Anda di halaman 1dari 68

MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

SKL DAN AKL

Oleh :
Mikael Renaldi Kukuh Y / 1824036

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2020

1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 3
BAB I ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
1.2 Lokasi ..................................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
KAJIAN TEORI.................................................................................................................................... 6
2.1 SKL (Satuan Kemampuan Lahan) .................................................................................................. 6
2.1.1 SKL Morfologi ........................................................................................................................... 7
2.1.2 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan .......................................................... 7
2.1.3 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng ................................................................ 10
2.1.4 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi ............................................................... 10
2.1.5 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air .................................................................. 11
2.1.6 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase .................................................................... 12
2.2.7 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi ..................................................................... 13
2.2.8 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah............................................................ 14
2.2.9 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam ...................................................... 15
2.2 ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN .......................................................................................... 16
BAB III ................................................................................................................................................ 21
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 21
3.1 SKL Morfologi ...................................................................................................................... 21
3.2 SKL Kemudahan Dikerjakan .................................................................................................. 33
3.3 SKL Kestabilan Lereng .......................................................................................................... 37
3.4 SKL Kestabilan Pondasi ......................................................................................................... 41
3.5 SKL BENCANA.................................................................................................................... 45
3.6 SKL DRAINASE ................................................................................................................... 49
3.7 SKL EROSI ........................................................................................................................... 53
3.8 SKL KETERSEDIAAN AIR.................................................................................................. 57
3.9 SKL LIMBAH ....................................................................................................................... 61
3.10 AKL (Analisis Kemampuan Lahan) ........................................................................................... 65
BAB IV ................................................................................................................................................ 68
KESIMPULAN.................................................................................................................................... 68

2
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 68

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SW atas rahmat dan kehadiran-Nya Modul
tentang AKL & SKL dapat diselesaikan dengan baik dan tepat sesuai waktu yang telah ditentukan.
Pembuatan Modul ini tertujuan guna memmenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Informasi
Perencanaan I pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan di Institut Teknologi Nasional Malang. Terima kasih kami ucapkan kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan modul ini terutama kepada :
1. Bapak Widiyanto Hari Subagyo Widodo, ST., M. Sc dan Ibu Annisa Hamidah Imaduddina, ST.,
MSc selaku Dosen Mata Kuliah Sistem Informasi Perencanaan I pada Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan di Institut teknologi Nasional Malang
yang telah banyak berkontribusi dan membantu memberikan masukan selama perkuliahan dan
bimbingan.
2. Rekan teman -teman satu kelompok 9 yang bersama-sama menyusun.
3. Dan kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan selama pengerjaan.
Dalam modul ini kami sangat menydari bahwa apa yang telah dibuat masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu maka kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapakan agar untuk kedepannya menjadi koreksi dan introspeksi bagi kami dan harapan kami
semoga modul ini bisa membantu rekanrekan sekalian dan para pembaca.

Malang, April 2020

Tim Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan adalah proses yang mendefinisikan tujuan dari organisasi, membuat strategi
digunakan untuk mencapai tujuan dari organisasi, serta mengembangkan rencana aktivitas
kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses-peroses yang penting dari semua fungsi
manajemen sebab tanpa perencanaan (Planning) fungsi pengorganisasian, pengontrolan
maupun pengarahan tidak akan dapat berjalan. Rencana (Planning) dapat berupa rencana
informal ataupun rencana formal. Rencana informal adalah rencana-rencana yang tak tertulis
dan bukan merupakan dari tujuan bersama anggota organisasi. Sedangkan definisi dari rencana
formal adalah rencana yang tertulis yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam jangka
waktu tertentu. Perencanaan didefinisikan sebagai segala kegiatan atau proses yang menelaah
langkah-Iangkah potensial dimasa depan untuk mengarahkan situasi atau sistem sesuai dengan
garis yang kita inginkan, misalnya untuk mencapai tujuan tertentu, menghindari permasalahan
atau keduanya. (Edward K Morlok, 1985) Untuk merencanakan suatu kawasan diperlukan
analisa kawasan perencanaan, salah satunya melalui Sistem Informasi Perencanaan (SIP).
Sistem informasi adalah sekumpulan hardware, software, brainware, prosedur dan atau aturan
yang diorganisasikan secara integral untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat
guna memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Dengan kata lain, sebuah sistem
informasi merupakan sekumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain untuk
membentuk satu kesatuan yang menggabungkan data, memproses, menyimpan,
mendistribusikannya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan
dan mengendalikannya. Sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem
yang mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang bertujuan
menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu.

4
1.2 Lokasi
Palibelo adalah salah satu dari delapan belas kecamatan yang ada di kabupaten Bima.
Wilayah Kecamatan Palibelo dengan luas 80,35 km2 terbagi dalam 12 desa yang terbagi lagi
yaitu 9 desa lama dan 3 desa pemekaran. Desa Teke merupakan pusat pemerintahan atau
merupakan Ibu Kota Kecamatan Palibelo. Kecamatan Palibelo membawahi 12 Desa, yaitu
Desa Roi, Desa Nata, Desa Ntonggu, Desa Teke, Desa Tonggorisa, Desa Belo, Desa Panda,
Desa Dore, Desa Tonggodoa, Desa Ragi, Desa Padolo, dan Desa Bre.

Peta 1. 1 Batas Admin Kecamatan

5
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 SKL (Satuan Kemampuan Lahan)

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan lahan untuk dapat
mendukung upaya pemanfaatan lahan. Analisis kemampuan lahan ini sekaligus untuk
mengetahui faktor – faktor fisik lahan yang bersifat menghambat dan tidak menghambat dalam
upaya pemanfaatan lahan.

