Kelas : A1/Akuntansi
NPM : 18133100122
A. PENGERTIAN ASET
Dalam kerangka konseptualnya, FASB mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomis masa
depan memungkinkan diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi
atau kejadian masa lalu. Sementara itu AASB mendefinisikan aset sebagai Potensial jasa atau
manfaat ekonomis masa depan yang dikendalikan dengan pelaporan entitas sebagai hasil dari
transaksi atau kejadian masa lalu. Terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar
1. Manfaat Ekonomis
Selain tiga karakteristik yang dijelaskan di atas, FASB juga memberikan beberapa karakteristik
pendukung yaitu:
Melibatkan Kos
Berwujud
Pertukaran
Terpisahkan
Syarat dari suatu aset untuk dapat ditukarkan harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomis
lain atau berdiri sendiri,akan tetapi argument lain menyatakan keterpisahan dan dan ketertukaran
hanyalah merupkan syarat untuk memperoleh manfaat aset. Dengan argumen diatas FASB tidak
B. PENGUKURAN
Salah satu kriteria pengakuan aset adalah manfaat ekonomis yang akan datang dapat diukur
(measureability). Yang dimaksud pengukuran di sini adalah penentuan jumlah rupiah yang harus
dilekatkan pada suatu objek aset pada saat perolehan, yang akan dijadikan data dasar untuk
C. PENILAIAN
Dalam menilai suatu objek untuk tujuan penyajian, akuntansi dapat menggunakan berbagai dasar
penilaian (bases for valuation), tergantung pada makna yang ingin ditunjukkan melalui pos
laporan keuangan. Penilaian pos aset dimaksudkan untuk menentukan berapa jumlah rupiah yang
harus dilekatkan pada tiap pos aset dan apa dasar penilaiannya.
D. PENGAKUAN
Pada umumnya pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi, kejadian, atau
keadaan tetentu. Adapun kondisi perlu dan kondisi cukup yang merupakan penguji yang cukup
1. Deteksi adanya aset. Untuk mengakui aset, harus ada transaksi yang menandai
timbulnya aset.
2. Sumber ekonomis dan kewajiban. Untuk mengakui aset, suatu objek harus merupakan
3. Berkaitan dengan entitas. Untuk mengakui aset, entitas harus mengendalikan atau
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan. Untuk mengakui aset, semua penguji di atas harus
6. Verifikasi. Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung untuk meyakinkan
E. PENGUNGKAPAN
Apabila sebagian atau seluruh bunga dikapitalisasi, tentu saja akan terdapat sebagian informasi
yang hilang. Sehingga diperlukan adanya pengungkapan (disclosure) mengenai hal ini sehingga
laporaj keuangan dapat dipercaya dan tidak menyesatkan para penggunanya. Agar laporan
keuangan tetap informatif, hal-hal yang harus diungkapkan sebagai penjelas laporan keuangan
1. Apabila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang terjadi selama periode
2. Apabila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi menjadi bagian yang
dikapitalisasi.
F. PENYAJIAN
Secara umum, prinsip akuntansi yang diterima umum memberi pedoman penyajian dan
1. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau di bagian atas
Dalam jangka waktu tahun 2014-2019 total aset perseroan selalu mengalami peningkatan, begitu
juga dengan laba yang diperoleh perusahaan. Adanya hubungan antara jumlah aset terhadap laba
menunjukkan bahwa perseroan memanfaatkan keseluruhan aset untuk meningkatkan penjualan
yang akan berpengaruh pada pendapatan. Kenaikan pendapatan ini akan mempengaruhi laba
dalam laporan keuangan. Seluruh aset dan liabilitas dalam intra kelompok usaha, ekuitas,
pendapatan, biaya dan arus kas yang berkaitan dengan transaksi dalam kelompok usaha
dieliminasi secara penuh pada saat konsolidasian. eluruh aset keuangan diakui dan dihentikan
pengakuannya pada tanggal diperdagangkan dimana pembelian dan penjualan aset keuangan
berdasarkan kontrak yang mensyaratkan penyerahan aset keuangan dalam kurun waktu yang
ditetapkan oleh kebiasaan pasar yang berlaku, dan awalnya diukur sebesar nilai wajar ditambah
biaya transaksi, kecuali untuk aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, yang
awalnya diukur sebesar nilai wajar. Untuk aset tetap kerjasama merupakan aset tetap yang
dimiliki secara bersama antara RCTI, PT. Surya Citra Televisi (SCTV) dan PT. Indosiar Visual
Mandiri (INDOSIAR). Pada tanggal 31 Desember 2019 dan 2018, aset tetap termasuk aset tetap
kerjasama, kecuali tanah, telah diasuransikan kepada perusahaan asuransi PT. Asuransi Jasa
Indonesia, PT. Asuransi Sinar Mas, PT. Asuransi Sinar Mas Syariah, PT. MNC Asuransi
Indonesia, PT. Asuransi
Central Asia, PT. Asuransi Central Asia Syariah dan PT. Allianz Utama Indonesia, terhadap
risiko kebakaran, pencurian dan risiko lainnya.
