Anda di halaman 1dari 11

KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, SISTEM PENGENDALIAN

INTERNAL, PARTISIPASI MASYARAKAT DAN IMPLEMENTASI SISTEM


KEUANGAN DESA TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA DESA

(Studi pada desa di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan banyak pembangunan
infrastruktur, salah satunya pembangunan infrastruktur desa untuk mewujudkan desa yang
maju dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilki desa tersebut. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 72 Tahun 2005, desa adalah kesatuan masyarakat yang
memiliki batas wilayah dan wewenang untuk mengatur kepentingan dari masyarakat tersebut
berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya yang diakui oleh pemerintah Indonesia. Sejak
tahun 2015, pemerintah pusat telah memberikan kewenangan dan sumber dana yang
memadai agar desa dapat mengelola potensi yang dimilikinya dengan tujuan dapat
meningkatkan ekonomi secara mandiri dengan program Dana Desa yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sesuai isi Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi nomor 16 Tahun 2018 prioritas
penggunaan dana desa yaitu diperuntukan bagi desa untuk mendanai pemberdayaan
masyarakat, pelaksanaan pembangunan, maupun pelaksanaan pemerintahan.
Pelaksanaan APBDes memiliki peran penting dalam menyukseskan pembagunan
daerah dan menjadi cerminan kinerja pemerintah desa dalam membiayai dan mengelola
penyelenggaraan pembangunan di desa (Gayatri, et al., 2017). Tahun 2015 merupakan awal
dari pemberian dana desa dengan jumlah dana sebesar Rp 20 triliun, kemudian tahun 2018
sebesar Rp 60 triliun dan ditahun 2019 dana desa meningkat menjadi Rp 70 triliun dilansir
dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Besarnya dana yang dikucurkan pemerintah
pusat untuk desa menjadikan dana ini rentan terhadap penyelewengan/ korupsi (Harahap et
al., 2020). Oleh karena itu, penting untuk mewujudkan akuntabilitas dalam pengelolaan dana
desa agar dapat menumbuhkan kepercayaan publik terhadap kinerja keuangan pemerintah
(Saputra et al., 2019).
Desa memiliki unsur penyelenggara yaitu pemerintah desa yang terdiri dari Kepala
Desa dan aparatur desa lainnya. Salah satu tugas aparatur desa yaitu untuk mengelola dana
desa yang disalurkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah desa guna pembangunan desa
dengan prinsip pengelolaan yang baik, transparan dan akuntabel. Akuntabilitas dalam
pengelolaan dana desa menjadi fokus penting bagi aparatur desa sebab hal ini menunjukkan
tanggungjawab dan keberhasilan dalam pengelolaan dana desa. Kompetensi yang dimiliki
aparatur desa juga menjadi tolak ukur dalam pengelolaan dana desa yang baik dan akuntabel
sebab aparatur desa yang berkompeten dan memiliki kemampuan dalam mengelola dana desa
akan mudah menjalankan tugasnya.
Aparatur desa yang berkompeten dapat mengurangi penyimpangan yang mungkin
muncul dalam pengelolaan dana desa. Aparatur desa yang berkompeten dan sistem
pengendalian internal yang baik sangat dibutuhkan dalam pengelolaan dana desa mengingat
dana yang disalurkan tersebut memiliki jumlah yang signifikan. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 60 Tahun 2008 menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Internal
adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus untuk memberikan keyakinan atas
tercapainya tujuan melalui keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara dan
ketaatan terhadap Undang-Undang.
Sebagai organisasi sektor publik, pemerintah desa harus mampu melayani
masyarakatnya dan mengelola dana desa dengan baik. Hal penting lainnya, aparatur desa
harus mampu memanfaatkan teknologi informasi untuk mempermudah dan melancarkan
pekerjaannya. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dapat meningkatkan
kinerja di berbagai kegiatan dengan cepat, tepat dan akurat sehingga dapat meningkatkan
produktivitas.
Banyaknya jumlah program kerja desa menyebabkan para aparatur desa memerlukan
partisipasi masyarakat dalam membantu aparatur desa melaksanakan pengelolaan dana desa
yang baik. Secara ideal, aparatur desa pada dasarnya wajib menyampaikan informasi
penggunaan dana desa dalam pembangunan desa dan masyarakat memberikan partisipasinya
dalam bentuk saran dan usulan atas penggunaan dana tersebut. Partisipasi masyarakat dapat
meminimalisir kemungkinan penyimpangan atas pengelolaan dana desa serta dapat
mengurangi penggunaan atau pemanfaatan dana yang tidak tepat sasaran.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesia Corruption Watch (ICW) sejak 2015
hingga 2020 terdapat 676 kasus korupsi yang dilakukan oleh perangkat desa. Kerugian
negara akibat tindakan korupsi yang dilakukan perangkat desa mencapai total Rp 111 Miliar.
Pada pertengahan Juli 2019, Kejaksaan Negeri Sleman menetapkan Kepala Desa (Kades)
Banyurejo Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman sebagai tersangka korupsi dana desa pada
tahun 2015 dan 2016. Diduga kerugian negara sebesar Rp 633,8 juta dari hasil korupsi.
Selanjutnya awal Desember 2019 dua pejabat di Desa Banguncipto Kecamatan Sentolo
Kabupaten Kulonprogo diduga terlibat korupsi dana desa. Kepala Desa dan Bendahara
diduga menyelewengan dana desa sebesar Rp 1,15 miliar yang bersumber dari APBDes,
APBN dan bantuan dari Pemkab Kulonprogo dalam kurun waktu 2014 - 2018. Masih adanya
kasus korupsi dana desa di Sleman dan Kulonprogo merupakan potret buruk lemahnya
pengawasan terhadap pengelolaan dana desa. Minimnya keterlibatan dan sulistnya akses
masyarakat dalam mengawasi dana desa menjadi salah biang keladi terjadinya
penyelewengan dana desa

