Anda di halaman 1dari 34

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG

PROGRAM STUDI PERENCANAAN W

MODUL GIS PEMODELAN


TSUNAMI 2D DAN 3D

TIM PENYUSUSN:
1.BAGAS FITRA MULADI 1824004
2. CLAUDIUS R. L. TUTU 1824018
3. GUILBERTUS D. N. NAHAR 1824035
4. ANDHIKA BAYU S. 1824045
5. HEYRA S. I. SESERAY 1824060
6. MARIA M. PUTTIRULAN 1824067
7. BERNADETHE A. X. PEKA RIHI 1824078
8. MARIA LIDYA P. 1624106
9. THEOFILUS D. S. FAHIK 1624070
10.REINHARD WAROMI 1624072
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Modul GIS Pemodelan Tsunami 2D dan 3D.
Penyusunan modul ini kami lakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi
Perencanaan II.
Selama proses pengerjaan laporan dari tahap awal hingga tahap akhir tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan serta dukungan dari pihak-pihak tertentu, oleh sebab itu kami selaku
peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Widiyanto Hari Subagyo Widodo, ST., M.Sc selaku Dosen Mata Kuliah
Sistem Informasi Perencanaan II yang telah memberikan banyak pengetahuan dan masukan
selama perkuliahan maupunbimbingan
2. Teman-teman kelompok untuk tugas besar mata kuliah Sistem Informasi
Perencanaan II atas semangat kerja sama dankekompakannya.
Penyusunan modul ini telah kami usahakan semaksimal mungkin. Kami berharap
semoga modul ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
khususnya mahasiswa program studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam modul ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan modul ini dan kemajuan studi kami selanjutnya.

Malang, Oktober 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

BAB I............................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4

BAB II .......................................................................................................................... 6

