Anda di halaman 1dari 4

Suara Kaltim setelah Omnibus Law Inkonstitusional, Mahasiswa yang Dibui,

Aktivis, hingga Anggota DPR

Nama : Basilika Lateran Tipung

NPM : 19111013509116

Berkas putusan Mahkamah Konstitusi mengenai uji materi Undang-Undang

11/2020 tentang Cipta Kerja. MK menetapkan beleid tersebut inkonstitusional

bersyarat dan harus direvisi selama dua tahun. Putusan MK ini adalah perkembangan

yang luar biasa bagi Wisnu. Tahun lalu, ia sampai harus dipenjara karena menentang

omnibus law. Setelah demonstrasi menolak undang-undang sapu jagat di kantor

DPRD Kaltim, Wisnu dijatuhi hukuman lima bulan penjara. “Sampai hari ini, Wisnu

tetap menolak UU Cipta Kerja. Perasaan Wisnu campur aduk membaca putusan MK

ini,” terang mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial

Politik, Unmul, tersebut, ketika ditemui kaltimkece.id pada Kamis, 25 November

2021. Pada hari yang sama, MK baru saja mengumumkan putusan uji materi UU

Cipta Kerja. Omnibus law disebut inkonstitusional secara bersyarat atau tidak sesuai

UUD 1945. Putusan ini dibacakan Ketua MK, Anwar Usman, dalam sidang uji formil

yang disiarkan daring. Mahkamah menilai, metode penggabungan atau omnibus law

dalam UU Cipta Kerja tidak jelas, pembuatan UU baru atau hanya merevisi aturan

sebelumnya. Mahkamah juga menilai, dalam pembentukannya, UU Cipta Kerja tidak

memegang asas keterbukaan kepada publik meski sudah ada beberapa pertemuan

dengan sejumlah pihak. Pertemuan itu dinilai belum sampai tahap substansi UU. Draf

UU juga dinilai tidak mudah diakses oleh publik. MK menyatakan, omnibus Law UU

11/2020 Cipta Kerja inkonstitusional bersyarat selama tidak dilakukan perbaikan


dalam jangka waktu dua tahun setelah putusan dibacakan. Dalam kurun tersebut,

seluruh UU dalam omnibus tetap berlaku sampai diperbaiki. Apabila dalam dua tahun

tidak diperbaiki, omnibus Law otomatis dinyatakan inkonstitusional bersyarat secara

permanen. Wisnu mengaku bahagia dengan keputusan itu. Perjuangannya tidak sia-

sia. Akan tetapi, di sisi lain, ia mengaku heran karena UU tersebut masih bisa direvisi.

Jika omnibus law memang bertentangan dengan undang-undang dasar, menurutnya,

peraturan seharusnya tidak diberlakukan. “Kalau memang cacat, kenapa harus

menunggu diperbaiki? Buat apa kelompok masyarakat dan mahasiswa sampai

berdarah-darah menolak? Mending dibatalkan saja,” tegasnya.

Tanggapan Para Pihak

Pendapat Wisnu dibenarkan tiga organisasi masyarakat sipil di Kaltim.

Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, Kelompok Kerja 30, dan Wahana

Lingkungan Hidup (Walhi) Kaltim, bersuara seragam. Kaltim menerima dampak

besar dari UU Cipta Kerja. Satu di antaranya adalah sejumlah kawasan ekologi dan

kewajiban untuk menyediakan ruang terbuka hijau yang hilang. Putusan MK

mengenai uji materi seharusnya bukan merevisi tetapi membatalkan UU Cipta Kerja.

“Aneh juga disebut inkonstitusional bersyarat. Pilihannya, ‘kan, cuma dua.

Sesuai UUD 1945 atau tidak. Ini artinya, secara politik MK juga bermanuver,” jelas

Rupang. Jatam juga pesimistis dengan pemerintah daerah memperjuangkan penolakan

omnibus law. Sepanjang periode Gubernur Isran Noor, kata Rupang, tidak ada satu

pun kritik terhadap undang-undang yang sifatnya memberatkan daerah tersebut.