Analisis kemampuan lahan ini bermaksud untuk mengkaji tingkatan kemampuan lahan pada
daerah studi berdasarkan aspek fisik dasar. Aspek dasar ini merupakan salah satu materi yang
diperlukan dalam rencana pengembangan suatu kota, hal ini seperti tertuang dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M.2007 tentang pedoman teknik analisis fisik dan
lingkungan, ekonomi serta sosial budaya dalam penyusunan Rencana Tata Ruang. Aspek –
aspek fisik kemampuan lahan tersebut dalam analisis ini dikenal dengan satuan kemampuan
lahan (SKL). Informasi aspek – aspek fisik kemampuan lahan yang dimaksud tersebut dan
dibutuhkan bagi pengembangan industri yaitu berupa:

1. Satuan Kemampuan Lahan Morfologi

2. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng

3. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi

4. Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air

5. Satuan Kemampuan Lahan Kerentanan Bencana

6. Satuan Kemampuan Lahan Drainase

7. Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah

8. Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi

9. Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan di Kerjakan

6
2.1.1 SKL Morfologi
Tujuan analisis SKL Morfologi adalah memilah bentuk bentang alam/morfologi pada
wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan
fungsinya. Dalam analisis SKL Morfologi melibatkan data masukan berupa peta morfologi dan
peta kelerengan dengan keluaran peta SKL Morfologi dengan penjelasannya.
Tabel 2. 1 SKL Morfologi

Kelerengan Nilai Morfologi Nilai Skl Nilai


(%) Morfologi
0-2 5 Datar 5 tinggi 5
2-5 4 Landai 4 cukup 4
5-15 3 Bergelombang 3 Sedang 3
15-40 2 Berbukit 2 Kurang 2
>40 1 Pegunungan 1 Rendah 1
SUMBER : Jurnal Spasial Vol 6. No. 1, 2019 ISSN 2442-3262 dan PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.20/PRT/M/2007
(Hasil Analisa 2020)

Morfologi berarti bentang alam, kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti kondisi
morfologis suatu kawasan kompleks. Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa
gunung, pegunungan, dan bergelombang. Akibatnya, kemampuan pengembangannnya sangat
rendah sehingga sulit dikembangkan dan atau tidak layak dikembangkan. Lahan seperti ini
sebaiknya direkomendasikan sebagai wilayah lindung atau budi daya yang tak berkaitan dengan
manusia, contohnya untuk wisata alam. Morfologi tinggi tidak bisa digunakan untuk peruntukan
ladang dan sawah. Sedangkan kemampuan lahan dari morfologi rendah berarti kondisi morfologis
tidak kompleks. Ini berarti tanahnya datar dan mudah dikembangkan sebagai tempat permukiman
dan budi daya.

2.1.2 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan


Tujuan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat kemudahan
lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses pembangunan/
pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta topografi, peta
morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta penggunaan lahan eksisting, dengan
keluaran peta SKL Kemudahan Dikerjakan dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL
Kemudahan Dikerjakan, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam
analisa yaitu jenis tanah (Tabel 2.2 )

7
Dalam analisis ini, akan ditinjau faktor pembentukan tanah dari aspek waktu
pembentukkannya di mana tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat
pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan
kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga
tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus
berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah
tua. Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran
antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah
muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih
lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses
pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol. Tanah Tua
proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan
yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3.
Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Tabel 2. 2 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL
Kemudahan Dikerjakan
No. Jenis Tanah Sifat Nilai
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal
dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk
struktur , konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam,
1. Alluvial 5
kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya
di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah
cekungan (depresi). (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum
agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan
organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi
gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang- kadang berpadas
2. Andosol lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, 3
kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik.
(Suhendar, Soleh)
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah belum terlihat
secara jelas. Tanah entisol umumnya dijumpai pada sedimen yang belum
3. Gleisol terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa memperlihatkan horison 4
diatas lapisan batuan dasar. (Djauhari,
Noor)

8
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur
lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal
hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan
plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat
4. Grumosol alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas 2
lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan
lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim
sub humid atau sub arid, curah hujan
kurang dari 2500 mm/tahun. (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon,
kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal,
konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga
5. Latosol 2
kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari
300 – 1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik,
breksi batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya
batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30
6. Litosol cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan 4
batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada
umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat
kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol
dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit,
pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh)
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal,
warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh
hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat
bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya
absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan
7. Mediteran kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di 1
daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari
2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan
lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah
– kuning
di daerah topografi Karst disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh)
8. Non Cal 3
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon,
tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH
umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
9. Regosol 4
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng
vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan
gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh)

Tabel 2. 3 SKL Kemudahan Dikerjakan

Ketinggian Nilai Kelerengan Nilai Jenis Nilai Skl Nilai


(%) tanah Kemudahan
Dikerjakan
>500 5 0-2 5 Aluvial 5 Tinggi 5
2-5 4 Sedang 4
500-1500 4 5-15 3 Litosol 4 Kurang 3
15-40 2 Rendah 2
1500-2500 3 >40 1

9
SUMBER : Jurnal Spasial Vol 6. No. 1, 2019 ISSN 2442-3262 dan PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.20/PRT/M/2007
(Hasil Analisa 2020)

2.1.3 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng


Tujuan analisis SKL Kestabilan Lereng adalah untuk mengetahui tingkat kemantapan
lereng di wilayah pengembangan dalam menerima beban. Dalam analisis ini membutuhkan
masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta
hidrogeologi, peta curah hujan, peta bencana alam (rawan bencana gunung berapi dan kerentanan
gerakan tanah) dan peta penggunaan lahan, dengan keluaran peta SKL Kestabilan Lereng dan
penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Kestabilan Lereng, terlebih dahulu harus
diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah (tabel 2.4).
Tabel 2. 4 Analisis SKL Kestabilan Lereng

Ketinggian Nilai Kelerengan Nilai Morfologi Nilai SKL Nilai


(%) Kestabilan
Lereng
>500 5 0-2 5 Datar 5 tinggi 5
2-5 4 Landai 4 cukup 4
500-1500 4 5-15 3 Bergelombang 3 Sedang 3
15-40 2 Berbukit 2 Kurang 2
1500-2500 3 >40 1 Pegunungan 1 Rendah 1
SUMBER : Jurnal Spasial Vol 6. No. 1, 2019 ISSN 2442-3262 dan PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.20/PRT/M/2007
(Hasil Analisa 2020)

Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak kondisi lahannya
dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Bila suatu kawasan disebut kestabilan
lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya mudah longsor,
mudah bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan
budidaya. Kawasan ini bisa digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan air. Sebenarnya satu
SKL saja tidak bisa menentukan peruntukkan lahan apakah itu untuk pertanian, permukiman, dll.
Peruntukkan lahan didapatkan setelah dilakukan overlay terhadap semua SKL.

