Anda di halaman 1dari 20

Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan Oksigenasi

Disusun Oleh Kelompok 1:


1. Nur Lailia Rakhma Septiani (071211001)
2. Marlian (071211002)
3. Fifi Amara Mastia (071211007)
4. Whynera Hendra Resta (071211008)
5. Indita Anggi Pratiwi (071211013)
6. Antoninho Conis Santana SS (071211014)
7. Mutya Risty Mulyani (071211019)
8. Fenni Dwi Kurniasari
9. Rofi Ayu Agustin

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021
A. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia Gangguan Oksigenasi
1. Pengertian
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada
tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Oksigenasi
merupakan proses penambahan oksigen kedalam system kimia dan fisika. Oksigen (O2)
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolism sel, sebagai hasilnya terbentuk karbondioksida, energy dan air. Penambahan
karbondioksida yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang
cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Adityana, Rosi, 2012).
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolism sel tubuh untuk mempertahakan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel (Alimul,Aziz 2015).
2. Anatomi Pernapasan
a. Hidung
Hidung terdiri dari hidung eksterna dan rongga hidung di belakang hidung
eksterna. Hidung eksterna terdiri dari tulang kartilago sebelah bawah dan tulang
hidung di sebelah atas ditutupi bagian luarnya dengan kulit dan pada bagian dalamnya
dengan membran mukosa.Rongga hidung memanjang memanjang dari nostril pada
bagian depan ke apertura posterior hidng, yang keluar ke nasofaring bagian
belakang.Septum nasalis memisahkan kedua rongga hidung. Septum nasalis
merupakan struktur tipis yang terdiri dari tulang kartigo, biasanya membengkok ke
satu sisi atau salah satu sisi yang lain, dan keduanya dilapisi oleh membran mukosa.
Dinding Lateral dari rongga hidung sebagian dibentuk oleh maksila, palatum dan os
sphenoid.Konka superior, Inferior dan media (turbinasi hidung) merupakan tiga buah
tulang yang melengkung lembut melekat pada dinding lateral dan menonjol ke dalam
rongga hidung. Ketiga tulang tersebut tertutup oleh membran mukosa.Sinus paranasal
merupakan ruang pada tulang kranial yang berhubungan melalui ostium ke dalam
rongga hidung.Sinus tersebut ditutupi oleh membran mukosa yang berlanjut dengan
rongga hidung.Ostium ke dalam rongga hidung.Lubang hidung, sinus sphenoid,
diatas konkha superior.
b. Faring,
Faring atau tenggorok merupakan struktur sperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Adenoid atau tonsil faring terletk dalam langit-
langit nasofaring . Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus
respiration dan digestif(Brunner & Suddarth. 2002)
c. Laring
Laring merupakan pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yamg
dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan ligamentum . Sebelah atas pintu
masuk laring membentuk tepi epiglottis, lipatan dari epiglottis ariteroid dan piat
intararitenoid, dan sebelah tepi bawah kartilago krikoid. Fugsi laring sebagai
vokalalisasi yang menilabtaknsistem pernapasan yang meliputi pusat khusus
pengaturan bicara dalam kortek serebri, pusat respirasi di dalam batang otak,
artikulasi serta resonansi dari mulut dan rongga hidung
d. Trakea
Trakea adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh tulang-
tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara vertebrae servikalis
VI sampai ke tepi bawah ketilago krikoidea vertebra torakalis V. Panjangnya kira-kira
13 cm dan diameter 2,5 cm dilapisi oleh otot polos, mempunyai dinding fibroealitis
yang tertanam dalam balok-balok hialin yang mempertahankan trakea tetap terbuka.
e. Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea dan
dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah kearah
tumpuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang 2, kiri dan kanan yang
dibatasi oleh garis pembatas.
f. Pulmo (Paru-paru)
Pulmo atau paru merupakan salah satu organ pernapasan yang berada didalam
kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis.Kedua paru sangat
lunak, elastic, dan berada dalam rongga torak.Sifatnya ringan dan terapung di dalam
air.Paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena partikel-partikel debu
yang masuk termakan oleh fagosit.Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran
gas antara udara atmosfer dan darah.Dalam menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat
sebuah pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni menghisap udara atmosfer ke
dalam paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh (ekspirasi).
( Syafudin, 2011)