Pada tahun 2014-2016 aset dan laba perseroan mengalami kenaikan dan penurunan, kemudian
untuk tahun 2017-2019 perseroan terus mengalami penurunan pada aset dan laba perusahaan.
Namun meskipun demikian kinerja Perseroan sepanjang tahun 2019 tercatat dalam rentang yang
positif, dibuktikan dengan beberapa pencapaian yang berhasil diraih baik dari sisi kinerja
finansial maupun operasional. Per 31 Desember 2019, kinerja keuangan Perseroan tercatat pada
rentang yang cukup positif. Pendapatan mencapai angka Rp2,45 triliun, laba kotor mencapai
sebesar Rp125,98 miliar dan aset sebesar Rp4,36 triliun. Di sisi lain, Perseroan berhasil
mengurangi rugi bersih Perseroan menjadi hanya sebesar Rp75,32 miliar. Pencapaian ini
didukung oleh upaya efisiensi yang berhasil dilakukan Perseroan di tahun 2019. Untuk menjaga
agar perusahaan tetap menjadi yang terdepan, diperlukan berbagai cara untuk menjaga atau
meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan. Pertumbuhan bisnis yang pesat memerlukan
pengelolaan aset tetap dan modal yang baik. Informasi mengenai modal, aset tetap, dan laba
bersih akan sangat penting tidak hanya bagi para investor melainkan juga bagi para pengelola
perusahaan sehingga perusahaan dapat menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diambil
untuk meminimalisasi terjadinya penurunan profitabilitas.
Pada tahun 2014-2019 total aset dan laba perseron mengalami kenaikan dan penurunan.
Perseroan membukukan total aset senilai Rp9.564 miliar, turun sebesar 19,9% dari tahun 2018
yaitu Rp11.943 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan pada kas dan setara
kas untuk pembayaran dividen dan pembayaran utang pajak penghasilan terkait pelepasan entitas
anak di tahun 2018, yaitu PT Federal Karyatama (“FKT”). Selain itu, menurunnya laba tahun
berjalan pada 2019 berdampak pada penurunan laba per saham sebesar 88,4% menjadi Rp101
(dalam Rupiah penuh). Meskipun terjadi penurunan Perseroan terus melakukan peningkatkan
produktivitas, melakukan costleadership dan telah mengambil beberapa langkah penting yaitu
restrukturisasi dan perampingan beberapa bisnis yang tidak menguntungkan pada 2018, yang
kemudian berdampak pada pertumbuhan positif atas laba dan arus kas Perseroan. Perseroan akan
terus memperkuat lini bisnis yang ada saat ini dan secara konsisten akan terus mencari peluang
merger dan akuisisi di industri otomotif dan transportasi untuk mengembangkan bisnis secara
non-organik yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi para pemegang saham, serta para
pemangku kepentingan lainnya.
Tahun buku 2014-2020 Perseroan mencatat selalu mengalami kerugian usaha. Penurunan rugi
usaha tersebut disebabkan kenaikan harga produk dan penurunan biaya pokok produksi.