2.1.4 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi


Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan
untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang
sesuai untuk masing-masing tingkatan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta
SKL kestabilan lereng, peta jenis tanah, peta kedalaman efektif tanah, peta tekstur tanah, peta
hidrogeologi dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Kestabilan Pondasi

10
dan penjelasannya. Sebelum melaksanakan analisis SKL Kestabilan pondasi, harus diketahui
terlebih dahulu sifat faktor pendukungnya terhadap analisis kestabilan pondasi meliputi jenis tanah
(tabel 2.5).
Tabel 2. 5 Analisis SKL Kestabilan Pondasi
Ketinggian Nilai Kelerengan Nilai Morfologi Nilai Jenis Nilai SKL Nilai
(%) tanah Kestabilan
Pondasi
>500 5 0-2 5 Datar 5 Aluvial 5 tinggi 5
2-5 4 Landai 4 cukup 4
500-1500 4 5-15 3 Bergelombang 3 Litosol 4 Sedang 3
15-40 2 Berbukit 2 Kurang 2
1500-2500 3 >40 1 Pegunungan 1 Rendah 1
SUMBER : Jurnal Spasial Vol 6. No. 1, 2019 ISSN 2442-3262 dan PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.20/PRT/M/2007
(Hasil Analisa 2020)

Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya
suatu bangunan atau kawasan terbangun. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi
wilayah terbangun. Kestabilan pondasi tinggi artinya wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi
bangunan apa saja atau untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah
tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah
tersebut kurang stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, misalnya
pondasi cakar ayam.

2.1.5 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air


Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan air dan
kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna pengembangan kawasan. Dalam
analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kelerengan, peta curah hujan, peta
hidrogeologi, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL
Ketersediaan Air dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Ketersediaan Air , terlebih
dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah (tabel 2.6).

11
Tabel 2. 6 Analisis SKL Ketersediaan Air

Peta Peta Peta Skl


Peta Peta
Kemiringan Nilai Nilai Curah Nilai Jenis Nilai Nilai Ketersedi NILAI
Morfologi Landuse
(%) Hujan Tanah aan Air

Keterse
diaan
Latoso
>40% 1 Gunung 1 <1500 1 1 Air 1
l
Sangat
Rendah
Alluvia Keterse
TERBANG
1500- l, 1 diaan
15-40% 2 Berbukit 2 2 2 UN 2
2500 Grumo Air
sol Rendah
Medit Keterse
Bergelo 2500- eran, diaan
5-15% 3 3 3 3 3
mbang 3500 Regos Air
ol Sedang
3500- Keterse
2-5% 4 Landai 4 4 Gleisol 4 TIDAK 4
4500 diaan
TERBANG 2
Andos Air
0-2% 5 Datar 5 >4500 5 5 UN 5
ol Tinggi
SUMBER : Jurnal Spasial Vol 6. No. 1, 2019 ISSN 2442-3262 dan PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.20/PRT/M/2007
(Hasil Analisa 2020)

2.1.6 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase


Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam
mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal maupun
meluas dapat dihindari. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta
kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta kedalaman efektif tanah,
dan penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL untuk Drainase dan penjelasannya.
Sebelum melakukan analisis SKL untuk Drainase, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari
data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah (tabel 2.7).
Tabel 2. 7 Analisis SKL Untuk Drainase

PETA CURAH PETA PETA


NILAI NILAI NILAI SKL DRAINASE NILAI
HUJAN KELERENGAN KETINGGIAN

<1500 5 > 40 % 5 5
1500-2500 m 5 Drainase tinggi

1500-2500 4 15 – 40 % 4 4

12
PETA CURAH PETA PETA
NILAI NILAI NILAI SKL DRAINASE NILAI
HUJAN KELERENGAN KETINGGIAN

2500-3500 3 5 – 15 % 3 500-1500 m 4 Drainase Cukup 3

3500-4500 2 2–8% 2 2

<500 m 3 Drainase Kurang


>4500 1 0–2% 1 1

SUMBER : Jurnal Spasial Vol 6. No. 1, 2019 ISSN 2442-3262 dan PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.20/PRT/M/2007
(Hasil Analisa 2020)

2.2.7 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi


Tujuan analisis SKL Terhadap Erosi adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang
mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi
serta antispasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Dalam analisis ini membutuhkan masukan
berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta tekstur
tanah, peta curah hujan dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap
Erosi dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Terhadap Erosi, terlebih dahulu harus
diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah (tabel 2.8).
Tabel 2. 8 Analisis SKL Terhadap Erosi

Peta Peta
Peta Peta Jenis
Kemiringa Nilai Nilai Curah Nilai Nilai Skl Erosi Nilai
Morfologi Tanah
n (%) Hujan
TIDAK
<150
0-2% 5 Datar 5 5 Alluvial 5 ADA 5
0
EROSI
1500
EROSI
2-5% 4 Landai 4 - 4 Latosol 4 4
RENDAH
2500
Mediteran,
Bergelom 2500 EROSI
5-15% 3 3 3 Brown 3 3
bang - SEDANG
Forest
3500
3500 EROSI
15-40% 2 Berbukit 2 - 2 Podsol 2 CUKUP 2
4500 TINGGI

13
Peta Peta
Peta Peta Jenis
Kemiringa Nilai Nilai Curah Nilai Nilai Skl Erosi Nilai
Morfologi Tanah
n (%) Hujan
>450 EROSI
>40% 1 Gunung 1 1 1
0 TINGGI
SUMBER : Jurnal Spasial Vol 6. No. 1, 2019 ISSN 2442-3262 dan PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.20/PRT/M/2007
(Hasil Analisa 2020)

Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi tinggi
berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti
lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Tidak ada erosi berarti tidak ada pengelupasan
lapisan tanah.

