3. Fisiologi Pernafasan
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi dan difusi( Potter
& Perry, 2006).
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan keluar paru-
paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan throak yang elastic dan
persarafan yang utuh. Otot pernapasan yang utama adalah diagfragma(Potter & Perry,
2006). Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru,
jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi kare.na adanya
perbedaan tekanan antara intrapleural lebih negative (752 mmHg) daripada tekanan
atmofer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
1. Kerja Pernapasan
Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat
paru berkontraksi. Kerja pernafasan ditentkan oleh tingkat kompliansi paru,
tahanan jalan nafas, keberadaan ekspirasi yang aktif, dan penggunaan otot-otot
bantu pernafasan.Kompliansi menurun pada penyakit, seperti edema pulmonar,
interstisial, fibrosis pleura, dan kelainan struktur traumatic, atau congenital seperti
kifosis atau fraktur iga.Tahanan jalan nafas dapat mengalami peningkatan akibat
obstruksi jalan nafas, penyakit di jalan nafas kecil (seperti asma), dan edema
trakeal.Jika tahanan meningkat, jumlah udara, jumlah udara yang melalui jalan
nafas anatomis menurun. Ekspirasi merupakan proses pasif normal yang
bergantung pada property recoil elastic dan membutuhkan sedikit kerja otot atau
tidak sama sekali. Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi
pulmonary.Spirometer mengukur volume paru yang memasuki atau yang
meninggalkan paru-paru.Variasi volume paru dapat dihubungkan dengan status
kesehatan, seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas, atau kondisi paru yang
obstruktif. Jumlah surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan otot bantu
pernafasan mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.
2. Tekanan
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan.Tekanan
intrapleura bersifat negative atau kurang dari tekanan atmosfer yakni 760 mmHg
pada permukaan laut. Supaya udara mengalir ke dalam paru-paru, maka tekanan
intrapleura harus lebih negative dengan gradient tekanan antara atmosfer dan
alveoli
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir
dalam arteri pulmonaris dri ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru
bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida
di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung.Sirkulasi
paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar
sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau
tekanan darah sistemik.
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih
tinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di
membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipegaruhi oleh ketebalan
membrane(Potter & Perry, 2006).
b. Faktor Perilaku
1. Nutrisi
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara. Klien yang
mengalami kekurangan gizi mengalami kelemahan otot pernafasan.Kondisi ini
menyebabkan kekekuatan otot dan kerja pernapasan menurun.
2. Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan kebutuhan
oksigen.Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, memampukan individu
untuk mengatasi lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan
karbondoksida.
3. Merokok
Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, penyakit paru
obstrukti kronis, dan kanker paru.
4. Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alcohol dan obat-obatan secara berlebihan akan menggganggu
oksigenasi jaringan. Kondisi ini sering kali memiliki asupan nutrisi yang
buruk.Kondisi ini menyebabkan penurunan asupan makanan kaya gizi yang
kemudian menyebabkan penurunan prosuksi hemoglobin.
c. Faktor Lingkungan
a. Abestosis merupakan penyakit paru yang memperoleh di tempat kerja dan
berkembang setelah individu terpapar asbestosis.
b. Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada insietas beat akan meningkatkan laju
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat(Potter & Perry,
2006).
5. Patofisologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
Dispnea
Gangguan penerimaan Obstruksi jalan Gas darah arteri
o2 dan pengeluaran nafas Abnormal
co2 Hiperkabnia
Ketidakseimbangan Batuk yang tidak efektif Hipoksemia
ventilasi dan perfusi Penurunan bunyi nafas Hipoksia
Sputum dalam jumlah yang Nafas cuping hidung
berlebih Pola pernafasan abnormal
Perubahan pola nafas (kecepatan, irama, kedalaman)
Suara nafas tambahan (ronchi,
wheezing, crackies)
Pola nafas tidak
efektif
Dispnea
Fase ekspirasi
Memanjang
Ortopnea BERSIHAN
Penurunan Oksigen JALAN NAFAS
kapsitas paru dalam darah TIDAK EFEKTIF
Pola nafas menurun
abnormal
Takipnea
Hiperventilasi Gangguan
Pernafasan sukar oksigen Metabolisme Energi menurun Sesak nafas
dalam tubuh
jaringan
menurun
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
6. Manifestasi Klinis
Perubahan dalam fungsi pernapasan disebabkan penyakit dan kondisi-kondisi yang
mempengaruhi ventelasi dan transport oksigen.
a. Hiperventilasi
Hiperventilasi meerupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebihan yang dibutuhkan
untuk mengeleminasi kerbondioksida normal di vena yang diproduksi melalui
metabolism seluler. Hieprventilasi bisa disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-
obatan, ketidakseimbangan asam-basadan hipoksia yang dikaitkan dengan embolus
paru atau syok.Hiperventilasi juag dapat ketika tubuh berusaha mengompensasi
asidosis metabolic dengan memproduksi alkalosis repiratorik.Tanda dan gejala
hiperventilasi adlaah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, pusing, disorientasi, tinnitus
dan penglihatan yang kabur.
b. Hipoventilaasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat.Tanda dan gejala hipoventilasi
adalah pusing, nyeri kepala, letargi, disorientasi, koma dan henti jantung.Terapi
umtuk penanangan hiperventilasi dan hipoventilasi dimulai dengan mengobati
penyebab yang mendasaro gangguan tersebut, kemudian ditingkatkan oksigenasi
jaringan, perbaikan fungsi ventilasi, dan upaya keseimbangan asam basa.
c. Hipoksia
Hipoksia adalah oksigenasi yang tidak adekuat pada tingkat jaringan Kondisi ini
terjadi akibat defesiensi pengahantaran oksigen atau penggunaan oksigen diseluler.
Hipoksia disebabkan oleh penuruanan kadar hemoglobin dan penuruna kapasitas
darah yang membawa oksigen, penuruan konsentrasi oksigen yang diinspirasi,
ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah seperti terjadi pada
kasus keracunan sianida. Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti
terjadi pada pada kasus pneumonia, perfusi darah yang mengandung oksigen jaringan
yang buruk, sperti pada syok dan keruskan vemtilasi.Tanda dan gejala hipoksia
termsuk rasa cemas, gelisah, tidak mampu berkonsentrasi, penurunan tingkat
kesadaran, pusing perubahan prilaku, pucat dan sianosis.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Kesadaan menurun
b. TTV : peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
c. Head to toe :
1. Mata : konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis
(karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie(karena emboli atau
endokarditis)
2. Mulut dan bibir : membran mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
3. Hidung : pernafasan dengan cuping hidung
4. Dada : retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris aantara dada
kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.
5. Pola pernafasan : pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat
(tacypneu), pernafasan lambat (bradypnea).
B. Pemeriksaan Diagnostik
a. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram ( EKG ) menghasilkan rekaman grfaik aktivitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
c. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar
dan keadekuatan oksigenasi.
d. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
e. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
f. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.
C. Tindakan Penanganan
a. Penatalaksanaan medis
1. Pemantauan Hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal:
nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
4. Penggunaan ventilator mekanik
5. Fisoterapi dada
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Pengisapan lendir
d. Jalan nafas buatan
2. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien ( semi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Atur posisi pasien ( posisi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Pengisapan lender
D. Komplikasi
a. Penurunan Kesadaran
b. Hipoksia
c. Cemas dan gelisah
8.Diagnosa Keperawatan
D.0005 Pola Napas Tidak Efektif
D. 0003 Gangguan Pertukaran gas
D.0001 Bersihan jalan napas tidak efektif
9.Rencana Keperawatan