PEMODELAN TSUNAMI ............................................................................................ 6

2.1 Studi Kasus ...................................................................................................... 6

2.2 Interpolasi Kontur ............................................................................................ 6

2.3 Pemodelan Tsunami Menggunakan ArcMap ................................................... 10

2.3.1 Floating Point to Signed Integer (Pixel Type) .......................................... 11

2.3.2 Membangun Model Builder .................................................................... 13

2.3.3 Tahap Con Tools ..................................................................................... 16

2.3.4 Tahap Mosaic To New Raster ................................................................. 10

2.3.5 Tahap Raster To Polygon Tool................................................................. 13

2.3.6 Tahap Intersect Tools .............................................................................. 15

2.3.7 Tahap 7 Review Output .......................................................................... 14

2.4 Pemodelan Tsunami Menggunakan ArcScene ................................................ 16

2.4.1 Membuat Gambar Koordinat Sesuai Dengan Data Raster ........................ 16

2.4.2 Tahap Simulasi Tsunami ......................................................................... 19


BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang ketiga setelah
Brazil dan Kanada dengan luas 80.000 km. Wilayah Indonesia termasuk kedalam cincin api
(ring of fire) dimana dari Sumatera, Jawa, Bali kemudian naik keatas sampai Sulawesi
termasuk daerah yang dilaluinya. Hal ini berakibat sering terjadinya gempa bumi dan tsunami
yang melanda kawasan pesisir ketika terjadi pergeseran atau pertemuan antar lempeng. Pantai
Selatan Pulau Jawa merupakan salah satu area yang berpotensi terhadap terjadinya bencana
tsunami karena berhadapan langsung dengan zona subduksi antara lempeng Eurasian (Indo)
dan lempeng tektonik Indo Australia.
Tsunami merupakan fenomena alam yang banyak menarik perhatian masyarakat sejak
kejadian tsunami Aceh 26 Desember 2004. Kejadian ini dimulai dengan gempa berkekuatan 9
SR, suatu magnitude yang jarang terjadi sebelumnya di Indonesia sehingga mengakibatkan
bencana besar dengan menelan 225.000 korban jiwa (Ambeosiun et al., 2005). Tsunami
adalah perpindahan masa air dari kecepatan yang tinggi di lautan dalam dengan tinggi
gelombang yang rendah, tetapi ketika mencapai yang dangkal dan hampir mencapai daratan,
kecepatan gelombangnya mulai menurun akan tetapi ketinggian gelombang meningkat.
Gelombang tsunami dapat terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti gempa
bumi, letusan gunung api bawah laut, longsoran besar di dasar laut dan akibat benturan benda
langit (meteor). Selain itu, prediksi kapan terjadinya gempa masih sangat sulit untuk
diketahui, padahal sekitar 60% penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir.
Pemodelan terhadap bencana tsunami sangat penting untuk dilakukan dan dikaji lebih
mendalam karena dapat memberikan informasi terhadap mitigasi bencana dan pengelolaan
lingkungan baik pra bencana dan pasca terjadinya bencana alam. Oleh karena itu, pemodelan
ini dapat dilakukan simulasi dan prediksi tingkat kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan
oleh kejadian bencana tsunami. Dengan demikian pemodelan ini nantinya akan mengetahui
radius sejauh mana gelombang tsunami berdampak terhadap daratan. Untuk memodelkan
tsunami diperlukan data-data pendukung salah satunya adalah data citra satelit penginderaan
jauh.
Manfaat citra satelit ini dapat mengetahui lokasi dan sebaran daerah yang akan
terdampak dengan berbasis spasial secara cepat dan tepat. Penginderaan jauh merupakan
ilmu, seni dan teknologi dalam memperoleh informasi tentang suatu objek, area, atau
fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung
dengan objek, area, atau fenomena tersebut (Sutanto, 1986) dan Danoedoro, 2012). Pada
perkembangan zaman ini teknologi penginderaan jauh sudah banyak dimanfaatkan untuk
mitigasi bencana dan perencanaan baik pra maupaun pasca bencana. Dalam membuat
pemodelan ini citra satelit dapat digunakan sebagai pemantauan, simulasi dan perencanaan
mitigasi kebencanaan. Peran penginderaan jauh dalam pemanfaatannya yaitu mapping,
measurenment, monitoring, modelling, dan management.
BAB II
PEMODELAN TSUNAMI

2.1 Studi Kasus


Kota Palu pada tahun 2018 mengalami gempa bumi berkekuatan besar kemudian
disusul dengan tsunami yang menelan banyak korban jiwa, maka perlu dilakukan
perencanaan tata ruang wilayah yang berlandaskan mitigasi bencana. Diperlukan pemodelan
untuk memetakan daerah kawasan yang memiliki potensi rendah sampai dengan potensi
tsunami tinggi.

2.2 Interpolasi Kontur


 Tahapan 1
Arc Toolbox > 3D Analyst Tools >Data Management > TIN > Create TIN

Gambar 1 Proses Create TIN


Output TIN > Coordinate System > Input Feature Class

Gambar 2 Proses Create TIN 2

Setelah melakukan Input Feature Class maka hasilnya akan terlihat seperti di bawah
ini :

Gambar 3 Hasil Create TIN

 Tahapan 2
Arc Toolbox > 3D Analyst Tools > Conversion > From TIN > TIN to Raster
Gambar 5 Konversi Ke Raster

Input TIN > Output Raster > Output Data Type (Optional) > Method (Optional) >
Sampling Distance (Optional) > Z Factor (Optional)

Gambar 4KonversiKe Raster 2


Setelah melakukan Z Factor maka hasilnya akan terlihat seperti dibawah ini :

Gambar 6 Hasil

 Tahapan 3
Arc Toolbox > Spatial Analyst Tools > Extraction > Extract by Mask

Gambar 7PotongSesuai Admin

Input Raster > Input Raster Of Feature Mask Data > Output Raster
Gambar 8 Potong sesuai Admin 2

Setelah melakukan Output Raster maka hasilnya akan terlihat seperti di bawah ini :