2.2.8 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah


Tujuan analisis SKL Pembuangan Limbah adalah untuk mengetahui mengetahui daerah-
daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengeolahan limbah,
baik limbah padat maupun cair. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi,
peta kemiringan, peta topografi, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan dan peta
penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Pembuangan Limbah dan penjelasannya.
Hasil analisis SKL Pembuangan Limbah dapat dilihat dalam tabel 2.9.
Tabel 2. 9 Analisis SKL Pembuangan Limbah

PETA
PETA PETA PETA SKL
NILAI NILAI CURAH NILAI NILAI NILAI
KETINGGIAN LANDUSE KELERENGAN LIMBAH
HUJAN
<1500 5 0–2% 5 Tinggi 5
0 – 500 m 5 1500-
TIDAK 4 2–8% 4 Cukup 4
2 2500
TERBANGUN
2500-
500-1500 m 4 3 5 – 15 % 3 Sedang 3
3500
3500-
2 15 – 40 % 2 Kurang 2
1500-2500 3 TERBANGUN 1 4500
>4500 1 > 40 % 1 Rendah 1
SUMBER : Jurnal Spasial Vol 6. No. 1, 2019 ISSN 2442-3262 dan PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.20/PRT/M/2007
(Hasil Analisa 2020)

SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan wilayah tersebut cocok
atau tidak sebagai lokasi pembuangan. Analisa ini menggunakan peta hidrologi dan klimatologi.
Kedua peta ini penting, tapi biasanya tidak ada data rinci yang tersedia. SKL pembuangan limbah
kurang berarti wilayah tersebut kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan limbah.

14
2.2.9 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam
Tujuan analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk
menghindari/mengurangi kerugian dari korban akibat bencana tersebut dapat dilihat pada Tabel
2.10.

Tabel 2. 10 SKL Terhadap Bencana Alam

PETA
PETA PETA PETAGERAKAN SKL
NILAI NILAI NILAI GEMPA NILAI NILAI
BANJIR TSUNAMI TANAH BENCANA
BUMI
POTENSI
TINGGI 5 TINGGI 5 TINGGI 5 TINGGI 5 BENCANA 5
TINGGI

POTENSI
MENENGAH 4 MENENGAH 4 BENCANA 4
SEDANG
SEDANG 4 SEDANG 4
POTENSI
RENDAH 3 RENDAH 3 BENCANA 3
RENDAH

POTENSI
RENDAH RENDAH BENCANA
RENDAH 3 2 2 RENDAH 3 2
SEKALI SEKALI SANGAT
RENDAH
SUMBER : Jurnal Spasial Vol 6. No. 1, 2019 ISSN 2442-3262 dan PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.20/PRT/M/2007
(Hasil Analisa 2020)

15
2.2 ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN
Kemampuan lahan menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 17 tahun
2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang
Wilayah adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah, topografi, drainase, dan
kondisi lingkungan hidup lain untuk mendukung kehidupan atau kegiatan pada suatu hamparan
lahan. Sedangkan daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.

Klasifikasi kemampuan lahan (Land Capability Classification) adalah penilaian lahan


(komponen-komponen lahan) secara sistematik dan pengelompokannya ke dalam beberapa
kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam
penggunaannya secara lestari. Kemampuan lahan dipandang sebagai kapasitas lahan itu sendiri
untuk suatu macam atau tingkat penggunaan umum.
Tabel 2. 11Klasifikasi Kemampuan Lahan
Kelas
Kemampuan Klasifikasi Pengembangan
Lahan
Kemampuan Pengembangan Sangat
Kelas A
Rendah
Kelas B Kemampuan Pengembangan Rendah
Kelas C Kemampuan Pengembangan Sedang
Kelas D Kemampuan Pengembangan Tinggi
Kelas E Kemampuan Pengembangan Sangat Tinggi
Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2007

Analisis kemampuan lahan Selanjutnya berdasarkan kesembilan Satuan Kemampuan Lahan


yang dihasilkan diatas, maka dilakukan overlay untuk dihasilkan peta satuan kemampuan lahan
Kecamatan Palibelo. Dari analisis ini akan didapatkan penilaian terhadap potensi lahan yang
nantinya akan menjadi acuan untuk menentukan pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang benar.
Selain itu, analisis kemampuan lahan juga digunakan untuk mendukung proses dalam penyusunan
perencanaan penggunaan lahan berbasis pengurangan risiko bencana. Keluaran dari analisis ini
meliputi:
a. Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan,
b. Kelas kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan,
c. Potensi dan kendala fisik pengembangan lahan.
Setelah dilakukan Proses SKL, maka hasil yang didapat adalah:

16
SKL MORFOLOGI
NILAI KETERANGAN
KEMAMPUAN LAHAN DARI MORFOLOGI
2
KURANG
KEMAMPUAN LAHAN DARI MORFOLOGI
3
SEDANG
4 KEMAMPUAN LAHAN DARI MORFOLOGI CUKUP
KEMAMPUAN LAHAN DARI MORFOLOGI
5
TINGGI