3. Fisiologi Pernafasan
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi dan difusi( Potter
& Perry, 2006).
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan keluar paru-
paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan throak yang elastic dan
persarafan yang utuh. Otot pernapasan yang utama adalah diagfragma(Potter & Perry,
2006). Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru,
jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi kare.na adanya
perbedaan tekanan antara intrapleural lebih negative (752 mmHg) daripada tekanan
atmofer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
1. Kerja Pernapasan
Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat
paru berkontraksi. Kerja pernafasan ditentkan oleh tingkat kompliansi paru,
tahanan jalan nafas, keberadaan ekspirasi yang aktif, dan penggunaan otot-otot
bantu pernafasan.Kompliansi menurun pada penyakit, seperti edema pulmonar,
interstisial, fibrosis pleura, dan kelainan struktur traumatic, atau congenital seperti
kifosis atau fraktur iga.Tahanan jalan nafas dapat mengalami peningkatan akibat
obstruksi jalan nafas, penyakit di jalan nafas kecil (seperti asma), dan edema
trakeal.Jika tahanan meningkat, jumlah udara, jumlah udara yang melalui jalan
nafas anatomis menurun. Ekspirasi merupakan proses pasif normal yang
bergantung pada property recoil elastic dan membutuhkan sedikit kerja otot atau
tidak sama sekali. Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi
pulmonary.Spirometer mengukur volume paru yang memasuki atau yang
meninggalkan paru-paru.Variasi volume paru dapat dihubungkan dengan status
kesehatan, seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas, atau kondisi paru yang
obstruktif. Jumlah surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan otot bantu
pernafasan mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.

2. Tekanan
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan.Tekanan
intrapleura bersifat negative atau kurang dari tekanan atmosfer yakni 760 mmHg
pada permukaan laut. Supaya udara mengalir ke dalam paru-paru, maka tekanan
intrapleura harus lebih negative dengan gradient tekanan antara atmosfer dan
alveoli
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir
dalam arteri pulmonaris dri ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru
bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida
di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung.Sirkulasi
paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar
sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau
tekanan darah sistemik.
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih
tinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di
membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipegaruhi oleh ketebalan
membrane(Potter & Perry, 2006).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi


Keadekuatan sirkulasi, ventelasi, perfusi, dan transport gas – gas pernapasan kejaringan
dipengaruhi oleh empat tipe factor :
a. Faktor fisiologis
Tabel 1. Proses Fisiologis yang Mempengaruhi Oksigenasi (Potter & Perry, 2006)
PROSES PENGARUH PADA OKSIGENASI

Anemia Menurunkan kapasitas darah yang


membawa oksigen

Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang


membawa oksigen

Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen yang


diinspirasi ke alveoli

Dataran tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen


inspirator karena konsentasi oksigen
atmosfer yang lebih rendah.

Demam Meningkatkan frekuensi metabolism dan


kebutuhan oksigen di jaringan.

Penurunan pergerakan dinding dada Mencegah penurunan diafragma dan


(kerusakan muskulo) menurunkan diameter anteroposterior
thoraks pada saat inspirasi, menurunkan
volume udara yang diinspirasi.

Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada :


1. Kehamilan
Ketika fetus mengalami perkembangan selama kehamilan, maka uterus maka
uterus yanb berukuran besar akan mendorong isi abdomen ke atas diagfragma.
2. Obesitas
Klien yang obese mengalami penurunan volume paru.Hal ini dikarenakan thorak
dan abdomen bagian bawah yang berat.
3. Kelainan musculoskeletal
Kerusakan muskulosetal di region thorak menyebabkan penurunan oksigenasi.
4. Konfigurasi structural yang abnormal
5. Trauma
6. Penyakit otot
7. Penyakit system persarafan
8. Perubahan system saraf pusat
9. Pengaruh penyakit kronis.
10. Faktor Perkembangan
1. Bayi Prematur
Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang diduga
disebabkan defisiensi surfaktan.
2. Bayi dan Todler
Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA) hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok.
Selain itu, selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang
kongesti nasal yang memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan
potensi terjadinya ISPA. ISPA yang sering doalami adalah nasofaringitis,
faringitis, influenza, dan tonsillitis.
3. Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan factor-
faktor resiko pernafasan, misalnya asap rokok dan merokok.
4. Dewasa muda dan dewasa pertengahan
Individu pada usia pertengahan dan dewasa muda terpapar pada banyak
factor resiko kerdiopulmonar seperti diet yang tidak sehat, kurang latihan
fisik, obat-obatan.
5. Lansia
Kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia yang berhubungan
dengan osteoporosis dan kalsifikasi tulang rawan kosta.Otot – otot
pernapasan melemah dan sirkulsi pemubuluh darah pulmonar menurun.