Berdasarkan uraian kasus diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Kompetensi Sumber Daya Manusia, Sistem Pengendalian Internal, Partisipasi
Masyarakat Dan Implementasi Sistem Keuangan Desa Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Dana Desa (Studi Kasus pada Desa di Kecamatan Ngaglik,Kabupaten Sleman)”

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Apakah kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap akuntabilitas
pengelolaan dana desa?
2. Apakah sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan
dana desa?
3. Apakah partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan dana
desa?
4. Apakah sistem keuangan desa berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan dana
desa?
C. TUJUAN PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui apakah pengaruh kompetensi sumber daya manusia terhadap
akuntabilitas pengelolaan dana desa
2. Untuk mengetahui apakah pengaruh sistem pengendalian internal terhadap akuntabilitas
pengelolaan dana desa
3. Untuk mengetahui apakah pengaruh partisipasi masyarakat terhadap akuntabilitas
pengelolaan dana desa
4. Untuk mengetahu apakah pengaruh sistem keuangan desa terhadap akuntabilitas
pengelolaan dana desa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Akuntabilitas
Menurut Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan RI dalam Subroto (2009) akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
penanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang
pimpinan suatu unit organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau yang berwenang
meminta pertanggungjawaban, Akuntabilitas adalah hal yang penting untuk menjamin
nilai-nilai seperti efisiensi, efektivitas, reliabilitas dan prediktibilitas. Akuntabilitas
merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban dari pihak yang diberi kepercayaan oleh
stakeholders dimana nantinya akan menghasilkan keberhasilan atau kegagalan dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Ardiyanti, 2019).
Sementara itu menurut Ultafiah (2017) akuntabilitas merupakan suatu upaya untuk
memberikan pertanggungjawaban mengenai segala aktivitas dan kinerja yang telah
dilakukan oleh suatu entitas kepada pihak-pihak yang berkpentingan. Berdasarkan
beberapa referensi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Akuntabilitas adalah kinerja
aparatur pemerintah desa dari perencanaan hingga pengawasan Segala aktivitas yang
dikerjakan dengan dibiayai dengan anggaran wajib dipertanggung jawabkan kepada yang
berkepentingan.
B. Pengelolaan Keuangan Desa
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018
pengelolaan keuangan desa adalah seluruh kegiatan di dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa. Siklus
Pengelolaan keuangan Desa adalah 1 tahun anggaran pertanggal 1 januari hingga 31
desember. Pengelolaan keuangan desa memiliki tujuan dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan dan pemberdayaan
masyarakat desa.
C. Kompetensi Sumber Daya Manusia
Peran SDM dalam perusahaan/organisasi mempunyai arti yang sama pentingnya
dengan pekerjaan itu sendiri, sehingga interaksi antara organisasi dan SDM menjadi fokus
perhatian pimpinan. Melihat pent ingnya pengembangan kemampuan/kompetensi SDM
dalam organisasi, maka perlu adanya program-program yang dikembangkan oleh
organisasi itu sendiri dalam meningkatkan kompetensi SDM. Kompetensi dalam hal ini
adalah sebagai karakterist ik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektivitas
kinerja individu dalam pekerjaannya (Spencer & Spencer, 1993). Penentuan ambang