SKL KEMUDAHAN DI KERJAKAN


NILAI KETERANGAN
4 KEMUDAHAN DI KERJAKAN SEDANG
5 KEMUDAHAN DI KERJAKAN TINGGI

SKL KESTABILAN LERENG


NILAI KETERANGAN
3 KESTABILAN LERENG SEDANG
4 KESTABILAN LERENG CUKUP
5 KESTABILAN LERENG TINGGI

SKL KESTABILAN PONDASI


NILAI KETERANGAN
3 KESTABILAN PONDASI SEDANG
4 KESTABILAN PONDASI CUKUP
5 KESTABILAN PONDASI TINGGI

17
SKL KETERSEDIAAN AIR
NILAI KETERANGAN
2 KETERSEDIAAN AIR RENDAH
3 KETERSEDIAAN AIR SEDANG

SKL DRAINASE
NILAI KETERANGAN
2 KEMAMPUAN DRAINASE CUKUP
3 KEMAMPUAN DRAINASE TINGGI

SKL EROSI
NILAI KETERANGAN
3 EROSI SEDANG
4 EROSI RENDAH
5 TIDAK ADA EROSI

SKL LIMBAH
NILAI KETERANGAN
3 LIMBAH CUKUP
4 LIMBAH SEDANG

SKL BENCANA ALAM


NILAI KETERANGAN
3 BENCANA SANGAT RENDAH
4 BENCANA RENDAH
5 BENCANA SEDANG

18
Langkah pelaksanaan:
1) Analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan
pada masing-masing satuan kemampuan lahan.
2) Menentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan kemampuan lahan,
dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu) untuk nilai terendah.
3) Mengalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan kemampuan lahan.
Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan kemampuan lahan tersebut pada
pengembangan perkotaan. Bobot yang digunakan sesuai dengan tabel...
4) Melakukan superimpose semua satuan-satuan kemampuan lahan, dengan cara menjumlahkan
hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan kemampuan lahan dalam satu peta,
sehingga diperoleh kisaran nilai yang menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah
perencanaan.
5) Menentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas kemampuan lahan,
sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan nilai ... - .... yang menunjukkan tingkatan
kemampuan lahan di wilayah perencanaan dan digambarkan dalam satu peta klasifikasi
kemampuan lahan untuk perencanaan tata ruang.
Pembuatan peta nilai kemampuan lahan merupakan penjumlahan nilai dikalikan bobot, yaitu:
1) Melakukan superimpose setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil pengalian
nilai dengan bobotnya secara satu per satu, sehingga kemudian diperoleh peta jumlah nilai
dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif.

SKL
SKL SKL
SKL KEMUDA SKL SKL SKL KEMAM
KESTABIL SKL SKL BENC
MORFO HAN DI KESTABILAN KETERSEDIA DRAINA PUAN
AN EROSI LIMBAH ANA
LOGI KERJAKA PONDASI AN AIR SE LAHAN
LERENG ALAM
N
Bobot Bobot : Total
Bobot : 5 Bobot : 1 Bobot : 5 Bobot : 3 Bobot : 5 Bobot : 5 Bobot : 0
:3 5 Nilai

5 1 5 3 5 5 3 0 5 32
BOBOT
10 2 10 6 10 10 6 0 10 64
X
15 3 15 9 15 15 9 0 15 96
NILAI
20 4 20 12 20 20 12 0 20 128
25 5 25 15 25 25 15 0 25 160

19
2) Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam sistem grid, kemudian
memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan lahan ke dalam grid
tersebut. Penjumlahan nilai dikalikan bobot secara keseluruhan adalah tetap dengan menggunakan
grid, yakni menjumlahkan hasil nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan pada setiap
grid yang sama
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007
Dari total nilai dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan maksimum total
nilai. Dari angka di atas, nilai minimum yang mungkin diperoleh ada;ah 32 sedangkan nilai
maksimum yang dapat diperoleh adalah 160. Dengan demikian, pengkelasan dari total nilai ini
adalah:
1) Kelas a dengan nilai 32 – 58
2) Kelas b dengan nilai 59 – 83
3) Kelas c dengan nilai 84 – 109
4) Kelas d dengan nilai 110 – 134
5) Kelas e dengan nilai 135 – 160

Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbeda-beda seperti pada tabel:
Total Nilai Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Pengembangan
32 – 58 Kelas a Kemampuan pengembangan sangat rendah
59 – 83 Kelas b Kemampuan pengembangan rendah
84 – 109 Kelas c Kemampuan pengembangan sedang
110 – 134 Kelas d Kemampuan pengembangan tinggi
135 – 160 Kelas e Kemampuan pengembangan sangat tinggi
Sumber : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.20/PRT/M/2007

Interval pengelompokan kelas berdasarkan Pedoman Permen PU No.20 Tahun 2007


Total Nilai Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Pengembangan
32 – 58 Kelas a Kemampuan pengembangan sangat rendah
59 – 83 Kelas b Kemampuan pengembangan rendah
84 – 109 Kelas c Kemampuan pengembangan sedang
110 – 134 Kelas d Kemampuan pengembangan tinggi
135 – 160 Kelas e Kemampuan pengembangan sangat tinggi

20
BAB III

PEMBAHASAN

CARA MEMBUAT PETA SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL)


3.1 SKL Morfologi
 Buka Aplikasi Arcgis 10.3 dan masukan SHP yang diperlukan untuk membuat
Peta SKL Morfologi
- Shp Kelerengan
- Shp Morfologi

21
22
 Setelah sudah memasukan Shp Kelerengan dan Morfologi kita harus mengubah
data fisik dasar yang telah di masukan di arcgis dari data vector ke raster dengan
cara , Klik ArcToolbox >> Conversion Tool >> To Ruster >> Polygon To Ruster.
- Input Feartres : Shp Lereng
- Value Field : LERENG
- Pilih tempat penympanan
- Priority Field : none
- Cell Size : Jangan Di buah
- Ok

23
24
25
 Dan hasilnya akan seperti di bawah ini

Lakukan hal yang sama seperti di atas pada semua Shp yang akan di gunakan
untuk membuat Peta Satuan Kemampuan Lahan (SKL)

26
 Setelah sudah merubah data menjadi Ruster Klik ArcToolbox >> Spatial Analyst
Tools >> Reclass >> Reclassify.
- Input Ruster : Masukan data Ruster yang akan di gunakan untuk
membuat Peta Skl, Contoh : Data Ruster Kelrengan
- Reclass Field : LERENG
- Lalu pada kolom New Value isi nilai sesuai dengan skoring Skl
Morfologi
- Lalu set penyimpanan
- Ok

Ini adalah hasil Reclass Kelrengan

27
Lakukan hal yang sama seperti di atas pada semua Shp Fisik Dasar yang
sudah di ubah menjadi data Ruster
 Setelah mengubah menjadi data raster klik AcrToolbox >> Spatial Analyst Tools
>> Overlay >> Weighted Overlay,

28
 Lalu klik tanda dan masukan satu persatu Shp Reclass Kelerengan dan juga
Morfologi
- Input Ruster : Reclass Kelerengan
- Input Field : LERENG
 Ok.

 Lalu masukan data ruster Morfologi


- Input Ruster : Reclass Morfologi
- Input Field :MORFOLOGI

29
 Setelah sudah memasukan data Kelerengan dan Morfologi selanjutnya,
- Evaluation Scale : 1 to 5 by 1
- Ubah Scale Value sesuai dengan skoring pada pedoman Skl Moerfologi
- Klik “Set Equal Influence”
- Simpad di folder yang di inginkan
- Ok.

