektor Industri

VI-15

6.4.6

Rencana Monitoring dan Evaluasi


Pengelolaan Limbah

VI-17

Aksi Mitigasi Sektor

Aksi Mitigasi Sektor

Aksi Mitigasi Sektor

BAB VII PENUTUP

VII-1

7.1

Kesimpulan

VII-1

7.2

Saran

VII-6

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

iv

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1

Kerangka Waktu Penyusunan RAD-GRK Provinsi Sumatera Utara 2012-2020

I-5

Tabel 2.1

Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Kabupaten/Kota

II-5

Tabel 2.2.

Distribusi Penduduk Perkotaan dan Perdesaan Per Kabupaten/Kota di Provinsi


Sumatera Utara Tahun 2010

II-6

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara,


Tahun 2006-2010

II-9

Pangsa Sektor Pertanian, Industri Pengolahan dan Lainnya Terhadap PDRB Atas
Dasar Harga Berlaku, Tahun 2006-2010

II-10

Tabel 2.5.

Luas Perkebunan Besar Provinsi Sumatera Utara (2006-2010)

II-17

Tabel 2.6.

Emisi GRK dari PKS di Provinsi Sumatera Utara

II-18

Tabel 2.7.

Luas Tanaman Padi di Sumatera Utara Tahun 2006-2010

II-18

Tabel 2.8.

Emisi GRK dari Sawah Beririgasi di Provinsi Sumatera Utara

II-19

Tabel 2.9.

Luas Lahan Pertanian dan Penggunaan Pupuk Urea

II-20

Tabel 2.10.

Jumlah Emisi Historis GRK dari Penggunaan Urea Pada Kelapa Sawit, Karet dan
Sawah Beririgasi tahun 2006-2010

II-20

Tabel 2.11.

Jumlah Dan Jenis Hewan Ternak Di Provinsi Sumatera Utara 2006-2010

II-21

Tabel 2.12.

Daftar Faktor Emisi Ternak (Agustus 2012)

II-21

Tabel 2.13.

Jumlah Emisi Historis GRK Dari Ternak 2006-2010

II-22

Tabel 2.14.

Total Emisi Historis Sektor Pertanian

II-22

Tabel 2.15.

Nilai Emisi GRK Dari Kegiatan Mitigasi Di Sektor Pertanian

II-23

Tabel 2.16.

Sistem Klasifikasi Tutupan Lahan Tahun 2010 (23 Kelas) disertai Kode Layer Dan
Kode Toponimi

II-25

Tabel 2.17.

Data Cadangan Karbon Pada Berbagai Penggunaan Lahan

II-28

Tabel 2.18.

Zona Perencanaan Sektor Kehutanan Di Provinsi Sumatera Utara

II-29

Tabel 2.19.

Emisi Historis 2006-2010 Sektor Kehutanan

II-29

Tabel 2.20.

Perubahan Tutupan Lahan (2006) Menjadi Tutupan Lahan (2011) Serta Sumber
Emisi Terbesarnya

II-30

Konsumsi Bahan Bakar Sektor Industri Dan Komersial Tahun 2010 (Tanpa
Pembangkit)

II-33

Jumlah Industri/Kegiatan Usaha Skala Menengah dan Besar di Provinsi Sumatera


Utara

II-34

Tabel 2.23.

Jumlah Industri/Kegiatan Usaha Skala Kecil di Provinsi Sumatera Utara

II-35

Tabel 2.24.

Konsumsi Penggunaan Minyak Pelumas Provinsi Sumatera Utara

II-36

Tabel 2.25.

Emisi GRK Pada Sektor Industri Dan Komersial Provinsi Sumatera Utara

II-36

Tabel 2.26.

Konsumsi Bahan Bakar Pembangkit Listrik Yang Ada Di Sumatera Utara

II-39

Tabel 2.27.

Permintaan Energi Listrik Provinsi Sumatera Utara

II-39

Tabel 2.28.

Konsumsi Energi Di Rumah Tangga

II-39

Tabel 2.29.

Konsumsi Bahan Di Industri

II-40

Tabel 2.30.

Jumlah kenderaan bermotor di Sumatera Utara

II-41

Tabel 2.31.

Konsumsi Bahan Bakar Sektor Transportasi Provinsi Sumatera Utara

II-42

Tabel 2.3.
Tabel 2.4.

Tabel 2.21.
Tabel 2.22.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Tabel 2.32.

Emisi GRK pada sektor transportasi Provinsi Sumatera Utara

II-43

Tabel 2.33.

Panjang Dan Kondisi Jalan Di Provinsi Sumatera Utara (Km)

II-44

Tabel 2.34.

Inventarisasi Pengelolaan Sampah Di Sumatera Utara

II-49

Tabel 2.35.

Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi Atau Statusnya

II-64

Tabel 2.36.

Kawasan Hutan Konservasi Provinsi Sumatera Utara

II-66

Tabel 2.37.

Luas Hutan Tanaman Industri Di Sumatera Utara

II-67

Tabel 2.38.

Luas Penghijauan Dan Reboisasi Di Sumatera Utara

II-68

Tabel 3.1.

Pembagian Urusan/ Kewenangan Pemerintah Daerah


Provinsi Sumatera Utara

III-2

Pembagian Ruang Lingkup Urusan/Kewenangan Antara Pusat,


Provinsi Dan Kabupaten/Kota

III-5

Tabel 3.3.

Identifikasi BAU yang Menjadi Urusan Wajib dan Pilihan

III-6

Tabel 3.4.

Penanggung Jawab Rencana Aksi Mitigasi Emisi GRK di Provinsi Sumatera Utara

III-7

Tabel 3.5.

Penanggung Jawab Identifikasi BAU dan Aksi Mitigasi Sektor Pertanian

III-11

Tabel 3.6.

Penanggung Jawab Identifikasi BAU dan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan


dan Lahan Gambut

III-14

Tabel 3.7.

Penanggung Jawab Identifikasi BAU dan Aksi Mitigasi Sektor Energi

III-16

Tabel 3.8.

Penanggung Jawab Identifikasi BAU dan Aksi Mitigasi Sektor Transportasi

III-19

Tabel 3.9.

Penanggung Jawab Identifikasi BAU dan Aksi Mitigasi Sektor Industri

III-23

Tabel 3.10.

Penanggung Jawab Identifikasi BAU dan Aksi Mitigasi Sektor Limbah

III-26

Tabel 3.11.

Penetapan Kewenangan Pelaksanaan Aksi Mitigasi Sektor Limbah

III-27

Tabel 4.1.

Kontribusi emisi dari 6 (enam) sektor di Provinsi Sumatera Utara, 2010

IV-2

Tabel 4.2.

Perhitungan BAU baseline emisi dan mitigasi GRK Pabrik Kelapa Sawit

IV-4

Tabel 4.3.

Perhitungan BAU baseline emisi dan mitigasi GRK urea sawah beririgasi

IV-6

Tabel 4.4.

Perhitungan BAU baseline emisi dan mitigasi GRK urea pada tanaman karet

IV-6

Tabel 4.5.

Luas tanaman pangan di Sumatera Utara (2006-2010)

IV-7

Tabel 4.6.

Emisi dan Mitigasi GRK dari sawah beririgasi

IV-7

Tabel 4.7.

BAU baseline emisi dan mitigasi GRK penggunaan pupuk urea


pada kelapa sawit

IV-8

Tabel 4.8.

Perhitungan BAU baseline emisi dan mitigasi GRK ternak

IV-9

Tabel 4.9.

Total emisi GRK sektor pertanian tahun 2010 dan 2020

IV-10

Tabel 4.10.

Nilai emisi dan mitigasi GRK tahun 2020

IV-11

Tabel 4.11.

Proyeksi emisi subsektor transportasi darat 2010 - 2020

IV-16

Tabel 4.12.

Proyeksi emisi-GRK sektor Industri dan subsektor Komersial

IV-18

Tabel 4.13.

Prediksi jumlah penduduk Sumatera Utara tahun 2010 dan


proyeksinya sampai dengan 2020

IV-24

Estimasi dan proyeksi volume sampah Sumatera Utara


per tahun dari 2010 sampai dengan 2020

IV-25

Tabel 4.15.

Komponen dan dry matter content sampah domestik Sumatera Utara, 2011

IV-26

Tabel 4.16.

Estimasi dan proyeksi (BAU) volume sampah Sumatera Utara


masuk ke TPA dari 2010-2020

IV-28

Rekapitulasi sampah un-managed deep/ke TPA dan


un-catagorized terhampar sembarangan di Sumatera Utara

IV-29

Tabel 4.18.

Emisi dari open dumping, open burning dan pengomposan

IV-30

vi

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Tabel 3.2.

Tabel 4.14.

Tabel 4.17.

Tabel 4.19.

Potensi emisi CH4 dan N2O untuk air limbah, pengolahan


lumpur, dan sistem pembuangan air limbah domestik di Sumatera Utara

IV-33

Persentase sistem pembuangan dan pengelolaan air limbah (domestik) di Sumatera


Utara

IV-34

Tabel 4.21.

Perkiraan jumlah volume air limbah di Kota Medan tahun 2030

IV-35

Tabel 4.22.

BAU baseline limbah cair domestik di Sumatera Utara

IV-35

Tabel 4.23.

Skenario mitigasi emisi dan rencana implementasinya di Provinsi Sumatera Utara

IV-40

Tabel 4.24.

Skenario mitigasi dalam pemodelan emisi GRK sektor energi

IV-43

Tabel 4.25.

Penurunan emisi dari usaha mitigasi sektor energi (juta tCO2eq)

IV-44

Tabel 4.26.

Usulan Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan Limbah

IV-58

Tabel 4.27.

Perubahan emisi GRK akibat penerapan aksi-aksi mitigasi

IV-69

Tabel 5.1.

Pemetaan kelembagaan aksi mitigasi sektor pertanian

V-2

Tabel 5.2.

Pemetaan kelembagaan aksi mitigasi sektor kehutanan dan lahan gambut

V-3

Tabel 5.3.

Pemetaan kelembagaan aksi mitigasi sektor energi

V-3

Tabel 5.4.

Pemetaan kelembagaan aksi mitigasi sektor transportasi

V-5

Tabel 5.5.

Pemetaan kelembagaan aksi mitigasi sektor industri

V-6

Tabel 5.6.

Pemetaan kelembagaan aksi mitigasi sektor pengelolaan limbah

V-7

Tabel 5.7.

Identifikasi sumber pendanaan aksi mitigasi sektor pertanian

V-11

Tabel 5.8.

Identifikasi sumber pendanaan aksi mitigasi sektor kehutanan dan lahan gambut

V-13

Tabel 5.9.

Identifikasi sumber pendanaan aksi mitigasi sektor energi

V-15

Tabel 5.10.

Identifikasi sumber pendanaan aksi mitigasi sektor transportasi

V-16

Tabel 5.11.

Identifikasi sumber pendanaan aksi mitigasi sektor industri

V-18

Tabel 5.12.

Identifikasi sumber pendanaan aksi mitigasi sektor pengelolaan limbah

V-19

Tabel 5.13.

Penyusunan jadwal implementasi 6 (enam) sektor NAMAs dari tahun 2013 hingga
2020

V-20

Tabel 6.1.

Rencana Monitoring dan Evaluasi Sektor Pertanian

VI-6

Tabel 6.2.

Rencana Monitoring dan Evaluasi Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut

VI-7

Tabel 6.3.

Kegiatan pengawasan RAD, indikator kegiatan dan rencana pengawasan

VI-9

Tabel 6.4.

Rencana Monitoring dan Evaluasi Sektor Transportasi

VI-13

Tabel 6.5.

Rencana Monitoring dan Evaluasi Sektor Industri

VI-15

Tabel 6.6.

Rencana Monitoring dan Evaluasi Sektor Pengelolaan Limbah

VI-17

Tabel 7.1.

Rekapitulasi perhitungan emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

VII-1

Tabel 4.20.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

vii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.

Peta Batas Administrasi Provinsi Sumatera Utara

II-2

Gambar 2.2.

PDRB Per Kapita Menurut Kabupaten/ Kota Atas Dasar Harga Berlaku
(Rupiah), 2010

II-8

Gambar 2.3.

Sumber Emisi GRK Berdasarkan IPCC Guidelines [2006]

II-14

Gambar 2.4.

Pembagian Permasalahan Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

II-15

Gambar 2.5.

Sumber Emisi Sektor Industri Provinsi Sumatera Utara

II-32

Gambar 2.6.

Sumber Emisi GRK Sektor Transportasi

II-41

Gambar 2.7.

Sumber Emisi dari Sektor Limbah menurut IPCC

II-47

Gambar 2.8.

Proses Pembentukan Emisi Gas Metana Di TPA

II-48

Gambar 2.9.

Peta Indeks Kerentanan Provinsi Sumatera Utara, 2008

II-56

Gambar 2.10.

Peta Indeks Kapasitas Provinsi Sumatera Utara, 2008

II-56

Gambar 2.11.

Peta Indeks Coping Capacity Provinsi Sumatera Utara, 2008-2025

II-57

Gambar 2.12.

Peta Indeks Bencana Iklim Provinsi Sumatera Utara, 2008-2025

II-57

Gambar 3.1.

Sumber Emisi Dari Sektor Pertanian Di Provinsi Sumater Utara

III-8

Gambar 3.2.

Sumber Emisi Dari Sektor Kehutanan Dan Lahan Gambut Di Provinsi


Sumatera Utara Berdasarkan Tutupan Lahan Tahun 2005 Dan 2010 (Badan
Planologi Kementrian Kehutanan 2011)

III-13

Gambar 3.3.

Sumber Emisi dari Sektor Energi

III-15

Gambar 3.4.

Sumber Emisi dari Sektor Energi di Provinsi Sumatera Utara

III-16

Gambar 3.5.

Sumber Emisi dari Sektor Transportasi di Provinsi Sumatera Utara

III-18

Gambar 3.6.

Sumber Emisi dari Sektor Industri di Provinsi Sumatera Utara

III-22

Gambar 3.7.

Sumber Emisi dari Sektor Limbah menurut RAN-GRK

III-25

Gambar 4.1.

Proses pengomposan TKS secara open windrow (A) dan sistem bunker (B)

IV-38

Gambar 4.2.

Tangki penangkapan gas metana

IV-39

Gambar 4.3.

Kondisi semi aerobic mengurangi 50% emisi CH4

IV-59

Gambar 4.4.

Fasilitas proyek pengambil, pengumpul dan pemanfaatan gas metana

IV-64

Gambar 6.1.

Kerangka Keterkaitan Dokumen/ Kebijakan Nasional-Daerah dengan RADGRK

VI-3

Langkah-langkah utama dalam inventarisasi NAMAs penurunan GRK

VI-5

Gambar 6.2.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

viii

DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1.

Emisi GRK Dari Kegiatan Mitigasi Di Sektor Pertanian

II-23

Grafik 2.2.

Perubahan Kelas Tutupan Lahan Di Provinsi Sumatera Utara

II-27

Grafik 2.3.

Zona Perencanaan Sub Sektor Lahan Gambut

II-31

Grafik 2.4.

Emisi GRK Dari Kawasan Gambut Non Hutan Dan Gambut Kawasan

II-31

Grafik 2.5.

Komposisi Emisi GRK dari Sektor Transportasi Provinsi Sumatera Utara

II-44

Grafik 2.6.

Emisi CO2 dan Proyeksinya per Wilayah di Pulau Sumatera

II-52

Grafik 2.7.

Emisi N2O dan Proyeksinya per Wilayah di Indonesia

II-53

Grafik 2.8.

Trend Suhu Udara Rata-Rata di Stasiun Klimatologi Pinangsori Sibolga

II-53

Grafik 2.9.

Trend Suhu Udara Rata-Rata di Stasiun Klimatologi Sampali Medan

II-54

Grafik 2.10.

Rata-Rata Curah Hujan 30 & 5 Tahun Terakhir di Stasiun Klimatologi


Polonia Medan

II-54

Grafik 2.11.

Rata-Rata Curah Hujan 30 & 5 Tahun Terakhir di Stasiun Klimatologi


Sampali Medan

II-54

Grafik 2.12.

Rata-Rata Curah Hujan 30 & 5 Tahun Terakhir di Stasiun Klimatologi


Pinangsori Sibolga

II-55

Grafik 2.13.

Luas Tutupan Lahan dan Hutan Provinsi Sumatera Utara

II-63

Grafik 2.14.

Tutupan Lahan Kawasan Hutan di Sumatera Utara

II-64

Grafik 2.15.

Kawasan Hutan Tetap Berdasarkan Saldo Akhir NSDH, Sumatera Utara

II-65

Grafik 2.16.

Kawasan Hutan Tetap Berdasarkan SK Menhut No. 44/Menhut-II/2005

II-65

Grafik 2.17.

Perbandingan Persentase Kawasan Hutan dan Non Hutan

II-66

Grafik 4.1.

Persentase penyumbang emisi dari masing-masing sektor, 2010

IV-2

Grafik 4.2.

Proyeksi emisi GRK hingga tahun 2020

IV-3

Grafik 4.3.

Emisi GRK sektor pertanian tahun 2010

IV-10

Grafik 4.4.

Emisi GRK sektor pertanian tahun 2020

IV-10

Grafik 4.5.

Penghitungan emisi baseline kehutanan berdasarkan data historis


tanpa adanya intervensi kebijakan/teknologi mitigasi perubahan iklim

IV-12

Penghitungan emisi baseline lahan gambut berdasarkan data historis


tanpa adanya intervensi kebijakan/teknologi mitigasi perubahan iklim

IV-12

Grafik 4.7.

Perhitungan emisi baseline (BAU) sektor energi

IV-14

Grafik 4.8.

BAU emisi GRK sektor transportasi darat Provinsi Sumatera Utara

IV-17

Grafik 4.9.

Karakteristik sektor Industri dan Komersial periode 2001-2010

IV-18

Grafik 4.10.

BAU emisi GRK sektor Industri Provinsi Sumatera Utara

IV-19

Grafik 4.11.

BAU emisi GRK sektor Komersial Provinsi Sumatera Utara

IV-19

Grafik 4.12.

Rekapitulasi total volume sampah un-managed deep dan


uncatagorized (BAU) di Sumatera Utara

IV-29

Rekapitulasi estimasi dan proyeksi emisi GRK Sumatera Utara


dari sektor sampah (Gg CH4)

IV-31

BAU baseline emisi limbah cair domestik dan sampah di Sumatera Utara

IV-36

Grafik 4.6.

Grafik 4.13.
Grafik 4.14.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

ix

Grafik 4.15.

Grafik BAU dan mitigasi emisi GRK sektor pertanian

Grafik 4.16.

BAU berdasarkan data historis dan skenario pengurangan emisi


sub sektor kehutanan
BAU berdasarkan data historis dan skenario pengurangan emisi
sub sektor lahan gambut

Grafik 4.17

IV-39
IV-42
IV-42

Grafik 4.18.

Kurva pertumbuhan emisi GRK sektor energi

IV-44

Grafik 4.19.

Skenario aksi-aksi mitigasi sektor Industri dan Komersial

IV-57

Grafik 4.20.

Tren penurunan emisi GRK (25,7%) di Provinsi Sumatera Utara

IV-67

Grafik 4.21.

Proyeksi penurunan emisi BAU akibat penerapan aksi-aksi mitigasi

IV-70

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

DAFTAR ISTILAH
APBD
APBN
BAU
Baseline
Base year
Bappenas
Bappeda
BBM
BLH
BPS
Emisi (netto)
FAO
GRK
ICCSR
IPCC

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

IPM
KLH
LEAP
LULUCF
MRV
NAMAs
OPD

:
:
:
:
:
:
:

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah


Anggaran Pendapatan Belanja Negara
Business As Usual
Garis Dasar
Tahun dasar yang digunakan untuk menyusun Baseline (2010)
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bahan Bakar Minyak
Badan Lingkungan Hidup
Badan Pusat Statistik
Tingkat emisi GRK dikurangi tingkat serapan GRK
Food and Agriculture Organization
Gas Rumah Kaca
Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap
(Intergovernmental Panel on Climate Change) merupakan metoda
perhitungan emisi GRK sesuai standar internasional
Indeks Pembangunan Manusia
Kementerian Lingkungan Hidup
The Long-range Energy Alternative Planning System
Land Use, Land Use Change and Forestry
Measurement Reporting Verification
Nationally Appropriate Mitigation Actions
Organisasi Perangkat Daerah

PDRB
Perpres
Pergub
Penurunan Emisi GRK
RAN-GRK
RAD-GRK
REDD+
RKP
RKPD
RPJP Nasional
RPJP Daerah
RPJMD
RPJMN
RTRWP
Renja SKPD
Renstra SKPD
SPBU
TBS
TPA
TSS
UNFCCC

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Produk Domestik Regional Bruto


Peraturan Presiden
Peraturan Gubernur
Tingkat emisi (netto) Baseline dikurangi tingkat emisi aksi mitigasi
Rencana Aksi Nasional Penurunan emisi Gas Rumah Kaca
Rencana Aksi Daerah Penurunan emisi Gas Rumah Kaca
Reducing Emissions from Deforestations and Forest Degradation
Rencana Kerja Pembangunan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
Tandan Buah Segar
Tempat Pembuangan Akhir
Total Suspended Solids
United Nations Framework Convention on Climate Change

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

xi

I
Pendahuluan
1.1

LATAR BELAKANG
Perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi dunia

pada saat ini. Sejumlah bukti baru dan kuat yang muncul dalam studi mutakhir
memperlihatkan bahwa masalah pemanasan yang terjadi 50 tahun terakhir
disebabkan oleh tindakan manusia yang mana temperatur bumi telah naik secara
cepat, perubahan iklim juga dipengaruhi oleh aktivitas matahari dan ozon serta
kegiatan vulkanik dan sulfat. Namun, sejak tahun 1960-an, penyebab utama
naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca yang menurut sebagian
ahli disebabkan oleh meningkatnya kandungan gas karbon dioksida dan partikel
polutan lainnya di atmosfer bumi. Efek rumah kaca disebabkan karena
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca. Gas rumah kaca (GRK) adalah
gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan untuk dapat menyerap radiasi
matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga menyebabkan pemanasan
atmosfer atau kenaikan suhu dan perubahan iklim (UU No.17 Tahun 2004).
Menurut konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim (United Nations Framework
Convention on Climate Change - UNFCCC), ada 6 (enam) jenis gas yang
digolongkan sebagai GRK, yaitu: karbondioksida (CO2), dinitro oksida (N2O),
metana

(CH4),

sulfurheksaflorida

(SF6),

perflorokarbon

(PFCs),

dan

hidroflorokarbon (HFCs).
Pemerintah Indonesia telah mengusulkan untuk mengurangi emisi GRK
sampai menjadi 26 % dengan usaha sendiri dan sampai dengan 41 % dengan
dukungan

internasional

hingga

tahun

2020

(Kesepakatan

Internasional

Copenhagen, 2009). Sebagaimana perubahan iklim telah menjadi sebuah agenda

Bab 1

Pendahuluan

nasional, akan diperlukan dukungan yang besar dari pemerintah daerah, swasta,
dan masyarakat untuk mencapai target pengurangan emisi.
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK),
baik berupa kegiatan inti maupun kegiatan pendukung bersumber dari 6 (enam)
bidang yang menjadi target penurunan emisi di Indonesia, yaitu: bidang pertanian;
bidang kehutanan dan lahan gambut; bidang energi; bidang transportasi; bidang
industri; dan bidang pengelolaan limbah
Dalam rangka implementasi Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011
tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca sampai tahun
2020 dan Surat Edaran Bersama Menteri Dalam Negeri RI Nomor 660/
95/SJ/2012, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional RI Nomor 0005/
M.PPN/01/2012 dan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 01/MenLH/01/2012
perihal Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
(RAD-GRK) tanggal 11 Januari 2012, maka diharapkan para Gubernur menyusun
RAD-GRK yang berpedoman pada RAN-GRK dan kebijakan perencanaan
pembangunan daerah yang ditetapkan melalui Peraturan Gubernur yang dilakukan
secara partisipatif sesuai dengan karakteristik, potensi dan kewenangan daerah
serta terintegrasi dengan rencana pembangunan daerah seperti RPJPD, RPJMD,
Renstra SKPD dan APBD.
RAD-GRK merupakan dokumen dalam rangka upaya penurunan emisi
GRK sesuai komitmen nasional sampai dengan tahun 2020 dalam bentuk arah
kebijakan, strategi dan program serta kegiatan. Dalam Rencana Aksi Daerah
berisikan aksi mitigasi yang akan dicapai, perkiraan biaya serta penanggung jawab
aksi sehingga memudahkan dalam proses perencanaan, pemantauan dan
evaluasinya.

1.2

TUJUAN
Tujuan Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah

Kaca Provinsi Sumatera Utara adalah pedoman dalam upaya Penurunan emisi
GRK dalam mendukung pelaksanaan pembangunan daerah dalam bentuk arah
kebijakan , strategi dan program serta kegiatan mitigasi.

I-2

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Bab 1

Pendahuluan

1.3

SASARAN
Sasaran yang akan dicapai pada Penyusunan Rencana Aksi Daerah

Penurunan Emisi GRK (RAD-GRK) di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai


berikut :
1.

Teridentifikasinya

bidang

dan

kegiatan

yang

berpotensi

sebagai

sumber/serapan emisi GRK, berdasarkan pada cakupan, kondisi wilayah,


kegiatan dan produksi emisi sektoral, dan karakteristik daerah.
2.

Teridentifikasinya tingkat emisi dan proyeksi GRK dengan skenario tanpa


intervensi kebijakan dan teknologi mitigasi (BAU baseline) dari bidangbidang yang telah diidentifikasi dalam kurun waktu yang disepakati (tahun
2010-2020).

3.

Terumuskannya aksi mitigasi yang berpotensi dapat menurunkan emisi GRK


dari bidang/sub-bidang terpilih (bidang pertanian; bidang industri; bidang
kehutanan dan lahan gambut; bidang energi; bidang transportasi; dan bidang
pengelolaan limbah). Potensi reduksi emisi dari baseline tahun 2010 sampai
tahun 2020 untuk setiap aksi/kelompok aksi mitigasi yang diusulkan.

4.

Terumuskannya alokasi biaya mitigasi dan biaya penurunan per ton emisi
GRK untuk setiap aksi yang diusulkan, serta jangka waktu pelaksanaan setiap
aksi mitigasi yang diidentifikasi.

5.

Terumuskannya lembaga pelaksana dan pendanaan kegiatan yang sudah


diidentifikasi, pengukuran dan pemantauan program/kegiatan RAD-GRK di
Provinsi Sumatera Utara.

1.4

DASAR HUKUM
Dasar hukum penyusunan RAD-GRK antara lain:

1.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations


Framework Convention on Climate Change;

2.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3.

Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional


Penurunanan Emisi Gas Rumah Kaca;

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

I-3

Bab 1

Pendahuluan

4.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2008 tentang


Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Provinsi Sumatera Utara
(Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6);

5.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2008 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Daerah
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 Nomor 7);

6.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 8 Tahun 2008 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara
(Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 8)

7.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 9 Tahun 2008 tentang


Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara
(Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 9);

8.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2008 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Utara
(Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 Nomor 12,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 12);

9.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2009 tentang


Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Provinsi Sumatera
Utara (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6);

10. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 8 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2009-2013 (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009
Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 8);
11. Surat Edaran Bersama Menteri Dalam Negeri RI Nomor 660/95/SJ/2012,
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 0005/M.PPN/01/2012
dan Menteri lingkungan Hidup RI Nomor 01/MenLH/01/2012 perihal

I-4

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Bab 1

Pendahuluan

Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RADGRK) tanggal 11 Januari 2012.

1.5

KERANGKA WAKTU PENYUSUNAN


Penyusunan RAD Penurunan Emisi GRK di Provinsi Sumatera Utara

direncanakan dimulai pada triwulan pertama tahun 2012. Kerangka waktu


penyusunan RAD-GRK Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1.1
Kerangka Waktu Penyusunan RAD-GRK Provinsi Sumatera Utara 2012-2020

No

Kegiatan

Bulan
1-2

3-4

5-6

7-8

9 - 10 11 - 12

TAHAP PERSIAPAN

a.
b.
c.
d.
e.

Pembentukan Tim
Sidang Pleno I : Arahan dan Persiapan
Kajian Awal
Persiapan Teknis
Sosialisasi Persiapan Penyusunan RAD

TAHAP PENGUMPULAN DATA

II

a.
b.
c.
d.

Data dan Informasi Umum


Data dan Informasi Teknis
Identifikasi Kelembagaan Publik
Identifikasi Kelembagaan Masyarakat

TAHAP ANALISIS
III

a. Analisis Emisi BAU Baseline


b. Analisis Usulan Aksi Mitigasi
c. Analisi Peran Kelembagaan Daerah
TAHAP PERUMUSAN RENCANA AKSI

IV

a.
b.
c.
d.

Sidang Pleno II : Konsolidasi hasil Pokja


Seleksi dan Penentuan Prioritas
Penentuan Target Reduksi Emisi GRK
Formulasi Strategi Implementasi

TAHAP PENETAPAN
V

a. Draft Naskah Peraturan Gubernur


b. Penetapan Peraturan Gubernur
c. Sosialisasi RAD-GRK

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

I-5

II
Profil Daerah &
Permasalahan Emisi GRK
2.1.

PROFIL DAN KARAKTERISTIK DAERAH


Kondisi Provinsi Sumatera Utara diuraikan berdasarkan letak geografis,

administratif, fisik lingkungan (geologi dan topografi), demografi dan ekonomi


wilayah.

2.1.1. Letak Geografis dan Administratif Kewilayahan


Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang terletak di
Pulau Sumatera dimana Kota Medan merupakan ibukota provinsi. Provinsi
Sumatera Utara terletak pada 1 - 4 Lintang Utara dan 98 - 100 Bujur Timur.
Batas-batas wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara

: Provinsi Aceh

Sebelah Barat

: Samudera Hindia

Sebelah Selatan

: Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat

Sebelah Timur

: Selat Malaka

Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 km yang terdiri


dari luas daratan sebesar 71.680,68 km atau 3,73 % dari luas wilayah Republik
Indonesia dan luas lautan sebesar 110.000,65 km yang sebagian besar berada di
daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau
Batu serta beberapa pulau kecil, baik di perairan bagian barat maupun di bagian
timur.

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Untuk lebih jelas mengenai orientasi Provinsi Sumatera Utara terhadap wilayah
sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1.
Peta Batas Administrasi Provinsi Sumatera Utara

II - 2

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Provinsi Sumatera Utara memiliki 419 pulau, dengan 6 (enam) pulau di


wilayah Pantai Timur termasuk Pulau Berhala sebagai pulau terluar yang
berbatasan dengan Selat Malaka dan sisanya 413 pulau di wilayah Pantai Barat
dengan Pulau Wunga dan Pulau Simuk sebagai pulau terluar di wilayah Pantai
Barat. Secara regional posisi Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis
pelayaran internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia dan
Thailand.
Pada tahun 2007 hingga tahun 2008 terjadi pemekaran daerah di Sumatera
Utara, yaitu dibentuknya 8 (delapan) kabupaten/kota yang terdiri dari: Kabupaten
Tapanuli Selatan; Kabupaten Padang Lawas Utara (UU No. 37 Tahun 2007);
Kabupaten Padang Lawas (UU No. 38 Tahun 2007); Kabupaten Labuhan Batu;
Kabupaten Labuhan Batu Utara; Kabupaten Labuhan Batu Selatan; Kabupaten
Nias Utara; dan Kota Gunung Sitoli (UU No. 46 Tahun 2009).

2.1.2. Fisik Lingkungan


Fisik lingkungan Provinsi Sumatera Utara terdiri dari kondisi geologi dan
topografi.

2.1.2.1 Kondisi Geologi


Secara geologis, wilayah Provinsi Sumatera Utara memiliki struktur dan
batuan yang kompleks dan telah beberapa kali mengalami tumbukan dari proses
tektonik karena posisinya terletak pada pertemuan lempeng Euroasia di sebelah
timur dan lempeng Indo-Australia di sebelah barat. Hal ini merupakan rangkaian
jalur patahan, rekahan dan pelipatan disertai kegiatan vulkanik. Jalur patahan
tersebut melewati jalur Sumatera Utara mulai dari segmen Alas-Karo dan
sepanjang 390 km merupakan sumber bencana geologi berupa gempa, tsunami
dan pemicu terjadinya letusan gunung berapi dan tanah longsor. Jalur patahan
(subduction) di Pantai Barat sepanjang 250 km merupakan pusat pusat gempa di
dasar laut.
Kondisi struktur geologi yang kompleks yang dicirikan oleh bentuk
bentang alam perbukitan, terlipat dengan patahan selain merupakan jalur gempa

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 3

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

juga potensial menimbulkan tanah longsor terhadap sekitar 40-50 % dari luas
daerah Provinsi Sumatera Utara.

2.1.2.2 Kondisi Topografi


Secara topografis wilayah Pantai Timur Sumatera Utara relatif datar,
bagian tengah bergelombang, sedangkan bagian barat merupakan dataran
bergelombang dan berbukit karena merupakan bagian dari Pegunungan Bukit
Barisan. Wilayah Pantai Barat berpotensi untuk pengembangan sektor perikanan
laut, perkebunan dan tanaman hortikultura; Wilayah Pantai Timur berpotensi
untuk pengembangan pertanian, perikanan laut, tanaman pangan dan perkebunan;
serta Wilayah Dataran Tinggi potensial untuk pengembangan tanaman
hortikultura.

2.1.3. Demografi
Secara geografis, penyebaran penduduk terbesar masih terkonsentrasi pada
wilayah Pantai Timur, yaitu dimana pada wilayah tersebut terdapat sejumlah
kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar (di atas 5 % dari seluruh penduduk
provinsi) dan berkepadatan tertinggi (lebih dari 200 jiwa/km2), seperti Labuhan
Batu, Asahan, Deli Serdang, Langkat dan Serdang Bedagai. Pada wilayah Timur
ini juga terdapat sejumlah kota dengan distribusi dan kepadatan penduduk terbesar
yaitu Medan, Tanjungbalai, Tebing Tinggi, dan Binjai.
Pada Tabel 2.1. dapat dilihat bahwa secara umum kepadatan penduduk
Provinsi Sumatera Utara masih relatif rendah karena sebagian besar wilayahnya
merupakan kawasan yang belum terbangun, yaitu kawasan hutan. Pada kota-kota
besar, kepadatannya relatif sedang sebagai kawasan perkotaan. Kota Sibolga
menjadi kota terpadat di Sumatera Utara, sebesar 8.785 jiwa/km, melebihi
kepadatan penduduk Kota Medan, sebesar 7.929 jiwa/km. Hal ini disebabkan
karena kemampuan daya dukung lahan Kota Sibolga terbatas tetapi penduduk
terus bertambah. Oleh sebab itu, Kota Sibolga semakin mendesak untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduknya.

II - 4

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Tabel 2.1.
Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk
2006

2007

2008

2009

2010

Rata-rata

Kabupaten
1

Nias

442.019

442.548

443.492

444.502

131.377

-26,16

Mandailing Natal

413.750

417.590

423.712

429.889

404.945

-0,54

Tapanuli Selatan

629.212

637.312

263.812

265.855

263.815

-19,53

Tapanuli Tengah

297.843

305.922

314.632

323.563

311.232

1,11

Tapanuli Utara

262.642

263.750

267.595

271.474

279.257

1,55

Toba Samosir

169.116

169.299

171.833

174.453

173.129

0,59

Labuhan Batu

Asahan

987.157

1.007.185

1.027.964

417.584

415.110

-19,47

1.038.554

676.605

688.529

700.606

668.272

-10,44

Simalungun

841.198

846.329

853.112

859.879

817.720

-0,71

10

Dairi

267.629

268.780

271.983

273.851

270.053

0,23

11

Karo

342.555

351.368

360.880

370.619

350.960

0,61

12

Deli Serdang

1.634.115

1.686.366

1.738.431

1.788.351

1.790.431

2,31

13

Langkat

1.013.849

1.027.414

1.042.523

1.057.768

967.535

-1,16

14

Nias Selatan

271.026

271.944

272.848

273.733

289.708

1,68

15

Humbang Hasundutan

152.757

153.837

155.290

158.070

171.650

2,96

16

Pakpak Bharat

34.822

38.726

41.062

42.814

40.505

3,85

17

Samosir

130.662

131.205

131.549

132.023

119.653

-2,18

18

Serdang Bedagai

605.630

618.656

630.728

642.983

594.383

-0,47

19

Batubara

373.836

382.474

389.510

375.885

0,18

20

Padang Lawas Utara

193.278

194.774

223.531

7,54

21

Padang Lawas

185.209

186.643

225.259

10,28

22

Labuhan Batu Utara

280.562

277.673

-1,03

23

Labuhan Batu Selatan

351.620

330.701

-5,59

24

Nias Utara

127.244

25

Nias Barat

81.807

9.701.835

0,44

Kabupaten

9.528.338

9.688.672 9.860.936 10.030.126

Kota
1

Sibolga

91.941

93.207

94.614

96.034

84.481

-2,09

Tanjungbalai

156.475

159.932

163.679

167.500

154.445

-0,33

Pematangsiantar

235.372

236.607

238.773

240.939

234.698

-0,07

Tebing Tinggi

137.959

139.409

141.059

142.717

145.248

1,30

Medan

2.067.288

2.083.156

2.102.105

2.122.053

2.097.610

0,36

Binjai

244.256

248.256

252.652

257.105

246.154

0,19

Padangsidimpuan

181.865

185.132

188.499

191.912

191.531

1,30

Gunung Sitoli

126.202

3.145.699 3.181.381 3.218.260

3.280.369

1,30

12.643.494 12.834.371 13.042.317 13.248.386 12.982.204

0,66

Kota
Total

3.115.156

Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 2007 2011

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 5

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Tabel 2.2.
Distribusi Penduduk Perkotaan dan Perdesaan Per Kabupaten/Kota
No

Kabupaten/Kota

Kota

Desa

Jumlah Total

% Kota

% Desa

Kabupaten
1

Nias

2
3

1.573

129.804

131.377

1,20

98,80

Mandailing Natal

67.712

337.233

404.945

16,72

83,28

Tapanuli Selatan

11.862

251.953

263.815

4,50

95,50

Tapanuli Tengah

79.047

232.185

311.232

25,40

74,60

Tapanuli Utara

29.590

249.667

279.257

10,60

89,40

Toba Samosir

42.977

130.152

173.129

24,82

75,18

Labuhan Batu

166.148

248.962

415.110

40,03

59,97

Asahan

263.320

404.952

668.272

39,40

60,60

Simalungun

259.904

557.816

817.720

31,78

68,22

10

Dairi

48.604

221.449

270.053

18,00

82,00

11

Karo

12

Deli Serdang

13

Langkat

14

Nias Selatan

15

Humbang Hasundutan

16

Pakpak Bharat

17

Samosir

18

Serdang Bedagai

19

Batu Bara

20
21
22

90.748

260.212

350.960

25,86

74,14

1.355.844

434.587

1.790.431

75,73

24,27

320.159

647.376

967.535

33,09

66,91

9.277

280.431

289.708

3,20

96,80

21.866

149.784

171.650

12,74

87,26

1.765

38.740

40.505

4,36

95,64

11.427

108.226

119.653

9,55

90,45

217.846

376.537

594.383

36,65

63,35

119.996

255.889

375.885

31,92

68,08

Padang Lawas Utara

12.333

211.198

223.531

5,52

94,48

Padang Lawas

24.015

201.244

225.259

10,66

89,34

Labuhan Batu Selatan

54.401

223.272

277.673

19,59

80,41

23

Labuhan Batu Utara

44.927

285.774

330.701

13,59

86,41

24

Nias Utara

3.155

124.089

127.244

2,48

97,52

25

Nias Barat

81.807

81.807

100

84.481

84.481

100

Kota
71

Sibolga

72

Tanjung Balai

154.445

154.445

100

73

Pematangsiantar

234.698

234.698

100

74

Tebing Tinggi

145.248

145.248

100

75

Medan

2.097.610

2.097.610

100

76

Binjai

235.450

10.704

246.154

95,65

4,35

77

Padangsidimpuan

136.275

55.256

191.531

71,15

28,85

78

Gunung Sitoli

35.969

90.233

126.202

28,50

71,50

2010

6.382.672

6.599.532

12.982.204

49,16

50,84

2009

6.058.035

7.190.351

13.248.386

45,73

54,27

2008

5.931.970

7.110.347

13.042.317

45,48

54,52

2007

5.822.573

7.011.798

12.834.371

45,37

54,63

2006

5.703.533

6.939.961

12.643.494

45,11

54,89

Jumlah/Total

Sumber: Sumatera Utara dalam Angka Tahun 2011

II - 6

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Kedekatan terhadap Kota Medan dan terletak di Wilayah Timur


menjadikan suatu kabupaten memiliki penduduk yang berkonsentrasi di kota,
seperti Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Asahan, Batu Bara,
Simalungun, Karo dan Kabupaten Langkat. Sebaliknya kabupaten-kabupaten yang
jauh dari Kota Medan memiliki penduduk yang sangat didominasi penduduk
perdesaan, seperti Kabupaten Nias Selatan, Nias, Humbang Hasundutan dan
Tapanuli Selatan. Apabila dilihat dari perbandingan penduduk desa-kota di
Sumatera Utara, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 penduduk perdesaan masih
lebih besar daripada penduduk perkotaan, yaitu

49,16 % untuk penduduk

perkotaan dan 50,84 % untuk penduduk desa (Tabel 2.2.).


Berdasarkan Tabel 2.2. dapat dilihat bahwa terjadi kecenderungan
penambahan persentase penduduk kota dan pengurangan persentase penduduk
desa di kabupaten/ kota di Sumatera Utara dari tahun 2006 hingga tahun 2010.
Hal ini disebabkan karena kurangnya pemerataan ekonomi dan fasilitas sehingga
penduduk mendekati kawasan kota yang menyediakan fasilitas yang lebih
memadai. Antisipasi dari kecenderungan semakin banyaknya penduduk perkotaan
adalah dengan penyediaan lapangan kerja yang bersifat perkotaan, misalnya di
sektor industri pengolahan, perdagangan dan jasa. Ketiga sektor ini nantinya akan
menjadi sektor penunjang dari sektor utama, yaitu sektor pertanian.

2.1.4. Ekonomi Wilayah


Secara umum kondisi perekonomian Sumatera Utara dipengaruhi oleh
perekonomian nasional yang secara keseluruhan perekonomian pada tahun 2010
tumbuh sebesar 6,35 %, meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada
tahun 2010, PDRB Sumatera Utara adalah Rp 118,64 triliun. Sedangkan nilai
PDRB per kapita Sumatera Utara tahun 2010 sebesar Rp. 21.236.780 meningkat
dari Rp 18.381.013 pada tahun 2009. Sementara itu, berdasarkan harga konstan
tahun 2000, PDRB per kapita tahun 2010 juga mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2009, yaitu sebesar Rp 9.138.733 pada tahun 2009 menjadi
Rp 8.675.863 pada tahun 2010 (lihat Gambar 2.2).

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 7

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka, 2011

Gambar 2.2.
PDRB Per Kapita Menurut Kabupaten/ Kota
Atas Dasar Harga Berlaku (Rupiah), 2010

II - 8

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Tabel 2.3.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2006-2010
PDRB A TAS HARG A BERLAK U
(Miliar R upi ah)

KABUPATEN/
KO TA

NO

20 09

PDRB A TAS HARG A D ASAR / K ONSTAN 200 0


( Miliar R upiah)

2 006

2007

2 008

2 010*

20 06

2007

2 008

Nias

2.761,71

3.17 9,89

3.196,09

98 2,9 4

1.1 40,4 3

1.629,56

1.73 9,4 8

1.8 28,8 5

2009
478,51

201 0*
510,79

Mandailing Nat al

2.260,84

2.60 3,79

2.924,04 3.338 4,3 5

3.8 26,4 9

1.583,39

1.68 5,7 0

1.7 90,6 9

1.909,41

2.031,71

Tapanuli Se latan

4.219,35

4.59 8,18

5.441,55

2.76 1,5 1

3.1 45,4 9

2.734,61

2.85 4,6 0

3.0 73,8 5

1.697,91

1.783,88

Tapanuli Tengah

1.449,33

1.61 0,43

1.865,71

2.00 0,2 7

2.2 94,0 7

940,15

1.00 2,8 2

1.0 51,8 2

1.128,83

1.198,28

Tapanuli Utara

2.418,46

2.72 9,50

3.165,33

3.39 2,6 3

3.8 07,8 0

1.299,38

1.37 7,7 4

1.4 70,6 4

1.529,40

1.614,37

Toba Samosir

2.121,11

2.41 5,65

2.879,73

3.05 6,8 8

3.4 80,4 4

1.423,05

1.50 5,1 3

1.6 29,8 1

1.670,06

1.765,73

Labuhan Batu

12.593,78

14 .37 1,16

16 .26 8,9 9

6.65 8,7 9

7.6 10,5 9

7.384,24

7.87 9,4 2

8.4 12,7 9

3.101,70

3.261,57

Asahan

17.479,31

8.18 2,56

23 .09 1,6 9 10.43 5,9 4

11.9 31,6 8

10.689,88

4.67 1,0 1

1 1.7 62,1 3

5.134,42

5.389,83

Sima lungun

6.881,62

7.64 7,49

9.170,87

9.27 2,0 2

10.3 60,9 5

4.580,01

4.82 3,3 5

5.1 66,0 0

5.299,69

5.571,11

10

Dairi

2.552,75

2.86 0,20

3.388,67

3.39 3,0 0

3.7 77,7 4

1.704,13

1.78 9,8 0

1.9 52,8 1

1.952,59

2.050,67

11

K aro

3.978,80

4.48 3,32

5.466,38

5.64 6,5 4

6.6 76,0 2

2.729,61

2.86 9,7 4

3.0 47,2 8

3.175,60

3.367,19

12

Deli Se rdang

21.459,07

26 .05 3,71

29 .53 3,8 8 34.17 2,4 8

39.8 03,5 7

11.598,33

1 2.36 4,1 7

1 3.4 40,9 6 13.698,06

14.516,73

13

Langkat

9.885,08

11 .45 5,32

12 .55 2,5 9 14.78 9,8 3

17.1 81,6 2

5.889,03

6.17 8,0 2

6.6 48,7 5

6.819,23

7.210,33

14

Nias Selat an

1.551,65

1.69 2,40

2.093,87

2.01 4,3 5

2.2 41,5 2

1.033,42

1.01 6,6 3

1.0 82,0 4

1.182,90

1.231,62

15

Humbang H asundutan

1.535,58

1.72 6,74

1.995,86

2.18 9,6 5

2.4 70,9 9

807,46

85 7,1 5

9 12,2 9

954,55

1.006,56

16

Pakpak Bharat

207,59

23 0,91

29 9,0 4

29 0,3 0

3 31,84

130,087

14 3,6 3

1 53,2 8

154,42

164,88

17

Samosir

1.196,46

1.28 7,46

1.592,96

1.51 9,3 2

1.6 69,6 0

868,588

93 4,5 6

9 96,5 5

1.002,46

1.058,49

18

Serdang Bedag ai

5.684,32

6.42 9,01

7.447,16

8.49 0,3 6

9.6 97,6 0

3.590,14

3.80 6,5 7

4.0 64,3 9

4.287,25

4.550,68

19

Batubara

1)

11 .36 8,71

1)

1.42 4,4 7

16.5 90,1 9

1)

6.48 6,7 5

1)

7.066,22

7.394,49

20

Pada ng Lawas Ut ara

2)

2)

2)

1.34 9,4 2

1.7 25,2 5

2)

2)

2)

734,28

781,76

21

Pada ng Lawas

2)

2)

2)

2)

2)

2)

22

Labuhan Batu Selat an

23

Labuhan Batu Utara

24

Nias Ut ara

25

Nias Barat

26

Sibolga

27

Tanjungba lai

28
29
30
31

5.47 2,1 9

1.6 03,1 2

710,76

750,03

14.51 7,2 3

6.2 88,9 5

2.685,09

2.835,77

6.28 4,9 8

7.1 61,0 9

2.993,33

3.163,22

99 8,8 4

1.1 34,2 5

459,23

490,12

50 6,7 9

5 74,55

238,91

253,92

1)

11 .36 8,71

1.185,75

1.36 1,1 2

1.5 43,7 8

589,398

63 0,0 6

6 72,8 4

679,92

740,04

826,27

1.07 5,26

2.574,52

2.76 5,3 1

3.1 57,4 7

1.181,69

1.28 5,9 9

1.3 78,4 6

1.331,52

1.397,18

Pemat ang sianta r

2.865,62

3.41 2,71

3.932,45

3.74 6,2 2

4.1 63,4 4

1.748,63

1.86 8,1 5

2.0 07,1 0

1926,30

2.038,92

Tebing Tinggi

1.417,74

1.57 2,20

1.798,46

2.03 2,8 8

2.2 94,9 7

923,315

98 3,4 4

1.0 51,5 9

1.099,24

1.165,93

Medan

48.922,90

55 .21 7,72

63 .87 9,8 1 72.63 0,2 1

83.3 15,0 2

27.236,13

2 9.60 3,9 6

3 2.2 45,6 5 33.430,05

35.822,22

Binj ai

2.889,99

3.15 2,98

3.626,82

4.30 8,9 4

4.9 45,3 6

1.613,44

1.74 0,1 3

1.8 66,2 0

1.905,18

2.020,90

32

Pada ngsidimpuan

1.318,27

1.41 4,29

1.613,19

1.90 0,0 4

2.0 94,0 0

742,011

79 4,2 9

8 51,0 3

884,66

935,45

33

Gunung Sitoli

1.77 5,1 0

2.0 09,0 6

813,26

867,97

236 .353,6

275.700,2

111.559 ,2

118.640,9

Sumatera Uta ra

160.033 ,72 1 94.140,91 210 .9 85,41

93.330,11 10 7.5 84,54 108 .72 7,57

Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka, 2007 - 2011

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 9

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Tabel 2.4.
Pangsa Sektor Pertanian, Industri Pengolahan dan Lainnya
Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2006-2010
Sektor/Subsektor

2006

2007

2008

2009

2010*

22,18

22,55

22,84

23,03

22,92

Tanaman pangan

7,7

7,82

7,78

7,89

7,95

Tanaman perkebunan

8,78

9,5

9,71

9,64

9,67

Peternakan dan hasilnya

1,99

2,01

2,08

2,16

2,09

Kehutanan

1,09

1,04

1,02

1,06

0,99

Perikanan

2,62

2,18

2,23

2,27

2,23

Industri Pengolahan

24,78

25,41

24,14

23,29

22,96

Sektor Lainnya

53,04

52,04

53,02

53,68

54,12

100 %

100 %

Pertanian

PDRB
100 %
100 %
100
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2007 2011

2.2.

PROGRAM PRIORITAS DAERAH


Program prioritas daerah yang tercantum dalam RPJMD Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2009-2013 difokuskan pada peningkatan kualitas


sumberdaya manusia baik pada tingkat aparatur pemerintahan maupun anggota
masyarakat terutama pada sektor produksi dan distribusi/pemasaran pada pelaku
usaha kecil, menengah/koperasi dan usaha mikro termasuk pembinaan pedagang
kaki lima sehingga berkembang menjadi pengusaha kecil formal.
Kesejahteraan masyarakat dilihat dari aspek pendidikan, pendapatan per
kapita, ketenagakerjaanm(employment), kesehatan dicerminkan oleh Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Untuk meningkatkan IPM diperlukan strategi
pengembangan peningkatan pendapatan per kapita dalam rangka penurunan angka
kemiskinan dan pengangguran melalui pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,
pengembangan lembaga jaminan sosial, peningkatan kualitas pendidikan
masyarakat yang didukung oleh pemantapan pelaksanaan pendidikan formal,
mulai dari pendidikan anak usia dini, wajib belajar 12 tahun, peningkatan derajat
kesehatan dan peningkatan status gizi masyarakat, peningkatan kesetaraan gender,
perlindungan anak, penurunan kesenjangan antar daerah, antar kelompok
masyarakat dan antar individu dan pengendalian pertumbuhan penduduk.

II - 10

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Pembangunan pendidikan sebagai salah satu pilar peningkatan kualitas


sumberdaya manusia diarahkan tidak pada sebatas peningkatan IPM tetapi juga
kepada peningkatan kemandirian bekerja, pembudayaan pemanfaatan teknologi
informasi dan telekomunikasi, serta pematangan psikis dalam lingkungan kerja.
Faktor-faktor kritis dalam bidang pendidikan yang perlu mendapat perhatian
serius dalam mencapai keberhasilan pembangunan sumber daya manusia ialah
pengadaan guru-guru bermutu yang semakin mencukupi, baik pada sekolah dasar
maupun sekolah lanjutan, perbaikan gedung-gedung sekolah terutama didaerah
pedesaan, perbaikan/pengembangan kurikulum serta pengadaan buku-buku yang
terjangkau. Pembangunan laboratorium terpadu di kota-kota yang memiliki
kemampuan pendanaan perlu didukung untuk dimanfaatkan secara bersama oleh
sekolah-sekolah di wilayah kabupaten dan sekitarnya.
Beberapa

kebijakan

penting

lain

yang

perlu

menjadi

prioritas

pembangunan adalah pengembangan infrastruktur ekonomi pada pusat-pusat


pertumbuhan wilayah (Kawasan Pantai Timur, Kawasan Dataran Tinggi,
Kawasan Pantai Barat, Kawasan Pantai dan kawasan unggulan lainnya) yang
meliputi jaringan jalan (jalan lingkar luar Danau Toba, jalan Rawa Saring, jalan
menyusuri Pantai Timur); penyelesaian pembangunan Bandara Kuala Namu;
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK); pengembangan pelabuhan laut
Kuala Tanjung; pengembangan perkeretaapian; sumber daya air bersih;
pemanfaatan potensi sumber tenaga listrik secara maksimal; dan pembangunan
gedung-gedung pemerintahan.
Pengadaan perumahan dan perbaikan lingkungan permukiman dalam tata
ruang wilayah yang serasi perlu ditingkatkan sehingga kebutuhan rumah yang
sehat terpenuhi tidak hanya di lingkungan perkotaan tetapi juga di perdesaan,
yaitu Program Pengembangan Kualitas Permukiman (PKP); Pengembangan
Kasiba (Kawasan Siap Bangun) dan Lisiba (Lingkungan Siap Bangun);
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan dan Perdesaan; Peningkatan
Kualitas Permukiman Perdesaan dan Perkotaan termasuk di dalamnya Rusunawa
(Rumah Susun Sederhana Sewa) dan Rusunami (Rumah Susun Sederhana Milik),
Perumahan KORPRI, dan RSS (Rumah Sangat Sederhana); Pengembalian Fungsi
Kawasan Permukiman melalui Peremajaan di Metropolitan; dan lain-lain.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 11

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Ketersediaan energi sangat strategis, namun demikian menghadapi kendala


utama dalam meningkatkan investasi dan produksi Sumatera Utara. Masalah
kelangkaaan pasokan energi hendaknya sudah dapat diatasi secara baik. Untuk
mencapai keadaan tersebut, perlu digali dan dimanfaatkan sumber-sumber energi
alternatif seperti mikrohidro, panas bumi, tenaga surya dan biomassa.
Dalam rencana pembangunan sektor pertanian perlu dukungan sarana dan
prasarana seperti pembangunan dan perbaikan irigasi, pengadaan bibit unggul,
serta perkembangan teknologi di bidang pertanian.
Masalah dan tantangan yang dihadapi di bidang kesehatan yaitu masih
relatif rendahnya derajat kesehatan masyarakat, untuk masa yang akan datang
peningkatan

derajat

kesehatan

masyarakat

diarahkan

kepada

kebijakan

peningkatan pemerataan dan akses seluruh masyarakat/penduduk terhadap


pelayanan kesehatan dasar.
Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kehutanan Tahun 20092013, strategi yang diusung adalah peningkatan pemanfaatan hutan tanpa
mengesampingkan faktor keselamatan lingkungan dan kelestarian hutan tersebut.
Dari rencana strategis tersebut kemudian dijabarkan menjadi 3 program, yaitu: (1)
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan; (2) Program Perlindungan dan Konservasi
Sumber Daya Hutan; dan (3) Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil
Hutan.
Renstra Dinas Perhubungan, Energi dan Tata Ruang berupa peningkatan
sinergi pembangunan sarana dan prasarana daerah berbasis kerjasama daerah yang
dipecah menjadi beberapa program, yaitu: (1) Program Pembangunan Prasarana
dan Fasilitas Perhubungan; (2) Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana
dan Fasilitas LLAJ; (3) Program Pembangunan Sarana dan Prasarana
Perhubungan; (4) Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas; (5)
Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Perhubungan; (6)
Program

Peningkatan

Pelayanan

Angkutan;

(7)

Program

Peningkatan

Pemanfaatan Sumberdaya Mineral dan energi; (8) Program Pembinaan dan


Pengawasan Bidang Pertambangan; (9) Program Pembinaan dan Pengembangan
Bidang

Ketenagalistrikan;

dan

(10)

Program

peningkatan

Pemanfaatan

Sumberdaya Mineral dan Energi.

II - 12

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Sedangkan untuk Dinas Pertanian Tahun 2009-2013 memiliki 3 (tiga)


rencana strategis, yaitu (1) Mendorong peningkatan produktifitas melalui inovasi
teknologi baru; (2) Pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis lingkungan; dan
(3) Mendorong diversifikasi produksi. Selanjutnya renstra tersebut diterjemahkan
ke dalam 4 (empat) program, yaitu: (1) Program Peningkatan Kesejahteraan
Petani; (2) Program Penerapan Teknologi; (3) Program Peningkatan Produksi; dan
(4) Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan.
Dari analisis di atas terlihat bahwa program prioritas daerah belum secara
langsung mengaitkan kegiatan-kegiatan pembangunan di Sumatera Utara untuk
mengatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan perubahan iklim seperti
perencanaan antisipasi, mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang pada
dekade terakhir menjadi masalah yang serius yang dihadapi oleh masyarakat
Sumatera Utara.

2.3.

PERMASALAHAN EMISI GRK


Berbagai macam industri dan kegiatan ekonomi di Sumatera Utara

berkontribusi terhadap terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Dalam


pembahasan ini, akan dipaparkan sumber-sumber emisi GRK, dampak yang
dihasilkan akibat pengeluaran emisi GRK terhadap lingkungan di Sumatera Utara
secara khusus dan potensi serapan GRK di Sumatera Utara.
Pada sub bab ini akan dijabarkan permasalahan emisi GRK di Provinsi
Sumatera Utara. Telah dijelaskan pada Bab I bahwa GRK terdiri dari 6 (enam)
jenis gas, yaitu: karbondioksida (CO2), dinitro oksida (N2O), metana (CH4),
sulfurheksaflorida (SF6), perflorokarbon (PFCs), dan hidroflorokarbon (HFCs).
Semua aktivitas yang ada di provinsi ini yang menghasilkan gas-gas tersebut akan
digolongkan sebagai emisi-GRK. Secara umum menurut IPCC guidelines (2006)
kegiatan yang menghasilkan emisi GRK terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu emisi
berbasis energi, emisi dari proses produksi dan penggunaan produk, emisi
berbasis lahan, dan emisi dari limbah. Penjabaran sumber-sumber emisi menurut
IPCC ini digambarkan pada Gambar 2.3.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 13

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Gambar 2.3.
Sumber Emisi GRK Berdasarkan IPCC Guidelines [2006]

Penjabaran sumber-sumber emisi seperti yang digambarkan pada gambar


di atas tidak diikuti secara mutlak di Provinsi Sumatera Utara. Harus dilakukan
modifikasi untuk menyesuaikan dengan SKPD yang ada di provinsi ini.
Berdasarkan Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan emisi GRK yang dibagi atas 6 (enam) sektor, maka bagan pada
Gambar 2.3 diubah menjadi bagan pada Gambar 2.4.

II - 14

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Gambar 2.4.
Pembagian Permasalahan Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Pada bagan diatas yang ditampilkan masih hanya bagian yang utama
penghasil emisi, sementara secara lebih detail akan dijelaskan pada masingmasing sektor. Pada gambar tersebut, kementerian atau dinas yang akan menjadi
penanggung jawab sumber emisi tersebut juga ditampilkan dalam bentuk logo.
Terdapat beberapa perbedaan mendasar penempatan sumber emisi GRK menurut
IPCC Guidelines 2006 (Gambar 2.3), dan menurut pembagian yang ada di
Provinsi Sumatera Utara pada Gambar 2.4. Pada IPCC sumber energi berbasis
lahan hanya satu, sementara di provinsi ini dibagi atas 2 (dua) bagian, yaitu sektor
pertanian dan sektor kehutanan. Kemudian pada IPCC sumber emisi berbasis
energi di Provinsi Sumatera Utara dipisah atas sektor transportasi dan penggunaan
bahan bakar di industri dan sektor komersial akan dimasukkan ke sektor industri.
Secara lebih detail alasan pembagian ini akan dijelaskan pada pembahasan emisi
GRK pada masing-masing sektor.

2.3.1

Sumber - Sumber Emisi GRK


Terdapat 1500 kegiatan industri manufaktur, industri makanan dan

pakan dan limbah rumah tangga menghasilkan sekitar 150.000 ton produksi
sampah/hari yang dibuang dengan sistem open dumping ke TPA, sebagian dibakar
di belakang rumah dan dibuang ke sungai atau dibenamkan di dalam lubang.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 15

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Terdapat 38 juta kenderaan berupa mobil, becak motor dan sepeda motor yang
beroperasi di Sumatera Utara. Setiap tahun kegiatan pembukaan lahan dengan
metode tebas-tebang-bakar dalam membangun perkebunan dan perladangan
menghasilkan emisi GRK. Begitu pula dalam kegiatan pertanian dan peternakan
melepaskan emisi GRK. Demikian pula di sektor kehutanan, terjadi deforestrasi
dan degradasi hutan karena perambahan liar dan illegal loging (BLH 2010 dan
Dishub 2006).
Berikutnya dijelaskan 6 (enam) sektor penyumbang emisi GRK di
Sumatera Utara, yaitu Sektor Pertanian, Sektor Industri, Sektor Energi, Sektor
Transportasi, Sektor Pekebunan dan Lahan Gambut, dan Sektor Limbah.

2.3.1.1 Sektor Pertanian


Berdasarkan

diskusi dengan berbagai

stakeholders

serta analisis

karakteristik Provinsi Sumatera Utara, maka sumber-sumber emisi dan potensi


penurunan emisi GRK pada sektor pertanian akan dirumuskan dalam Bab III RAD
GRK. Sumber utama emisi di sektor pertanian adalah :
1) perubahan alih fungsi lahan (hutan, lahan pertanian dan gambut) menjadi
perkebunan dan usaha pertanian,
2) perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao, kelapa dll), pertanian rakyat
(tanaman pangan, hortikultura)
3) pupuk
4) peternakan (sapi, babi, kambing, unggas).

Berhubung emisi dari alih fungsi lahan dan perkebunan/pertanian rakyat


(kelapa sawit, karet, kakao, kopi, kelapa, dan lain sebagainya) telah dimasukkan
dan dihitung dalam sektor tersendiri yaitu sektor kehutanan dan lahan gambut
(LULUCF), maka dalam penyusunan RAD-GRK ini sumber emisi dan potensi
penurunan emisinya tidak dikalkulasi lagi pada sektor pertanian. Berikut akan
diuraikan sumber-sumber emisi sektor pertanian terutama yang berkaitan dengan
kegiatan pengolahan hasil-hasil perkebunan, tanaman pangan dan peternakan.

II - 16

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

A.