Gambar 9 Hasil

2.3 Pemodelan Tsunami Menggunakan ArcMap


Data yang digunakan untuk pemodelan tsunami adalah data Raster sebagai data awal
untuk membuat tingkat elevasi pada lokasi penelitian , Raster (bitmap image) merupakan
gambar digital yang tersusun dari sekumpulan titik penyusun gambar yang disebut pixel
(picture-x element). Pixel- pixel penyusun gambar berkumpul dan bergabung membentuk
seperti mozaik kemudian memanipulasi mata sehingga pada jarak pandang tertentu akan
tampak kesan gambar utuh.
2.3.1 Floating Point to Signed Integer (Pixel Type)
Pixel Type merupakan suatu sel yang menentukan kisaran nilai pada suatu data raster
yang didasarkan pada rumus 2n, pixel type yang dibutuhkan dalam pembuatan sebuah
model builder adalah Signed Integer, jika kita mendapatkan sebuah data raster maka pixel
type yang ada adalah floating point. untuk itu kita perlu merubahnya terlebih dahulu.

Pixel Type merupakan suatu sel yang menentukan kisaran nilai pada suatu data
raster yang didasarkan pada rumus 2n, pixel type yang dibutuhkan dalam pembuatan sebuah
model builder adalah Signed Integer, jika kita mendapatkan sebuah data raster dari website
maka pixel type yang ada adalah floating point untuk itu kita perlu merubahnya terlebih
dahulu.
Berikut ialah langkah-langkah pada tahapan Pixel Type.
I. Open Arc Toolbox > Spatial Analyst Tools > Math > Int

II. Masukan DEM RASTER KOTA PALU.tif sebagai input raster > kemudian
outputnya disimpan di data C:\ saja agar menghindari eror ketika
menjalankan tools Int > kemudian klik OK.
2.3.2 Membangun Model Builder
Untuk menjalankan model secara efektif, pembangun model dalam arcmap digunakan
dalam proses pemodelan ini. ArcGIS Model Builder adalah alat yang dapat digunakan untuk
membantu memproses sejumlah besar file dalam mode otomatis. Dapat digunakan untuk
membuat, mengedit, dan mengelola model. Ada dua jenis elemen model, alat dan variabel.
Elemen alat diwakili dengan persegi panjang dan dibuat saat menambahkan alat dari
Arctoolbox. Warna alat memiliki arti, seperti dijelaskan dalam tabel di bawah ini. Variabel
diwakili dengan oval. Ada dua jenis variabel; data dan nilai. variabel data mereferensikan
data pada disk atau dalam lapisan memori (seperti melapisi tabel konten ArcMap).
Ada dua jenis variabel data, data proyek dan data turunan. Nilai adalah segalanya,
seperti angka, string, referensi spasial, dan luasan geografis. Ada dua jenis variabel nilai,
input dan turunan. Dalam penilaian area kerusakan bangunan sangat penting dilakukan dalam
pengolahan untuk mitigasi bencana memberikan informasi yang objektif tahap pra bencana.
Informasi ini sangat penting pra dan pasca terjadi bencana dalam melakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi wilayah yang terdampak. Kerusakan akibat bencana meliputi aspek fisik seperti
bangunan umum, permukiman, fasilitas umum, dan area pertanian.
Berikut langkah-langkah membuat model builder.
I. Open Arctoolbox > Add Toolbox ( Klik Kanan Pada

) > > Kemudian ubah nama

toolbox itu menjadi Tsunami ( ) > Kemudian Open


II. Klik kanan pada toolbox Tsunami > New > Model > Kemudian Klik
Model > Model Properties
III. Jika sudah diubah NAME dan LABEL-nya klik OK > Kemudian Save (

).

Tahap berikutnya adalah membuat alur model buildernya dengan


menggunakan tools- tools sebagai berikut.

2.3.3 Tahap Con Tools


I. Open Arctoolbox > Spatial Analyst Tools > Conditional > Con > Kemudian
drag Con Tools tersebut ke jendela kerja model builder > Lakukan
sebanyak 3 kali untuk membuat 3 model Con Tools > Kemudian drag data
raster ( int_tif2 ) ke jendela kerja model builder.
I. Kemudian hubungkan Int_tif2 ke Con Tools yang sudah dibuat menggunakan Connection

Tools > hubungkan menggunakan Input Conditional Raster.