30
Dan ini adalah hasi dari Peta SKL Morfologi

 Setelah itu Open Attribute Tablle dengan cara klik kanan pada Shp Skl Morfologi

>> Open Attribute Table >> Table Option >> Add Field
- Name : Keterangan
- Type : Text
- Ok

31
 Lalu isi Kolom Keterangan Seperti di bawah ini
Catatan : Untuk mengisi Kolom pada Attribute Table klik kanan pada Shp Skl
Morfologi >> Edit feature >> Start Editing. Lalu isi kolom pada Attribute Table.

 Lalu jangan lupa untuk menyimpan hasil Edit dengan cara Klik Editor di bagian
atas >> Save Edit >> Stop Editing

32
3.2 SKL Kemudahan Dikerjakan
 Buka Aplikasi Acrgis 10.3 dan masukan data Shp Fisik Dasar Jenis Tanah,
Kelerengan, Ktinggian yang sudah selesai di Ruster.
Catatan : Cara Untuk Ruster Shp ada di tahan Peta Skl Morfologi, Di atas.

 Setelah itu Klik ArcToolbox >> Spatial Analyst Tools >> Overlay >> Weighted
Overlay.

33
 Setelah itu Klik dan masukan Shp Fisik Dasar yang diperlukan untuk Peta
Skl Kemudahan Dikerjakan.
- Shp Reclass Ketinggian, Input Field : KETINGGIAN
- Shp Reclass Kelerengan, Input Field : LERENG
- Shp Reclass Jenis Tanah, Input Field : JTANAH
 Setelah sudah memasukan Shp – Shp tersebut lalu pada,
- Evaluation Scale : 1 to 5 by 1
- Ubah Scale Value sesuai dengan skoring pada pedoman Skl
- Klik “Set Equal Influence”
- Simpad di folder yang di inginkan
- Ok.

34
Hasil dari Peta Skl Kemudahan Dikerjakan

 Setelah itu Open Attribute Tablle dengan cara klik kanan pada Shp Skl Morfologi

>> Open Attribute Table >> Table Option >> Add Field
- Name : Keterangan
- Type : Text
- Ok

35
 Lalu isi Kolom yang sudah di buat tadi seperti di bawah ini.
Catatan : Untuk mengisi Kolom pada Attribute Table klik kanan pada Shp Skl
Morfologi >> Edit feature >> Start Editing. Lalu isi kolom pada Attribute Table.

 Lalu jangan lupa untuk menyimpan hasil Edit dengan cara Klik Editor di bagian
atas >> Save Edit >> Stop Editing

36
3.3 SKL Kestabilan Lereng
 Buka aplikasi Arcgis 10.3 dan masukan Shp Fisik Dasar yang sudah di rister
yang diperlukan untuk membuat Peta SKL Kestabilan Lerentg,
- Shp Ketinggian
- Shp Kelerengan
- Shp Morfologi

 Setalah sudah memasukan Shp yang sudah di ruster klik ArcToolbox >> Spatial
Analyst Tools >> Overlay >> Weighted Overlay.

37
 Setelah itu Klik dan masukan Shp Reclass yang diperlukan untuk Peta Skl
Kestabilan Lereng
- Shp Reclass Ketinggian, Input Field : KETINGGIAN
- Shp Reclass Kelerengan, Input Field : LERENG
- Shp Reclass Morfologi, Input Field : MORFOLOGI
 Setelah sudah memasukan Shp – Shp tersebut lalu pada,
- Evaluation Scale : 1 to 5 by 1
- Ubah Scale Value sesuai dengan skoring pada pedoman Skl
- Klik “Set Equal Influence”
- Simpad di folder yang di inginkan
- Ok.

38
Ini adalah hasil dari Peta SKL Kestabilan Lereng

39
 Setelah itu Open Attribute Tablle dengan cara klik kanan pada Shp Skl Kestabilan

Lereng >> Open Attribute Table >> Table Option >> Add Field
- Name : Keterangan
- Type : Text
- Ok

 Setelah itu Isi kolom Keterangan yang sudah di buat tadi seperti di bawah ini.
Catatan : Untuk mengisi Kolom pada Attribute Table klik kanan pada Shp Skl
Morfologi >> Edit feature >> Start Editing. Lalu isi kolom pada Attribute Table.

 Lalu jangan lupa untuk menyimpan hasil Edit dengan cara Klik Editor di bagian
atas >> Save Edit >> Stop Editing

40
3.4 SKL Kestabilan Pondasi
 Buka aplikasi Arcgis 10.3 dan masukan Shp Fisik Dasar yang sudah di rister
yang diperlukan untuk membuat Peta SKL Kestabilan Pondasi.
- Shp Ketinggian
- Shp Kelerengan
- Shp Morfologi
- Shp Jenis Tanah

 Setalah sudah memasukan Shp yang sudah di ruster klik ArcToolbox >> Spatial
Analyst Tools >> Overlay >> Weighted Overlay.

41
 Setelah itu Klik dan masukan Shp Reclass yang diperlukan untuk Peta Skl
Kestabilan PONDASI
- Shp Reclass Ketinggian, Input Field : KETINGGIAN
- Shp Reclass Kelerengan, Input Field : LERENG
- Shp Reclass Morfologi, Input Field : MORFOLOGI
- Shp Reclass Jenis Tanah, Input Field : JTANAH
 Setelah sudah memasukan Shp – Shp tersebut lalu pada,
- Evaluation Scale : 1 to 5 by 1
- Ubah Scale Value sesuai dengan skoring pada pedoman Skl
- Klik “Set Equal Influence”
- Simpad di folder yang di inginkan
- Ok.

42
Ini adalah hasil dari Peta SKL Kestabilan Pondasi

43
 Setelah itu Open Attribute Tablle dengan cara klik kanan pada Shp Skl Kestabilan

Pondasi >> Open Attribute Table >> Table Option >> Add Field
- Name : Keterangan
- Type : Text
- Ok

 Lalu isi kolom Keterangan yangsudah di buat tadi seperti di bawah ini.
Catatan : Untuk mengisi Kolom pada Attribute Table klik kanan pada Shp Skl
Morfologi >> Edit feature >> Start Editing. Lalu isi kolom pada Attribute Table.