Bab 2

Perkebunan
Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi perkebunan dan pertanian yang

cukup baik. Komoditi tanaman perkebunan yang dibudidayakan cukup beragam,


mulai dari skala kecil hingga ke skala besar. Beberapa diantara komoditi tersebut
memilki potensi pasar untuk ekspor seperti karet, kelapa sawit, kakao, kopi, teh,
dan sebagainya. Data luas perkebunan di Sumatera Utara dicantumkan dalam
Tabel 2.5. Karena perkebunan sudah dimasukkan ke dalam sektor kehutanan dan
lahan gambut maka perhitungan emisinya tidak dimasukkan ke dalam sektor
pertanian.
Tabel 2.5.
Luas Perkebunan Besar Provinsi Sumatera Utara (2006-2010)

No

Jenis
Tanaman

Karet

Luas (ha) pada tahun


Milik

2006

2007

2008

2009

2010

PB. Swasta

73.332

96.715

95.474

96.771

103.878

PB. Negara

56.762

56.335

52.013

77.697

85.632

P. Rakyat

347.159

362.882

363.159

376.076

376.335

PB. Swasta

315.516

345.515

344.411

353.388

363.813

PB.Negara

278.272

287.002

294.943

299.604

305.436

P. Rakyat

363.095

367.741

379.853

392.721

396.565

PB. Swasta

4.983

7.549

6.335

5.890

6.309

PB Negara

23.761

19.238

18.712

18.501

19.504

P. Rakyat

49.172

56.428

60.221

66.091

67.120

PB. Swasta

205

318

318

318

362

PB. Negara

5.619

5.396

5.396

5.407

5.441

1.517.876 1.605.119
Total
PB = Perkebunan Besar ; P = Perkebunan
Sumber : Statistik Perkebunan Sumatera Utara, 2010.

1.620.835

1.692.464

1.730.395

B.

Kelapa
Sawit

Kakao

Teh

Pabrik Kelapa Sawit


Pada tahun 2010 tercatat seluas 1.067.814 ha kelapa sawit telah ditanam di

Sumatera Utara yang terdiri dari 398.565 ha perkebunan rakyat. 305.436 ha


perkebunan negara dan 363.813 ha perkebunan swasta nasional. Untuk mengolah
produksi tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan dari kebun-kebun tersebut
telah tersedia 135 buah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas olah
terpasang sebanyak 4.985 ton/jam. PKS menghasilkan limbah padat berupa
tandan kosong sawit (TKS) sebanyak 23% dari total TBS yang diolah serta limbah

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 17

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

cair (LCPKS) yang volumenya mencapai 0,6 m3 per ton TBS yang diolah. TKS
dan LCPKS merupakan sumber emisi GRK sektor pertanian. Data jumlah PKS
(135 buah) yang tersedia adalah data tahun 2010. Untuk mendapatkan data 20062009. maka dilakukan perhitungan dengan asumsi bahwa pertumbuhan industri
kelapa sawit sebesar 4% per tahun dari data tahun 2010.
Perhitungan emisi yang dilakukan oleh Watatsu et al (2011) menggunakan
formula = Vol LCPKS (m3) x 0.25 x 0.94 x 0.06536t/m3 x 0.8 x 21 (tCO2eq/tahun
menghasilkan emisi LCPKS dari PKS berkapasitas olah 60 ton TBS/jam adalah
sebesar 55.737 tCO2eq/tahun. Schuchardt et al. (2010) melaporkan bahwa sebuah
PKS berkapasitas olah 60 ton/jam menghasilkan TKS sebesar 82.800 ton dengan
total emisi GRK sebesar 20.286 tCO2eq/tahun. Emisi 135 PKS pada tahun 2010
dari Tandan Kosong Sawit dan Limbah Cair PKS adalah 6.316.244 tCO2eq/tahun
(Tabel 2.6).
Tabel 2.6.
Emisi GRK dari PKS di Provinsi Sumatera Utara
Tahun

Emisi PKS (tCO2eq/tahun)

2006
2007
2008
2009
2010

5.364.680,11
5.588.208,45
5.821.050,47
6.063.594,24
6.316.244,00

Sumber : Data diolah, 2012

C.

Tanaman Pangan
Tanaman pangan di Sumatera Utara cukup potensial sebagaimana

dicantumkan pada Tabel 2.7 berikut:

Tabel 2.7.
Luas Tanaman Padi di Sumatera Utara Tahun 2006-2010
Tanaman Padi
Total Sawah Irigasi

2006
280.847

Luas (ha) Pertanaman Padi


2007
2008
2009
278.560

283.087

292.088

2010
289.524

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara (2011)

II - 18

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Emisi GRK dihitung dari sawah beririgasi. Sawah beririgasi diasumsikan


memproduksi gas metana karena terjadinya proses anaerobik sebagai akibat
penggenangan air selama pertumbuhan. Dasar perhitungan emisi adalah hasil
perkalian dari luas areal sawah (ha) dikalikan indeks pertanaman (IP) dan faktor
emisi gas metana dikalikan 21. Indeks Pertanaman di Sumatera Utara adalah 1,66
(Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2011). Emisi GRK dari sawah
beririgasi selama periode 2006-2010 ditampilkan pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8.
Emisi GRK dari sawah beririgasi di Provinsi Sumatera Utara

2006

Emisi Sawah Irigasi


(tCO2eq/tahun)
220.846,34

2007

219.047,94

2008

222.607,78

2009

229.685,79

Tahun

2010
Sumber : Data diolah, 2012

D.

227.669,57

Pupuk Urea
Sumber emisi GRK khususnya pupuk urea yang banyak digunakan dalam

budidaya pertanian seperti perkebunan (kelapa sawit. karet. kakao dll), tanaman
pangan dan hortikultura (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan lain-lain).
Tanaman kelapa sawit dan karet membutuhkan pupuk anorganik seperti
Urea. TSP, Kalium, (MOP) Magnesium dan Kalsium dalam jumlah yang cukup
banyak. Demikian pula dengan tanaman pangan yang juga menggunakan pupuk
anorganik untuk kelangsungan pertumbuhan dan produktifitasnya. Luas areal
perkebunan dan pertanian tanaman pangan yang menggunakan pupuk urea
dicantumkan pada Tabel 2.9.
Ada sedikit perbedaan antara luas areal sawah beririgasi dan data
penggunaan pupuk urea pada sawah beririgasi. Dalam penghitungan emisi GRK
dari pupuk digunakan data pupuk yang digunakan pada sawah beririgasi dan
mengabaikan data luas lahan yang pada tahun 2010.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 19

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Penghitungan emisi urea berdasarkan rumus :


Emisi CO2 = Jumlah Pupuk Urea (ton) x % kandungan N Urea x FE N-N2O x
N yang teremisi (%); atau

Emisi CO2 = 296 ton x 0,46 x 1,57 x 0,01 x 296


Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah emisi historis GRK dari
urea yang digunakan pada tanaman kelapa sawit (Tabel 2.10), karet (Tabel 2.11)
dan sawah (Tabel 2.12).
Tabel 2.9.
Luas lahan pertanian dan penggunaan pupuk urea
Aktifitas
Pertanian
Kelapa sawit

2006
956.883

Karet
Sawah Irigasi

477.253
280.847

Aktifitas
Pertanian
Kelapa sawit
Karet
Sawah Irigasi

2006
248.789.580
95.450.600
168.508,2

Luas pertanian yang menggunakan Urea (ha)


2007
2008
2009
1.000.258
1.019.207
1.045.713
515.932
278.560

510.646
283.087

2010
1.067.814

550.544
292.088

565.845
294.705

Penggunaan pupuk urea pada tahun (kg)


2007
2008
2009
260.067.080
264.993.820
271.885.380
103.186.400
102.129.200
110.108.800
175.942
168.532
172.800

2010
277.631.640
113.169.000
176.823

Tabel 2.10.
Jumlah emisi historis GRK dari penggunaan urea
pada kelapa sawit, karet dan sawah beririgasi tahun 2006-2010

Tahun

Emisi Urea Sawit


(tCO2eq/tahun)

Emisi Urea Karet


(tCO2eq/tahun)

Emisi Urea Sawah Irigasi


(tCO2eq/tahun)

2006

531.840,47

204,05

360,22

2007

555.948,52

220,58

376,11

2008

566.480,47

218,32

360,27

2009

581.212,64

235,38

369,40

2010

593.496,49

241,92

378

Sumber : Data diolah, 2012

II - 20

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

E.

Bab 2

Peternakan
Sumber emisi GRK dari peternakan antara lain berasal dari ternak sapi,

kerbau, kuda, kambing, domba dan babi. Sedangkan dari kelompok unggas adalah
ayam, itik, puyuh, merpati dan itik Manila. GRK yang dihasilkan dari bidang
peternakan umumnya berupa gas metana yang berasal dari kotoran hewan
tersebut.
Tabel 2.11.
Jumlah dan jenis hewan ternak Di Provinsi Sumatera Utara 2006-2010
Jenis
Ternak

Jenis
Produk
Perah
Potong

Sapi
Kerbau
Kuda
Kambing
Domba
Babi

Buras
Petelur
Pedaging

Ayam
Itik
Puyuh
Kelinci
Merpati
Itik

2006
6.526
251.488
261.794
4.053
643.860
275.844
822.790
20.153.175
7.065.566
34.030.041
2.204.287
0
0
0
0

Total
65.719.424
Sumber: Statistik Peternakan. 2010

Perhitungan

emisi

GRK

Jumlah Ternak
2007
2008
2009
2.093
2.290
2.409
384.577
388.240
401.821
189.167
155.341
158.235
3.553
3.218
2.817
759.965
618.394
625.815
287.021
268.291
270.420
802.776
733.864
653.150
16.342.700
11.349.742
11.554.037
8.224.445
7.698.504
8.168.685
42.874.471
42.891.621
43.878.127
3.537.444
1.825.663
1.953.647
82.375
135.616
163.448
18.354
29.361
35.759
0
0
0
0
0
0

2010
2.569
462.443
161.046
3.098
744.535
317.777
742.670
11.671.883
8.839.750
39.376.258
2.569.664
178.834
20.626
11.385
54.086

73.508.941

65.091.153

dari

66.100.145

ternak

67.868.360

berdasarkan

rumus

yang

dikembangkan oleh Fahmuddin Agus (2012) sbb:


Emisi CO2 = FE (N2O) * BB/1000 * FE (Man) * 365 * 296 * 44/28
1000
Tabel 2.12.
Daftar faktor emisi ternak (Agustus 2012)
Jenis Ternak
Sapi Perah
Sapi Potong
Kerbau
Domba
Kambing
Kuda
Ayam Buras

FE N2O-N
0,47
0,34
0,32
1,17
1,37
0,46
0,82

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 21

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Jenis Ternak
FE N2O-N
1,1
Ayam Broiler
0,82
Itik
0,5
Babi
Catatan: Faktor Emisi Manajemen dirangking dari 0,02 - 0,06 berdasarkan kegiatan

Tabel 2.13.
Jumlah emisi historis GRK dari ternak, 2006-2010
Tahun

Emisi Ternak

2006

1.298.689,78

2007

1.473.640,49

2008

1.389.476,34

2009

1.386.955,71

2010

1.565.259,08

Sumber : Data diolah, 2012

Tabel 2.14.
Total emisi historis sektor pertanian
Tahun

Emisi Total Sektor Pertanian


(tCO2eq)

2006

7.980.324,60

2007

8.433.541,53

2008

8.578.210,76

2009

8.866.225,92

2010

9.322.588,52

Sumber : Data diolah, 2012

Dari Tabel 2.14 terlihat peningkatan jumlah emisi yang cukup signifikan
dari tahun 2006 hingga 2010 meskipun hanya 5 (lima) sumber emisi yang
dihitung. Dengan mempertimbangkan aksi mitigasi dari kelima sumber emisi
tersebut maka dapat diperkirakan terjadi penurunan emisi seperti disajikan pada
Tabel 2.15 berikut:

II - 22

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Tabel 2.15.
Nilai emisi GRK dari kegiatan mitigasi di sektor pertanian

2006

Total Emisi
(tCO2eq)
7.980.324,60

Mitigasi
(tCO2eq)
7.980.324,60

2007

8.433.541,53

8.433.541,53

2008

8.578.210,76

8.578.210,76

2009

8.866.225,92

8.866.225,92

2010

9.322.588,52

9.322.588,52

2011

9.561.607,25

9.561.607,25

2012

9.807.509,03

9.807.509,03

2013

10.021.731,00

9.117.811,93

2014

10.240.960,28

8.357.289,78

2015

10.473.509,04

7.668.131,31

2016

10.711.817,97

7.057.383,71

2017

10.956.046,62

6.505.173,22

2018

11.206.359,54

6.011.661,40

2019

11.462.926,39

5.573.400,65

11.725.922,17
2020
Sumber: Data diolah, 2012.

5.183.979,04

Tahun

Grafik 2.1.
Emisi GRK Dari Kegiatan Mitigasi Di Sektor Pertanian

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 23

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

2.3.1.2 Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut


Sektor Kehutanan dalam konteks perubahan iklim termasuk ke dalam
sektor LULUCF (Land Use, Land Use Change and Forestry) adalah salah satu
sektor penting yang harus dimasukkan dalam kegiatan inventarisasi gas rumah
kaca (GRK). Kehutanan memainkan peranan penting dalam siklus karbon. Sampai
saat ini kontribusi sektor kehutanan dalam emisi GRK cukup besar, yaitu sekitar
47,12 % (KLH, 2009). Besarnya emisi ini, terutama dari deforestasi. Selain dari
deforestasi, kontribusi GRK dari sektor LULUCF berasal dari kebakaran lahan
gambut dan lahan gambut yang diolah. Beberapa faktor pemicu deforestasi dan
degradasi yaitu penebangan liar; kebakaran hutan; dan konversi lahan hutan untuk
kegiatan-kegiatan lain yang menghasilkan penutupan lahan dengan cadangan
karbon yang lebih rendah seperti untuk perkebunan dan pertanian, pemekaran
wilayah, pertambangan dan pemukiman. Sumber emisi sektor kehutanan selain
CO2 adalah N2O dan CH4. Gas-gas ini memiliki potensi pemanasan global yang
lebih besar dibandingkan dengan CO2.
Emisi masa lampau (historis) di Provinsi Sumatera Utara untuk sektor
ehutanan dan lahan gambut dengan masa periode 2006-2010 didasarkan pada
perubahan kelas tutupan/penggunaan lahan di Provinsi Sumatera Utara periode
tahun 2006 dan 2011. Data ini diperoleh dari analisis citra satelit penginderaan
jauh (Badan Planologi Kehutanan, 2006 dan 2011) dan peta unit perencanaan
dalam tata ruang Provinsi Sumatera Utara 2012 dan data cadangan karbon pada
masing-masing kelas penggunaan lahan di Provinsi Sumatera Utara diperoleh nilai
emisi historis. Software REDD-ABACUS digunakan untuk mengitung emisi masa
lampau. selanjutnya data ini akan digunakan untuk melihat sejarah penggunaan
lahan dan sejarah proses emisi di Provinsi Sumatera Utara. Untuk kelas tutupan
lahan menggunakan yang telah tersedia di Kementerian Kehutanan terdiri dari 23
kelas berserta kriterianya seperti terlihat pada Tabel 2.16.

II - 24

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Tabel 2.16.
Sistem Klasifikasi Tutupan Lahan Tahun 2010 (23 Kelas)
Disertai Kode Layer Dan Kode Toponimi
No

Kelas

Kode layer/
Toponimi

Hutan lahan kering


primer

Hp/2001

Hutan lahan kering


sekunder

Hs/2002

Hutan rawa primer

Hrp/2005

Hutan rawa sekunder

Hmp/20051

Hutan mangrove
primer

Hmp/2004

Hutan mangrove
sekunder

Hms/20041

Hutan tanaman

Ht/2006

Perkebunan

Pk/2010

Semak belukar

Br/2007

Keterangan
Seluruh kenampakan hutan daratan rendah
perbukitan dan pegunungan yang belum
menampakan bekas penebangan
Seluruh kenampakan hutan dataran
rendah. perbukitan dan pegunungan yang
telah menampakan bekas penebangan
(kenampakan alur dan bercak bekas
tebang). Bekas tebangan parah bukan
areal HTI. perkebungan atau pertanian
dimasukan ke dalam lahan terbuka
Seluruh kenampakan hutan didaerah
berawa. termasuk rawa payau dan rawa
gambut yang belum menampakan bekas
penebangan
Seluruh kenampakan hutan didaerah
berawa. termasuk rawa payau dan rawa
gambut
yang
telah
menampakan
penebangan. Bekas tebangan parah jika
tidak memperlihatkan tanda genangan
(liputan air) di golongkan tanah terbuka.
sedangkan jika memperlihatkan bekas
genangan atau tergenang digolongkan
tubuh air (rawa)
Hutan bakau nipah dan nibung yang
berada sekitar pantai yang belum
menampakan bekas penebangan. Pada
beberapa lokasi hutan mangrove berada
lebih ke pedalaman
Hutan bakau nipah dan nibung yang
berada disekitar pantai yang telah
memperlihatkan
bekas
penebangan
dengan pola alur. bercak dan genangan.
Khusus untuk bekas tebangan yang telah
berubah
fungsi
menjad
tambak
digolongkan menjadi tambak dan sawah
Seluruh kawasan hutan tanaman baik
yang sudah ditanami maupun yang belum
(masih berupa lahan kosong). Identifikasi
lokasi dapat diperoleh dengan peta
sebaran hutan tanaman
Seluruh kawasan perkebunan baik yang
sudah ditanami maupun yang belum
(masih berupa lahan kosong) identifikasi
dapat diperoleh dengan peta sebaran
perkebunan. Perkebunan rakyat yang
biasa sangat kecil akan sulit diidentifikasi
dengan citra maupun peta sebaran
sehingga memerlukan informasi lain
termasuk data lapangan.
kawasan bekas hutan lahan kering yang

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 25

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

No

II - 26

Kelas

Kode layer/
Toponimi

10

Semak belukar

Br/20071

11

Savana / padang
rumput

S/3000

12

Pertanian lahan
kering

Pt/20091

13

Pertanian lahan
kerinag campur
semak

Pc/20092

14

Sawah

Sw/20093

15

Tambak

Tm/20094

16

Pemukiman

Pm/2012

17

Transmigrasi

Tr/20095

18

Ladang terbuka

T/2014

19

Pertambangan

Tb/20141

Keterangan
telah tumbuh kembali atau kawasan
dengan liputan pohon yang jarang (alami)
atau kawasan dengan dominasi vegetasi
rendah (alami) kawasan ini biasanya tidak
menampakan lagi bekas/bercak tebangan
Kawasan bekas hutan rawa/mangrove
yang telah tumbuh kembali atau kawasan
dengan liputan pohon jarang (alami) atau
kawasan dengan dominasi vegetasi rendah
(alami). Kawasan ini biasanya tidak
menampakan lagi bekas/bercak tebangan
Kenampakan non hutan alami berupa
padang rumput kadang-kadang dengan
sedikit semak atau pohon kenampakan ini
merupakan kenampakan alami di sebagian
besar sulawesi tenggara. nusa tenggara
timur dan bagian selatan papua
Semua aktifitas pertanian lahan kering
seperti tegalan. kebun campuran dan
ladang
Semua jenis pertanian lahan kering yang
berselang seling dengan semak belukar
dan hutan bekas tebangan. Sering muncul
pada areal ladang berpindah dan rotasi
tanam lahan keras
Semua aktifitas pertanian lahan basah
yang dicirikan dengan pola pematang
Aktifitas
perikanan
darat
atau
penggaraman yang tampak dengan pola
pematang sekitar pantai
Kawasan pemukiman baik perkotaan
perdesaan
industri
dll
yang
memperlihatkan pola alur rapat
Seluruh kawasan baik yang telah
diusahakan maupun yang belum termasuk
areal
pertanian
perladangan
dan
didalamnya
Seluruh kenampakan lahan terbuka tanpa
vegetasi (singkapan batuan puncak
gunung kawah vulkan gosong pasir pasir
pantai) lahan terbuka bekas kebakaran dan
lahan terbuka yang ditumbuhi alangalang/rumput. Kenapakan lahan terbuka
untuk
pertambangan
dikelaskan
pertambangan sedangkan lahan terbuka
bekas pembersihan lahan - land clearing
dimasukan kelas pertanian perkebunan
atau hutan tanaman
Lahan tebuka yang digunakan untuk
aktivitas terbuka (open pit) spt. Batubara.
timah tembaga dll. Serta lahan
pertambangan tertutup yang dapat
diidentifikasi dari citra berdsarkan
asosiasi kenampakan objeknya. Lahan
pertambangan tertutup skala kecil atau

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

No

Kode layer/
Toponimi

Kelas

Bab 2

Keterangan

20

Tubuh air

A/5001

21

Rawa

Rw/50011

22

Awan

Aw/2500

23

Bandara/pelabuhan

Bdr/plb/20121

yang tidak teridentifiaksi dikelaskan


menurut kenampakan permukaan
Semua kenampakan perairan termasuk
laut sungai dan wadukterumbu karang
padang lamun dll. Kenampakan tambak
sawah dan rawa-rawa digolongkan
sendiri.
Kenampakan lahan rawa yang sudah tidak
berhutan
Kenampakan awan yang memenuhi suatu
kawasan dengan ukran lebih kecil dari 4
cm2 pada skala penyajian. Jika liputan
awan tipis masih memperlihatkan
penampakan
dibawahnya
dan
memungkinkan ditafsit tetap didelineasi
Kenampakan bandara dan pelabuhan yang
berukuran besar dan memungkinkan
untuk didelineasi sendiri.

Sumber: Kementerian Kehutanan (2010)

2500000

Luas 2005

Luas 2010

Luas (Ha)

2000000
1500000
1000000
500000
0

Kelas Tutupan Lahan

Grafik 2.2.
Perubahan Kelas Tutupan Lahan Di Provinsi Sumatera Utara

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 27

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Tabel 2.17.
Data cadangan karbon pada berbagai penggunaan lahan

Sumber: Berbagai referensi/penelitian

Dari Grafik 2.2 terlihat penurunan luas area yang cukup signifikan pada
tutupan lahan berupa hutan, yaitu hutan lahan kering sekunder (7,60%), hutan
rawa sekunder (33,98%) dan hutan mangrove sekunder (9,03%) dan pertanian
lahan kering campur (79,96%). Sementara itu, terjadi kenaikan yang signifikan
juga pada penggunaan lahan yang bersifat intensif seperti perkebunan (15,11%),
pertanian lahan kering (109,65%) dan sawah (16,23%).
A.

Emisi Historis Sub Sektor Kehutanan

Sumber: Data diolah, 2012.

II - 28

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Emisi historis dari tahun 2006-2010 Sub Sektor Kehutanan di Provinsi


Sumatera Utara didasarkan pada jumlah dan sumbangan emisi dari zona
perencanaan seperti terlihat pada Tabel 2.18. Zona Pertanian dan zona Tanaman
Tahunan memiliki luasan terbesar masing-masing 1,92 juta dan 1,38 juta ha setara
dengan fraksi luas sebesar 27,2% dan 19,6%. Zona APL mempunyai luasan
terendah yakni hanya 27,152 atau 0,4% dari total zona perencanaan di Provinsi
Sumatera Utara. Sedangkan tutupan lahan hutan seluas 3,45 juta ha. terdiri atas
hutan lindung (HL) seluas 1,09 juta ha. hutan produksi berjumlah 962 ribu ha.
hutan produksi terbatas seluas 877 ribu ha. dan hutan suaka alam seluas 175 ribu
ha.
Tabel 2.18.
Zona perencanaan sektor kehutanan di Provinsi Sumatera Utara

Zona
APL
Badan Air
HL
HP
HPK
HPT
HSA
Permukiman
Pertanian
Tanaman Tahunan

Luas (Ha)
27,152.31
110,434.03
1,098,446.25
962,155.16
41,303.66
877,448.05
474,771.53
175,262.56
1,920,838.73
1,384,772.00

Fraksi luas
0.4
1.6
15.5
13.6
0.6
12.4
6.7
2.5
27.2
19.6

Sumber: Data diolah, 2012.

Tabel 2.19.
Emisi historis 2006-2010 sektor kehutanan

Sumber: Data diolah, 2012.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 29

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Berdasarkan Tabel 2.19, emisi historis (2006-2010) Provinsi Sumatera


Utara didominasi oleh zona pertanian (4,08 juta tCO2eq) atau berkontribusi sekitar
37%, kemudian zona tanaman tahunan (sebesar 1,38 juta tCO2eq). Untuk zona
berhutan, emisi historis terbesar diperlihatkan oleh Hutan Lindung (1,09 juta ha).
disusul hutan oleh hutan produksi (962 ribu tCO2eq) dan hutan produksi terbatas
(877 tCO2eq).
Tabel 2.20.
Perubahan tutupan lahan (2006) menjadi tutupan lahan (2011)
serta sumber emisi terbesarnya
Tutupan Lahan
(2006)
Pertanian Lahan Kering
Campur
Perkebunan
Hutan Tanaman
Hutan Lahan Kering Sekunder
Hutan Rawa Sekunder
Pertanian Lahan Kering
Campur
Hutan Lahan Kering Sekunder

Tutupan Lahan
(2011)

Share
(%)

Pertanian Lahan Kering

48.8

Perkebunan
Tanah Terbuka/Kosong
Tanah Terbuka/Kosong
Tanah Terbuka/Kosong

22.4
9.3
7.2
4.8

Semak/Belukar

4.8

Semak/Belukar

4.5

Sumber: Data diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 2.20, perubahan tutupan lahan di tahun 2006 menjadi


tutupan lahan di tahun 2011 terjadi di kawasan hutan dan bukan kawasan hutan.
Penggunaan lahan pertanian lahan kering campur menjadi pertanian lahan kering
berkontribusi menyumbangkan emisi sebesar 48,8 %. Yang menarik untuk dicatat
adalah perubahan hutan lahan kering sekunder, hutan tanaman dan hutan rawa
sekunder berkontribusi sebagai sumber emisi menjadi tanah kosong/tanah terbuka.

B.

Emisi Historis Sub Sektor Lahan Gambut


Untuk menghitung emisi Zona perencanaan Sub Sektor Lahan Gambut

dibagi menjadi dua yakni gambut non hutan dan gambut kawasan hutan, dengan
proporsi masing-masing 32% (66.695,07 ha) dan 68% (144.229,26 ha) (Grafik 2.3
dan Grafik 2.4). Sedangkan emisi historis Sub Sektor Lahan Gambut dari tahun
2006-2011, gambut non hutan sebesar 3,78 juta tCO2eq atau setara dengan 63,6%
dan gambut kawasan hutan sebesar 2,16 juta tCO2eq atau setera dengan 36,4%.

II - 30

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Grafik 2.3.
Zona perencanaan sub sektor lahan gambut

Grafik 2.4.
Emisi GRK dari kawasan gambut non hutan dan gambut kawasan

2.3.1.3 Sektor Industri


Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011 tentang RAN GRK menyebutkan
bahwa salah satu sektor penyumbang emisi adalah sektor Industri. Sementara
berdasarkan penjabaran sumber emisi menurut IPCC yang digambarkan pada
Gambar 2.3 ada beberapa sumber yang termasuk ke dalam sektor Industri, yaitu
(1) pembakaran bahan bakar untuk proses industri, (2) emisi akibat reaksi proses
industri dan (3) emisi akibat penggunaan produk. Pada RAD-GRK ini, sumber
emisi sektor industri akan terdiri dari 3 komponen ini. Kemudian, karena di
Provinsi Sumatera Utara terdapat kota Medan yang merupakan kota metropolitan,
dimana terdapat banyak bangunan/institusi komersial yang akan menghasilkan

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 31

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

emisi cukup signifikan maka sub sektor komersial akan dimasukkan sebagai
sumber emisi sektor industri. Secara lebih lengkap sumber-sumber emisi sektor
industri Provinsi Sumatera Utara dijabarkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5.
Sumber Emisi Sektor Industri Provinsi Sumatera Utara

Penjabaran jenis industri yang ditampilkan pada bagan tersebut mengacu


pada sistem Klassifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang tertuang
dalam peraturan Kepala BPS No. 57 tahun 2009. Emisi GRK sektor industri akan
dihitung dengan menggunakan IPCC Guidelines dengan tahun dasar perhitungan
yang telah disepakati adalah tahun 2010. Hasil perhitungan ini juga akan
dikelompokkan berdasarkan pengelompokan seperti yang dijelaskan pada alinea
pertama. Penggunaan bahan bakar pada sektor industri akan dibagi atas dua
bagian, yaitu penggunaan energi untuk menjalankan proses produksi dan
penggunaan energi untuk menghasilkan listrik. Pada sektor industri, hanya emisi

II - 32

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

dari pembakaran bahan bakar untuk melakukan proses produksi yang akan
dimasukkan sebagai emisi sektro industri. Sementara pembakaran bahan bakar
untuk menghasilkan listrik akan dimasukkan sebagai emisi sektor energi.
Tabel 2.21.
Konsumsi bahan bakar sektor industri dan komersial tahun 2010
(tanpa pembangkit)
No
1
2
3
4
5
6
7

Jenis Bahan
Bakar
Premium (kiloliter)
Minyak Tanah
(Kiloliter)
Minyak Solar
(Kiloliter)
Minyak Bakar
(Kiloliter)
Gas Alam
(juta ton)
LPG (ton)
Batubara (ton)

Volume/Berat
Industri
Komersial
2.797
0

Energi (Tera Joule)


Industri
Komersial
96,97

421

206.418

14,84

7.279,96

940.636,97

233.978,26

36.306,94

9.031,15

310.299

11.010,66

1.154,37

3,46

43.271,69

536,39
49.669

0
0

27,21
1.263,88

129,62

Konsumsi bahan bakar untuk sektor penggerak industri dan sektor


komersial ditampilkan pada Tabel 2.21. Pada tabel tersebut, yang termasuk
subsektor komersial dan lainnya adalah kebutuhan bahan bakar untuk industri
komersial, industri pertanian, perkebunan dan perikanan. Data yang ditampilkan
pada tabel tersebut diolah dari data yang ditampilkan pada SUDA 2011 dan hasil
survei industri nasional yang dilakukan oleh BPS.
Sementara dari proses sumber emisi dari proses industri antara lain dapat
berupa emisi dari proses produksi gelas, emisi dari proses produksi keramik, emisi
dari proses produksi amoniak, nitrat dan titanium oksida, emisi dari penggunaan
pelumas, emisi dari penggunaan refrigeran, emisi dari proses produksi besi dan
paduannya. Kapasitas produksi industri di Provinsi Sumatera Utara ditampilkan
pada Tabel 2.22 dan Tabel 2.23.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 33

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Tabel 2.22.
Jumlah industri/kegiatan usaha skala menengah dan besar
Di Provinsi Sumatera Utara
No.

Nama Industri

Jenis Industri*)

PT. Sumber Karindo Sakti


Pengolahan Kayu
PT. Lariza
Perabot dan rotan
PT. Wira Eka Asia
Sarung Tangan Karet
PT. Kim Sari Paper
Kertas Rokok
PT. Amir Asan Company
Lingkar Sepeda
PT. Uni Djaya
Bir
PT. Pelangi Selaras Internusa
Pencucian Jeans
PT. Bintang Tenera
Minyak Goreng
PT. Sinar Mulia Industri
Spare Part Sepeda
PT. Bandung Asa Jaya
Pencucian Jeans
PT. Intan Trisula
Pencucian Jeans
PT. Indo Dacin Presisi Utama
Timbangan
PT. Arena Cahaya Cempaka
Plastik Kulit, lapis jok
UD. Bangun Sari Indah
Onderdil Sepeda Motor
PT. Asia Karet
Karet kelang tapak sepatu
PT. Vigour
Minuman Anggur
PT. Rimba Melati
Kompor Masak
PT. Gas Permindo
Minyak Sawit
CV. Trimurni
Tekstil
PT. Sumatera Tekstil
Kain halus
PT. Nipsea Paint
Industri cat
PT. Golgon
Industri logam dan plastik
PT. Musim Mas
Minyak Goreng
PT. Uni Bis
Biscuit
PT. Superin
Lem/perekat kayu lapis
PT. Timur Jaya Cold Storage
Pengalengan Udang
PT. Nasional Iron Industri
Seng
PT. Growth Sumatera Industri
Besi beton
PT. Gunung Gahapi Sakti
Besi beton, industri cat
PT. Abdi Rakyat Bakti
Kaca Lembaran
PT. United Rope
Tali Plastik
CV. Kober
Barang dan Plastik
PT. Jaya Pratama Iron Steel
Besi Beton
PT. Karet Deli
Ban
PT. Sumatera Industri Cat
Cat
PT. Berlian Eka Sakti
Minyak Goreng
PT. Cipta Rimba Jaya
Plywood
PT. Astrisco Asbestos Chemical
Seng
PT. Utama
Sabun
PT. Industri Baja Garuda
Pipa seng, plat besi
PT. Sumatera Oil
Minyak Sawit
PT. Singamas Jaya
Minyak Goreng
PT. Bumi Ayu Sejati
Pengalengan Udang
PT. Agro Jaya Perdana
Minyak Inti Sawit
PT. Coca Cola
Minuman Soda
Total
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, 2010
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

II - 34

Kapasitas Produksi
Terpasang (ton/tahun)
350.000
28.800
2.902
306
3.000
3.975
29.000
200.017
156.000
200
2.000
153.100
447,1
23.889
28.080
15.000
48.000
1.800
18.250
1.460.000
300.000
135.000
7.000
18.000
402.000
12.000
110.000
59.000
18.679
29.000
29.000
96.705
3.741.150

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Tabel 2.23.
Jumlah industri/kegiatan usaha skala kecil
Di Provinsi Sumatera Utara
No.

Nama Industri

Jenis Industri*)

Kapasitas Produksi
Terpasang (ton/tahun)

Sinar Maju

Kilang Tapioka

UD. Ayu

Kilang Batu Bata

Saliman

Pembuatan Perabot

Mandiri

Daur Ulang Aluminium

UD. Makmur

Peracipan Kayu

Kilang Batu Eddy


CV. Foliper Agro
Chemical
Kilang Batu Bata 44

Kilang Batu Bata


Pembuatan Pupuk
Organik/Anorganik
Kilang Batu Bata

4.200

UD. Betuah Jaya

Pengolahan Kayu

1.500

10

UD. Ika

Kilang Batu Bata

12.0000

11

CV. Imelda

Peracipan Kayu

12

Dunia Prabot

Pembuatan Perabot

13

Jaya Indah

Kilang Padi

14

Aman Jaya

Kilang Batu Bata

15

Kilang Batu Bata

10.000

Kilang Batu Bata

10.000

17

Kilang Batu Bata 88


Kilang Batu Bata
Bengkel Jaya
Tirai Indah

18

Kilang Batu KC

Kilang Batu Bata

19

Makmur

Pembutan Opak

20

UD. Rizki

Pengolahan Pupuk Kompos

21

Bhakti

Kilang Batu Bata

10.000

22

UD. Karya Bersama

Kilang Batu Bata

3.000

23

UD. Ayu

Kilang Batu Bata

10.000

24

Melati

Kilang Batu Bata

10.000

25

UD. Sembada Tani

Pembuatan Pupuk

26

UD. Reval BTR

Kilang Batu Bata

1.0000

27

UD. Karya Bakti

Peracipan Kayu

3.000

28

PT. Florindo Makmur

29

UD. Serino Water

30

CV. Indah bata Kejora

Kilang Tapioka
Pengolahan Air Minum
Kemasan
Kilang Batu Bata

16

1.200
1.800
2.000
30

1.700

Pembuatan Kursi Bambu

Total

10.000
18

20.8448

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, 2010

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 35

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Sebagai catatan, pada penyusunan RAD-GRK ini hanya emisi dari


industrik kecil dan menengah yang akan dimasukkan dalam perhitungan.
Sementara untuk industri besar akan ditangani secara nasional.
Kemudian untuk subsektor penggunaan produk, mengingat keterbatasan
data maka hanya konsumsi minyak pelumas yang akan menjadi sumber emisi dari
subsektor penggunaan produk. Penggunaan minyak pelumas di Provinsi Sumatera
Utara pada semua sektor ditampilkan pada Tabel 2.24. Sebagai catatan
penggunaan minyak pelumas di sektor transportasi juga dimasukkan pada tabel
ini, hal ini karena minyak pelumas dalam hal ini tidak sebagai bahan bakar tetapi
sebagai proses. Data pada tabel ini bersumber dari survei industri oleh BPS dan
dari pembuangan limbah B3 oleh BLH Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 2.24.
Konsumsi penggunaan minyak pelumas Provinsi Sumatera Utara
No

Subsektor

Volume (kiloliter)

Industri

1569

Transportasi

17165

Perkebunan dan mesin lainnya

11267

Sumber: survei industri oleh BPS dan dari pembuangan limbah B3 oleh BLH Provsu.

Dengan menggunakan data konsumsi energi dan produksi industri di


Provinsi Sumatera Utara dilakukan perhitungan emisi di sektor industri. Metode
perhitungan adalah menggunakan IPCC 2006 Tier 1. Perhitungan telah dilakukan
dan hasilnya ditampilkan pada Tabel 2.25.

Tabel 2.25.
Emisi GRK pada sektor industri dan komersial Provinsi Sumatera Utara
No

II - 36

Sumber Emisi-GRK

Jenis emisi-GRK
CH4
0,18684

N 2O
0,03469

CO2eq
(ribu ton)

Sektor Industri

CO2
6.099,17

Proses Industri

15,03

15,03

Sektor Komersial

1.541,67

0,05511

0,01041

1.546,05

Emisi total

7.674,93

Emisi per kapita (tCO2eq/jiwa)

0,59

6.113,85

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Sebagai perbandingan emisi per kapita Provinsi DKI Jakarta adalah dari
sektor industri adalah 0,52 tCO2eq/kapita. Seperti yang terlihat pada tabel emisi
GRK sektor industri Provinsi Sumatera Utara masih didominasi oleh konsumsi
energi sebagai penggerak. Jika dilakukan perbandingan share energy by sektor,
maka konsumsi energi komersial sektor industri Provinsi Sumatera Utara adalah
48,47% dan sektor komersial 8,66%. Pada laporan Kementerian ESDM,
persentase konsumsi energi nasional untuk sektor industri pada tahun 2010 adalah
44% dan sektor komersial adalah 4,41%. Fakta ini menunjukkan sektor industri
dan sektor komersial Provinsi Sumatera Utara menggunakan persentase energi
lebih banyak daripada angka nasional.
Pada Tabel 2.25 dapat dilihat bahwa yang lebih dominan adalah emisi dari
subsektor bahan bakar penggerak industri dan sektor komersial. Maka penyusunan
BAU Baseline akan dilakukan pada kedua sub-sektor ini (dibahas pada Bab IV).

2.3.1.4 Sektor Energi


Pada bagian ini akan dipaparkan permasalahan emisi GRK sektor enrgi.
Secara garis besar sumber emisi dari sektorenergi adalah semua kegiatan yang
melakukan pembakaran bahan bakar yang berasal dari fosil. yang termasuk dalam
kegiatan ini antara lain adalah:
a)

pembakaran bahan bakar untuk memproduksi energi (listrik, panas, dan


penyulingan minyak).

b) bahan bakar yang digunakan untuk menjalankan mesin-mesin industri.


c)

bahan bakar yang digunakan untuk menjalankan mesin-mesin penggerak di


bidang transportasi.

d) bahan bakar yang digunakan di sektor-sektor komersial dan institusi.


e)

bahan bakar yang digunakan di rumah tangga.

f)

bahan bakar yang digunakan di bidang komersial.


Selanjutnya buku pedoman penyusunan RAD GRK membagi aktifitas di

atas kedalam kelompok aktifitas di:

sektor energi,

sektor transportasi, dan

sektor industri.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 37

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Permasalahan emisi GRK sektor energi meliputi emisi dari pembangkit


listrik baik yang dikelola oleh PLN maupun yang dikelola oleh industri untuk
kebutuhan sendiri (captive power). Disamping itu emisi penggunaan energi di
rumah tangga juga menjadi bagian dari sumber emisi dari sektor ini.
Sumber emisi dari pembangkit listrik yang dikelola oleh PLN hanyalah
pembangkit listrik yang secara geografis terletak dalam wilayah administrasi
Provinsi Sumatera Utara. Emisi dari pembangkit sektor pembangkitan Pandan,
Lueng Bata dan Pekanbaru tidak dimasukkan dalam sumber emisi pada Provinsi
Sumatera Utara karena tidak berada dalam wilayah administrasi Provinsi
Sumatera Utara. Tahun dasar identifikasi sumber emisi adalah tahun 2010,
selanjutnya semua data yang disampaikan pada bagian ini adalah data untuk tahun
2010.
Energi listrik di Sumatera Utara disediakan oleh PLN melalui pembangkit
listrik yang terkoneksi ke sistem transmisi dan pembangkit listrik yang tidak
terkoneksi dengan sistem transmisi (isolated). Pembangkit listrik isolated terdapat
di Pulau Sembilan dan Pulau Nias.
Kapasitas terpasang pembangkit listrik sebesar 1.898 MW, dengan daya
mampu pembangkit sebesar 1500 MW. Total beban puncak sistem adalah 1.352
MW, sehingga besar cadangan energi yang tersedia hanya 9,87% dari daya
mampu. Rasio elektrifikasi adalah 77,56% dan rasio desa berlistrik adalah
78,66%.
Penggunaan bahan bakar minyak untuk pembangkit mencapai 1.358.513
kiloliter, gas alam 11.803.940 MMBTU dan batubara 575.418 ton (Tabel 2.26).
Semua sumber energi ini akan menjadi sumber emisi pada proses pembangkitan
listrik di Sumatera Utara.
Permintaan energi listrik pada tahun 2010 dari pelanggan rumah tangga
masih mengambil porsi terbesar, yaitu sebesar 46,33%. Total keseluruhan
permintaan energi adalah 23.879.826,41 Gigajoule (Tabel 2.27).
Selain permintaan energi listrik, pada rumah tangga juga masih terdapat
permintaan bahan bakar lain untuk keperluan memasak dan penerangan (Tabel
2.28). Jumlah penggunaan LGP semakin meningkat. diharapkan pada tahun 2015
tidak tersedia lagi minyak tanah bersubsidi.

II - 38

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Tabel 2.26.
Konsumsi bahan bakar pembangkit listrik yang ada di Sumatera Utara

Tabel 2.27.
Permintaan energi listrik Provinsi Sumatera Utara
No.

Jenis Pelanggan

Jumlah (Gigajoule)

1.

Business

3.634.718,50

2.

Industry

6.643.148,50

3.

Multipurpose

4.

Public

5.

Residential

6.

Social

330.321,59
1.563.753,63
11.064.269,00
643.615,19

Sumber: Statistik 2010 PLN Wilayah Sumut

Tabel 2.28.
Konsumsi energi di rumah tangga
No.

Jenis Energi

Jumlah (Gigajoule)

1.

Charcoal

29.406,00

2.

Kerosene

29.399,00

3.

LPG

56.993,00

4.

Naturral Gas

316.193,00

Sumber: Diolah dari SLHD Sumut 2010

Bahan bakar yang digunakan di industri dapat dikelompokkan berdasarkan


penggunaannya. Bahan bakar yang digunakan untuk pembangkit listrik kebutuhan
sendiri (captive power) dan bahan bakar yang digunakan untuk proses dalam
industri (IPPU industrial process and production usages). Dalam sektor energi

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 39

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

ini yang menjadi sumber emisi yang akan dihitung bersumber dari penggunaan
bahan bakar untuk captive power.
Tabel 2.29.
Konsumsi bahan di industri
No.

Fuel Types

Captive Power

737.289
Premium
1.
Solar
46.796.953
2.
Kerosene
187.100
3.
Coal
2.200.948
4.
Natural Gas
77.181
5.
LPG
81.619
6.
Sumber: Survei industri BPS 2010

Process
7.337.433
74.183.721
1.683.987
88.062.218
13.019.234
9.661.157

Total

Unit

8.074.722
120.980.674
1.871.087
90.283.166
13.096.415
9.742.776

Liter
Liter
Liter
Kg
m3
Kg

2.3.1.5 Sektor Transportasi


Permasalah emisi GRK Provinsi Sumatera Utara dari sektor transportasi
akan dibahas pada sub bab ini. Pembahasan akan dimulai dengan penjelasan
sumber-sumber emisi, kemudian akan dilakukan perhitungan emisi (inventory)
pada tahun dasar perhitungan. Sumber emisi GRK pada sektor transportasi hanya
berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Diluar dari pembakaran bahan bakar
ini, sebenarnya masih terdapat sumber emisi GRK dari penggunaan minyak
pelumas dan penggunaan refrigeran di sistem pengkondisian udara pada
kenderaan. Tetapi sumber-sumber emisi ini akan dimasukkan pada sektor industri
dan proses. Untuk provisi Sumatera Utara, sumber emisi akan dibagi berdasarkan
moda transportasi yang terdapat di provinsi ini, yaitu darat, udara, dan air.
Permasalahan emisi GRK pada sektor transportasi digambarkan pada bagan di
Gambar 2.6.
Berdasarkan bagan pada Gambar 2.6 sumber emisi dari sektor transportasi
dibagi atas 3 subsektor, yaitu subsektor transportasi udara, subsektor transportasi
darat dan subsektor transportasi air. Sementara pada transportasi darat masih
dibagi atas jenis kenderaan mobil penumpang, bus, mobil barang, sepeda motor
dan kereta api. Untuk Transportasi air dibagi atas pengangkutan pada sungai dan
laut. Sebagai catatan, pembagian ini sedikit berbeda dengan yang dijelaskan pada
IPCC. Perbedaannya hanyalah pada pemasukan sektor kereta api ke dalam
transportasi darat.

II - 40

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Gambar 2.6.
Sumber emisi GRK sektor transportasi

Sebagai salah satu provinsi yang mempunyai jumlah penduduk yang


terbesar nomor 4 (empat) di Indonesia, maka Provinsi Sumatera Utara juga
mempunyai jumlah kendaraan bermotor yang cukup besar. Untuk subsektor
transportasi darat jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Sumatera Utara dalam
10 tahun terakhir ditampilkan pada Tabel 2.30.
Tabel 2.30.
Jumlah kenderaan bermotor di Sumatera Utara
Tahun

Kenderaan
Penumpang

Bus

2001
169761
26035
2002
180521
26566
2003
192596
27106
2004
207614
27621
2005
226043
28160
2006
240066
28616
2007
257729
29228
2008
279996
29507
2009
297922
29498
2010
325795
29978
Sumber: Sumatera Utara dalam Angka 2011

Mobil
Barang
(Truk)
128985
135838
144233
154420
166221
172999
180384
189857
194946
205124

Sepeda
Motor

Total

952361
1084051
1300995
1568048
1864980
2113772
2429571
2805368
3091510
3478230

1277142
1426976
1664930
1957703
2285404
2555453
2896912
3304728
3613876
4039127

Secara umum semua kenderaan bermotor sektor transportasi di Sumatera


Utara masih hanya menggunakan bahan bakar yang bersumber dari fosil, seperti
premium, premix, solar, avtur, avgas, dan minyak bakar. Penggunaan setiap bahan
bakar ini akan menghasilkan emisi GRK yang terdiri dari gas CO2, CH4, dan N2O.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 41

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Dengan kata lain permasalahan emisi-GRK sektor transportasi di Provinsi


Sumatera Utara adalah penggunaan bahan bakar pada kenderaan bermotor.
Pada perhitungan sumber emisi di sektor transportasi ini, metode
perhitungan yang digunakan adalah IPCC 2006 Tier 1. Dengan metode ini hanya
data konsumsi bahan bakar di sektor transportasi untuk Provinsi Sumatera Utara
yang diperlukan. Base year perhitungan yang digunakan pada perhitungan ini
adalah penjualan bahan bakar di Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2010.
Pada tahun 2010 penjualan bahan bakar di sektor transportasi ditunjukkan pada
Tabel 2.31. Pada tabel satuan yang ditampilkan ada dua, yaitu dalam kiloliter dan
dalam satuan energi Terajoule. Satuan kiloliter merupakan data primer yang
didapatkan dari laporan SUDA 2011 dan survei yang dilakukan Kementerian
Perhubungan. Sementara data energi didapat setelah melakukan konversi sesuai
dengan nilai kalor pembakaran bahan bakar. Hal ini dilakukan karena dalam
perhitungan dengan metode IPCC, satuan bahan bakar yang dimasukkan adalah
energi dalam Terajoule.
Tabel 2.31.
Konsumsi Bahan Bakar Sektor Transportasi Provinsi Sumatera Utara
Subsektor
Transporasi
Udara
Darat
Air

Jenis
Bahan Bakar
Avtur

Jumlah
(Kiloliter)
112

Energi
(Tera Joule)
3,70

Avgas

116000

4.065,76

Bensin

1313437

45.541,64

Minyak Solar

707713

27.316,48

Minyak Diesel

288

11,32

Minyak Bakar
262687
2.752,67
Sumber: Diolah dari data yang ditampilkan pada SUDA 2011 dan hasil survey BPS

Data pada Tabel 2.31 akan digunakan untuk melakukan perhitungan emisi
gas-gas GRK dari sektor transportasi dengan metode IPCC Tier 1 (IPCC 2006)
dan hasilnya ditampilkan pada Tabel 2.34. Data tabel menunjukkan bahwa emisi
gas-gas GRK yang dihasilkan dari sektor transportasi terdiri dari tiga jenis, yaitu
gas CO2, CH4, dan N2O. dimana bagian utama adalah gas CO2. Pada kolom paling
kanan tabel tersebut juga ditampilkan emisi GRK yang dinyatakan dalam ton
equivalent CO2. Metode perhitungannya adalah dengan persamaan CH4 = 21 kali
CO2 dan N2O = 310 kali CO2 (GWP-UNFCC, 2002).

II - 42

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Seperti yang ditunjukkan tabel tersebut total emisi GRK sektor transportasi
Provinsi Sumatera Utara adalah 5.879.000 tCO2eq. Untuk melakukan verifikasi
hasil perhitungan ini, maka dilakukan perbandingan emisi per kapita. Karena
jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara adalah 12.982.204 jiwa, maka emisi
GRK per kapita dari sektor transportasi di Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar
0,45 tCO2 eq/kapita. Sebagai catatan, menurut inventori nasional emisi GRK yang
pernah dilakukan menunjukkan bahwa emisi GRK perkapita sektor transportasi
adalah 0,31 tCO2eq/kapita (ICCSR Transportation Sector, 2010). Sementara
emisi GRK per kapita Provinsi DKI Jakarta (data tahun 2005) adalah sebesar 0,77
tCO2eq/kapita. Berdasarkan fakta ini dapat disimpulkan bahwa untuk sektor
transportasi, emisi GRK Provinsi Sumatera Utara lebih tinggi daripada emisi per
kapita nasional tetapi lebih rendah daripada emisi Provinsi DKI Jakarta.

Tabel 2.32.
Emisi GRK pada sektor transportasi Provinsi Sumatera Utara
Subsektor
Udara
Darat
Air

Jenis emisi GRK (ton)


CO2
CH4
N 2O
Avtur
256
0
256
Avgas
290.700
2
2
Bensin
3.156.030
1.495
146
Minyak Solar
2.024.150
107
107
Minyak Diesel
839
0
0
Minyak Bakar
213.050
19
5
Total Emisi GRK Sektor Transportasi
Bahan Bakar

tCO2eq
79.756
291.372
3.232.596
2.059.411
866
214.999
5.879.000

Emisi per kapita Sektor Transportasi(tCO2eq/kapita)


0,45
Sumber: Diolah dari data yang ditampilkan pada SUDA 2011 dan hasil survey BPS

Komposisi emisi GRK sektor transportasi jika dibagi atas subsektor


transportasi udara, darat dan air ditampilkan pada Grafik 2.5. Pada gambar dapat
dilihat bahwa subsektor transportasi air adalah penyumbang emisi GRK terkecil
atau hanya 3,7%, kemudian diikuti oleh subsektor transportasi udara sebesar
6,3%. Sementara yang terbesar adalah subsektor transportasi darat sebesar 90%.
Sebagai catatan pada inventori nasional di tahun 2005, komposisi emisi GRK dari
subsektor transportasi udara adalah 2,4%, dari subsektor transportasi air adalah
6,9% dan untuk subsektor transportasi darat 90,7%. Data ini menunjukkan bahwa
karakteristik komposisi emisi GRK Provinsi Sumatera Utara di sektor transportasi
sedikit berbeda dengan karakteristik nasional. Perbedaaan utamanya adalah pada

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 43

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

komposisi subsektor transportasi udara dan subsektor transportasi air. Dimana


untuk Provinsi Sumatera Utara subsektor transportasi udara lebih besar dari
subsektor trasnportasi air, sementara data nasional sebaliknya. Tetapi untuk
komposisi subsektor transportasi darat komposisinya dapat dikatakan sama, yaitu
sekitar 90%.



 

 

 





Grafik 2.5
Komposisi emisi GRK dari sektor transportasi Provinsi Sumatera Utara

Subsektor

transportasi

darat

menggunakan

jalan

sebagai

sarana

transportasi. Sebagai catatan, besarnya emisi pada subsektor transportasi darat


ditentukan oleh beberapa faktor, seperti efisiensi kenderaan, teknik mengemudi,
dan juga kualitas jalan. Pada Tabel 2.35 ditampilkan kepemilikan, panjang jalan
dan kualitas jalan yang ada di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010.

Tabel 2.33
Panjang dan kondisi jalan di Provinsi Sumatera Utara (km)
Kepemilikan Jalan
No.

Kondisi

Total

Nasional

Provinsi

Kab/Kota

1.682.314

1.124.360

12.412.867

15.219.543

1.

Baik

2.

Sedang

520.860

1.045.920

4.966.272

6.533.052

3.

Rusak

203.010

262.380

6.059.074

6.525.464

4.

Rusak Berat

56.080

320.380

4.493.669

4.870.129

5.

Tidak dirinci

76.990

0.0

885.240

926.2230

2.539.254

2.753.040

28.817.124

34.109.418

Total

Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara, 2012

II - 44

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Angka pada Tabel 2.33 menunjukkan beberapa fakta antara lain, bahwa
dominan jalan adalah milik kabupaten dan kota. Kemudian kondisi jalan secara
umum adalah baik dan sedang, tetapi masih terdapat jalan dengan kondisi rusak
sepanjang 12.321 km atau sebesar 36,21%. Hal ini akan turut mempengaruhi
besar emisi GRK dari sektor transportasi. Jika dibandingkan jumlah kendaraan
dan panjang jalan, maka secara rata-rata terdapat 118,42 kendaraan bermotor tiap
km. Kemudian distribusi emisi di Provinsi Sumatera Utara adalah 172,36 tCO2eq
per km per tahun.
Sampai bagian ini telah dijabarkan permasalahan emisi sektor transportasi
Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil perhitungan disimpulkan bahwa
permasalahan emisi yang terbesar adalah subsektor transportasi darat yaitu
mencapai 90% dari semua emisi sektor transportasi.

2.3.1.6 Sektor Limbah


World Bank pada tahun 2012 merilis bahwa produksi limbah padat di
dunia begitu cepat sehingga berdampak terhadap perubahahan iklim dan secara
langsung akan berdampak juga terhadap biaya yang sangat tinggi. Biaya
pengolahan limbah padat melonjak menjadi US$ 375 miliar atau sekitar Rp 3,54
kuadriliun per tahunnya dari sebelumnya US$ 205 miliar atau sekitar Rp 1,93
kuadriliun pada tahun 2025 akibat kenaikan limbah padat sampai 70% dari yang
semula 1,3 miliar ton sampah per tahun menjadi 2,2 miliar ton per tahunnya.
Laporan tersebut menjadi peringatan agar segera dilakukan upaya serius dalam
pengelolaan limbah padat bagi negara di dunia dan untuk Indonesia pengelolaan
limbah dituangkan dalam suatu bentuk Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca
dan seterusnya diikuti dengan Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca.
Beberapa dasar hukum untuk pengelolaan limbah berkaitan dengan RADGRK adalah sebagai berikut;
1. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan;
2. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
3. Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK);

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 45

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

4. Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan


Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca di Daerah;
5. Permen PU No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan; dan
6. Permen PU No. 16/PRT/M/2008 mengenai Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Pemukiman.

Dalam RAD-GRK, pengelolaan limbah meliputi kajian terhadap


pengelolaan limbah padat/sampah dan limbah cair. Potensi emisi pada RAD GRK
saat ini difokuskan pada limbah domestik baik padat maupun cair. Sumber
limbah padat dan cair domestik meliputi; rumah tangga, pasar, pertokoan,
kawasan pendidikan, pasar dan sebagainya. Pengelolaan limbah padat dan limbah
cair dimulai dari aktifitas pembuangan dan atau pengolahan yang berpotensi
sebagai sumber emisi seperti pembuangan akhir sampah di TPA (Tempat
Pemrosesan Akhir), aktifitas direct burning sampah di lingkungan, pembuangan
limbah cair di saluran drainase, pengolahan limbah cair di IPAL dan sebagainya.

A.

Limbah Padat Domestik


Limbah padat domestik atau sampah domestik timbul dari sisa pemakaian

produk dari aktifitas domestik/rumah tangga, pertokoan, pasar tradisional,


penyapuan jalan dan taman. Secara umum, sampah domestik di Sumatera Utara
belum diolah dengan baik, hal ini berkaitan dengan beberapa hal seperti
penegakan umum pada pengelolaan sampah yang kurang, teknik operasional yang
belum ramah lingkungan seperti TPA secara umum masih memakai sistem open
dumping, pendanaan baik APBD maupun APBN yang masih kurang, sumber daya
manusia yang belum tersosialisasi baik mengenai pengelolaan sampah baik aparat
maupun masyarakat karena sistem 3R (Reuse, Reduce, Recycle) yang belum
dimengerti, serta masih banyak dilakukan open burning.
Berdasarkan IPCC Guidelines 2006 terdapat 4 (empat) kategori sumber
emisi yaitu yang berasal dari sampah padat, padat olahan, pembakaran tertutup
maupun pembakaran terbuka, limbah cair olahan beserta pembuangannya.

II - 46

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Penanganan limbah secara umum dilaksanakan sesuai IPCC Guidelines yaitu


Gambar 2.7, meskipun di Indonesia pada saat ini belum dilaksanakan sepenuhnya.

Sumber: Diadopsi dari IPCC Guidelines 2006 Sektor Sampah

Gambar 2.7
Sumber emisi dari sektor limbah menurut IPCC

Pembuangan sampah padat di daerah perkotaan khususnya sampah


makanan, biomassa (daun, ranting, kayu, dan lainnya), bahan tekstil dan kertas
adalah bagian terbesar dari komponen sampah yang masuk ke SWDS (Solid
Waste Disposal Sites)/ TPA yang masih sangat tradisional dengan sistem open
dumping, sehingga melepaskan emisi GRK sangat besar. Menurut IPCC
Guidelines 2006, kontribusi TPA dari sistem open dumping adalah sebesar 3-4 %
dari emisi GRK global.
Secara umum di Sumatera Utara terdapat perkiraan alokasi sampah
sebagai berikut: 18,4 % dikumpulkan operator ke TPA; 10,7 % dikumpulkan
operator lalu dibuang ke sembarang tempat; 2,3 % diolah menjadi kompos; 46 %
dibakar secara langsung, bukan diinsinerator; 7,8 % dibuang ke sungai; 7,7 %
berserakan; serta 6,2 % lain-lain. Menurut BPS (2007), di daerah perkotaan
sekitar 60 % sampah padat dikumpulkan di TPA sementara di kota kecil ataupun
daerah pedesaan hanya sekitar 30 % sampah padat yang dibawa ke TPA.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 47

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Emisi Metana di TPA


Metana dihasilkan dari proses dekomposisi bakterial komponen
sampah yang biodegradable yang terjadi dalam kondisi anaerobik

CH4

CO2 CH4
CO2
CO2

Turbin menghasilkan energi


Typical gas di TPA:
CH4: 50-60% ; gas lainnya : CO2, O2,N2,H2,CO, H2O

Gambar 2.8.
Proses pembentukan emisi gas metana di TPA

TPA selain menghasilkan gas metana (CH4), juga menghasilkan karbon


dioksida (CO2) biogenik dan senyawa volatil non-metana (NMVOCs nonmethane volatile organic compounds) diikuti sejumlah nitro oksida (N2O),
nitrogen oksida (NOx) dan karbon monoksida (CO) dalam jumlah sedikit. Namun,
dari semua gas asal persampahan didominasi oleh CO2, CH4 dan N2O, sehingga
harus dievaluasi dalam setiap laporan National GHGs Inventory.
Produksi sampah berbeda-beda untuk setiap tempat. Menurut default IPCC
generation rate, sampah di Asia Tenggara adalah 0,7 kg/kap/hari dan 0,76
kg/kap/hari untuk Indonesia sementara berdasarkan perhitungan rata-rata produksi
sampah dari data dan klasifikasi kota maka generation rate sampah di Sumatera
Utara adalah sebesar 0,61 kg/kapita/hari.
Permasalahan sampah di Sumatera Utara disebabkan oleh masih
terbatasnya

infrastruktur

pengelolaan

persampahan

dan

masih

banyak

permukiman yang tidak terlayani Dinas Kebersihan sehingga masyarakat


membuang sampah ke sungai, selokan, parit, pinggir jalan, dan pantai. Kegiatan
3R (Reuse, Reduce, Recycle) masih relatif sangat sedikit yaitu sekitar 2%,
meskipun material seperti logam dan plastik secara umum sudah dikelola secara
spontan oleh masyarakat pemulung.

II - 48

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Cakupan layanan sampah yang bervariasi antar satu kota/kabupaten


dengan kota/kabupaten yang lain di Sumatera Utara dapat dipantau dari data
Adipura. Data Adipura menunjukkan persentase cakupan layanan sampah yang
baik hanya untuk kota/kabupaten yang mendapatkan Adipura. Sementara untuk
kabupaten/kota yang belum mendapat Adipura. cakupan layanan persampahan
masih minim, sehingga pembuangan sampah secara sembarangan dan aktifitas
open burning oleh masyarakat cukup banyak terjadi.
Kawasan TPA Regional di Provinsi Sumatera Utara yang ditetapkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara meliputi: Kawasan
Mebidangro (Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo); Sibolga - Tapanuli Tengah;
Tebing Tinggi - Serdang Bedagei; Tanjungbalai - Asahan; Pematang Siantar Simalungun; Kepulauan Nias; dan Padang Sidempuan - Tapanuli Selatan.
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo, diatur
lokasi TPS (Tempat Penampungan Sementara), TPST (Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu) dan TPA Sampah atau TPA Regional. Lokasi TPS di Kawasan
Perkotaan Mebidangro direncanakan pada unit lingkungan pemukiman dan pusatpusat kegiatan ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
Lokasi TPA di kawasan Mebidangro yaitu: TPA Terjun di Kecamatan Medan
Marelan di Kota Medan; TPA Mencirim di Kecamatan Binjai Timur di Kota
Binjai; dan TPA Namo Bintang di Kecamatan Pancurbatu, TPA Durian Tonggal
di Kecamatan Pancurbatu, TPA Tadukan Raga di Kecamatan Sinembah Tanjung
Muda Hilir, dan TPA Batang Kuis di Kecamatan Batang Kuis di Kabupaten Deli
Serdang.
Tabel 2.34.
Inventarisasi pengelolaan sampah Di Sumatera Utara
No
Kota
1
2
3
4
5
6

Kabupaten/Kota

Medan
Binjai
Tebing Tinggi
Pematang Siantar
Tanjung Balai
Sibolga

Luas
(km2)
265,10
90,24
38,44
79,97
61,52
10,77

Jumlah Penduduk
(jiwa)

Produksi Sampah
Padat Per Tahun

2.109.339
246.010
145.180
234.885
154.426
84.444

495.900
19.345
17.421
137.160
30.885
43.880

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 49

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

No
7
8

Kabupaten/Kota
Padang Sidempuan
Gunung Sitoli

Luas
(km2)

Jumlah Penduduk
(jiwa)

Produksi Sampah
Padat Per Tahun

114,65
280,78

191.554
125.566

63.510
25.113

Kabupaten
9

Deli Serdang

2.486,14

1.789.243

214.709

10

Langkat

6.263,29

966.133

10.000

11

Asahan

3.675,79

667.563

107.923

12

Dairi

1.927,80

269.848

53.969

13

Labuhan Batu

2.561,38

414.417

45.000

14

Labuhanbatu Selatan

3.116,00

277.549

206.590

15

Labuhanbatu Utara

3.545,80

331.660

39.799

16

Simalungun

4.386,60

818.104

12.110

17

Tapanuli Utara

3.764,65

278.897

55.779

18

Tapanuli Tengah

2.158,00

310.962

10.950

19

Tapanuli Selatan

4.352,86

264.108

31.692

20

Mandailing Natal

6.620,70

403.894

48.467

21

Karo

2.127,25

350.479

42.057

22

Nias

2.011,83

132.329

15.879

23

Nias Selatan

1.079,61

289.876

34.785

24

Nias Utara

1.202,78

127.530

15.303

25

Nias Barat

546,30

81.461

9.775

26

Humbang Hasundutan

2.297,20

171.687

4.150

27

Pakpak Barat

1.218,30

40.481

4.857

28

Toba Samosir

2.352,35

172.933

20.751

29

Serdang Berdagai

1.913,33

593.803

37.560

30

Samosir

2.433,50

119.650

9.490

31

Batu Bara

904,96

374.535

44.944

32

Padang Lawas

3.892,74

223.480

1.400

3.918,05
223.049
2.500
33 Padang Lawas Utara
Sumber: Rencana Program dan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang Cipta Karya
2011-2015 kabupaten/kota di Sumatera Utara

Lokasi TPST dan TPA sampah regional yang melayani Kawasan


Perkotaan Mebidangro ditetapkan di Kabupaten Deli Serdang yang meliputi
Medan, Binjai dan Deli Serdang meskipun kemungkinan akan ditetapkan lokasi
TPA di Binjai mengingat jarak dari Binjai ke Deli Serdang cukup jauh. Pada
akhirnya direncanakan sebagian sampah dari Kota Medan akan dikumpulkan baik
ke Kabupaten Deli Serdang maupun ke Kota Binjai. Proyek investasi yang
dipertimbangkan adalah pembangunan TPA baru, penutupan TPA lama, instalasi
pendaur ulang sampah, pengomposan, instalasi anaerobic digestion yang bersifat

II - 50

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

umum untuk semua TPA regional. Pilihan untuk memanfaatkan instalasi semiaerobic digestion juga layak untuk dipertimbangkan.