b. Faktor Perilaku
1. Nutrisi
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara. Klien yang
mengalami kekurangan gizi mengalami kelemahan otot pernafasan.Kondisi ini
menyebabkan kekekuatan otot dan kerja pernapasan menurun.
2. Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan kebutuhan
oksigen.Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, memampukan individu
untuk mengatasi lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan
karbondoksida.
3. Merokok
Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, penyakit paru
obstrukti kronis, dan kanker paru.
4. Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alcohol dan obat-obatan secara berlebihan akan menggganggu
oksigenasi jaringan. Kondisi ini sering kali memiliki asupan nutrisi yang
buruk.Kondisi ini menyebabkan penurunan asupan makanan kaya gizi yang
kemudian menyebabkan penurunan prosuksi hemoglobin.
c. Faktor Lingkungan
a. Abestosis merupakan penyakit paru yang memperoleh di tempat kerja dan
berkembang setelah individu terpapar asbestosis.
b. Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada insietas beat akan meningkatkan laju
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat(Potter & Perry,
2006).

5. Patofisologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).

Faktor Lingkungan (udara, bakteri, virus, jamur) Masuk


melalui saluran nafas atas

Terjadi infeksi dan


proses peradangan
Hipersekresi Kontraksi otot-otot
kelenjar polos saluran
pernapasan

Akumulasi secret Penyempitan saluran


berlebih pernapasan

Secret mengental di jalan nafas Keletihan otot pernafasan

Dispnea
Gangguan penerimaan Obstruksi jalan Gas darah arteri
o2 dan pengeluaran nafas Abnormal
co2 Hiperkabnia
Ketidakseimbangan Batuk yang tidak efektif Hipoksemia
ventilasi dan perfusi Penurunan bunyi nafas Hipoksia
Sputum dalam jumlah yang Nafas cuping hidung
berlebih Pola pernafasan abnormal
Perubahan pola nafas (kecepatan, irama, kedalaman)
Suara nafas tambahan (ronchi,
wheezing, crackies)
Pola nafas tidak
efektif
Dispnea
Fase ekspirasi
Memanjang
Ortopnea BERSIHAN
Penurunan Oksigen JALAN NAFAS
kapsitas paru dalam darah TIDAK EFEKTIF
Pola nafas menurun
abnormal
Takipnea
Hiperventilasi Gangguan
Pernafasan sukar oksigen Metabolisme Energi menurun Sesak nafas
dalam tubuh
jaringan
menurun

GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
6. Manifestasi Klinis
Perubahan dalam fungsi pernapasan disebabkan penyakit dan kondisi-kondisi yang
mempengaruhi ventelasi dan transport oksigen.
a. Hiperventilasi
Hiperventilasi meerupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebihan yang dibutuhkan
untuk mengeleminasi kerbondioksida normal di vena yang diproduksi melalui
metabolism seluler. Hieprventilasi bisa disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-
obatan, ketidakseimbangan asam-basadan hipoksia yang dikaitkan dengan embolus
paru atau syok.Hiperventilasi juag dapat ketika tubuh berusaha mengompensasi
asidosis metabolic dengan memproduksi alkalosis repiratorik.Tanda dan gejala
hiperventilasi adlaah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, pusing, disorientasi, tinnitus
dan penglihatan yang kabur.
b. Hipoventilaasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat.Tanda dan gejala hipoventilasi
adalah pusing, nyeri kepala, letargi, disorientasi, koma dan henti jantung.Terapi
umtuk penanangan hiperventilasi dan hipoventilasi dimulai dengan mengobati
penyebab yang mendasaro gangguan tersebut, kemudian ditingkatkan oksigenasi
jaringan, perbaikan fungsi ventilasi, dan upaya keseimbangan asam basa.
c. Hipoksia
Hipoksia adalah oksigenasi yang tidak adekuat pada tingkat jaringan Kondisi ini
terjadi akibat defesiensi pengahantaran oksigen atau penggunaan oksigen diseluler.
Hipoksia disebabkan oleh penuruanan kadar hemoglobin dan penuruna kapasitas
darah yang membawa oksigen, penuruan konsentrasi oksigen yang diinspirasi,
ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah seperti terjadi pada
kasus keracunan sianida. Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti
terjadi pada pada kasus pneumonia, perfusi darah yang mengandung oksigen jaringan
yang buruk, sperti pada syok dan keruskan vemtilasi.Tanda dan gejala hipoksia
termsuk rasa cemas, gelisah, tidak mampu berkonsentrasi, penurunan tingkat
kesadaran, pusing perubahan prilaku, pucat dan sianosis.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Kesadaan menurun
b. TTV : peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
c. Head to toe :
1. Mata : konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis
(karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie(karena emboli atau
endokarditis)
2. Mulut dan bibir : membran mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
3. Hidung : pernafasan dengan cuping hidung
4. Dada : retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris aantara dada
kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.
5. Pola pernafasan : pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat
(tacypneu), pernafasan lambat (bradypnea).