 Lalu jangan lupa untuk menyimpan hasil Edit dengan cara Klik Editor di bagian
atas >> Save Edit >> Stop Editing

44
3.5 SKL BENCANA
 Buka aplikasi Arcgis 10.3 dan masukan Shp Fisik Dasar Gempa, Tsunami,
Gerakan Tanah dan Banjir yang sudah di ruster dan sudah di Reclass.

 Setalah sudah memasukan Shp yang sudah di ruster klik ArcToolbox >> Spatial
Analyst Tools >> Overlay >> Weighted Overlay.

45
 Setelah itu Klik dan masukan Shp Reclass yang diperlukan untuk Peta Skl
Kestabilan PONDASI
- Shp Reclass Gempa, Input Field : POTENSI
- Shp Reclass Gerakan Tanah, Input Field : PONTENSI
- Shp Reclass Banjir, Input Field : Tingkat
- Shp Reclass Tsunami, Tanah, Input Field : Tingkat
 Setelah sudah memasukan Shp – Shp tersebut lalu pada,
- Evaluation Scale : 1 to 5 by 1
- Ubah Scale Value sesuai dengan skoring pada pedoman Skl
- Klik “Set Equal Influence”
- Simpad di folder yang di inginkan
- Ok.

46
Hasil Peta SKL Bencana

47
 Setelah itu Open Attribute Tablle dengan cara klik kanan pada Shp Skl Kestabilan

Pondasi >> Open Attribute Table >> Table Option >> Add Field
- Name : Keterangan
- Type : Text
- Ok

 Lalu isi kolom Keterangan yangsudah di buat tadi seperti di bawah ini.
Catatan : Untuk mengisi Kolom pada Attribute Table klik kanan pada Shp Skl
Morfologi >> Edit feature >> Start Editing. Lalu isi kolom pada Attribute Table.

 Lalu jangan lupa untuk menyimpan hasil Edit dengan cara Klik Editor di bagian
atas >> Save Edit >> Stop Editing

48
3.6 SKL DRAINASE
 Buka Aplikasi Arcgis 10.3 dan masukan Shp Fisik Dasar Morfologi, Ketinggian,
Kelerengan, Jenis Tanah, Curah Hujan dan Land Use yang sudah di Ruster dan di
Reclass.

 Setalah sudah memasukan Shp yang sudah di ruster klik ArcToolbox >> Spatial
Analyst Tools >> Overlay >> Weighted Overlay.

49
 Setelah itu Klik dan masukan Shp Reclass yang diperlukan untuk Peta Skl
Kestabilan PONDASI
- Shp Reclass Ketinggian, Input Field : KETINGGIAN
- Shp Reclass Kelerengan, Input Field : LERENG
- Shp Reclass Morfologi, Input Field : MORFOLOGI
- Shp Reclass Jenis Tanah, Input Field : JTANAH
- Shp Curah Hujan, Input Field : REMARK
- Shp Land Use, Input Field : Keterangan
 Setelah sudah memasukan Shp – Shp tersebut lalu pada,
- Evaluation Scale : 1 to 5 by 1
- Ubah Scale Value sesuai dengan skoring pada pedoman Skl
- Klik “Set Equal Influence”
- Simpad di folder yang di inginkan
- Ok.

50
Hasil Peta SKL Drainase

51
 Setelah itu Open Attribute Tablle dengan cara klik kanan pada Shp Skl Kestabilan

Pondasi >> Open Attribute Table >> Table Option >> Add Field
- Name : Keterangan
- Type : Text
- Ok

 Lalu isi kolom Keterangan yangsudah di buat tadi seperti di bawah ini.
Catatan : Untuk mengisi Kolom pada Attribute Table klik kanan pada Shp Skl
Morfologi >> Edit feature >> Start Editing. Lalu isi kolom pada Attribute Table.

 Lalu jangan lupa untuk menyimpan hasil Edit dengan cara Klik Editor di bagian
atas >> Save Edit >> Stop Editing

52
3.7 SKL EROSI
 Buka APlikasi Arcgis 10.3 dan masukan Shp Fisik Dasar Kelerengan, Morfologi,
Curah Hujan dan Jenis Tanah yang sudah di Ruster dan di Reclass.

 Setalah sudah memasukan Shp yang sudah di ruster klik ArcToolbox >> Spatial
Analyst Tools >> Overlay >> Weighted Overlay.

53
 Setelah itu Klik dan masukan Shp Reclass yang diperlukan untuk Peta Skl
Kestabilan PONDASI
- Shp Reclass Kelerengan, Input Field : LERENG
- Shp Reclass Morfologi, Input Field : MORFOLOGI
- Shp Reclass Jenis Tanah, Input Field : JTANAH
- Shp Curah Hujan, Input Field : REMARK
 Setelah sudah memasukan Shp – Shp tersebut lalu pada,
- Evaluation Scale : 1 to 5 by 1
- Ubah Scale Value sesuai dengan skoring pada pedoman Skl
- Klik “Set Equal Influence”
- Simpad di folder yang di inginkan
- Ok.

54
Hasil Peta SKL Erosi

55
 Setelah itu Open Attribute Tablle dengan cara klik kanan pada Shp Skl Kestabilan

Pondasi >> Open Attribute Table >> Table Option >> Add Field
- Name : Keterangan
- Type : Text
- Ok

 Lalu isi kolom Keterangan yangsudah di buat tadi seperti di bawah ini.
Catatan : Untuk mengisi Kolom pada Attribute Table klik kanan pada Shp Skl
Morfologi >> Edit feature >> Start Editing. Lalu isi kolom pada Attribute Table.

 Lalu jangan lupa untuk menyimpan hasil Edit dengan cara Klik Editor di bagian
atas >> Save Edit >> Stop Editing

56
3.8 SKL KETERSEDIAAN AIR
 Buka Aplikasi Arcgis 10.3 dan masukan Shp Fisik Dasar Kelerengan, Morfologi,
Jenis Tanah, Curah Hujan, dan Land Use yang sudah di Ruster dan di Reclass.