B.

Limbah Cair Domestik


Seperti limbah padat, limbah cair juga mengemisi GRK. Menurut

Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011, limbah cair yang dikelola pada sektor
limbah adalah yang berasal dari air limbah domestik yaitu yang berasal dari
pengolahan limbah cair rumah tangga dan pembuangannya. Pengolahan limbah
cair rumah tangga di area perkotaan di Sumatera Utara lebih banyak
menggunakan saluran pembuangan terbuka dan juga menggunakan septic tank
pribadi, namun di daerah perdesaan secara mendasar tidak dilakukan pengolahan
limbah cair.
Pengelolaan limbah cair di Sumatera Utara difalisitasi dengan sistem
jaringan air limbah dimana manfaatnya adalah untuk mengurangi, memanfaatkan
kembali dan mengolah air limbah. Sistem jaringan air limbah terdiri dari sistem
pembuangan air limbah setempat (on-site sanitation) yang dilaksanakan oleh
individu dan sistem pembuangan air limbah terpusat (off-site sanitation). Sistem
pembuangan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan
pengumpulan air limbah, pengolahan serta pembuangan air limbah secara terpusat
terutama pada kawasan pemukiman padat dan kawasan industri.
Sistem pembuangan air limbah terpusat di Sumatera Utara mencakup
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk black water dan grey water
beserta jaringan pengumpul air limbah. Sistem pembuangan air limbah terpusat
untuk kawasan pemukiman padat meliputi:
1.

IPAL Cemara di Kecamatan Medan Timur melayani Kota Medan dengan


kapasitas pengolahan limbah cair 60.000 m3/hari sampai pada tahun 2012
baru terpakai 20.000 m3/hari

2.

IPAL Mencirim di Kecamatan Binjai Timur dan IPAL Binjai di Kecamatan


Binjai Utara melayani Kota Binjai

3.

IPAL Lubuk Pakam di Kecamatan Lubuk Pakam, IPAL Sunggal di


Kecamatan Sunggal, IPAL Sinembah Tanjung Muda Hilir di Kecamatan

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 51

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Sinembah Tanjung Muda Hilir dan IPAL Namorambe di Kecamatan


Namorambe melayani Kabupaten Deli Serdang.
4.

Wilayah Barat Kota Medan, direncanakan sampai tahun 2030 akan dibangun
sistem pembuangan air limbah terpadu di daerah Polonia. Untuk
kabupaten/kota lainnya, belum memenuhi syarat untuk memiliki sistim
pembuangan air limbah terpadu bila populasi penduduk di bawah satu juta
penduduk.

Hal ini berkaitan dengan dibutuhkannya investasi yang besar

untuk membangun sistem pengolahan air limbah terpadu.

70000
NAD
60000

Sumut
Sumbar

50000

)
n
o 40000
T
0
00
1( 30000

Riau

Bengkulu

Jambi
Sumsel

O
C20000
is
i
m10000
E

Lampung
Babel
Kep-Riau

Tahun
Sumber: LAPAN, 2006

Grafik 2.6.
Emisi CO2 dan proyeksinya per wilayah di Pulau Sumatera

2.3.2

Dampak Peningkatan Emisi GRK


Emisi GRK diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan

berkembangnya jumlah industri dan pertambahan jumlah penduduk. Kondisi


GRK dan proyeksinya tergambar dari hasil studi LAPAN (2006) seperti
digambarkan pada Grafik 2.6 dan Grafik 2.7. Dapat dilihat bahwa Provinsi
Sumatera Utara merupakan penghasil GRK tertinggi di luar pulau Jawa.

II - 52

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Sumber: LAPAN, 2006

Grafik 2.7.
Emisi N2O dan proyeksinya per wilayah di Indonesia

Indikasi peningkatan suhu rata-rata dalam 30 tahun terakhir menunjukan


trend yang meningkat di 2 (dua) stasiun yang diamati, yaitu stasiun BMKG
Pinangsori Sibolga dan Stasiun BMKG Sampali (Grafik 2.8 dan Grafik 2.9).

Sumber: DNPI, 2010

Grafik 2.8.
Trend suhu udara rata-rata di Stasiun Klimatologi Pinangsori Sibolga

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 53

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Sumber: DNPI, 2010

Grafik 2.9.
Trend suhu udara rata-rata di Stasiun Klimatologi Sampali Medan
RATA-RATA CURAH HUJAN 30 DAN 5 TAHUN TERAKHIR
POLONIA
450
400
350

MM

300
250
200
150
100
50
0

BULAN
CHRATA-RATA 30TH
CHRATA-RATA5TH TERAKHIR

Sumber: DNPI, 2010

Grafik 2.10.
Rata-rata curah hujan 30 dan 5 tahun terakhir
di Stasiun Klimatologi Polonia Medan

CURAHA HUJAN RATA-RATA 30 DAN 5 TAHUN TERAKHIR


SAMPALI
350
300
250
200
150
100
50
0

B ULA N

CHRATA-RATA 30 TH

CHRATA-RATA 5 TH TERAKHIR

Sumber: DNPI, 2010

Grafik 2.11.
Rata-rata curah hujan 30 dan 5 tahun terakhir
di Stasiun Klimatologi Sampali Medan

II - 54

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

RATA-RATA CURAH HUJAN 30 DAN 5 TAHUN TERAKHIR


SIBOLGA
600
500

MM

400
300
200
100
0

BULAN
CHRATA-RATA 30 TAHUN
CH RATA-RATA 5 TH TERAKHIR

Sumber: DNPI, 2010

Grafik 2.12.
Rata-rata curah hujan 30 dan 5 tahun terakhir
di Stasiun Klimatologi Pinangsori Sibolga

Kondisi peningkatan curah hujan juga terlihat di 3 (tiga) lokasi. Bahkan


rata-rata peningkatan curah hujan pada 5 tahun trakhir lebih tinggi dari rata-rata
peningkatan 30 tahun terakhir (DNPI, 2010), ini mengindikasikan Sumatera Utara
dalam kecendrungan yang menguatirkan (Grafik 2.10, 2.11 dan 2.12).
Berdasarkan hasil studi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI, 2010)
memberikan indikasi kuat bahwa resiko bencana perubahan iklim di Sumatera
Utara sangat mengkhawatirkan apabila tidak ada langkah-langkah mitigasi dan
adaptasi terhadap kejadian iklim ekstrim. Tidak saja karena Provinsi Sumatera
Utara telah beberapa kali mengalami bencana banjir dan longsor dengan skala
yang luar biasa dalam 10 tahun terkhir, tetapi juga karena Provinsi Sumatera Utara
merupakan sentra produksi pangan nasional, sehingga perlu mendapat prioritas
penanganan serius. Sumatera Utara memiliki indeks kerentanan terhadap
perubahan iklim yang cukup besar. Demikian pula kerentanan terhadap kesehatan
apabila dibandingkan dengan Provinsi Papua Barat, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Barat, maka Sumatera Utara merupakan daerah yang paling rentan
(DNPI, 2010).

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 55

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Sumber: DNPI, 2010

Gambar 2.9.
Peta indeks kerentanan Provinsi Sumatera Utara, 2008

Sumber: DNPI, 2010

Gambar 2.10.
Peta indeks kapasitas Provinsi Sumatera Utara, 2008

II - 56

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

Sumber: DNPI, 2010

Gambar 2.11.
Peta indeks coping capacity Provinsi Sumatera Utara, 2008-2025

Sumber: DNPI, 2010

Gambar 2.12.
Peta indeks bencana iklim Provinsi Sumatera Utara, 2008-2025

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 57

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Data iklim tersebut menunjukkan adanya perubahan/varibilitas suhu dan


curah hujan di Provinsi Sumatera Utara dan proyeksi iklim yang akan datang
mengindikasikan adanya perubahan. Peluang musim hujan makin basah, musim
kering makin kering. Sebagian besar kabupaten memiliki indeks Vulnerability (V)
sedang dan Coping Capasity (C) tinggi sedang. Sedangkan kota dengan Coping
Capasity (C) tinggi, indeks kerentanannya lebih tahan.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana bahwa
bencana akan terjadi bila "bahaya" terjadi pada "kondisi yang rentan". Seperti
yang dikemukakan Awotona (1997:1-2): "Natural disasters are the interaction
between natural hazard and vulnerable condition".
Gambaran respon masyarakat terhadap fenomena perubahan iklim dapat
menjadi salah satu aspek dalam merumuskan kebijakan antisipasi/mitigasi/
adaptasi terhadap perubahan iklim. Hasil survei DNPI (2010) terhadap petani
tanaman pangan, perkebunan, nelayan, petambak, masyarakat umum & instansi
pemerintah kabupaten/kota di Sumatera Utara mengindikasikan bahwa sebagian
besar responden sudah mengetahui telah terjadinya perubahan iklim dan dampak
dari perubahan iklim. DNPI juga melihat proses adaptasi dan antisipasi petani
terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim telah dirasakan dalam pemahaman
responden dalam bentuk perubahan suhu udara, curah hujan dan cuaca, frekuensi
bencana lebih sering terjadi (banjir, longsor, gelombang & badai), dan
ketersediaan air yang semakin sulit pada musim kemarau.

2.3.3

Potensi Serapan Emisi GRK


Terdapat 3 (tiga) sektor yang mempunyai potensi besar dalam penyerapan

emisi GRK yaitu sektor pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit, sektor
kehutanan, dan sektor limbah sedangkan sektor energi, industri dan transportasi
mempunyai potensi untuk mengindari atau mengurang pelepasan emisi GRK.

A.

Subsektor Perkebunan
Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perkebunan di Indonesia yang

telah ada sejak penjajahan Belanda. Komoditi hasil perkebunan yang paling
penting dari Sumatera Utara saat ini antara lain kelapa sawit, karet, kopi, coklat

II - 58

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

dan tembakau. Di luar negeri, Tembakau Deli sangat terkenal seperti di Kota
Bremen, Jerman.
Luas tanaman karet rakyat di Sumatera Utara selama periode 2007-2010
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,07 % per tahun. Pada tahun 2009 luas
tanaman karet rakyat adalah sebesar 388.017,39 ha, menjadi 385.879,31 ha pada
tahun 2010. Kabupaten Mandailing Natal, Langkat, dan Padang Lawas Utara
merupakan pusat perkebunan karet rakyat di Sumatera Utara. Di ketiga daerah
tersebut terbentang seluas 154.917,18 ha kebun karet, atau sama dengan 40,15 %
dari total luas kebun karet rakyat Sumatera Utara.
Sedangkan luas tanaman kelapa sawit di Sumatera Utara pada tahun 2011
sebesar 1.100.820 ha dengan produksi CPO 3.179.952 ton (5.084.166,83 ton
TBS). Dari luasan tersebut 314.259 ha milik BUMN (PTP Nusantara), 363.793 ha
milik Perkebunan Swasta Nasional (PBSN) dan 422.768 ha milik perkebunan
rakyat. Kabupaten Labuhan Batu Utara merupakan pusat perkebunan kelapa sawit
rakyat di Sumatera Utara. Di daerah ini terdapat sebesar 64.144 ha kebun sawit
rakyat atau 16,25 % dari seluruh perkebunan kelapa sawit rakyat Sumatera Utara.
Untuk mengolah produksi TBS dari kebun-kebun tersebut terdapat 105 buah
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas olah terpasang sebanyak 22.259 ton
TBS/jam.
PKS dengan kapasitas olah 30 ton TBS/jam akan menghasilkan antara
500-600 m3 limbah cair dan sekitar 140 ton tandan kosong sawit (TKS/EFB)
setiap hari. Dari total 105 PKS dengan kapasitas olah 22.259 ton TBS/jam maka
akan dihasilkan sebanyak 103.000 ton TKS dan 370.000 - 445.000 m3 limbah cair
per hari. Limbah ini merupakan potensi pencemaran yang cukup besar sekaligus
dapat juga sebagai penyerap emisi GRK. Limbah padat (TKS) dapat diolah
menjadi kompos dengan penambahan limbah cair yang dilakukan secara open
windrow ataupun sistem bunker. Sistem bunker lebih dianjurkan karena selain
dapat mempertahankan kandungan hara, karena terhindar dari pencucian
(leaching) oleh air hujan (pada sistem open windrow), gas metana yang dihasilkan
selama proses pengomposan dapat ditampung dan tidak terbuang menjadi emisi
ke udara. Keuntungan dari sistem bunker adalah penggunaan lahan untuk
pengomposan yang sangat kecil dibandingkan dengan sistem open windrow.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 59

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Potensi serapan emisi dari pengolahan kompos TKS dan limbah cair berdasarkan
sistem bunker yang dikembangkan di PT. PP London Sumatera dengan kapasitas
olah PKS sebesar 45 ton TBS/jam, maka total emisi yang dapat diturunkan adalah
22.259/45 x 25,082 t-CO2eq/tahun sama dengan 12.406,672 ton/tahun.
Selain sebagai sumber emisi, tanaman perkebunan juga merupakan sumber
potensi serapan emisi GRK. Menurut Henson (1999), kelapa sawit dapat
menyerap CO2 dalam proses fotosintesis sebanyak 2 (dua) kali lebih besar
dibandingkan hutan tropis. Apabila setiap tanaman kelapa sawit dapat menyerap
CO2 sebanyak 21-24 mol/m2/detik, dan dengan kebun kelapa sawit seluas
1.100.820 ha, maka CO2 yang dapat diserap diperkirakan sebesar 1.100.820 x 140
tan x 20 mol = 3,1 miliar mol/detik atau = 11.160.000 mol/hari. Kelapa sawit
juga menghasilkan O2 lebih banyak dibandingkan hutan tropis yaitu 19
ton/ha/tahun. Oksigen yang dikontribusikan oleh kelapa sawit Sumatera Utara
adalah 1.100.820 x 19 = 21 juta ton/tahun.
Pertanaman kelapa sawit di lahan gambut memiliki potensi emisi gas CO2
yang lebih besar dibandingkan dengan kelapa sawit yang ditanam di lahan
mineral. Semakin bertambah umur tanaman, emisi CO2 semakin tinggi. Hal ini
terkait dengan semakin besarnya tingkat respirasi akar tanaman. Solusi yang dapat
dilakukan adalah membatasi pembukaan lahan gambut yang baru sebagai lahan
perkebunan, menanam tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/
LCC) yang cepat menutup tanah seperti Mucuna Bracteata pada pertanaman yang
telah ada serta memperlambat proses dekomposisi bahan organik yang ada di
lahan gambut.
Cara lain adalah dengan meningkatkan pH tanah gambut dengan
pemberian kapur. Penelitian PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) menunjukkan
korelasi negatif antara pH dan fluks CO2, yaitu semakin tinggi pH tanah semakin
rendah fluks CO2. Berkaitan dengan moratorium pelarangan pembukaan kebun
sawit dilahan gambut, maka aplikasi kapur hanya dilakukan pada perkebunan
yang telah ada sebelum moratorium.

II - 60

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

B.

Bab 2

Subsektor Tanaman Pangan


Luas pertanaman padi sawah tercatat seluas 702.308 ha dengan potensi

emisi gas metana sebesar 225.123 ton/tahun. Lahan pertanian seluas tersebut
menggunakan pupuk urea sebesar 114.090 ton/tahun dengan potensi emisi gas
metana sebesar 22.818,08 ton/tahun.
Potensi serapan gas metana pada tanaman pangan (padi sawah) adalah
dengan menerapkan System of Rice Intensification (SRI) yaitu mengurangi
pemberian air pada lahan sawah. Air yang kurang (kering) dapat mengurangi
produksi gas metana oleh bakteri anaerob. Di lahan yang tergenang air banyak
dijumpai mikroba metanogen anaerob yang dapat menghasilkan gas metana
sebagaimana halnya dengan bakteri metanogenik yang terdapat dalam usus cacing
tanah yang dapat menghasilkan gas metana. Gas metana dapat diserap oleh bakteri
metanotropik. Supaya populasi bakteri metanotropik meningkat, maka lahan perlu
diberi gypsum (CaSO4.2H2O). Bakteri metanotropik termasuk organisme yang
telah mengalami perubahan genetik (Genetically Modified Organism, GMO),
sehingga

penggunaannya

dapat

dikombinasikan

dengan

pupuk

hayati.

Penggunaan pupuk hayati berupa mikroba dan bakteri juga dapat mengurangi
produksi gas metana. Mikroorganisme yang paling umum digunakan pada
pertanaman adalah Azotobacter sp yang dapat memfiksasi nitrogen dari udara,
Azospirillium dan Azolla. Penggunaan varietas padi unggul yang lebih toleran
terhadap cekaman kekeringan atau keterbatasan air dipastikan dapat mengurangi
produksi gas metana.

C.

Subsektor Peternakan
Populasi ternak besar terdiri dari kuda, sapi potong, kerbau dan sapi perah.

Pada tahun 2010 populasi kuda sebanyak 3.098 ekor, sapi potong sebanyak
462.443 ekor, kerbau sebanyak 161.046 ekor dan sapi perah sebanyak 2.569 ekor.
Populasi ternak kecil terdiri dari kambing, domba dan babi. Pada tahun 2010
populasi kambing sebanyak 744.535 ekor, domba sebesar 317.777 ekor dan
populasi babi sebesar 742.670 ekor.
Pada tahun 2011 di Sumatera Utara tercatat populasi ternak besar
sebanyak 3.041.009 ekor dan unggas sebanyak 63.324.792 ekor. Emisi yang

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 61

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

dihasilkan oleh ternak besar sebanyak 9.298 ton dan unggas sebanyak 1.378 ton
dengan total 10.6768,49 ton.
Potensi serapan emisi gas metana dapat dilakukan dengan manajemen
kandang yang baik yaitu mengumpulkan kotoran hewan baik berupa padatan
(feses) maupun kotoran cair berupa urin dalam suatu wadah. Dalam wadah akan
terjadi proses pengomposan yang akan menghasilkan gas metana sebagai produk
samping. Gas metana yang dihasilkan dapat ditampung dan digunakan sebagai
bahan bakar di rumah tangga sekitar peternakan. Apabila potensinya cukup besar,
maka gas yang dihasilkan dapat dimampatkan dan dibotolkan sehingga
penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Kompos yang dihasilkan
dapat diaplikasikan sebagai pupuk organik.

D.

Sektor Kehutanan
Sebagian besar wilayah Sumatera Utara berupa hutan dengan luas

36.793,38 km2 (atau 51,31 % dari total luas Sumatera Utara). Lahan yang ada di
Sumatera Utara adalah lahan yang sesuai untuk komoditas perkebunan dan
semenjak pembukaan perkebunan di Sumatera Utara telah menerapkan kaidahkaidah kesesuaian lahan seperti kutipan pada surat-surat dari Sumatera 1928-1949
oleh J.J. Van De Velde Hari ini aku naik mobil dari Belawan lewat Medan ke
Pematang Siantar melalui perkebunan-perkebunan karet dan tembakau yang
begitu kukenal dan melewati jalan-jalan mulus di estate-estate kelapa sawit.
Sesudah Siantar, jalan menanjak melalui bukit-bukit yang disana-sini ditanami
pohon pinus muda oleh Bozwezen (Dinas Kehutanan) yang menangani reboisasi
di dataran tinggi yang terancam erosi.
Sumatera Utara merupakan wilayah yang sangat ideal untuk bidang
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Terdiri atas wilayah
perairan laut, sungai dan danau, dan daratan yang subur terbentang dari dataran
rendah di pesisir timur hingga pegunungan bukit barisan, dan pantai barat yang
indah dengan hutan tropis yang sangat alami.
Beberapa daerah yang menjadi lokasi utama komoditas unggulan di
Sumatera Utara adalah Kabupaten Dairi, Pakpak Bharat, Tobasa dan Humbang
Hasundutan untuk tanaman kopi Sidikalang. Sebagian pesisir timur hingga

II - 62

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

dataran tinggi untuk tanaman karet dan kelapa sawit meliputi wilayah Kabupaten
Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Batu Bara, Asahan,
Labuhan Batu dan Padang Lawas. Disamping itu terdapat wilayah yang khusus
dan ideal untuk tanaman tertentu yaitu pesisir timur antara Sungai Ular di Deli
Serdang dan Sungai Wampu di Langkat untuk tanaman tembakau, dataran tinggi
Karo yang cocok untuk tanaman sayur mayur dan buah-buahan serta daerah
Sidamanik di Kabupaten Simalungun yang cocok untuk perkebunan teh.
Hasil perhitungan luas tutupan lahan di Provinsi Sumatera Utara dari
Badan Pertanahan Nasional Wilayah Sumatera Utara menunjukkan hutan dan
perkebunan mendominasi tutupan lahan Sumatera Utara dengan luas hutan
3.050.692,91 ha atau 41,63 % dari luas seluruh tutupan lahan, dan perkebunan
seluas 237.628,7 ha atau 32,43 % dari luas seluruh tutupan lahan, dan luas lahan
non pertanian 221.302 ha atau 3,02 % dari luas seluruh tutupan lahan, yang
memiliki perbedaan signifikan dengan luas hutan dan perkebunan. Gambaran
tutupan lahan tersebut ditunjukkan pada Grafik 2.13.
Selain serapan CO2 dari tananaman perkebunan, potensi dari proses
pengolahan hasil perkebunan dan pertanian bisa mengurangi atau menghindari
pembentukan GRK seperti CH4 dan CO2, misalnya melalui penangkapan gas
metana pada sistem lagoon, pembuatan kompos secara aerobik. Pemanfaatan
jerami yang difermentasikan untuk pakan ternak dan pemanfaatan kotoran ternak
untuk biogas.

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2010

Grafik 2.13.
Luas tutupan lahan dan hutan Provinsi Sumatera Utara

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 63

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Tutupan lahan kawasan hutan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 sebesar
3.731.130,30 ha yang terdiri dari hutan primer seluas 226.641,00 ha, hutan
sekunder seluas 1.362.060,39 ha, hutan tanaman seluas 104.536,34 ha dan tidak
berhutan seluas 2.037.892,57 ha (54.54%) seperti terlihat pada Grafik 2.14.

  


  


  


  


 


  !"#
$ %"

 

 

 $  ) #(' *%"+

&%' (%"

Sumber: Neraca Sumber Daya Hutan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Grafik 2.14.
Tutupan lahan kawasan hutan di Sumatera Utara
Kawasan hutan yang ada di Sumatera Utara menurut fungsi dan statusnya
dijabarkan pada Tabel 2.35 di bawah. Persentase terbesar untuk hutan lindung
sebesar 32,09 % dari seluruh luas kawasan hutan yaitu seluas 1.176.216 ha, dan
persentase terkecil sebesar 0,03 % untuk hutan kota dengan luas 1.156,48 ha.
Tabel 2.35.
Luas kawasan hutan menurut fungsi atau statusnya
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

II - 64

Fungsi
Kawasan Konservasi
Cagar Alam
Suaka Margasatwa
Taman Wisata
Taman Buru
Taman Nasional
Taman Hutan Raya
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas

Luas (ha)
362,333.36
11,427.00
79,013.00
3,221.00
7,712.00
293,627.00
54,374.00
1,176,216.00
1,035,690.00
879,270.00

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

No.
Fungsi
11 Hutan Produksi Konservasi
12 Hutan Kota
Total Luas Hutan

Bab 2

Luas (ha)
52,760.00
1,156.48
3,956,799.84

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2010

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: 44/Menhut-II/2005 Tahun


2005, luas kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara adalah seluas 3.742.120,00
ha atau 52,21 % dari luas Provinsi Sumatera Utara (7.168.068,00 ha) yang terdiri
dari kawasan lindung seluas 1.754.553,36 ha dan kawasan budidaya hutan seluas
1.967.720,00 ha.

4,96 %
15,83 %
KSA-KPA
HL
20,28 %

HPT
HP

13,34 %

Sumber: Statistik Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi Suamtera Utara, 2006

Grafik 2.15.
Kawasan hutan tetap berdasarkan saldo akhir NSDH, Sumatera Utara

12,83 %
29,06 %

KSA-KPA
HL
35,26 %

HPT
HP

22,88 %

Sumber:Dinas Kehutanan Provinsi Suamtera Utara, 2010

Grafik 2.16.
Kawasan hutan tetap berdasarkan SK Menhut No. 44/Menhut-II/2005

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 65

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

70.00
60.00
50.00
40.00

% Kawasan Hutan

30.00

% APL
59,33 %

20.00
10.00

40,67 %

0.00
2006
Sumber: Statistik Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi Suamtera Utara, 2006

Grafik 2.17.
Perbandingan persentase kawasan hutan dan non hutan

Tabel 2.36.
Kawasan hutan konservasi Provinsi Sumatera Utara
No

Nama Kawasan

Tapanuli Utara

Luas (ha)

SK Penetapan

Dolok Daut/Sulunga

Batu Gajah

Simalungun

Dolok Tinggi Raja

Simalungun

Batu Ginurit

Labuhan Batu

0,5 ZB.390 (17 Sep 1934)

Aek Liang Balik

Labuhan Batu

0,5 ZB.221 (1 Nop 1936)

Dolok Sipirok

Tapanuli Selatan

6.970,0 226/Kpts/Um/4/1982

Sibual-buali

Tapanuli Selatan

5.000,0 215/Kpts/Um/4/1982

Martelu Purba

Sibolangit

Deli Serdang

96,84 ZB.37 (10 Maret


1938)

10 Dolok Surungan

Tapanuli Utara

23.800,0 43/Kpts/Um/2/1974

11 Karang Gading Langkat

II - 66

Kabupaten

Tapanuli Utara

Langkat/Deli

39,0 ZB.36 (2 Apr 1924)


1,0 ZB.24 (18 Apr 1924)
167,0 GB.24 (8 Apr 192)

195,0 471/Kpts-II/93

15.765,0 811/Kpts/Um/11/1980

12 Barumun

Tapanuli Tengah

40.330,0 70/Kpts-II/1989

13 Siranggas

Tapanuli Selatan

5.657,0 71/Kpts-II/1989

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

No

Nama Kawasan

14 Pulau Pini

Kabupaten

Luas (ha)

Nias

Bab 2

SK Penetapan

8.350,0 347/Kpts-II/1996

15 Bukit Barisan

Karo/Deli/Langkat

51.600,0 Keppres No.48/1988

16 Sikiceh-kiceh

Dairi

575,0 78/Kpts-II/1989

17 Holiday Resort

Labuhan Batu

1.963,0 695/Kpts-II/1990

18 Sijaba Hutaginjang

Tapanuli Utara

500,0 592/Kpts-II/1993

19 Dalek Lancuk

Tapanuli Utara

435,0 68/Kpts-II/1989

20 Lau Debukdebuk

Tapanuli Utara

7,0 320/Kpts/Um/5/80

21 Sibolangit

Deli Serdang

24,85 636/Kpts/Um/9/1980

Sumber: Badan Penetapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah I, 2009

Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) sengaja dirancang untuk


memenuhi kebutuhan kayu bagi industri, dalam jumlah yang besar, sesuai dengan
spesifikasi tertentu, secara terus-menerus, lestari dan berkelanjutan. Luas hutan
tanaman industri di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2005 sampai 2010
disajikan pada Tabel 2.37.
Tabel 2.37.
Luas hutan tanaman industri di Sumatera Utara
Tahun

Luas (ha)

2005
2006
2007
2008
2009
2010

8,839.00
11,588.30
15,471.60
16,201.74
19,524
16,333.00

Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka, 2011

Kuantifikasi upaya menurunkan tingkat emisi perlu didasarkan pada


pengurangan source atau sumber emisi dari sektor kehutanan dan kegiatan peningkatan
karbon stok atau sink seperti reforestasi, penanaman, penghijauan, dan lainya.

Penghijauan (reforestation) dan reboisasi (afforestation) selama 5 (lima) tahun


terkahir telah dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara (Tabel 2.38).

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 67

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Tabel 2.38.
Luas penghijauan dan reboisasi di Sumatera Utara
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010

Penghijauan (ha)

Reboisasi (ha)

3,033.00
10,172.00
11,009.75
11,009.75
11,575.20
-

3,717.00
10,670.00
12,512.42
12,512.42
35,533.45
-

Sumber: Sumatera Utara dalam Angka, 2011

E.

Potensi Serapan Dari Sektor Limbah


TPA yang berlokasi di daerah Mebidangro diperkirakan pada tahap awal

akan diolah sekitar 15% dari total sampah yang dihasilkan sehingga diperkirakan
akan terjadi penurunan GRK atau dapat juga dikatakan terjadi serapan GRK
sebesar 23,314 ton CO2eq/tahun. Selanjutnya direncanakan untuk mengkonstruksi
TPA Aek Nabobar di Tapanuli Tengah dengan sanitary landfill semi-aerobic dan
diperkirakan akan terjadi serapan GRK sebesar 3,673 tCO2eq/tahun. Perhitungan
akumulatif terhadap total sampah padat yang dikumpulkan di TPA di Sumatera
Utara dengan asumsi TPA memakai sanitary landfill semi-aerobic maka akan
terjadi penyerapan GRK sebesar 57,790 ton CO2eq/tahun.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21 Tahun 2006
tentang Kebijakan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan, prioritas kegiatan yang sebaiknya dilakukan adalah:
1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.
2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha sebagai mitra
pengelolaan.
3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan.

Berkaitan dengan kegiatan point pertama yaitu pengurangan sampah


semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya maka salah satu aksi yang harus
dilakukan adalah kegiatan 3R. Reduce membutuhkan kerjasama dari masyarakat.
Melalui proses sosialisasi diharapkan tercipta suatu paradigma baru di masyarakat
bahwa pengurangan limbah dibutuhkan untuk menjaga kelestarian lingkungan
terutama sampah plastik. Di negara-negara maju pemakaian kemasan plastik pada

II - 68

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Bab 2

saat belanja kebutuhan harian sudah dikurangi dan mendapat kompensasi. Di


Sumatera Utara, kebiasaan ini sudah mulai diterapkan oleh pusat perbelanjaan
yaitu setiap konsumen yang tidak menginginkan kemasan plastik diberikan
kompensasi. Reuse secara spontan sudah dilakukan masyarakat yaitu bahan-bahan
gelas maupun logam yang dikumpulkan dan dijual kepada pengepul barang bekas
untuk digunakan kembali. Recycle dilakukan melalui kegiatan pengumpulan
bahan anorganik seperti plastik, karton maupun bahan organik atau sampah padat
organik untuk diolah menjadi kompos dan dari data yang disebutkan sebelumnya,
bahwa di Sumatera Utara kegiatan pengomposan baru dilaksanakan sekitar 2 %.
Di negara berkembang recycle sampah anorganik maupun sampah organik
cukup tinggi dilakukan karena menimbulkan dampak yang positif bagi masyarakat
yaitu menambah pendapatan. Meskipun recycle bahan anorganik ini untuk negaranegara maju dianggap tidak sesuai dengan kaidah pengelolaan sampah, namun
untuk negara berkembang kegiatan ini memberi tambahan penghasilan bagi
ratusan ribu penduduk sekaligus mengurangi volume sampah dan juga
menimbulkan kegiatan industri baru yang tidak memakai input baru namun input
bekas.
Di pinggiran kota Medan dimana bermukim penduduk dengan tingkat
ekonomi rendah, animo masyarakat untuk mengolah sampah organik menjadi
kompos cukup besar. Kampung organik di kecamatan Marelan contohnya, ibu-ibu
memberdayakan sampah organik dijadikan pupuk organik untuk tanaman sayur
yang ditanam di pekarangan. Melalui kegiatan ini, ibu-ibu dapat menghemat
pengeluaran keluarga, seperti di Jawa Timur Rp. 200.000,- sampai Rp. 400.000,per bulan. Oleh Kementerian Pertanian, pada tahun 2012 ditargetkan terdapat satu
desa organik percontohan untuk setiap kabupaten/kota.
Asosiasi Penangkat Tanaman (Aspenta) Kabupaten Langkat di Sumatera
Utara setiap tahunnya rata-rata menghasilkan 12 juta bibit tanaman yang setiap
bibitan membutuhkan pupuk organik. Kebutuhan pupuk organik yang besar
diikuti oleh kebutuhan input yang besar yaitu limbah organik. Kesulitan mencari
limbah organik dapat ditutupi dengan koordinasi yang baik antara Dinas
Kebersihan Langkat dengan Aspenta yaitu dengan dimanfaatkannya limbah pasar
sebagai input bahan organik untuk pembuatan pupuk organik. Untuk satu

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

II - 69

Bab 2

Profil Daerah dan Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

kelompok penangkar yang terdiri dari 27 anggota setiap tahunnya dibutuhkan


sekitar 270 ton pupuk organik yang berasal dari sekitar 450 ton limbah organik.
Di Kabupaten Langkat terdapat sekitar 500 penangkar bibit di bawah naungan
Aspenta.
Berdasarkan animo masyarakat untuk melakukan 3R di Sumatera Utara
maka sangat bijaksana bila mempertimbangkan untuk lebih banyak lagi
melakukan pengurangan volume limbah di sumbernya yaitu sampai 80 %
sehingga hanya 20 % saja yang dikumpulkan di TPA. Dengan demikian lebih
banyak masyarakat terutama ekonomi lemah yang terberdayakan mendapat
tambahan income dari melakukan daur ulang bahan anorganik, penjualan pupuk
organik maupun menghemat pengeluaran biaya dari pemakaian pupuk organik
untuk sayuran yang ditanam di pekarangan.

II - 70

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

III
Pembagian Urusan &
Ruang Lingkup
Bab ini menjelaskan secara ringkas pembagian urusan/kewenangan baik
sektoral maupun wilayah administratif sebagai bahan masukan untuk menentukan
ruang lingkup daerah. Penentuan ruang lingkup ini juga didasarkan pada hasil
analisis bab terdahulu. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai bidang/subbidang dan kegiatan, serta wilayah administratif yang memiliki sumber emisi
GRK dan berpotensi menurunkan emisi GRK; identifikasi potensi emisi GRK
dalam urusan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terkait; pembagian urusan
masing-masing SKPD terkait dengan 6 (enam) sektor penurunan emisi GRK
dalam rangka persiapan perhitungan BAU Baseline dan SKPD yang wajib
menghitung BAU Baseline.
Acuan dalam menyusun bab ini adalah Buku Pedoman Penyusunan RADGRK; Buku Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi GRK; dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera
Utara tahun 2009-2013.

3.1.

PEMBAGIAN URUSAN
Dalam rangka pelaksanaan RAD-GRK diperlukan secara tegas SKPD

yang bertanggung jawab di wilayah Provinsi Sumatera Utara dan mekanisme


kerjasama antar SKPD. Tabel 3.1 berikut mengacu kepada UU No. 32 Tahun
2004 mengenai Pemerintahan Daerah dan PP No. 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan Perda No. 8 Tahun 2009

Bab 3

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

tentang RPJMD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013 sebagai pedoman


pelaksanaan rencana aksi penurunan emisi gas rumah kaca, maka dapat diketahui
kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi untuk melaksanakan setiap program dari
berbagai bidang dalam RAD-GRK tersebut.
Pengertian urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota berkaitan dengan pelayanan dasar. Sedangkan, urusan pilihan
adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan
potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
Tabel 3.1
Pembagian Urusan/Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara

Sumber: diolah dari UU 32/2004 mengenai Pemerintah Daerah ; PP 38/2007tentang Pembagian


urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota; Perpres No. 61/2011 tentang RAN GRK yang dijabarkan dalam
Buku Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca; dan
Perda No 8/2009 tentang RPJMD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013.

III - 2

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Bab 3

Tabel 3.1. menunjukkan matriks keterkaitan antara sektor penurunan emisi


GRK dengan pembagian urusan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, serta
mengindikasikan klasifikasi urusan pemerintahan yang sifatnya wajib maupun
pilihan. Pembagian urusan berdasarkan kewenangan di Provinsi Sumatera Utara
terdapat 15 SKPD yang berkewajiban melakukan aksi penurunan GRK di 6
(enam) sektor yang dipilih.

3.2.

RUANG LINGKUP DAERAH


Berdasarkan pembagian urusan/kewenangan, maka perlu pengelompokan

berdasarkan ruang lingkup yang lebih eksplisit menjelaskan potensi penurunan


emisi GRK di tingkat provinsi, yaitu:
a. Ruang Lingkup Campuran
Ruang lingkup campuran artinya ruang lingkup yang sulit untuk dibagi
kewenangannya antara pusat dan daerah. Pemerintah pusat memiliki otoritas
pada ruang lingkup campuran walaupun sumber dan potensi emisi ada di
daerah, sehingga masalah koordinasi sangat penting antar pusat dan daerah,
misalnya dalam hal penyiapan baseline dan aksi mitigasi.
b. Ruang Lingkup Daerah
Pada ruang lingkup daerah, Pemerintah Daerah Provinsi dan juga Kabupaten/
Kota yang mempunyai potensi dan sumber emisi GRK lokal, serta
kewenangan penuh baik secara administratif maupun teknis, misalnya untuk
menyusun BAU Baseline, skenario mitigasi dan usulan-usulan aksi mitigasi.
Bidang-bidang yang termasuk ke dalam kelompok ruang lingkup daerah,
antara lain bidang persampahan dan air limbah, industri kecil dan menengah
(IKM), dan transportasi darat.
c. Ruang Lingkup Nasional
Kewenangan lingkup nasional masih dipegang oleh pemerintah pusat (K/L
terkait), sumber dan potensi emisi GRK yang mencakup lintas daerah (cross
boundary), serta sumber emisi GRK yang secara teknis bergerak (mobile
emission). Dengan demikian, pemerintah pusat dapat menginisiasi kebijakan,
program dan kegiatan mitigasi bidang yang memiliki cakupan luas (wide

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

III - 3

Bab 3

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

spectrum basis). Sedangkan, peran daerah terbatas pada penyediaan data dan
informasi awal dalam penyusunan BAU Baseline atau pada tahap
implementasi. Bidang-bidang yang termasuk kedalam ruang lingkup nasional
antara lain bidang energi listrik (on-grid), sistem transportasi darat, laut dan
udara dan industri skala besar.
Pembagian ini bertujuan memberikan kejelasan tentang kewenangan dan
kepemilikan program dalam rangka pelaksanaan aksi mitigasi GRK daerah untuk
menghindari perhitungan ganda emisi. Berdasarkan informasi ruang lingkup
tersebut, maka Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, termasuk 33 Pemerintah
Kabupaten/Kota, dapat mengidentifikasi dan menentukan bidang-bidang apa saja
yang berpotensi menghasilkan emisi GRK sesuai dengan karakteristik dan
kewenangan yang dimiliki. Sudah tentu, koordinasi dengan Pemerintah Pusat,
melalui Kementerian/Lembaga atau kelompok kerja terkait masih diperlukan
untuk menghindari duplikasi pekerjaan.
Pengelompokan

ruang

lingkup

beserta

informasi

terkait

tentang

keterlibatan kelembagaan nasional dan daerah dalam penyusunan RAD-GRK


dapat diilustrasikan dalam Tabel 3.2 di bawah ini. Pada prinsipnya, matriks pada
Tabel 3.2 tersebut memberikan informasi singkat bahwa Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dalam menentukan bidang-bidang
mana yang berpotensi untuk menurunkan emisi GRK berdasarkan kewenangan
dan karakteristik daerah (lihat kolom yang berwarna pada Tabel 3.2; warna hijau
muda untuk kewenangan campuran; warna kuning untuk kewenangan pusat; dan
warna biru muda untuk kewenangan daerah).

3.2.1. Identifikasi BAU Baseline


Dalam rangka membantu kejelasan pekerjaan SKPD terkait, perlu di
identifikasi kegiatan yang secara langsung bertanggung jawab dalam menghitung
BAU Baseline. Tabel 3.3 memberikan petunjuk yaitu dari 15 SKPD di Provinsi
Sumatera Utara, terdapat 8 (delapan) SKPD sebagai penanggung jawab urusan
wajib pada tahapan penyusunan BAU, sedangkan yang 7 (tujuh) SKPD lainnya
mendukung dalam urusan pilihan.

III - 4

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Bab 3

Tabel 3.2.
Pembagian Ruang Lingkup Urusan/Kewenangan
Antara Pusat, Provinsi Dan Kabupaten/Kota

Sumber: Pedoman Pelaksanaan RAD-GRK, Bappenas, 2011

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

III - 5

Bab 3

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Tabel 3.3.
Identifikasi BAU yang Menjadi Urusan Wajib dan Pilihan

Dari Tabel 3.3 dapat disimpulkan bahwa SKPD yang paling banyak
bekerjasama dan berkoordinasi dalam menentukan BAU adalah sektor energi dan
sektor pengelolaan limbah (6 instansi), kemudian sektor transportasi dan sektor
industri (5 instansi) sedangkan yang paling sedikit adalah sektor pertanian dan
sektor kehutanan dan lahan gambut (4 instansi). Perincian koordinasi dalam
pembagian urusan dan ruang lingkup akan diuraikan lebih jelas pada sub-bab
berdasarkan sektor penurunan emisi GRK.

3.2.2. Keterkaitan Sektor GRK dan Instansi Mempersiapkan BAU


Dalam rangka mengeksplorasi sumber emisi GRK dari 6 (enam) sektor di
Provinsi Sumatera Utara, maka tidak semua instansi berkewajiban dan
bertanggung jawab melaksanakan dalam perhitungan BAU Baseline.

III - 6

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Bab 3

Tabel 3. 4.
Penanggung Jawab Rencana Aksi Mitigasi Emisi GRK
di Provinsi Sumatera Utara

3.3.

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP DI SETIAP


SEKTOR
Sebagaimana dijelaskan diatas, perincian detail urusan/kewenangan dan

jenis industri dan kegiatan apa yang menjadi tanggung jawab masing-masing
instansi dan ruang lingkup kewenangan akan diuraikan lebih jauh pada sub-bab
berikut.
3.3.1. Sektor Pertanian
A.

Pembagian Urusan Sumber Emisi GRK Sektor Pertanian


Beberapa sumber emisi dari sektor pertanian berasal dari: (1) Perkebunan

khususnya dari alih fungsi hutan dan lahan gambut ke perkebunan kelapa sawit
dan karet serta pabrik pengolahan kelapa sawit dan karet, (2) Pertanian tanaman

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

III - 7

Bab 3

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

pangan dan hortikultura, dan (3) Peternakan meliputi penggemukan sapi, babi dan
produksi susu atau telor.
A.1

Lahan sebagai Sumber Emisi


Sumber-sumber emisi GRK pada sektor pertanian dicantumkan pada

Gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1.
Sumber Emisi Dari Sektor Pertanian Di Provinsi Sumater Utara

III - 8

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Bab 3

Emisi GRK dari lahan gambut terjadi segera setelah lahan gambut
dialihfungsikan. Emisi pertama terjadi dari pembukaan (land clearing) lahan
gambut diikuti dengan pembakaran lahan. GRK yang paling penting adalah CO2
yang berasal dari pembakaran dan proses pelapukan (dekomposisi) bahan organik
seperti pohon, akar, daun dan bagian tanaman yang mati (nekromassa). Gas
metana juga dihasilkan dari proses anaerob pada lahan gambut. Tanaman secara
individu juga menghasilkan gas CO2 sebagai hasil respirasi tanaman (buah, daun,
batang dan akar). Akan tetapi tanaman juga berperan sebagai penyerap (perosot,
sequestration) dari CO2 yang terjadi dalam proses fotosintesis.
A.2

Perkebunan dan Industri Kelapa Sawit


Limbah industri kelapa sawit baik padat maupun cair juga merupakan

sumber emisi. Sebanyak 23% dari Tandan Buah Sawit (TBS) yang diolah di
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan Tandan Kosong Sawit (TKS) yang
dikategorikan sebagai limbah padat. Limbah padat lainnya adalah cangkang
(tempurung) kelapa sawit yang jumlahnya mencapai 7% serta serat sebanyak 5%.
Karena pembakaran TKS di incinerator sudah dilarang, maka pengendalian
limbah TKS dilakukan dengan cara membuatnya menjadi kompos. Dalam proses
pengomposan secara open windraw, TKS dicincang dan disiram dengan limbah
cair PKS (LCPKS). Karena proses pengomposan ini berlangsung secara anaerob,
maka akan dihasilkan GRK berupa gas metana. PKS juga menggunakan cangkang
dan serat sebagai pembangkit/pemanas boiler. Pembakaran kedua macam limbah
padat tersebut juga menghasilkan GRK berupa gas CO2.
A.3

Perkebunan dan industri karet


Sumatera Utara juga merupakan salah satu daerah penghasil karet alam.

Tanaman karet telah dibudidayakan di Sumatera Utara sejak zaman penjajahan


Belanda, sekitar tahun 1900. Total luas areal tanaman karet di Sumatera Utara
adalah 461.143 ha (Ditjenbun, 2009) terdiri dari kebun rakyat (292.958 ha), kebun
swasta (103.304 ha) dan kebun BUMN (64.881 ha). Untuk mengolah hasil dari
kebun-kebun tersebut tersedia pabrik dengan kapasitas olah 805.476 ton yang
terdiri dari Pabrik SIR (33 unit) dengan kapasitas olah 741.730 ton, Pabrik RSS

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

III - 9

Bab 3

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

(10 unit) dengan kapasitas olah sebesar 38.786 ton dan Pabrik Lateks (3 unit)
dengan kapasitas olah sebesar 24.960 ton.
Berdasarkan Data Ditjenbun (2009) tersebut, ternyata produktifitas karet
rakyat sangat rendah yaitu sebanyak 0,68 ton/ha, produktivitas karet swasta
sebanyak 1,09 ton/ha dan produktivitas BUMN sebanyak 1,06 ton/ha. Rerata
produktifitas karet Sumatera Utara adalah 0,83 ton/ha. Baik rerata Sumatera Utara
maupun masing-masing kebun masih sangat rendah bila dibandingkan dengan 2
(dua) negara tetangga, yaitu Thailand dan Malaysia.
A.4

Tanaman Kakao
Sumber emisi dari Tanaman kakao bermulai dari tahapan land clearing,

penggunaan pupuk, dari limbah padat berupa kulit buah dan pengolahan hasil di
pabrik, baik pada waktu proses fermentasi maupun waktu proses pengeringan
menggunakan blower.
A.5

Kelapa dan lain-lain


Sumber emisi dari tanaman kelapa dan lain-lain seperti kemiri, aren dan

pala pada umumnya tidak besar karena areal perkebunan ini tidak terlalu luas di
Sumatera Utara.
A.6

Tanaman pangan dan hortikultura


Sumber emisi GRK pada sektor pertanian tanaman pangan dan

hortikultura adalah pengairan khususnya pada padi sawah. Karena tergenangnya


air di persawahan, maka akan terjadi proses anaerob yang menimbulkan gas
metana. Pupuk urea merupakan sumber emisi GRK di sektor pertanian baik
perkebunan maupun tanaman pangan dan hortikutura.
A.7

Peternakan
Bidang peternakan juga menyumbang emisi GRK, khususnya peternakan

sapi perah (penghasil susu), sapi pedaging (penggemukan) dan babi serta unggas
berupa ayam potong maupun ayam petelor. GRK yang dihasilkan dari bidang
peternakan umumnya gas metana yang berasal dari kotoran hewan tersebut.

III - 10

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Bab 3

Pada bagian ini dijelaskan pembagian urusan/kewenangan penurunan


emisi pada sektor pertanian. Perhitungan sumber emisi pada sektor pertanian
untuk provinsi Sumatera Utara lebih banyak mengacu pada buku petunjuk tentang
penyusunan RAN-GRK. Secara umum sumber emisi dari sektor pertanian
disesuaikan dengan karakteristik dan SKPD Provinsi Sumatera Utara. Pembagian
urusan disajikan pada Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5.
Penanggung Jawab Identifikasi BAU dan Aksi Mitigasi Sektor Pertanian

Sesuai dengan kelompok kerja yang telah dibentuk melalui SK Gubsu No.
188.44/416/KPTS/2012 maka leading sektor pertanian adalah Dinas Pertanian
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebagai ketua kelompok kerja sektor
pertanian, sedangkan BAPPEDA Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan BLH
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebagai koordinasi dan penganggaran
program penurunan emisi GRK.
3.3.2. Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
A.

Pembagian Urusan Emisi Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut


Sumber emisi pada sektor kehutanan dan lahan gambut akan dijelaskan

pada bagian ini. Berdasarkan IPCC Guideline 2006, sumber emisi berbasis lahan
dibagi menjadi 6 (enam) kategori yaitu:

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

III - 11

Bab 3

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

1. Lahan Hutan (Forest Land)


Kategori ini termasuk seluruh lahan dengan vegetasi berkayu yang konsisten
dengan batasan hutan dalam kategori inventarisasi GRK. Juga termasuk
sistem vegetasi yang belum termasuk dalam kategori hutan akan tetapi
berpotensi untuk menjadi hutan.
2. Lahan pertanian (Cropland)
Kategori ini termasuk lahan pertanian, yaitu sawah, sistem agro-forestry yang
tidak termasuk dalam kategori lahan hutan.
3. Padang Rumput (Grassland)
Kategori ini termasuk padang rumput yang bukan sebagai lahan pertanian.
Juga termasuk vegetasi berkayu, dan bukan rumput lainnya seperti belukar
dan semak yangtidak termasuk kategori lahan hutan. Kategori ini termasuk
seluruh padang rumput pada lahan di areal rekreasi, pertanian dan konisten
dengan defisini nasional.
4. Lahan basah (Wetland)
Kategori ini termasuk areal gambut yang diekstraksi dan lahan yang
digenangi air seluruhnya atau sebagian sepanjang tahun (misalnya lahan
gambut) dan bukan termasuk sebagai kategori Lahan Hutan, Lahan Pertanian,
Padang Rumput atau Pemukiman. Termasuk waduk sebagai bagian dari
sungai serta danau.
5. Pemukiman (Settlement)
Kategori ini termasuk seluruh lahan yang dibangun seperti infrastruktur untuk
transportasi, serta pemukiman, kecuali sudah masuk dalam kategori lain. Hal
ini harus konsisten dengan definisi nasional.
6. Lahan Lainnya (Other Land)
Kategori ini termasuk lahan terbuka, berbatu, es, dan lahan lainnya yang tidak
masuk dalam 5 (lima) kategori lainnya. Hal ini memungkinkan total areal
secara nasional teridentifikasi jika data tidak tersedia. Jika data tersedia, suatu
negara disarankan untuk mengklasifikasikannya sebagai lahan tidak terkelola
(unmanaged lands) seperti kategori lahan di atas (misalnya lahan yang tidak
terkelola sebagai Lahan Hutan Padang Rumput, dan Lahan Basah). Hal ini

III - 12

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Bab 3

akan meningkatkan transparansi dan kemampuan untuk melacak konversi


dari lahan yang terkelola menjadi kategori tertentu di atas.
Kategori lahan dalam IPCC Guideline 2006, apabila dihubungkan dengan
pembagian kelas hutan yang dilakukan oleh Kementerian Kehutanan (Dirjen
Planologi) maka penutupan lahan tahun 2005 dan 2010 di Sumatera Utara
berkaitan dengan sumber emisi dapat dikelompokkan pada Gambar 3.2 berikut.
F.1.1. Hutan Lahan Kering Primer
F.1.2. Hutan Mangrove Primer
F.1.3. Hutan Rawa Primer
F.1. Lahan Hutan

F.1.4. Hutan Lahan Kering Sekunder


F.1.5. Hutan Mangrove Sekunder
F.1.6. Hutan Rawa Sekunder
F.1.7. Hutan Tanaman
F.2.1. Pertanian Lahan Kering

Emisi pada Sektor


Kehutanan dan
Lahan Gambut

F.2.2. Pertanian Lahan Kering Campuran

F.2. Lahan Pertanian

F.2.3. Transmigrasi
F.2.3. Sawah

F.2.4. Perkebunan
F.3. Padang Rumput

F.3.1. Belukar
F.3.2. Padang Rumput
F.4.1. Belukar Rawa

F.4. Lahan Basah


F.5. Permukiman

F.4.2. Rawa
F.5.1. Permukiman

F.6.1. Tanah Kosong


F.6.2. Tambak
F.6. Lahan Lain

F.6.3. Bandara
F.6.4. Pertambangan

F.6.5. Air
Gambar 3.2.
Sumber Emisi Dari Sektor Kehutanan Dan Lahan Gambut
Di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Tutupan Lahan Tahun 2005 Dan 2010
(Badan Planologi Kementrian Kehutanan 2011)

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

III - 13

Bab 3

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Secara umum berdasarkan Gambar 3.2, sumber emisi sektor kehutanan


dan lahan gambut di Provinsi Sumatera Utara dikelompokkan menjadi menjadi 6
(enam) kategori seperti yang telah dijelaskan di atas.
Acuan dalam penentuan badan penanggung jawab dalam rencana aksi
penurunan GRK dijelaskan dalam Tabel 3.6. Pembagian urusan pada sektor
kehutanan dan lahan gambut terdiri dari identifikasi BAU dan pelaksanaan aksi
mitigasi. Dengan kata lain, beberapa SKPD yang ada di provinsi Sumatera Utara
akan bertanggung jawab dalam melakukan perencanaan, melakukan identifikasi,
dan melakukan aksi mitigasi, monitoring dan evaluasi emisi GRK. Ketiga bagian
ini disimpulkan kedalam matriks pada Tabel 3.6 berikut.

Tabel. 3.6.
Penanggung Jawab Identifikasi BAU dan Aksi Mitigasi
Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut

B.

Ruang Lingkup Kewenangan Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut


Berdasarkan Tabel 3.6, penanggung jawab identifikasi BAU emisi GRK

sektor kehutanan dan lahan gambut adalah adalah 4 (empat) dinas di Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara yakni Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas
Perkebunan (urusan wajib) dan Dinas Pertambangan dan Energi (urusan pilihan).
Sedangkan penanggung jawab urusan termasuk dalam melakukan perhitungan dan

III - 14

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Bab 3

penyediaan data, ada 9 (sembilan) SKPD baik dikategorikan sebagai urusan wajib
maupun pilihan, yaitu Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), BAPPEDA,
BLH, Badan Ketahanan Pangan, BPS, Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, Dinas
Perkebunan dan Dinas Pertambangan dan Energi. Dan setelah ditetapkan rencana
aksi mitigasi, maka yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan aksi-aksi ini
adalah 7 (tujuh) SKPD yaitu Dinas PSDA, BAPPEDA, BLH, Dinas Kehutanan,
Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan dan Dinas Pertambangan dan Energi.
3.3.3. Sektor Energi
A.

Pembagian Urusan Emisi Sektor Energi


Sumber emisi dari sektor energi terutama berasal dari penggunaan bahan

bakar fosil pada pembangkit listrik, industri, rumah tangga dan transportasi.
Selain itu, emisi juga dihasilkan pada proses produksi bahan bakar fosil maupun
gas (Gambar 3.3).

Gambar 3.3.
Sumber Emisi dari Sektor Energi

Pada bagian ini, akan dipaparkan pembagian urusan emisi pada sektor
energi di tingkat provinsi, khususnya pada pembangkit listrik dan rumah tangga.
Sedangkan sektor industri dan transportasi akan dibahas pada bagian tersendiri.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

III - 15

Bab 3

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Sektor yang terkait dalam bidang energi disesuaikan dengan potensi


sumber emisi yang terdapat di daerah,dengan mengacu pada panduan IPCC
Guideline 2006. Sektor-sektor yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4.
Sumber Emisi dari Sektor Energi di Provinsi Sumatera Utara

Dengan mengacu pada Gambar 3.4, maka penanganan emisi di sektor


energi melibatkan berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). SKPD yang
memegang peranan utama adalah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral,
bekerjasama dengan SKPD terkait. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel. 3.7.
Penanggung Jawab Identifikasi BAU dan Aksi Mitigasi Sektor Energi

III - 16

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

B.

Bab 3

Ruang Lingkup Kewenangan Sektor Energi


Peran SKPD dalam rencana aksi daerah untuk menurunkan emisi gas

rumah kaca meliputi perencanaan, implementasi, pemantauan dan evaluasi.


Dengan demikian terdapat SKPD yang berperan dalam tahap perencanaan,
misalnya BAPPEDA, BLH, BPS, dan lain-lain. Sebagian SKPD turut berperan
dalam implementasi program seperti Dinas ESDM, Dinas PSDA, Dinas
Perhubungan, dan lain-lain. Ruang lingkup yang saling beririsan di SKPD terkait
hendaknya dicermati dengan seksama agar tidak terjadi tumpang tindih program
kegiatan. Untuk itu diperlukan koordinasi yang baik antar SKPD terkait.
3.3.4. Sektor Transportasi
A

Pembagian Urusan Emisi Sektor Transportasi


Pada bagian ini akan dijelaskan pembagian urusan emisi pada sektor

transportasi. Pada sektor ini sumber emisi dapat berasal dari pembakaran bahan
bakar, penggunaan minyak pelumas, dan penggunaan refrigeran pada sistem
pengkondisian udara. Tetapi, yang akan diperhitungkan adalah hanya dari
pelepasan gas-gas rumah kaca sebagai akibat dari pembakaran bahan bakar.
Sementara emisi dari penggunaan minyak pelumas dan penggunaan refrigeran
akan diperhitungakan pada sektor industri dan penggunaan produk yang akan
dijelaskan pada sub bab berikutnya. Jenis gas emisi yang utama dan di sektor
transportasi sebagai akibat dari pembakaran bahan bakar adalah gas CO2 dan CH4.
Sebagai catatan sektor transportasi juga menjadi penyumbang terbesar polusi
udara, terutama pada daerah perkotaan yang menjadi pusat penggunaan kenderaan
bermotor. Pada bagian ini pembahasan hanya akan difokuskan pada emisi GRK.
Pembagian sumber emisi pada sektor transportasi dapat dijelaskan dengan
menggunakan bagan pada Gambar 3.5.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

III - 17

Bab 3

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Gambar 3.5.
Sumber Emisi dari Sektor Transportasi di Provinsi Sumatera Utara

Secara umum sumber emisi dari sektor transportasi dibagi atas 3 (tiga)
bagian utama, yaitu Transportasi Udara, Transportasi Darat, dan Transportasi Air.
Sementara pada transportasi darat masih dibagi atas jenis kenderaan mobil
penumpang, bus, mobil barang, sepeda motor dan kereta api. Untuk Transportasi
air dibagi atas pengankutan pada sungai dan laut. Sebagai catatan, pembagian ini
sedikit berbeda dengan yang dijelaskan pada IPCC. Perbedaannya hanyalah pada
pemasukan sektor kereta api ke dalam transportasi darat. Diagram yang
ditampilkan pada Gambar 3.5 ini akan dijadikan acuan dalam pembagian urusan
emisi pada sektor transportasi.
Pembagian urusan pada sektor transportasi terdiri dari identifikasi BAU,
pembagian urusan, dan pelaksanaan aksi mitigasi. Dengan kata lain, beberapa
SKPD yang ada di Provinsi Sumatera Utara akan bertanggung jawab dalam
melakukan pengurusan, melakukan identifikasi, dan melakukan aksi penurunan
emisi GRK. Ketiga bagian ini disimpulkan pada matriks pada Tabel 3.8 berikut.

III - 18

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Bab 3

Tabel. 3.8.
Penanggung Jawab Identifikasi BAU dan Aksi Mitigasi Sektor Transportasi

Penanggung jawab identifikasi emisi GRK pada sektor transportasi di


Provinsi Sumatera Utara adalah Dinas Perhubungan, BLH, Dinas Perikanan dan
Kelautan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Dinas Pertambangan dan
Energi. Sementara Penanggung jawab urusan, termasuk melakukan perhitungan
dan penyediaan data, adalah BAPPEDA, Dinas Perhubungan, BLH, Badan
Ketahanan Pangan, BPS, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan. Dan setelah ditetapkan rencana aksi, maka yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan aksi-aksi ini di sektor transportasi ini adalah Dinas Penataan
Ruang dan Pemukiman, BAPPEDA, Dinas Perhubungan, BLH, Dinas Perikanan
dan Kelautan, Dinas Perkebunan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan
Dinas Pertambangan dan Energi.
B

Ruang Lingkup Sektor Transportasi


Seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.5 yang menjelaskan pembagian

sumber emisi pada sektor Transportasi terdiri atas sub-sektor Transportasi Udara,
sub-sektor Transportasi Darat, dan sub-sektor Transportasi Air. Pada bagian ini
akan dijelaskan pembagian wilayah administratif masing-masing sumber emisi
ini. Sebagai catatan, tahun 2005 sektor transportasi di Indonesia menjadi salah
satu penyumbang utama emisi GRK. Menurut catatan ICCSR (2010), dimana

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

III - 19

Bab 3

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

sektor transportasi dimasukkan ke dalam rumpun energi. Kontribusi sektor


transportasi adalah sebesar 23% dari total emisi CO2 (sekitar 68 juta ton CO2e)
dari bidang energi atau 20,7% dari emisi CO2 global Indonesia. Kemudian di
sektor transportasi sendiri subsektor Transportasi Udara mempunyai kontribusi
sebesar 2,4%, subsektor Transportasi air sebesar 6,9%, dan yang terbesar adalah
subsektor Transportasi Darat sebesar 90,7%.
Sumber emisi dari subsektor transportasi udara berasal dari pembakaran
bahan bakar dari pesawat terbang yang beroperasi melintasi provinsi bahkan
melintasi negara. Berdasarkan fakta ini maka dilakukan pembagian ruang lingkup
pada

masing-masing

tahapan

pelaksanaan

RAD-GRK.

Pada

subsektor

Transportasi Udara identifikasi dan perhitungan emisi akan dilakukan di tingkat


provinsi dimana pengisian bahan bakar dilakukan. Sementara untuk melakukan
aksi mitigasi kewenangan akan berada di tingkat nasional. Dengan kata lain,
setiap penerbangan yang melakukan pengisian bahan bakar di wilayah
administratif Provinsi Sumatera Utara akan menjadi sumber emisi bagi Provinsi
Sumatera Utara. Tetapi kewenangan melakukan perencanaan aksi mitigasi pada
sektor ini akan menjadi kewenangan pemerintah pusat.
Ruang lingkup emisi subsektor transportasi darat akan dibagi atas 3 (tiga)
bagian wilayah administratif. Identifikasi dan perhitungan emisi akan dilakukan di
tingkat provinsi. Hal ini juga berlaku pada angkutan darat yang wilayah
operasinya lintas provinsi. Sementara aksi mitigasi akan dibagi berdasarkan
wilayah adiministratif dimana aksi dilakukan. Misalnya pengelolaan sistem
transportasi darat provinsi yang melibatkan beberapa kabupaten akan menjadi
kewenangan provinsi. Sementara pengelolaan sistem transportasi darat yang
hanya beroperasi pada satu wilayah kabupaten atau kota akan menjadi
kewenangan kabupaten/kota. Hal ini telah digambarkan pada matriks Ruang
Lingkup Mitigasi Daerah pada Tabel 3.8.

III - 20

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Bab 3

3.3.5. Sektor Industri


A.

