Anda di halaman 1dari 3

MASYARAKAT PENANGGULANGAN BENCANA INDONESIA

INDONESIAN SOCIETY FOR DISASTER MANAGEMENT


Jl. Perserikatan A No. 01 Rt. 002 Rw. 008 Rawamangun Pulo Gadung,
Jakarta Timur, DKI Jakarta, 13220
email: mpbi.sekretariat@gmail.com ; Web: www.mpbi.info

SERUAN SIAGA
TENTANG KEJADIAN CUACA EKSTREM
AKIBAT FENOMENA LA NINA 2021 - 2022
Jakarta, 19 November 2021

Badan Meteorologi, Geofisika, dan Klimatologi (BMKG) mengindikasi terjadinya cuaca


ekstrem yang dapat memicu ancaman banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin
kencang, angin puting beliung, dan/ atau badai tropis di beberapa wilayah di Indonesia
antara lain: Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT),
Kalimantan bagian Selatan, dan Sulawesi bagian Selatan, dipicu oleh fenomena La Nina
yang melanda wilayah Indonesia. Kondisi ini akan meningkat pada bulan November 2021
hingga Januari 2022 dan dapat berlangsung hingga Februari 2022. Sementara itu, kondisi
pandemi COVID-19 di Indonesia tetap berpotensi munculnya gelombang ketiga dengan
fasilitas publik dan kawasan pariwisata berangsur mulai beroperasi terutama pergerakan
massal saat libur Natal dan Tahun Baru.
Ancaman yang kompleks ini menuntut kerjasama pentaheliks dibawah Pemerintah Daerah
dan Pusat dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yakni pemerintah, media,
akademisi, sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil termasuk organisasi-organisasi
penanggulangan bencana dan kemanusiaan. Data kami mencatat potensi setidaknya
terdapat 300 lembaga kemanusiaan dengan lebih dari 160,000 pekerja dan relawan.
Berikut adalah Seruan Siaga Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI):
Kepada Pemerintah Daerah di kawasan-kawasan terpapar risiko
1. Menetapkan status siaga darurat, berdasarkan kajian, dan segera mengambil
langkah-langkah kesiapsiagaan. Memanfaatkan kajian risiko yang ada, atau melakukan
kajian baru secara cepat dan multisektoral, untuk dijadikan dasar penetapan Status Siaga
Darurat dan penyusunan langkah - langkah kesiagaan.

2. Memutakhirkan Rencana Penanggulangan Bencana dan Rencana Kontinjensi yang


ada, dan kalau belum ada,menyusun yang baru dengan cepat. Memanfaatkan hasil dari
kajian seperti tersebut pada butir 1 (satu), menguatkan komunikasi dan koordinasi
Pentahelix termasuk diantara Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, Organisasi Perangkat
Daerah (OPD), dan para pihak lain-lain termasuk organisasi masyarakat sipil.

3. Mengaktifkan, atau membentuk, Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana.


Mengacu pada panduan yang ada, menyiapkan perangkat kebijakan dan pengaturan
kelembagaan, menunjuk Komandan Operasi beserta sekretariat dan unit-unit operasional
yang diperlukan, termasuk mengaktifkan, atau membentuk baru, Klaster-Klaster
koordinasi sektoral, dengan dilengkapi rencana dan prosedur standar antar mereka
sendiri dan dengan sistem pada tataran provinsi dan nasional. Menggali pula peluang
untuk melakukan kesepakatan kerjasama darurat dengan sejawat pemerintah daerah di
sekitar atau di kawasan lain untuk dapat memenuhi keperluan kesiagaan dan tanggap
darurat.

4. Bersama DPRD, melakukan pre-posisi anggaran dan sumber daya tanggap darurat.
Menggerakkan Badan Musyawarah DPRD bersama OPD-OPD mitra untuk dengan cepat
menyusun Rancangan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran dan Plafon Prioritas
Sementara (KUPA-PPAS) menuju Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang
APBD Perubahan, dengan asas - asas kecepatan, manfaat, dan akuntabilitas.