I. Kemudian double klik pada Con Tools ( 1 ) > Pilih Int_tif2 sebagai input
conditional rasternya > masukan angka 3 pada input true raster or constant value >

kemudian klik SQL Button pada expression .


IV. Pada jendela Query Builder Klik Value > kemudian klik Get Unique Values.
Tahapan berikutnya adalah membuat data elevasi pada raster yang akan dibuat

V. Double Klik pada Value > ( spasi ) 20 AND Value <= ( spasi ) 30

*NB : Angka 20 dan 30 didapat dari unique values yang sudah ada , cara inputnya adalah double klik pada
angka yang akan digunakan. Apabila angka valuenya di ketik secara manual maka akan terjadi eror ketika di Run.
Begitupula dengan semua rumus yang akan dimasukkan.

VI. Kemudian save output data rasternya di penyimpanan default ( C:/ ) saja agar tidak terjadi eror
ketika menyimpan data raster tersebut > setelah itu Klik OK.
VII. Klik kanan pada Con Tools ( 1 ) > kemudian klik Run
Lakukan hal yang sama pada Con Tools ( 2 ) dan Con Tools ( 3 ) , untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Hasil dari tahapan di atas adalah seperti berikut.

2.3.4 Tahap Mosaic To New Raster


Tahap selanjutnya adalah menggabungkan 3 data raster tersebut ke dalam 1 layer data raster,

I. Buka ArcToolbox > Data Management Tools > Raster > Raster Data Set > kemudian
drag Mosaic To New Raster ke dalam jendela model builder > hubungkan
Elevasi20_30, Elevasi10_20, Elevasi1_10 ke Mosaic To New Raster Tools.
II. Double Klik pada Mosaic To New Raster > Save Output rasternya pada Folder
Output ( D:\ ) ( buat folder baru dengan nama Output ) > pada raster data set name
with extension, ubah menjadi runup3class1.tif > pada spatial reference for raster
masukan coordinat WGS_1984_UTM_Zone_50S > pada number of band masukan
angka 1 > Klik OK.
III. Klik kanan pada Mosaic To New Raster Tools > Klik Run

setelah itu model builder yang dibuat akan terlihat seperti gambar dibawah ini :
2.3.5 Tahap Raster To Polygon Tool
Tahap selanjutnya adalah mengkonversi data raster tersebut ke dalam data vector ( shapefile ).

I. Buka ArcToolbox > Conversion Tools > From Raster > Drag Raster To Polygon tools
ke jendela model builder.
II. Hubungkan runup3class1.tif ke raster to polygon tools menggunakan
connection button > double klik pada raster to polygon tools > save
output polygon features ke folder output yang tadi sudah dibuat dengan
nama runup3class2

Setelah dikonversi maka model builder akan terlihat seperti gambar dibawah ini

:
2.3.6 Tahap Intersect Tools
Tahap selanjutnya adalah melakukan intersect runup3class2.shp dengan
Shapefile BANGUNAN_PT_50K, KESEHATAN_PT_50K dan
ADMINISTRASIKECAMATAN_AR_50K

I. Buka ArcToolbox > Analysis Tools > drag Intersect Tools ke dalam jendela
model builder (lakukan sebanyak 3 kali) > hubungkan runup3class2.shp ke 3
intersect tools sudah dimasukan menggunakan connection tools .
II. Double Klik pada intersect tools ( 1 ) > pada input features
masukan BANGUNAN_PT_50K > save ke output folder dengan nama
runup_Bangunan > Klik OK

III. Klik kanan pada intersect tools (1) > Klik Run.
IV. Pada intersect tools (2) masukan KESEHATAN_PT_50K sebagai input
featuresnya > kemudian save di output folder dengan nama runup_FasKes
> Klik OK.
V. Klik kanan pada intersect tools ( 2 ) > Klik Run.
VI. Pada intersect tools ( 3 ) masukan ADMINISTRASIKECAMATAN_AR_50K sebagai
input featuresnya > kemudian save di output folder dengan nama
runup_Kawasan_Dampak_Tsunami > Klik OK.
VII. Klik kanan pada intersect tools ( 3 ) > Klik Run

Setelah melakukan intersect maka hasil model builder akan terlihat seperti gambar di bawah ini :
VIII. Klik Pada Model > Klik Run Entire Model

Setelah hasil Run Entire Model Complete maka tahapan untuk pembuatan
model builder Pemodelan Tsunami telah selesai.