 Setalah sudah memasukan Shp yang sudah di ruster klik ArcToolbox >> Spatial
Analyst Tools >> Overlay >> Weighted Overlay.

57
 Setelah itu Klik dan masukan Shp Reclass yang diperlukan untuk Peta Skl
Kestabilan PONDASI
- Shp Reclass Kelerengan, Input Field : LERENG
- Shp Reclass Morfologi, Input Field : MORFOLOGI
- Shp Reclass Jenis Tanah, Input Field : JTANAH
- Shp Curah Hujan, Input Field : REMARK
- Shp Land Use, Input Field : Keterangan
 Setelah sudah memasukan Shp – Shp tersebut lalu pada,
- Evaluation Scale : 1 to 5 by 1
- Ubah Scale Value sesuai dengan skoring pada pedoman Skl
- Klik “Set Equal Influence”
- Simpad di folder yang di inginkan
- Ok.

58
Hasil Peta SKL Ketersediaan Air

59
 Setelah itu Open Attribute Tablle dengan cara klik kanan pada Shp Skl Kestabilan

Pondasi >> Open Attribute Table >> Table Option >> Add Field
- Name : Keterangan
- Type : Text
- Ok

 Lalu isi kolom Keterangan yangsudah di buat tadi seperti di bawah ini.
Catatan : Untuk mengisi Kolom pada Attribute Table klik kanan pada Shp Skl
Morfologi >> Edit feature >> Start Editing. Lalu isi kolom pada Attribute Table.

 Lalu jangan lupa untuk menyimpan hasil Edit dengan cara Klik Editor di bagian
atas >> Save Edit >> Stop Editing

60
3.9 SKL LIMBAH
 Buka aplikasi Arcgis 10.3 dan masukan Shp Fisik Dasar Kelerengan, Ketinggian,
Curah Hujan dan Land Use yang sudah di Ruster dan di Reclass.

 Setalah sudah memasukan Shp yang sudah di ruster klik ArcToolbox >> Spatial
Analyst Tools >> Overlay >> Weighted Overlay.

61
 Setelah itu Klik dan masukan Shp Reclass yang diperlukan untuk Peta Skl
Kestabilan PONDASI
- Shp Reclass Kelerengan, Input Field : LERENG
- Shp Ketinggian, Input Field : KETINGGIAN
- Shp Curah Hujan, Input Field : REMARK
- Shp Land Use, Input Field : Keterangan
 Setelah sudah memasukan Shp – Shp tersebut lalu pada,
- Evaluation Scale : 1 to 5 by 1
- Ubah Scale Value sesuai dengan skoring pada pedoman Skl
- Klik “Set Equal Influence”
- Simpad di folder yang di inginkan
- Ok.

62
Hasil Dari SKL Limbah

63
 Setelah itu Open Attribute Tablle dengan cara klik kanan pada Shp Skl Kestabilan

Pondasi >> Open Attribute Table >> Table Option >> Add Field
- Name : Keterangan
- Type : Text
- Ok

 Lalu isi kolom Keterangan yangsudah di buat tadi seperti di bawah ini.
Catatan : Untuk mengisi Kolom pada Attribute Table klik kanan pada Shp Skl
Morfologi >> Edit feature >> Start Editing. Lalu isi kolom pada Attribute Table.

 Lalu jangan lupa untuk menyimpan hasil Edit dengan cara Klik Editor di bagian
atas >> Save Edit >> Stop Editing

64
3.10 AKL (Analisis Kemampuan Lahan)
 Buka aplikasi Arcgis 10.3 dan masukan Data Ruster dari 9 Skl yang sudah di
buat.

 Setelah itu klik ArcToolbox >> Spatial Analyst Tools >> Map Algebra >> Raster
Calculator.

65
 Masukan kalkulasi perhitungan bobot (yang telah di buat sebelumnya) dari 9 SKL
(Satuan Kemampuan Lahan) seperti berikut.
(“morfologi*5)+(skl*bobot)+...dst

Ini Adalah Hasil Peta AKL

66
 Setelah itu Open Attribute Tablle dengan cara klik kanan pada Shp Skl Kestabilan

Pondasi >> Open Attribute Table >> Table Option >> Add Field
- Name : Kelas, Klasifikasi
- Type : Text
- Ok

 langkah selanjutnya mengklasifikasi hasil berdasarkan kelas – kelas yang ada.


Caranya klik kanan pada akl – open atribute table – add field - Tambahkan 2 field

 Lalu jangan lupa untuk menyimpan hasil Edit dengan cara Klik Editor di bagian
atas >> Save Edit >> Stop Editing

67
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Analisis kemampuan lahan bermaksud untuk mengkaji tingkatan kemampuan lahan pada
daerah studi berdasarkan aspek fisik dasar. Aspek dasar ini merupakan salah satu materi yang
diperlukan dalam rencana pengembangan suatu kota, hal ini seperti tertuang dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M.2007 tentang pedoman teknik analisis fisik dan
lingkungan, ekonomi serta sosial budaya dalam penyusunan Rencana Tata Ruang.

Aspek – aspek fisik kemampuan lahan tersebut dalam analisis ini dikenal dengan satuan
kemampuan lahan (SKL). Informasi aspek – aspek fisik kemampuan lahan yang dimaksud tersebut
dan dibutuhkan bagi pengembangan industri yaitu berupa:

1. Satuan Kemampuan Lahan Morfologi


2. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng
3. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi
4. Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air
5. Satuan Kemampuan Lahan Kerentanan Bencana
6. Satuan Kemampuan Lahan Drainase
7. Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah
8. Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi
9. Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan di Kerjakan

Analisis kemampuan lahan Selanjutnya berdasarkan kesembilan Satuan Kemampuan Lahan


yang dihasilkan diatas, maka dilakukan overlay untuk dihasilkan peta satuan kemampuan lahan
Kecamatan Palibelo. Dari analisis ini akan didapatkan penilaian terhadap potensi lahan yang
nantinya akan menjadi acuan untuk menentukan pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang benar.
Selain itu, analisis kemampuan lahan juga digunakan untuk mendukung proses dalam penyusunan
perencanaan penggunaan lahan berbasis pengurangan risiko bencana.

68

Anda mungkin juga menyukai