Kepada kaltimkece.id, Sekretaris Provinsi Kaltim, Muhammad Sa'Bani,

menanggapi dengan singkat. Ia mengatakan, Pemprov Kaltim menunggu arahan dari


pemerintah pusat. “Ada batas waktu dua tahun. Undang-undang itu sepenuhnya

kewenangan pusat,” ucapnya melalui aplikasi percakapan.

Dua legislator Senayan dari daerah pemilihan Kaltim menanggapi putusan

MK ini. Pertama, Wakil Ketua Komisi X DPR-RI, Hetifah Sjaifudian. Politikus Partai

Golkar ini hanya meneruskan pesan yang dikirimkan Sekretaris Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian. Isi pesan tersebut adalah empat poin penjelasan

pemerintah pusat atas putusan MK.

Pertama, pemerintah menghormati dan mematuhi putusan MK. Kedua, UU

Cipta Kerja tetap berlaku secara konstitusional sampai perbaikan sesuai tenggat

waktu. Ketiga, menyatakan bahwa pemerintah tidak akan menerbitkan peraturan

strategis baru selama perbaikan. Keempat, segera menindaklanjuti putusan MK dan

memperbaiki undang-undang sebagaimana putusan tersebut

Sementara itu, anggota Komisi V DPR-RI, Irwan Fecho, mengaku, senang

dengan putusan MK. Irwan menjelaskan, Fraksi Partai Demokrat sedari awal menolak

pengesahan peraturan tersebut sampai walk out. Peraturan ini dianggap Demokrat

tidak merepresentasikan keinginan masyarakat. UU Cipta Kerja menghilangkan

kewenangan daerah, menyebabkan kerusakan lingkungan, dan menghilangkan hak-

hak pekerja. Proses penetapannya pun berjalan cepat dan menabrak tahapan

perundang-undangan.

Irwan menjelaskan, DPR akan mengawal putusan MK. Revisi UU Cipta Kerja

pun didorong masuk ke Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2022. Perbaikannya

diharapkan melibatkan berbagai pihak, seperti akademikus, kelompok sipil, dan

pemerintah daerah.

Khusus yang terakhir, ia menilai, daerah sebaiknya berinisiatif memanfaatkan

status quo dua tahun tersebut. Pemerintah daerah merasakan langsung dampak
ditariknya berbagai kewenangan oleh pemerintah pusat. Pemerintah bisa memperkuat

diri dengan memunculkan peraturan daerah (perda) dan aktif berkoordinasi dengan

pemerintah pusat. 

Kesimpulan/Saran

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja adalah sebuah

undang-undang yang disahkan pada 5 Oktober 2020 oleh DPR RI dan resmi

diundangkan pada 2 November 2020. Undang-undang ini bertujuan untuk

menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan investasi asing dalam negeri dengan

mengurangi banyak persyaratan yang memberatkan. Undang-undang ini populer

disebut dengan nama undang-undang sapu jagat atau omnibus law.

Menurut Saya Undang-undang ini banyak menuai kritik karena dianggap

banyak merugikan hak-hak pekerja serta berpotensi meningkatkan deforestasi di

Indonesia. Alhasil, sejak awal pengagasan undang-undang ini sudah banyak aksi yang

menolak pembahasan lebih lanjut mengenai undang-undang ini dan puncaknya adalah

pada bulan Oktober tahun 2020. Banyak aksi unjuk rasa yang pecah di banyak daerah

untuk menentang undang-undang ini. Aksi Menolak Undang- Undang ini Juga banyak

berunjung pada kericuhan.

Sumber : https://kaltimkece.id/upload/artikel/2021-

11/25/infografik-setelah-omnibus-law-dinyatakan-

inkonstitusional-bersyarat.jpg

Samarinda, 27 November 2021

Basilika Lateran Tipung/Fisipol Untang 1945 Samarinda

Anda mungkin juga menyukai