kompetensi yang dibutuhkan tentunya akan dapat dijadikan dasar bagi proses seleksi,
suksesi, perencanaan, evaluasi kinerja, dan pengembangan SDM.
D. Sistem Pengendalian Internal
Pengendalian internal adalah sejumlah prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan
sebuah organisasi dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya
informasi akuntansi organisasi yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan
hukum serta kebijakan manajemen telah dipatuhi dan dijalankan sebagaimana mestinya
(Hery, 2014:11-12). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun
2008, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah sistem pengendalian intern
yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah.
E. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
dari program pembangunan maupun pengembangan masyarakat, dimana partisipasi
masyarakat bukan hanya melibatkan masyarakat dalam pembuatan keputusan di setiap
program pembangunan namun masyarakat juga dilibatkan dalam mengidentifikasikan
masalah dan potensi yang ada di masyarakat karena tanpa adanya partisipasi masyarakat di
setiap kegiatan maka pembangunan desa tidak akan tercapai dengan baik (Atiningsih dan
Ningtyas, 2019). Masyarakat juga disebut sebagai pemangku kepentingan utama yang
harus diprioritaskan dalam pelaksanaan kebijakan organisasi publik terutama
implementasi pembangunan di desa-desa sehingga proses implementasi pembangunan
tepat pada sasaran, efisien dan efektif (Wafirotin dan Septiviastuti, 2019).
F. Sistem Keuangan Desa
Teknologi informasi adalah sarana dan prasarana (hardware, software, useware)
sistem atau metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan,
menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna (Warsita,
2008:135). Komputer sebagai salah satu komponen dari teknologi informasi merupakan
alat yang bisa melipatgandakan kemampuan yang dimiliki manusia dan dapat
mengerjakan sesuatu yang manusia mungkin tidak mampu melakukannya (Sugiarti dan
Yudianto, 2017). Implementasi teknologi baru dalam suatu organisasi tidak mudah,
terutama ketika itu terkait dengan bagaimana pengguna menerima teknologi yang akan
diadopsi. Ini karena penerapan teknologi baru akan mempengaruhi seluruh organisasi,
terutama sumber daya manusia (Widagdo & Setyorini, 2018). Sistem akuntansi yang
dirancang dan dijalankan dengan baik akan menjamin akuntabilitas dengan baik. Sistem
informasi yang dikembangkan dalam organisasi dan lembaga- lembaga pada dasarnya
memiliki tujuan untuk mengolah informasi secara cepat dan akurat (Indralesmana &
Suaryana, 2014). Hal ini tercermin dengan penerapan sistem informasi keuangan desa atau
yang lebih dikenal dengan SISKEUDES. Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)
merupakan gebrakan dari Pemerintah Pusat (Kemendagri) bekerjasama dengan Badan
Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP) untuk lebih memudahkan menata pelaporan
pengelolaan dana desa. Penggunaan SISKEUDES juga dipertegas dengan himbauan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui surat Nomor B. 7508/01-16/08/2016
tertanggal 31 Agustus 2016 kepada seluruh kepala desa di Indonesia untuk memahami
dengan baik dan menggunakan SISKEUDES dalam pengelolaan dana desa. SISKEUDES
akan menghasilkan output RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) dan RKP
(Rencana Kerja Pemerintah) Desa, APB (Anggaran Pendapatan dan Belanja) Desa,
dokumen penatausahaan keuangan desa, laporan realisasi per sumber dana.