2.3.7 Tahap 7 Review Output


Selanjutnya kita akan masuk ke tahap berikutnya yaitu melihat hasil dari model builder
yang sudah dibuat tadi.
I. Masukan runup3class2.shp ke dalam data view pada arc map > klik kanan
pada layer runup3class2 > klik properties > Klik symbology > categories >
unique values > pada value field pilih GRIDCODE > pada value 1 ubah
menjadi warna merah , value 2 ubah menjadi warna orange , dan value 3
ubah menjadi warna kuning > Klik OK.

Ket :
1. (Merah) = Parah ;
2. (Orange) = Tinggi ;
3 . ( Kuning ) = Sedang
Berikut adalah hasil akhir dari rangkaian tahapan pemodelan tsunami 2D pada
ArcMap.
2.4 Pemodelan Tsunami Menggunakan ArcScene
ArcScene adalah viewer tiga dimensi / 3D yang cocok untuk menghasilkan
pandangan dengan perspektif yang memungkinkan untuk melakukan navigasi dan
berinteraksi dengan fitur 3D dan pemetaan tekstur serta penciptaan permukaan dan
tamppilan TIN . ArcScene juga berfungsi untuk melihat suatu objek yang memiliki sudut
pandang yang berbeda ketika objek tersebut masih berbentuk dua dimensi / 2D.
Setelah membuat model builder untuk pemodelan tsunami maka tahap selanjutnya
adalah memvisualkan hasil pemodelan tersebut dalam bentuk 3D ( 3 Dimensi ).

2.4.1 Membuat Gambar Koordinat Sesuai Dengan Data Raster


Untuk tampilan yang lebih menarik maka kita harus memakai gambar
berkoordinat agar hasil visual yang dihasilkan dapat merepresentasikan gambaran
wilayah, untuk itu perlu menyesuaikan gambar berkoordinat tersebut dengan data raster
yang kita miliki .
I. Buka ArcScene > klik kanan pada scene layer >scene properties > coordinat
system > Projected Coordinat System > UTM > Southern Hemisphere >
WGS_1984_UTM_Zone_50S> klik OK
II. Masukan Data DEMNAS_Palu , int_tif2 > klik kanan pada palu.ecw >
klik properties > klik base heights > floating on a custom surface > klik
a
p
p
l
y

III. Klik rendering > centang use smooth shading if possible > atur quality
enchancement for raster images dan minimum transparency threshold seperti
pada gambar dibawah ini > kemudian apply

IV. Klik display > ubah resample during display menjadi cubic convulition ( for
continius data ) > kemudian apply
V. kemudian klik kanan pada scene layer > scene properties > general > vertical
exaggeration > klik 2 > kemudian OK
2.4.2 Tahap Simulasi Tsunami
Setelah itu kita masuk ke tahap pembuatan simulasinya , dengan menggunakan
toolbars animation , untuk memunculkan toolbas animation dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
I. Setelah itu klik pada animation > animation manager

II. klik create > pada source object pilih int_tif2 > klik new pada destination
track > kemudian klik create pada keyframe name sebanyak 22 kali >
kemudian close
III. kemudian pada translation: Y masukan angka 20000 – 500, ikuti gambar di
bawah ini > selanjutnya klikclose.

IV. selanjutnya tambahkan layer track 2, Create > pada destination track klik
new > kemudian tambahkan 17 keyframe name > kemudian close
V. kemudian pada translation : Z masukan angka 0 – 15 > close jendela
animation manager

VI. kemudian open animation controls > kemudian pada by durationnya


masukan angka 50 > kemudian klik play button

Anda mungkin juga menyukai