Halaman 1 dari 3
MASYARAKAT PENANGGULANGAN BENCANA INDONESIA
INDONESIAN SOCIETY FOR DISASTER MANAGEMENT
Jl. Perserikatan A No. 01 Rt. 002 Rw. 008 Rawamangun Pulo Gadung,
Jakarta Timur, DKI Jakarta, 13220
email: mpbi.sekretariat@gmail.com ; Web: www.mpbi.info

5. Menggelar sistem peringatan dini yang efektif. Memastikan akses secara terus-
menerus, dari BMKG terdekat dan nasional, terhadap informasi, ramalan, dan peringatan
dini cuaca ekstrem. Menyusun jaringan siaga Ring-1 Forum Koordinasi Pimpinan Daerah
dan BPBD/OPD terkait; Ring-2 diantara OPD dan para pihak lain; Ring-3 dengan tokoh
dan komunitas terutama kelompok rentan dan berkebutuhan khusus. Menunjuk pejabat
penerbit peringatan dini yang cepat dan dalam format yang dipahami oleh komunitas,
terutama yang berkebutuhan khusus. Melakukan penyuluhan, simulasi dan gladi tentang
tindakan komunitas terpapar penerima peringatan dini, dan pada OPD tentang pengaturan
darurat yang diperlukan

6. Menyiagakan kebijakan, prosedur, mekanisme, dan sumberdaya guna memastikan


respons terhadap komunitas terdampak secara aman, nyaman, dan bermartabat,
Memahami dan menyiapkan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI): 7937:2013
tentang Layanan Kemanusiaan dalam Bencana serta pedoman-pedoman terkait lainnya
termasuk prinsip, standar, dan nilai kemanusiaan global seperti panduan Sphere; dengan
melibatkan masyarakat termasuk namun tidak terbatas pada mekanisme umpan balik,
terutama dari komunitas dan kelompok-kelompok yang paling terpapar atau terdampak.

7. Mempercepat program dan tindakan pencegahan dan mitigasi bencana.


Menyegerakan perampungan proyek-proyek infrastruktur dan fisik yang dapat
mengurangi dampak kejadian cuaca ekstrem. Segera menindak tegas instansi, badan
hukum, ataupun orang-perorangan yang diduga menyebabkan kerusakan alam dan/ atau
mengganggu infrastruktur dan fasilitas tanggap darurat, termasuk menghentikan segera
kegiatan - kegiatan yang dipandang menimbulkan risiko baru dan atau memperburuk
risiko yang sudah ada, atau menghalangi kesiapan darurat.
Kepada Pemerintah Pusat
8. Kepala BNPB menyiagakan pendukung tanggap darurat. Memobilisasi fungsi
koordinasi dan fungsi komando guna menyusun kesiapsiagaan di tingkat nasional dengan
menggerakkan secara terpadu tugas, fungsi dan tanggungjawab, serta sumber daya
berbagai kementerian dan lembaga nasional, masyarakat sipil dan pelaku internasional,
serta mengaktifkan Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana nasional.

9. Presiden memberikan kepemimpinan koordinasi tingkat tinggi. Menggerakkan perangkat


termasuk, namun tidak terbatas pada, Kantor Staf Presiden, Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta BAPPENAS, untuk menyiapkan
perangkat kebijakan, mekanisme pengaturan dan anggaran untuk pengaktifan
keseluruhan Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana yang juga meliputi prioritas
vaksinasi dan pengendalian pandemi terutama pada kawasan berisiko tinggi dan/ atau
terpapar. Memanfaatkan dan memberdayakan sistem, kepemimpinan dan koordinasi
yang ada sebelum memutuskan menunjuk pejabat lain untuk memimpin tanggap darurat.

10. Memastikan ketersediaan komoditi kebutuhan dasar barang-barang esensial.


Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan segera
melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga untuk memastikan stabilitas dan
ketersediaan kebutuhan dasar sebagai buffer, dan ketersediaan keperluan siaga tanggap
darurat, serta pemulihan dari kejadian cuaca ekstrem terutama untuk mendukung opsi-
opsi bantuan dan layanan kemanusiaan di sektor shelter dan hunian, air bersih dan
sanitasi, kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pengamanan aset dan pemulihan
mata pencaharian. Bersama itu melakukan pengaturan lintas kementerian/ lembaga dan
daerah terpapar untuk menyiagakan aset-aset infrastruktur, sarana, dan rantai logistik
yang peka, memadai, dan tangguh bencana.

Halaman 2 dari 3
MASYARAKAT PENANGGULANGAN BENCANA INDONESIA
INDONESIAN SOCIETY FOR DISASTER MANAGEMENT
Jl. Perserikatan A No. 01 Rt. 002 Rw. 008 Rawamangun Pulo Gadung,
Jakarta Timur, DKI Jakarta, 13220
email: mpbi.sekretariat@gmail.com ; Web: www.mpbi.info

Kepada Organisasi Masyarakat Sipil


11. Melakukan konsolidasi untuk berpartisipasi secara proaktif. Mengadakan segera
pertemuan Forum-Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB), atau platform lain,
menyamakan persepsi dan menyusun strategi pelibatan dalam kesiagaan, termasuk
memanfaatkan Seruan Siaga ini untuk menggegas Pemerintah Daerah memulai
melakukan tindakan siaga; membagi tugas dan merapat kepada klaster-klaster atau
sektor - sektor pada Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana sementara
berkoordinasi dengan jaringan di daerah dan nasional

12. Memastikan, melindungi, dan memelihara martabat orang-orang dan komunitas


terdampak. Memperkenalkan, membantu penerapan dan pengawasannya dengan dan
oleh semua pihak terkait prinsip “pertama dan utamanya, tidak menimbulkan
kemudaratan” (Primum non nocere). Memastikan dijunjung tingginya martabat orang-
orang terpapar dan terdampak ketika membantu mereka memenuhi kebutuhan dasar,
melindungi hak, melibatkan, serta membantu respons dan pemulihan. Mendorong
perhatian, bantuan, dan perlindungan serta pelibatan khusus untuk kelompok rentan dan
berkebutuhan khusus.

13. Mendorong pekerja dan relawan penanggulangan bencana dan kemanusiaan untuk
melakukan vaksinasi COVID-19 serta mendorong Pemerintah Daerah di kawasan-
kawasan berisiko/ terdampak untuk menyegerakan vaksin di masyarakat sesuai sasaran.
Mengajak dan mendampingi kelompok masyarakat lainnya untuk mendapatkan vaksinasi
COVID-19, terutama untuk kelompok berisiko tinggi seperti orang lanjut usia, perempuan
hamil, penyandang disabilitas, orang yang memiliki penyakit bawaan/ komorbid, dan
masyarakat yang berada di wilayah sulit dijangkau dan/ atau terdepan, terpencil, dan
terluar. Menjaga kesehatan, keselamatan, dan keamanan diri sendiri, sejawat, dan
masyarakat terdampak, dan mengintegrasikan pertimbangan ini dalam kesiagaan dan
tanggap darurat kemanusiaan.

14. Mewujudkan semangat kesetiakawanan yang bertanggung jawab. Mengajak para


pelaku internasional untuk melengkapi upaya komunitas, pemerintah dan masyarakat sipil
dengan bantuan teknis dan sumber daya secara berprinsip dan akuntabel sesuai dengan
kaidah-kaidah kemanusiaan dan standar-standar yang berlaku sesuai dengan permintaan
dan arahan pemerintah
Kepada orang-orang dan komunitas terdampak
15. Membangun kesadaran dan pemahaman sendiri pada masing-masing orang,
keluarga dan komunitas untuk memahami dan tanggap terhadap risiko. Memantau
perkembangan informasi cuaca dan situasi bencana pada umumnya. Memastikan akses
informasi dan senantiasa memantau pengumuman dan peringatan dari pihak wewenang
di Pemerintah Daerah, maupun secara mandiri melalui aplikasi, termasuk InaRISK
Personal, Info BMKG, Magma Indonesia, dan Sipongi+ yang dapat diunduh dari telepon
pintar.
MPBI, dalam kapasitas kami masing-masing dan organisasi, siap bekerja sama dengan para
pihak-pihak terkait untuk memberdayakan gerakan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis
Komunitas (PRBBK) dan menguatkan sistem penanganan darurat bencana yang efektif,
profesional, dan akuntabel untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang tangguh bencana.
Salam tangguh,
Avianto Amri
Ketua Umum MPBI Periode 2021-2024
HP: +628552106610 || Email: avianto.amri@gmail.com
Website: www.mpbi.info
Halaman 3 dari 3

Anda mungkin juga menyukai