G. Teori Dasar

Stewardship theory
Teori stewardship menyatakan bahwa pemerintah melaksanakan pekerjaannya untuk
mencapai tujuan dari kepentingan masyarakatnya (Donaldson dan Davis, 1991). Selain itu,
pemerintah juga melakukan pekerjaannya atas motivasi kepentingan organisasi dan bukan
termotivasi dari kepentingan pribadinya (Donaldson dan Davis, 1991). Teori ini juga dibuat
atas dasar filosofi mengenai sifat yang dimiliki oleh manusia, dimana pada hakikatnya
manusia mampu dipercaya dan memiliki tanggungjawab serta memiliki integritas yang baik,
sehingga dalam hal ini pemerintah dipercaya sebagai seseorang yang melakukan tindakan
yang baik untuk kepentingan bersama (Kaihatu, 2006). Implikasi teori ini adalah
menggambarkan keberadaan pemerintah desa sebagai organisasi sektor publik yang dapat
dipercaya dan diandalkan dalam melayani masyarakat agar tujuan organisasi untuk
masyarakat dapat tercapai dengan optimal (Budiana et al., 2019). Pemerintah desa bertindak
sebagai stewards yang menerima tanggung jawab untuk mengelolaan dana desa yang
diberikan oleh pemerintah pusat untuk kepentingan desa dengan memanfaatkan teknologi
informasi, yaitu sistem keuangan desa (SISKEUDES) ini merupakan salah satu teknologi
informasi yang disiapkan oleh Kemendagri bersama BPKP yang diharapkan bisa memperoleh
kemudahan dan kesederhanaan dalam pengelolaan dana desa.
Teori Agensi
Teori agensi adalah bahwa principal dan agent memiliki prefensi atau tujuan yang berbeda.
Hal ini sering kali menimbulkan konflik keagenaan. Teori ini mengasumsikan bahwa tiap
individu bertindak untuk kepentingan masing-masing, pengendalian dan pengawasan yang
kurang baik akan menimbulkan peluang untuk terjadinya fraud (Sahesti, 2015), untuk
mencegah peluang tersebut diperlukan pengendalian internal yang efektif. Pengendalian
internal yang efektif akan menghasilkan informasi dan laporan bebas salah saji (Andon et al,
2015).

H. PERUMUSAN HIPOTESIS

 Kompentensi sumber daya manusia dan akuntabilitas pengelolaan dana desa


Dalam pengelolaan dana desa, seorang aparatur desa harus memiliki kemampuan yang
kompeten untuk dapat mengelola dan mempertanggungjawabkan dana desa. Jika aparatur
desa berkompeten dalam mengelola keuangan desa, maka akan dapat meningkatkan
akuntabilitas dari pengelolaan dana desa tersebut. Sebaliknya, jika aparatur desa tidak
memiliki sumber daya yang memadai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya maka
akuntabilitas tidak akan tercapai secara optimal. Oleh karena itu, kompetensi sumber daya
manusia dapat mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan dana desa (Umaira dan Adnan,
2019). Hal ini sejalan dengan penelitian Budiana et al. (2019), Atiningsih dan Ningtyas
(2019), Aulia et al. (2018) yang menyatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia
memiliki pengaruh terhadap akuntabilitas dana desa. Berdasarkan penjelasan tersebut maka
hipotesis penelitian ini adalah:
H1: Kompentensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan
dana desa.
 Sistem pengendalian internal dan akuntabilitas pengelolaan dana desa
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 2008 menjelaskan bahwa Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, adalah sistem pengendalian internal yang diselenggarakan
secara menyeluruh di lingkungan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Dengan
demikian, sistem pengendalian internal dalam mengelola dana desa sangat diperlukan untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan dalam pengelolaan dana desa. Hasil penelitian
Atiningsih dan Ningtyas (2019), Budiana et al. (2019), dan Widyatama et al., (2017)
menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap akuntabilitas
pengelolaan dana desa. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah:
H2: Sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan dana
desa.
 Partisipasi masyarakat dan akuntabilitas pengelolaan dana desa
Keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan dana desa sangatlah penting karena masyarakat
dapat memperoleh informasi tentang penyaluran dana untuk pembangunan desanya.
Masyarakat bisa disebut juga pemangku kepentingan utama dalam pelaksanaan kebijakan
organisasi publik, terutama implementasi pembagunan di desa-desa. Implementasi
pembangunan harus diprioritaskan dengan melibatkan masyarakat sehingga proses
implementasi pembangunan tepat pada sasaran, efisien dan efektif (Wafirotin dan
Septiviastuti, 2019). Atiningsih dan Ningtyas (2019), Aulia et al. (2018), Umaira dan Adnan
(2019), dan Wafirotin dan Septiviastuti (2019) menemukan bahwa partisipasi masyarakat
berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa. Berdasarkan penjelasan tersebut
maka hipotesis penelitian ini adalah:
H3: Partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa.
 Implementasi sistem keuangan desa dan akuntabilitas pengelolaan dana desa
Pemanfaatan teknologi informasi dalam suatu organisasi desa akan membantu desa dalam
melaksanakan tata kelola keuangan desa secara efisien. Berdasarkan stewardship theory,
principals yaitu pemerintah pusat dan masyarakat berhak meminta pertanggungjawaban atas
pengelolaan dana desa dari pemerintah desa (steward). Oleh karena itu pemerintah desa
memiliki kewajiban membuat laporan sesuai dengan peraturan serta tidak mengandung unsur
membingungkan bagi para pemakai laporan tersebut. SISKEUDES ini merupakan salah satu
teknologi informasi yang disiapkan oleh Kemendagri bersama BPKP yang diharapkan bisa
memperoleh kemudahan dan kesederhanaan dalam pengelolaan dana desa. Laporan yang
dihasilkan oleh sistem keuangan desa ini nantikan akan digunakan oleh pemerinah pusat
sebagai bahan evaluasi Gayatri & Latrini (2018) menyatakan bahwa penerapan SISKEUDES
efektif terhadap kualitas laporan keuangan dana desa dan penelitian Sulina, et al., (2017) juga
menyatakan bahwa SISKEUDES berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah desa.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah :
H4 : Sistem Keuangan Desa berpengaruh terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa.

BAB III

METODE PENELITIAN

a. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penerapan metode untuk
menguji atau meneliti sebuah teori dengan cara menganalisis hubungan antar variable
melalui prosedur statistic. Data penelitian ini berasal dari jawaban kuesioner yang telah
diisi oleh responden dengan skala tertentu.
b. Variabel Penelitan dan Pengukurannya
Variabel dependen penelitian ini adalah Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa atau
APDD (Y) yang diukur dengan menggunakan skala Likert, dimana setiap jawaban
memiliki skor berikut: Skor 1 untuk awaban “Sangat Tidak Setuju (STS)”, Skor 2 untuk
jawaban “Tidak Setuju” (TS), Skor 3 untuk jawaban “Netral (N)”, Skor 4 untuk jawaban
“Setuju (S)”, dan Skor 5 untuk jawaban “Sangat Setuju (SS)”.
Variabel independen penelitian ini adalah Kompetensi Sumber Daya Manusia (X1),
Sistem Pengendalian Internal atau SPI (X2), Partisipasi Masyarakat (X3), dan Sistem
Keuangan Desa (X4) yang diukur dengan menggunakan skala Likert, dimana setiap
jawaban memiliki skor berikut: Skor 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju (STS)”, Skor
2 untuk jawaban “Tidak Setuju” (TS), Skor 3 untuk jawaban “Netral (N)”, Skor 4 untuk
jawaban “Setuju (S)”, dan Skor 5 untuk jawaban “Sangat Setuju (SS)”.
c. Sumber Data dan Responden
Data yang digunakan penelitian ini adalah data primer, dimana data langsung
diberikan kepada pengumpul data. Data primer yang diperoleh penelitian ini adalah
melalui penyebaran kuesioner secara langsung kepada responden. Responden penelitian
ini adalah aparatur pengelola dana desa di Kecamatan Ngaglik meliputi Kepala Desa,
Sekretaris Desa, dan Kaur Keuangan Desa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
aparatur desa yang bekerja di Kantor Desa di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman
Provinsi Jawa Tengah, dimana jumlah sampel berdasarkan metode purposive sampling
adalah sebanyak 40 sampel. Metode purposive adalah pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan dengan pertimbangan kriteria tertentu. Adapun kriteria dalam
penelitian ini adalah: (1) Aparatur Desa yang terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa dan
Kaur Keuangan Desa yang bekerja di Kantor Desa Kecamatan Ngaglik; (2) memiliki masa
kerja minimal 6 bulan; dan (3) berpendidikan minimal SMA/K Sederajat.

DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER

Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

NO. Pernyataan STS TS N S SS


Aparatur desa dengan jujur membuat laporan
1.
keuangan dana desa.
Aparatur desa memberikan informasi kepada
2. masyarakat secara terbuka dan jujur mengenai
pengelolaan dana desa.
Aparatur desa melaporkan semua pengelolaan
3. dana desa sesuai dengan pencatatan yang telah
dilakukan.
Aparatur desa melaporkan pengelolaan dana desa
4. sebagai pertangunggjawabannya atas dana desa
secara tepat waktu.
Aparatur desa melaporkan laporan pengelolaan
5.
dana desa dengan prosedur yang telah di tentukan.
Aparatur desa memberikan kecukupan informasi
6. guna membuat penilain kinerja dan membuat
rancangan anggaran yang baru.
Aparatur desa menyampaikan laporan dengan
7.
tepat sasaran.
Aparatur desa menyampaikan laporan dengan teliti
8. dan sesuai aturan Undang-Undang yang telah
dibuat.

Anda mungkin juga menyukai