Pembagian Urusan Emisi Sektor Industri


Pada bagian ini akan dijelaskan pembagian urusan emisi pada sektor

transportasi. Perhitungan sumber emisi pada sektor industri untuk Provinsi


Sumatera Utara lebih banyak mengacu pada RAN-GRK. Dengan kata lain
terdapat perbedaan dengan pembagian yang dituliskan pada IPCC. Perbedaan
utamanya adalah pada sumber energi atau bahan bakar bukan listrik sebagai
penggerak industri. Pada IPCC emisi dari bahan bakar ini dikategorikan sebagai
sumber emisi pada sektor energi. Tetapi pada RAD-GRK ini semua bahan bakar,
tidak termasuk listrik, digolongkan sebagai emisi sektor industri. Kemudian, emisi
dari penggunaan minyak pelumas baik oleh kenderaan bermotor dan untuk mesinmesin industri digolongkan kepada emisi sektor industri. Demikian juga halnya
dengan penggunaan refrigeran akan diperhitungakan pada sektor industri.
Berdasarkan fakta ini jenis gas rumah kaca akan sangat beragam di sektor ini.
Sumber-sumber emisi pada sektor industri ini ditampilkan pada Gambar 3.6
berikut ini.
Secara umum sumber emisi dari sektor industri disesuaikan dengan
karakteristik industri di provinsi Sumatera Utara. Sumber emisi terbagi atas 3
(tiga) bagian besar, yaitu: pembakaran bahan bakar sebagai penggerak industri
manufaktur, pembakaran bahan bakar pada sektor industri lainnya, dan emisi
akibar proses industri dan penggunaan suatu produk penghasil emisi. Pembakaran
bahan bakar sebagai energi penggerak industri dibagi atas sembilan sub sektor
industri manufaktur dimana pembagian ini berdasarkan data SUDA. Kemudian
pembakaran energi pada subsektor lainnya dibagi lagi atas pembakaran bahan
bakar pada gedung atau institusi komersial dan pembakaran bahan bakar pada
sektor industri perkebunan/pertanian/perikanan. Proses industri dan penggunaan
produk yang mengeluarkan emisi GRK dimasukkan sebagai emisi pada sektor
industri. Karena emisi berdasarkan IPCC di sektor industri tidak semua terdapat di
provinsi Sumatera Utara, maka pembagiannya hanya yang terdapat di provinsi ini
seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.6. Diagram yang ditampilkan pada
Gambar 3.6 ini akan dijadikan acuan dalam pembagian urusan emisi pada sektor
industri untuk Provinsi Sumatera Utara.
Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

III - 21

Bab 3

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Gambar 3.6.
Sumber Emisi dari Sektor Industri di Provinsi Sumatera Utara

Karena begitu luasnya sumber emisi pada sektor industri ini, maka akan
banyak SKPD di Provinsi Sumatera Utara yang akan dilibatkan untuk
menanggungjawabi dalam hal pengurusan, identifikasi, dan pelaksanaan aksi
mitigasi. Pembagian urusan, identifikasi BAU, dan rencana aksi ditampilkan
dalam bentuk matriks pada Tabel 3.9.

III - 22

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Bab 3

Tabel. 3.9.
Penanggung Jawab Identifikasi BAU dan Aksi Mitigasi Sektor Industri

Penanggung jawab identifikasi emisi GRK pada sektor industri di provinsi


Sumatera Utara adalah BLH, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perkebunan,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Dinas Pertambangan dan Energi.
Sementara Penanggung jawab urusan, termasuk melakukukan perhitungan dan
penyediaan data, adalah Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman, BAPPEDA,
BLH, Badan Ketahanan Pangan, BPS, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas
Perkebunan, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Dan setelah ditetapkan
rencana aksi, maka yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan aksi-aksi ini di
sektor transportasi ini adalah Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman, BAPPEDA,
BLH, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perkebunan, Dinas perindustrian dan
Perdagangan, dan Dinas Pertambangan dan Energi.
B.

Ruang Lingkup Sektor Industri


Provinsi Sumatera Utara mempunyai sejumlah industri besar dan juga

banyak industri kecil dan menengah yang tersebar pada masing-masing kabupaten
dan kota. Masing-masing industri ini merupakan sumber emisi GRK seperti yang
telah ditampilkan pada Gambar 3.6. Sebagai catatan untuk Indonesia, tahun 2005
sektor energi yang di dalamnya termasuk industri merupakan salah satu
penyumbang utama emisi GRK. Menurut catatan ICCSR (2010), sektor energi

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

III - 23

Bab 3

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

menyumbang emisi nasional sebesar 23% dari total emisi CO2. Sementara pada
sektor industri sendiri emisi terbesar dihasilkan oleh industri semen dengan 9%
berasal dari pembakaran bahan bakar dan 32% emisi yang dilepas dari proses
produksi semen. Dengan kata kalian industri semen sendiri menyumbang 41%
dari total emisi GRK industri Indonesia. Sementara sisanya 26% berasal dari
penggunaan energi di industri manufaktur dan 33% berasal emisi proses produksi
industri manufaktur. Yang termasuk ke dalam industri manufaktur ini antara lain
industri besi dan baja, industri bubur kertas (Pulp and Paper), industri tekstil,
industri pupuk dan kimia lainnya.
Sesuai dengan karakteristik Provinsi Sumatera Utara, provinsi ini tidak
mempunyai industri semen. Industri besar yang dimiliki adalah industri peleburan
aluminium dan industri pulp and paper. Karena kedua industri ini digolongkan
kategori besar, maka wewenangnya ditagani oleh pemerintah pusat. Yang menjadi
menjadi wewenang Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan kabupaten/kota
adalah semua industri selain yang disebutkan ini. Pembagian ruang lingkup pada
sektor industri ini adalah yang dikategorikan industri kecil dan menengah. Jika
posisi industri kecil dan menengah tersebut berada pada suatu wilayah
administratif kabupaten dan kota maka wewenang pengelolaan emisi GRK nya
akan ditangani oleh pemerintah kabupaten dan kota.
3.3.6. Sektor Pengelolaan Limbah
A.

Pembagian Urusan Emisi Sektor Limbah


Pada bagian ini akan dijelaskan pembagian urusan emisi pada sektor

limbah. Penjabaran sumber emisi pada sektor limbah yang ditetapkan oleh IPCC
berbeda dengan RAN-GRK. Penjabaran oleh IPCC adalah seperti yang tertera
pada Gambar 2.7, sementara sumber emisi di sektor limbah oleh RAN-GRK
hanya berkisar pada limbah domestik baik padat maupun cair. Perhitungan
sumber emisi pada sektor limbah untuk Provinsi Sumatera Utara lebih banyak
mengacu pada RAN-GRK seperti tertera pada Gambar 3.7.

III - 24

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Bab 3

Gambar 3.7.
Sumber Emisi dari Sektor Limbah menurut RAN-GRK

Pembagian urusan/kewenangan oleh instansi terkait dalam sektor limbah,


seperti pada sektor-sektor lainnya terbagi atas urusan wajib dan urusan pilihan
berkaitan dengan pelayanan langsung ataupun tidak langsung oleh SKPD. Tabel
3.10 memperlihatkan pembagian urusan wajib dan pilihan pada sektor limbah di
Sumatera Utara.

Tabel 3.10.
Penanggung Jawab Identifikasi BAU dan Aksi Mitigasi Sektor Limbah

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

III - 25

Bab 3

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

Urusan wajib melibatkan Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman, BLH,


Dinas Kesehatan, sementara urusan pilihan menyangkut Dinas Pertanian, Dinas
Perkebunan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dinas Penataan Ruang dan
Pemukiman menjadi koordinator dalam pengelolaan sektor limbah mengingat
porsi pengelolaan limbah terbesar domestik padat maupun cair berada di bawah
tugas fungsi pokok dari institusi ini. Pengelolaan sektor limbah oleh Dinas
Penataan Ruang dan Pemukiman termasuk pengaturan spesifikasi TPA,
pembangunan mau pun rehabilitasi TPA, pengelolaan/distribusi sampah termasuk
ikut membantu pelaksanaan kegiatan 3R dan selanjutnya dinas ini juga melakukan
pengelolaan/distribusi air limbah domestik.
Berkaitan dengan BLH, untuk sektor limbah BLH ikut dalam memonitor
distribusi pengelolaan sampah, distribusi pengelolaan air limbah domestik serta
memberikan masukan seperti berkenaan dengan komponen Degradable Organic
dalam air limbah domestik misalnya.
Limbah B3 adalah salah satu hal yang melibatkan Dinas Kesehatan pada
sektor limbah. Rumah sakit pemerintah dan swasta yang menghasilkan limbah B3
menyebabkan munculnya kewajiban untuk dilakukan pengelolaan terhadap
limbah tersebut. Pada Dinas Pertanian dihasilkan produk limbah seperti jerami
padi atau pun pada Dinas Perkebunan yang paling menonjol adalah limbah kelapa
sawit. Khusus limbah kelapa sawit, mengacu pada kondisi di lapangan yaitu
limbah kelapa sawit total sudah menjadi industri, maka untuk menghindari double
counting, limbah kelapa sawit dimasukkan ke dalam sektor industri/pertanian.
Sementara itu, peternakan mengemisi GRK dari kotoran ternak. Meskipun
Sumatera Utara bukan merupakan daerah penghasil ternak, namun Sumatera
Utara adalah konsumen yang cukup besar untuk ternak sapi di Indonesia dan
secara rutin mengimpor ternak dari Australia. Selain itu, road map peternakan
menunjukkan bahwa Sumatera Utara akan menjadi daerah sentra peternakan sapi
mengingat fasilitas pendukung untuk hal tersebut melimpah yaitu limbah
perkebunan. Hal-hal inilah yang menyebabkan Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan terlibat dalam urusan emisi.

III - 26

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup

B.

Bab 3

RuangLingkup Daerah
Potensi penurunan

GRK di tingkat provinsi dijabarkan dalam Ruang

Lingkup Daerah memberikan kejelasan tentang kewenangan dan kepemilikan


program dalam rangka pelaksanaan aksi mitigasi GRK di daerah dan untuk
menghindari perhitungan ganda. Dalam sub-bab ini, Pemerintah Provinsi
menetapkan bidang/ sub-bidang dan kegiatan, serta wilayah administratif yang
memiliki sumber-sumber emisi GRK dan berpotensi menurunkan emisi GRK.
Ilustrasi penetapan ini untuk sektor limbah dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11.
Penetapan Kewenangan Pelaksanaan Aksi Mitigasi Sektor Limbah
Sektor

Limbah

Nasional
(K/L Terkait)

Provinsi
(SKPD Terkait)

Kebijakan dan program


pengelolaan limbah
nasional

Kordinasi pengelolaaan
limbah padat dan cair yang
dihasilkan dari Industri dan
Domestik dari
kabupaten/kota

Pengelolaan limbah B3

Kabupaten/Kota
(SKPD Terkait)
Pengelolaan limbah padat
dan cair yang dihasilkan
dari Industri dan Domestik

Berdasarkan pembagian urusan/kewenangan diatas dapat dilihat bahwa


secara nasional pada sektor limbah diatur mengenai kebijakan dan program
pengelolaan limbah serta pengelolaan limbah B3 dalam rangka pelaksanaan aksi
mitigasi GRK daerah untuk menghindari perhitungan ganda. Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara lebih spesifik kepada pengelolaan limbah padat dan cair domestik
termasuk yang dihasilkan dari kabupaten/kota. Potensi dan sumber emisi GRK
yang ada di kabupaten/kota, mengharuskan untuk adanya kewenangan penuh baik
secara administratif mau pun teknis untuk menyusun BAU Baseline, skenario
mitigasi dan usulan-usulan aksi mitigasi. Bidang-bidang yang termasuk kedalam
kelompok ruang lingkup daerah antara lain bidang persampahan, air limbah dan
industri kecil yang ada di permukiman.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

III - 27

IV
Analisis Emisi GRK
Provinsi Sumatera Utara
Sebagaimana

diuraikan

dalam

buku

Pedoman

Penyusunan

dan

Pelaksanaan RAD-GRK, maka proses terpadu penyusunan RAD-GRK secara


regional di Provinsi Sumatera Utara, telah disepakati langkah-langkah
pengembangan NAMAs

sebagai berikut: (1) Penyusunan garis dasar bisnis

seperti biasa (BAU); (2) Usulan aksi mitigasi; (3) Perkiraan penurunan emisi
GRK dan; (4) Menyusun skala prioritas kegiatan dan target penurunan emisi.
Dari hasil penggabungan 6 (enam) sektor yang telah ditetapkan di Sumatera Utara
yaitu sektor Pertanian, sektor Kehutanan dan Lahan Gambut, sektor Energi, sektor
Transportasi, sektor Industri dan sektor Pengelolaan Limbah, maka telah
dilakukan perhitungan emisi pada masing-masing sektor dan penggabungan hasil
perhitungan dari masing-masing sektor tersebut. Uraian lebih jauh mengenai
metode perhitungan BAU dan skenario-skenario RADGRK pada masing-masing
sektor disajikan lebih rinci dalam Bab IV ini.
4.1.

PENYUSUNAN BASELINE EMISI GRK


Penghitungan baseline ditujukan untuk membangun BAU yang mengacu

pada IPCC Guideline dan software REDD Abacus dan Microsoft Excel khususnya
untuk bidang yang berbasis lahan yaitu sektor Kehutanan dan Lahan Gambut dan
sektor

Pertanian,

sedangkan

sektor

Energi,

Transportasi

dan

Industri

menggunakan program LEAP, dan penghitungan GRK sektor Sampah selain


mengacu pada IPCC Guideline juga menggunakan Microsoft Excel. Tabel 4.1.
merupakan hasil estimasi jumlah emisi pada masing-masing sektor untuk Provinsi
Sumatera Utara.

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Tabel 4.1
Kontribusi emisi dari 6 (enam) sektor di Provinsi Sumatera Utara, 2010
No.

1
2
3
4
5
6

Sektor

Pertanian*
Kehutanan dan Lahan
Gambut**
Energi
Transportasi
Industri
Pengelolaan Sampah
Total

Kontribusi Emisi, 2010


(tCO2eq)

% (Persentase)

9.324.598,5

5,42

139.132.277,0

80,94

8.383.000,0

4,88
3,08
4,46
1,22
100

5.299.200,0
7.659.900,0
2.092.016,0

171.890.991,5

Sumber: Hasil olahan, 2012


Keterangan: *) Tidak memasukkan perhitungan tutupan lahan Pertanian yang dihitung dari
Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut. Hanya dari perhitungan emisi PKS,
penggunaan pupuk, urea, sawah irigasi, SRI dan peternakan.
**) Memasukkan perhitungan emisi dari tutupan lahan dan sekuestrasi Sektor
Pertanian dan Perkebunan.

Dari Tabel 4.1. ditunjukkan bahwa emisi Provinsi Sumatera Utara pada
tahun 2010 dari 6 (enam) sektor yang dapat dihitung adalah 171.891 giga tCO2eq.
Grafik 4.1. mengambarkan bahwa kondisi emisi untuk tahun dasar 2010 di
Provinsi Sumatera Utara cukup tinggi untuk keenam sektor yang dihitung.

Grafik 4.1.
Persentase penyumbang emisi dari masing-masing sektor, 2010
Dari Grafik 4.1 terlihat bahwa sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
adalah penyumbang emisi yang terbesar, kemudian disusul oleh sektor Pertanian,
dan yang terkecil adalah dari sektor Pengelolaan Sampah. Sektor Kehutanan dan

IV - 2

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Lahan Gambut merupakan sektor penyumbang emisi terbesar dikarenakan masih


memasukkan emisi dari tutupan lahan dan sekuestrasi Sektor Pertanian dan
Perkebunan. Untuk kegiatan yang berpotensi mengurangi emisi GRK dan
skenario-skenario dari setiap sektor dijelaskan lebih jauh pada Sub-bab
berikutnya.
Proyeksi emisi GRK dalam jangka panjang disusun berdasarkan target
yang harus dicapai hingga tahun 2020. Dari model prediksi menggunakan
software dapat dilihat pada Grafik 4.2. sebagai berikut:

Grafik 4.2.
Proyeksi emisi GRK hingga tahun 2020
Dari Grafik 4.2. memperlihatkan bahwa BAU baseline sektor Kehutanan
dan Lahan Gambut merupakan penyumbang emisi terbesar, dan semakin curam
garis BAU baseline sektoral, maka kontribusi sektor tersebut terhadap emisi GRK
semakin besar dan berbahaya terhadap perubahan iklim.

4.1.1. Penyusunan Baseline Emisi GRK Sektor Pertanian


Berdasarkan data historis sumber emisi yang dikemukakan pada Bab II
Sub Bab 2.3, maka perhitungan Business As Usual (BAU) baseline emisi dan
mitigasi sektor pertanian dapat disajikan sebagai berikut.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 3

Bab 4

A.

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Pabrik Kelapa Sawit


Dari data aktifitas historis pada Bab II, maka diasumsikan bahwa emisi

GRK dari PKS akan meningkat sekitar 2% per tahun. Pertimbangan ini didasarkan
pada rendahnya pertambahan luas perkebunan kelapa sawit pada tahun-tahun
mendatang karena keterbatasan lahan yang sesuai untuk perkebunan dan adanya
aturan Pemerintah tentang penghentian sementara (moratorium) penggunaan
lahan gambut untuk perkebunan. Sementara aksi mitigasi emisi dari PKS akan
semakin besar terutama mulai tahun 2013 yaitu sebesar 10% dan mulai tahun
2014 sampai 2020 penurunan emisi diperkirakan sebesar 12% per tahun. Hal ini
diasumsikan bahwa mulai tahun tersebut akan berfungsinya teknologi pengolahan
kompos dari TKS dan LCPKS sistem bunker dan pengendalian LCPKS
menggunakan sistem RANUT (Reaktor Anaeronbik Unggul Tetap).
Perhitungan emisi PKS yang dilakukan oleh Watatsu et al (2011)
menggunakan formula = Vol LCPKS (m3) x 0.25 x 0.94 x 0.06536 t/m3 x 0.8 x
21 (tCO2eq/tahun menghasilkan emisi LCPKS dari PKS berkapasitas olah 60 ton
TBS/jam adalah sebesar 55.737 tCO2eq/tahun. Schuchardt et al (2010)
melaporkan bahwa sebuah PKS berkapasitas olah 60 ton/jam menghasilkan
Tandan Kosong Sawit (TKS) sebesar 82.800 ton dengan total emisi GRK sebesar
20.286 tCO2eq/tahun. Dengan demikian emisi yang dihasilkan oleh sebuah PKS
berkapasitas olah 60 ton TBS/jam adalah 76.023 tCO2eq/tahun. Emisi dari 135
PKS dengan kapasitas olah 4.985 ton/jam pada tahun 2010 dari TKS dan Limbah
Cair PKS adalah 4.985/60 x 76.023 = 6.316.244 tCO2eq/tahun. Data dan Grafik
BAU Baseline emisi dan mitigasi GRK dari PKS ditampilkan pada Tabel 4.2. dan
Grafik 4.3.
Tabel 4.2.
Perhitungan BAU baseline emisi dan mitigasi GRK Pabrik Kelapa Sawit
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016

IV - 4

Emisi PKS
6.316.244
6.442.568,88
6.571.420,26
6.702.848,66
6.836.905,64
6.973.643,75
7.113.116,62

Mitigasi PKS
6.316.244
6.442.568,88
6.571.420,26
5.914.278,23
5.204.564,84
4.580.017,06
4.030.415,02

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Tahun
2017
2018
2019
2020

Emisi PKS
7.255.378,96
7.400.486,54
7.548.496,27
7.699.466,19

Bab 4

Mitigasi PKS
3.546.765,21
3.121.153,39
2.746.614,98
2.417.021,18

Sumber: Hasil olahan, 2012

Catatan :
Penurunan emisi PKS 2020 = 7.699.466,19 2.417.021,18 = 5.282.445,01 tCO2eq
Besarnya (%) pengurangan emisi = 5.282.445,01/7.699.466,191 * 100% = 68,61%

Grafik 4.3.
BAU baseline emisi dan mitigasi GRK dari Pabrik Kelapa Sawit

B.

Sawah Beririgasi
Sumber emisi GRK lainnya berasal dari pupuk, khususnya pupuk Nitrogen

berupa urea atau ZA yang banyak digunakan dalam budidaya pertanian seperti
perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao dll), tanaman pangan (padi, jagung,
kedele, kacang tanah, dan lain-lain). Tanaman kelapa sawit dan karet
membutuhkan pupuk Urea atau ZA dalam jumlah yang cukup banyak, demikian
pula dengan tanaman pangan yang juga menggunakan pupuk anorganik untuk
kelangsungan pertumbuhan dan produktifitasnya.
Berdasarkan data aktifitas historis penggunaan pupuk urea pada padi
sawah beririgasi, maka perhitungan BAU baseline emisi GRK dari padi sawah
diasumsikan meningkat sebesar 2% pada tahun 2013-2014 dan meningkat
menjadi 4% per tahun mulai 2015-2020. Sementara mitigasi GRK menurun

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 5

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

sebesar 2% pada 2013 dan sebesar 10% mulai 2014 sampai 2020. Perhitungan ini
didasarkan pada asumsi pada Renstra Dinas Pertanian Sumatera Utara, berupa
cetak sawah baru seluas 10.000 ha di Kabupaten Langkat, Simalungun dan Karo
mulai tahun 2013. Penurunan emisi sebesar 10% mulai 2014 karena diasumsikan
bahwa sebagian besar areal sawah beririgasi telah menerapkan SRI (System Rice
Intensification) yang dapat menurunkan emisi GRK.
Penghitungan emisi urea berdasarkan rumus :
Emisi CO2 = Jumlah Pupuk Urea (ton) x % kandungan N pada pupuk urea x FE N-N2O
x Pupuk Teremisi (%) x 296; atau
Emisi CO2 = Jumlah Pupuk Urea (ton) x 0,46 x 1,57 x 0,01 x 296
Tabel 4.3.
Perhitungan BAU baseline emisi dan mitigasi GRK urea sawah beririgasi
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020

Emisi Urea Sawah


377.996,65
385.556,58
393.267,71
401.133,07
409.155,73
425.521,96
442.542,84
460.244,55
478.654,33
497.800,51
517.712,53

Mitigasi Urea Sawah


377.996,65
385.556,58
393.267,71
385.402,36
346.862,12
312.175,91
280.958,32
252.862,49
227.576,24
204.818,62
184.336,75

Sumber: Hasil olahan, 2012

Berdasarkan tabel diatas, maka penurunan emisi urea sawah irigasi 2020 =
517.712,53 - 184.336,75 = 333.375,78 tCO2eq. Besarnya (%) pengurangan emisi
= (333.375,78/517.712,53) x 100% = 64,39%.

IV - 6

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Grafik 4.4.
BAU baseline dan mitigasi GRK urea pada sawah beririgasi

C.

Tanaman Karet
Tabel 4.4.
Perhitungan BAU baseline emisi dan mitigasi GRK urea pada tanaman karet
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020

Emisi Urea Karet


241.922,73
251.599,64
261.663,62
272.130,17
283.015,38
294.336
306.109,43
318.353,81
331.087,96
344.331,48
358.104,74

Mitigasi Urea Karet


241.922,73
251.599,64
261.663,62
256.430,35
251.301,74
246.275,71
241.350,20
236.523,19
231.792,73
227.156,87
222.613,74

Sumber: Hasil olahan, 2012

Berdasarkan tabel diatas, maka penurunan emisi urea karet tahun 2020 =
358.104,74 - 222.613,74 = 145.491 tCO2eq. Besarnya (%) pengurangan emisi =
(145.491/358.104,74) x 100% = 37,84 %

D.

Tanaman Pangan
Tanaman pangan di Provinsi Sumatera Utara cukup potensial sebagaimana

data luasnya dicantumkan pada Tabel 4.5.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 7

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Tabel 4.5.
Luas tanaman pangan di Sumatera Utara (2006-2010)
Tanaman Padi

2006

Total Sawah Irigasi

280.847

Luas (ha) Pertanaman Padi


2007
2008
2009
278.560

283.087

292.088

2010

294.705

Sumber : Dinas Pertanian Sum Utara (2011)

Emisi GRK dari sawah dihitung dari sawah beririgasi. Sawah beririgasi
diasumsikan memproduksi gas metana karena terjadinya proses anaerobik sebagai
akibat penggenangan air selama pertumbuhan tanaman (Tabel 4.6). Dasar
perhitungan emisi adalah hasil perkalian dari luas areal sawah (ha) dikalikan
Indeks Pertanaman (IP) dan dikalikan faktor emisi gas metana (21). IP di Provinsi
Sumatera Utara adalah 1,66 (Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2011).
Tabel 4.6.
Emisi dan Mitigasi GRK dari sawah beririgasi
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020

Emisi Sawah
227.669,57
236.776,36
246.247,41
251.172,36
256.195,80
261.319,72
266.546,12
271.877,04
277.314,58
282.860,87
288.518,09

Mitigasi Sawah
227.669,57
236.776,36
246.247,41
241.322,46
236.496,01
231.766,09
227.130,77
222.588,15
218.136,39
213.773,66
209.498,19

Sumber: Hasil olahan, 2012

Berdasarkan tabel diatas, maka penurunan emisi sawah irigasi tahun 2020
= 288.518,09 - 209.498,19 = 79.019,9 tCO2eq. Besarnya (%) pengurangan emisi
= (79.019,9/288.518,09) x 100% = 27,39 %.

E.

Urea Pada Tanaman Kelapa Sawit


Penghitungan BAU baseline emisi dan mitigasi GRK dari pupuk urea

yang digunakan pada tanaman kelapa sawit didasarkan pada asumsi meningkat
sebesar 2% pada tahun 2013 dan meningkat sebesar 4% pada tahun 2014-2020.
Aksi mitigasi berupa penurunan emisi sebesar 2% pada tahun 2013 dan meningkat
IV - 8

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

menjadi 4% pada 2014 dan meningkat lagi menjadi 5% pada tahun 2014 dan
meningkat lagi menjadi 7% pada tahun 2015-2020. Asumsi peningkatan emisi
karena adanya pertambahan luas perkebunan meski dalam jumlah kecil namun
menggunakan pupuk lebih intensif. Karena minimnya perluasan areal, maka usaha
perkebunan akan mengarah pada metode intensifikasi SDA. Mitigasi yang cukup
besar didasari pada penggunaan kompos TKS dari sistem bunker pada areal
kelapa sawit sehingga penggunaan pupuk anorganik menjadi sangat minim.
Pengalaman Kebun Bagerpang PT PP London Sumatera menunjukkan bahwa
dengan menggunakan kompos TKS sebanyak 20 ton/ha dapat menghentikan
penggunaan pupuk anorganik (kimia) dan produksi TBS yang meningkat cukup
drastis (hingga 8 ton/ha) menjadi 32 ton/ha.

Tabel 4.7.
BAU baseline emisi dan mitigasi GRK penggunaan pupuk urea pada kelapa sawit
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020

Emisi Urea Sawit


593.496,49
617.236,35
641.925,80
667.602,83
694.306,95
722.079,23
750.962,39
781.000,89
812.240,93
844.730,56
878.519,79

Mitigasi Urea Sawit


593.496,49
617.236,35
641.925,80
629.087,29
597.632,92
555.798,62
516.892,71
480.710,22
447.060,51
415.766,27
386.662,63

Sumber: Hasil olahan, 2012

Berdasarkan tabel diatas, maka penurunan emisi urea sawit tahun 2020 =
878.519,79 - 386.662,63 = 491.857,16 tCO2eq. Besarnya (%) pengurangan emisi
= (491.857,16 / 878.519,79) x 100% = 55,99 %.

F.

Peternakan
Perhitungan BAU baseline Emisi GRK dari ternak didasarkan pada asumsi

peningkatan jumlah ternak yang akan dikembangkan oleh beberapa BUMN


seperti PTP Nusantara II, III dan IV. Data yang diperoleh dari PTP Nusantara III

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 9

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

menyatakan bahwa BUMN tersebut akan mengembangkan ternak sapi potong


mulai tahun 2013 sebanyak 15.000 ekor. Namun data dari PTP Nusantara II dan
IV belum dapat dikonfirmasi. Dengan mengacu pada rencana tersebut yang
tentunya diikuti oleh minat masyarakat memelihara ternak baik sebagai sumber
daging maupun sebagai hasil samping perekonomian, maka diasumsikan
pertambahan emisi sebesar 2% pertahun mulai 2013-2020. Mitigasi dari 2013
diasumsikan sebesar 1% hingga 2020 karena sebagain besar kotoran hewan akan
diolah menjadi kompos dan biogas.Kompos yang dihasilkan akan digunakan pada
pertanian tanaman pangan (padi sawah). Perkiraan emisi dan mitigasi GRK dari
ternak dicantumkan pada Tabel 4.8. Grafik emisi dan mitigasi GRK dari ternak
dicantumkan pada Grafik 4.8.

Tabel 4.8.
Perhitungan BAU baseline emisi dan mitigasi GRK ternak
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020

Emisi Ternak
Mitigasi Ternak
1.565.259,08
1.565.259,08
1.627.869,44
1.627.869,44
1.692.984,22
1.692.984,22
1.726.843,91
1.691.291,24
1.761.380,78
1.689.599.95
1.796.608,4
1.687.910,35
1.832.540,57
1.686.222,44
1.869.191,38
1.684.536,21
1.906.575,21
1.682.851,68
1.944.706,71
1.681.168,83
1.983.600,85
1.679.487,66

Sumber: Hasil olahan, 2012

Berdasarkan tabel diatas, maka penurunan emisi ternak tahun 2020 =


1.983.600,85 - 1.679.487,66 = 304.113,19 tCO2eq. Besarnya (%) pengurangan
emisi = (304.113,19/1.983.600,85) x 100% = 15,33 %.

IV - 10

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Grafik 4.5.
Emisi dan mitigasi GRK dari ternak 2006-2010

Tabel 4.9.
Total emisi GRK sektor pertanian tahun 2010 dan 2020
Sumber Emisi
Pertanian
Urea Sawit
1
Urea Karet
2
Urea Sawah
3
PKS
4
Ternak
5
Sawah Irigasi
6
Total
Sumber: Hasil olahan, 2012
No.

2010
(tCO2eq)
593.496,49
241.922,73
377.996,65
6.316.244
1.565.259,08
227.669,57
9.324.598,52

2020
(tCO2eq)
878.519,79
358.104,74
517.712,53
7.699.466,19
1.983.600,85
288.518,09
11.727.942,19

Grafik 4.6.
Perbandingan emisi GRK sektor pertanian tahun 2010 dan 2020

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 11

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Tabel 4.10.
Nilai emisi dan mitigasi GRK tahun 2020
Sumber Emisi
Emisi 2020
Pertanian 2020
7.699.466,19
PKS
878.519,79
Urea Sawit
358.104,74
Urea Karet
517.712,53
Urea Sawah
288.518,09
Sawah Irigasi
1.983.600,85
Ternak
Rerata penurunan emisi

Mitigasi 2020
2.417.021,18
386.662,63
222.613,74
184.336,75
209.498,19
1.679.487,66

Pengurangan
Emisi
5.282.445,01
491.857,15
135.491,00
333.375,77
79.019,9
304.113,19

%
Penurunan
68,61
55,99
37,84
64,40
27,39
15,33
44.92

Sumber: Hasil olahan, 2012

4.1.2. Penyusunan Baseline Emisi GRK Sektor Kehutanan dan Lahan


Gambut
Berdasarkan data perubahan lahan tahun 2006 dan 2011 (Baplan,
kemenhut), data cadangan karbon pada masing-masing sistem penggunaan lahan
di Provinsi Sumatera Utara diperoleh nilai emisi berdasarkan data historical
baseline tersebut dengan bantuan software Redd Abacus versi 1.1.3 beta9 (World
Agroforestry Center, 2012). Secara kumulatif, net emisi sektor Kehutanan dan
Lahan Gambut di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 berjumlah 139,13 juta
tCO2eq/tahun.

A.

Membangun Baseline Business as Usual (BAU) dari Sub Sektor


Kehutanan
Penyusunan BAU Provinsi Sumatera Utara sub sektor Kehutanan dengan

memakai penggunaan dan perubahan lahan di masa depan dengan data masa
lalu/historis dan menggunakan informasi pola ruang. Grafik 4.11. menunjukkan
bahwa penghitungan emisi Reference Level (RL) berdasarkan data historis. Secara
kumulatif, net emisi sub sektor Kehutanan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun
2010 berjumlah 79,79 juta tCO2eq/tahun.

IV - 12

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Grafik 4.7.
Penghitungan emisi baseline kehutanan berdasarkan data historis tanpa adanya
intervensi kebijakan/teknologi mitigasi perubahan iklim

B.

Membangun Baseline Business as Usual (BAU) dari Sub Sektor


Lahan Gambut
Penyusunan BAU Provinsi Sumatera Utara sub sektor Lahan Gambut

dengan memakai penggunaan dan perubahan lahan di masa depan dengan data
masa lalu/historis dan menggunakan informasi pola ruang yang bersumber dari
peta Draft RTRW Provinsi Sumatera Utara 2012. Grafik 4.12 menunjukkan
bahwa penghitungan emisi Reference Level (RL) berdasarkan data historis. Secara
kumulatif, net emisi sub sektor Lahan Gambut di Provinsi Sumatera Utara pada
tahun 2010 berjumlah 59,33 juta tCO2eq/tahun.

Grafik 4.8.
Penghitungan emisi baseline lahan Gambut berdasarkan data historis
tanpa adanya intervensi kebijakan/teknologi mitigasi perubahan iklim

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 13

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

4.1.3. Penyusunan Baseline Emisi GRK Sektor Energi


Perhitungan baseline emisi GRK sektor energi dilakukan pada sumbersumber emisi yang berasal dari aktifitas di rumah tangga, pembangkit sendiri
(captive power) di industri dan pembangkit listrik PLN seperti yang telah
dijelaskan pada Subbab 2.3.1.4 sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi
perhitungan baseline antara lain adalah faktor-faktor makroekonomi dan rencana
kebijakan yang terkait dengan sektor energi yang telah ada di tingkat provinsi.
Sumber data yang digunakan dalam melakukan perhitungan baseline
diambil dari berbagai SKPD dan badan yang terdapat di lingkungan Provinsi
Sumatera Utara, seperti:
a.

BPS Provinsi Sumatera Utara

b.

PLN Wilayah II dan PLN Pembangkitan Sumbagut

c.

BLH Provinsi Sumatera Utara

d.

dan lain-lain
Setelah data yang terkait dengan penyusunan baseline emisi di sektor

energi terkumpul, selanjutnya data tersebut diolah dengan menggunakan alat


bantu LEAP (The Long-range Energy Alternative Planning System).
Laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan PDRB Provinsi
Sumatera Utara merupakan faktor makroekonomi yang digunakan dalam
menghitung baseline emisi. Besar masing-masing faktor tersebut secara berurutan
adalah 1,22% dan 6,3% (SUDA 2011). Sedangkan pertumbuhan kebutuhan energi
listrik pada semua kategori pelanggan diperkirakan berkisar 7% - 10% per tahun.
Tahun dasar dalam perhitungan baseline adalah 2010 dengan proyeksi sampai
tahun 2020. Metode perhitungan emisi mengacu pada metode IPCC 2006 tier 1,
yang telah tersedia dalam perangkat lunak LEAP.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan LEAP, total
permintaan energi pada sektor industri dan perumahan pada tahun 2010 adalah
54,44 ribu Terajoule. Jumlah keseluruhan emisi gas-gas penyumbang efek gas
rumah kaca dari sektor energi sebesar 8,383 juta tCO2eq dan akan meningkat
menjadi 21,175 juta tCO2eq. Perhitungan emisi dilakukan pada lokasi dimana
emisi dikeluarkan oleh emiter.

IV - 14

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Grafik 4.9.
Perhitungan emisi baseline (BAU) sektor energi

Kontribusi dari bahan bakar minyak (oil product) sebagai penyumbang


emisi pada tahun 2010 sebesar 70,34%, yang menunjukkan bahwa penggunaan
energi yang berasal dari bahan bakar minyak masih sangat dominan. Penyumbang
efek gas rumah kaca yang terbesar adalah gas CO2 non biogenic yang porsinya
mencapai 99,68% atau sekitar 8,383 juta tCO2eq.
Aktifitas pada sektor pembangkitan listrik (PLN dan IPP) dan pembangkit
listrik sendiri (captive power) di industri masing-masing memiliki kontribusi
dengan porsi 74,15% dan 25,56%.

4.1.4. Penyusunan Baseline Emisi GRK Sektor Transportasi


Berdasarkan hasil perhitungan emisi gas-gas GRK dengan base tahun
perhitungan adalah tahun 2010 yang telah ditampilkan pada bagian sub bab 2.3.4,
maka akan dilakukan perhitungan BAU (Business as Usual) dengan
menggunakan perangkat lunak LEAP. Pada perhitungan data-data yang digunakan
antara lain: PDRB Sumatera Utara adalah Rp. 118,460 triliun dengan jumah
penduduk 12.982.204 orang. Pertumbuhan PDRB diasumsikan sebesar 6,35
persen/tahun dan pertumbuhan penduduk sebesar 1,22 persen/tahun. Asumsi lain
yang digunakan antara lain, nilai Elastisitas kenderaan penumpang dengan PDRB

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 15

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

perkapita adalah 1,8, sementara sepeda motor dengan PDRB perkapita sebesar
2,5, Bus dengan PDRB perkapita sebesar 1,35 dan Truk dengan PDRB perkapita
sebesar 1,28. Dan elastisitas kereta api, transportasi air, dan transportasi udara
masing-masing dengan PDRB per kapita diasumsikan sama dengan 1.
Dengan menggunakan semua asumsi ini dan data hasil penjualan bahan
bakar pada sektor transportasi, maka BAU sektor transportasi darat untuk Provinsi
Sumatera Utara telah dibangun dengan menggunakan perangkat lunak LEAP dan
hasilnya ditampilkan pada Tabel 4.11.
Proyeksi (BAU) hasil perhitungan ini, dalam bentuk grafik ditampilkan
pada Grafik 4.10. Beberapa fakta berikut dapat dilihat dari grafik ini. Penyumbang
emisi GRK yang terbesar adalah dari Sepeda motor, yaitu sekitar 39,18% dari
total emisi pada tahun 2010. Kemudian diikuti Kenderaan penumpang, Bus, dan
Truk, dengan persentase masing-masing sebesar 22,82%, 20,82%, dan 17,18%.
Intensitas energi rata-rata Sepeda motor adalah yang paling kecil dari
semua kenderaan bermotor ini, yaitu hanya 0,25 kiloliter per tahun, tetapi karena
jumlahnya sangat besar yaitu mencapai 86% dari total kenderaan bermotor, maka
secara total emisi dari Sepeda motor menjadi yang terbesar. Kemudian yang
kedua terbesar adalah kenderaan penumpang yang besarnya 22,82%. Intensitas
energi rata-rata kenderaan penumpang berbahan bakar bensin adalah 1,47 kiloliter
per tahun dan kenderaan berbahan bakar solar 2,16 kiloliter per tahun. Tetapi
jumlah kenderaan penumpang juga sangat besar, yaitu mencapai 8% dari seluruh
kenderaan bermotor. Kemudian emisi paling rendah ditunjukkan oleh Bus dan
Truk. Sebagai catatan jika dibandingkan emisi perkapita dan Bus dengan emisi
perkapita kenderaan penumpang akan sangat jauh lebih kecil. Hal ini karena Bus
akan mengangkut lebih banyak orang dibanding kenderaan penumpang.
Kemudian kenderaan pengangkut barang yaitu Truk akan mempunyai hubungan
langsung dengan proses produksi industri. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa
aksi mitigasi yang harus dipertimbangkan jadi prioritas adalah dari sepeda motor
dan kenderaan penumpang.

IV - 16

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Tabel 4.11.
Proyeksi emisi subsektor transportasi darat 2010 - 2020
Tahun

Kendaraan
Penumpang

2010
1209
2011
1290,1
2012
1377,2
2013
1470,6
2014
1570,9
2015
1678,7
2016
1794,5
2017
1919
2018
2052,8
2019
2196,7
2020
2351,6
Sumber: Hasil olahan, 2012.

Bus

Truk

Sepeda Motor

Emisi GRK (tCO2eq)


1103,1
910,8
1158,1
953,8
1216,3
999,1
1277,6
1046,9
1342,5
1097,2
1411
1150,2
1483,3
1206
1559,9
1265
1640,8
1327,1
1726,3
1392,6
1816,8
1461,7

2076,4
2272,3
2488
2725,4
2987,1
3275,4
3593,4
3944,2
4331,3
4758,8
5231,1

Total Emisi
5299,2
5674,4
6080,5
6520,5
6997,6
7515,2
8077,3
8687,9
9351,9
10074,5
10861,3

Emisi GRK dari subsektor transportasi darat pada tahun 2010 Garis BAU
yang ditunjukkan pada Grafik 4.10. merupakan gambaran prediksi emisi GRK
jika tidak dilakukan intervensi oleh pemerintah (Business as Usual atau BAU).
Dari gambar dapat dilihat bahwa emisi subsektor transportasi darat Provinsi
Sumatera Utara akan bertambah dari 5,29 juta tCO2eq pada tahun 2010 menjadi
10.861 juta tCO2eq pada 2020. Peningkatan terbesar terjadi pada sepeda motor
sebesar 152% jika dibanding emisi tahun 2010, diikuti dengan kenderaan
penumpang 94,5%, dan kemudian bus dan truk masing-masing 64,70% dan
60,48%. Secara total peningkatan emisi subsektor transportasi darat Provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2020 meningkat 105%. Peningkatan ini lebih besar
dari proyeksi BAU nasional yaitu sebesar 68% (ICCSR, 2005). Hal ini masih
dalam batas yang dapat diterima karena di Sumatera Utara sektor transportasi
darat termasuk yang terbesar di luar Pulau Jawa dan diperkirakan masih akan
tumbuh. Grafik 4.10. ini akan digunakan sebagai acuan untuk menghitung target
penurunan emisi dan menyusun aksi mitigasi.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 17

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Grafik 4.10.
BAU emisi GRK sektor transportasi darat Provinsi Sumatera Utara

4.1.5. Penyusunan Baseline Emisi GRK Sektor Industri


Pada Bab II telah dijabarkan sumber emisi sektor industri Provinsi
Sumatera Utara pada tahun dasar 2010. Pada sub bab ini akan dilakukan
perhitungan proyeksi emisi mulai tahun 2010 sampai dengan 2020 tanpa adanya
intervensi (BAU). Data pada tabel emisi menunjukkan bahwa yang lebih dominan
adalah emisi dari subsektor bahan bakar penggerak Industri dan subsektor
Komersial. Maka penyusunan BAU akan dilakukan pada kedua sub-sektor ini.
Data historis konsumsi bahan bakar mulai tahun 2001 sampai dengan tahun 2010
akan dijadikan acuan untuk memproyeksikan konsumsi bahan bakar periode 2010
sampai dengan 2020. Misalnya untuk jenis bahan bakar solar. Grafik konsumsi
bahan bakar solar periode 2001 s/d 2010 dan nilai bahan baku industri
ditampilkan pada Grafik 4.11. Sebagai perbandingan konsumsi minyak solar
untuk sektor transportasi dan sektor komersial juga ditampilkan pada grafik
tersebut. Fakta yang dapat dilihat dari grafik tersebut adalah untuk sektor
komersial terjadi peningkatan konsumsi bahan bakar solar sepanjang periode
tersebut. Demikian juga untuk sektor transportasi. Tetapi untuk solar konsumsi
industri, peningkatan hanya terjadi dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2007.
Sejak tahun 2007 sampai dengan 2009 terjadi penurunan yang cukup signifikan.
Pola yang sama juga ditunjukkan oleh nilai bahan baku sektor industri. Hal ini

IV - 18

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

diyakini akibat adanya krisis global yang ikut mempengaruhi pertumbuhan


industri Indonesia. Pada perhitungan BAU sektor Industri pertumbuhan negatif ini
tidak akan digunakan dan sebagai gantinya pertumbuhannya dianggap sama
dengan tahun sebelumnya.

Grafik 4.11.
Karakteristik sektor Industri dan Komersial periode 2001-2010
Tabel 4.12
Proyeksi emisi-GRK sektor Industri dan subsektor Komersial
Sektor Industri
(ribu tCO2eq)
2010
6113,85
2011
6667,94
2012
7657,35
2013
9078,41
2014
9140,18
2015
9987,26
2016
10317,82
2017
10625,36
2018
11029,11
2019
11737,35
2020
12396,87
Sumber: Hasil olahan, 2012.
Tahun

Sektor Komersial
(ribu tCO2eq)
1546,05
1837,36
1954,34
1991,70
2166,79
2533,56
2562,66
2984,44
3277,47
3561,13
3869,34

Analisis untuk bahan bakar yang lain juga telah dilakukan. Pertumbuhan
konsumsi minyak solar akan digunakan untuk melakukan proyeksi emisi GRK
pada sektor komersial. Sementara pertumbuhan konsumsi listrik akan digunakan
untuk sektor industri. Dengan menggunakan kedua asumsi ini, maka proyeksi
konsumsi bahan bakar pada masing-masing sektor dihitung. Kemudian IPCC

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 19

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

2006 digunakan untuk menghitung emisi-GRK. Hasilnya ditampilkan pada Tabel


4.12. Dengan lebih detail BAU untuk sektor industri dan subsektor komersial
masing-masing ditampilkan pada Grafik 4.12 dan Grafik 4.13.
14000

ribu tCO2equivalent

12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

Tahun
Premium

Minyak Tanah

Minyak Solar

Minyak Bakar

Gas Alam

LPG

Batubara

Grafik 4.12.
BAU emisi GRK sektor Industri Provinsi Sumatera Utara
4500

ribu ton CO2 equivalen

4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

Tahun
Minyak Tanah

Minyak Solar

Gas Alam

Grafik 4.13.
BAU emisi GRK sektor Komersial Provinsi Sumatera Utara

Pada tabel dapat dilihat bahwa pada tahun 2020 emisi GRK sektor Industri
akan menjadi sebesar 12,396 juta tCO2eq. Sementara emisi dari sektor Komersial
adalah sebesar 3,869 juta tCO2eq. Dengan menyesuaikan target pemerintah seperti
tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang RAN GRK, maka
target 26% dan 41% dari kedua sektor ini masing-masing setara dengan 4,23 juta

IV - 20

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

tCO2eq dan 6,67 juta tCO2eq. Artinya, pada tahun 2020 emisi kedua dari kedua
sektor ini harus diturunkan 4,23 juta tCO2eq dengan usaha sendiri dan 6,67 juta
tCO2eq dengan bantuan asing. Target ini cukup berat oleh karena itu harus dapat
dirumuskan aksi mitigasi yang dapat memenuhi target penurunan ini.

4.1.6. Penyusunan Baseline Emisi GRK Sektor Pengelolaan Limbah


Pada bagian ini akan dijelaskan penyusunan BAU baseline emisi GRK
sektor pengelolaan limbah. BAU baseline diproyeksikan sesuai dengan
pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Referensi laju pertumbuhan
penduduk adalah menggunakan data survei penduduk yang dilakukan BPS selama
20 tahun yaitu tahun 1990 - 2010. Selanjutnya angka laju pertumbuhan penduduk
yang didapat diasumsikan tetap berlaku untuk pertumbuhan penduduk dari tahun
2010 sampai 2020 dapat dilihat pada tabel 4.13 Pada kabupaten yang mengalami
pemekaran seperti Kabupaten Serdang Bedagai perhitungan pertumbuhan
penduduk dilakukan berdasarkan acuan pertumbuhan penduduk dari tahun 20052009, Kabupaten Batubara berdasarkan pertumbuhan tahun 2010, sementara
Kabupaten Padang Lawas dan Padang Lawas Utara pertumbuhan penduduk
merujuk kepada pertumbuhan 20 tahun terakhir kabupaten induk. Pada Kabupaten
Labuhanbatu Selatan pertumbuhan mengacu pada pertumbuhan tahun 2007-2009
dan Labuhanbatu Utara mengacu pada pertumbuhan tahun 2007-2010.

4.1.6.1. Sub-Sektor Sampah Domestik


Menurut Damanhuri (2008) yang diperkuat juga dengan penelitian yang
dilaksanakan di Bandung Raya dan beberapa tempat di Indonesia (Modul
Pelatihan Inventarisasi Emisi GRK, 2012) dinyatakan bahwa sekitar 50% dari
total sampah yang dihasilkan penduduk dibawa ke TPA. Berdasarkan data Dinas
Kebersihan Kab/Kota di Provinsi Sumatera Utara, dan Rencana Program dan
Investasi

Jangka

Menengah

(RPIJM)

bidang

Cipta

Karya

2011-2015

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, sampah yang diangkut ke TPA secara umum


bervariasi 10 60 %, kecuali untuk Kota Medan sebesar 70 %, fraksi sampah
yang dibakar sebesar 10%, fraksi sampah yang dikomposkan sebesar 2%, fraksi

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 21

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

sampah yang didaur ulang diasumsikan sebesar 2%, dan sisanya adalah sampah
yang dibuang dimana saja.
Untuk pengukuran estimasi baseline emisi GRK yang diukur untuk sektor
sampah domestik yang bersumber hanya dari aktifitas penimbunan sampah di
TPA, pengolahan limbah padat secara biologi dan aktifitas pembakaran langsung
oleh masyarakat (open burning), dengan asumsi aktifitas semua sampah yang
ditimbun di TPA seluruh Kab/Kota dengan metode open dumping. Saat ini sedang
berlangsung pembangunan TPA Aek Nabobar (Tapanuli Tengah) yang akan
menggunakan metode an-aerob. Dengan diluncurkannya Peraturan Presiden No.
62 Tahun 2011 telah ditetapkan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan,
Binjai, Deli Serdang dan Karo (Mebidangro), maka sampah yang berasal dari
Medan dan Deli Serdang akan dikelola di wilayah Deli Serdang dan Binjai,
sementara sampah Karo akan dikelola di Karo. Metode pengelolaan TPA yang
akan dipakai adalah semi aerob. Selain kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang dan
Karo, telah ditetapkan juga lima kawasan pengelolaan sampah terpadu lainnya
seperti yang dipaparkan di bab sebelumnya.
Dalam melakukan penilaian BAU baseline, data yang akan dipakai yaitu:
1. Data TPA yaitu luas TPA, kedalaman timbunan dan ketinggian air tanah serta
sistem

pengoperasian yaitu open dumping, sanitary landfill dan controlled

landfill. Data tersebut diperoleh dari survei Japan International Cooperation


Agency (JICA) SP3 dan Dinas Penataan Ruang dan Permukiman (Tarukim).
2. Timbulan dan komposisi sampah domestik dalam liter/orang/hari dan
kg/orang/hari. Data ini bisa memakai data BPS.
3. Komposisi dan dry matter content sampah, bisa memakai data dari BPS,
namun pada lokasi survei JICA SP3, maka data hasil survei tersebut yang
dipakai.
4. Cakupan (% layanan) persampahan Kota/Kabupaten. Data diperoleh dari
survei JICA SP3 dan Dinas Tarukim.
5. Kondisi saat ini dari sistem persampahan, termasuk jumlah sampah yang
diangkut ke TPA. Data ini bisa diperoleh dari Dinas Tarukim Provsu.
6. Peraturan daerah dan kelembagaan yang berhubungan dengan pengelolaan
sampah domestik.

IV - 22

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

7. RPJMD dan perencanaan Tata Ruang berkaitan dengan pengelolaan sampah


domestik.
8. Persentase (%) open burning sampah oleh masyarakat dimana data tersebut
bisa dieroleh dari Dinas Tarukim Provsu.
9. Daur ulang/ 3R sampah on-site, skala kawasan, skala kota (komposting, daur
ulang, biogas) dimana data ini bisa diperoleh dari Dinas Tarukim dan BLH
Provinsi Sumatera Utara.
Perhitungan emisi dari TPA menggunakan IPCC First Order Decay (FOD)
model (IPCC, 2006) dimana parameter yang dipakai antara lain adalah:
a. Jumlah penduduk;
b. Timbulan sampah;
c. Komposisi dan dry matter content sampah; dan
d. Tipe zona timbunan sampah.
Jumlah penduduk sebagai mana yang telah dipaparkan lebih dahulu
diproyeksikan atas dasar asumsi laju pertumbuhan penduduk dari tahun
1990 2010.

Selanjutnya data timbulan sampah memakai

estimasi 0,4

kg/jiwa/hari untuk kota kecil; 0,5 kg/jiwa/hari untuk kota menengah dan 0,6
kg/jiwa/hari untuk kota besar/metropolitan dan laju peningkatan timbulan sampah
sebesar 1%/tahun.
Estimasi jumlah sampah baseline sampai tahun 2020, dapat dilihat pada
Tabel 4.14. Volume sampah diperkirakan meningkat yaitu pada tahun 2010
sebesar 2.162 Gg dan pada tahun 2020 mencapai 2.728 Gg. Kota Medan sebagai
ibukota Provinsi Sumatera Utara menghasilkan sampah terbesar yaitu pada tahun
2010 sebesar 459,38 Gg dan pada tahun 2020 sebesar 559,69 Gg.
Komponen dan dry matter content untuk Sumatera Utara diperoleh
melalui hasil survei yang dilakukan dari kegiatan JICA SP3 pada tahun 2011 di
Medan dan Stabat. Dari survei diperoleh bahwa komponen sisa makanan
mendominasi yaitu di lokasi Namo Bintang diperoleh sebesar 62,90% (% berat
basah) serta di Stabat sebesar 51,37% dengan dry matter content sebesar 20,62%
di Namo Bintang dan 20,46 di Stabat. Data komponen sampah serta dry mateer
content hasil survei SP3 dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 23

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Rekapitulasi total volume sampah, berasal dari akumulasi jumlah sampah


kategori Un-Managed Deep/ke TPA dan Un-categorized/terhampar sembarangan
dimana dari porsi un-catagorized terdapat sampah yang dibakar, dikomposkan
dan sampah 3R. Jumlah sampah terangkut ke TPA pada tahun 2010 sebesar
791,77 Gg, dan yang ditimbun di sembarang tempat sebesar 1.026,63 Gg. Jumlah
sampah terangkut ke TPA hingga akhir 2020 diperkirakan mencapai 993,62 Gg
dan yang ditimbun sembarangan 1.300,09 Gg. Lebih banyak sampah yang
terhampar sembarangan karena tidak seluruh produksi sampah dapat diangkut ke
TPA.
Tabel 4.15.
Komponen dan dry matter content sampah domestik Sumatera Utara, 2011
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Komponen Sampah
Sisa Makanan
Kertas, Karton dan Nappies
Kayu dan Sampah Taman
Kain dan Produk Tekstil
Lain-lain Organik
Karet dan Kulit
Plastik
Logam
Gelas
Lain-lain anorganik

Komposisi Sampah
(% berat basah)
62,90
13,22
4,75
3,26
0,54
13,75
0,34
0,95
0,29

Dry Matter Content


(%)
20,62
44,5
45,33
41,73
91,05
48,93
97,57
98,36
87,51

Sumber: Survei SP3 JICA Sumatera Utara

IV - 24

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Tabel 4.13.
Prediksi jumlah penduduk Sumatera Utara tahun 2010 dan proyeksinya sampai dengan 2020
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Kota /Kabupaten
Kab. Nias
Kab. Mandailing Natal
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Toba Samosir
Kab. Labuhan Batu
Kab. Asahan
Kab. Simalungun
Kab. Dairi
Kab. Karo
Kab. Deli Serdang
Kab. Langkat
Kab. Nias Selatan
Kab. Humbang Hasundutan
Kab. Pakpak Barat
Kab. Samosir
Kab. Serdang Berdagai
Kab. Batu Bara
Kab. Padang Lawas Utara
Kab. Padang Lawas
Kab. Labuhanbatu Selatan
Kab. Labuhanbatu Utara
Kab. Nias Utara
Kab. Nias Barat
Kota Sibolga
Kota Tanjung Balai
Kota Pematang Siantar
Kota Tebing Tinggi
Kota Medan
Kota Binjai
Kota Padang Sidempuan
Kota Gunung Sitoli
Penduduk Total

Pertumbuhan
Penduduk %)
1,29%
1,40%
1,73%
1,92%
0,53%
0,07%
1,71%
0,85%
0,09%
0,59%
1,58%
2,05%
0,90%
1,29%
1,79%
2,60%
0,07%
2,33%
1,24%
1,73%
1,73%
2,12%
2,12%
2,20%
2,20%
0,84%
1,84%
0,36%
1,12%
0,99%
1,56%
0,80%
1,56%

Tahun
2010
131.377
404.945
263.815
311.232
279.257
173.129
415.110
668.272
817.720
270.053
350.960
1.790.431
967.535
289.708
171.650
40.505
119.653
594.383
375.885
223.531
225.259
277.673
330.701
127.244
81.807
84.481
154.445
234.698
145.248
2.097.610
246.154
191.531
126.202
12.982.204

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

133.072
410.614
268.379
317.192
280.737
173.242
422.208
673.919
818.415
271.633
356.505
1.827.135
976.243
293.445
174.726
41.560
119.731
608.229
380.539
227.398
229.156
283.555
337.706
130.043
83.607
85.186
157.279
235.531
146.868
2.118.271
249.982
193.063
128.164
13.153.334

134.788
416.363
273.022
323.266
282.225
173.354
429.428
679.614
819.111
273.222
362.138
1.864.591
985.029
297.231
177.857
42.642
119.809
622.398
385.250
231.332
233.120
289.562
344.860
132.904
85.446
85.898
160.165
236.367
148.505
2.139.136
253.869
194.608
130.157
13.327.268

136.527
422.192
277.745
329.457
283.721
173.467
436.771
685.356
819.807
274.820
367.860
1.902.815
993.894
301.065
181.044
43.752
119.886
636.897
390.020
235.334
237.153
295.696
352.165
135.828
87.326
86.615
163.104
237.206
150.161
2.160.207
257.817
196.165
132.181
13.504.056

138.288
428.103
282.550
335.766
285.224
173.580
444.240
691.148
820.504
276.428
373.672
1.941.823
1.002.839
304.949
184.288
44.892
119.964
651.734
394.848
239.405
241.256
301.959
359.625
138.816
89.247
87.338
166.097
238.049
151.835
2.181.485
261.826
197.734
134.237
13.683.750

140.072
434.096
287.438
342.196
286.736
173.692
451.837
696.988
821.201
278.045
379.576
1.981.630
1.011.865
308.883
187.590
46.061
120.042
666.916
399.737
243.547
245.430
308.356
367.243
141.870
91.211
88.067
169.145
238.894
153.528
2.202.973
265.897
199.316
136.324
13.866.403

141.879
440.173
292.411
348.749
288.256
173.805
459.563
702.877
821.899
279.672
385.573
2.022.254
1.020.972
312.867
190.952
47.260
120.120
682.452
404.686
247.760
249.676
314.888
375.023
144.992
93.217
88.803
172.249
239.742
155.240
2.224.672
270.032
200.910
138.444
14.052.068

143.709
446.336
297.470
355.427
289.784
173.918
467.422
708.817
822.598
281.308
391.665
2.063.710
1.030.160
316.903
194.373
48.491
120.198
698.350
409.696
252.047
253.995
321.558
382.967
148.181
95.268
89.544
175.410
240.593
156.971
2.246.585
274.231
202.518
140.597
14.240.800

145.563
452.585
302.616
362.234
291.319
174.031
475.415
714.806
823.297
282.953
397.854
2.106.016
1.039.432
320.991
197.856
49.754
120.277
714.619
414.768
256.407
258.389
328.370
391.080
151.441
97.364
90.292
178.628
241.447
158.721
2.268.714
278.495
204.138
142.783
14.432.654

147.441
458.921
307.851
369.171
292.863
174.144
483.544
720.846
823.997
284.609
404.140
2.149.189
1.048.787
325.132
201.402
51.049
120.355
731.266
419.904
260.843
262.859
335.326
399.364
154.773
99.506
91.046
181.906
242.304
160.491
2.291.061
282.826
205.771
145.003
14.627.688

149.343
465.346
313.177
376.240
294.416
174.258
491.813
726.937
824.697
286.274
410.525
2.193.248
1.058.226
329.326
205.011
52.379
120.433
748.301
425.102
265.356
267.407
342.429
407.824
158.178
101.695
91.806
185.244
243.164
162.280
2.313.628
287.224
207.417
147.258
14.825.960

Sumber: Hasil olahan, 2012.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 25

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Tabel 4.14.
Estimasi dan proyeksi volume sampah Sumatera Utara per tahun dari 2010 sampai dengan 2020
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Kota /Kabupaten
Kab. Nias
Kab. Mandailing Natal
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Toba Samosir
Kab. Labuhan Batu
Kab. Asahan
Kab. Simalungun
Kab. Dairi
Kab. Karo
Kab. Deli Serdang
Kab. Langkat
Kab. Nias Selatan
Kab. Humbang Hasundutan
Kab. Pakpak Barat
Kab. Samosir
Kab. Serdang Berdagai
Kab. Batu Bara
Kab. Padang Lawas Utara
Kab. Padang Lawas
Kab. Labuhanbatu Selatan
Kab. Labuhanbatu Utara
Kab. Nias Utara
Kab. Nias Barat
Kota Sibolga
Kota Tanjung Balai
Kota Pematang Siantar
Kota Tebing Tinggi
Kota Medan
Kota Binjai
Kota Padang Sidempuan
Kota Gunung Sitoli

Sampah Total

Timbulan Sampah
(kg/jiwa/hari)
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,50
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,50
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,50
0,40
0,50
0,50
0,60
0,50
0,40
0,40

2010

2011

19,18
59,12
38,52
45,44
40,77
25,28
60,61
97,57
119,39
39,43
51,24
326,75
141,26
42,30
25,06
5,91
17,47
108,47
54,88
32,64
32,89
40,54
48,28
18,58
11,94
15,42
22,55
42,83
26,51
459,38
44,92
27,96
18,43

19,62
60,55
39,58
46,77
41,40
25,55
62,26
99,38
120,68
40,05
52,57
336,79
143,96
43,27
25,77
6,13
17,66
112,11
56,11
33,53
33,79
41,81
49,80
19,18
12,33
15,70
23,19
43,41
27,07
468,54
46,08
28,47
18,90

2.162

2.212

2012

Tahun
2015

2013

2014

2016

2017

2018

2019

2020

20,07
62,01
40,66
48,15
42,03
25,82
63,96
101,22
121,99
40,69
53,93
347,13
146,70
44,27
26,49
6,35
17,84
115,87
57,38
34,45
34,72
43,13
51,36
19,79
12,73
15,99
23,85
44,00
27,65
477,89
47,26
28,98
19,38

20,54
63,51
41,78
49,56
42,68
26,09
65,70
103,09
123,32
41,34
55,33
357,79
149,51
45,29
27,23
6,58
18,03
119,76
58,67
35,40
35,67
44,48
52,97
20,43
13,14
16,29
24,53
44,60
28,23
487,42
48,48
29,51
19,88

21,01
65,04
42,93
51,01
43,33
26,37
67,49
105,00
124,66
42,00
56,77
368,77
152,36
46,33
28,00
6,82
18,23
123,77
59,99
36,37
36,65
45,88
54,64
21,09
13,56
16,59
25,23
45,21
28,84
497,14
49,72
30,04
20,39

21,49
66,61
44,11
52,51
44,00
26,65
69,33
106,95
126,01
42,67
58,24
380,10
155,27
47,40
28,79
7,07
18,42
127,92
61,34
37,37
37,66
47,32
56,35
21,77
14,00
16,89
25,95
45,82
29,45
507,06
51,00
30,58
20,92

21,99
68,22
45,32
54,05
44,67
26,94
71,22
108,93
127,38
43,34
59,76
391,77
158,23
48,49
29,59
7,32
18,62
132,21
62,72
38,40
38,70
48,80
58,12
22,47
14,45
17,20
26,70
46,44
30,07
517,18
52,31
31,14
21,46

22,50
69,87
46,56
55,64
45,36
27,22
73,17
110,95
128,76
44,03
61,31
403,80
161,25
49,61
30,43
7,59
18,81
136,64
64,13
39,45
39,76
50,33
59,95
23,20
14,91
17,52
27,46
47,08
30,71
527,49
53,66
31,70
22,01

23,01
71,55
47,84
57,27
46,06
27,51
75,16
113,01
130,16
44,73
62,90
416,19
164,33
50,75
31,28
7,87
19,02
141,22
65,57
40,54
40,85
51,91
61,83
23,94
15,39
17,84
28,24
47,72
31,37
538,02
55,04
32,27
22,57

23,54
73,28
49,16
58,95
46,76
27,81
77,21
115,10
131,57
45,45
64,53
428,97
167,47
51,92
32,16
8,15
19,22
145,96
67,05
41,65
41,97
53,54
63,77
24,71
15,89
18,17
29,05
48,36
32,03
548,75
56,45
32,86
23,15

24,09
75,05
50,51
60,68
47,48
28,10
79,32
117,24
133,00
46,17
66,21
442,14
170,67
53,11
33,06
8,45
19,42
150,85
68,56
42,80
43,13
55,23
65,77
25,51
16,40
18,51
29,88
49,02
32,71
559,69
57,90
33,45
23,75

2.264

2.317

2.371

2.427

2.484

2.543

2.603

2.665

2.728

Sumber: Hasil Olahan, 2012


Keterangan: a. Timbulan sampah (2010) = 0,4 0,6 kg/jiwa/hari untuk kota/kabupaten hingga kota besar/metropolitan seperti Medan
b. Laju peningkatan timbulan sampah = 1 % per tahun

IV - 26

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

A.