Pendapatan komprehensif lain naik dikarenakan selisih penjabaran kurs dan perhitungan kembali
imbalan kerja sesuai PSAK 24 Rugi komprehensif mengalami kenaikan dikarenakan adanya
kenaikan beban aset perproduksi dan penurunan harga jual. Per 31 Desember 2020, total aset
Perseroan mencapai Rp3.884.567 juta, meningkat sebesar Rp198.308 juta atau 5,38% dari tahun
yang berakhir per 31 Desember 2019 sebesar Rp3.686.259 juta. Kenaikan ini terutama
disebabkan oleh total aset tidak lancar yang tumbuh sebesar 8,29% dari semula Rp2.958.997 juta
menjadi Rp3.204.420 juta pada tahun 2020. Sesuai dengan Pasal 71 ayat (3) UU Perseroan
Terbatas. Deviden hanya boleh di bagikan apabila Perseroan mempunyai saldo laba positif. Pada
tahun buku 2014-2020 saldo laba Perseroan masih negatif. Atas dasar tersebut Perseroan tidak
membagikan dividen final dan hal tersebut telah mendapat persetujuan dari para Pemegang
Saham dalam RUPS Tahunan. Pada 31 Desember 2020, Perseroan mencatat saldo akumulasi
defisit sebesar Rp2.917.150 juta dan pada 31 Desember 2020 liabilitas lancar melampaui total
aset lancar sebesar Rp1.107.397 juta yang disebabkan adanya peningkatan rugi usaha, selisih
kurs dan beban keuangan di tahun berjalan. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan ketidakpastian
mengenai kemampuan Perseroan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Kemampuan
Perseroan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya di masa yang akan datang dan
merealisasikan aset
serta menyelesaikan pembayaran liabilitas dalam bisnis normal dan pada nilai yang dinyatakan
dalam laporan keuangan sangat tergantung pada kondisi ekonomi makro saat ini serta
keberhasilan manajemen untuk menyelesaikan sisa utang serta kemampuan untuk menghasilkan
arus kas yang cukup dari kegiatan usaha di masa yang akan datang. Laporan keuangan
konsolidasian tidak mencakup penyesuaian-penyesuaian yang mungkin timbul dari
ketidakpastian tersebut. Dalam jangka panjang, kemitraan strategis ini akan terus diperluas
sehingga memungkinkan anak-anak Perseroan menjadi perusahaan yang kompetitif. Dalam
jangka panjang, terobosan bisnis yang terbukti telah memberikan margin laba yang tinggi
tersebut dapat diharapkan akan memberikan mesin pertumbuhan baru yang kuat. Karena itu, di
masa mendatang Perseroan akan terus menciptakan lebih banyak terobosan
VICTORIA INSURANCE
Tahun Aset (Triliun) Laba (Miliar)
2015 210.608 16,97
2016 233,875 7,99
2017 253,643 8,81
2018 262.119 3,94
2019 284.171 21,80
2020 322.342 6,21
Pada periode tahun 2015-2020 total asset perseroan selalu mengalami peningkatan, namun untuk
laba perseroan mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak stabil. Laba Tahun Berjalan
Perseroan tercatat sebesar Rp6.212 juta mengalami penurunan Rp15.594 juta atau 71,51% dari
laba tahun berjalan sebelumnya yang sebesar Rp21.806 juta. Penurunan ini sejalan dengan
menurunnya hasil investasi dan penempatan premi ke reasuransi yang lebih besar karena seleksi
risiko yang ketat dan hati-hati. Terlepas dari tantangan di tahun-tahun sebelumnya, Perseroan
tetap berupaya untuk mencapai target yang ditetapkan melalui berbagai strategi yang sudah
dicanangkan Perseroan setiap awal tahun. Di tahun 2020, strategi Perseroan untuk tetap bertahan
dan tumbuh berkelanjutan di era pandemi adalah dengan melakukan diversifikasi sumber bisnis,
memperluas Kerjasama dengan internediary, mengembangkan produk digital, meningkatkan
kualitas SDM, dan menyeleksi portofolio bisnis. Strategi tersebut kami terapkan dalam rangka
meminimalisir dampak risiko yang terjadi akibat adanya pandemi Covid-19. Upaya peseroan
dalam melakukan diversifikasi bisnis berjalan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari sebaran
sumber bisnis yang sudah mulai merata. Sementara untuk investasi, perseroan lebih selektif
memilih instrument investasi. Sebagaimana diketahui, suku bunga bank di tahun 2020 turun
cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya. Sementara index IHSG juga cenderung turun
drastic pada periode triwulan kedua dan ketiga, meskipun kembali rebound di triwulan keempat.
Selain itu, perseroan juga melakukan pengetatan dalam kebijakan underwriting dan penagihan
premi. Hal ini membuahkan hasil, di mana Perseroan mampu membukukan pertumbuhan premi
bruto yang cukup significant, yaitu berada di atas target. Pencapaian ini tentnya ditunjang oleh
kepercayaan yang semakin meningkat dari para Intermediary yang bekerja sama dengan
Perseroan. Selain premi bruto, jumlah aset Perseroan juga meningkat 13,43% dari Rp284.171
juta di tahun 2019 menjadi Rp322.342 juta di tahun ini. Perseroan juga berhasil menurunkan
beban usaha sebesar Rp13.578 juta, menurun 11,34% atau Rp1.737 juta dibandingkan tahun lalu
sebesar Rp15.315 juta.