B. Pemeriksaan Diagnostik
a. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram ( EKG ) menghasilkan rekaman grfaik aktivitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
c. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar
dan keadekuatan oksigenasi.
d. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
e. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
f. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.

C. Tindakan Penanganan
a. Penatalaksanaan medis
1. Pemantauan Hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal:
nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
4. Penggunaan ventilator mekanik
5. Fisoterapi dada
b.      Penatalaksanaan keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Pengisapan lendir
d. Jalan nafas buatan
2. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien ( semi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Atur posisi pasien ( posisi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Pengisapan lender

D. Komplikasi
a. Penurunan Kesadaran
b. Hipoksia
c. Cemas dan gelisah
8.Diagnosa Keperawatan
D.0005 Pola Napas Tidak Efektif
D. 0003 Gangguan Pertukaran gas
D.0001 Bersihan jalan napas tidak efektif

9.Rencana Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1 D.0005 Pola Napas Tidak L.01004 Pola Napas I.01002 Dukungan
Efektif Definisi : Inspirasi dan/atau Ventilasi
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasai yang memberikan Definisi : Memfasilitasi
ekspirasi yang tidak ventilasi adekuat dalam mempertahankan
memberikan ventilasi Setelah dilakukan tindakan pernapasan spontan untuk
adekuat keperawatan selama ...x 24 memaksimalkan pertukaran
Penyebab : jam diharapkan status gas di paru-paru.
- Proses penyakit aktivitas pasien meningkat Aktivitas-aktivitas :
- Penurunan energi dengan kriteria hasil Observasi
Gejala dan tanda mayor capaian: 1. Identifikasi adanya
Subyektif : 1. Ortopnea Pernapasan kelelahan otot bantu
- Dispnea cuping hidung napas
Obyektif : 2. Frekuensi napas 2. Identifikasi efek
- Fase ekspirasi perubahan posisi
memanjang terhadap status
Gejala dan tanda minor pernafasan
Subyektif : 3. Monitor status respirasi
- Ortopnea dan oksigenasi
Obyektif : Terapeutik
- Pernapasan cuping 1. Pertahankan kepatenan
hidung jalan napas
2. Berikan posisi semi
fowler/fowler
3. Fasilitasi mengubah
posisi senyaman
mungkin
4. Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan (nasal
kanul)
Edukasi
1. Ajarkan teknik relaksasi
napas dalam
2. Ajarkan mengubah
posisi secara mandiri