Bab 4

Emisi dari Open Dumping: Un-managed Deep dan Un-categorized


Data yang diperoleh dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi

Sumatera Utara (Distarukim Provsu) diketahui bahwa hanya sebagian kecil


sampah yang diangkut ke TPA, kecuali untuk kota besar seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya. Sebagian besar sampah
sebagian

tidak terangkut, melainkan

terkelola yaitu pada sumber terutama sampah anorganik. Secara

alamiah, sampah anorganik sudah terkelola melalui kegiatan sejenis 3R yang


disebut botot dan banyak dijumpai di Kota Medan maupun kota-kota lainnya
di Sumatera Utara sejak dahulu. Botot merupakan suatu kegiatan yang lazim
dijumpai yaitu pembeli barang anorganik berkeliling membeli barang-barang
milik masyarakat seperti botol, plastik, koran/kertas, kaleng/panci dan lain-lain
yang nantinya dijual ke pengepul untuk di daur ulang. Botot bisa dikatagorikan
sebagai daur ulang, pada BAU saat ini ditetapkan 2% namun bila dilakukan survei
botot maka kemungkinan angka ini akan berubah. Di kota-kota di Sumatera Utara,
sering dijumpai masyarakat yang mengumpulkan sampah anorganik dari kotak
pembuangan sampah warga.
Selain botot, di Kota Medan mulai muncul waste collector swadaya yaitu
pengumpul sampah dengan mobil pick-up menngumpulkan sampah perumahan
yang tidak terlayani oleh Dinas Kebersihan. Waste collector seperti ini selain
mendapat biaya retribusi dari warga, juga mendapat tambahan penghasilan dari
mensortir sampah anorganik yang kemudian dijual ke pengepul. Waste collector
yang sudah mendapat bimbingan membuat kompos dari Compost Centre
Universitas Sumatera Utara juga mengolah sampah organik menjadi kompos.
Diharapkan waste collector swadaya akan terus bertambah sehingga bisa menjadi
bagian mitigasi. Selanjutnya untuk sampah tidak terangkut, sebagian ditinggalkan
di TPS, TPA ilegal, pinggir sungai, pinggir jalan dan halaman warga. Namun
sampah terutama yang berada di pemukiman warga tidak banyak yang dibakar
dikarenakan pemukiman yang padat dan sempit. Diharapkan akan ada kebijakan
pelarangan pembakaran sampah sehingga emisi GRK dari pembakaran sampah
dapat dikurangi. Jumlah sampah yang dibakar open burning berkisar 10%.
Distarukim Provsu dalam perencanaannya lebih memprioritaskan sampah
untuk diselesaikan di sumber karena beberapa pertimbangan yaitu biaya

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 27

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

operasional yang besar dalam pengangkutan sampah, TPA yang sempit dan biaya
untuk membangun TPA baru sangat besar yaitu untuk sebuah TPA regional
sekitar Rp 1 miliar untuk perencanaan, Rp 15 miliar untuk konstruksi, Rp. 500
juta untuk operasional dan pemeliharaan TPA, serta pertimbangan bahwa sampah
bila memberdayakan masyarakat maka akan mendatangkan income generation.
Perencanaan diseminasi sampah, Distarukim Provsu secara umum menyebutkan
target disseminasi sampah adalah 20% dan sisa 80% diselesaikan melalui
pengelolaan sampah di sumbernya oleh masyarakat.
Pemanfaatan sampah organik dari pekarangan sebenarnya sudah lama
dilakukan masyarakat. Penangkar tanaman di Kota Binjai memanfaatkan daun
rambutan yang berjatuhan di pekarangan menjadi bahan dasar kompos yang
selanjutnya dimanfaatkan sebagai media tumbuh bibit tanaman. Sebagian warga
berinisiatif juga membuat galian lubang untuk sampah dan membiarkan sampah
membusuk alamiah.
Jumlah sampah yang dibawa ke TPA disajikan pada Tabel 4.16. TPA di
Sumatera Utara dikategorikan sebagai open dumping un-managed deep
dikarenakan secara umum water table tinggi serta timbulan sampah yang
mempunyai ketinggian lebih dari 5 meter.
Dalam Tabel 4.17 disajikan rekapitulasi total volume sampah tertimbun
(open dumping), baik dalam kategori un-managed deep ke TPA maupun uncategorized terhampar sembarangan, dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Sebanyak 86% sampah tertimbun (BAU) open dumping dalam kondisi unmanaged deep di TPA dan un-categorized terhampar sembarangan. Selanjutnya
data ini diolah menjadi grafik sebagaimana terlihat pada Grafik 4.14.

IV - 28

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Tabel 4.16.
Estimasi dan proyeksi (BAU) volume sampah Sumatera Utara masuk ke TPA dari 2010-2020
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Kota / Kabupaten
Kab. Nias
Kab. Mandailing Natal
Kab. Tapanuli Selatan
Kab. Tapanuli Tengah
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Toba Samosir
Kab. Labuhan Batu
Kab. Asahan
Kab. Simalungun
Kab. Dairi
Kab. Karo
Kab. Deli Serdang
Kab. Langkat
Kab. Nias Selatan
Kab. Humbang Hasundutan
Kab. Pakpak Barat
Kab. Samosir
Kab. Serdang Berdagai
Kab. Batu Bara
Kab. Padang Lawas Utara
Kab. Padang Lawas
Kab. Labuhanbatu Selatan
Kab. Labuhanbatu Utara
Kab. Nias Utara
Kab. Nias Barat
Kota Sibolga
Kota Tanjung Balai
Kota Pematang Siantar
Kota Tebing Tinggi
Kota Medan
Kota Binjai
Kota Padang Sidempuan
Kota Gunung Sitoli
Total Un-managed deep

%
unmanaged
deep
(masuk
ke TPA)
12,00%
12,00%
12,00%
12,00%
12,00%
12,46%
40,00%
12,00%
12,00%
12,00%
12,00%
50,00%
50,00%
12,00%
12,00%
12,00%
12,00%
7,69%
12,00%
12,00%
12,00%
12,00%
11,10%
12,00%
12,00%
50,00%
60,00%
71,77%
41,00%
71,00%
60,00%
12,00%
12,00%

2010
2,30
7,09
4,62
5,45
4,89
3,15
24,24
11,71
14,33
4,73
6,15
163,38
70,63
5,08
3,01
0,71
2,10
8,34
6,59
3,92
3,95
4,86
5,36
2,23
1,43
7,71
13,53
30,74
10,87
326,16
26,95
3,36
2,21
791,77

2011
2,35
7,27
4,75
5,61
4,97
3,18
24,90
11,93
14,48
4,81
6,31
168,39
71,98
5,19
3,09
0,74
2,12
8,62
6,73
4,02
4,05
5,02
5,53
2,30
1,48
7,85
13,92
31,16
11,10
332,66
27,65
3,42
2,27
809,85

2012
2,41
7,44
4,88
5,78
5,04
3,22
25,58
12,15
14,64
4,88
6,47
173,56
73,35
5,31
3,18
0,76
2,14
8,91
6,89
4,13
4,17
5,18
5,70
2,38
1,53
8,00
14,31
31,58
11,34
339,30
28,36
3,48
2,33
828,36

2013
2,46
7,62
5,01
5,95
5,12
3,25
26,28
12,37
14,80
4,96
6,64
178,89
74,75
5,43
3,27
0,79
2,16
9,21
7,04
4,25
4,28
5,34
5,88
2,45
1,58
8,14
14,72
32,01
11,58
346,07
29,09
3,54
2,39
847,33

Jumlah Sampah (Gg)


2014
2015
2016
2,52
2,58
2,64
7,80
7,99
8,19
5,15
5,29
5,44
6,12
6,30
6,49
5,20
5,28
5,36
3,29
3,32
3,36
27,00
27,73
28,49
12,60
12,83
13,07
14,96
15,12
15,29
5,04
5,12
5,20
6,81
6,99
7,17
184,39
190,05
195,88
76,18
77,63
79,12
5,56
5,69
5,82
3,36
3,45
3,55
0,82
0,85
0,88
2,19
2,21
2,23
9,52
9,84
10,17
7,20
7,36
7,53
4,36
4,48
4,61
4,40
4,52
4,64
5,51
5,68
5,86
6,06
6,25
6,45
2,53
2,61
2,70
1,63
1,68
1,73
8,29
8,45
8,60
15,14
15,57
16,02
32,45
32,89
33,33
11,82
12,07
12,33
352,97
360,01
367,19
29,83
30,60
31,39
3,60
3,67
3,74
2,45
2,51
2,57
866,75
886,65
907,02

Sumber : Hasil Olahan, 2012

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 29

2017
2,70
8,38
5,59
6,68
5,44
3,39
29,27
13,31
15,45
5,28
7,36
201,90
80,63
5,95
3,65
0,91
2,26
10,51
7,70
4,73
4,77
6,04
6,65
2,78
1,79
8,76
16,47
33,79
12,59
374,52
32,19
3,80
2,64
927,90

2018
2,76
8,59
5,74
6,87
5,53
3,43
30,06
13,56
15,62
5,37
7,55
208,10
82,17
6,09
3,75
0,94
2,28
10,86
7,87
4,86
4,90
6,23
6,86
2,87
1,85
8,92
16,94
34,25
12,86
381,99
33,02
3,87
2,71
949,28

2019
2,83
8,79
5,90
7,07
5,61
3,46
30,88
13,81
15,79
5,45
7,74
214,49
83,73
6,23
3,86
0,98
2,31
11,22
8,05
5,00
5,04
6,43
7,08
2,97
1,91
9,09
17,43
34,71
13,13
389,61
33,87
3,94
2,78
971,19

2020
2,89
9,01
6,06
7,28
5,70
3,50
31,73
14,07
15,96
5,54
7,94
221,07
85,33
6,37
3,97
1,01
2,33
11,60
8,23
5,14
5,18
6,63
7,30
3,06
1,97
9,25
17,93
35,18
13,41
397,38
34,74
4,01
2,85
993,62

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Tabel 4.17.
Rekapitulasi sampah un-managed deep/ke TPA dan un-catagorized terhampar
sembarangan di Sumatera Utara
Tahun
Un-managed deep (Gg)
2010
791,77
2011
809,85
2012
828,36
2013
847,33
2014
866,75
2015
886,65
2016
907,02
2017
927,90
2018
949,28
2019
971,19
2020
993,62
Sumber : Hasil Olahan, 2012

Un-catagorized (Gg)
1.026,63
1.050,94
1.075,88
1.101,47
1.127,71
1.154,64
1.182,25
1.210,59
1.239,66
1.269,49
1.300,09

Grafik 4.14.
Rekapitulasi total volume sampah un-managed deep dan un catagorized (BAU)
di Sumatera Utara

B.

Emisi dari Open Burning


Jumlah sampah yang dibakar secara langsung oleh masyarakat Sumatera

Utara sekitar 10 % dari total keseluruhan volume sampah. Jumlah sampah yang
dibakar secara terbuka/open burning mengemisi GRK yaitu sekitar 4,871 Gg CH4
pada tahun 2010 dan diperkirakan naik sampai dengan 5,56 Gg pada tahun 2020.
Tabel 4.18 menyajikan emisi CH4 dari aktifitas open burning di Sumatera Utara.

IV - 30

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

C.

Bab 4

Emisi dari Aktifitas Pengomposan Sampah Terolah


Berdasarkan estimasi dan proyeksi sampah terolah pada Tabel 4.18 dapat

diketahui jumlah emisi GRK dari kegiatan pengomposan sampah. Dari tabel yang
disajikan dalam IPCC Guideline 2006 Volume 5, diambil nilai emisi 4 g CH4 dan
0,3 g N2O per kg sampah dikomposkan. Diperkirakan 0,173 Gg CH4 dan 0,013
Gg N2O akan dikeluarkan dari aktifitas pengomposan sampah domestik pada
tahun 2010 dan terus meningkat sampai dengan 0,218 Gg CH4 dan 0,016 Gg N2O
pada tahun 2020.
Tabel 4.18.
Emisi dari open dumping, open burning dan pengomposan
Emisi GRK dari sumber (Gg CH4)
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020

Open
Dumping
54,990
93,292
120,430
140,109
154,814
166,213
175,425
183,202
190,051
196,310
202,210

Open
Burning
4,871
4,935
5,001
5,067
5,134
5,200
5,270
5,341
5,413
5,486
5,560

Pengomposan
0,364
0,373
0,382
0,391
0,400
0,409
0,419
0,429
0,439
0,449
0,460

Total Estimasi
Emisi
(Gg CH4)
BAU
60,23
98,60
125,81
145,57
160,35
171,82
181,11
188,97
195,90
202,24
208,23

Total Estimasi
Emisi
(tCO2eq)
BAU
1.264.741,47
2.070.611,30
2.642.064,54
3.056.903,79
3.367.319,34
3.608.272,18
3.803.389,42
3.968.405,15
4.113.938,23
4.247.138,89
4.372.831,75

Sumber: Hasil Olahan, 2012

Selanjutnya dilakukan rekapitulasi terhadap emisi GRK dari kegiatan


Open Dumping, Open Burning dan Pengomposan. Rekapitulasi dilakukan baik
untuk emisi CH4 maupun CO2eq seperti dapat dilihat Grafik 4.15.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 31

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Grafik 4.15.
Rekapitulasi estimasi dan proyeksi emisi GRK Sumatera Utara
dari sektor sampah (Gg CH4)

4.1.6.2. Sub-Sektor Limbah Cair Domestik


Peningkatan standar kualitas hidup masyarakat merupakan isu yang
signifikan dalam pembangunan. Sanitasi merupakan salah satu kegiatan di
dalamnya sehingga direncanakannya pengolahan limbah cair domestik seperti
yang terdapat pada Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman
(PPSP). Sampai tahun 2012 di Provinsi Sumatera Utara, hanya 7 (tujuh)
Kabupaten/Kota yang baru mengikuti program PPSP, diantaranya KotaTebing
Tinggi, KotaTanjung Balai, Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten
Toba Samosir, Kota Pematangsiantar dan Kota Binjai. Beberapa Kabupaten/Kota
sedang dalam proses penyelesaian PPSP seperti Kota Medan.
Sanitasi limbah cair domestik di Sumatera Utara dilaksanakan oleh IPAL
Cemara yang dikelola oleh BUMD PDAM Tirtanadi dengan misi Jaga Kualitas
Lingkungan. IPAL difasilitasi dengan sistem terpusat (off-site system) melalui
perpipaan (sewerage) meskipun pada beberapa lokasi difasilitasi juga dengan
sistem setempat (on-site) sistem terutama pada lokasi yang urgent memerlukan
IPAL namun berlokasi jauh dari off-site system seperti Pesantren Raudhatul
Hasanah dengan jumlah santri 5000 orang. Selain yang disebutkan di atas, air
limbah domestik bersumber dari pembuangan di septic tank, pembuangan di
jamban/latrine dan pembuangan langsung ke sungai.
IV - 32

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

IPAL di Sumatera Utara dimulai dengan proyek MUDP I (Medan Urban


Development Project) yang kemudian dilanjutkan dengan MUDP II. Kedua
proyek tersebut berlangsung dari tahun 1985 sampai 1994. Proyek mempunyai
luas pelayanan 520 ha atau sekitar 3% dari total luas wilayah pelayanan.
Selanjutnya IPAL di Sumatera Utara diperluas dengan proyek MSMHP
(Metropolitan Sanitation Management and Health Project) dengan luas pelayanan
850 ha yaitu sekitar 5% dan proyek tersebut akan selesai pada tahun 2015.
Dalam pengelolaan limbah cair domestik oleh IPAL Cemara termasuk di
dalamnya perumahan yang berlokasi berdekatan dengan IPAL Cemara seluas 150
ha yaitu Cemara Asri yang sudah memanfaatkan off-site system Cemara sehingga
menjadi contoh yang akan diikuti oleh real estate lainnya.
Dalam perencanaannya IPAL Cemara merancang saluran pipa dari selatan
menuju utara Kota Medan, agar dapat memanfaatkan topografi bagian selatan
yang lebih tinggi sehingga bisa meminimalisasi pemakaian pompa. Permasalahan
timbul pada musim hujan karena masyarakat membuka lubang kontrol untuk
mempercepat berkurangnya air hujan yang melimpah. Pembuangan air kotor dari
IPAL yang sudah mempunyai BOD dan COD standar kemudian dibuang ke badan
air yaitu Sungai Kera.
Perencanaan berikutnya difokuskan untuk memfasilitasi masyarakat yang
bermukim di tepi sungai baik dengan sistem off-site maupun on-site agar sungaisungai di Kota Medan menjadi bersih. Pemukiman tersebut berlokasi sepanjang
Sungai Deli, Sungai Putih, Sungai Sikambing, Sungai Selayang dan Sungai
Babura.
Data air limbah yang akan dipakai untuk melakukan penghitungan GRK
adalah sebagai berikut:
1. BOD air limbah domestik.
2. Data selokan dan IPAL domestik, baik yang sudah ada maupun yang masih
rencana. Data juga melingkupi kapasitas dan sistem pengolahan.
3. Data pengolahan air limbah domestik on-site; septic tank dan pit-latrine, atau
lainnya.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 33

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Tabel 4.19.
Potensi emisi CH4 dan N2O untuk air limbah, pengolahan lumpur, dan sistem
pembuangan air limbah domestik di Sumatera Utara

Uncollected

Tipe Pengolahan dan Pembuangan


Tangki Septik
Open pits/Latrines
Pembuangan langsung ke
sungai

Potensi Emisi CH4 dan N2O


Pengurasan lumpur secara teratur akan
mengurangi produksi CH4.
Pits/latrine akan menghasilkan CH4 ketika
temperatur dan waktu retensi memungkinkan.
Pits/latrine akan menghasilkan CH4 ketika
temperatur dan waktu retensi memungkinkan.

Perkiraan emisi GRK sektor limbah cair masih memanfaatkan angka


default Tier I. Nilai estimasi emisi didasarkan pada jumlah penduduk Provinsi
Sumatera Utara, dengan asumsi nilai degradable organic component sebesar 14,6
kg BOD/kapita/tahun dan kapasitas maksimum mengahasilkan gas metana sebesar
0,6 kg CH4/kg BOD sesuai IPCC Guideline 2006 Bab 6.
Perhitungan yang dilakukan terhadap limbah cair domestik di Sumatera
Utara sebagai dasar mengacu kepada jumlah penduduk. Selanjutnya perhitungan
mengkompilasi data BOD air limbah domestik, data selokan dan IPAL domestik
serta data pengolahan air limbah domestik on-site; septic tank dan pit-latrine, atau
lainnya. Dari hasil perhitungan emisi GRK dari sektor limbah cair didapatkan
proyeksi baseline emisi GRK (Gg CH4), emisi CH4 dari sektor limbah cair
meningkat dari 39,39 Gg CH4 pada tahun 2010 menjadi 44,91 Gg CH4 pada
tahun 2020. Selanjutnya dilakukan proyeksi antara emisi limbah padat dengan
limbah cair dari tahun 2010 sampai dengan 2020 dan dapat dilihat pada Grafik
4.20. Emisi berasal dari limbah padat jauh melebihi emisi yang berasal dari
limbah cair domestik.

IV - 34

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Tabel 4.20.
Persentase sistem pembuangan dan pengelolaan air limbah (domestik)
di Sumatera Utara
% Sistem Pembuangan dan Pengelolaan Air
Limbah (Domestik)
Latrine/cubluk
Dibuang
No
Kota / Kabupaten
(iklim
Sistem
(laut,
IPAL
basah/menggunakan septik
sungai
aerob
air bilasan, muka
(tangki
dan
terpusat
air tanah lebih
septik)
danau)
tinggi dari latrine)
0,5
0,7
0,5
0
1 Kab. Nias
32,59
56,67
10,74
0
2 Kab. Mandailing Natal
71,51
11,78
16,71
0
3 Kab. Tapanuli Selatan
75,19
5,36
19,45
0
4 Kab. Tapanuli Tengah
44,09
27,12
28,79
0
5 Kab. Tapanuli Utara
10,3
33,27
56,43
0
6 Kab. Toba Samosir
12,73
29,32
57,95
0
7 Kab. Labuhan Batu
7,15
29,87
62,98
0
8 Kab. Asahan
3,95
30,65
65,4
0
9 Kab. Simalungun
8,89
28,61
62,5
0
10 Kab. Dairi
7,12
37,16
55,72
0
11 Kab. Karo
17,92
11,11
70,97
0
12 Kab. Deli Serdang
35,56
11,15
53,29
0
13 Kab. Langkat
8,32
35,78
55,9
0
14 Kab. Nias Selatan
18,56
78,25
3,19
0
15 Kab. Humbang Hasundutan
8,6
34,82
56,58
0
16 Kab. Pakpak Barat
18,26
31,36
50,38
0
17 Kab. Samosir
4,72
51,36
43,92
0
18 Kab. Serdang Berdagai
4,75
21,49
73,76
0
19 Kab. Batu Bara
11,87
25,44
62,69
0
20 Kab. Padang Lawas Utara
46,18
19,64
34,18
0
21 Kab. Padang Lawas
52,46
28,23
19,31
0
22 Kab. Labuhanbatu Selatan
12,65
26,34
61,01
0
23 Kab. Labuhanbatu Utara
12,56
38,84
48,6
0
24 Kab. Nias Utara
17,46
61,89
20,65
0
25 Kab. Nias Barat
12,95
66,28
20,77
0
26 Kota Sibolga
54,74
4,75
40,51
0
27 Kota Tanjung Balai
14,43
5,27
80,3
0
28 Kota Pematang Siantar
8,21
4,27
87,52
0
29 Kota Tebing Tinggi
2,03
3,38
94,59
0
30 Kota Medan
9
4,42
65*
21,58
31 Kota Binjai
6,79
4,95
88,26
0
32 Kota Padang Sidempuan
35,11
5,7
59,19
0
33 Kota Gunung Sitoli
39,75
29,71
30,54
0
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2010
Keterangan: *) RIPJM 2011-2015 Kota Medan

MCF
Rerata
Kab/Kota

0,61
0,52
0,51
0,55
0,57
0,56
0,56
0,56
0,56
0,57
0,52
0,52
0,57
0,66
0,57
0,56
0,60
0,54
0,55
0,54
0,56
0,55
0,58
0,62
0,63
0,51
0,51
0,51
0,51
0,40
0,51
0,51
0,56

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 35

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Tabel 4.21.
Perkiraan jumlah volume air limbah di Kota Medan tahun 2030

Sumber: RTRW Kota Medan 2030

Tabel 4.22.
BAU baseline limbah cair domestik di Sumatera Utara
No.

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020

Limbah Cair
Emisi GRK (Gg CH4)
Emisi GRK (tCO2eq)
39,39
827.275
39,91
838.180
40,44
849.228
40,97
860.423
41,51
871.765
42,06
883.256
42,61
894.899
43,18
906.696
43,75
918.648
44,32
930.757
44,91
943.026

Sumber: Hasil Olahan


IV - 36

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Grafik 4.16.
BAU baseline emisi limbah cair domestik dan sampah di Sumatera Utara

Selain sanitasi di Kota Medan, untuk kabupaten/kota lainnya belum


terdapat off-site system dikarenakan populasi rata-rata di bawah satu juta
penduduk. Namun, melalui PPSP direncanakan pengelolaan limbah cair domestik.
Secara umum limbah cair domestik masyarakat menggunakan sarana drainase
lingkungan sebagai pembuangan. Kota Tebing Tinggi misalnya, baru terdapat satu
unit IPAL on-site komunal yang memfasilitasi 70 kepala keluarga dan di
Kabupaten Deli Serdang terdapat IPAL di Perumahan PNS Desa Pagar Merbau III
dengan kapasitas terpasang 100 KK, namun baru dimanfaatkan 10 KK serta di
Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan dengan kapasitas 80 KK dan
dimanfaatkan oleh 80 KK. Sementara di Kabupaten Karo sudah direncanakan
untuk dibangunnya IPAL terpusat. Pada saat ini sanitasi berbasis masyarakat
(SANIMAS) di Kabupaten Karo diprioritaskan untuk pembangunan sarana MCK
komunal, MCK plus plus dan septic tank komunal. Kondisi pengolahan limbah
cair di Kota Tanjung Balai sama seperti Kabupaten Karo yaitu sedang
direncanakannya IPAL terpusat dan saat ini prioritas pada SANIMAS. Di
Kabupaten Toba Samosir, telah terdapat IPAL Ajibata, namun kondisi tidak bisa
dipakai sehingga prioritas sanitasi di Toba Samosir adalah rehabilitasi IPAL
Ajibata. Perencanaan selanjutnya adalah pembangunan tanki septik komunal di 8
(delapan) kelurahan. Selanjutnya untuk kabupaten/kota lainnya diasumsikan
pengolahan limbah cair baik off-site maupun on-site system semuanya sedang
dalam tahap perencaaan.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 37

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

4.2.

USULAN AKSI MITIGASI DAN PERKIRAAN PENURUNAN


EMISI

4.2.1. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Pertanian


Aksi mitigasi penurunan emisi GRK Sektor Pertanian yang dapat
diusulkan (Lampiran 3) adalah sebagai berikut:
Budidaya kelapa sawit, aksi mitigasi yang dapat dilakukan adalah:
1. Melakukan teknik tanpa bakar untuk pembukaan lahan (mineral maupun
gambut).
2. Menjaga muka air tanah pada areal gambut (50-60 cm).
3. Menanam kacangan penutup tanah yang terbaik.
4. Melakukan pemupukan yang tepat.
5. Pengendalian hama dan penyakit yang terintegrasi.
6. Pengendalian bahaya kebakaran.
7. Memadatkan lahan gambut (soil compaction) sebelum penanaman.
8. Tidak mengubah lahan gambut dengan ketebalan lebih dari 3 meter untuk
perkebunan.
9. Mensosialisasikan proses pengomposan TKS yang ramah lingkungan
seperti sistem bunker.
10. Pemanfaatan kompos Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai suplement
pupuk anorganik (kimia) di perkebunan kelapa sawit.
11. Perbaikan infrastruktur (jalan dan jembatan) di dalam kebun kelapa sawit
untuk kelancaran transportasi hasil dan sarana produksi.
12. Rayonisasi rute angkutan TBS dari satu daerah ke daerah lainnya sehingga
mengurangi emisi GRK dari BBM yang digunakan truk pengangkut TBS.
13. Memasyarakatkan penggunaan biodiesel sawit minimal untuk angkutan
produk kelapa sawit.
14. Bila dimungkinkan dilakukan penyesuaian moda angkutan produk kelapa
sawit yang semula menggunakan truk dialihkan ke kapal.
15. Mengintroduksikan penangkapan gas metan dari LCPKS menggunakan
sitem RANUT (Reaktor Anaerob Unggun Tetap) sehingga dapat.
dihasilkan energi listrik untuk keperluan PKS dan rumah tangga.

IV - 38

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

16. Skenario mitigasi TKS dan LCPKS akan digunakan untuk memproduksi
kompos menggunakan sistem bunker (Gambar 4.1).
17. Kompos TKS akan digunakan sebagai pupuk alternatif menggantikan
pupuk kimia.
18. LCPKS akan dikendalikan dalam tangki RANUT sehingga gas metana
yang dihasilkan dapat digunakan untuk energi.
19. Memanfaatkan TKS dan limbah cair PKS untuk pembuatan kompos.
20. Mengendalikan limbah cair PKS dalam tangki-tangki RANUT.
21. Menangkap gas metana yang dihasilkan limbah untuk keperluan energi
PKS dan rumah tangga.
22. Program non teknis RAD-GRK berupa integrasi rencana aksi terkait sektor
pertanian kedalam kurikulum pendidikan mulai tingkat dasar sampai
menengah atas di Provinsi Sumatera Utara

Emisi GRK berupa gas metana hanya akan dihasilkan apabila proses
pengomposan TKS dan LCPKS dilakukan dalam kondisi anaerob secara open
windrow. Akan tetapi bila proses pengomposan dilakukan dalam bunker (Gambar
4.1), maka prosesnya akan berlangsung dalam kondisi aerob sehingga tidak
dihasilkan gas metana.

B
Gambar 4.1.
Proses pengomposan TKS secara open windrow (A)
dan sistem bunker (B)

Hal serupa dengan itu adalah apabila pengendalian LCPKS dilakukan


dalam Reaktor Anaerobik Unggun Tetap (RANUT). Dengan menggunakan

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 39

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

RANUT, maka semua gas metana yang dihasilkan dapat diambil (dimanfaatkan)
untuk 40 reaktor listrik. Dengan sistem RANUT, maka sebuah PKS dengan
kapasitas olah 60 ton TBS/jam (+ 1.000 ton/hari) dapat menghasilkan energi
listrik sebesar 1.000 KW dari gas metana yang di keluarkan oleh limbah tersebut.
Ridho (2008) dengan metode small scale CDM baseline methodology III.H;
AM0013/version 3 dan AM0022 untuk PKS dengan kapasitas 60 t/jam didapatkan
listrik sebesar 5,723 GWh atau setara dengan 21.769 tCO2eq/tahun. Gambaran
proses pemanfaatan gas metana sebagai berikut.

Gambar 4.2.
Tangki penangkapan gas metana

Sumber: Hasil Olahan, 2012

Grafik 4.17.
Grafik BAU dan mitigasi emisi GRK sektor pertanian

IV - 40

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

4.2.2. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut


4.2.2.1. Mengusulkan Skenario Mitigasi Sektor Berbasis Lahan
Skenario mitigasi emisi merupakan upaya penting dalam membantu
mengarahkan penentuan aktivitas kegiatan yang menuju pada menurunnya emisi
GRK di Provinsi Sumatera Utara dengan memperhatikan dinamika perubahan
penggunaan lahan dengan memperhatikan kondisi tutupan pepohonan yang ada.
Dalam penyusunan skenario mitigasi emisi GRK Sektor Kehutanan dan Lahan
Gambut yang berbasis lahan di Provinsi Sumatera Utara diperoleh nilai emisi
penurunan GRK berdasarkan data historical baseline tersebut dengan bantuan
software Redd Abacus versi 1.1.3 beta9 (World Agroforestry Center, 2012).
Dalam penyusunan aksi mitigasi dibutuhkan pertimbangan mendalam meliputi
berbagai cara dan metode yang dapat mengurangi tingkat emisi dengan
pengorbanan ekonomi yang minimum.
Tabel 4.21. Skenario mitigasi emisi sektor kehutanan dan lahan gambut dan
rencana implementasinyadi Provinsi Sumatera Utara
Skenario Penurunan
Emisi

Penurunan
Emisi Kumulatif
(tCO2eq/tahun)

Kontribusi
Penurunan
Emisi

Sosialisasi RADGRK Sektor


Kehutanan dan
Lahan Gambut

Pemantapan
kawasan hutan

1,976,729.58

1.68%

Rehabilitasi
kawasan dan luar
kawasan mangrove
50,000 ha

411,819

0.44%

Aktivitas
Penyediaan data/informasi rencana aksi
mitigasi ke tiap kabupaten/kota
Peningkatan pengetahuan tim Pokja
Kehutanan dan Lahan Gambut tentang
rencana aksi mitigasi
Penyebaran hasil-hasil penelitian, konferensi
perubahan iklim
Membentuk 3 Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH)
Tata batas kawasan hutan dan tertanganinya
permasalahan kasus tata batas kawasan hutan
Mempertahankan hutan primer lahan kering,
rawa gambut, hutan mangrove dan hutan
sekunder lahan kering, rawa gambut dan hutan
mangrove dan mencegah konversi hutan
primer dan sekuder menjadi penggunaan lain
Sosialisasi kepada masyarakat tentang
pengelolaan kawasan hutan lindung dan suaka
alam
peta zonasi hutan lahan kering, hutan
mangrove dan hutan rawa gambut, zonasi
gambut non hutan dan kawasan hutan
Pengadaan benih jenis-jenis mangrove
Kegiatan perbenihan dan persemaian jenis
mangrove
Rehabilitasi hutan mangrove dan lahan kritis

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 41

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Skenario Penurunan
Emisi

Penurunan
Emisi Kumulatif
(tCO2eq/tahun)

Kontribusi
Penurunan
Emisi

Pembangunan
hutan dan usaha
hutan tanaman

15,460,849

16.52%

Pengamanan hutan
dan pengendalian
kebakaran hutan

8,754,088

9.36%

Pemanfaatan lahan
pertanian

364,754

0.39%

Kegiatan
penanaman pohon
pada lahan yang
berupa rumput,
tanah kosong
menjadi hutan
sekunder dan
pemeliharaan
tanaman

4,059,355

4.34%

Aktivitas
lainnya
Pembinaan kelompok masyarakat pecinta
hutan mangrove
Penyusunan rencana program dan kegiatan
serta tersedianya data/informasi kegiatan
pembangunan kehutanan Propinsi Sumatera
Utara (lintas kabupaten/kota)
Pembangunan dan pemeliharaan hutan rakyat,
hutan desa dan hutan tanaman
Pembinaan dan pemanfatan kawasan hutan
tanaman industri yang lestari
Penyusunan informasi/data pemanfaatan
kawasan hutan produksi lintas kabupaten
Tata batas penggunaan kawasan hutan
tanaman industri
Penyediaan informasi sistem silvikultur dalam
rangka pemberdayaan hutan masyarakat dan
peningkatan pendapatan masyarakat
Penataan tata batas kawasan hutan
Pengurangan kasus pencurian kayu (illegal
logging), perambahan hutan, kebakaran dan
kerusakan hutan
Penanganan kasus-kasus hasil pelanggaran
peredaran hasil hutan
Peningkatan pengetahuan masyarakat sekitar
hutan dalam pencegahan dan pengendalian
kebakaran hutan
Penguatan kesepakatan/kerjasama semua
pihak (masyarakat, pemerintah dan pelaku
usaha) dalam rangka perlindungan dan
pengamanan hutan
Pembinaan masyarakat sekitar hutan melalui
kegiatan penyuluhan
Pemeliharaan hutan rakyat, hutan desa dan
hutan kemasyarakatan dan pelestarian jenis
tanaman hutan
Penyediaan informasi kawasan pertanian
untuk pemanfaatan tanaman tahunan
Pemanfaatan lahan pertanian untuk
penanaman hutan rakyat
Penyediaan data ijin pinjam pakai pada
kawasan pertanian dan HGU
Penyediaan bibit jenis tanaman hutan dan
multi purpose tree species dan terbangunnya
persemiannya untuk kegiatan
Rehabilitasi lahan kosong, semak belukar
menjadi hutan sekunder
Pemeliharaan tanaman hasil kegiatan
rehabiliasi
Kegiatan reboisasi di kawasan hutan
Kegiatan penghijauan di luar kawasan hutan

Sumber: Data hasil olahan

IV - 42

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Skenario aksi penurunan emisi pada Tabel 4.21 dan Gambar 4.2.2.1 akan
mampu menurunkan total kumumulatif % emisi GRK yang setara dengan 77.16
juta ton CO2-eq/tahun pada tahun 2020 di Propinsi Sumatera Utara. Usulan aksi
mitigasi Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut di Propinsi Sumatera Utara terdiri
dari kegiatan inti dan kegiatan pendukung. Matrik rencana aksi kegiatan inti dan
pendukung dapat dilihat pada Lampiran 3. Secara ringkas kegiatan inti aksi
mitigasi dijelaskan sebagai berikut.

Grafik 4.18.
BAU berdasarkan data historis dan skenario pengurangan emisi sub sektor
kehutanan
Baseline Kehutanan
Mitigasi Kehutanan
Sumber: Hasil olahan

2006-2011
58,754,351
58,754,351

2011-2016
79,796,961
73,413,204

2016-2021
92,973,433
79,027,418

Penurunan
13.94%

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 43

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Grafik 4.19.
BAU berdasarkan data historis dan skenario pengurangan emisi sub sektor
lahan gambut
Baseline Gambut
Mitigasi Gambut

2006-2011
26,023,614
26,023,614

2011-2016
59,335,316
51,028,371

2016-2021
94,897,665
77,816,085

Penurunan
17.08%

4.2.3. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Energi


Berdasarkan perhitungan baseline yang telah dilakukan, konsumsi bahan
bakar minyak pada pembangkit listrik menjadi penyumbang emisi utama dalam
sektor industri. Untuk mengurangi emisi dari emiter-emiter tersebut usaha-usaha
mitigasi dapat dilakukan dari sisi permintaan energi listrik dan dari sisi
pembangkit energi listrik. Program penghematan energi listrik dapat diusulkan
untuk dilaksanakan dari sisi permintaan. Sedangkan dari sisi pembangkitan listrik,
usaha untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak dapat dilakukan dengan
menyediakan pembangkit listrik dengan sumber energi alternatif dengan melihat
potensi energi yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Disamping itu, penyediaan
pembangkit listrik ini sekaligus dapat meremajakan pembangkit listrik berbahan
bakar minyak dengan efisiensi yang rendah dan sudah cukup lama beroperasi
(lebih dari 30 tahun).

IV - 44

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Tabel 4.22.
Skenario mitigasi dalam pemodelan emisi GRK sektor energi
Parameter

Baseline

Pertumbuhan
permintaan 10,00%
listrik untuk setiap kategori
pelanggan PLN

Mitigasi 1

Mitigasi 2

10,00% dengan faktor


elastisitas 0,98 terhadap
pertumbuhan
permintaan listrik

7,00% dengan faktor


elastisitas 0,98 terhadap
pertumbuhan permintaan
listrik

Pertumbuhan
permintaan Sejalan dengan Sama
energi untuk sektor rumah pertumbuhan
tangga dan industri
PDRB

Sama

Penurunan
kapasitas Tidak ada
pembangkit yang berbahan
bakar minyak dan usia
pembangkit cukup lama

Pembangkit di lokasi Tidak ada


Titi Kuning, Glugur,
Paya Pasir dan Belawan
dengan bahan bakar
HSD

Peningkatan
pemahaman Tidak ada
dan
pengetahuan
masyarakat
terkait
penghematan energi melalui
pendidikan formal

Tidak ada

Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Dasar sampai
Pendidikan
Menengah
Atas
di
Provinsi
Sumatera Utara

Rencana mitigasi diatas selanjutnya dijadikan sebagai skenario-skenario


yang akan dimodelkan (Tabel 4.22). Sebagai tambahan dari skenario-skenario
tersebut, aspek ekonomi makro juga diperhitungkan, seperti pertumbuhan
penduduk dan pertumbuhan PDRB di Provinsi Sumatera Utara. Sumber data yang
digunakan untuk ini adalah SUDA 2011. Kedua skenario mitigasi juga telah
memperhitungkan program konversi minyak tanah menjadi LPG pada sektor
rumah tangga. Pada tahun 2015 diasumsikan pada sektor rumah tangga tidak
terdapat lagi penggunaan minyak tanah bersubsidi, digantikan dengan LPG.

Tabel 4.23.
Penurunan emisi dari usaha mitigasi sektor energi (juta tCO2eq)

Sumber: Olahan menggunakan LEAP, 2012


Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 45

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Hasil pemodelan dari masing-masing skenario mitigasi, menunjukkan


usaha mitigasi melalui penghematan energi listrik di sisi permintaan dan
penyediaan serta peremajaan pembangkit listrik (mitigasi 1) memberikan
penurunan emisi sebesar 41,55% pada tahun 2020. Sedangkan usaha penghematan
energi listrik pada sisi pengguna (mitigasi 2) dapat menurunkan emisi menjadi
28,58% pada tahun 2020 (Tabel 4.23). Usaha penghematan Energi listrik pada
rencana aksi mitgasi 2, baru menujukkan hasil setelah tahun 2013 (Grafik 4.24).

Grafik 4.20.
Kurva pertumbuhan emisi GRK sektor energi

Aksi mitigasi (lihat lampiran 3) yang akan dilakukan dapat dikelompokkan


menjadi aksi mitigasi kegiatan nasional dan aksi mitigasi kegiatan Provinsi
Sumatera Utara. Aksi-aksi yang termasuk dalam kegiatan nasional adalah aksiaksi yang terdapat dalam lampiran Perpres No. 61/2011. Sedangkan aksi yang
merupakan program provinsi adalah aksi-aksi yang sesuai dengan rencana
strategis daerah bidang energi yang antara lain adalah:
1. Program peningkatan pemanfaatan sumberdaya mineral dan energi;
2. Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan;dan
3. Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan;

IV - 46

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

4.2.4. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Transportasi


4.2.4.1. Aksi Mitigasi Pengurangan Emisi GRK Sektor Transportasi
Pada bagian ini akan dijabarkan beberapa aksi mitigasi yang akan
diusulkan untuk menjadi peraturan gubernur untuk mengurangi emisi gas-gas
GRK. Seperti yang sudah banyak disepakati bahwa komitmen penurunan emisi
GRK pada tahun 2020 adalah sebesar 26% dari BAU dengan usaha sendiri dan
bertambah 15% lagi dengan bantuan asing. Seandainya komitment ini terbagi
secara merata untuk semua sektor, maka pada sektor Transportasi komitmen
penurunan 26% ini adalah setara dengan 2,82 juta tCO2eq dan tambahan target
15% adalah 1,63 juta tCO2eq atau sama dengan 4,45 juta tCO2eq. Sebagai catatan
pada Lampiran 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 61 Tahun 2011
disebutkan target penurunan emisi atas usaha sendiri hanya untuk sektor
transportasi secara nasional adalah sebesar 38 juta tCO2eq dan target penurunan
dengan bantuan asing adalah sebesar 56 juta tCO2eq. Maka target penurunan
emisi sektor transportasi Provinsi Sumatera Utara atas usaha sendiri adalah 7,42%
dari target nasional. Sebagai catatan emisi GRK sektor Transportasi Provinsi
Sumatera Utara adalah sebesar 7,2% dari emisi GRK sektor transportasi nasional.
Target penurunan di Provinsi Sumatera Utara ini masih sebanding dengan
komposisi emisi GRK nasional.
Perbandingan penggunaan bahan bakar solar dan total bahan bakar yang
digunakan pada subsektor transportasi darat adalah 34%. Dengan menggunakan
data ini, maka target penurunan emisi GRK 4,45 juta tCO2eq adalah setara dengan
1.106.000 kiloliter bensin dan 595.000 kiloliter solar. Target ini cukup berat dan
jika diterapkan secara langsung dikhawatirkan akan mengganggu pertumbuhan
ekonomi. Maka dengan alasan ini tidak selayaknya target penurunan 26% dan
41% itu diterapkan secara merata untuk semua sektor. Pemerintah pusat juga
menyadari hal ini, maka secara nasional komitmen penurunan emisi GRK pada
sektor Transportasi hanya sekitar 2% dari total emisi GRK semua sektor.
Meskipun target penurunan emisi-GRK pada sektor Transportasi
mendapat porsi yang relatif kecil, tetap diperlukan strategi aksi mitigasi dan
komitmen yang kuat dari semua stake holders. Strategi aksi yang akan diterapkan
dapat dibagi atas Avoid, Shift, dan Improve. Avoid/Reduce berarti menghindari

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 47

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

atau mengurangi perjalanan atau kebutuhan untuk perjalanan (terutama di daerah


perkotaan) melalui penata-gunaan lahan, regulasi, dll. Shift berarti beralih ke
moda transportasi yang lebih ramah lingkungan (dari penggunaan pribadi ke
transportasi umum dan transportasi tidak bermotor. Improve berarti meningkatkan
efisiensi energi dari moda transportasi dan teknologi kenderaan. Pada dokumen
Rencana Aksi Nasional penuruan emisi-GRK telah dipilih beberapa aksi mitigasi
secara nasional. Pada bagian ini semua rencana aksi Nasional yang memasukkan
Provinsi Sumatera Utara sebagai wilayah kerjanya akan dimasukkan sebagai
acuan. Tujuan utamanya adalah sebagai proses sosialisasi dan jika memungkinkan
dapat dijadikan Rencana Aksi Daerah (RAD) dalam bentuk penambahan porsi.
Berikut beberapa aksi mitigasi yang akan dipertimbangkan.

1. Pembangunan ITS (Inteligent Transport System)


ITS adalah teknologi komunikasi dan informasi yang diterapkan pada
sarana dan prasarana transportasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan
transportasi. Penggunaan ITS berpengaruh pada: (1) efisiensi kenderaan yang
makin meningkat, (2) efisiensi berlalu lintas yang makin meningkat, (3) tingkah
laku pengemudi yang makin tertib, dan (4) pengurangan emisi GRK karena
panjang perjalanan yang tidak perlu dan waktu terjebak kemacetan yang makin
berkurang.
Aksi mitigasi ini merupakan salah satu aksi mitigasi yang mendapat
prioritas utama dengan dasar hukum PP No. 32 Tahun 2009 tentang Manajemen
dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas Pasal
61 dan 82. Rencana penerapan aksi mitigasi ini untuk Kota Medan adalah tahun
2014 dengan biaya yang dianggarkan sebesar Rp 50 Miliar. Target penurunan
emisi GRK Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2020 akibat penerapan aksi ini
adalah 883,88 ribu tCO2eq. Angka ini didapat dengan menggunakan proyeksi
pertumbuhan jumlah kenderaan dan simulasi perhitungan penurunan emisi GRK
di Kota Medan oleh Kementerian Perhubungan. Asumsi yang digunakan dalam
membuat data proyeksi penurunan emisi sejak ITS diterapkan tahun 2014 adalah
peningkatan secara linier hingga mencapai 883,88 ribu tCO2eq. Skenario

IV - 48

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

penurunan emisi mulai tahun diterapkan 2014 sampai 2020 ditampilkan pada
Tabel 4.27.

2. Pengembangan Pengendalian Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalin)


Andalin adalah serangkaian kegiatan kajian mengenai dampak lalu lintas
dari pembangunan pusat kegiatan, pemukiman, dan infrastruktur. Hasil analisis
dampak lalu lintas akan dijadikan salah satu syarat pengembang atau pembangun
untuk memperoleh izin lokasi, izin mendirikan bangunan, dan izin pembangunan
bangunan gedung dengan fungsi khusus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang bangunan. Penerapan Andalin yang baik dapat
memberikan pengurangan emisi dari BAU. Pengurangan emisi didapat dengan
mengurangkan emisi pembangunan tanpa adanya TIC (Traffic Impact Control)
dan pembangunan seteah dilaksanakan TIC.
Pada Lampiran 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 61 Tahun
2011 disebutkan penerapan TIC pada 12 kota termasuk Medan akan memberikan
penurunan emisi sebesar 240 ribu tCO2eq. Dengan membagi rata penurunan ini
atas 12 kota yang disebutkan, maka didapatkan penurunan pada kota Medan
adalah 20 ribu tCO2eq. Aksi mitigasi ini akan diterapkan mulai tahun 2014 dan
target penurunan emisi akan naik secara linier sampai tahun 2020. Biaya mulai
dari pembuatan kerangka hukum, pelatihan tim Penyusun/Konsultan, Studi
penerapan, Penerapan, sampai dengan Evaluasi/Monitoring dianggarkan sebesar
Rp. 3,2 Miliar.

3. Penerapan Manajemen Parkir


Strategi

Manajemen

Perparkiran

mempengaruhi

kenyamanan

dan

kemudahan untuk mencapai tujuan (aksesibilitas secara keseluruhan) serta


bagaimana parkir dapat membantu mencapai tujuan-tujuan pembangunan
lebih luas, strategi manajemen perparkiran perlu diikutsertakan dengan
elemen lain dari Manajemen Kebutuhan Transportasi. Kebijakan
perparkiran dapat berperan sebagai faktor TOLAK (PUSH)

yang

elemen-

manajemen

untuk mendorong

perpindahan moda ke angkutan umum dan menghindari perjalanan yang tidak

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 49

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

terlalu penting yang membentuk strategy

Manajemen Kebutuhan Transportasi

(Transport Demand Management-TDM) seutuhnya (GTZ-Sutip).


Penurunan pengguna kendaraan pribadi yg menggunakan fasilitas parkir di
pusat kota diperkirakan mencapai 25%, dan yang akan berpindah ke angkutan
umum akibat parking management sebesar 15%. Biaya parkir yang berbasis tarif
(yaitu, tarif yang ditetapkan untuk fasilitas parkir) biasanya mengurangi
permintaan parkir 10-30% dibandingkan dengan parkir tidak bertarif. Dalam suatu
studi yang dilakukan Kementerian Perhubungan untuk kondisi Kota Medan,
penerapan Manajemen parkir yang dimulai tahun 2015 akan menghasilkan
penurunan emisi 179 ribu tCO2eq pada tahun 2020.

4. Penerapan Congestion Charging dan Road Pricing


Road Pricing adalah pengenaan biaya secara langsung terhadap pengguna
jalan karena melewati ruas jalan atau wilayah (area) tertentu yang bertujuan untuk
mengurangi kemacetan dan atau, menjadi sumber pendapatan daerah dan
mengurangi dampak lingkungan. Sebagai sarana untuk pengendalian lalu lintas,
yang memaksa pengguna kendaraan pribadi untuk beralih ke angkutan umum,
sehingga beban lalu lintas menjadi berkurang. Road pricing ini lebih efektif
diterapkan di suatu kawasan (area bases), bukan hanya pada ruas jalan tertentu.
Dana yang terkumpul, bisa dijadikan sebagai salah satu sumber pembiayaan untuk
mendukung beroperasinya moda transportasi yang lebih efektif, sehat, dan ramah
lingkungan seperti Bus Rapid Transit, Mass Rapid Transit, dan lain-lain. Namun,
Mitigasi ini belum direncanakan tahun penerapannya di Provinsi Sumatera Utara.

5. Pengadaan Sistem BRT/semi BRT


Pada

tahun

2013

akan

mulai

dilakukan

penyusunan

program

pengembangan sistem transit (BRT) untuk Kota Medan. Kemudian pada tahun
2015 bus sistem transit akan diadakan. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh
Kementerian Perhubungan [2], pada taun 2020 akan diperoleh penurunan emisi
GRK sebesar 85,56 tCO2eq.

IV - 50

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

6. Peremajaan Armada Angkutan Umum


Peremajaan armada angkutan umum adalah pergantian kendaraan
angkutan umum yang lama, yang sudah tidak laik jalan digantikan dengan
kendaraan yang baru, bisa dengan jenis kendaraan yang sama untuk dioperasikan
pada rute yang sama dengan kendaraan angkutan umum yang digantikannya.
Kendaraan yang lama yang tidak laik jalan digantikan dengan kendaraan yang
baru dan laik jalan, baik dengan teknologi dan penggunaan bahan bakar yang
ramah lingkungan. Rute pengoperasian oleh kendaraan baru dan laik jalan sama
dengan rute trayek kendaraan lama yang digantikannya. Target penurunan emisiGRK dari aksi mitigasi ini telah ditetapkan pada Lampiran 1 Peraturan Presiden
Republik Indonesia No. 61 Tahun 2011 sebesar 360 ribu tCO2eq pada 12 kota
termasuk Medan yang akan dimulai tahun 2013. Dengan asumsi terbagi rata untuk
setiap kota, maka target penurunan emisi adalah 30 ribu tCO2eq pada tahun 2020.

7. Pemasangan Converter Kit pada Angkutan Umum


Salah satu alternatif dalam mengatasi ketergantungan pada BBM, dengan
memasang alat konversi (Converter Kit) dari bahan bakar bensin ke bahan bakar
gas alam. Pengalihan bahan bakar bensin ke bahan bakar gas akan mengurangi
emisi GRK, ekonomis dan ramah lingkungan. Terpasangnya converter kit pada
angkutan kota menggunakan bensin dapat menurunkan emisi-GRK hingga 20%.
Target pengurangan emisi dari mitigasi ini adalah 4,5 ribu tCO2eq pada tahun
2020 dan dimulai pada tahun 2019.

8. Pelatihan dan Sosialisasi Smart Driving


Smart Driving adalah metode berkendaraan yang hemat energi, ramah
lingkungan, selamat dan nyaman. Metode Smart Driving menggunakan strategi
perilaku pengemudi dalam berkendaraan agar dicapai konsumsi bahan bakar yang
paling efisien. (Studi Dit. BSTP 2008). Hasil uji coba studi yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa penerapan metode berkendaraan ini berpotensi untuk dapat
menghemat bahan bakar antara 10%-40% dan menurunkan emisi gas buang
kendaraan hingga 20% (Studi Dit. BSTP 2009). Beberapa teknik yang umum
digunakan untuk menghemat bahan bakar antara lain mematikan mesin saat

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 51

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

berhenti lebih dari 30 detik, menggunakan AC dengan bijak, hindari penggunaan


rak diatap, turunkan muatan yang tidak perlu, periksa tekanan ban secara berkala,
gunakan peralatan pemantau pemakaian bahan bakar di dalam kendaraan, saat
berhenti ditanjakan gunakan rem tangan untuk menahan agar kendaraan tidak
meluncur mundur, saat menaiki tanjakan gunakan gigi setinggi mungkin dengan
menekan pedal gas hampir penuh, saat jalan menurun gunakan gigi tinggi dan
injak kopling dan biarkan kendaraan meluncur.
Provinsi Sumatera Utara akan memulai aksi mitigasi ini pada tahun 2013
dengan melatih instruktur. Kemudian target yang ditetapkan adalah 5000
pengemudi per tahun. Maka pada tahun 2020 akan didapat 40.000 pengemudi
(angkutan umum dan mobil pribadi) yang telah menguasai teknik-teknik smart
driving. Berdasarkan hasil perhitungan [1] target ini setara dengan penurunan
emisi 12,84 ribu tCO2eq.

9. Membangun Non Motorized Transport/NMT (Pedestarian dan Jalur


Sepeda)
NMT adalah moda dasar yang dapat mengintegrasikan suatu pelayanan
transportasi dengan pelayanan transportasi lainnya dan merupakan bagian dari
link untuk terhubung ke asal dan tujuan perjalanan. Misalnya, pengguna
transportasi umum biasanya memanfaatkan NMT untuk mengakses perjalanan
dari simpul transportasi umum dan tujuan akhir mereka. Fasilitas NMT digunakan
untuk menghubungkan dari fasilitas parkir ke tujuan akhir perjalanan. NMT juga
merupakan

suatu

pilihan

untuk

mewujudkan

mobilitas

zero

emission.

Keberhasilan dalam penerapan NMT dapat meningkatkan kualitas udara,


meningkatkan kesehatan dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Kondisi saat ini, perkembangan kota-kota di Indonesia cenderung kurang
mendukung penyelenggaraan NMT. Ketersediaan fasilitas pejalan kaki di
perkotaan masih minim. Kota metropolitan hanya menyediakan fasilitas NMT
sebesar 3,2%, kota besar sebesar 1,5%, kota sedang sebesar 5,3%, dan kota kecil
sebesar 7,8%. Jumlah pengguna sepeda di Indonesia masih sedikit dibandingkan
dengan kota-kota lain di dunia seperti Tianjin (77%), Shenyang (65%), Groningen
(50%), Beijing (49%), Dhaka (40%), Erlangen (26%), Odense (25%), Moscow

IV - 52

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

(24%), New Delhi (22%), Copenhagen dan Basel (20%) serta Strassbough (15%.
Walaupun komunitas pesepeda di Indonesia telah ada, tetapi penggunaannya
masih sangat minim, seperti penggunaan sepeda di Jakarta hanya sebesar 1,04%.
Dengan menyediakan dan memanfaatkan fasilitas NMT, jumlah
penggunaan kendaraan bermotor terutama untuk jarak pendek akan berkurang
sehingga secara otomatis emisi CO2 yang dihasilkan dari kendaraan bermotor
tersebut juga akan berkurang. Pada dokumen yang diterbitkan oleh Kementerian
perhubungan [1], NMT akan mulai dibangun di Medan pada tahun 2013 dengan
target penurunan emisi-GRK tahun 2020 sebesar 45 ribu tCO2eq.

10. Menaikkan Uang Muka Kredit Sepeda Motor dan Pajak Progresif
Kenderaan Pribadi
Dua penyumbang emisi terbesar subsektor transportasi darat adalah sepeda
motor dan kenderaan penumpang. Perkembangan jumlah kepemilikan sepeda
motor dan kenderaan penumpang dalam 10 tahun terakhir sangatlah besar, secara
rata-rata tumbuh 15,53% pertahun untuk sepeda motor dan 7,52% pertahun untuk
kenderaan penumpang.
Pada beberapa aksi mitigasi yang diusulkan di atas (Mitigasi 1 s/d Mitigasi
9) beberapa aksi mitigasi ditujukan untuk beralih ke transportasi yang lebih ramah
lingkungan (Shift), seperti NMT dan angkutan umum. Proses peralihan ini
sangatlah sulit karena berhubungan erat dengan prilaku yang sudah terbiasa
berkenderaan. Salah satu faktor yang dianggap dapat menjamin proses peralihan
ini adalah mengurangi laju pertumbuhan kepemilikan sepeda motor dan
kenderaan pribadi. Menaikkan abodemen kredit sepeda motor dan membuat pajak
progresif kenderaan pribadi berdasarkan kartu keluarga akan diusulkan menjadi
salah satu aksi mitigasi. Belum ada suatu studi yang dapat dijadikan acuan untuk
melakukan perhitungan penurunan emisi-GRK akibat penerapan ini. Tetapi aksi
ini akan membantu aksi-aksi mitigasi yang termasuk shift yang telah dihitung
target penurunannya.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 53

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

11. Pembangunan KA Perkotaan Medan (Medan-Binjai-Deliserdang)


KA perkotaan mebidang adalah pengaktifan kembali jalur kereta yang
sudah pernah ada seperti Medan-Galang, Medan-Delitua, menyempurnakan jalur
yang sudah ada seperti Medan-Binjai dan membangun jalur KA di dalam kota.
Hal ini diyakini akan dapat mengurangi emisi-GRK.
Pada Lampiran 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 61 Tahun
2011 disebutkan bahwa pengembangan KA perkotaan Bandung dapat
menurunkan emisi 4,56 juta tCO2e. Dengan membandingkan karakteristik Kota
Bandung dan Medan, dapat diambil asumsi jika KA perkotaan Medan dibangun
maka emisi-GRK yang dapat diturunkan adalah sebesar 1,14 juta tCO2eq. Angka
ini adalah angka paling rendah atau hanya sekitar 25% dari emisi yang diturunkan
oleh KA perkotaan Bandung. Aksi mitigasi ini direncanakan mulai beroperasi
tahun 2016.

12. Pembangunan KA Bandara Kuala Namu


Pembangunan jalur KA Bandara Udara yang baru di Kuala Namu akan
dimasukkan sebagai aksi mitigasi yang dapat mengurangi emisi sebesar 9,5 ribu
tCO2eq. Sebagai perbandingan angka ini merupakan 5% dari pengurangan emisi
akibat pembangunan jalur KA Bandara Soekarno Hatta.

13. Pembangunan Angkutan Bus Pemadu Moda ke Bandara Kuala Namu


Pembangunan angkutan bus pemadu moda ke Bandara Kuala Namu juga
akan dimasukkan sebagai salah satu aksi mitigasi untuk mengurangi emisi-GRK.
Pada saat ini belum ada study yang dapat dijadikan acuan untuk menghitung
pengurangan emisi dari aksi mitigasi ini.

14. Car Free Day dan Menutup Transportasi Bermotor di Pusat Keramaian
CFD atau menutup suatu pusat keramaian pada waktu-waktu tertentu
dapat dijadikan suatu alternatif pengurangan emisi. Tidak hanya pengurangan
emisi, tetapi aksi ini dapat juga dijadikan sebagai daya tarik wisata suatu kota.
Jika diasumsikan aksi ini dapat menghentikan semua kegiatan transportasi selama

IV - 54

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

1 hari dalam sebulan sebesar 1 % dari seluruh lokasi Kota Medan, maka akan
diperoleh penurunan emisi sebesar 2,1 ribu tCO2eq setahun.

15. Pemasangan Converter Kit pada Mobil Penumpang/Mobil Dinas


Pada aksi mitigasi nomor 7, secara nasional gasifikasi hanya difokuskan
pada angkutan umum. Pada aksi mitigasi ini, direncakan kenderaan pribadi dan
kenderaan milik Pemda juga akan dipasang converter kit untuk konversi bahan
bakar dari Bensin ke CNG. Aksi ini diperkirakan akan menurunkan emisi 10 ritu
tCO2eq pada tahun 2020.

16. Penanaman Pohon di Jalan Perkotaan dan Provinsi


Penanaman pohon merupakan salah satu alternatif penyerapan CO2 yang
sangat efektif. Salah satu pohon dengan laju penyerapan CO2 yang besar adalah
pohon trembesi. Pohon ini pada usia dewasa mampu menyerap 28,5 tCO2/tahun.
Jika di Provinsi Sumatera Utara dilakukan penanaman pohon sebanyak 5000
batang per tahun sejak tahun 2013, maka pada tahun 2020 akan dapat diserap 560
ribu tCO2/tahun. Angka ini didapat dengan asumsi rata-rata pohon mampu
menyerap 14 tCO2/tahun atau setengah dari kemampuan pohon dewasa.

17. Penambahan Bahan Bakar Non Emiter (Biofuel)


Provinsi Sumatera Utara adalah daerah yang dikelilingi oleh pertanian dan
perkebunan. Beberapa komoditi hasil pertanian dan perkebunan ini dapat
dikonversi menjadi bahan bakar (biofuel) yang emisi GRK nya nol. Misalnya
Biodiesel yang berasal dari tumbuhan dapat dicampur dengan solar dengan
komposisi tertentu. Kemudian Bioetanol dapat dicampur dengan bensin. Misalnya
bahan bakar solar B20 mempunyai komposisi 20% (volume) Biodiesel dan 80%
Solar. Demikian juga bioetanol.
Beberapa negara di dunia telah sukses melakukan langkah ini. Seperti
negara-negara Eropa dan Amerika Utara yang mencampur 5-10% bioetanol
dengan bensin, Brazil 25%, dan India 10% (IPCC, 2006). Jika aksi mitigasi ini
diterapkan dengan bantuan asing, maka substitusi 12% bioetanol dan 20%
biodiesel pada tahun 2020 akan mengurangi emisi 1,56 juta tCO2eq. Sebagian dari

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 55

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

target penurunan ini dapat dilakukan dengan bantuan asing untuk mencapai target
41% penurunan atas bantuan asing.

18. Program Non Teknis RAD-GRK berupa integrasi rencana aksi ke dalam
kurikulum pendidikan di Provinsi Sumatera Utara
Merupakan media sosialisasi bagi masyarakat untuk berpartisipasi
kedalam rencana aksi penurunan emisi GRK terkait dengan peningkatan
pengetahuan dan pemahaman terhadap manfaat dari upaya-upaya aksi mitigasi
sektor transportasi yang telah disusun melalui pendidikan formal khususnya mulai
dari pendidikan dasar sampai dengan menengah atas di Provinsi Sumatera Utara

4.2.5. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Industri


4.6.2. Aksi Mitigasi Pengurangan Emisi GRK Sektor Industri
Pada bagian ini akan dijabarkan beberapa aksi mitigasi yang akan
diusulkan untuk menjadi peraturan daerah untuk mengurangi emisi GRK. Strategi
untuk memenuhi target penurunan emisi-GRK sektor Industri dan Komersial ini
dibagi atas 5 kelompok.
1.

Kelompok I adalah aksi-aksi yang sudah ditetapkan secara nasional pada PP


No. 61 Tahun 2011 dimana Provinsi Sumatera Utara dimasukkan sebagai
salah satu provinsi yang harus menjalankannya.

2.

Kelompok II adalah strategi penggantian bahan bakar dari yang emiter besar
ke bahan bakar dengan emiter lebih rendah.

3.

Kelompok III adalah strategi mengganti bahan bakar yang menghasilkan


emisi dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan emisi.

4.

Kelompok IV adalah melakukan konservasi energi pada semua komponen


industri dan komersial yang menggunakan listrik sebagai sumber energinya.

5.

Kelompok V adalah teknik heat recovery, dengan memanfaatkan panas


buangan sebagai sumber energi baru. Masing-masing kelompok aksi-aksi
mitigasi ini akan dijelaskan pada bagian berikut beserta dengan target
penurunan emisinya.

IV - 56

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Pada aksi mitigasi kelompok yang pertama ini, telah ditetapkan secara
nasional dan tertulis pada Lampiran I Peraturan Presiden Nomor 61 tahun tahun
2011 tentang penurunan emisi-GRK. Pada kelompok ini ada dua aksi mitigasi
yang secara spesifik menuliskan Provinsi Sumatera Utara sebagai target
pelaksanaan. Yang termasuk aksi ini ada dua aksi yaitu:
1. Menyusun sistem manajemen energi di perusahaan industri lahap energi
seperti industri baja, gelas dan keramik, pupuk, tekstil, petrokimia, makanan
dan minuman. Target total penurunan emisi dari aksi ini untuk Provinsi
Sumatera Utara adalah 421 ribu tCO2eq. Asumsi yang digunakan, target
nasional terbagi rata untuk masing-masing provinsi. Aksi mitigasi ini dimulai
tahun 2013 dan berkembang terus serta diharapkan tercapai pada tahun 2020.
2. Penghapusan bahan perusak lapisan ozon (BPO) secara berkala dan
implementasinya di industri refrigerasi, foam, dan pemadam api. Target
nasional penurunan emisi dari aksi ini adalah 1500 ribu ton CO2e dari 10
provinsi termasuk Sumatera Utara. Dengan mengasumsikan target ini terbagi
rata, maka penurunan emisi di Provinsi Sumatera Utara adalah 150 ribu
tCO2eq. Aksi ini sudah sedang dimulai dan diharapkan target itu sudah
tercapai pada tahun 2020.
Strategi aksi mitigasi kelompok kedua ini adalah mengganti penggunaan
bahan bakar dengan emisi besar ke bahan bakar dengan emisi yang lebih kecil.
Untuk satuan energi yang sama bahan bakar dengan emisi terkecil adalah Gas
Alam, dimana intensitas emisinya adalah 56,15 tCO2eq/TJ. Pada saat ini juga
jalur pembangunan pipa gas untuk ke Industri dan sektor-sektor komersial sudah
mulai berkembang. Bahan bakar yang akan diganti dan perhitungan penurunan
emisinya akan dijelaskan pada bagian berikut.
1.

Intensitas emisi bahan bakar solar adalah 74,36 tCO2eq/TJ. Jika


penggantian bahan bakar solar dapat dilakukan secara bertahap mulai dari
tahun 2013 sampai sebesar 50% di tahun 2020, maka emisi akan berkurang
sebesar 760 ribu tCO2eq. Perhitungan telah dilakukan untuk bahan bakar yang
lain dengan asumsi pada tahun 2020 sebesar 50% dari bahan bakar ini diganti
dengan Gas Alam. Penggantian bahan bakar batubara akan mengurangi emisi
55,73 ribu tCO2eq. Sementara minyak bakar dan minyak tanah, masing-

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 57

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

masing akan mengurangi emisi 267,57 ribu ton dan 135,9 ribu tCO2eq. Secara
total aksi mitigasi kelompok II ini akan mengurangi emisi sebesar 1,219 juta
tCO2eq.
2.

Mengganti bahan bakar ke biomassa dan biogas. Aksi ini digolongkan ke


dalam aksi Kelompok III, yaitu strategi mengganti bahan bakar yang
menghasilkan emisi dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan emisi.
Penggunaan biomassa dan biofuel sebagai sumber energi industri dan
komersial akan dilakukan secara bertahap sejak tahun 2013 dan akhirnya pada
tahun 2020 bahan bakar industri dan sektor komersial sisuplai oleh 20%
biomassa. Jika ini dilakukan maka akan diperoleh penurunan emisi sebesar
3,25 juta tCO2eq.

3.

Meningkatkan efisiensi semua peralatan listrik di Industri dan sektor


Komersial. Mitigasi ini memang tidak secara langsung memberikan
penurunan emisi dari penggunaan bahan bakar di sektor Industri dan
Komersial, tetapi penurunan pembakaran bahan bakar pada pembangkit
energi. Konsumsi energi listrik pada tahun 2010 di sektor Industri, Komersial,
Sosial, dan Pemerintah adalah sebesar 3208 GWH.
Diperkirakan, pada tahun 2020 konsumsi ini akan menjadi 8028 GWH.
Konsumsi ini setara dengan 6,27 juta tCO2eq. Energi ini umumnya digunakan
untuk penerangan, menjalankan motor litrik untuk proses produksi, sistem
pengkondisian udara, dll. Aksi-aksi penggantian motor listrik yang sudah tua
dengan yang lebih hemat, lampu hemat energi dan sistem exhaust fan yang
menggunakan energi angin diasumsikan dapat melakukan penghematan 10%.
Nilai ini setara dengan pengurangan emisi sebesar 627,2 ribu tCO2eq pada
tahun 2020. Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan capacity building
bagi aparat pemerintah dan pelaku industri dan komersial. Aksi-aksi ini
digolongkan ke Kelompok IV.
Kelompok yang terakhir adalah penerapan teknologi heat recovery. Pada
umumnya pengubahan/konversi energi panas yang terdapat pada bahan bakar
ke energi yang berguna jauh dari 100%. Artinya akan selalu ada energi panas
yang terbuang ke lingkungan. Teknik memanfaatkan kembali energi terbuang
ini disebut heat recovery. Aksi ini akan mengurangi konsumsi energi secara

IV - 58

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

langsung dan akan mengurangi emisi-GRK. Dihararapkan beberapa aksi-aksi


ini dapat dilakukan dengan bantuan asing. Aksi mitigasi yang termasuk ke
Kelompok V ini antara lain.

4.

Pemanfaat panas buang sistem pendingin untuk pemanas air pada


bagunan-bangunan komersial seperti hotel dan rumah sakit. Aksi ini
diasumsikan dapat mengurangi konsumsi solar untuk menghasilkan air panas
sebesar 10%. Maka target penurunan yang diperoleh adalah sebesar 168 ribu
tCO2eq.

5.

Aplikasi heat recovery pada gas buang alat konversi energi seperti ruang
bakar boiler. Asumsi konsumsi energi berkurang 5% akan mengurangi emisi
sebesar 813 ribu tCO2eq.
Skenario penurunan emisi dari kelompok aksi-aksi mitigasi ini

digambarbarkan pada Grafik 4.24.

Grafik 4.21.
Skenario aksi-aksi mitigasi sektor Industri dan Komersial

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 59

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

4.2.6. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan Limbah


Berikut adalah Tabel 4.26 berupa usulan aksi mitigasi sektor pengelolaan
limbah di Provinsi Sumatera Utara disertai dengan penurunan emisi dari setiap
aksi mitigasi.
Tabel 4.26.
Usulan Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan Limbah
No.
1.

2.

3.
4.

5.
6.

7.

8.
9.

10.

11.

Usulan Aksi Mitigasi


Program
Peningkatan
Sarana-Prasarana
Persampahan sesuai UU No
18, 2008)
Program Minimasi Sampah
dengan prinsip 3R
Program
Peningkatan
Pengelolaan Gas Sampah
Pembangunan
prasarana
Waste Water Treatment
Pemukiman
Program Pengendalian Banjir
Program
Penyusunan
Perencanaan
Pengelolaan
Persampahan
Penyusunan
Perencanaan
Pengelolaan Air Limbah
Program Pengelolaan Badan
Air
Program
Pemberdayaan
Kesehatan Lingkungan dan
Masyarakat
Program Monitoring dan
Evaluasi
Program Non Teknis RAD
GRK

Total kegiatan
(termasuk sub kegiatan )
Total Penurunan Emisi
BAU
Persentase Penurunan Emisi
Total biaya mitigasi

Penurunan Emisi GRK

Pelaksana

751.694 tCO2eq

PU Cipta Karya Prov dan


K/K, Satker PLP, BLH
Prov, BLH K/K

306.800 tCO2eq

PU Cipta Karya Prov dan


K/K, Satker PLP, BLH
Prov, BLH K/K

35.461 tCO2eq

Satker PLP, Swasta

190.293 tCO2eq

PU Cipta Karya Prov dan


K/K, Satker PLP

94.303 tCO2eq

Dinas PSDA

Tidak ada nilai emisi

PU Cipta Karya Prov dan


K/K, Satker PLP

Tidak ada nilai emisi

PU Cipta Karya Prov dan


K/K, Satker PLP, BLH
Prov, BLH K/K

Tidak ada nilai emisi

BLH Prov, BLH K/K

Tidak ada nilai emisi

Dinkes K/K, BLH Prov K/K

Tidak ada nilai emisi

Tidak ada nilai emisi

Bappeda Prov K/K, BLH


Prov K/K, DKP K/K, Satker
PLP
Bappeda Prov K/K, BLH
Prov K/K, Dinas Pendidikan
Provsu

49 kegiatan
1.368.449 tCO2eq
5.315.858 tCO2eq
25,7%
1.841.010,00 (Rp.juta)

Sumber: Hasil Olahan

IV - 60

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Kegiatan Inti
Aksi Mitigasi 1: Program Peningkatan Sarana-Prasarana Persampahan sesuai UU
No.18/2008)
Program ini direalisasikan melalui rehabilitasi TPA un-managed deep
menjadi semi aerob di 18 Kab/Kota serta pembangunan 6 TPA Regional, sesuai
dengan UU No 18/2008 dimana harus segera dilaksanakan pada tahun 2013.
Namun, mengingat RAD-GRK baru masuk di RPJMD 2014-2019 maka
kemungkinan rehabilitasi dan pembangunan akan dimulai pada tahun 2014 dan
diasumsikan selesai/operasional pada tahun 2016. Kecuali TPA Aek Nabobar
yang telah dimulai pembangunannya sejak tahun 2010 dan selesai/operasional
pada tahun 2014. Rehabilitasi un-managed deep menjadi semi aerob
menyebabkan berkurangnya emisi gas metana sekitar 751.694 tCO2eq. Hal ini
disebabkan pipa oksigen yang disalurkan ke layer timbunan sampah menyebabkan
methanobacterium tidak berkembang dan selanjutnya akan terjadi pengurangan
produksi gas metana.
Metode semi aerob menjadi pilihan yang lebih disenangi karena biaya
pengoperasiannya lebih murah. Metode ini difasilitasi dengan komponen ventilasi
gas vertikal sekaligus juga berhubungan dengan

saluran penyalur lindi pada

lapisan liner/dasar dan juga saluran horizontal pada lapisan-lapisan sampah.


Akibatnya O2 akan tersalurkan sehingga tidak terjadi pembentukan gas metana.
Nilai Methane Correction Factor (MCF) pada timbunan dengan kondisi semiaerobic hanya sebesar 0,5, oleh karenanya menjadi lebih kecil dibandingkan
dengan kondisi open dumping un-managed yang sebesar 0,8. Mengecilnya nilai
MCF ini karena produksi metan yang berkurang dari timbunan sampah.

Gambar 4.3.
Kondisi semi aerobic mengurangi 50% emisi CH4

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 61

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Aksi Mitigasi 2: Program Minimasi Sampah dengan Prinsip 3R


Mitigasi 2 menggabungkan komposting sampah organik untuk sampah
uncatagorized di sumbernya/di masyarakat kota, sampah pedesaan yang dikelola
dalam galian lubang serta komposting di TPST dengan prinsip 3R. Dana yang
dialokasikan adalah untuk pendirian TPST, Bank sampah serta sosialisasi 3R dan
pemilahan sampah di 33 kabupaten/kota. Sementara komposting oleh masyarakat
diasumsikan dilakukan secara spontan demikian juga dengan komposting di
pedesaan dengan gali timbun diasumsikan meneruskan budaya yang sudah ada.
Komposting untuk sampah uncatagorized perkotaan serta sampah yang dikelola
dalam galian lubang di pedesaan, dan 3R diasumsikan sebesar 10% pertahun.
TPST disumsikan akan dilokasikan pada lokasi yang tidak mendapat
pelayanan pengangkutan sampah. Untuk Sumatera Utara ditargetkan tersedia 104
TPST sampai tahun 2020 dimana difasilitasi dengan mesin cacah plastik, ruangan
pemilahan, bak khusus untuk sampah plastik, sampah kaleng, sampah kertas dan
bak residu disertai ruang pengomposan. Dibutuhkan anggaran 500 juta rupiah
untuk sarana prasarana dimana menjadi bagian pekerjaan Dinas Cipta Karya
melalui APBD Kota/Kab, APBD Provinsi maupun APBN. Total sampah yang
dikelola 6 ton per hari termasuk pemilahan dan dalam satu tahun jumlah sampah
yang dikelola 900 ton dengan asumsi jumlah hari kerja 300 hari dalam setahun.
Pemilahan 1 kubik sampah membutuhkan 5-6 tenaga kerja per jam.
Komposting untuk sampah un-catagorized perkotaan serta sampah yang
dikelola dalam galian lubang di pedesaan diasumsikan sebesar 10% per tahun.
Asumsi sebesar 10% ditetapkan karena terjadi kenaikan pertanaman organik di
Sumatera Utara serta disebabkan kegiatan membuang sampah di lubang sudah
merupakan budaya masyarakat di pedesaan. Sentra-sentra pertanaman organik di
Sumatera Utara terdapat di Langkat, Serdang Bedagai, Deli Serdang, Karo, Dairi,
Pak pak Bharat, Kota Medan. Namun secara umum terjadi kenaikan pemakaian
pupuk organik sesuai dengan kebijakan dari Departemen Pertanian. Tanaman
pekarangan yang memakai pupuk organik akan menyebabkan penghematan biaya
rumah tangga antara Rp. 200.000 400.000 per bulan. Selain itu, Kementerian
Pertanian mengeluarkan kebijakan untuk didirikannya kampung organik untuk
setiap kabupaten/kota. Dengan dilakukannya komposting dimulai tahun 2014

IV - 62

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

maka terjadi penurunan jumlah sampah (Gg) dari 84% menjadi 82% dan
seterusnya pada tahun 2020 menjadi sebesar 70%. Selanjutnya emisi GRK yang
bisa dihambat adalah 306.800 tCO2eq.
Bank sampah diperlukan untuk melengkapi TPST. Biaya untuk
pembangunan kelembagaan sekitar Rp. 50 juta per unit sehingga untuk 33
kabupaten/kota selama 8 (delapan) tahun dibutuhkan biaya sekitar Rp.
13.200.000.000, sementara untuk sosialisasi dan bimbingan teknis bank sampah
diperlukan biaya sekitar Rp. 80 juta per kabupaten.
Komposting sampah organik di pedesaan dengan sistem gali timbun
bagian dari kebiasaan masyarakat. Di Sumatera Utara, masyarakat pedesaan lazim
membuang sampah dalam lubang galian di halaman rumah. Bila lubang sudah
penuh maka dibuat lubang berikutnya. Selanjutnya sampah di lubang lama akan
dimanfaatkan sebagai kompos.
3R di masyarakat perlu dilakukan dengan berbagai tujuan.

RPJMD

Provinsi Sumatera Utara salah satunya menitik beratkan kepada tujuan


meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana hal ini juga ditindaklanjuti oleh
Dinas PU Sumatera Utara dengan memberdayakan masyarakat dalam upaya
meminimalisir sampah terutama sampah di sumbernya. Kebijakan 3R dapat
diimplementasikan dalam berbagai wujud, antara lain sebagai berikut:
1. Menghimbau masyarakat untuk mengurangi pemakaian plastik. Sebenarnya
hal ini sudah dirintis seperti beberapa pusat perbelanjaan di Kota Medan
memberi discount apabila pembeli membawa sendiri belanjaannya (Acer
Hardware, Home Sentra) ataupun super market yang tidak memanfaatkan
plastik namun karton (Maju Bersama, Lotte Mart, Indo Grosir). Plastik
membutuhkan lebih dari seratus tahun untuk terdegradasi.
2. Memperbanyak kegiatan 3R (reduce, reuse dan recycle), dimana sampah
yang dibawa ke TPA menjadi diminimalisir. Kegiatan ini merupakan juga
kegiatan daur ulang karena materialnya selanjutnya dikonversi menjadi
berbagai produk. Terdapat juga kegiatan dimana investor meminjamkan
mesin pencacah sehingga harga chip plastik menjadi lebih baik.
3. Waste collector swadaya di Medan, tidak saja mengumpulkan sampah
anorganik, juga sampah organik yang kemudian dikomposkan. Pencarian

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 63

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

market untuk kompos telah dijajaki dengan pertanian organik di Kabupaten


Dairi dan Humbang Hasundutan yang membutuhkan banyak pupuk kompos.
4. Recycle dalam bentuk komposting juga dilakukan oleh masyarakat petani
organik. HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) Kota Medan
memfokuskan pada kegiatan komposting sampah organik dan dimanfaatkan
menjadi pupuk untuk kebun organik.
5. Bank sampah.

Saat ini bank sampah mulai muncul di Sumatera Utara.

Kegiatan bank sampah harus diperbanyak antara lain di sekolah-sekolah


bukan saja di kota namun juga di desa. Bank sampah sampai saat ini
memfokuskan pada bahan anorganik, namun bukan suatu kemustahilan bank
sampah juga menerima kompos.
6. Komposting di perumahan/real estate. Perumahan Setia Budi Medan dengan
2500 KK bermaksud mengolah sampah organik warga dikarenakan
pengiriman sampah semakin jauh, yaitu yang sebelumnya pengiriman sampah
dilakukan ke TPA Namo Bintang namun saat ini karena volume TPA Namo
Bintang hampir maksimal maka pengiriman sampah dilakukan ke TPA
Terjun. Kegiatan di perumahan Setia Budi selanjutnya oleh REI/Organisasi
real estate Sumatera Utara akan dijadikan contoh untuk perumahan lainnya.
Sekitar 67% komponen sampah (domestik) di Sumatera Utara berupa sisa
makanan, dan sampah kayu/taman. Kesemua ini adalah material untuk membuat
kompos. Berdasarkan estimasi volume sampah sebesar 2.162 Gg sampah pada
tahun 2010, dan asumsi 67% komponen sampah merupakan bahan organik, maka
terdapat 1.449 Gg sampah organik sebagai bahan kompos, dan akan terus
meningkat sampai 1.827 Gg sampah organik pada tahun 2020.
Untuk menopang aksi mitigasi 2, terdapat beberapa kegiatan yang
berhubungan dengan peluncuran kebijakan, peraturan dan sosialisasi antara lain
seperti berikut;
a.

Menerbitkan kebijakan untuk memperbanyak kegiatan reduksi baik


pengurangan pemakaian plastik, kegiatan botot, kegiatan seperti yang
dilakukan HKTI, Bank Sampah.

IV - 64

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

b. Menerbitkan peraturan tentang kewajiban perusahaan membeli pupuk


kompos produksi masyarakat untuk kegiatan pertania organik atau untuk
pemupukan taman kota oleh pemprov/pemkab/pemkot.
c.

Sosialisasi dan pelatihan pembuatan kompos untuk kelompok masyarakat


oleh Dinas Kimpraswil,BLH dan Universitas yang memiliki Compost Centre
seperti Universitas Sumatera Utara.

d. Bantuan sarana komposting oleh CSR Perusahaan seperti PTPN, CSR


Perusahaaan Perkebunan Swasta.
e.

Bantuan modal dasar untuk bank sampah oleh CSR Perusahaan lainnya
seperti Bank nasional maupun swasta.

f.

Bantuan sarana daur ulang seperti mesin pencacah plastik, mesin pengepres
karton, majalah, buku, dll.

g. Bantuan pembuatan kertas daur ulang di kampus-kampus sehingga buku tulis


yang dijual di kampus termasuk buku yang berbahan dasar kertas daur ulang.

Aksi Mitigasi 3: Program Peningkatan Pengelolaan Gas Sampah/Recovery Gas


Metana di TPA Aek Nabobar
Recovery gas metana di TPA Aek Nabobar direncanakan bisa dimulai pada
tahun 2014. Recovery akan dibantu dengan pembakaran dan dengan dilakukan
pembakaran terhadap metana yang terbentuk akan terjadi pengurangan GRK
sebesar 35.461 Gg CO2eq.

Gambar 4.4
Fasilitas proyek pengambil, pengumpul dan pemanfaatan gas metana

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 65

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Aksi Mitigasi 4: Pembangunan prasarana Waste Water Treatment Pemukiman,


termasuk pembangunan off-site system, on-site system dan Migrasi sistem pit
latrine eksisting menjadi septic system/tangki septik /SANIMAS
Dari dokumen PPSP Toba Samosir, diketahui bahwa pada tahun 2014 akan
dilakukan pembangunan/rehabilitasi IPAL komunal di Kecamatan Ajibata dengan
populasi 1.500 kepala keluarga dan anggaran Rp 10.400.000.000 melalui dana
APBN dan APBD Kabupaten. Selanjutnya terdapat pembangunan jaringan pipa
kolektor/seawer melalui dana APBN dan APBD Kabupaten. Berdasarkan laporan
PPSP Kota Tebing Tinggi diketahui bahwa pada tahun 2015 akan membangun
IPAL komunal dengan nilai proyek Rp 2 miliar dan pembangunan tangki septik
komunal dengan nilai proyek Rp 500 juta. Selain yang telah direncanakan oleh
kab/kota melalui dokumen PPSP tersebut, maka pada aksi mitigasi 4 direncanakan
pembangunan MCK Plus, Pembangunan MCK Komunal Sanimas dimana
kegiatan ini merupakan upaya migrasi sistem pit latrine menjadi septic
tank/tangki septik. Pit latrine yang merupakan sistem pembuangan tinja paling
sederhana mengemisi gas metana terutama pada daerah yang banyak curah hujan
serta water table tinggi. Kondisi Sumatera Utara memfasilitasi teremisinya gas
metana sehingga perlu dilakukan migrasi dari pit latrine menjadi tangki septik.
Diasumsikan pada tahun 2020 pit latrine tidak dipakai lagi dan seluruhnya
memakai tangki septik.
Kabupaten Karo misalnya memprioritaskan untuk pembangunan sarana
MCK komunal, MCK plus plus dan septic tank komunal. Kondisi pengolahan
limbah cair di Kota Tanjung Balai saat ini melakukan prioritas pada SANIMAS.
Secara umum semua daerah berusaha melakukan migrasi dari pit latrine menjadi
septic system. Penurunan emisi dengan kegiatan ini sebesar 190.293 tCO2eq.
Aksi Mitigasi 5: Progran Non Teknis RAD GRK termasuk di dalamnya
Pembangunan Sistem Informasi Daerah untuk RAD-GRK dan Penyusunan
Peraturan Daerah
Aksi mitigasi 5 adalah suatu aksi yang tidak secara langsung mengurangi
emisi GRK namun perlu dilakukan. Program kerja sistem informasi daerah untuk
RAD-GRK antara lain sebagai berikut:

IV - 66

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

1. Dimulai dengan sosialisasi ke daerah


2. Dibangun sistem informasi dengan menyebarkan formulir lembar kerja yang
berhubungan dengan GRK (yang telah dibuat sebelumnya oleh Kelompok
Kerja di tingkat Provinsi)
3. Integrasi rencana aksi ke dalam kurikulum pendidikan Tingkat dasar sampai
menengah atas di provinsi Sumatera Utara
4. Seluruh daerah mengisi form dan mengirimkannya ke Pokja Provinsi
5.

Dilakukan input data dan evaluasi


Selanjutnya pada mitigasi 6 akan disusun Perda yang berhubungan dengan

mitigasi GRK seperti Perda Pelarangan Pembakaran Sampah, Perda Pemanfaatan


Limbah Organik Menjadi Kompos, Perda Pelarangan Pemakaian Pit Latrine

Kegiatan Pendukung
Aksi Mitigasi 6: Program Pengendalian Banjir yang akan mengurangi emisi
sebesar 93.860 Gg CO2eq.
Kegiatan mitigasi Pengendalian Banjir dilakukan melalui serangkaian
kegiatan sebagai berikut:
Pengerukan sludge dari sungai dan kolam retensi
Sosialisasi Prokasaih/Superkasih
Pemantauan kualitas air permukaan sungai dan kolam retensi

Aksi Mitigasi 7: Program Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Persampahan


Program ini tidak menghasilkan penurunan emisi secara langsung dan
direalisasikan melalui penyusunan Master Plan Persampahan di 33 Kab/Kota,
berikut penyusunan Studi Kelayakan dan DED serta AMDAL 6 TPA Regional dan
18 TPA Kabupaten, Perencanaan teknik TPST 3R dan Pembebasan Lahan TPA
Regional.

Aksi Mitigasi 8: Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah


Program ini juga tidak menghasilkan penurunan emisi secara langsung dan
direalisasikan melalui serangkaian kegiatan Penyusunan Master Plan Air Limbah,
Studi Kelayakan dan DED IPAL Komunal, Sudi Kelayakan dan MCK Komunal,

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 67

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Sosialisasi Rencana Pembangunan IPAL Komunal, Penyusunan SOP Pengelolaan


IPAL Komunal serta Penyusunan AMDAL Pengelolaan Limbah Terpusat
Kawasan Perkotaan Mebidangro.
Aksi Mitigasi 9: Program Pengelolaan Badan Air
Program ini termasuk tidak menhasilkan penurunan emisi langsung.
Kegiatan

yang

akan

direalisasikan

adalah

kegiatan

Sosialisasi

Prokasih/Superkasih serta Pemantauan kualitas air permukaan di sungai, rawa dan


kolam retensi.
Aksi Mitigasi 10: Program Pemberdayaan Kesehatan Lingkungan dan
Masyarakat
Program ini mengurangi emisi sebesar 116.761 Gt CO2eq dan
direalisasikan melalui kegiatan Kebijakan Pelarangan Open Burning, Sosialisasi,
penyuluhan dan Pengkajian Kebijakan Lingkungan Hidup, Pembentukan
Lembaga Sadar Sanitasi di setiap kelurahan, Pembinaan Sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata).
Aksi Mitigasi 11: Program Monitoring dan Evaluasi
Program ini tidak mengurangi emisi secara langsung. Kegiatan bervariasi
dimulai dengan Monev Kinerja Pengelolaan Persampahan, Monitoring Kualitas
Lingkungan, Pengembangan Kemampuan Analisa Laboratorium, Bamtek, Bimtek
dan Pendampingan Pengelolaan Air Limbah, Monev Kinerja Aksi Mitigasi
Penurunan GRK, Monev Penggunaan Anggaran Terkait Aksi Mitigasi,
Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kerja SKPD.

Dengan dilakukannya akumulasi mitigasi satu sampai sebelas kemudian


dilakukan pembandingan dengan BAU Baseline baik untuk sampah maupun
limbah cair domestik, maka diperoleh pengurangan sebesar 25,7%. Aksi mitigasi
1 sampai 5 merupakan kegiatan inti, aksi mitigasi 6 sampai 11 adalah kegiatan
pendukung. Pada Grafik 4.22. dapat dilihat tren penurunan emisi GRK dengan
dilakukannya aksi mitigasi 1 sampai 11.

IV - 68

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Sumber: Hasil olahan, 2012

Grafik 4.22.
Tren penurunan emisi GRK (25,7%) di Provinsi Sumatera Utara

Penurunan emisi diatur hanya sekitar 26% dan dilaksanakan dengan dana
APBD dan APBN. Perencanaan aksi penurunan GRK sesuai dengan RAN GRK
selanjutnya akan dilakukan sampai 41% dimana diharapkan

adanya bantuan

asing/donor.
4.3.

SKALA PRIORITAS

4.3.1. Skala Prioritas Sektor Pertanian


Pada umumnya, untuk menentukan prioritas dari aksi mitigasi dapat
didasarkan kepada empat kriteria utama, yaitu potensi penurunan emisi GRK,
keadilan, kepraktisan dalam pelaksanaan dan biaya-manfaat. Skala prioritas
pertanian terdiri dari 15 aksi mitigasi berdasarkan usulan aksi mitigasi yang
direncanakan
4.3.2. Skala Prioritas Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
Kriteria untuk penentuan prioritas aksi mitigasi sektor berbasis lahan di
Provinsi Sumatera Utara harus juga memperhitungkan kapasitas lokal, mulai dari
segi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan keuangan sebagai pendukung
kegiatan tersebut. Pada umumnya, untuk menentukan prioritas dari aksi mitigasi
dapat didasarkan kepada empat kriteria utama, yaitu potensi penurunan emisi
GRK, keadilan, kepraktisan dalam pelaksanaan dan biaya-manfaat. Berdasarkan
usulan aksi mitigasi sektor berbasis lahan, pemantapan hutan, rehabilitasi hutan,
dan pembagunan hutan merupakan prioritas aksi mitigasi sektor ini.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 69

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

4.3.3. Skala Prioritas Sektor Energi


Porsi sumber emisi yang terbesar untuk sektor energi bidang kelistrikan
(industri dan umum) serta perumahan adalah dari bidang pembangkitan energi
listrik dan penggunaan bahan bakar minyak di industri.

Dengan demikian

prioritas usaha-usaha mitigasi ditujukan untuk menurunkan emisi pada sektorsektor yang memiliki kontribusi emisi cukup signifikan. Sektor-sektor tersebut
yaitu pembangkitan listrik dan sektor industri. Sedangkan sektor rumah tangga
lebih ditujukan untuk usaha-usaha efisiensi energi dalam penggunaan peralatan
listrik rumah tangga.

4.3.4. Skala Prioritas Sektor Transportasi


Semua aksi mitigasi yang telah dihitung proyeksi target penurunannya
pada bagian di atas akan digolongkan kedalam 3 kelompok aksi mitigasi.
Kelompok I adalah semua aksi-aksi mitigasi dari nomor urut 1 sampai dengan no
urut 9 dan ditambah no 16. Kelompok II adalah aksi-aksi mitigasi yang diusulkan
di daerah atau sudah masuk dalam RPJMD Provinsi Sumatera Utara. Yang
termasuk kelompok II adalah nomor urut 11 sampai dengan nomor urut 15. Dan
Kelompok III adalah aksi mitigasi yang diharapkan dilakukan dengan adanya
bantuan asing, yaitu aksi mitigasi No 21.
Pembagian aksi-aksi mitigasi atas ketiga kelompok ini akan dijadikan
acuan skala prioritas. Kelompok I dimasukkan ke dalam skala prioritas tinggi dan
wajib dilakukan. Alasan utamanya adalah sudah termasuk aksi mitigasi yang
ditargetkan secara nasional dalam bentuk Peraturan Preiden. Kelompok II juga
dimasukkan ke dalam prioritas tinggi dan juga sudah dimasukkan dalam rencana
pembangunan daerah. Sementara Kelompok III dikategorikan prioritas sedang
karena akan dilakukan oleh pemerintah dan dengan bantuan asing.
Target penurunan dari aksi mitigasi Kelompok I secara total adalah
sebesar 1,26 juta tCO2eq. Kemudian aksi mitigasi Kelompok II sebesar 1,72 juta
tCO2eq, dan Kelompok III sebesar 1,56 juta tCO2eq. Secara total gabungan semua
aksi ini menurunkan emisi sebesar 4,54 juta tCO2eq.
Tabel 4.27.
IV - 70

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Perubahan emisi GRK akibat penerapan aksi-aksi mitigasi


Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020

BAU
(ribu tCO2eq)
5299.2
5674.4
6080.5
6520.5
6997.6
7515.2
8077.3
8687.9
9351.9
10074.5
10861.3

Mitigasi Kel I
(ribu tCO2eq)
5299.2
5674.4
6080.5
6512.6
6575.6
6876.0
7326.7
7820.5
8361.7
8952.7
9600.5

Mitigasi Kel II
(ribu tCO2eq)
5299.2
5674.4
6080.5
6442.6
6435.3
6665.4
6817.8
7010.9
7248.1
7535.0
7878.9

Mitigasi Kel III


(ribu tCO2eq)
5299.2
5674.4
6080.5
6442.6
6435.3
6404.5
6295.9
6228.1
6204.3
6230.4
6313.2

Skenario penurunan emisi dari BAU akibat penerapan kelompok aksi-aksi


mitigasi ini ditampilkan pada Grafik 4.23. Secara lengkap pelaksanaan aksi
mitigasi berserta biaya dan target penurunan ditampilkan pada Lampiran.

Grafik 4.23.
Proyeksi penurunan emisi BAU akibat penerapan aksi-aksi mitigasi

4.3.5. Skala Prioritas Sektor Industri

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 71

Bab 4

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Semua aksi mitigasi yang telah dijabarkan dan dihitung proyeksi target
penurunannya pada bagian di atas akan digolongkan kedalam 5 kelompok aksi
mitigasi, yang terdiri dari:
Kelompok I adalah aksi-aksi yang sudah ditetapkan secara nasional pada
PP No. 61 Tahun 2011 dimana Provinsi Sumatera Utara dimasukkan sebagai salah
satu provinsi yang harus menjalankannya, Kelompok II adalah strategi
penggantian bahan bakar dari yang emiter besar ke bahan bakar dengan emiter
lebih rendah, Kelompok III adalah strategi mengganti bahan bakar yang
menghasilkan emisi dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan emisi,
Kelompok IV adalah melakukan konservasi energi pada semua komponen industri
dan komersial yang menggunakan listrik sebagai sumber energinya, Kelompok V
adalah teknik heat recovery, dengan memanfaatkan panas buangan sebagai
sumber energi baru
Pembagian aksi-aksi mitigasi atas ketiga kelompok ini akan dijadikan
acuan skala prioritas. Dimana Kelompok I-IV termasuk prioritas tinggi dan
kelompok V prioritas sedang
4.3.6. Skala Prioritas Sektor Pengelolaan Limbah
Skala prioritas dari rencana aksi mitigasi dideskripsikan menjadi 2
kategori, yaitu aksi mitigasi inti (prioritas) dan aksi mitigasi pendukung.
Penetapan skala prioritas dilaksanakan berdasarkan :
1. dimungkinkan secara teknis
2. dimungkinkan secara ekonomis/pembiayaan
3. diterima secara politis dan sosial
4.

dapat dilaksanakan sesuai administrasi yang ada


Untuk sektor limbah, aksi mitigasi inti diprioritaskan pada mitigasi 1,

yaitu Program Peningkatan Sarana-Prasarana Persampahan yaitu melalui


rehabilitasi TPA un-managed deep menjadi semi aerob di 18 kota/kab serta
pembangunan 6 TPA Regional, sesuai dengan UU No 18/2008 dimana harus
segera dilaksanakan pada tahun 2013. Rehabilitasi un-managed deep menjadi
semi aerob menyebabkan berkurangnya emisi gas metana sekitar 751.694 tCO2eq,
dimana biaya mitigasi per 1 ton CO2 adalah Rp 148.465.

IV - 72

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

Bab 4

Aksi mitigasi sektor pengelolaan limbah yang menjadi skala prioritas


adalah:
1.

Program Minimasi Sampah dengan prinsip 3R, kegiatan ini menurunkan


emisi GRK 306.800 tCO2eq dengan biaya penurunan 1 tCO2eq sebesar Rp.
216.331.

2.

Program Peningkatan Pengelolaan Gas Sampah/Recovery gas metana di


TPA Aek Nabobar. Recovery gas metana di TPA Aek Nabobar
direncanakan bisa dimulai pada tahun 2014. Recovery akan dibantu dengan
pembakaran dan dengan dilakukan pembakaran terhadap metana yang
terbentuk akan terjadi pengurangan GRK sebesar 35.461 Gg CO2eq. Biaya
penurunan emisi GRK per 1 ton CO2 adalah Rp 1.381.785.

3.

Pembangunan prasarana Waste Water Treatment Pemukiman, termasuk


pembangunan off-site system, on-site system dan Migrasi sistem pit latrine
eksisting menjadi septic system/tangki septik /SANIMAS. Penurunan emisi
melalui kegiatan ini adalah besar 63.431 Gg CO2eq dengan biaya mitigasi
per 1 tCO2 Rp 2.541.340.

4.

Progran Non Teknis RAD GRK termasuk di dalamnya Pembangunan sistem


informasi daerah untuk RAD-GRK dan Penyusunan Peraturan Daerah.
Kegiatan ini tidak secara langsung mengurangi emisi GRK namun perlu
dilakukan. Program kerja sistem informasi daerah untuk RAD-GRK antara
lain sebagai berikut:

Dimulai dengan sosialisasi ke daerah.

Dibangun sistem informasi

dengan menyebarkan formulir lembar kerja

yang berhubungan dengan GRK (yang telah dibuat sebelumnya oleh


Kelompok Kerja di tingkat Provinsi).

Integrasi rencana aksi sektor Limbah kedalam kurikulum pendidikan mulai


tingkat dasar sampai menengah atas di Provinsi Sumatera Utara.

Seluruh daerah mengisi form dan mengirimkannya ke Pokja Provinsi.

Dilakukan input data dan evaluasi.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

IV- 73

V
Strategi Implementasi
RAD-GRK
Pada bab ini akan dipaparkan strategi implementasi semua aksi-aksi
mitigasi yang sudah dirumuskan pada Bab IV dari keenam sektor mitigasi agar
pelaksanaanya lebih operasional. Strategi aksi membahas sektor-sektor tersebut
dikaitkan dengan sumber pendanaan dan jadwal pelaksanaan.

Strategi

implementasi memuat 4 (empat) langkah berikut: (1) memetakan lembagalembaga yang dimiliki Provinsi Sumatera Utara, (2) mengidentifikasi sumber dana
yang mungkin, (3) menyusun jadwal implementasi masing-masing usulan aksi
mitigasi, dan (4) strategi sosialisasi aksi mitigasi.
Pemetaan kelembagaan yang dimaksud adalah melibatkan semua lembaga
publik, yang sudah disebutkan pada Bab III, lembaga swasta, dan lembaga
swadaya masyarakat baik yang dapat terlibat secara langsung maupun tidak
langsung. Sumber dana untuk melakukan aksi-aksi mitigasi ini dapat berasal dari
APBD, APBN, BUMN, dana yang berasal dari swasta dan sumber dana
asing/donor. Pada setiap rencana aksi juga harus menetapkan waktu/jadwal
pelaksanaan, sehingga dalam Bab ini dibuat jadwal implementasi mulai dari tahun
2013 hingga tahun 2020. Sementara, untuk monitoring dan evaluasi secara khusus
akan dibahas pada Bab VI dari dokumen ini.
Penjabaran dari keempat langkah tersebut di atas (lembaga yang terlibat,
sumber dana, jadwal implementasi, dan sosialisasi) untuk setiap aksi mitigasi dari
masing-masing sektor akan dijabarkan pada bagian berikut.

Bab 5

5.1.

Strategi Implementasi RAD-GRK

PEMETAAN KELEMBAGAAN DAN PEMBAGIAN PERAN

5.1.1. Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Pertanian


Tabel 5.1.
Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Pertanian
No

Aksi Mitigasi

Lembaga terkait

Studi kelayakan implementasi pengolahan


kompos TKS dan LCPKS sistem bunker
Sosialisasi proses pembuatan kompos dari
TKS sistem bunker yang ramah lingkungan
pada 33 Kabupaten/Kota
Studi kelayakan implementasi pengendalian
LCPKS dengan sistem RANUT
Sosialisasi manfaat teknologi RANUT untuk
mitigasi emisi GRK dari limbah cair
(LCPKS)
Pembangunan Reaktor Anaerobik Unggun
Tetap (RANUT) 10% PKS per tahun

Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas


Perkebunan.
Dinas
Pertanian,
Dinas
Perkebunan,
BAKORLUH.
Bappeda, Dinas Perkebunan.

3
4

7
8

9
10
11
12
13

14

15

V-2

Dinas Perkebunan, BAKORLUH.

PTP
Nusantara
II,III,IV;
Perusahaan
Besar
Swasta
Nasional/Asing.
Pembangunan Pabrik Pengolahan Kompos PTP
Nusantara
II,III,IV;
dari TKS dan LCPKS dengan sistem Perusahaan
Besar
Swasta
BUNKER 10% per tahun
Nasional/Asing.
Studi implementasi efisiensi penggunaan Bappeda, Dinas Perkebunan.
urea di perkebunan kelapa sawit
Pengurangan penggunaan urea di kebun PTP
Nusantara
II,III,IV;
kelapa sawit dengan aplikasi kompos TKS
Perusahaan
Besar
Swasta
Nasional/Asing.
Studi implementasi efisiensi penggunaan Bappeda, Dinas Perkebunan.
urea di perkebunan karet
Sosialisasi dan Training Budidaya Kelapa Dinas Perkebunan, BAKORLUH.
Sawit yang ramah lingkungan kepada petani
Sosialisasi dan Pelatihan Budidaya Karet Dinas Perkebunan, BAKORLUH.
bersih yang ramah lingkungan kepada petani
Pengurangan
penggunaan
urea
di Dinas Perkebunan
perkebunan karet
Penerapan System Rice Intensification (SRI) Dinas Pertanian, BAKORLUH,
Pengairan Optimum dan penggunaan Badan Ketahanan Pangan.
varietas unggul rendah emisi dan
pengurangan pupuk urea pada tanaman padi
sawah
Pemanfaatan kotoran hewan/ternak untuk Dinas Peternakan, Dinas Pertanian,
produksi biogas dan kompos
BAKORLUH, Badan Ketahanan
Pangan.
Program non teknis RAD-GRK berupa Dinas
Pendidikan
Provsu,
integrasi rencana aksi terkait sektor Akademisi
pertanian kedalam kurikulum pendidikan
mulai tingkat dasar sampai menengah atas di
Provinsi Sumatera Utara

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Strategi Implementasi RAD-GRK

Bab 5

5.1.2. Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan


Tabel 5.2.
Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan Dan Lahan Gambut
No
1
2

3
4
5
6
7

Aksi Mitigasi

Lembaga terkait

Sosialisasi RAD-GRK Sektor Kehutanan dan Bappeda, Dinas Kehutanan, Dinas


Lahan Gambut
Perkebunan, Dinas Pertanian.
Pemantapan kawasan hutan
Kementerian Kehutanan, Bappeda,
Dinas Kehutanan, BPKH Wil. I
Medan, BBTNGL, BTNBG.
Rehabilitasi mangrove 50,000 ha di kawasan Kementerian Kehutanan, Dinas
dan luar kawasan hutan
Kehutanan, BBKSDA Sumut.
Pembangunan hutan dan usaha hutan tanaman Kementerian Kehutanan, Dinas
Kehutanan.
Pengamanan hutan dan pengendalian Kementerian Kehutanan, Dinas
kebakaran hutan
Kehutanan, BBKSDA Sumut.
Pemanfaatan lahan pertanian
Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian,
Dinas Perkebunan.
Kegiatan penanaman pohon pada lahan yang Kementerian Kehutanan, Dinas
berupa rumput, tanah kosong menjadi hutan Kehutanan, Dinas Pertanian, Dinas
sekunder dan pemeliharaan tanaman kegiatan Perkebunan.
penanaman
Program non teknis RAD-GRK berupa Dinas
Pendidikan
Provsu,
integrasi rencana aksi terkait sektor pertanian Akademisi
kedalam kurikulum pendidikan mulai tingkat
dasar sampai menengah atas di Provinsi
Sumatera Utara

5.1.3. Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Energi


Tabel 5.3.
Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Energi
No

Aksi mitigasi

Lembaga terkait

Kegiatan Inti
1 Peningkatan efisiensi penggunaan energi peralatan rumah KESDM, Bappeda,
tangga dan industri
Distamben,
PLN,
a) Kampanye/sosialisasi untuk melakukan penghematan Pertamina.
energi di rumah tangga dan industri
b) Penggunaan lampu hemat energi
c) Penggunaan tipe AC hemat energi
d) Penggunaan refrigerator hemat energi

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

V- 3

Bab 5

Strategi Implementasi RAD-GRK

No

Aksi mitigasi

Lembaga terkait

Penyediaan dan pengelolaan energi baru terbarukan dan


konservasi energi
a) Pembangunan PLTA berskala mini dan mikro
b) Pembangunan PLTA berskala besar
c) Pembangunan PLTB (biomassa)
d) Pembagunan PLTU (batubara)
e) Pembangunan PLTP (panas bumi)
f) Pembangunan PLTS untuk daerah-daerah terpencil
g) Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME
h) Pengembangan/implementasi gedung/bangunan
green building
Pemanfaatan biogas untuk rumah tangga:
a) Sosialisasi pemanfaatan energi dari biogas
b) Program instalasi biogas dari kotoran ternak di RT

KESDM, Bappeda,
Distamben,
PLN,
Pertamina, PNG.

Kegiatan Pendukung
1 Penyusunan klasifikasi data potensi dan cadangan panas
bumi untuk ketenagalistrikan dan pemanfaatan langsung
energi panas bumi:
a) Pendataan potensi dan cadangan panas bumi untuk
ketenagalistrikan
b) Pilot project pemanfaatan langsung energi panas bumi
2 Penetapan wilayah kerja pertambangan (WKP) panas
bumi, yaitu identifikasi wilayah kerja pertambangan panas
bumi
3 Penyusunan kebijakan tentang panas bumi dan air tanah,
yaitu regulasi tentang pemanfaatan panas bumi
4 Penyediaan dan pengelolaan energi baru terbarukan dan
konservasi energi:
a) Pelaksanaan bimbingan teknis EBT
b) Pelaksanaan bimbingan teknis konservasi energi
5 Penetapan wilayah kerja pertambangan (WKP) panas
bumi, yaitu identifikasi wilayah kerja pertambangan panas
bumi.
6 Penggunaan bahan bakar nabati (BBN) dalam pemakaian
bahan bakar total.
7 Pengalihan pemakaian minyak tanah ke LPG secara penuh
8 Perhitungan dan pembaruan faktor emisi pada sistem grid
ketenagalistrikan.
9 Program non teknis RAD-GRK berupa integrasi rencana
aksi terkait sektor pertanian kedalam kurikulum
pendidikan mulai tingkat dasar sampai menengah atas di
Provinsi Sumatera Utara

V-4

KESDM, Distamben,
Dinas Peternakan.

KESDM, Distamben,
Bakosurtanal,
Pertamina.

KESDM, Bappeda,
Distamben.
KESDM, Bappeda,
Distamben.
KESDM, Bappeda,
Distamben

KESDM, Distamben,
Bakosurtanal
KESDM, Distamben,
BPP
KESDM, Distamben,
KESDM, Distamben,
PLN
Dinas
Pendidikan
Provsu, Akademisi

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Strategi Implementasi RAD-GRK

Bab 5

5.1.4. Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Transportasi


Tabel 5.4.
Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Transportasi
No

Aksi Mitigasi

Lembaga terkait

Pembangunan
ITS
(Inteligent
Transport
System)
Pengembangan
Pengendalian
Analisis
Dampak Lalu Lintas

Kementerian
Perhubungan,
Kementerian Kominfo, Dinas
Perhubungan.
Kementerian
Perhubungan,
Kementerian
PU,
Dinas
Perhubungan, BLH, Dinas
Penataan
Ruang
dan
Pemukiman, Polri.
Kementerian
Perhubungan,
Dinas Perhubungan, Polri.
Kementerian
Perhubungan,
Dinas Perhubungan, Polri.
Kementerian
Perhubungan,
Kementerian Koperasi, Dinas
Perhubungan, Organda.
Kementerian
Perhubungan,
Kementerian
ESDM,
Kementerian Tenaga Kerja,
Kementerian
Perindustrian,
Kementerian BUMN, Dinas
Perhubungan, PGN, Organda.
Kementerian
Perhubungan,
Dinas Perhubungan, Swasta,
Organda.
Kementerian
Perhubungan,
Kementerian Dalam Negeri,
Dinas Perhubungan, Bappeda

3
4
5

Penerapan
Manajemen
Parkir
Pengadaan
Sistem
BRT/semi BRT
Peremajaan
Armada
Angkutan Umum

Pemasangan Converter Kit


pada angkutan umum

Pelatihan dan Sosialisasi


Smart Driving

Studi kelayakan NMT (Non


Motorized Transport) di
kota-kota besar di Sumut

Membangun
(Pedestarian
Sepeda)

10

11

12

13

dan

NMT
Jalur

Menaikkan uang muka


kredit sepeda motor dan
pajak progresif kenderaan
pribadi roda 4
Studi Kelayakan sosial
ekonomi dan resiko konflik
dengan penyerobot jalur
KA lama existing
Pembangunan
KA
perkotaan Medan (MedanBinjai-DeliserdangDelitua-Pancurbatu)
Pembangunan KA double

Keterangan

Kementerian Koperasi
terkait dalam hal
Pendanaan

Pemilihan kota
berdasarkan proyeksi
pertumbuhan
transportasi
Kementerian
Perhubungan, Kota terpilih berasal
Kementerian
PU,
Dinas dari hasil studi
Perhubungan, Dinas Bina
Marga, Dinas Penataan Ruang
dan Permukiman.
BANK, Lembaga Penyedia
Kredit, Polri.

Bappeda, PT.
Perhubungan.
.

KAI,

Dinas

Kementerian Perhubungan ,
Kementerian
PU,
Dinas
Perhubungan, PT KAI.
Kementerian

Perhubungan,

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

V- 5

Bab 5

No

14

15

16

17

18

19
20

21

22

Strategi Implementasi RAD-GRK

Aksi Mitigasi

Lembaga terkait

tract Bandara Kuala Namu

Kementerian
PU,
Dinas
Perhubungan, PT KAI.
Kementerian
Perhubungan,
Kementerian
PU,
Dinas
Perhubungan, Organda.
Dinas Perhubungan, Dinas
Pariwisata, Polri.

Pembangunan
Angkutan
Bus Pemadu Moda ke
Bandara Kuala Namu
Car Free Day dan menutup
transportasi bermotor di
pusat keramaian
Pemasangan konverter kit Kementerian
Perhubungan,
pada mobil penumpang dan Kementerian ESDM, Pemda
mobil dinas
Provinsi
dan
Kabupaten,
Organda.
Studi
Kelayakan
Bus Bappeda,
Dikti,
USU,
Kampus dari kantung- UNIMED, BUMN.
kantung mahasiswa

Pembangunan Bus Kampus


dari
kantung-kantung
Mahasiswa
Pengembangan
Jalur
Sepeda dalam Kampus
Penanaman Pohon di Jalan
Perkotaan dan Provinsi

Keterangan

Target utama adalah


semua kenderaan dinas
yang dimiliki oleh
pemda
Aksi ini diharapkan
menjadi salah satu
usaha mengurangi
kemacetan di sekitar
kampus pada jam sibuk

USU, UNIMED, BUMN.

USU, UNIMED, BUMN.

Kementerian
Perhubungan
Kementerian
PU,
Dinas
Perhubungan, Dinas Bina
Marga.
Penambahan bahan bakar Kementerian
ESDM,
non emiter (biofuel)
Kementerian
Perhubungan,
Pertamina.
Integrasi rencana aksi Dinas Pendidikan Provsu, Target utama
terkait sektor pertanian Akademisi
masyarakat usia sekolah
kedalam
kurikulum
untuk meningkatkan
pendidikan di Provinsi
pengetahuan dan
Sumatera Utara
merubah
perilaku/mindset

5.1.5. Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Industri


Tabel 5.5.
Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Industri
No

Aksi Mitigasi

Lembaga terkait

Menyusun
sistem
manajemen
energi
di
perusahaan industri lahap
energi
Penghapusan bahan perusak
lapisan ozon (BPO) secara
berkala
dan

Kementerian ESDM, Kementerian


Perindustrian, Dinas Perindustrian,
Distamben.

V-6

Keterangan

Kementerian Perindustrian, Dinas refrigeran


juga
Perindustrian Provinsi dan Kabupaten, sebagai GRK. Aksi
BLH, Swasta.
ini juga harus diikuti

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Strategi Implementasi RAD-GRK

No

7
8

10

11

12

Aksi Mitigasi

Lembaga terkait

implementasinya di industri
refrigerasi,
foam,
dan
pemadam api.
Penggantian Bahan Bakar Kementerian Perindustrian, Dinas
emisi besar ke Gas Alam
Perindustrian Provinsi dan Kabupaten,
PGN.
Studi
pengembangan Kementerian ESDM, Kementerian
biomass dan biogas menjadi Perindustrian,
Bappeda,
Dinas
bahan bakar industri skala Perindustrian, Distamben.
kecil dan menengah
Mengganti bahan bakar ke Kementerian Perindustrian, Dinas
biomassa dan biogas
Perindustrian Provinsi dan Kabupaten,
Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan,
Kementerian ESDM, Swasta, BUMN.
Meningkatkan
efisiensi Kementerian Perindustrian, Dinas
semua peralatan listrik di Perindustrian Provinsi dan Kabupaten.
industri dan sektor komersial
Studi pemanfaatan panas Bappeda,
Distamben,
Dinas
buang sistem pendingin (AC) Perindustrian.
Pemanfaatan panas buang Kementerian
Perindustrian,
sistem pendingin untuk Distamben,
Dinas
Perindustrian
pemanas air pada bangunan- Provinsi dan Kabupaten, Dinas
bangunan komersial seperti Parawisata, Dinas Kesehatan.
hotel dan rumah sakit.
Aplikasi heat recovery pada Kementerian Perindustrian, Dinas
gas buang alat konversi Perindustrian Provinsi dan Kabupaten.
energi (ruang bakar boiler).
Studi Kelayakan Sentralisasi Bappeda, Dinas Perindustrian, PGN,
Lokasi Industri
Dinas
Penataan
Ruang
dan
Pemukiman.
Sentralisasi Lokasi Industri
Bappeda, Dinas Perindustrian, PGN,
Dinas
Penataan
Ruang
dan
Pemukiman.
Penghijauan Lokasi Industri, Dinas Perindustrian, Dinas Penataan
Bangunan Komersial dan Ruang dan Pemukiman.
Perumahan

Bab 5

Keterangan
penyediaan
peralatan pendeteksi
BPO

Pengembangan dari
hasil studi

5.1.6. Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan Limbah


Tabel 5.6.
Pemetaan Kelembagaan Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan Limbah
No
1

Aksi Mitigasi

Lembaga Terkait

Keterangan

Rehabilitasi/Pembangunan
Kementerian PU, Dinas Penataan
dan
Operasional
TPA Ruang dan Permukiman.
unmanaged deep menjadi
semi aerob di 6 TPA regional.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

V- 7

Bab 5

Strategi Implementasi RAD-GRK

No
2

Aksi Mitigasi

Lembaga Terkait

Peningkatan prasarana dan


sarana komposting sampah
organik yang bertambah
akibat pelarangan "open
burning" dan tidak terangkut
di perkotaan, komposting/3R
di TPST dan sosialisasi gali
timbun di pedesaan:
a Pembangunan 27 unit per Dinas PU Cipta Karya
tahun
TPS
Terpadu Komunitas Masyarakat
(TPST) per tahun di 33
kota/kabupaten per tahun.
b

Pendirian
33
Sampah
di
kota/kabupaten.

Bank BLH,
Swasta,
33 Masyarakat, USU.

Sosialisasi
3R
dan
Pemilahan Sampah di 33
kota/kabupaten.

Keterangan

dan Menciptakan
lapangan kerja

Komunitas CSR, menciptakan


lapangan Kerja, dan
pendampingan

BLH, Dinas Kebersihan.

3
4

Sosialisasi 3R dan sistim BLH , Dinas Kebersihan.


gali timbun untuk sampah
pedesaan.
Recovery gas metana di TPA Kementerian PU, Dinas Penataan
Regional Aek Nabobar.
Ruang dan Permukiman, Distamben.
Intensifikasi
Program
Percepatan
Pembangunan
Sanitasi Pemukiman (PPSP)
di 33 kabupaten kota,
termasuk pembangunan offsite system, on-site system
dan migrasi system pit latrine
eksisting menjadi septik
sistem/tangki
septik
/SANIMAS:
a Pembangunan
MCK Kementerian PU, Dinas Penataan
Komunal.
Ruang dan Permukiman, BUMN,
Swasta.
b

V-8

Pemantauan prasarana air BLH.


limbah domestik.
Pengelolaan
prokasih/Superkasih
(10%
BOD removed):
a Pengerukan sludge dari Kementerian PU, Dinas Penataan
kali/rawa/retensi.
Ruang dan Permukiman, Dinas
PSDA.
b Sosialisasi
BLH.
prokasih/superkasih.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Strategi Implementasi RAD-GRK

No

Aksi Mitigasi

Lembaga Terkait

Bab 5

Keterangan

c Pemantauan kualitas air BLH.


permukaan di sungai, rawa
dan kolam retensi.
6

5.2.

Bimbingan
Non Teknis
Dokumen
Program
Percepatan
Pembangunan
Sanitasi Pemukiman (PPSP)
di 33 kabupaten kota:
a Sosialisasi
pembuatan
dokumen PPSP untuk
pemkab/pemko
yang
belum membuat dokumen
PPSP.
b Asistensi
pembuatan
dokumen PPSP untuk
pemkab/pemko
yang
belum membuat dokumen
PPSP.
Program Non Teknis RAD
GRK sektor Pengelolaan
Limbah:
a Pembangunan
sistem
informasi daerah untuk
RAD-GRK.
b Sosialisasi RAD-GRK ke
kota/kabupaten.
c Pengembangan
sistem
informasi
RAD-GRK
Sumut.
d Integrasi rencana aksi
kedalam
kurikulum
pendidikan formal di
Provinsi Sumatera Utara

Bappeda, Dinas Penataan Ruang dan


Permukiman.

Bappeda, Dinas Penataan Ruang dan


Permukiman.

Bappeda Provsu

Bappeda Provsu
Bappeda Provsu

Dinas Pendidikan Provsu

IDENTIFIKASI SUMBER PENDANAAN


Sumber pendanaan untuk mengimplementasikan RAD-GRK dapat berasal

dari berbagai pendanaan dalam negeri maupun dari bantuan luar negeri.
Pendanaan dalam negeri bersumber dari APBN, APBD dan peran serta sektor
swasta. Sedangkan pendanaan luar negeri dapat bersumber dari kerjasama
bilateral, multilateral dengan negara pendonor dan pasar karbon.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

V- 9

Bab 5

a.

Strategi Implementasi RAD-GRK

Sumber Pendanaan Dalam Negeri


Kebijakan pendanaan untuk mendukung komitmen penurunan emisi GRK

secara sukarela merupakan bagian dari kebijakan yang telah ditetapkan di dalam
RPJMN 2010-2014. Dengan demikian, isu perubahan iklim telah mendapatkan
prioritas pendanaan melalui mekanisme APBN. Program-program penurunan
emisi GRK merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program pembangunan
nasional dengan adaptasi dampak dari perubahan iklim, sehingga tidak bersifat
eksklusif.
Sebagian besar kegiatan penurunan emisi GRK akan dilaksanakan oleh
daerah, oleh karena itu pembiayaannya harus diintegrasikan dengan programprogam pemerintah daerah yang dibiayai melalui APBD. Selain itu pendanaan
kegiatan penurunan emisi GRK dapat juga bersumber dari sektor swasta.
Sumber dana potensial lain untuk menangani perubahan iklim adalah
hibah dalam negeri (dari sektor swasta dan masyarakat) yang dikelola oleh
pemerintah. Pemerintah akan membuat pengaturan dan mekanisme yang
memudahkan pemberi hibah dalam menyalurkan dana tersebut. Beberapa sumber
dana swasta dalam negeri yang diharapkan dapat membiayai kegiatan penurunan
emisi GRK berasal dari perbankan, non perbankan dan Corporate Social
Responsibility (CSR) dari berbagai perusahaan sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

b.

Sumber Pendanaan Luar Negeri


Pembiayaan program penurunan emisi GRK yang bersumber dari luar

negeri terdiri dari kerjasama bilateral maupun multilateral serta pasar karbon.
Pemanfaatan dana pinjaman yang bersumber dari luar negeri ini sedapat mungkin
tidak memberikan beban yang berlebihan bagi keuangan negara. Sedangkan dana
yang bersunber dari pasar karbon (carbon trade) bisa dalam bentuk Clean
Development Mechanism (CDM) dan adanya harapan dari skema Bilateral Offset
Carbon Mechanism (BOCM) gagasan Jepang untuk pendanaan proyek-proyek
NAMAs.

V - 10

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Strategi Implementasi RAD-GRK

Bab 5

5.2.1. Identifikasi Sumber Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Pertanian


Tabel 5.7.
Identifikasi Sumber Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Pertanian
No

Aksi Mitigasi

Studi kelayakan
implementasi pengolahan
kompos TKS dan LCPKS
sistem BUNKER
Sosialisasi proses
pembuatan kompos dari
TKS sistem bunker yang
ramah lingkungan pada
33 Kabupaten/Kota

Studi kelayakan
implementasi
pengendalian LCPKS
dengan sistem RANUT

Sosialisasi manfaat
teknologi RANUT untuk
mitigasi emisi GRK dari
limbah cair (LCPKS)

Studi implementasi
efisiensi penggunaan urea
di perkebunan kelapa
sawit dan karet

Sosialisasi penggunaan
urea minimum untuk
mendapatkan hasil
optimum pada budidaya
kelapa sawit dan karet
Pembangunan
Reaktor
Anaerobik Unggun Tetap
(RANUT) 10% PKS per
tahun

Sumber Pendanaan

Keterangan

APBN,
APBD, Study ini diperlukan karena
Bantuan Luar Negeri. pertimbangan investasi oleh
sektor swasta, pada skala
komersial.
APBN,
APBD, Merupakan rangkaian
Bantuan Luar Negeri. kegiatan setelah diyakini
sistem BUNKER layak
secara ekonomi dan dapat
menurunkan Emisi GRK
secara signifikan
APBN,
APBD, Study ini diperlukan untuk
Bantuan Luar Negeri. mengetahui besarnya emisi
GRK yang dapat dikurangi
serta kajian ekonominya agar
dapat meyakinkan investor
bahwa investasi yang
ditanamkan dapat kembali
dalam jangka waktu yang
tidak terlalu lama.
APBN,
APBD, Study ini diperlukan untuk
Bantuan Luar Negeri. mengetahui besarnya emisi
GRK yang dapat dikurangi
serta kajian ekonominya agar
dapat meyakinkan investor
bahwa
investasi
yang
ditanamkan dapat kembali
dalam jangka waktu yang
tidak terlalu lama.
APBN,
APBD, Study ini diperlukan untuk
Bantuan Luar Negeri. mendapatkan jumlah urea
yang efektif untuk
pertumbuhan dan produksi
optimal
APBN,
APBD, Kegiatan yang cukup penting
Bantuan Luar Negeri. untuk memperkenalkan
penggunaan urea minimal
untuk produksi optimal
PTPN II, PTPN III
dan
PTPN
IV,
Perusahaan
Besar
Swasta
Nasional/Asing.

Kegiatan ini dapat dilakukan


oleh industri perkebunan
setelah aksi 1 dan 2.
Kegiatan ini diharapkan
dilaksanakan pada tahun
2014 sehingga pada akhir
2020 sebanyak 70% PKS

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

V- 11

Bab 5

No

Aksi Mitigasi

Pembangunan BUNKER
10% per tahun sebagai
teknologi
Pengolahan
Kompos dari TKS dan
LCPKS
Pengurangan penggunaan
Urea di kebun kelapa
sawit dengan aplikasi
kompos TKS

10

11

Pengurangan penggunaan
Urea di perkebunan karet

13

Penerapan System Rice


Intensification
(SRI)
Pengairan Optimum dan
penggunaan
varietas
unggul rendah emisi dan
pengurangan Pupuk urea
pada tanaman padi sawah
Pemanfaatan
kotoran
hewan/ternak
untuk
produksi biogas dan
kompos
Program
non
teknis
RAD-GRK
berupa
integrasi rencana aksi
terkait sektor pertanian
kedalam
kurikulum
pendidikan mulai tingkat
dasar sampai menengah
atas di Provinsi Sumatera
Utara

15

Sumber Pendanaan

PTPN II, PTPN III


dan
PTPN
IV,
Perusahaan
Besar
Swasta
Nasional/Asing.
PTPN II, PTPN III
dan
PTPN
IV,
Perusahaan
Besar
Swasta
Nasional/Asing.
Sosialisasi dan Training APBN,
APBD,
Budidaya Kelapa Sawit Bantuan Luar Negeri.
yang ramah lingkungan
kepada petani
Sosialisasi dan Training APBN,
APBD,
Budidaya Karet bersih Bantuan Luar Negeri.
ramah lingkungan kepada
petani

12

14

V - 12

Strategi Implementasi RAD-GRK

Keterangan
telah membuat RANUT
Kegiatan ini diharapkan
dapat dimulai pada tahun
2014, sehingga akhir tahun
2020 sebanyak 70% PKS
telah membuat BUNKER
Aksi ini dilakukan setelah
aksi No.7 dan 8 terlaksana
mulai tahun 2014

Kegiatan yang sangat penting


dapat meningkatan kualitas
SDM/petani. Dimulai tahun
2013
Kegiatan ini dapat dimulai
pada tahun 2013. Aksi ini
ditujukan kepada petani
perkebunan
rakyat
dan
pabrik crum rubber
PTPN II, PTPN III Aksi ini ditujukan untuk
dan
PTPN
IV, perusahan besar, karena
Perusahaan
Besar perkebunan rakyat umumnya
Swasta
tidak melakukan pemupukan.
Nasional/Asing.
APBN,
APBD, Aksi ini berkaitan dengan
Bantuan Luar Negeri. kegiatan
adaptasi
tetapi
berdampak positif terhadap
mitigasi karena mencegah
pembentukan gas metana

APBN,
APBD, Kegiatan
ini
dilakukan
Bantuan Luar Negeri. setelah kegiatan No 14
dilakukan pada tahun 2014
Dinas
Pendidikan Kegiatan ini merupakan
Provsu, Akademisi
media
informasi
bagi
masyarakat
untuk
meningkatkan pemahaman
serta
perubahan
perilaku/mindset
yang
ditujukan melalui pendidikan
formal

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Strategi Implementasi RAD-GRK

Bab 5

5.2.2. Identifikasi Sumber Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan dan


Lahan Gambut
Tabel 5.8.
Identifikasi Sumber Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan & Lahan Gambut
No.

Program/ Kegiatan

Target Lokasi

Biaya s.d 2020 (Rp)


APBD
APBN

DINAS KEHUTANAN
Kegiatan Inti
Program 1: Pemantapan kawasan hutan
1
Membentuk 3 Kesatuan Pengelolaan
Hutan (KPH)
2

Tata
batas
kawasan
hutan
dan
tertanganinya permasalahan kasus tata
batas kawasan hutan
Mempertahankan hutan primer lahan
kering, rawa gambut, hutan mangrove dan
hutan sekunder lahan kering, rawa gambut
dan hutan mangrove dan mencegah
konversi hutan primer dan sekuder
menjadi penggunaan lain
Sosialisasi kepada masyarakat tentang
pengelolaan kawasan hutan lindung dan
suaka alam
Peta zonasi hutan lahan kering, hutan
mangrove dan hutan rawa gambut

Mandailing
Natal, Karo,
Lab. Batu Utara

10.200.000.000

2500 km

10.000.000.000

Sumatera Utara

500.000.000

500.000.000

200.000.000

1.400.000.000

1.000.000.000

1.250.000.000

900.000.000

1.440.000.000

HL, HW,
Tahura
33
kabupten/kota

Program 2: Rehabilitasi kawasan dan luar kawasan mangrove


6
Pengadaan benih jenis-jenis mangrove
Medan,
Langkat,
Deli Serdang,
Serdang
Bedagai
(200 Ha).
Kegiatan perbenihan dan persemaian jenis Pantai Timur,
mangrove
Pantai Barat.
7
Rehabilitasi hutan mangrove dan lahan
15 Kab/kota
kritis lainnya
8
Pembinaan kelompok masyarakat pecinta
15 kab
hutan mangrove
Program 3: Pembangunan hutan dan usaha hutan tanaman
9
Penyusunan rencana program dan
kegiatan serta tersedianya data/informasi
kegiatan
pembangunan
kehutanan
18 Lokasi
Propinsi
Sumatera
Utara
(lintas
kabupaten/kota)

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

V- 13

Bab 5

No.

Strategi Implementasi RAD-GRK

Program/ Kegiatan

Target Lokasi

Biaya s.d 2020 (Rp)


APBD
APBN

10

Pembangunan dan pemeliharaan hutan


362220 Ha
224.440.000.000
500.000.000.000
rakyat, hutan desa dan hutan tanaman
11 Pembinaan dan pemanfatan kawasan
8 lokasi
400.000.000
600.000.000
hutan tanaman industri yang lestari
12 Penyusunan informasi/data pemanfaatan
9 kabupaten
800.000.000
kawasan hutan produksi lintas kabupaten
13 Tata batas penggunaan kawasan hutan
176.872 Ha
- 1.326.540.000.000
tanaman industri
14 Penyediaan informasi sistem silvikultur
dalam rangka pemberdayaan hutan
7
500.000.000
masyarakat dan peningkatan pendapatan
masyarakat
Program 4: Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan
15 Penataan tata batas kawasan hutan
2500 km
10.000.000.000
16 Pengurangan kasus pencurian kayu
(illegal logging), perambahan hutan,
9 kabupaten
8.000.000.000
12.000.000.000
kebakaran dan kerusakan hutan
17 Penanganan
kasus-kasus
hasil
7 kabupaten
1.500.000.000
pelanggaran peredaran hasil hutan
18 Peningkatan pengetahuan masyarakat
sekitar hutan dalam pencegahan dan
12 kabupaten
850.000.000
pengendalian kebakaran hutan
19 Penguatan kesepakatan/kerjasama semua
pihak (masyarakat, pemerintah dan pelaku
12 kabupaten
450.000.000
usaha) dalam rangka perlindungan dan
pengamanan hutan
20 Pembinaan masyarakat sekitar hutan
25 kabupaten
1.000.000.000
melalui kegiatan penyuluhan
21 Pemeliharaan hutan rakyat, hutan desa
dan hutan kemasyarakatan dan pelestarian
180.000 Ha
450.000.000.000
jenis tanaman hutan
Program 5: Kegiatan penanaman pohon pada lahan yang berupa rumput, tanah kosong menjadi
hutan sekunder dan pemeliharaan tanaman
22 Penyediaan bibit jenis tanaman hutan dan
multi purpose tree species dan
1.000.000.000
terbangunnya
persemaiannya
untuk Sumatera Utara
kegiatan
23 Rehabilitasi lahan kosong menjadi hutan
55.000 Ha
286.000.000.000
sekunder
24 Pemeliharaan tanaman hasil kegiatan
400.000 Ha
800.000.000.000
rehabiliasi
25 Kegiatan reboisasi di kawasan hutan
100.000 ha
550.000.000.000
26 Kegiatan penghijauan di luar kawasan
300.000 ha
750.000.000.000
hutan

V - 14

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Strategi Implementasi RAD-GRK

Bab 5

DINAS KEHUTANAN, DINAS PERTANIAN, DINAS PERKEBUNAN


Kegiatan Penunjang
Program 6: Sosialisasi RAD-GRK Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
27
Penyediaan data/informasi rencana aksi
Sumatera Utara
100.000.000
mitigasi ke tiap kabupaten/kota
28
Peningkatan pengetahuan tim Pokja
Kehutanan dan Lahan Gambut tentang Sumatera Utara
100.000.000
rencana aksi mitigasi
29
Penyebaran
hasil-hasil
penelitian,
Sumatera Utara
100.000.000
konferensi perubahan iklim
30
Integrasi rencana aksi terkait sektor
pertanian kedalam kurikulum pendidikan
mulai tingkat dasar sampai menengah atas Sumatera Utara
100.000.000
di Provinsi Sumatera Utara

200,000,000
200.000.000
-

Program 7: Pemanfatan lahan pertanian


30
31
32

Penyediaan informasi kawasan pertanian


untuk pemanfaatan tanaman tahunan
Pemanfaatan lahan pertanian untuk
penanaman hutan rakyat
Penyediaan data ijin pinjam pakai pada
kawasan pertanian dan HGU

Sumatera Utara

100.000.000

200,000,000

Sumatera Utara

100.000.000

200,000,000

Sumatera Utara

100.000.000

200,000,000

5.2.3. Identifikasi Sumber Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Energi


Tabel 5.9.
Identifikasi Sumber Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Energi
No

Aksi mitigasi

Kegiatan Inti
1.
Peningkatan efisiensi penggunaan energi peralatan rumah
tangga dan industri
a) Kampanye/sosialisasi untuk melakukan penghematan
energi di rumah tangga dan industri
b) Penggunaan lampu hemat energi
c) Penggunaan tipe AC hemat energi
d) Penggunaan refrigerator hemat energi
2.
Penyediaan dan pengelolaan energi baru terbarukan dan
konservasi energi
a) Pembangunan PLTA berskala mini dan mikro
b) Pembangunan PLTA berskala besar
c) Pembangunan PLTB (biomassa)
d) Pembagunan PLTU (batubara)
e) Pembangunan PLTP (panas bumi)

Sumber Pendanaan
APBN,
APBD,
Bantuan Luar Negeri.

APBN, APBD, Pihak


Swasta, Bantuan Luar
Negeri.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

V- 15

Bab 5

Strategi Implementasi RAD-GRK

No

Aksi mitigasi

Sumber Pendanaan

f)
g)
h)

Pembangunan PLTS untuk daerah-daerah terpencil


Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME
Pengembangan/implementasi gedung/bangunan green
building
3.
Pemanfaatan biogas untuk rumah tangga:
a) Sosialisasi pemanfaatan energi dari biogas
b) Program kegiatan instalasi biogas dari kotoran ternak di
rumah tangga
Kegiatan Pendukung
4.
Penyusunan klasifikasi data potensi dan cadangan panas
bumi untuk ketenagalistrikan dan pemanfaatan langsung
energi
panas bumi:
a) Pendataan potensi dan cadangan panas bumi untuk
ketenagalistrikan
b) Pilot project pemanfaatan langsung energi panas bumi
5.
Penetapan wilayah kerja pertambangan (WKP) panas bumi,
yaitu identifikasi wilayah kerja pertambangan panas bumi
6.
Penyusunan kebijakan tentang panas bumi an air tanah,
yaitu regulasi tentang pemanfaatan panas bumi
7.
Penyediaan dan pengelolaan energi baru terbarukan dan
konservasi energi:
a) Pelaksanaan bimbingan teknis EBT
b) Pelaksanaan bimbingan teknis konservasi energi
8
Penetapan wilayah kerja pertambangan (WKP) panas bumi,
yaitu identifikasi wilayah kerja pertambangan panas bumi
9.
Penggunaan bahan bakar nabati (BBN) dalam pemakaian
bahan bakar total
10. Pengalihan pemakaian minyak tanah ke LPG secara penuh
11.
12

APBN,
APBD,
Bantuan Luar Negeri.

APBN, APBD

APBN, APBD
APBN, APBD
APBN,
APBD,
Bantuan Luar Negeri

APBN, APBD
APBN, APBD

APBN,
APBD,
BUMN.
Perhitungan dan pembaruan faktor emisi pada sistem grid APBN, BUMN
ketenagalistrikan
Integrasi rencana aksi terkait sektor pertanian kedalam APBD
kurikulum pendidikan mulai tingkat dasar sampai menengah
atas di Provinsi Sumatera Utara

5.2.4. Identifikasi Sumber Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Transportasi


Tabel 5.10.
Identifikasi Sumber Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Transportasi
No

1
2
3

V - 16

Aksi Mitigasi

Pembangunan ITS (Inteligent


Transport System)
Pengembangan Pengendalian
Analisis Dampak Lalu Lintas
Penerapan Manajemen Parkir

Sumber Pendanaan

Perkiraan Dana
s.d. 2020
(Milyar Rupiah)

APBN, APBD, Swasta,


Lembaga Pendanaan Asing.
APBN, APBD, Swasta.

50
3,2

APBN, APBD, Swasta.

10

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Strategi Implementasi RAD-GRK

No

Aksi Mitigasi

Pengadaan Sistem BRT/semi BRT

Peremajaan Armada Angkutan


Umum
Pemasangan Converter Kit pada
angkutan umum
Pelatihan dan Sosialisasi Smart
Driving
Studi kelayakan NMT (Non
Motorized Transport) di kota-kota
besar di Sumut
Membangun NMT (Pedestarian dan
Jalur Sepeda)
Menaikkan uang muka kredit sepeda
motor dan pajak progresif kenderaan
pribadi roda 4
Studi Kelayakan sosial ekonomi dan
resiko konflik dengan penyerobot
jalur KA lama existing
Pembangunan KA perkotaan Medan
(Medan-Binjai-Deliserdang-DelituaPancurbatu)
Pembangunan KA double tract
Bandara Kuala Namu
Pembangunan Angkutan Bus
Pemadu Moda ke Bandara Kuala
Namu
Car Free Day dan menutup
transportasi bermotor di pusat
keramaian
Pemasangan konverter kit pada
mobil penumpang dan mobil dinas
Studi Kelayakan Bus Kampus dari
kantung-kantung mahasiswa
Pembangunan Bus Kampus dari
kantung-kantung Mahasiswa
Pengembangan Jalur Sepeda dalam
Kampus
Penanaman Pohon di Jalan
Perkotaan dan Provinsi
Penambahan bahan bakar non emiter
(biofuel)
Integrasi rencana aksi terkait sektor
pertanian
kedalam
kurikulum
pendidikan mulai tingkat dasar
sampai menengah atas di Provinsi
Sumatera Utara

6
7
8

9
10

11

12

13
14

15

16
17
18
19
20
21
22

Sumber Pendanaan

Bab 5

Perkiraan Dana
s.d. 2020
(Milyar Rupiah)

APBN, APBD, BUMN,


Swasta, Lembaga Bantuan
Asing.
APBN, APBD, BUMN,
Swasta, Masyarakat.
APBN, APBD, BUMN,
Swasta.
APBN, APBD, BUMN,
Swasta.
APBN, APBD, BUMN,
Swasta.

50

APBN, APBD, BUMN,


Swasta.
-

20

6
5
30
1

Tidak Perlu
Dana

APBD, PT KAI.

0,5

APBN, APBD, BUMN,


BUMD, Swasta.

100

APBN, APBD, BUMN,


BUMD, Swasta.
APBN, APBD, BUMN,
BUMD, Swasta.

100

APBD, BUMN, BUMD,


Swasta.

APBN, APBD, BUMN,


PGN, Swasta.
APBD, USU, UNIMED,
BUMN
APBN, APBD, BUMN,
USU, UNIMED, Swasta.
APBN, APBD, BUMN,
USU, UNIMED, Swasta.
APBN, APBD, BUMN,
BUMD, Swasta.
APBN, APBD, Lembaga
Bantuan Asing.
APBD

10

0,5
10
5
50
200
0.1

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

V- 17

Bab 5

Strategi Implementasi RAD-GRK

5.2.5. Identifikasi Sumber Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Industri


Tabel 5.11.
Identifikasi Sumber Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Industri
No

Aksi Mitigasi

Menyusun sistem manajemen


energi di perusahaan industri
lahap energi
Penghapusan bahan perusak
lapisan ozon (BPO) secara
berkala dan implementasinya
di industri refrigerasi, foam,
dan pemadam api.
Penggantian Bahan Bakar
emisi besar ke Gas Alam
Studi pengembangan biomass
dan biogas menjadi bahan
bakar industri skala kecil dan
menengah
Mengganti
bahan
bakar
industri skala kecil dan
menengah ke biomassa dan
biogas
Meningkatkan efisiensi semua
peralatan listrik di Industri dan
sektor Komersial
Studi pemanfaatan panas buang
sistem pendingin (AC)
Pemanfaat panas buang sistem
pendingin untuk pemanas air
pada
bagunan-bangunan
komersial seperti hotel dan
rumah sakit.
Aplikasi heat recovery pada
gas buang alat konversi energi
seperti ruang bakar boiler.
Studi Kelayakan Sentralisasi
Lokasi Industri
Sentralisasi Lokasi Industri
Penghijauan Lokasi Industri,
Bangunan
Komersial
dan
Perumahan

3
4

7
8

10
11
12

V - 18

Sumber Pendanaan

APBN,
Swasta.

APBD,

BUMN,

Perkiraan dana
s.d. 2020
(Milyar Rupiah)

10

APBN, APBD, Swasta.

10

APBN, APBD, PGN, Swasta.

10

APBN,
Swasta.

APBD,

BUMN,

APBN, APBD, Swasta.

40

APBN,
Swasta.

10

APBD,

BUMN,

APBD, Swasta.
APBN,
Swasta.

APBD,

1
BUMN,

APBN, Swasta.

50

APBN, APBD.

APBN, APBD.
APBN,
APBD,
Swasta

BUMN,

10
50

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Strategi Implementasi RAD-GRK

Bab 5

5.2.6. Identifikasi Sumber Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan


Limbah
Tabel 5.12.
Identifikasi Sumber Pendanaan Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan Limbah
No

Aksi Mitigasi

Rehabilitasi/Pembangunan dan Operasional TPA unmanaged deep


menjadi semi aerob di 6 TPA regional.
Peningkatan prasarana dan sarana komposting sampah organik
yang bertambah akibat pelarangan "open burning" dan tidak
terangkut di perkotaan, komposting/3R di TPST dan sosialisasi
gali timbun di pedesaan:
a Pembangunan 27 unit per tahun TPS Terpadu (TPST) per
tahun di 33 kota/kabupaten per tahun.
b Pendirian 33 Bank Sampah di 33 kota/kabupaten.
c Sosialisasi 3R dan Pemilahan Sampah di 33 kota/kabupaten.

Sumber Pendanaan
APBN, APBD.

APBN, APBD,
BUMN, Swasta.
APBN, APBD.
APBN, APBD,
BLN.
APBN, APBD.

Sosialisasi 3R dan sistim gali timbun untuk sampah pedesaan.


Integrasi rencana aksi kedalam kurikulum pendidikan mulai
e tingkat dasar sampai menengah atas di Provinsi Sumatera APBD
Utara
Recovery gas metana di TPA Regional Aek Nabobar.
APBN, APBD,
Bantuan Luar
Negeri.
Intensifikasi Program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Pemukiman (PPSP) di 33 kabupaten kota, termasuk pembangunan
off-site system, on-site system dan migrasi system pit latrine
eksisting menjadi septik sistem/tangki septik /SANIMAS:
a Pembangunan MCK Komunal.
APBN, APBD, BLN
b Pemantauan prasarana air limbah domestik.
APBN, APBD.
Pengelolaan prokasih/Superkasih (10% BOD removed):
a Pengerukan sludge dari kali/rawa/retensi.
APBN, APBD.
b Sosialisasi prokasih/superkasih.
APBN, APBD.
c Pemantauan kualitas air permukaan di sungai, rawa dan kolam APBN, APBD.
retensi.
Bimbingan
Non Teknis Dokumen
Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) di 33 kabupaten kota:
a Sosialisasi pembuatan dokumen PPSP untuk pemkab/pemko APBN, APBD.
yang belum membuat dokumen PPSP.
b Asistensi pembuatan dokumen PPSP untuk pemkab/pemko APBN, APBD.
yang belum membuat dokumen PPSP.
Program Non Teknis RAD GRK sektor Pengelolaan Limbah:
a Pembangunan sistem informasi daerah untuk RAD-GRK.
APBN, APBD.
b Sosialisasi RAD-GRK ke kota/kabupaten.
APBN, APBD.
c Pengembangan sistem informasi RAD-GRK Sumut.
APBN, APBD.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

V- 19

Bab 5

Strategi Implementasi RAD-GRK

5.3.

PENYUSUNAN JADWAL IMPLEMENTASI 6 (ENAM) SEKTOR NAMAs


Tabel 5.13.
Penyusunan jadwal implementasi 6 (enam) sektor NAMAs dari tahun 2013 hingga 2020
No

Aksi Mitigasi

SEKTOR PERTANIAN
1
Sosialisasi Zero Waste Agriculture Concept
2
Sosialisasi Pemanfaatan dan Pengendalian Limbah Sawit
3
Sosialisasi Pembuatan Kompos dari TKS
4
Sosialisasi Penggunaan RANUT
5
Sosialisasi BMP Concept
6
Sosialisasi PLTB (Pembukaan Lahan Tanpa Bakar)
7
Sosialisasi SRI pada tanaman pangan
8
Pengolahan Kompos TKS sistem BUNKER
9
Pengendalian LCPKS sistem RANUT
10 Sosialisasi BMP Concept (Sawit & Karet)
11 Pengurangan penggunaan Urea pada usaha pertanian dan perkebunan
12 Integrasi RAD-GRK kedalam kurikulum pendidikan tingkat dasar-menengah atas
SEKTOR KEHUTANAN DAN LAHAN GAMBUT
1
Sosialisasi RAD-GRK Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
2
Integrasi RAD-GRK kedalam kurikulum pendidikan tingkat dasar-menengah atas
3
Pemantapan kawasan hutan
4
Rehabilitasi mangrove 50,000 ha di kawasan dan luar kawasan hutan
5
Pembangunan hutan dan usaha hutan tanaman
6
Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan
7
Pemanfaatan lahan pertanian
Kegiatan penanaman pohon pada lahan yang berupa rumput, tanah kosong menjadi
8
hutan sekunder dan pemeliharaan tanaman kegiatan penanaman

V - 20

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

13

14

15

16

17

18

19

20

Strategi Implementasi RAD-GRK

No

Bab 5

Aksi Mitigasi

13

SEKTOR ENERGI
INTI
Peningkatan efisiensi penggunaan energi peralatan rumah tangga dan industri
a. Kampanye/sosialisasi untuk melakukan penghematan energi di rumah tangga dan
industri
1
b. Penggunaan lampu hemat energi
c. Penggunaan tipe AC hemat energi
d. Penggunaan refrigerator hemat energi
Penyediaan dan pengelolaan energi baru terbarukan dan konservasi energi
a. Pembangunan PLTA berskala mini dan mikro
b. Pembangunan PLTA berskala besar
c. Pembangunan PLTB (biomassa)
2
d. Pembagunan PLTU (batubara)
e. Pembangunan PLTP (panas bumi)
f. Pembangunan PLTS untuk daerah-daerah terpencil
g. Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME
h. Pengembangan/implementasi gedung/bangunan green building
Pemanfaatan biogas untuk rumah tangga:
3
a. Sosialisasi pemanfaatan energi dari biogas
b. Program kegiatan instalasi biogas dari kotoran ternak di rumah tangga
PENDUKUNG
Penyusunan klasifikasi data potensi dan cadangan panas bumi untuk
ketenagalistrikan dan pemanfaatan langsung energi
4
panas bumi:
a. Pendataan potensi dan cadangan panas bumi untuk ketenagalistrikan
b. Pilot project pemanfaatan langsung energi panas bumi
Penetapan wilayah kerja pertambangan (WKP) panas bumi, yaitu identifikasi wilayah
5
kerja pertambangan panas bumi

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

V- 21

14

15

16

17

18

19

20

Bab 5

Strategi Implementasi RAD-GRK

No
6
7
8
9
10
11
12

Aksi Mitigasi
Penyusunan kebijakan tentang panas bumi an air tanah, yaitu regulasi tentang
pemanfaatan panas bumi
Penyediaan dan pengelolaan energi baru terbarukan dan konservasi energi:
a. Pelaksanaan bimbingan teknis EBT
b. Pelaksanaan bimbingan teknis konservasi energi
Penetapan wilayah kerja pertambangan (WKP) panas bumi, yaitu identifikasi wilayah
kerja pertambangan panas bumi
Penggunaan bahan bakar nabati (BBN) dalam pemakaian bahan bakar total
Pengalihan pemakaian minyak tanah ke LPG secara penuh
Perhitungan dan pembaruan faktor emisi pada sistem grid ketenagalistrikan
Integrasi RAD-GRK kedalam kurikulum pendidikan tingkat dasar-menengah atas

SEKTOR TRANSPORTASI
1
Pembangunan ITS (Inteligent Transport System)
2
Pengembangan Pengendalian Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalin)
3
Penerapan Manajemen Parkir
4
Pengadaan Sistem BRT/semi BRT
5
Peremajaan Armada Angkutan Umum
6
Pemasangan Converter Kit pada angkutan umum
7
Pelatihan dan Sosialisasi Smart Driving
Studi kelayakan NMT (Non Motorized Transport) di kota-kota besar di Sumut,
8
sedang Kota Medan dimulai tahun 2013.
Membangun Non Motorized Transport/NMT (Pedestarian dan Jalur Sepeda). Kota
9
Medan mulai tahun 2013.
10 Menaikkan uang muka kredit sepeda motor dan pajak progresif kenderaan pribadi
Studi Kelayakan sosial ekonomi dan resiko konflik dengan penyerobot jalur KA lama
11
existing
12 Pembangunan KA perkotaan Medan (Medan-Binjai-Deliserdang-Delitua-Pancurbatu)

V - 22

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

13

14

15

16

17

18

19

20

Strategi Implementasi RAD-GRK

13
No
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Bab 5

Pembangunan KA Bandara Kuala Namu


Aksi Mitigasi

13

Pembangunan Angkutan Bus Pemadu Moda ke Bandara Kuala Namu


Car Free Day dan menutup transportasi bermotor di pusat keramaian
Pemasangan konverter kit pada mobil penumpang/mobil dinas
Studi Kelayakan Bus Kampus dari kantung-kantung mahasiswa
Pengembangan Bus Kampus dari kantung-kantung mahasiswa
Pengembangan Jalur Sepeda dalam Kampus
Penanaman Pohon di Jalan Perkotaan dan Provinsi
Penambahan bahan bakar non emiter (biofuel)
Integrasi RAD-GRK kedalam kurikulum pendidikan tingkat dasar-menengah atas

SEKTOR INDUSTRI
1 Menyusun sistem manajemen energi di perusahaan industri lahap energi
Penghapusan bahan perusak lapisan ozon (BPO) secara berkala dan
2
implementasinya di industri refrigerasi, foam, dan pemadam api.
Penggantian Bahan Bakar emisi besar ke Gas Alam. Pada saat ini proses ini
3
sedang berjalan. Upaya percepatan perlu digalakkan
Studi pengembangan biomass dan biogas menjadi bahan bakar industri skala
4
kecil dan menengah
5 Mengganti bahan bakar ke biomassa dan biogas
Meningkatkan efisiensi semua peralatan listrik di Industri dan sektor
6
Komersial
7 Studi pemanfaatan panas buang sistem pendingin (AC) yang komprehensif
Pemanfaatan panas buang sistem pendingin untuk pemanas air pada
8 bangunan-bangunan komersial seperti hotel dan rumah sakit, dimana beberapa
hotel telah merealisasikan hal tersebut.
9 Aplikasi heat recovery pada gas buang alat konversi energi seperti ruang
Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

V- 23

14

15

16

17

18

19

20

Bab 5

Strategi Implementasi RAD-GRK

bakar boiler.
No

10
11
12

Aksi Mitigasi

Studi Kelayakan Sentralisasi Lokasi Industri


Sentralisasi Lokasi Industri
Penghijauan Lokasi Industri, Bangunan Komersial dan Perumahan

SEKTOR PENGELOLAAN LIMBAH


1 Migrasi sistem pit latrine eksisting menuju septic system/tangki septik
2 Pengerukan sludge dari kali/rawa/retensi
Rehabilitasi/Pembangunan TPA Un-managed Deep menjadi Semi-aerobic
3
Landfill di 7 TPA Regional
4 Pembangunan TPS Terpadu (TPST)
5 Pendirian Bank Sampah
6 Recovery gas metan di TPA Aek Nabobar
7 Sosialisasi 3R dan Pemilahan Sampah
Bantuan Sarana dan Sosialisasi Komposting Sampah Domestik untuk
8
Uncatagorized ang bertambah karena pelarangan open burning
Komposting sampah organik pedesaan dengan sistem gali-timbun (kearifan
9
lokal sumsel)
10 Sosialisasi prokasih/superkasih
11 Pemantauan kualitas air permukaan di sungai, rawa dan kolam retensi.
12 Sosialisasi RAD-GRK sektor pengelolaan limbah ke kota/kabupaten
13 Pengembangan sistem informasi RAD-GRK Sumatera Utara

V - 24

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

13

14

15

16

17

18

19

20

VI
Monitoring & Evaluasi
6.1.

KOMPONEN MONITORING
Rencana Monitoring Penurunan Emisi GRK dilakukan setiap tahun dari

setiap kegiatan aksi penurunan emisi GRK. Kegiatan monitoring dilakukan oleh
stakeholders terkait dengan berbagai aspek pelaksanaan aksi mitigasi GRK yang
dirinci sebagai berikut:
1. Unsur pelaksana monitoring adalah seluruh SKPD Provinsi Sumatera
Utara dengan Bappeda Provinsi Sumatera Utara sebagai koordinator.
2. Bappeda Provinsi Sumatera Utara berkoordinasi dengan SKPD terkait,
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mengintegrasikan Rencana Aksi Darah
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Dearah (RPJMD), Renstra SKPD, RKPD, dan Renja SKPD;
3. SKPD terkait menyampaikan Pelaksanaan kegiatan terkait RAD-GRK
setiap tahunnya kepada Gubernur untuk di inventarisasi oleh sekretariat
RAD-GRK Provinsi Sumatera Utara;
4. Data hasil inventarisasi pelaksanaan kegiatan RAD-GRK digunakan untuk
mengamati

perkembangan

pelaksanaan

rencana

pembangunan,

mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan atau


akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin.

6.2.

KOMPONEN EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti

apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan

Bab 6

Monitoring & Evaluasi

rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan


rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan
kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan dampak (impacts) dari
pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang
transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indikator kinerja
pelaksanaan rencana, yang sekurangkurangnya meliputi indikator masukan,
indikator keluaran, dan indikator hasil/manfaat.
Sebelum ditetapkannya RAD-GRK telah dilakukan evaluasi dengan tujuan
untuk memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan
kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya.
Pada tahap pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh masing-masing SKPD untuk
menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan rencana dengan dibandingkan dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dalam dokumen RAD-GRK Provinsi
Sumatera Utara. Setelah pelaksanaan kegiatan rencana aksi dilakukan evaluasi
yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak)
program mampu mencapai penurunan emisi gas rumah kaca seperti yang telah
dirumuskan dalam dokumen RAD-GRK Provinsi Sumatera Utara. Evaluasi ini
digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan),
efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak
terhadap kebutuhan) dari RAD-GRK Provinsi Sumatera Utara.
Evaluasi RAD GRK Provinsi Sumatera Utara dilakukan dengan
mekanisme sebagai berikut:
1. Sekretariat RAD-GRK Provinsi Sumatera Utara menginventarisasi capaian
kegiatan aksi mitigasi gas rumah kaca Provinsi Sumatera Utara setiap
tahunnya, yang selanjutnya dibandingkan dengan rencana pencapaian
dalam dokumen RAD-GRK;
2. Sekretariat RAD-GRK Provinsi Sumatera Utara mempublikasikan hasil
perhitungan GRK dari setiap sektor yang berguna sebagai bahan
pembelajaran, penyadaran dan bahan review dari kegiatan yang sudah
dilakukan, baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat di Provinsi
Sumatera Utara;

VI - 2

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Monitoring & Evaluasi

Bab 6

3. Sekretariat RAD-GRK dengan tim koordinasi perlu melakukan evaluasi


terhadap pelaksanaan penurunan emisi GRK, kemudian jika diperlukan
melakukan revisi komponen Peraturan Gubernur tentang Penurunan Emisi
GRK yang telah ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun untuk disesuaikan dan
diintegrasikan dengan kebijakan perencanaan pembangunan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keterkaitan antara RADGRK dengan dokumen perencanaan lain dapat dilihat pada Gambar
berikut ini.

Gambar 6.1.
Kerangka Keterkaitan Dokumen/ Kebijakan Nasional-Daerah dengan RAD-GRK.

4. Pelaksanaan RAD-GRK Provinsi Sumatera Utara mengikuti ketentuan


dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

VI - 3

Bab 6

Monitoring & Evaluasi

6.3.

KOMPONEN KELEMBAGAAN DAN PELAPORAN KEGIATAN


MONITORING /EVALUASI
Komponen kelembagaan dan pelaporan kegiatan monitoring/evaluasi

kegiatan implementasi RAD-GRK di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai


berikut:
1. Pembentukan tim Koordinasi dalam usaha implementasi kegiatan
penurunan emisi GRK dapat beranggotakan.
a. Bappeda Provinsi Sumatera Utara;
b. SKPD terkait dengan pembagian urusan/tanggung jawab dan ruang
lingkup bidang dan sub bidang sesuai dengan kegiatan dalam
wilayah administratif (lihat BAB 3);
c. Akademisi dari Perguruan Tinggi di Provinsi Sumatera Utara;
d. LSM di Provinsi Sumatera Utara
2. Monitoring dan evaluasi dapat dimuat dalam laporan akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah (LAKIP) dengan justifikasi bahwa indikator target
kinerja penurunan emisi GRK sudah termuat dan teritegrasi dalam
RPJMD, Renstra dan RENJA SKPD. Serta kebijakan lain yang bersifat
sektoral yang telah terkuantifikasi secara jelas.
3. SKPD Provinsi Sumatera Utara melaporkan seluruh permasalahan dan
hasil perhitungan GRK, hasil pengulasan/evaluasi kebijakan pembangunan
sektoral maupun berdasarkan tata ruang, beserta hasil implementasi
kebijakan berkaitan dengan usaha penurunan GRK kepada Bappeda
Provinsi Sumatera Utara;
4. Hasil pelaporan kemudian dilakukan koordinasi dan pembahasan pada
tingkat Provinsi sebagai masukan dan konsep pelaporan dan implementasi
RAD tentang penurunan emisi GRK pada tingkat Nasional.
5. Hasil laporan tersebut merupakan bahan masukan dalam perumusan
kebijakan pembangunan dan mekanisme penganggaran pada tingkat pusat,
provinsi, maupun kabupaten/ kota setiap tahunnya.
6. Kegiatan dikoordinasikan oleh Bappeda Provinsi Sumatera Utara dengan
penanggung jawab kegiatan Gubernur Sumatera Utara, SKPD sebagai

VI - 4

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Monitoring & Evaluasi

Bab 6

unsur pelaksana teknis dalam pelaksanaan kegiatan mitigasi, dan


inspektorat sebagai unsur pengawas pelaksanaan kegiatan tersebut di
daerah.
Konsep implementasi RAD-GRK sampai dengan kegiatan monitoring dan
evaluasi secara lebih jelas disajikan pada Gambar 6.2 berikut.

Gambar 6.2.
Langkah-langkah utama dalam inventarisasi NAMAs penurunan GRK

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

VI - 5

Bab 6

Monitoring & Evaluasi

6.4.

RENCANA MONITORING DAN EVALUASI SEKTORAL

6.4.1. Rencana Monitoring dan Evaluasi Aksi Mitigasi Sektor Pertanian


Tabel 6.1
Rencana Monitoring dan Evaluasi Sektor Pertanian
Rencana Aksi

Indikator utama yang


dimonitor

Rencana Evaluasi

Pembangunan Pabrik
Pengolahan Kompos
dari TKS dan POME
menggunakan sistem
BUNKER

1. Pendataan jumlah PKS


dengan kapasitas > 60 ton/jam
2. Jumlah PKS yang
membangun sistem Bunker
3. Pelaksanaan pembangunan
bunker dan pengoperasiannya

Sebelum diterapkan dan setelah


diterapkan perlu evaluasi setiap
tahun

Pembangunan sistem
pengendalian emisi
GRK menggunakan
sistem RANUT
(Reaktor Anaerob
Unggun Tetap)

1. Pendataan jumlah PKS


dengan kapasitas > 60 ton/jam
2. Jumlah PKS yang
membangun sistem RANUT.
3. Pelaksanaan pembangunan
RANUT dan
pengoperasiannya
1. Pendataan luas areal padi
sawah yang beririgasi teknis
per Kabupaten/Kota
2. Jumlah sawah yang
menrapkan SRI

Sebelum diterapkan dan setelah


diterapkan perlu evaluasi setiap
tahun

Penerapan System
Rice Intensification
(SRI) terutama pada
sawah beririgasi
teknis

Integrasi Rencana
Aksi kedalam
kurikulum pendidikan

Meningkatnya pemahaman
/pengetahuan masyarakat tentang
emisi gas rumah kaca melalui
pendidikan formal

1. Pendataan jumlah PKS


dengan kapasitas > 60
ton/jam
2. Jumlah PKS yang
membangun sistem Bunker
3. Pelaksanaan pembangunan
bunker dan pengoperasiannya
Evaluasi dan monitoring
dilakukan setiap tahun mulai
2015-2020

6.4.2. Rencana Monitoring dan Evaluasi Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan


dan Lahan Gambut
Rencana monitoring dan evaluasi Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
difokuskan pada pengukuran penurunan emisi aktual relatif terhadap skenario
BAU di tahap selajutnya dengan memperhitungkan komponen lain seperti
ketersediaan anggaran, peningkatan kapaisitas dan teknologi. Tabel 6.2
memperlihatkan Penanggung jawab pelaporan setiap rencana aksi adalah SKPD
terkait sector kehutanan dan lahan gambut di Provinsi Sumatera Utara
bekerjasama dengan instansi atau lembaga seperti LSM dan dari Perguruan Tinggi

VI - 6

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Monitoring & Evaluasi

Bab 6

Tabel 6.2.
Rencana Monitoring dan Evaluasi Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
Rencana Aksi
Indikator utama yang dimonitor
Sosialisasi RAD1. Diperolehnya data/informasi rencana
GRK Sektor
aksi mitigasi
Kehutanan dan Lahan 2. Meningkatnya pengetahuan tim
Gambut
Pokja Kehutanan dan Lahan Gambut
tentang rencana aksi mitigasi
3. Tersebarnya hasil-hasil penelitian,
konferensi perubahan iklim
Integrasi Rencana
1. Meningkatnya pemahaman
Aksi kedalam
/pengetahuan masyarakat tentang
kurikulum
emisi gas rumah kaca melalui
pendidikan
pendidikan formal
Pemantapan kawasan 1. Terbentuknya 4 Kesatuan
hutan
Pengelolaan Hutan (KPH)
2. Diketauinya kondisi batas kawasan
hutan dan tertanganinya
permasalahan kasus tata batas
kawasan hutan
3. Dipertahankannya hutan primer dan
sekunder lahan kering, mangrove dan
rawa gambut
4. Tersosialisasinya masyarakat tentang
pengelolaan kawasan lindung
5. Tersedianya peta zonasi hutan lahan
kering, hutan mangrove dan hutan
rawa gambut
Rehabilitasi
1. Tersedianya pengadaan benih jenis
mangrove 50,000 ha
mangrove
di kawasan dan luar
2. Terpantaunya dan terfasilitasinya
kawasan hutan
kegiatan perbenihan dan persemaian
Langkat dan Karang
jenis mangrove
Gading (SM Karang
3. Terabilitasinya hutan mangrove dan
Gading dan Langkat
lahan kritis lainnya
Timur Laut)
4. Terbinanya kelompok masyarakat
pecinta hutan mangrove
Pembangunan hutan
1. Tercapainya sinkronisasi penyusunan
perencanaan program dan kegiatan
dan usaha hutan
serta tersedianya data/informasi
tanaman
kegiatan pembangunan kehutanan
Propinsi Sumatera Utara (lintas
kabupaten/kota)
2. Terbangunnya dan terpeliharanya
hutan rakyat, hutan desa dan hutan
tanaman
3. Terbina dan termonitornya
pemanfatan kawasan hutan tanaman
industri yang lestari
4. Diperoleh informasi/data
pemanfaatan kawasan hutan produksi
lintas kabupaten

Rencana Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada
tahun berjalan (2013)

Evaluasi dan monitoring


dilakukan setiap tahun
mulai 2015-2020
Evaluasi dan monitoring
dilakukan setiap tahun
mulai tahun 2014-2018

Evalusi dan monitoring


dilaksanakan setiap tahun
sejak 2014

Evalusi dan monitoring


dilakukan setiap tahun
sejak 2014

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

VI - 7

Bab 6

Monitoring & Evaluasi

Rencana Aksi
5.
6.

Pengamanan hutan
dan pengendalian
kebakaran hutan

1.
2.

3.
4.

5.

6.
7.

Pemanfaatan lahan
pertanian

1.

2.
3.
Kegiatan penanaman
pohon pada lahan
yang berupa rumput,
tanah kosong menjadi
hutan sekunder dan
pemeliharaan
tanaman kegiatan
penanaman

1.

2.
3.
4.
5.

Indikator utama yang dimonitor


Terkendalinya batas penggunaan
kawasan hutan tanaman industri
Tersedianya informasi sistem
silvikultur dalam rangka
pemberdayaan hutan masyarakat dan
peningkatan pendapatan masyarakat
Terjaganya batas kawasan hutan
Berkurangnya kasus pencurian kayu
(illegal logging), perambahan hutan,
kebakaran dan kerusakan hutan
Tertanganinya kasus-kasus hasil
penlanggaran peredaran hasil hutan
Meningkatnya pengetahuan
masyarakat sekitar hutan dalam
pencegahan dan pengendalian
kebakaran hutan
Diperolehnya kesepakatan/kerjasama
semua pihak (masyarakat, pemerintah
dan pelaku usaha) dalam rangka
perlindungan dan pengamanan hutan
Terbinanya masyarakat sekitar hutan
melalui kegiatan penyuluhan
Terpeliharanya hutan rakyat, hutan
desa dan hutan kemasyarakatan dan
pelestarian jenis tanaman hutan
Diperoleh informasinya kawasan
pertanian untuk pemanfaatan
tanaman tahunan
Dimanfaatkannya lahan pertanian
untuk penanaman hutan rakyat
Diperolehnya data ijin pinjam pakai
pada kawasan pertanian dan HGU
Tersedianya bibit jenis tanaman
hutan dan multi purpose tree species
dan terbangunnya persemiannya
untuk kegiatan
Terhabilitasinya lahan kosong
menjadi hutan sekunder
Terpeliharanya tanaman hasil
kegiatan rehabiliasi
Terlaksananya kegiatan reboisasi di
kawasan hutan
Terlaksananya kegiatan penghijauan
di luar kawasan hutan

Rencana Evaluasi

Monitoring dan evalusi


dilaksanakan setiap tahun
mulai tahun 2014

Evaluasi setiap tahun


dilaksanakan sejak tahun
2014

Sebelum dan setelah


setelah aksi mitigasi
perlu dilakukan evaluasi
berkala

6.4.3. Rencana Monitoring dan Evaluasi Aksi Mitigasi Sektor Energi


Kegiatan pengawasan dan evaluasi terhadap usulan kegiatan mitigasi pada
sektor energi mengacu kepada kewenangan pemerintah daerah yang diatur dalam

VI - 8

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Monitoring & Evaluasi

Bab 6

PP Nomor 37 Tahun 2007, khususnya bidang energi dan sumber daya mineral.
Turunnya emisi gas rumah kaca merupakan konsekuensi logis dari pelaksanaan
kegiatan rencana aksi mitigasi, sehingga indikator kegiatan tidak lagi difokuskan
kepada angka-angka besaran penurunan. Indikator kegiatan lebih dititikberatkan
pada hal-hal strategis yang merupakan dampak lanjutan dari kegiatan mitigasi
berupa konservasi energi.
Tabel 6.3.
Tabel kegiatan pengawasan RAD, indikator kegiatan dan rencana pengawasan
No

Rencana aksi mitigasi

Indikator kegiatan

Rencana kegiatan
pengawasan dan evaluasi

KEGIATAN INTI
1. Peningkatan efisiensi
penggunaan energi pada
peralatan rumah tangga dan
industri
a) Kampanye/sosialisasi
untuk melakukan
penghematan energi di
rumah tangga dan
industri
b) Penggunaan lampu
hemat energi
c) Penggunaan tipe AC
hemat energi
d) Penggunaan refrigerator
hemat energy

a.

b.
c.
d.

Dilaksanakan secara
periodik setiap
semester/tahun dengan
frekuensi kegiatan
melibatkan pemangku
sosialisasi penggunaan
kepentingan dalam
peralatan listrik yang
pengawasan produkhemat energi
produk peralatan hemat
jumlah pengunaan lampu energi yang beredar di
hemat energi
lapangan.
jumlah penggunaan AC
hemat energi
jumlah penggunaan
refrigerator hemat energy

2. Penyediaan dan pengelolaan a. terpenuhi bauran energi


energi baru terbarukan dan
untuk sumber energi
konservasi energi
primer pembangkit listrik
a) Pembangunan PLTA
yang tidak lagi
berskala mini dan mikro
didominasi oleh bahan
b) Pembangunan PLTA
bakar fosil
berskala besar
b. jenis dan jumlah potensi
c) Pembangunan PLTB
sumber energi terbarukan
(biomassa)
yang dimanfaatkan
d) Pembagunan PLTU
sebagai sumber energi
(batubara)
yang dapat diakses
e) Pembangunan PLTP
dengan mudah oleh
(panas bumi)
penduduk di daerah
f) Pembangunan PLTS
terpencil
untuk daerah-daerah
c. pengembangan konsep
terpencil
yang lebih mapan untuk
g) Pengembangan Desa
bangunan yang
Mandiri Energi (DME)
berwawasan lingkungan
h) Pengembangan/implem
hasil kerjasama dengan
entasi gedung/bangunan
institusi riset dan

a. Pembinaaan dan
pengawasan pelaksanaan
usaha ketenagalistrikan
yang izinnya diberikan
oleh provinsi
b. Evaluasi bauran energi
disesuaikan dengan
Rencana Umum Energi
Daerah (RUED) yang
telah disusun dan
disahkan oleh
pemerintah daerah
c. Kegiatan kordinasi
dalam penyediaan listrik
pedesaan di wilayah
Sumut
d. Pembinaan inspektur
ketenagalistrikan serta
pembinaan jabatan
fungsional

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

VI - 9

Bab 6

No

Monitoring & Evaluasi

Rencana aksi mitigasi


green building

Indikator kegiatan

Rencana kegiatan
pengawasan dan evaluasi

pengembangan pada
e. Pembinaan dan
lembaga pendidikan
pengawasan pelaksanaan
tinggi di daerah
izin usaha pertambangan
d. Jumlah izin usaha
mineral, batubara dan
pertambangan mineral,
panas bumi pada
batubara dan panas bumi
wilayah lintas
pada wilayah lintas
kabupaten/kota dan
kabupaten/kota dan
paling jauh 12 (dua
paling jauh 12 (dua belas) belas) mil laut diukur
mil laut diukur dari garis
dari garis pantai ke arah
pantai ke arah laut lepas
laut lepas dan/atau ke
dan/atau ke arah perairan
arah perairan kepulauan
kepulauan.

3. Pemanfaatan biogas untuk


a. Penurunan jumlah
a. Pengawasan dan
rumah tangga:
konsumsi minyak tanah
evaluasi kegiatan
a) Sosialisasi pemanfaatan
atau LPG di rumah
bimbingan teknis
energi dari biogas
tangga yang telah
teknologi biogas bagi
b) Program kegiatan
memiliki instalasi
rumah tangga
instalasi biogas dari
biogas
kotoran ternak di rumah
tangga
b. Keterlibatan institusi
b. Kegiatan kordinasi
keuangan dan lembaga
dalam penyediaan
swadaya masyarakat
instalasi biogas untuk
dalam mendukung
rumah tangga
kegiatan pemanfaatan
biogas di rumah tangga
KEGIATAN PENDUKUNG

VI - 10

1. Penyusunan klasifikasi data


potensi dan cadangan panas
bumi untuk ketenagalistrikan
dan pemanfaatan langsung
energi
panas bumi:
a) Pendataan potensi dan
cadangan panas bumi
untuk ketenagalistrikan
b) Pilot project
pemanfaatan langsung
energi panas bumi

Pengelolaan data dan


informasi mineral, batubara,
panas bumi dan air tanah
serta pengusahaan dan
Sistem Informasi Geografis
wilayah kerja pertambangan
di wilayah provinsi Sumut

Pembaharuan data dan


informasi yang terkait
dengan potensi mineral,
batubara, panas bumi dan
air tanah untuk
meningkatkan akurasi data
dan informasi

2. Penetapan wilayah kerja


pertambangan (WKP) panas
bumi:
a) Identifikasi wilayah
kerja pertambangan
panas bumi

Jumlah lokasi penetapan


potensi panas bumi dan air
tanah serta neraca sumber
daya dan cadangan mineral
dan batubara di wilayah
provinsi

Kordinasi dengan berbagai


instansi terkait dalam
melakukan penetapan
lokasi sehingga
pemanfaatan potensi tetp
memperhatikan aspekaspek lingkungan hidup

3. Penyusunan kebijakan
tentang panas bumi an air

Peraturan daerah yang terkait Penelaahan lebih lanjut


dengan pemanfaatan potensi mengenai peraturan-

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Monitoring & Evaluasi

No

Rencana aksi mitigasi


tanah:
a) Regulasi tentang
pemanfaatan panas bumi
b) Regulasi tentang
pemanfaatan air tanah

Bab 6

Indikator kegiatan
panas bumi dan air tanah

Rencana kegiatan
pengawasan dan evaluasi
peraturan daerah yang
terkait dengan
pemanfaatan potensi panas
bumi dan air tanah

4. Penyediaan dan pengelolaan a. Lembaga diklat provinsi


energi baru terbarukan dan
yang terakreditasi sebagai
konservasi energi:
penyelenggara
a) Pelaksanaan bimbingan
pendidikan dan pelatihan
teknis EBT
teknis dan fungsional
b) Pelaksanaan bimbingan
tertentu sektor energi
teknis konservasi energi
baru terbarukan dan
konservasi energy
b. Kegiatan bimbingan
teknis energi baru
terbarukan dan
konservasi energi untuk
kepala sub dinas
kabupaten/kota dan
kepala seksi dinas
kabupaten/kota yang
mengelola sektor energi
baru terbarukan dan
konservasi energi
lembaga diklat
terakreditasi
c. Kerjsama dengan institusi
pendidikan terkait yang
ada di daerah dalam
melaksanakan kegiatan
bimbingan teknis

Pengawasan dan evaluasi


kurikulum lembaga diklat
provinsi penyelenggara
bimbingan teknis sektor
EBT dan konservasi energi
yang telah terakreditasi
bekerjasama dengan
instansi pendidikan yang
telah ada di daerah

5. Penetapan wilayah kerja


Jumlah lokasi WKP panas
pertambangan (WKP) panas bumi di wilayah provinsi
bumi:
Sumatera Utara
a) Identifikasi wilayah
kerja pertambangan
panas bumi

Pembaharuan data dan


informasi yang terkait
dengan potensi panas
bumi di wilayah propnsi
Sumatera Utara

6. Penggunaan bahan bakar


Distribusi bahan bakar nabati
nabati (BBN) dalam
dan bahan bakar minyak di
pemakaian bahan bakar total wilayah propinsi Sumatera
Utara dilakukan dengan
optimal

Koordinasi pengawasan
pengendalian
pendistribusian dan tata
niaga bahan bakar minyak
dan BBN dari agen dan
pangkalan dan sampai
konsumen di wilayah
provinsi

7. Pengalihan pemakaian
a. Minyak tanah yang
Pengawasan dan evaluasi
minyak tanah ke LPG secara
beredar hanyalah minyak distribusi minyak tanah
penuh
tanah non-subsidi
bersubsidi dan LPG 3, 12,

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

VI - 11

Bab 6

No

Monitoring & Evaluasi

Rencana aksi mitigasi

Indikator kegiatan

Rencana kegiatan
pengawasan dan evaluasi

berwarna ungu dimana


50 Kg yang dilakukan oleh
distriusi nya dilakukan
semua pemangku
oleh Pertamina
kepentingan
b. Ketersediaan LPG yang
tinggi sehingga dapat
dengan mudah diperoleh
sampai ke daerah-daerah
terpencil
8. Perhitungan dan pembaruan Faktor emisi dihitung dengan Evaluasi metode
faktor emisi pada sistem grid metode yang sesuai dan
penghitungan faktor emisi
ketenagalistrikan
memenuhi kaidah akademik pada sistem grid
ketenagalistrikan
9. Integrasi Rencana Aksi
kedalam kurikulum
pendidikan

Meningkatnya
Evaluasi dan monitoring
pemahaman/pengetahuan
dilakukan setiap tahun
masyarakat tentang emisi gas mulai 2015-2020
rumah kaca melalui
pendidikan formal

6.4.4. Rencana Monitoring dan Evaluasi Aksi Mitigasi Sektor Transportasi


Masing-masing rencana aksi mitigasi emisi GRK akan dilaksanakan oleh
masing-masing lembaga/instansi yang terkait seperti yang dijabarkan pada Bab III
dan Bab V. Sementara, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dalam hal ini
Bappeda, akan bertanggung jawab melakukan koordinasi, mengumpulkan laporan
pelaksanaan dari setiap lembaga/instansi penanggung jawab.
Secara umum poin-poin yang harus dilaporkan adalah target setiap aksi
mitigasi berupa penurunan emisi GRK, aliran dan jumlah dana yang digunakan,
co-benefits atau dampak negatif, dan program peningkatan kapasitas dan
kelembagaan. Berdasarkan laporan ini maka akan dibuat evaluasi demi
tercapainya target penurunan emisi GRK yang sudah ditetapkan. Pada Tabel 6.4,
secara spesifik ditampilkan target-target dan indikator monitoring dari setiap
rencana aksi di sektor transportasi. Penanggung jawab pelaporan setiap rencana
aksi adalah SKPD terkait sektor Transportasi di Provinsi Sumatera Utara
bekerjasama dengan instansi atau lembaga terkait seperti LSM dan dari Perguruan
Tinggi.

VI - 12

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Monitoring & Evaluasi

Bab 6

Tabel 6.4.
Rencana Monitoring dan Evaluasi Sektor Transportasi
Rencana Aksi
Pembangunan ITS
(Inteligent Transport
System)

Pengembangan
Pengendalian Analisis
Dampak Lalu Lintas
(Andalalin)

Penerapan Manajemen
Parkir (denda dan tarif
progresif) dan
pengurangan jumlah
fasilitas parkir dipusat kota
Pengadaan Sistem
BRT/semi BRT

Peremajaan Armada
Angkutan Umum

Pemasangan Converter Kit


pada angkutan umum

Pelatihan dan Sosialisasi


Smart Driving

Studi kelayakan NMT

Indikator utama yang dimonitor


1. Terbangunnya ITS di kota
Medan pada tahun 2014.
2. Pengurangan lama perjalanan
akibat penerapan ITS.
3. Tingkah-laku pengemudi yang
masik tertib.
4. Pengurangan emisi GRK.
5. Pengurangan jumlah kecelakaan
luka-luka dan meninggal dunia
1. Terdapat 20 orang
penyusun/konsultan/pembuat
perda yang terlatih pada akhir
2013
2. Terbitnya PERDA Andalalin
pada akhir 2013
3. Tersedianya database Andalalin
Sumut pada akhir 2014
4. Penuruan emisi GRK akibat
penerapan Andalalin
5. Penggunaan Parkir berkurang
25%.
6. Pengguna kenderaan pribadi
berpindah 15% ke public
transport
1. Tersusunnya anggaran
pengadaan 5 Bus BRT pada
tahun 2014
2. Tersedianya 5 Bus BRT pada
tahun 2015
1. Tersusunnya anggaran
pengadaan 2000 angkut di
Medan pada tahun 2012
2. Tersedia 2000 angkutan umum
baru di kota Medan pada tahun
2013
Terpasangnya converter kit pada
angkutan umum dan taksi
sebenyak 200 unit/tahun sejak
tahun 2019
1. Terlatihnya trainer 100
orang/tahun pada tahun 2013,
2016, dan 2019
2. Terlatihnya pengemudi
kenderaan bermotor 5000
orang/tahun
1. Inventarisasi fasilitas NMT

Rencana Evaluasi
Sebelum diterapkan dan
setelah diterapkan perlu
evaluasi setiap tahun

Evaluasi dilakukan setiap


tahun sejak tahun 2013

Evaluasi dilakukan tiap


tahun sejak awal tahun
2016 dan dibandingkan
dengan proyeksi
perkembangan kenderaan
di kota Medan
Monitoring dan Evaluasi
pada tahun 2017

Evaluasi dan monitoring


dilakukan pada tahun
2015

Evaluasi dilakukan pada


tahun 2020

Evaluasi dan Monitoring


dilakukan setiap tahun

Evaluasi dan Monitoring

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

VI - 13

Bab 6

Monitoring & Evaluasi

Rencana Aksi
(Non Motorized Transport)
di kota-kota besar di
Sumut
Membangun NMT
(Pedestarian dan Jalur
Sepeda)

Menaikkan uang muka


kredit sepeda motor dan
pajak progresif kenderaan
pribadi roda 4
Studi Kelayakan sosial
ekonomi dan resiko
konflik dengan penyerobot
jalur KA lama existing
Pembangunan KA
perkotaan Medan (MedanBinjai-DeliserdangDelitua-Pancurbatu)
Pembangunan KA double
tract Bandara Kuala Namu
Pembangunan Angkutan
Bus Pemadu Moda ke
Bandara Kuala Namu
Car Free Day dan
menutup transportasi
bermotor di pusat
keramaian
Pemasangan konverter kit
pada mobil penumpang
dan mobil dinas
Studi Kelayakan Bus
Kampus dari kantungkantung mahasiswa
Pembangunan Bus
Kampus dari kantungkantung Mahasiswa
Pengembangan Jalur
Sepeda dalam Kampus

VI - 14

Indikator utama yang dimonitor


2. Tersedianya hasil studi dan
rekomendasi pebangunan NMT
di kota-kota besar di Sumut pada
akhir 2015.
1. Tersedia dan terbangunnya
fasilitas NMT di kota Medan
pada tahun 2014
2. Meningkatnya prasarana sepeda
dan pejalan kaki.
3. Bertambahnya jumlah pengguna
sepeda dan pejalan kaki
4. Berkurannya jumlah kecelakaan
Tersedianya data hubungan antara
kenaikan uang muka kredit dengan
kepemilikan kenderaan bermotor

Rencana Evaluasi
dilakukan setiap tahun

Monitoting dan Evaluasi


dilakukan pada tahun
2015 dan 2018

Monitoring dilakukan
setiap tahun

Tersedianya hasil studi pada akhir


tahun 2015

1. Terbangunnya jalur kereta lama


yang sudah pernah ada pada
tahun 2015
2. Pembangunan jalur tambahan
sesuai kebutuhan
1. Terbangunnya jalur KA tidak
bersilang dengan jalan raya
(under ground atau overpass)

Terlaksananya CFD pada hari-hari


terpilih sebanyak 1 x sebulan sejak
tahun 2014
Terpasangnya konverter kit pada
mobil dinas yang dimiliki pemda
secara bertahap
Tersedianya laporan studi berupa
rekomendasi jalur dan frekuensi
Bus Kampus pada tahun 2013
Beroperasinya Bus Kampus USU
dan UNIMED pada tahun 2014
1. Tersedianya jalur sepeda dan
jalur pejalan kaki dengan kanopi

Monitoring dan evaluasi


mulai dilakukan pada
tahun 2016
Monitoring dan evaluasi
diakukan pada tahun
2015
Monitoring dan evaluasi
diakukan pada tahun
2015
Monitoring dan evaluasi
diakukan setiap tahun

Evaluasi dilakukan pada


tahun 2020

Monitoring dan Evaluasi


dilakukan setiap tahun
sejak 2015
Monitoring dan Evaluasi
dilakukan setiap tahun

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Monitoring & Evaluasi

Rencana Aksi

Penanaman Pohon di Jalan


Perkotaan dan Provinsi
Penambahan bahan bakar
non emiter (biofuel)
Integrasi Rencana Aksi
kedalam kurikulum
pendidikan

Bab 6

Indikator utama yang dimonitor


di dalam kampus USU dan
UNIMED pada tahun 2014

2. Larangan bertahan
menggunakan kenderaan
bermotor di dalam kampus
Ditanaminya pohon di sekitar jalan
perkotaan dan provinsi sebanyak
5000 pohon /tahun
Persentase penambahan bahan
bakar bioetanol dan biodiesel pada
bahan bakar komersial
Meningkatnya pemahaman
/pengetahuan masyarakat tentang
emisi gas rumah kaca melalui
pendidikan formal

Rencana Evaluasi
sejak 2015

Monitoring dan Evaluasi


dilakukan setiap tahun,
mulai 2015
Monitoring dan evaluasi
dilakukan setiap tahun,
mulai 2015
Evaluasi dan monitoring
dilakukan setiap tahun
mulai 2015-2020

6.4.5. Rencana Monitoring dan Evaluasi Aksi Mitigasi Sektor Industri


Pada Tabel 6.5 ditampilkan rencana monitoring dan evaluasi dari masingmasing Aksi Mitigasi sektor Industri. Penanggung jawab pelaporan setiap rencana
aksi adalah SKPD terkait sektor Industri di Provinsi Sumatera Utara bekerjasama
dengan instansi atau lembaga terkait seperti LSM dan Perguruan Tinggi.
Tabel 6.5.
Rencana Monitoring dan Evaluasi Sektor Industri
Rencana Aksi
Menyusun sistem
manajemen energi.

Penghapusan bahan
perusak lapisan ozon
(BPO) secara berkala
Penggantian bahan bakar
komersial ke gas alam.
Studi pengembangan
biomass dan biogas

Indikator utama yang


dimonitor
1. Terbentuknya sistem
manajemen energi pada
industri sekala sedang dan
besar di Sumut pada tahun
2014
2. Terdapatnya manajer energi
pada setiap industri sekala
sedang dan besar
1. Pengurangan penjualan BPO
pada industri refrigerasi
2. BPO tidak digunakan lagi
tahun 2020
Persentase penggantian bahan
bakar minyak ke bahan bakar
gas alam
1. Inventarisasi biomas dan
biogas yang layak untuk

Rencana Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi
dilakukan setiap tahun

Monitoring dan Evaluasi


dilakukan setiap tahun
sejak tahun 2013
Monitoring dan Evaluasi
dilakukan setiap tahun,
mulai 2013
Monitoring dan Evaluasi
studi pada Juni 2014

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

VI - 15

Bab 6

Monitoring & Evaluasi

Rencana Aksi
menjadi bahan bakar
industri skala kecil dan
menengah

Mengganti bahan bakar


industri/komersial ke
biomassa dan biogas.

Rencana Evaluasi

1. Terdapatnya beberapa industri


yang menggunakan biomas
dan/atau biogas sebagai
sumber energinya (sebagian
atau seluruhnya) pada tahun
2015
2. Peningkatan jumlah industri
yang menggunakan biofuel
1. Inventarisasi peralatan listrik
yang dikategorikan hemat
energi
2. Persentase penggunaan
peralatan listrik hemat energi

Monitoring dan Evaluasi


dilakukan setiap tahun
sejak tahun 2015

Terdapatnya rekomendasi dan


potensi penghematan akibat
penggunaan buangan AC
sebagai penghasil air panas
Pemanfaat panas buang
1. Terdapatnya beberapa
sistem pendingin untuk
bangunan komersial
pemanas air pada bagunan(10%/th)yang memanfaatkan
bangunan komersial seperti
buangan AC sebagai
hotel dan rumah sakit.
penghasil air panas
2. Peningkatan jumlah bangunan
komersial (10%/th)yang
menggunakan biofuel
Aplikasi heat recovery
Jumlah industri skala besar yang
pada gas buang alat
memanfaatkan heat recovery
konversi energi seperti
(10%/th)untuk memenuhi
ruang bakar boiler.
kebutuhan energinya
Studi Kelayakan
Inventarisasi lokasi sentra
Sentralisasi Lokasi Industri industri di Sumut pada tahun
2014
Sentralisasi Lokasi Industri Pengembangan industri Sumut
pada lokasi yang
direkomenasikan
Penghijauan Lokasi
Jumlah/luas lokasi industri,
Industri, Bangunan
Bangunan Komersial dan
Komersial dan Perumahan perumahan yang dihujaukan

Monitoring dan Evaluasi


hasil study dilakukan
2013

Meningkatkan efisiensi
peralatan listrik di Industri
dan sektor Komersial dan
sektor Rumah tangga
dengan rating semua
peralatan RT sebagai
pedoman ibu-ibu membeli
alat hemat energi
Studi pemanfaatan panas
buang sistem pendingin
(AC)

VI - 16

Indikator utama yang


dimonitor
industri pada tahun 2014
2. Inventarisasi industri yang
layak menggunakan biomas
dan biogas pada tahun 2014

Monitoring dan Evaluasi


dialakukan setiap tahun

Monitoring dan Evaluasi


dilakukan setiap tahun

Monitoring dan Evaluasi


dilakukan setiap tahun

Monitoring dan Evaluasi


dilakukan setiap tahun

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Monitoring & Evaluasi

Bab 6

6.4.6. Rencana Monitoring dan Evaluasi Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan


Limbah
Indikator penurunan GRK yang akan tertuang dalam RPJMD

harus

terintegrasi dengan kebijakan sektor lainnya dan menjadi bagian dari komponen
wajib dalam kebijakan sektor tersebut. Contoh aksi mitigasi akan tertuang secara
lebih rinci dan terakomodasi dalam Renstra dan Renja SKPD terutama Dinas
Tarukim Provsu, Dinas Kebersihan Kab/Kota Se-Sumatera Utara
Secara umum poin-poin yang harus dilaporkan adalah target setiap aksi
mitigasi berupa penurunan emisi GRK, aliran dan jumlah dana yang digunakan,
co-benefits serta program peningkatan kapasitas dan kelembagaan. Berdasarkan
laporan ini maka akan dibuat evaluasi demi tercapainya target penurunan emisi
GRK yang sudah ditetapkan. Pada Tabel 6.6, secara spesifik ditampilkan targettarget dan indikator monitoring dari setiap rencana aksi di sektor Pengelolaan
Limbah. Penanggung jawab pelaporan setiap rencana aksi adalah SKPD terkait
sektor pengelolaan limbah di Provinsi Sumatera Utara bekerjasama dengan
instansi atau lembaga terkait seperti LSM dan dari Perguruan Tinggi.
Tabel 6.6.
Rencana Monitoring dan Evaluasi Sektor Pengelolaan Limbah
No.
1.

2.

Usulan Aksi Mitigasi

Indikator Utama Yang Dimonitor

Program Peningkatan
Sarana-Prasarana
Persampahan sesuai
UU No 18, 2008)

1. Terbangunnya 6 TPA Regional


pada tahun 2016
2. Rehabilitasi 18 TPA Kab/Kota
3. Terjadi kontinuitas aliran
Oksigen pada pipa di setiap layer
timbunan sampah
4. Pengechekan status Metana
dengan Alat Chromatography
pada lokasi tertentu
5. Pengechekan Produksi Lindi
(BOD/COD) di kolam
pengumpulan
Program Minimasi
1. Terbangunnya 104 TPST sampai
Sampah dengan prinsip
2020
3R

Rencana Evaluasi
Evaluasi dilakukan
setiap tahun

Evaluasi dilakukan
setiap tahun.
Perubahan prilaku
dievaluasi melalui
penelitian

2. Produksi sampah basah harus


sesuai dengan kapasitas produksi
bak kompos serta dekomposer.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

VI - 17

Bab 6

No.

VI - 18

Monitoring & Evaluasi

Usulan Aksi Mitigasi

3.

Program Peningkatan
Pengelolaan Gas
Sampah

4.

Pembangunan
prasarana Waste Water
Treatment Pemukiman

5.

Program Pengendalian
Banjir

6.

Program Penyusunan
Perencanaan
Pengelolaan
Persampahan

7.

Penyusunan
Perencanaan
Pengelolaan Air
Limbah

8.

Program Pengelolaan
Badan Air

Indikator Utama Yang Dimonitor


Komposting secara aerob
3. Pengechekan berkala terhadap
kualitas kompos
4. Terbangunnya 33 bank sampah
di 33 kabupaten/ kota
5. Monitor terhadap manajemen
bank sampah agar terjamin flow
sampah an organik
6. Jumlah kelompok masyarakat
komposting spontan
7. Jumlah masyarakat mengumpul
sampah spontan
8. Terbentuk kader-kader terlatih
yang menjadi titik tular kepada
masyarakat lainnya.
9. Perubahan prilaku masyarakat
dalam membuang sampah
1. Terbangunnya TPA an aerob
tahun 2014 di Tapanuli Tengah
2. Flaring berlangsung kontinu
Monitoring kemungkinan
kebocoran metana
1. Terbangun 33 MCK Komunal di
33 kab/kota selama 8 tahun
2. Pengechekan Kualitas air limbah
3. Pengechekan Volume air limbah
1. Kedalaman/volume pengerukan
sesuai target ( 5% BOD removed)
1. Dihasilkan 33 Master Plan
Persampahan
2. Diselesaikannya Studi
Kelayakan, DED, AMDAL, 6
TPA Reg dan 18 TPA Kab/Kota
3. Diselesaikannya Perencanaan
Teknis Untuk TPST
4. Diselesaikannya Pembebasan
Lahan TPA
1. Dihasilkannya Master Plan Air
Limbah
2. Dihasilkannya Studi
Kelayakan,DED IPAL
Komunal/MCK Komunal
3. Tersosialisasinya Rencana
Pembangunan IPAL Komunal
4. Dihasilkan SOP IPAL
(Mebidangro) berikut AMDAL
1. Tersosialisasikan kegiatan
Prokasih/Superkasih
2. Diperoleh data kualitas air

Rencana Evaluasi

Evaluasi dilakukan
setiap tahun

Evaluasi dilakukan
setiap tahun

Evaluasi dilakukan
setiap tahun
Evaluasi dilakukan
setiap tahun

Evaluasi dilakukan
setiap tahun

Evaluasi dilakukan
setiap tahun

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Monitoring & Evaluasi

No.

9.

10.

Usulan Aksi Mitigasi

Program
Pemberdayaan
Kesehatan Lingkungan
dan Masyarakat

Program Monitoring
dan Evaluasi

Bab 6

Indikator Utama Yang Dimonitor

1.
2.
3.
4.
1.

2.
3.

4.
5.

6.

7.

11.

Program Non Teknis


RAD GRK

permukaan, rawa dan kolam


retensi
Open Burning 0%
Tersosialisasikan Kebijakan
Lingkungan Hidup
Terbentuk Lembaga Sadar
Sanitasi Tiap Kelurahan
Terbinanya Sekolah Adiwiyata
Dihasilkan dokumen Monev
Kinerja Pengelolaan
Persampahan
Dihasilkan dokumen monitoring
Kualitas Lingkungan
Jumlah laboran qualified
meningkat, kualitas hasil
laboratorium meningkat
Pengelolaan air limbah semakin
baik
Dihasilkan dokumen Monev
Kinerja Aksi Mitigasi Penurunan
GRK
Dihasilkan dokumen Monev
Penggunaan Anggaran Terkait
Aksi Mitigasi
Dihasilkan laporan Capaian
Kinerja dan Ikhtisar Realisasi
Kerja SKPD

1. Terbentuknya komponen
administrasi pendukung data
RAD GRK
2. Integrasi Rencana aksi kedalam
kurikulum pendidikan mulai
tingkat dasar-menengah atas
3. Dihasilkannya berbagai PERDA
pendukung RAD GRK seperti:
Perda Pelarangan Pembakaran
Sampah, Perda Pemanfaatan
Limbah Organik Menjadi
Kompos, Perda Pelarangan
Pemakaian Pit Latrine,Perda
Keutamaan Pemakaian Kompos
Lokal Untuk Pengadaan
Pemerintah, Perda Prilaku
Pembuangan Sampah Oleh
Masyarakat

Rencana Evaluasi

Evaluasi dilakukan
setiap tahun

Evaluasi dilakukan
setiap tahun

Evaluasi dilakukan
setiap tahun

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

VI - 19

VII
Penutup
7.1.

KESIMPULAN
Dari kegiatan penyusunan RAD-GRK Provinsi Sumatera Utara dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:


1. Rekapitulasi berdasarkan hasil perhitungan emisi GRK di Provinsi Sumatera
Utara disajikan pada Tabel 7.1. berikut.
Tabel 7.1.
Rekapitulasi perhitungan emisi GRK Provinsi Sumatera Utara

No.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sektor

Pertanian*
Kehutanan dan lahan
Gambut**
Energi
Transportasi
Industri
Pengelolaan Limbah

Total Emisi

9.324.598,5

11.727.942,2

5.183.979,0

Perkiraan
Penurunan
GRK 2020
terhadap
Total BAU
(%)
2,0

139.132.277,0

187.871.098 ,0

31.027.594,7

12,2

8.383.000,0
5.299.200,0
7.659.900,0
2.092.016,0

22.098.000,0
10.861.300,0
16.266.210,0
5.315.858,0

6.316.000,0
4.540.000,0
12.037.000,0
3.947.409,0

2,5
1,8
4,7
1,6

171.890.991,5

254.140.408,2

63.051.982,7

24,8

Kondisi Emisi
2010
(tCO2eq)

Baseline BAU
2020
(tCO2eq)

Mitigasi GRK
2020
(tCO2eq)

Sumber: Hasil olahan, 2012


Keterangan: *) Tidak memasukkan perhitungan tutupan lahan yang dihitung dari Sektor Kehutanan dan
Lahan Gambut. Hanya dari perhitungan emisi PKS, penggunaan pupuk, urea, sawah
irigasi, SRI dan peternakan.
**) Memasukkan perhitungan emisi dari tutupan lahan dan sekuestrasi Sektor Pertanian dan
Perkebunan.

2. Sumber emisi GRK di Provinsi Sumatera Utara yang terbesar berasal dari
sektor kehutanan dan lahan gambut (12,2%), kemudian sektor industri (4,7%),
energi (2,5%), pertanian (2%), transportasi (1,8%) dan yang terendah adalah
sektor pengelolaan limbah (1,6%).

Bab 7

Penutup

3. Secara keseluruhan, Provinsi Sumatera Utara dapat menurunkan emisi GRK


sebesar 63 juta tCO2eq atau 24,8% dari baseline BAU. Kondisi ini berada
dibawah target nasional sebesar 26 % pada tahun 2020.
4. Usulan kegiatan mitigasi dapat dilakukan berdasarkan prioritas dari setiap
sektor yang memungkinkan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan SDM dan
pendanaan yang tersedia.

A.

Prioritas Sektor Pertanian:


1.

Penurunan GRK pada perusahan perkebunan besar yang memiliki PKS


(Pabrik Kelapa sawit) melalui pembuatan kompos dengan sistem
Bunker yaitu memanfaatkan limbah cair (POME) dan tandan kosong
sawit (TKS). Sistem Bunker tidak saja menghindari terjadinya
pencemaran air sungai, namun dapat juga menghindari penggunaan
pupuk kimia, bahkan secara ekonomi sangat menguntungkan (PBP
kurang dari 3 tahun).

2.

Metode Bunker secara terintegrasi dengan RANUT dapat mengurangi


emisi gas CH4 dengan manfaatkan gas POME sebelum digunakan untuk
pembuatan kompos dengan metode Bunker.

3.

System Rice Intensification pada tanaman padi sawah secara signifikan


mengurangi pembentukan GRK karena tidak terjadi proses anaerobik.

4.

Integrasi Rencana Aksi kedalam kurikulum pendidikan secara tidak


langsung dapat menurunkan emisi GRK melalui peningkatan kapasitas
pengetahuan masyarakat melalui pendidikan formal yang dapat
merubah perilaku/mindset keperdulian masyarakat

B.

Prioritas Sektor Kehutanan dan lahan Gambut


1.

Pemantapan kawasan hutan

2.

Rehabilitasi kawasan dan luar kawasan mangrove 50,000 ha di Langkat


dan Karang Gading (SM Karang Gading dan Langkat Timur Laut).

I-2

3.

Pembangunan hutan dan usaha hutan tanaman.

4.

Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Penutup

Bab 7

5.

Pemanfaatan lahan pertanian. Melakukan kegiatan penanaman pohon


pada lahan yang berupa rumput, tanah kosong menjadi hutan sekunder
dan usaha perkebunan.

6.

Integrasi Rencana Aksi kedalam kurikulum pendidikan secara tidak


langsung dapat menurunkan emisi GRK melalui peningkatan kapasitas
pengetahuan masyarakat melalui pendidikan formal yang dapat
merubah perilaku/mindset keperdulian masyarakat

C.

Prioritas Sektor Energi


1.

Peningkatan efisiensi penggunaan energi pada peralatan rumah tangga


dan industri:
a Kampanye/sosialisasi untuk melakukan penghematan energi di
rumah tangga dan industri.
b Penggunaan lampu hemat energi.
c Penggunaan tipe AC hemat energi.
d Penggunaan refrigerator hemat energi.

2.

Penyediaan dan pengelolaan energi baru terbarukan dan konservasi


energi:
a Pembangunan PLTA berskala mini dan mikro.
b Pembangunan PLTA berskala besar.
c Pembangunan PLTB (biomassa).
d Pembagunan PLTU (batubara).
e Pembangunan PLTP (panas bumi).
f Pembangunan PLTS untuk daerah-daerah terpencil.
g Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME).
h Pengembangan/implementasi gedung/bangunan green building.

3.

Pemanfaatan biogas untuk rumah tangga:


a Sosialisasi pemanfaatan energi dari biogas.
b Program instalasi biogas dari kotoran ternak di rumah tangga.

4.

Integrasi Rencana Aksi kedalam kurikulum pendidikan secara tidak


langsung dapat menurunkan emisi GRK melalui peningkatan kapasitas

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

VII - 3

Bab 7

Penutup

pengetahuan masyarakat melalui pendidikan formal yang dapat


merubah perilaku/mindset keperdulian masyarakat

D.

Prioritas Sektor Transportasi


1.

Pembangunan ITS (Inteligent Transport System).

2.

Pengembangan Pengendalian Analisi Dampak Lalu Lintas (Traffict


Imact Control, TIC).

3.

Penerapan Manajemen Parkir.

4.

Pengadaan Sistem BRT/Semi BRT.

5.

Peremajaan Angkot.

6.

Pemasangan Konverter Kit pada Angkot.

7.

Pelatihan Smart Eco Driving.

8.

Membangun Non Motorized Transport.

9.

Pembangunan KA perkotaan Medan (Medan-Binjai-DeliserdangDelitua-Pancurbatu).

10. Pembangunan KA double tract Bandara Kuala Namu.


11. Pembangunan Angkutan Bus Pemadu Moda ke Bandara Kuala Namu.
12. Penerapan Car Free Day.
13. Pemasangan konverter kit pada mobil penumpang dan mobil dinas.
14. Pengembangan Bus Kampus. Membuat rute-rute bus dari daerah padat
mahasiswa ke kampus-kampus besar di kota Medan. Kampus yang
dipilih adalah USU dan Unimed.
15. Penanaman Pohon Trembesi di tepi jalan.
16. Penambahan bahan bakar non emiter.
17. Integrasi Rencana Aksi kedalam kurikulum pendidikan

E.

Prioritas Sektor Industri


1.

Menyusun sistem manajemen energi di perusahaan industri lahap energi


seperti industri baja, gelas dan keramik, pupuk, tekstil, petrokimia,
makanan dan minuman.

2.

Penghapusan bahan perusak lapisan ozon (BPO) secara berkala dan


implementasinya di industri refrigerasi, foam, dan pemadam api.

I-4

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Penutup

Bab 7

3.

Penggantian bahan bakar ke gas alam.

4.

Mengganti bahan bakar industri/komersial ke biomassa dan biogas.

5.

Meningkatkan efisiensi semua peralatan listrik di industri dan sektor


komersial.

6.

Pemanfaat panas buang sistem pendingin untuk pemanas air pada


bagunan-bangunan komersial seperti hotel dan rumah sakit.

7.

Aplikasi heat recovery pada gas buang alat konversi energi seperti
ruang bakar boiler.

F.

8.

Sentralisasi lokasi industri.

9.

Penghijauan lokasi industri, bangunan komersial dan perumahan.

Prioritas Sektor Pengelolaan Limbah


1.

Program Peningkatan Sarana-Prasarana Persampahan yaitu melalui


rehabilitasi TPA un-managed deep menjadi semi aerob di 18 kota/kab
serta pembangunan 6 TPA. Rehabilitasi un-managed deep menjadi semi
aerob menyebabkan berkurangnya emisi gas metana sekitar 751.694
tCO2eq. Biaya mitigasi per 1 ton CO2 adalah Rp 148.465.

2.

Program Minimasi Sampah dengan prinsip 3R. Kegiatan ini


menurunkan emisi GRK 306.800 tCO2eq dengan biaya penurunan 1 ton
CO2 sebesar Rp 216.331.

3.

Program Peningkatan Pengelolaan Gas Sampah/Recovery gas metana di


TPA Aek Nabobar. Recovery dengan pembakaran metana/flaring akan
terjadi pengurangan GRK sebesar 35.461 Gg CO2eq. Biaya penurunan
emisi GRK per 1 ton CO2 adalah Rp 1.381.785.

4.

Pembangunan prasarana Waste Water Treatment Pemukiman, termasuk


pembangunan off-site system, on-site system dan Migrasi sistem pit
latrine eksisting menjadi septic system/tangki septik/SANIMAS.
Penurunan emisi melalui kegiatan ini adalah besar 63.431 Gg CO2eq
dengan biaya mitigasi per 1 ton CO2 Rp. 2.541.340.

5.

Progran Non Teknis RAD-GRK termasuk di dalamnya pembangunan


sistem informasi daerah melalui sosialisasi dan kurikulum pendidikan
untuk RAD-GRK dan Penyusunan Peraturan Daerah. Dihasilkan

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

VII - 5

Bab 7

Penutup

berbagai Perda untuk mendukung RAD-GRK. Perda yang berhubungan


dengan mitigasi GRK seperti Perda Pelarangan Pembakaran Sampah,
Perda Pemanfaatan Limbah Organik Menjadi Kompos, Perda
Pelarangan Pemakaian Pit Latrine, dan lain sebagainya.

Aksi Program Minimasi Sampah dengan prinsip 3R mendapat


prioritas sangat tinggi atas dasar beberapa kriteria yaitu biaya mitigasi per
tCO2eq relatif rendah, sementara untuk mitigasi tersebut sebagian kegiatan
dilaksanakan atas dasar pemberdayaan masyarakat baik komposting di
sumbernya perkotaan maupun melakukan penggalian lubang sampah yang
biasa dilakukan di pedesaan. Untuk mitigasi Minimasi Sampah perlu
dibantu dengan peluncuran serangkaian Peraturan, Kebijakan dan
Sosialisasi. Kelebihan lain dari mitigasi tersebut adalah dihasilkannya
kompos oleh masyarakat di kota yang bisa dimanfaatkan untuk memupuk
tanaman pekarangan atau dijual.
7.2.

SARAN
Berdasarkan hasil penyusunan RAD-GRK dan kesimpulan, maka perlu

disarankan beberapa hal pokok sebagai berikut.


1.

Pengintegrasian RAD-GRK dalam penyusunan RPJMD Provinsi Sumatera


Utara 2014-2018.

2.

Pengintegrasian RAD-GRK dalam menyusun konsep MP3EI Koridor I,


sehingga rencana pembangunan berjalan secara serasi dan berkelanjutan
(sustainable development).

3.

Penguatan kapasitas SDM pada semua SKPD yang terkait dengan


implementasi RAD-GRK sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan
sehingga kegiatan RAD-GRK dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.

I-6

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

DAFTAR PUSTAKA
Bappenas 2010. Indonesia Climate Change Sectoral Map. Waste Sector.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Bappenas 2011. Pedoman Umum Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca Draft 2 21 Mei 2011. Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Ginting, Nurzainah. 2010. Pemanfaatan Limbah pemotongan Hewan Yang
Berkelanjutan. Disertasi S3. Universitas Sumatera Utara.
Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia, Kementerian ESDM,
2011.
IPCC (2006) IPCC Guidelines for Nationak Greenhouse Gas Inventories,
Prepared by the National Greenhouse Gas Inventories Programme, H.S.
Eggleston, L.Buendia, K. Miwa, T. Ngara and K. Tanabe (eds), IGES,
Japan.
JICA (Japan International Cooperation Agency) Sub Project 3. 2012. Laporan
Akhir. Survey Komposisi Sampah dan Kandungan Bahan Kering Sampah
di Sumatera Utara.
Kajian Perhitungan Carbon Trading di Sektor Transportasi di Indonesia dengan
Skema CDM (Clean Development Mechanism), Kementerian Perhubungan
Sekretariat Jenderal Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa
Transportasi, November 2010.
Laporan Tahunan 2010-2011. Dinas Kebersihan Provinsi Sumatera Utara.
Laporan Tahunan 2010-2011. Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Provinsi
Sumatera Utara.
Reay, Dave, Pete Smith and Andre van Amstel. Methane and Climate Change.
2010. Earthscan, London, Washington DC.
Republik Indonesia (2011). Presiden Republik Indonesia No. 61 tahun 2011
tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.
Sekretariat Kabinet RI, Jakarta.
Republik Indonesia (2011). Presiden Republik Indonesia No. 71 tahun 2011
tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional.
Sekretariat Kabinet RI, Jakarta.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

DP-1

Republik Indonesia (2011). Presiden Republik Indonesia No. 62 tahun 2011


tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli
Serdang, dan Karo. Sekretariat Kabinet RI, Jakarta.
Rincian Kegiatan Tindak Lanjut Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011
Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca, Direktorat
Bina Sistem Transportasi Perkotaan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan, Maret 2012.
RPIJM Bidang Cipta Karya 2011 2015. Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman
Kota Medan.
RPIJM Kota Medan 2011-2015.
Medan.

Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota

Sumatera Utara Dalam Angka 2007-2008. BPS Provinsi Sumatera Utara.


Sumatera Utara Dalam Angka 2008-2009. BPS Provinsi Sumatera Utara.
Sumatera Utara Dalam Angka 2009-20010. BPS Provinsi Sumatera Utara.
Sumatera Utara Dalam Angka 2010-2011. BPS Provinsi Sumatera Utara.
Susenas 2010. BPS 2010.
UNEP (United Nation Environmental Programme) 2010. Waste and Climate
Change: Global Trends and Strategy Framework.
International
Environmental Technology Center. Osaka/Shiga

DP - 2

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Lampiran
MATRIKS RAD GRK
SEKTOR PERTANIAN
Sektor
Penanggungjawab
Perkiraan Emisi 2020
Perkiraan Emisi 2010
Target Mitigasi 2020
Target penurunan emisi 57%

No

: Pertanian
: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara
:10.562.476.38 juta tCO2eq
: 8.475.630,33 juta tCO2eq
: 4.483.588,4 juta tCO2eq
: 6.078.887,98 juta tCO2eq

Kegiatan Inti

Pembangunan Pabrik Pengolahan


Kompos dari TKS dan POME
menggunakan sistem BUNKER
(10% dari Total 135 PKS per tahun)
Pembangunan sistem pengendalian
emisi GRK menggunakan teknologi
RANUT (Reaktor Anaerob Unggun
Tetap) (10% per tahun)

Jumlah
penurunan
Emisi dari
Baseline 2020
(ribu tCO2e)

Perkiraan Biaya Mitigasi


Rp (juta)

Sumber

2,134,000a)

PTPN
PBSN
PDPSU

725,000b)

PTPN
PBSN
PDPSU

7,381/tahun

Perkiraan biaya
Penurunan
Emisi
(Rp/tCO2e)

387,360,000

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
(Tahun)

Mulai
Pelaksanaan

2014

2013

Pelaksana

Din Perkebunan*
Din Pertanian
PPKS Medan
BUMN/PTPN
PDPSU
PBSN
Din Perkebunan*
Din Pertanian
BUMN/PTPN
PDPSU

L-2

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

No

Kegiatan Inti

Jumlah
penurunan
Emisi dari
Baseline 2020
(ribu tCO2e)

Perkiraan Biaya Mitigasi


Rp (juta)

Sumber

Perkiraan biaya
Penurunan
Emisi
(Rp/tCO2e)

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
(Tahun)

Penerapan System Rice


Intensification (SRI) terutama pada
sawah beririgasi teknis

1,400c)

APBD
APBN

Pemanfaatan kompos dari kotoran


hewan/ternak pada pertanian
tanaman pangan

1,400d)

APBD
APBN

Mulai
Pelaksanaan

2013

* = Koordinator Pelaksana
Catatan : 29 bh PKS kap 60 ton; 20 bh PKS kap 45 ton; 57 PKS kap 30 ton
a
) = Direncanakan selama 7 (tujuh) tahun
b
) = Direncanakan selama 7 (tujuh) tahun
c
) = Dana untuk penyediaan bibit padi unggul selama 7 (tujuh) tahun
d
) = Dana untuk pengganti biaya pembuatan kompos dari kotoran hewan selama 7 (tujuh) tahun

Pelaksana

PBSN
Din Pertanian*
BPTP Sumut
BAKORLUH
USU, UISU,
UMA, UMSU
BK Pangan
Din Pertanian*
BPTP Sumut
BAKORLUH
USU, UISU,
UMA, UMSU
BK Pangan

No

Kegiatan Pendukung

Jumlah
penurunan
Emisi dari
Baseline 2020
(ribu tCO2e)

Perkiraan Biaya Mitigasi Perkiraan biaya


Penurunan
Emisi
Rp (juta)
Sumber
(Rp/tCO2e)

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
(Tahun)

Mulai
Pelaksanaan

Studi kelayakan implementasi


pengolahan kompos TKS dan
LCPKS sistem BUNKER

175

APBD
APBN

2013

Sosialisasi proses pembuatan


kompos dari TKS sistem bunker
yang ramah lingkungan pada
Perkebunan Kelapa Sawit milik
BUMN dan Swasta Nasional/Asing

175

APBD
APBN

2013

100

APBD
APBN

2013

175

APBD
APBN

2013

Studi kelayakan implementasi


pengendalian LCPKS dengan sistem
RANUT

Sosialisasi manfaat teknologi


RANUT untuk mitigasi emisi GRK
dari limbah cair (LCPKS)

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Pelaksana

Din Perkebunan*
Din Pertanian
BLH Sumut
PPKS Medan
Bah Lias RS
GAPKI Sumut
PTPN 2, 3, 4
PBS Nas/Asing
PPKS Medan*
Din Pertanian
Din Perkebunan
BLH Sumut
Bah Lias RS
GAPKI Sumut
PTPN 2, 3, 4
PBS Nas/Asing
Din Perkebunan*
Din Pertanian
BLH Sumut
PPKS Medan
Bah Lias RS
GAPKI Sumut
PTPN 2, 3, 4
PBS Nas/Asing
APKASINDO
PPKS Medan*
Din Pertanian
Din Perkebunan
BLH Sumut

L-3

L-4

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

No
Kegiatan Pendukung

Jumlah
penurunan
Emisi dari
Baseline 2020
(ribu tCO2e)

Perkiraan Biaya Mitigasi

Perkiraan biaya
Penurunan
Emisi
(Rp/tCO2e)

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
(Tahun)

Mulai
Pelaksanaan

Studi implementasi efisiensi


penggunaan urea di perkebunan
kelapa sawit

100

APBD
APBN

2013

Pengurangan penggunaan Urea di


kebun kelapa sawit dengan aplikasi
kompos TKS

100

APBD
APBN

2014

Studi implementasi efisiensi


penggunaan urea di perkebunan
karet

100

PTPN
PBSN
APBD
APBN

2013

150

PTPN
PBSN
APBD
APBN

Sosialisasi dan Training Budidaya


Kelapa Sawit yang ramah
lingkungan kepada petani

2013

Pelaksana
Bah Lias RS
GAPKI Sumut
PTPN 2, 3, 4
PBS Nas/Asing
APKASINDO
PPKS Medan*
Din Pertanian
Din Perkebunan
BLH Sumut
Bah Lias RS
GAPKI Sumut
PTPN 2, 3, 4
PBS Nas/Asing
APKASINDO
PPKS Medan*
Din Perkebunan
Bah Lias RS
GAPKI Sumut
PTPN 2, 3, 4
PBS Nas/Asing
APKASINDO
PPK Sei Putih*
Din Perkebunan
PPK Sei Purih
GAPKINDO SU
PTPN 2, 3
PBS Nas/Asing
PPKS Medan*
Din Perkebunan
Bah Lias RS
PTPN 2, 3, 4
PBS Nas/Asing
GAPKI Sumut

No
Kegiatan Pendukung
9

Sosialisasi dan Pelatihan Budidaya


Karet bersih yang ramah lingkungan
kepada petani

10

Pengurangan penggunaan Urea di


perkebunan karet

11

12

Studi Pemanfaatan kotoran hewan/


ternak untuk produksi biogas dan
kompos

Integrasi Rencana Aksi kedalam


kurikulum pendidikan di Provinsi
Sumatera Utara

Jumlah
penurunan
Emisi dari
Baseline 2020
(ribu tCO2e)

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
(Tahun)

Mulai
Pelaksanaan

2013

150

PTPN
PBSN
APBD
APBN

2014

150

APBD
APBN

2014

100

APBD

2014

Perkiraan Biaya Mitigasi

150

APBD
APBN

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Perkiraan biaya
Penurunan
Emisi
(Rp/tCO2e)

Pelaksana
APKASINDO
PPK Sei Purih*
GAPKINDO SU
PTPN 2, 3
PBS Nas/Asing
PPK Sei Purih*
GAPKINDO SU
PTPN 2, 3
PBS Nas/Asing
Din Peternakan*
Din Pertanian
BLH Sumut
BPTP Sumut
BAKORLUH
USU, UISU,
UMA, UMSU
BK Pangan
Dinas Pendidikan
Provsu,
Perguruan Tinggi

L-5

L-6

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

SEKTOR KEHUTANAN DAN LAHAN GAMBUT

Sektor
Penanggungjawab
Perkiraan emisi 2020
Target penurunan emisi 26%
Target penurunan emisi 41%

No

: Kehutanan dan Lahan Gambut


: Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara
: 292,71 juta tCO2eq
: 76,10 juta tCO2eq
: 120,01 juta tCO2eq

Kegiatan

Jumlah

Perkiraan Biaya

penurunan

Mitigasi

Emisi dari
Baseline 2020

Rp (juta)

Sumber

(ribu tCO2e)

Perkiraan biaya

Perkiraan

Penurunan

Waktu

Mulai

Emisi

Penyelesaian

Pelaksanaan

(Rp/tCO2e)

(Tahun)

Pelaksana

KegiatanInti
1.976.729,58

1,68%

APBN
APBD

20.000

2013-2018

Rehabilitasi mangrove 50,000 ha di


kawasan dan luar kawasan mangrove

411.819

0,44%

APBN
APBD

200.000

2013-2018

Pembangunan hutan dan usaha hutan


tanaman

15.460.849

16,52%

APBN
APBD

200.000

2013-220

Pengamanan hutan dan pengendalian


kebakaran hutan

8.754.088

9,36%

APBN
APBD

10.000

2013-2018

Pemantapankawasanhutan

Dinas
Kehutanan
Dinas
Kehutanan,
BLH, Dinas
PSDA, Swasta,
LSM
Dinas
Kehutanan,
Swasta
Dinas
Kehutanan

No

Kegiatan

Jumlah

Perkiraan Biaya

penurunan

Mitigasi

Emisi dari
Baseline 2020

Rp (juta)

Sumber

(ribu tCO2e)

Penanamanpohonpadalahan yang
beruparumput,tanahkosongmenjadih
utansekunderdanpemeliharaantanam
an

4.059.355

4,34%

APBN
APBD

Perkiraan biaya

Perkiraan

Penurunan

Waktu

Mulai

Emisi

Penyelesaian

Pelaksanaan

(Rp/tCO2e)

(Tahun)

200.000

2013-2020

Pelaksana

Dinas
Kehutanan,
LSM, Swasta

Kegiatan Penunjang

Sosialisasi RAD-GRK
SektorKehutanandanLahanGambut

Pemanfaatan lahan pertanian

Integrasi Rencana Aksi kedalam


kurikulum pendidikan di Provinsi
Sumatera Utara

APBN
APBD

364.754

0,39%

100

APBN
APBD

APBD

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

40,000

Dinas
Kehutanan,
Dinas Pertanian,
Dinas
Perkebunan

2013-2018

Dinas
Kehutanan,
Dinas Pertanian,
Dinas
Perkebunan

2014-2020

Dinas
Pendidikan
Provsu,
Perguruan
Tinggi

L-7

L-8

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

SEKTOR ENERGI
Sektor
Sub Sektor
Penanggungjawab
Perkiraan Emisi 2020
Target penurunan emisi 26%
Target penurunan emisi 41%

No

: Energi
: Pembangkit listrik dan Rumah tangga
: Dinas Pertambangan dan Energi Provsu
: 22,098 juta tCO2eq
: 5,745 juta tCO2eq
: 9,060 juta tCO2eq

Kegiatan

INTI
1. Program Nasional
Peningkatan efisiensi peralatan rumah
tangga
a. Periode 1: jumlah penurunan energi
0,4059 juta
b. Periode 2: jumlah penurunan energi
0.6591 juta
2. Penyediaan dan pengelolaan energi baru
terbarukan dan konservasi energi
a. Periode 1 Pembangunan
pembangkit listrik
PLTMH 1,399 MW

Jumlah
Penurunan
Emisi dari
Baseline tahun
2020
(tonCO2eq)*

Perkiraan Biaya
Mitigasi
Rp (Juta)

Sumber

Perkiraan
biaya
Penurunan
Emisi
(Rp/Ton
CO2eq)

514.790

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
Kegiatan
(Tahun)

Mulai
Pelaksanaan
(Tgl/Bln/Thn)

2013

Pelaksana

300.551

380

APBN

1.264

2010

KESDM

214.239

650

APBN

3.034

2015

KESDM

2010

KESDM

APBN
6.364 1,87/MWh

No

3.

4.

Kegiatan

PLTM 5,515 MW
PLTS 3,094 MW
PLT Bayu 0,657 MW
PLT Biomassa 0,012 MW
Desa Mandiri Energi 8 Desa
b. Periode 2 melakukan
pembangunan:
PLTMH 2,55 MW
PLTM 15,45 MW
PLTS 6,81 MW
PLT Bayu 1,14 MW
PLT Biomassa 0,5 MW
Desa Mandiri Energi 14 desa
Pemanfaatan biogas
a. Periode 1 - pembuatan unit biogas
303 uniT
b. Periode 2 - pembuatan unit biogas
648 unit
Program Provinsi
Peningkatan efisiensi peralatan rumah
tangga
a. Kampanye untuk melakukan

Jumlah
Penurunan
Emisi dari
Baseline tahun
2020
(tonCO2eq)*

25.758
3.333
606
10
1.818

Perkiraan Biaya
Mitigasi
Rp (Juta)

Sumber

Perkiraan
biaya
Penurunan
Emisi
(Rp/Ton
CO2eq)

Mulai
Pelaksanaan
(Tgl/Bln/Thn)

Pelaksana

2015

KESDM

2010

KESDM

2020

KESDM

2013

Distamben

1,24/MWh
4,57/MWh
1,41/MWh
1,13/MWh
APBN

12.121
72.727
5.455
1.212
303
3.636

1,87/MWh
1,24/MWh
4,57/MWh
1,41/MWh
1,13/MWh

1.212

3.030

APBN

2.727

6.480

APBN

2.000

APBD,
Bantuan
LN,
Swadaya

6.316.000

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
Kegiatan
(Tahun)

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

2.499.750
2.376.000
317

L-9

L - 10

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

No

5.

6.

Kegiatan

penghematan energi di rumah tangga


melalui media cetak dan elektronik
b. Penggunaan lampu hemat energi
c. Penggunaan tipe AC hemat energi
d. Penggunaan refrigerator hemat
energi
Penyediaan dan pengelolaan energi baru
terbarukan dan konservasi energi
a. Pembangunan PLTA berskala mini
dan mikro
b. Pembangunan PLTA berskala besar
c. Pembangunan PLTB (biomassa)
d. Pembangunan PLTP (panas bumi)
e. Pembangunan PLTS untuk daerahdaerah terpencil
f.
Pengembangan Desa Mandiri Energi
(DME) 10 desa
g. Pengembangan dan implementasi
gedung berwawasan lingkungan
(green building)
Pemanfaatan biogas untuk rumah tangga

Jumlah
Penurunan
Emisi dari
Baseline tahun
2020
(tonCO2eq)*

Perkiraan Biaya
Mitigasi
Rp (Juta)

Sumber

Perkiraan
biaya
Penurunan
Emisi
(Rp/Ton
CO2eq)

2.866.000

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
Kegiatan
(Tahun)

Mulai
Pelaksanaan
(Tgl/Bln/Thn)

2013

Pelaksana

1,87/MWh
1,24/MWh
1,13/MWh
Bantuan
1,58/MWh
LN,
LSM,
4,57/MWh
APBD
2.667

30.000

11.248.594

Industri
energi
listrik,
PLN,
ESDM,
LSM,
Bappeda,
Pertamina

No

Kegiatan

a.

Jumlah
Penurunan
Emisi dari
Baseline tahun
2020
(tonCO2eq)*

Perkiraan Biaya
Mitigasi
Rp (Juta)

Sumber

Perkiraan
biaya
Penurunan
Emisi
(Rp/Ton
CO2eq)

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
Kegiatan
(Tahun)

Mulai
Pelaksanaan
(Tgl/Bln/Thn)

Pelaksana

12.500.000

2013

Distamben,
Disnak

2013

Distamben,
KESDM

instalasi 700 unit biogas


560

7.000

PENDUKUNG
7. Penyediaan dan pengelolaan energi baru
terbarukan dan konservasi energi
a. Pelaksanaan bimbingan teknis EBT
b. Pelaksanaan bimbingan teknis
konservasi energi
c. Pilot project pemanfaatan biomassa
untuk rumah tangga
8. Penyusunan kebijakan tentang panas bumi
an air tanah
a. Regulasi tentang pemanfaatan panas
bumi
b. Regulasi tentang pemanfaatan air
tanah
9. Penyusunan klasifikasi data potensi dan
cadangan panas bumi untuk
ketenagalistrikan dan pemanfaatan
langsung energi panas bumi

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

APBD,
APBN

Distamben,
Bappeda

Distamben,
Bakosurtan
al

L - 11

L - 12

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

No

Kegiatan

Jumlah
Penurunan
Emisi dari
Baseline tahun
2020
(tonCO2eq)*

Perkiraan Biaya
Mitigasi
Rp (Juta)

Sumber

Perkiraan
biaya
Penurunan
Emisi
(Rp/Ton
CO2eq)

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
Kegiatan
(Tahun)

Mulai
Pelaksanaan
(Tgl/Bln/Thn)

Pelaksana

a.

10.

11.
12.
13.
14.

Pendataan potensi dan cadangan


panas bumi untuk ketenagalistrikan
b. Pilot project pemanfaatan langsung
energi panas bumi
Penetapan wilayah kerja pertambangan
(WKP) panas bumi
a. Identifikasi wilayah kerja
pertambangan panas bumi
Penggunaan bahan bakar nabati (BBN)
dalam pemakaian bahan bakar total
Pengalihan pemakaian minyak tanah ke
LPG
Reklamasi pasca tambang
Integrasi Rencana Aksi kedalam
kurikulum pendidikan di Provinsi
Sumatera Utara

100

APBD

2014

Distamben,
Bappeda
Distamben,
Pertamina
Distamben
Dinas
Pendidikan
Provsu,
Perguruan
Tinggi

SEKTOR TRANSPORTASI
Sektor
Subsektor
Penanggungjawab
Perkiraan emisi pada 2020
Target penurunan emisi 26%
Target penurunan emisi 41%

No

: Transportasi
: Transportasi Darat
: Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara
: 10,8 juta ton CO2eq
: 2,82 juta ton CO2eq
: 4,45 juta ton CO2eq

Jumlah
penurunan
Emisi dari
Baseline 2020
(ribu ton CO2e)

Kegiatan Inti

Pembangunan
ITS
Transport System)

(Inteligent

Pengembangan Pengendalian Analisi


Dampak Lalu Lintas
(Traffict Imact Control, TIC)

Penerapan Manajemen Parkir

Pengadaan Sistem BRT/Semi BRT

Perkiraan Biaya Mitigasi


Rp (juta)

Sumber

883,88

50.000

APBN
APBD
Swasta
Asing

20

3.200

APBN
APBD
Swasta

179

10.000

85,56

50.000

APBN
APBD
Swasta
Masyarakat
APBN
APBD

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Perkiraan biaya
Penurunan Emisi
(Rp/tCO2e)

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
(Tahun)

Mulai
Pelaksana
an

Penanggungjawab
kegiatan

Kem. Perhub.
Kem. Komifindo
Kepolisian
Pemda
Swasta
Kem. Perhub.
Kem. PU
Polri
Dishub, Dinas PU,
Konsultan,
Pengembang,
Swasta

56.569

Januari
2014

160.000

2
(Monitoring
s/d 2020)

Januari
2012

55.866

Januari
2015

Kem. Perhub,
Pemda, Pengelola
Parkir

58.438

Januari
2015

Kem. Perhub.
Pemda

L - 13

L - 14

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

No

Jumlah
penurunan
Emisi dari
Baseline 2020
(ribu ton CO2e)

Kegiatan Inti

Perkiraan Biaya Mitigasi


Rp (juta)

30

40.000
/tahun

Pemasangan Konverter Kit pada


Angkot

4,48

10.000

Pelatihan Smart Eco Driving

12,8

30.000

Membangun
Transport

45

20.000

Pembangunan KA perkotaan Medan


(Medan-Binjai-Deliserdang-DelituaPancurbatu)

10

Pembangunan KA double
Bandara Kuala Namu

Peremajaan Angkot

Non

Motorized

tract

1.140

100.000

9,5

100.000

Sumber

BUMN
Swasta
Asing
APBN
APBD
BUMN
Swasta
Masyarakat
APBN
APBD
PGN
BUMN
APBN
APBD
BUMN,
Swasta,
Masyarakat
APBN,
APBD,
BUMN,
Swasta
APBN,
APBD,
BUMN,
BUMD,
Swasta
APBN,
APBD,
BUMN,
BUMD,

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
(Tahun)

Mulai
Pelaksana
an

Penanggungjawab
kegiatan

1.300.000

Januari
2013

Kem. Perhub
Pemda

2.232.142

Januari
2018

Kem. Perhub
Pemda
Dinas Perhub.

2.343.750

Januari
2013

Kem. Perhub
Pemda
Dinas Perhub

444.444

Januari
2014

Dinas Perhub.
Dinas PU, Dinas
Sosial

87.719

Januari
2015

Dinas
Perhubungan,
Dinas PU,
Bappeda, PT KAI

10.526.316

Januari
2017

Kem. Perhub.,
Kem. PU, Dinas
Perhub, PT KAI

Perkiraan biaya
Penurunan Emisi
(Rp/tCO2e)

No

11

Kegiatan Inti

Pembangunan
Angkutan
Bus
Pemadu Moda ke Bandara Kuala
Namu

Jumlah
penurunan
Emisi dari
Baseline 2020
(ribu ton CO2e)

2,17

Perkiraan Biaya Mitigasi


Rp (juta)

10.000

12

Penerapan Car Free Day

13

Pemasangan konverter kit pada


mobil penumpang dan mobil dinas

14

Pengembangan
Bus
Kampus.
Membuat rute-rute bus dari daerah
padat mahasiswa ke kampus-kampus
besar di kota Medan. Kampus yang
dipilih adalah USU dan Unimed.

10.000

15

Membangun koridor pejalan kaki


yang
ditutup
atap
dan
menghubungkan semua fakultas di
dalam kampus.

0,1

5.000

5.000

2.000

Sumber

Swasta
APBN,
APBD,
BUMN,
BUMD,
Swasta
Swasta
Sponsor
APBD
APBN,
APBD,
BUMN,
PGN
APBN,
APBD,
BUMN,
Sponsor,
USU,
UNIMED,
DIKTI,
BUMN
APBN,
APBD,
BUMN,
Sponsor,
USU,
UNIMED,
DIKTI,

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Perkiraan biaya
Penurunan Emisi
(Rp/tCO2e)

5.000.000

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
(Tahun)

Mulai
Pelaksana
an

Penanggungjawab
kegiatan

Januari
2017

Kem. Perhub.,
Kem. PU, Dinas
Perhub, PT KAI
Dinas
Perhubungan,
Dinas Parawisata,
Polri, Dinas
Sosial, Swasta
Kem.Perhub,
Kem. ESDM,
Kem. Dalam
Negeri, Pemda

231.481/tahun

Januari
2013

1.000.000

Januari
2018

10.000.000

Januari
2015

Dinas
Perhubungan,
USU UNIMED,
BUMN

625.000/tahun

Januari
2015

USU, UNIMED,
Swasta, Dikti,
BUMN

L - 15

L - 16

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

No

16

Kegiatan Inti

Penanaman Pohon penyerap CO2 di


tepi jalan

Jumlah
penurunan
Emisi dari
Baseline 2020
(ribu ton CO2e)

560

17

Penambahan bahan bakar non emiter

1.565

18

Menaikkan uang muka kredit


kenderaan bermotor dan pajak
progresif kenderaan bermotor roda 4.

(Termasuk
Pendukung)

19

Studi
kelayakan
NMT
(Non
Motorized Transport) di kota-kota
besar di Sumut

(Termasuk
pendukung)

20

Studi Kelayakan sosial ekonomi dan


resiko konflik dengan penyerobot
jalur KA lama existing

(Termasuk
Pendukung)

21

Studi Kelayakan Bus Kampus dari


kantung-kantung mahasiswa

(Termasuk
Pendukung)

Perkiraan Biaya Mitigasi


Rp (juta)

50.000

500.000

Sumber

BUMN
APBN,
APBD,
BUMN,
BUMD,
Swasta,
Masyarakat
APBN,
APBD,
Lembaga
Bantuan
Asing

Perkiraan biaya
Penurunan Emisi
(Rp/tCO2e)

89.285

319.488

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
(Tahun)

Mulai
Pelaksana
an

Penanggungjawab
kegiatan

Januari
2013

Kem. PU, Kem.


Perhub., Dinas
Perhub., Dinas PU

Januari
2015

Januari
2013

1.000

APBN,
APBD,
BUMN,
Dikti,
Swasta

Januari
2012

500

APBD
PT KAI
Dikti

Januari
2013

500

APBD,
USU,
UNIMED,
DIKTI,
BUMN

Januari
2013

ESDM, Kem.
Perhub., Dinas
Perhub.,
Pertamina, PPKS
Medan
Lembaga
Penyedia Kredit,
BANK, Polri
Kem.Perhub,
Kem. Dalam
Negeri, Dinas
Perhub. Dinas
Sosial, Pusat riset
PT
PT KAI, Dinas
Perhubungan,
LSM, Pusat Studi
Transportasi

PT, Dikti, BUMN

No

22

Kegiatan Inti

Integrasi Rencana Aksi kedalam


kurikulum pendidikan di Provinsi
Sumatera Utara

Jumlah
penurunan
Emisi dari
Baseline 2020
(ribu ton CO2e)

Perkiraan Biaya Mitigasi


Rp (juta)

Sumber

Perkiraan biaya
Penurunan Emisi
(Rp/tCO2e)

Perkiraan
Waktu
Penyelesaian
(Tahun)

Mulai
Pelaksana
an

Penanggungjawab
kegiatan

2014

Dinas Pendidikan
Provsu, Perguruan
Tinggi

1
100

APBD,

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

L - 17

L - 18

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

SEKTOR INDUSTRI

Sektor
Subsektor
Penanggungjawab
Perkiraan emisi 2020
Target penurunan emisi 26%
Target penurunan emisi 41%

No

: Industri
: Industri dan Komersial
: Dinas Perindustrian Provinsi Sumatera Utara
: 16,266 juta tCO2eq
: 4,23 juta tCO2eq
: 6,67 juta tCO2eq

Kegiatan Inti

Menyusun sistem manajemen energi di


perusahaan industri lahap energi seperti
industri baja, gelas dan keramik, pupuk,
tekstil, petrokimia, makanan dan minuman.

Penghapusan bahan perusak lapisan ozon


(BPO) secara berkala dan implementasinya
di industri refrigerasi, foam, dan pemadam
api. Target nasional penurunan emisi dari
aksi ini adalah 1500 ribu ton CO2e dari 10
provinsi termasuk Sumatera Utara. Dengan
mengasumsikan target ini terbagi rata, maka
penurunan emisi di provinsi Sumatera Utara
adalah 150 ribu ton CO2e. Aksi ini sudah
sedang dimulai dan diharapkan target itu
sudah tercapai pada tahun 2020.

Jumlah
penurunan
Emisi dari
Baseline 2020
(ribu ton
CO2e)

421

150

Perkiraan Biaya
Mitigasi
Rp (Juta)

10.000

10.000

Sumber

APBN
APBD
Swasta

APBN
APBD
Swasta

Perkiraan
biaya
Penurunan
Emisi
(Rp/tCO2eq)

Perkiraan
Waktu
Penyelesaia
n
(Tahun)

Mulai
Pelaksa
naan

Penanggungjawab
Kegiatan

2013

Kem. Perindustrian,
Dinas Perindustrian
Provinsi
dan
Kabupaten, ESDM,
Swasta,
Pelaku
Usaha, Pusat Riset
Sustainable Energi
USU

2013

Kem. Perindustrian,
Dinas Perindustrian
Provinsi
dan
Kabupaten,
BLH,
Swasta, Pusat Riset
Sustainable Energi
USU

No

Kegiatan Inti

Penggantian bahan bakar ke gas alam. Jika


solar diganti menjadi Gas alam secara
bertahap mulai dari tahun 2013 sampai
sebesar 50% pad 2020, maka emisi akan
berkurang sebesar 760 ribu ton CO2e.
Perhitungan telah dilakukan untuk bahan
bakar yang lain dengan asumsi pada tahun
2020 sebesar 50% dari bahan bakar ini
diganti dengan Gas Alam.

Jumlah
penurunan
Emisi dari
Baseline 2020
(ribu ton
CO2e)
Solar: 760
Batubara:
55,73
Minyak bakar:
267,57
Minyak tanah:
135,9
(Total 1.219)

Perkiraan Biaya
Mitigasi
Rp (Juta)

Sumber

10.000

APBN
APBD
Swasta

Perkiraan
biaya
Penurunan
Emisi
(Rp/tCO2eq)

Perkiraan
Waktu
Penyelesaia
n
(Tahun)

Mulai
Pelaksa
naan

2013

Kem. Perindustrian,
Dinas Perindustrian
Provinsi
dan
Kabupaten, PGN

Dewan
Riset
Daerah,
Dinas
Pendidikan, Dikti,
PPKS Medan, Pusat
Riset
Sustainable
Energi USU
Kem. Perindustrian,
Dinas Perindustrian
Provinsi
dan
Kabupaten,
Dinas
Perkebunan, Dinas
Peternakan,
Kementerian ESDM,
Swasta,
BUMN,
Pusat
Riset
Sustainable Energi
USU
Kementerian
Perindustrian, Dinas
Perindustrian
Provinsi
dan
Kabupaten, AKLI,
Pusat
Riset

Studi pengembangan biomass dan biogas


menjadi bahan bakar industri skala kecil
dan menengah

Pendukung

1.000

APBN,
APBD,
BUMN,
Dikti,
Diknas,
Swasta

Mengganti bahan bakar industri/komersial


ke biomassa dan biogas.

3.250

40.000

APBN
APBD
Swasta

2013

Meningkatkan efisiensi semua peralatan


listrik di Industri dan sektor Komersial.

627,2

10.000

APBN
APBD
Swasta

2013

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Penanggungjawab
Kegiatan

L - 19

L - 20

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

No

Jumlah
penurunan
Emisi dari
Baseline 2020
(ribu ton
CO2e)

Kegiatan Inti

2013

168

5.000

APBN
APBD
Swasta

2015

813

50.000

APBN
APBD
Swasta

2014

Pendukung

1.000

APBD,
Dikti

2013

Pendukung

10.000

APBN,
APBD

2015

100

50.000

APBN,

2013

Pemanfaat panas buang sistem pendingin


untuk pemanas air pada bagunan-bangunan
komersial seperti hotel dan rumah sakit.

Aplikasi heat recovery pada gas buang alat


konversi energi seperti ruang bakar boiler.

Lokasi

11

Sentralisasi Lokasi Industri

12

Penghijauan Lokasi Industri, Bangunan

Mulai
Pelaksa
naan

Pendukung

Sentralisasi

Sumber

Perkiraan
Waktu
Penyelesaia
n
(Tahun)

500

Studi Kelayakan
Industri

Rp (Juta)

Perkiraan
biaya
Penurunan
Emisi
(Rp/tCO2eq)

APBD,
Dikti,
Diknas,
Swasta

Studi pemanfaatan panas buang sistem


pendingin (AC)

10

Perkiraan Biaya
Mitigasi

Penanggungjawab
Kegiatan

Sustainable Energi
USU
Dinas Perindustrian,
Dewan
Riset
Daerah, Pusat Riset
Sustainable Energi
USU
Kem. Perindustrian,
Dinas Perindustrian
Provinsi
dan
Kabupaten,
Dinas
Parawisata,
Dinas
Kesehatan, Swasta,
Pusat
Riset
Sustainable Energi
USU
Dinas Perindustrian
Provinsi
dan
Kabupaten,
Pusat
Riset
Sustainable
Energi USU
Bappeda,
Dinas
Perindustrian, PGN,
Dinas
Penataan
Ruang
dan
Pemukiman
Bappeda,
Dinas
Perindustrian, PGN,
Dinas
Penataan
Ruang
dan
Pemukiman
Bappeda,
Dinas

No

Kegiatan Inti

Komersial dan Perumahan

Jumlah
penurunan
Emisi dari
Baseline 2020
(ribu ton
CO2e)

Perkiraan Biaya
Mitigasi
Rp (Juta)

Sumber
APBD,
BUMN,
Swasta

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

Perkiraan
biaya
Penurunan
Emisi
(Rp/tCO2eq)

Perkiraan
Waktu
Penyelesaia
n
(Tahun)

Mulai
Pelaksa
naan

Penanggungjawab
Kegiatan

Perindustrian, Dinas
Pertanian,
Dinas
Perkebunan, Dinas
Penataan Ruang dan
Pemukiman

L - 21

L - 22

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

SEKTOR PENGELOLAAN LIMBAH


Sektor
Subsektor
Penanggungjawab
Perkiraan Emisi 2020
Perkiraan Emisi 2020
Target penurunan emisi 26%
Target penurunan emisi 41%

No.

(1)
1

: Pengelolaan Limbah
: Limbah Domestik dan Limbah Cair
: BLH dan Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara
: 5,316 juta tCO2eq
: 1,368 juta tCO2eq
: 1,382 juta tCO2eq
: 2,180 juta tCO2eq

Rencana Aksi

1.4

(2)
Program Penyusunan Perencanaan
Pengelolaan Persampahan
Penyusunan Master Plan
Persampahan 33 kota/kab.
Penyusunan Studi Kelayakan dan
DED 6 TPA Regional dan 18
TPA Kabupaten
Penyusunan AMDAL 6 TPA
regional dan 18 kabupaten
Perencanaan Teknik TPST 3R

1.5

Pembebasan Lahan TPA Regional

1.1
1.2

1.3

Program Minimasi Sampah


dengan prinsip 3R

Jumlah
Penurunan Emisi dari
Baseline thn 2020
(tCO2eq)*

Rp(juta)

(3)

(4a)

446.000

306.800

Sumber

Perkiraan Biaya
Penurunan Emisi
(Rp/ton CO2eq)

Selesai

Mulai

(4b)

(5)

(7)

(8)

(9)

Perkiraan Biaya Mitigasi

Pelaksanaan
Pelaksana

113.000

APBD,
APBN

2014

2013

Satker
PLP

19.500

APBD

2013

2013

Dinas PU
CK

6.900

APBD

2013

2013

6.600

APBD

2013

2013

300.000

APBD

2015

2014

94.510

308.051

Dinas PU
CK
Dinas PU
CK
Dinas PU
CK

No.

2.1

2.2
2.3
2.4

3
3.1

3.2
3.3

3.4

4
4.1

Rencana Aksi

Pembangunan TPS Terpadu


(TPST)

Jumlah
Penurunan Emisi dari
Baseline thn 2020
(tCO2eq)*

306.800

Sosialisasi 3 R dan Pemilahan


Sampah
Pendirian Bank Sampah
Komposting sampah organik
pedesaan dengan sistem galitimbun (kearifan lokal sumut)
Program Peningkatan SaranaPrasarana Persampahan
Rehabilitasi TPA Un-managed
Deep menjadi Semi-aerobic
Landfill di 18kota/kab.
Pembangunan 6 TPA Regional
Operasional TPA semi-aerobic di
33 kota/kab; dan pengadaan tanah
timbun
Penambahan sarana - prasarana
persampahan
Program Peningkatan Pengelolaan
Gas Sampah
Recovery gas metan di TPA Aek
Nabobar

751.694

Perkiraan Biaya Mitigasi

Perkiraan Biaya
Penurunan Emisi
(Rp/ton CO2eq)

Pelaksanaan
Pelaksana

Rp(juta)

Sumber

55.750

APBD,
APBN

2020

2013

18.760

APBD

2020

2013

6.000

APBD,
APBN

2020

2013

BLH

14.000

APBD

2020

2013

BLH

525.250

Selesai

Mulai
Satker
PLP, PU
CK K/K
Satker
PLP, BLH

698.755

101.250

APBD,
APBN

2015

2014

Satker
PLP, PU
CK K/K

52.800

APBD

2020

2013

DKP

371.200

APBD,
APBN

2020

2013

Dinas PU
CK, DKP
K/K

2020

2013

Satker
PLP,
swasta

35.461

16.000

35.461

16.000

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

451.195
APBD,
APBN

L - 23

L - 24

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

No.

5
5.1
5.2

5.3

Rencana Aksi

Penyusunan Perencanaan
Pengelolaan Air Limbah
Penyusunan Master Plan Air
Limbah 15 kota/kabupaten
Studi Kelayakan dan DED IPLT

6.1

Studi Kelayakan & DED IPAL


Komunal
Studi Kelayakan & DED MCK
Komunal
Sosialisasi Rencana Pembangunan
IPAL Komunal
Penyusunan SOP Pengelolaan
IPAL Komunal
Penyusunan AMDAL
Pengelolaan Limbah Terpusat
Kawasan perkotaan Mebidangro
Pembangunan prasarana Waste
Water Treatment Pemukiman
Pembangunan MCK Plus

6.2

Pemb. MCK Komunal Sanimas

6.3

Pengelolaan Air Limbah Komunal


Rumah Murah dgn sistem off-site
Peningkatan pelayanan
pengelolaan limbah system off-

5.4
5.5
5.6
5.7

6.4

Jumlah
Penurunan Emisi dari
Baseline thn 2020
(tCO2eq)*

63.431

63.431

Perkiraan Biaya Mitigasi

Rp(juta)

Sumber

Perkiraan Biaya
Penurunan Emisi
(Rp/ton CO2eq)

Pelaksanaan
Pelaksana

Selesai

Mulai

25.570
9.000

APBD,
APBN

2014

2014

11.250

APBD

2014

2014

500

APBD

2014

2014

3.750

APBD

2014

2013

250

APBD

2014

2013

BLH

20

APBD

2014

2013

BLH

800

APBD

2013

2013

Satker
PLP

PU CK

529.150

Satker.
PLP
Satker
PLP, PU
CK K/K
Dinas PU
CK
Dinas PU
CK

8.342.129

198.000

APBD,
APBN

2020

2013

211.200

APBN

2020

2013

8.000

APBD,
APBN

2015

2014

8.000

APBD,
APBN

2016

2013

Satker.
PLP
Satker.
PLP
Satker
PLP

No.

Rencana Aksi

Jumlah
Penurunan Emisi dari
Baseline thn 2020
(tCO2eq)*

Perkiraan Biaya Mitigasi

Rp(juta)

Sumber

4.950
99.000

Perkiraan Biaya
Penurunan Emisi
(Rp/ton CO2eq)

Pelaksanaan
Pelaksana

Selesai

Mulai

APBD

2014

2014

Satker.
PLP

APBD,
APBN

2015

2014

Dinas PU
CK

site di Kawasan perkotaan


Mebidangro
6.5
6.6

Pembangunan Septik Tank


Komunal
Rehabilitasi & Pembangunan
IPLT

7
7.1

Program Pengendalian Banjir


Pengerukan kali/sungai/rawa

8
8.1
8.2

Program Pengelolaan Badan Air


Sosialisasi prokasih/superkasih
Pemantauan kualitas air
permukaan di sungai, rawa dan
kolam retensi.
Program Pemberdayaan
Kesehatan Lingkungan dan
Masyarakat
Sosialisasi, Penyuluhan dan
Pengkajian Kebijakan
Lingkungan Sehat
Pembentukan lembaga Sadar
Sanitasi di setiap kelurahan
kebijakan pelarangan open
burning
Pembinaan Sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan

9.1

9.2
9.3
9.4

94.303

60.800

Dinas
PSDA

94.303

47.600
13.200

APBD

2020

2013

BLH

APBD,
APBN

2020

2013

BLH

13.200

APBD

2020

2013

Dinkes

7.920

APBD

2020

2013

Dinkes

1.200

APBD

2020

2013

BLH

14.800

APBD

2020

2013

BLH

34.400

116.761

116.761

37.120

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

L - 25

L - 26

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

No.

Rencana Aksi

Jumlah
Penurunan Emisi dari
Baseline thn 2020
(tCO2eq)*

Perkiraan Biaya Mitigasi

Rp(juta)

Sumber

Perkiraan Biaya
Penurunan Emisi
(Rp/ton CO2eq)

Pelaksanaan
Pelaksana

Selesai

Mulai

(Adiwiyata)
10 Program Monitoring dan Evaluasi
10.1 Monitoring dan Evaluasi Kinerja
Pengelolaan Persampahan
10.2 Monitoring kualitas lingkungan
10.3 Pengembangan kemampuan
analisa laboratorium
10.4 Bantek, Bimtek dan
Pendampingan Pengelolaan Air
Limbah
10.5 Monitoring dan Evaluasi Kinerja
Pengelolaan Air Limbah
10.6 Bantek, Bimtek dan
Pendampingan Pengelolaan
Persampahan
10.7 Monitoring dan Evaluasi Kinerja
Aksi Mitigasi Penurunan GRK
10.8 Monitoring dan Evaluasi
Penggunaan Anggaran terkait
Aksi Mitigasi
10.9 Penyusunan Laporan Capaian
Kinerja dan Ikhtisar Realisasi
Kerja SKPD
11 Program Non-teknis RAD-GRK
Sektor Limbah

90.920
14.000

APBD

2020

2013

BLH,
DKP

2.400

APBD

2020

2013

BLH

10.200

APBD,
APBN

2014

2013

BLH

1.200

APBD

2020

2013

BLH.

14.000

APBD

2020

2013

BLH

1.200

APBD

2020

2013

Satker
PLP, BLH

14.000

APBD

2020

2013

Bappeda

20.600

APBD

2020

2013

Bappeda

13.320

APBD

2020

2013

Bappeda

28.890

No.

Rencana Aksi

11.1 Sosialisasi RAD-GRK ke


kota/kabupaten
11.2 Penyusunan RAD-GRK kota/kab.
Sektor limbah
11.3 Pengembangan sistem informasi
Inventarisasi GRK Sumut
11.4 Penyusunan Perda Aksi Mitigasi
Penurunan Emisi GRK Sektor
Limbah
11.5 Pembentukan Sekretariat RADGRK Sektor Limbah
11.6 Pertemuan Stakeholder RADGRK
11.7 Integrasi Rencana Aksi kedalam
kurikulum pendidikan di Provinsi
Sumatera Utara

Jumlah
Penurunan Emisi dari
Baseline thn 2020
(tCO2eq)*

Perkiraan Biaya Mitigasi

Rp(juta)

Sumber

1.200

Perkiraan Biaya
Penurunan Emisi
(Rp/ton CO2eq)

Pelaksanaan
Pelaksana

Selesai

Mulai

APBD,
APBN

2020

2012

Bappeda

2.475

APBD

2013

2013

BLH

9.340

APBD

2020

2013

BLH

1.000

APBD

2014

2014

BLH

875

APBD

2013

2013

BLH

14.000

APBD

2020

2013

Bappeda

1
100

2014

APBD

Dinas
Pendidikan
Provsu,
Perguruan
Tinggi

Plt. GUBERNUR SUMATERA UTARA,


dto
GATOT PUJO NUGROHO

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020

L - 27

Disebarluaskan oleh:
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
2012

Anda mungkin juga menyukai