I.01019 Pengaturan Posisi


Definisi : Menempatkan
bagian tubuh untuk
meningkatkan kesehatan
fisiologis dan/atau
psikologis.
Aktivitas-aktivitas :
Observasi
1. Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
1. Atur posisi untuk
mengurangi sesak (misal
semi fowler)
2. Tempatkan objek yang
sering digunakan dekat
pasien
3. Berikan bantal yang
tepat pada leher
4. Motivasi terlibat dalam
perubahan posisi
Edukasi
1. Informasikan saat akan
dilakukan perubahan
posisi
2 D. 0003 Gangguan L.01003 Pertukaran gas I. 01026 Terapi Oksigen
Pertukaran gas Definisi : Oksigenasi Definisi : Memberikan
Definisi : Kelebihan atau dan/atau eliminasi tambahan oksigen untuk
kekurangan oksigenasi karbondioksida pada mencegah dan mengatasi
dan/atau eliminasi membrane alveolus-kapiler kondisi kekurangan oksigen
karbondioksida pada dalam batas normal jaringan
membrane alveolus-kapiler, Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-aktivitas :
Penyebab : keperawatan selama ...x 24 Observasi
– Ketidakseimbangan jam diharapkan status 1. Monitor posisi alat terapi
ventilasi-perfusi aktivitas pasien meningkat oksigen
– Perubahan dengan kriteria hasil 2. Monitor aliran oksigen
membrane alveolus- capaian: secara periodik dan
kapiler 1. Tingkat kesadaran pastikan fraksi yang
Gejala dan tanda mayor 2. Bunyi napas tambahan diberikan cukup
Subjektif : 3. Pusing 3. Monitor integritas
– Dispnea 4. Dispnea mukosa dan hidung akibat
Objektif : pemasangan oksigen
- PCO2 Terapeutik
meningkat/menurun 1. Pertahankan kepatenan
- PO2 menurun jalan napas
- Takikardia 2. Siapkan dan atur
- pH arteri peralatan pemberian
meningkat/menurun oksigen
- bunyi napas 3. Gunakan perangkat
tambahan oksigen dan yang sesuai
Gejala dan tanda minor dengan tingkat mobilitas
Subjektif : pasien
- Pusing Edukasi
- Penglihatan kabur 1. Ajarkan pasien dan
Objektif keluarga cara
- Sianosis menggunakan oksigen
- Diaforesis dirumah
- Gelisah Kolaborasi
- Napas cuping 1. Ko
hidung laborasi penentuan dosis
- Kesadaran menurun oksigen
- Pola napas abnormal 2. Ko
Kondisi klinis terkait laborasi penggunaan
– Penyakit paru oksigen saat aktivitas dan
obstruktif kronis / tidur
(PPOK)
– Gagal jantung
kongestif
– Asma
– Pneumonia
– Infeksi saluran napas
3 D.0001 Bersihan jalan L.010011 Bersihan Jalan I.01011 Managemen Jalan
napas tidak efektif Napas Napas
Definisi : Ketidakmampuan Definisi :Kemampuan Definisi : Mengidentifikasi,
membersihkan secret membersihkan secret atau dan mengelola kepatenan
atauobstruksi jalan napas obstruksi jalan napas untuk jalan napas.
untuk mempertahankan mempertahankan jalan Aktivitas-aktivitas :
jalan napas tetap paten. napas tetap paten. Observasi
Penyebab : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas
Fisiologis keperawatan selama ...x 24 (frekuensi, kedalamn,
- Spasme jalan napas jam diharapkan status usaha napas)
- Hipersekresi jalan bersihan jalan napas pasien 2. Monitor bunyi napas
napas meningkat dengan kriteria tambahan (mis.
- Sekresi yang hasil capaian: Gargling, mengii,
tertahan 1. Produksi spuntum wheezing, ronchi
- Adanya jalan napas 2. Mengi kering)
buatan 3. Wheezing 3. Monitor sputum
Situasional 4. Dyspnea (jumlah, warna, aroma)
- Merokok aktif 5. Gelisah Terapeutik
- Merokok pasif 1. Pertahankan kepatenan
- Terpajan polutan jalan napas dengan head
Gejala dan tanda mayor till dan chint lift (jaw
Subyektif : - trust jika curiga trauma
Obyektif : servikal)
- Batuk tidak efektif 2. Posisikan semifowler
- Tidak mampu batuk atau fowler
- Sputum berlebih 3. Berikan minum hangat
- Mengii, wheezing 4. Lakukan fisioterapi
dan atau ronchi dada, jika perlu
kering 5. Berikan oksigen, jika
Gejala dan tanda minor perlu
Subyektif : Edukasi
- Dipsnea 1. Anjurkan asupan cairan
- Sulit bicara 2000ml/hari
- Ortopnea 2. Ajarkan teknik batuk
Obyektif : efektif
- Gelisah Kolaborasi
- Sianosis 1. Pemberian
- Bunyi napas menurun bronkodilator,
- Frekuensi napas ekspektoran, mukolitik
berubah jika perlu
- Pola napas berubah
Kondisi Klinis Terkait
- Infeksi saluran napas
- Cedera kepala
- Sindrom aspirasi
meconium
- Stroke
- Depresi system syaraf
pusat
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of America :


Mosby.
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006.Nursing Outcomes Classification. United
States of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan 2009-
2011. Jakarta : EGC.
Alimul, Aziz.2015. Kebutuhan Daasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddart (2002).Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Munusia ( Oksigenasi ).Yogyakarta : Graha Ilmu
Syaifuddin.2011. Anatomi Fisiologi.Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai